29 Maret 2016
LAPORAN TUTORIAL
MODUL 3
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
Disusun oleh :
BLOK KARDIOVASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2016
BAB I
I. SKENARIO 3
Seorang anak perempuan 10 tahun datang dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
lutut kiri, demam, jantung terasa berdebar-debar. Hal ini dialami sejak tiga hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan : sianosis (-), nadi 140 kali/menit, reguler tekanan
darah 120/60 mmHg, suhu 38º C, DVS normal. Pemeriksaan toraks ditemukan
peningkatan aktivitas ventrikel kiri, thrill teraba di apeks, a. Femoralis teraba bounding,
batas-batas jantung membesar, bunyi S1 dan S2 murni, intensitas normal, terdengar
bunyi sistol diastol derajat 2-3/6 pm di apeks. Tidak terdapat jari tabuh. Tanda-tanda
radang di lutut kiri.
3. Bounding
Kontur nadi (pulse) abnormal yang hiperdinamik disebabkan oleh peningkatan
tekanan nadi sebagai hasil regurgitasi aorta atau anemia. Terpalpasi paling baik pada
seperti arteri femoralis dan arteri radialis.
* Tumor intratoraks
* Jalan pintas campuran dari vena ke arteri
* Penyakit kronis paru
* Fibrosis hati kronis
Clubbing ditemukan pada sianosis sentral dan menunjukkan kelainan kardiopulmoner
yang berat.
III. KATA KUNCI
1. Perempuan 10 tahun
3. Jantung berdebar-debar
5. Sianosis (-)
7. BP 120/60 mmHg
9. DVS normal
16. Jari tabu (-) Tanda radang lutut kiri (+) inflamasi lutut kiri
IV. PERTANYAAN
7. Patomekanisme takikardi!
8. Patomekanisme palpitasi!
11. DD?
V. JAWABAN
1. Anatomi dan fisiologi jantung
Proses diferensiasi
Pada tingkat permulaan diferensiasi, mesoderm akan terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. mesoderm paraxiale
b. mesoderm intermedia
c. mesoderm laterale
Mesoderm laterale terbagi dua lembaran yaitu: lamina visceralis dan lamina parietalis.
Dari lamina visceralis akan terlepas sel-sel yang akan membentuk kelompok-kelompok sel
mesenchym yang disebut angiogenetic cell cluster. Sel-sel ini akan menyusun diri
sedemikian rupa sehingga menjadi pipa yang disebut endocardial tube. Dengan terjadinya
lengkungan-lengkungan dan lipatan-lipatan embryo maka ke dua lamina visceralis kiri dan
kanan akan saling mendekati sehingga ke dua endocardial tube menjadi satu. Lipatan
mesoderm yang terletak di sebelah dorsal merupakan penggantung yang disebut
mesocardium dorsale. Lapisan yang menyelubungi endocardial tube berangsur-angsur
menebal dan akan menjadi lapisan yang disebut lamina myoepicardiaum. Lapisan ini mula-
mula terpisah dari endocardial tube oleh zat yang menyerupai agar-agar yang disebut
cardiac jelly. Kemudian zat-zat ini dimasuki mesenchym sehingga dinding endocardial tube
terdiri dari 3 lapisan yaitu:
a. Endocardium yang membentuk lapisan endothel jantung.
b. Myocardium yang membentuk lapisan otot jantung.
c. Epicardium yang merupakan lapisan pembungkus luar jantung.
E. Katup-katup atrioventrikulare
Setelah orificium atrioventriculare terbagi dalam orificium kanan dan kiri yang disebabkan
oleh karena bersatunya endocardial cushion, setiap orificium dikelilingi pertumbuhan
jaringan mesenchym setempat. kemudian jaringan mesenchym ini mengambil bentuk
cekung dan terbentuk katup-katup yang hanya melekat pada dinding ventricle melalui tali-
tali otot. kemudian tali-tali otot berdegenerasi dan diganti jaringan padat membentuk
chorda tendinae, yang ditutupi oleh endocardium dan berhubungan dengan batang-batang
otot tebal pada dinding ventricle yaitu musculus papillaris. Selanjutnya terbentuklah dua
lembar daun katup pada orificium atrioventricularis kiri yaitu valvula bicuspidalis (valvula
Mitralis). Pada orificium atrioventricularis kanan terbentuklah tiga lembar katup yang
disebut valvula tricuspidalis.
F. Katup-katup semilunaris
Ketika pembagian truncus hampir selesai terdapat tonjolan kecil yang bakal menjadi katup
semilunaris. Tonjolan ini terdapat baik pada canalis aorta maupun pada a. pulmonalis. Pada
setiap canalis timbul tiga tonjolan yang berangsur-angsur menjadi tonjolan yang cekung dan
kemudian membentuk valvula semilunaris.
