PENDAHULUAN
Skenario
Anto : Oh ya? Jantung yang fungsinya memompa darah itu, kan ? Jadi jantung kita punya
katup ya?
Adi : Iya, katup ini penting dalam mengatur keluar masuknya darah dari dan menuju
Jantung. Selain itu, katup juga mengatur aliran darah antar ruag jantung. Katup
jantung juga yang menyebabkan bunyi jantung.
Anto : Bunyi jantung? Mmmm, Kemarin orang tua ku membawa kakak ku Rani ke dokter.
Dokter mengatakan ada masalah dengan bunyi jantung nya, Apa mungkin itu
berhubungan dengan katup jantung ya?
Adi : Aku belum tau, tapi menurut buku ini, katup jantung yang tidak bisa membuka
sempurna, akan menimbulkan bunyi tambahan yang disebut murmurs?
Anto : Kapan kita dengar bunyi itu? Kira-kira penyebabnya apa yaa?
Adi : Aku juga belum tau To, aku baca dulu ya! Nanti kalau saya sudah paham, aku
jelaskan ke kamu.
- stenosis
- regurgitasi
- prolapsus mitral
- endokarditis infektif
ISI
Jantung memiliki beberapa valva (katup), valva atrioventrikularis dan valva semilunaris.
Valva atrioventrikularis merupakan valva yang terletak antara atrium dan ventrikel pada
setiap sisi, valva atrioventrikularis terdiri dari valva atrioventrikularis dextra yang terdiri dari
tiga cuspis (valva trikuspidalis), dan valva atrioventrikularis sinistra yang terdiri dari dua
cuspis (valva bikuspidalis). Sementara valva semilunaris merupakan valva yang terdapat di
anatara ventrikel dan arteri besar, valva semilunaris terdiri dari valva aorta di sisi kiri dan
Chorda tendinae menjadi tegang tepat sebelum dan selama sistol, yang
mencegah kuspis terdorong kedalam atrium sinistrum. Ketika melewati ventrikulus
sinister, aliran darah mengalami 2 putaran sudut kanan, yang bersama sama
menyebabkan perubahan arah 180 derajat. Hal tersebut memperlihatkan aliran
mengambil tempat disekitar kuspis anterior valva bikuspidalis.
Ketika darah di pompa dari ventrikel masuk ke dalam arteri besar selama
sistolik, valva semilunaris terbuka dan valva atrioventrikularis tertutup. Ketika
terisi dengan darah dari atrium selama diastolik valva atrioventrikularis terbuka
dan valva semilunaris tertutup.
2.1
2.2 Mekanisme Bunyi Jantung Normal dan dan Bunyi Jantung Patologis (3)
2.2.1 Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri atas dua periode, yaitu periode kontraksi (sistol) dan
relaksasi (diastol). Selama sistol, ruang jantung memompa darah ke luar, selama
diastol ruang jantung terisi dengan darah. Kejadian ini digambarkan dalam kurva
tekanan.
Sistol ventrikel terjadi setelah penutupan katup mitral dan trikuspid. Periode
sistolik ini dibagi dalam dua fase :
S1 SPLIT
Bila kedua komponen pembentuk S1 (M1 dan T1) dapat dibedakan secara
terpisah, bunyi ini dikenal sebagai split. Pada S1 split yang normal, komponen
komponen tersebut menghasilkan bunyi dengan perbedaan 0,02 detik.
Jarak antara kedua bunyi harus terpisah selama paling sedikit 0,02 detik atau
lebih sehingga telinga manusia dapat mendengar dua bunyi secara nyata. Karena
jarak normal antara M1 dan T1 hanya 0,02 detik, S1 split normal mungkin sulit
untuk didengar. Telinga mungkin akan menangkap bunyi tersebut seperti bunyi
mengulum atau berkumur kumur dan bukan dua bunyi yang terpisah.
S1 split mungkin hanya terdengar pada jantung normal, bila kita mendengarkan
pada tempat penjalaran komponen trikuspid yang bunyinya lemah, yaitu LLSB. S1
split sering terdengar pada anak-anak namun bunyi ini hanya terdengar pada
sekitar separuh orang dewasa normal. S1 split dianggap normal bila M1 dan T1
berfrekuensi tinggi dan terdengar hampir bersamaan –terpisah 0,02 detik. Lalu
split tidak terlalu terpengaruh oleh respirasi, bila dapat didengar bunyi split akan
terdengar terus menerus.
