Sejarah Epidemiologi Iii
Sejarah Epidemiologi Iii
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa
epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu
kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua disiplin ilmu
ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi,
mikrobiologi dan genetika.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi
kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain
membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain
seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan
statiska.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan
terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad
ke 5 SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places,
selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor
predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V.
Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu
biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr
mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan
sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola
kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis
pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem
pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk
perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder
of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam
menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis
wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker.
Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan
epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu
melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur
mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih
berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
3. Penularan penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
1. Populasi
1. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan
ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
Referensi :
Referensi kaitan