Peristiwa ini disusul penebalan dinding ventrikel kiri oleh karena menerima beban
tekanan lebih besar untuk menghadapi tekanan arteri sistemik. Sebaliknya ventrikel kanan
mengalami penipisan akibat penurunan beban tekanan untuk menghadapi tekanan arteri
pulmonalis yang mengalami penurunan ke angka normal.
Penutupan duktus venosus, duktus arteriosus dan foramen ovale diawali penutupan
secara fungsional kemudian disusul adanya proses proliferasi endotel dan jaringan fibrous
yang mengakibatkan penutupan secara anatomis (permanen).
Tetap terbukanya duktus venosus pada waktu lahir mengakibatkan masking effect
terhadap total anomalous pulmonary venous connection dibawah difragma. Tetap
terbukanya foramen ovale pada waktu lahir mengakibatkan masking effect terhadap
kelainan obstruksi jantung kanan. Tetap terbukanya duktus arteriosus pada waktu lahir
mengakibatkan masking effect terhadap semua PJB dengan ductus dependent sistemic dan
ductus dependent pulmonary circulation.
7. Mekanisme takikardi
Demam berarti terjadi peningkatan suhu tubuh. Kenaikan suhu ini
meningkatkan kecepatan metabolisme nodus sinus (SA node) yang juga
memberikan konduksi tinggi ke seluruh jantung sehingga meningkatkan
eksitabilitas dan kecepatan irama sehingga timbullah takikardia.
8. Mekanisme palpitasi:
Ketika terjadi kelainan di jantung kiri menimbulkan penurunan curah jantung
sehingga suplai darah teroksigenasi ke jaringan tubuh juga menurun. Akibatnya
terjadinlah hipoksia jaringan. Sebagai kompensasinya, stroke volume dan denyut
jantung ditingkatkan sehingga sirkulasi menjadi hiperdinamik dan terjadi
palpitas
9. Anamnesis tambahan :
- Apakah pernah menderita nyeri dan bengkak pada sendi lain yang berpindah-
pindah?
- Apakah sudah pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya?
- Apakah beberapa minggu sebelumnya pernah mengalami demam dan radang
tenggorokan (faringitis)?
- Apakah ada dirasakan gerakan-gerakan yang tidak terkendali?
- Apakah ada anggota keluarga lain yang pernah menderita penyakit yang sama?
Anak perempuan + + +
10 tahun + + +
Radang lutut kiri (+) + - -
Demam + - +
jantung berdebar + - -
nadi 140x/menit + - +
TD 120/60 mmHg + + ?
Sianosis + + +
Aktivitas LV meningkat + + +
Bising systole-distole + + +
a.femoralis teraba + -
(bounding)
Jari tabu (-) + + +
BAB II
Ventikel Septal Defect (VSD)
I. Defenisi
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada
septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara antar rongga
ventrikel. Defek ini dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau
banyak, serta ukuran dan bentuk dapat bervariasi.
II. Epidemiologi
Insidensi DSV terisolasi adalah sekitar 2 – 6 kasus per 1000 kelahiran hidup dan terjadi
lebih dari 20% dari seluruh kejadian PJB. Defek ini lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria (Ramaswamy, et al. 2009).
Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu:
• Perimembranasea, merupakan lesi yang terletak tepat di bawah katup aorta. Defek
Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV (Rao, 2005).
• Muskular, merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum dan
terjadi sekitar 5 – 20% dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy, et al. 2009).
• Suprakristal, jenis lesi DSV ini terletak di bawah katup pulmonalis dan berhubungan
dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan. Persentase kejadian jenis DSV jenis ini
adalah 5 – 7% di negara-negara barat dan 25% di kawasan timur
III. Etiologi
Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan
VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus,
Tetralogi Fallot.
IV. Patomekanisme
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada
septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah mengalir
dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan bising.
Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke a.pulmonalis. Makin besar defek, makin
banyak darah masuk ke a.pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada
a.pulmonalis akan menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan
kapiler ini masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis
arteri-arteri kecil paru. Akan tetapi, lama-lama pembuluh darah paru menjadi sklerosis
dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila tahanan pada
a.pulmonalis sudah tinggi dan permanen, tekanan pada ventrikel kanan juga jadi tinggi
dan permanen.
Bila ditinjau dari segi patofisiologi maupun klinis, ada 4 tipe VSD:
- VSD kecil dengan tahanan pada a.pulmonalis masih normal.