2.1.2
2.2.3 Bunyi Jantung Kedua (S2)
Teori klasik dan umum yang diterima tentang pembentukan bunyi jantung
kedua (S2) menyatakan bahwa S2 disebabkan oleh penutupan katup aorta (A2) dan
pulmonal (P2). Meskipun beberapa bukti eksperimental dan klinis menunjukkan
adanya peran faktor intrakardiak yang lain sebagai penyebab terbentuknya S2.
Seperti halnya S1, peristiwa peristiwa mekanis disisi kiri (A2) membutuhkan
lebih banyak energi untuk menutup katup tersebut sehingga bunyi A2 terdengar
lebih keras dari pada peristiwa mekanis disisi kanan (P 2). Biasanya sisi kiri (A2)
mendahului sisi kanan (P2). Komponen A2 terdengar diseluruh tempat auskultasi
tetapi paling baik didengar di basis kanan tempat bunyi aorta menjalar paling kuat.
A2 merupakan bunyi frekuensi tinggi sehingga terdengar paling baik didengar
dengan diafragma stetoskop yang ditekan keras.
P2, komponen kedua yang membentuk S2, merupakan bunyi lebih lemah
diantar kedua komponen S2, biasanya terdengar dibasis kiri tempat bunyi pulmonal
menjalar paling kuat.
S2 SPLIT
Jika kedua komponen yang membentuk S2 dapat dibedakan secara terpisah hal
ini disebut sebagai split fisiologis. Split S2 fisiologis yang normal terdengar pada
saat inspirasi ; bunyi ini menjadi bunyi tunggal pada saat ekspirasi. Jadi respirasi
normalnya akan mempengaruhi terbentuknya S2 split. Pada S2 split fisiologis, A2
dan P2 terpisah sekitar 0,03 detik. (selama inspirasi, terjadi penurunan tekanan
intratorakal yang memungkinkan peningkatan aliran balik vena ke atrium kanan.
Peningkatan darah dalam atrium kanan ini akan memperpanjang sistol ventrikel
kanan dan memperlambat penutupan pulmonal. Karena P2 terjadinya lebih lama
dari A2 maka dapat terdengar split). Split fisiologis pada berbagai fase respirasi
paling baik dinilai selama respirasi yang tenang. Jika pasien menahan napas saat
ekspirasi, keadaan stabil akan tercapai dengan cepat sehingga S 2 tetap berada
disuatu tempat antara fase inspirasi dan ekspirasi.
Seiring usia derajat terjadi S2 split inspiratorik yang normal semakin berkurang
sehingga banyak S2 split inspiratorik tidak terdengar pada orang tua. Split yang
tidak terdengar selama inspirasi bukan berarti patologis, tetapi S 2 split yang
terdengar secara terpisah pada saat ekspirasi merupakan suatu abnormalitas.
S3 merupakan bunyi jantung yang normal terdengar pada anak dan dewasa
muda dan karena mereka mengalami peningkatan volume diastolik pria cenderung
kehilangan S3 pada usia 20-an ; wanita kehilangan S3 pada usia 30-an. S3 pada usia
40 tahun biasanya disebabkan oleh penyakit jantung kecuali pada individu yang
aktif berolahraga. S3 terdengar juga pada pasien dengan penyakit arteri koroner,
kardiomiopati, katup inkompeten, dan shunt kiri ke kanan (defek septum ventrikel
atau duktus arteriosus persisten) dan merupakan tanda klinis pertama pada gagal
jantung kongestif berbagai kondisi penyakit diatas dapat menyebabkan penurunan
pengembangan ventrikel, peningkatan volume diastolik ventrikel kiri, atau
keduanya.
S3 dapat berasal dari ventrikel kiri maupun ventrikel kanan (lebih sering terjadi
pada ventrikel kanan). S3 kiri paling baik didengarkan di apeks. (Bunyi dari
jantung kiri terdengar paling baik di apeks karena merupakan area penjalarannya).
S3 paling baik terdengar dibatas lateral kiri sternum (LLSB) atau area
xifoideus. (Bunyi dari jantung kanan terdengar paling baik di LLSB atau xifoideus
karena ini adalah area penjalaran).
S4 adalah bunyi diastolik yang terjadi selama fase pengisian lambat (pada saat
terjadi “sentakan atrium”). Ventrikel yang menerima darah tambahan dari atrium
ini akan membentuk getaran yang berfrekuensi rendah yaitu S4. Hal ini terjadi jika
pengembangan ventrikel menurun atau jika ventrikel mengalami peningkatan
volume diastolik. S4 tidak akan terjadi kecuali jika atrium berkontraksi. Oleh
karena itu S4 tidak pernah terdengar pada pasien dengan fibrilasi atrium.