- VSD sedang dengan tahanan pada a.pulmonalis massih normal.
- VSD besar dan sudah disertai hipertensi pulmonal yang dinamis à hipertensi
pulmonal terjadi karena bertambahnya volume darah pada a.pulmonalis tetapi
belum ada kenaikan tahanan a.pulmonalis atau belum ada arteriosklerosis
a.pulmonalis.
- VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang permanen karena pada kelainan ini
sudah disertai arteriosklerosis a.pulmonalis.
Pada waktu lahir, tahanan pembuluh darah paru dan tahanan pembuluh darah
sistemik sama. Sesudah 4-6 minggu, tahanan pembuluh darah paru menurun
perlahan-lahan. Dengan demikian, tekanan pada a.pulmonalis dan tekanan pada
ventrikel kanan menurun. Akibatnya, darah dari ventrikel kiri akan mengalir ke
ventrikel kanan karena defek.
V.Gejala klinis
Gejala klinis DSV cukup bervariasi, mulai dari asimtomatis, gagal jantung berat,
ataupun gagal tumbuh. Semua ini sangat bergantung kepada besarnya defek serta
derajat piraunya sendiri, sedangkan lokasi defek sendiri tidak mempengaruhi derajat
ringannya manifestasi klinis yang akan terjadi (Soeroso and Sastrosoebroto,1994).
Pada DSV kecil dengan pirau kiri-ke-kanan dan tekanan arteri pulmonalis yang normal,
pasien biasanya tidak menunjukkan gejala dan kelainan ditemukan ketika pemeriksaan
fisik. Pada defek berukuran besar dengan peningkatan aliran darah paru dan
hipertensi pulmonalis, pasien dapat mengalami dispnea, kesulitan makan, gangguan
pertumbuhan, infeksi paru berulang, dan gagal jantung pada awal masa bayi.
VI. Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bising holosistolik (pansistolik) yang
terdengar selama fase sistolik, keras, kasar di atas tricuspid di sela iga 3-4 parasternal
kiri menyebar sepanjang parasternal dan apex cordis. Bising ini sudah dapat terdengar
selama defek VSD kecil. Bising mid-diastolik dapat didengar di apex cordis akibat
aliran berlebihan. Pada VSD sering bersifat non-sianotik kecuali apabila terjadi
eisenmengerisasi (terjadi aliran shunt kanan ke kiri). pada penderita VSD dengan aliran
shunt yang besar bias any terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri meningkat dan
dapat teraba thrill sistolik. Apabila terjadi aliran shunt dari kanan ke kiri dengan defek
besar akan tampak stenosis dengan jari-jari tabuh (clubbing of finger). Pada defek
cukup besar dapat terjadi komplikasi berupa stenosis infundibuler, prolaps katup
aorta, insufiensi aorta, hipertensi pulmonal dan gagal jantung.
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan kardiomegali dengan pembesaran
ventrikel kiri., vaskularisasi paru meningkat (plethora) dan bila terjadi penyakit
vaskuler paru tampak pruned tree (seperti pohon tanpa ada cabang-cabangnya),
disertai penonjolan a. pulmonal. Pada elektrokardiogram dapat ditemukan hipertrofi
ventrikel kiri dan mungkin hipertrofi atrium kiri. bila terdapat hipertrofi kedua
ventrikel dan deviasi sumbu QRS ke kanan maka perlu dipikirkan adanya hipertensi
pulmonal atau hipertrofi infundibulum ventrikel kanan. Dengan ekokardiografi M-
mode dapat ditemukan dimensi ventrikel kiri, atrium dua dimensi untuk menentukan
ukuran dan lokasi defek Doppler dan berwarna, menentukan arah dan besarnya aliran
yang melewati defek.
VII. Penatalaksanaan
Elektrokardiorafi
- Pada VSD sedang dan besar biasanya gambaran EKGnya hipertensi ventrikel kiri dengan
hipertrofi atrium kiri atau hipertrofi biventrikular dengan hipertrofi atrium kiri.
Radiologi
- Pada VSD kecil gambaran radiologi thorax menunjukkan besar jantung normal
dengan/tanpa corakan pembuluh darah berlebih.
Terapi
· Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan.
Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
· Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai
umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal
jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan
pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
· Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada
keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan
digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan
terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada
gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
· Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau operasi
koreksi total sudah tidak mungkin karena a.pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila
defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel
kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
VIII. Prognosis
Penderita dengan VSD kecil diduga 50% menutup secara spontan dalam jangka waktu
10 tahun.
DAFTAR PUSTAKA