S4 biasanya dapat dijumpai pada orang atletis yang berusia kurang dari 20
tahun karena peningkatan volume diastolik terjadi pada orang berusia muda. S 4
juga dapat menjadi petunjuk adanya kelainan jantung (infark miokard yang disertai
dengan penurunan pengembangan ventrikel).
S4 dapat berasal dari ventrikel kiri atau kanan. S 4 yang berasal dari ventrikel
kiri paling baik didengarkan di apeks jantung selama ekspirasi dan pasien dalam
posisi terlentang atau miring kekiri. (Bunyi dari jantung kiri terutama menjalar ke
apeks. Dengan meminta pasien telentang akan meningkan volume darah didalam
ventrikel sehingga bunyi S4 jadi lebih lebih keras. Bila pasien dalam posisi
berbaring miring kekiri, posisi jantung menjadi lebih dekat kedada sehingga bunyi
S4 juga menjadi lebih keras). Penyebab umum timbulnya S4 yang berasal dari
ventrikel kiri adalah hipertensi berat. Stenosis aorta, penyakit miokardium primer,
penyakit arteri koroner, dan kardiomiopati. S4 juga terdengar pada kondisi yang
menyebabkan curah jantung dan volume sekuncup, seperti tirotoksikosis atau
anemia.
S4 yang berasal dari ventrikel kanan terdengar paling baik dibatas lateral kiri
sternum (LLSB) dan diperjelas oleh inspirasi. (Bunyi dari jantung kanan terutama
menjalar ke LLSB. Selama inspirasi, volume darah yang kembali ke atrium kanan
dan ventrikel kanan meningkat sehingga S4 terdengar lebih jelas). S4 dapat
mencerminkan adanya obstruksi katup, stenosis pulmonal atau hipertensi
pulmonal.
Disritmia juga dapat mempengaruhi ada tidaknya S4. S4 dapat terdengar bila
interval PR memanjang (0,22 detik atau lebih lama) dan umumnya terdengar pada
blok atrium ventrikel (A-V) derajat satu, dua,atau tiga. Pada keadaan interval PR
memanjang, S4 tidak tersamar oleh bunyi S1 atau terdengar bergabung dengan S1. S4
tidak pernah terdengar pada fibrilasi atrium, karena pada di aritmia ini tidak terjadi
kontraksi atrium.
S4 dapat terdengar dengan genta yang ditekan ringan. (Tekanan pada genta
menyebabkan kulit didasar genta menjadi sangat teregang, mengubah genta
menjadi diafragma). Jadi genta yang ditekan keras akan menyebabkan S4 melemah
atau menghilang.
Murmur adalah bunyi yang terdengar terus-menerus selama periode sistol, diastol, atau
keduanya. Penyebab utama murmur adalah regurgitasi balik, aliran ke depan melalui katup
yang sempit atau cacat, aliran darah berkecepatan tinggi yang melalui katup normal atau
abnormal, vibrasi struktur longgar di dalam jantung (chordae tendinae) dan aliran kontinu
melalui pirau atrium - ventrikel (A-V shunt).
2.1.1
2.2.1
2.3.1 Klasifikasi Murmur
I/VI Bunyi tidak terdengar selama beberapa detik pertama (pemeriksa harus
beradaptasi sebelum dapat mendengarkan bunyi tersebut)
V/VI Bunyi keras dengan thrust atau thrill, dan terdengar dengan bagian ujung
stetoskop yang dimiringkan atau diangkat dari sebagian dada
VI/VI Bunyi keras dengan thrust atau thrill, dan terdengar dengan bagian ujung
stetoskop sedikit diangkat diatas dada.
Lokasi murmur seperti pada bunyi jantung normal, berasal dari dekat katup
jantung. Anda harus mendengarkan keempat daerah dasar auskultasi. Terletak
diruang intercostalis ketiga sepanjang batas kiri sternum.
Gambar Area Auskultasi ( tempat bunyi terdengar paling keras) digambarkan dengan tanda
panah. (*) merupakan titik Erb
Murmur dekresendo dimulai dengan bunyi yang keras dan semakin lama
semakin melemah (murmur diastolik pada regurgitasi aorta). Pan atau holo murmur
tetap tidak berubah dari awal hingga akhir bunyi (murmur pan sistolik pada
regurgitasi mitral yang berat).
Murmur kesrendro dimulai dengan bunyi yang lemah dan menjadi semakin
keras (murmur akhir sistolik pada prolaps mitral). Murmur dekresendro atau
kresendro dimulai dengan bunyi keras, lalu semakin melemah, kemudian mengeras
kembali (murmur diastolik pada stenosis mitral).
Murmur Sistolik
Murmur sistolik adalah bunyi yang terdengar terus menerus diantara S 1 dan S2.
Mekanisme pembentukan murmur sistolik terjadi selama periode sistolik
ventrikel. Aliran kedepan yang melewati katup aorta atau pulmonal, atau aliran
regurgitasi dari katup mitral atau trikuspid dapat menimbulkan murmur sistolik.
Katup jantung dapat normal (tetapi dengan laju aliran darah yang tinggi) atau
abnormal. Kelainan jantung yang umum dijumpai adalah insufisiensi mitral,
insufisiensi trikuspid, stenosis aorta, stenosis pulmonal.
Gambar kelainan jantung yang umum dijumpai dengan murmur sistolik area yang terdengar paling
baik
Murmur Diastolik
Murmur diastolik adalah bunyi yang terdengar terus menerus antara S 2 dan S1
berikutnya.
Gambar kelainan jantung yang umum dijumpai dengan murmur diastolik area yang terdengar paling
baik.
Pada beberapa abnormalitas, murmur akan terdengar pada sistol maupun
diastol.
Yaitu daun katup tidak dapat menutup rapat sehingga darah dapat
mengalir balik (isufisiensi katup atau inkompetensi katup). Insufisiensi katup
dapat meningkatkan volume kerja jantung dengan cara memaksa kerja jantung
memompakan darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang
mengalami regurgitasi.
2.4.4.2 Etiologi
2.4.4.3 Patofisiologi
2.4.5.2 Patogenesis
Meskipun masih ada hal-hal yang belum jelas, tetapi terdapat
penelitian yang menyimpulkan bahwa DR yang mengakibatkan PJR terjadi
akibat sensitisasi dari antigen streptokokus sesudah 1-4 minggu infeksi
streptokokus di faring (proses “delayed autoimun”) lebih kurang 95%
pasien menunjukkan peninggian titer antis treptoksin O (ASTO) dan
antideoxiribonuklease B (anti DNA-ase B) yang keduanya merupakan dua
macam tes yang biasa dilakukan untuk infeksi SGA.
2.4.5.3 Patofisiologi
M-protein dari membran sel streptokokus bertindak sebagai alfa-
helical coiled coil dan terikat dengan struktur yang homolog dengan
cardiac myosin sebagai tropomyosin, keratin dan laminin yang
mengakibatkan DR dan PJR.
2.5.1.1 Etiologi
TIPE PATOLOGI
Kongenital Katup dapat unikuspid, bikuspid, atau trikuspid dengan
daun daun katup yang sebagian menyatu.
Reumatik Peradangan jaringan menyebabkan perlekatan dan
penyatuan komisura. fibrosis dan kalsifkasi daun katup
dapat terjadi akibat aliran turbulensi yang terus menerus.
Degeneratif Daun katup menjadi kaku akibat pengendapan kalsium
dipangkal. Ujung daun katup relatif normal.
2.5.1.2 Patofisiologi
2.5.2.2 Patofisiologi
Regurgitasi aorta menyebabkan ventrikel kiri mendapat beban
volume karena darah masuk ke ventrikel baik dari atrium kiri maupun aorta
saat diastol. Jika regurgitasi terjadi secara perlahan, jantung akan berespons
terhadap peningatan tekanan diastol dengan memperpanjang serabut dan
replikasi sarkomer secara bertahap, yang menyebabkan peningkatan
volume ventrikel.
o Sesak Napas
Edema paru dapat terjadi, terutama jika regurgitasi aorta bersifat
akut dan ventrikel tidak memperoleh cukup waktu untuk mengompensasi
peningkatan volume yang mendadak. Pada regurgitasi aorta kronik,
mekanisme kompensasi akhirnya gagal dan jantung mulai bekerja pada
bagian yang curam dari kurva tekanan-volume diastolik.
2. Murmur
Bunyi jantung ketiga dapat didengar karena adanya gagal jantung atau
akibat pengisian ventrikel kiri yang berlebihan saat diastol.
4. Impuls Apeks
Impuls apeks bergeser kelateral karena meningkatnya volume ventrikel
kiri.
Tipe Keterangan
Reumatik Tersering. Penyempitan terjadi karena fusi dan
penebalan komisura, tepi, dan chorda tendineae. Gejala
biasanya muncul 20 tahun setelah demam reumatik akut
Kalsifikasi Biasanya menyebabkan regurgitasi mitral tetapi pada
sebagian kasus dapat menyebabkan stenosis mitral
Kongenital Biasanya terdapat sejak masa bayi/ anak
Penyakit Lupus eritematosus sistemis dan artritis
kolagen- rheumatoid(jarang)
vaskular
2.5.3.2 Patofisiologi
Katup mitral normalnya adalah katup trikuspid, dengan luas tepi
katup anterior sekitar dua kali lipat luas tepi katup posterior. Luas katu
mitral biasanya adalah 5-6 cm2 ; stenosis mitral yang secara klinis relevan
biasanya terjadi jika luas katup berkurang menjadi lebih kecil dari 1 cm 2.
Karna obstruksi aliran melindungi ventrikel dari beban tekanan dan
volume, hubungan tekanan volume ventrikel kiri tidak banyak
memperlihatkan abnormalitas selain penurunan volume volume. Namun,
analisis terhadap rekaman hemodinamik memperlihatkan peningkatan khas
pada tekanan atrium kiri. Karena itu, atau fisiologis utama pada stenosis
mitral adalah peningkatan tekanan vena pulmonalis dan peningkatan sisi
kanan (arteri pulmonalis, ventrikel kanan, dan atrium kanan). Dilatasi dan
penurunan fungsi sistolik ventrikel kanan sering ditemukan pada pasien
yang stenosis mitrak stadium lanjut.
2.5.4.1 Etiologi
Tipe Kausa
Akut Endokarditis infektif
Ruptur chordae Trauma
tendinae Demam raumatik akut
“Spontan”
2.5.5.2 Patofisiologi
Gambaran hemodinamik ditentukan oleh besarnya pressure gradien
antara atrium dan ventrikel kanan, yang akan meningkat pada saat latihan
atau inspirasi, dan menurun saat istirahat atau ekspirasi. Hal ini disebabkan
perubahan besarnya volume pada latihan dan pernapasan. Pada keadaan
normal pressure gradien itu hanya 1 mmHg. Bila meningkat sampai 2
mmHg sudah dapat menunjukkan suatu stenosis trikuspid, sedangkan 5
mmHg merupakan gambaran stenosis berat dengan tanda kongesti
sistemik.
Defek Sindrom
Atrial septal defect Asplenia syndrome
Ventrikular septal defect Rubella syndrome
Tetralogy of fallot Noonan’s syndrome
Hypoplastic right ventricel Cardiofacial syndrome
Transposition of the great arteries Williams syndrome
Double-outlet right ventricle
Double-inlet left ventricle(single
ventricle)
Corrected transposition of the
great arteries
Trikuspid atresia
2.5.7.2 Patofisiologi
Penyempitan yang berasal dari katup atau pembuluh darah akan
mengakibatkan peningkatan tekanan yang tinggi di bagian proksimal
dibandingkan dengan bagian distal dan perbedaan tekanan ini penting
dalam pemeliharaan aliran melewati daerah stenotik. Pada stenosis
pulmonal akan terjadi hipertrofi ventrikel kanan yang akan memelihara
aliran ke paru dan apabila tak tercapai maka akan terjadi gagal jantung
kanan. Besarnya tekanan ventrikel kanan dan perbedaan tekanan melalui
katup pulmonal pada umumnya sesuai dengan derajat dari sumbatan.
Dengan meningkatnya hipertrofi ventrikel kanan dan kemampuan
ventrikel kanan menurun akan berakibat peningkatan tekanan akhir
diastolik dan gelombang A yang menonjol pada atrium kanan yang dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan pada atrium kanandan terjadi pirau
kanan ke kiri dan bila keadaan ini dengan patent foramen oval (PFO) atau
atrial septal defect (ASD) akan menyebabkan desaturasi arterial sistemik
dan secara klinik didapatkan sianosis. Pirau kanan kekiri dapat juga terjadi
pada pasien dengan ventrikel kanan hipoplastik.
2.5.8.2 Patofisioogi
2.6 Hubungan Penyakit Katup Jantung dengan Gagal Jantung Kanan dan Kiri(5)
2.6.1 Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah
oleh ventrikel kiri sehingga tekanan akhir diastol dalam ventrikel kiri dan
volume akhir diastoledalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini merupakan
beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu
diastolik, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium
kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan
aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonalis. Bila keadaan ini terus
menerus berlanjut, maka bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan
akibat terjadinya edema paru dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat
adanya tekanan dalam sirkulasi yang meninggi. Keadaan yang terakhir ini
merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk
sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan iu terus
bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan
kompensasi dengan mengalami hipertrofi dan dilatasi sampai batas
kemampuannya, dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi
gagal jantung kanan, sehingga pada akhirnya terjadi gagal jantung kanan-kiri.