Anda di halaman 1dari 1

28 Juli 2018 Dhea Atika Risnawati

Budaya Terlambat dan Ketiadaan Konfirmasi Kehadiran

Budaya terlambat merupakan masalah sering dianggap sepele oleh beberapa orang terutama di wilayah
Indonesia. Indonesia yang sudah terkenal dengan istilah “jam karet”nya perlu perhatian lebih lanjut. Selain
merugikan diri sendiri, budaya terlambat juga merupakan etika yang tidak baik terhadap orang lain.
Keterlambatan dengan permintaan maaf saja tak jarang membuat orang lain kesal, apalagi keterlambatan yang
tanpa meminta maaf serta izin langsung duduk di tempat dengan tidak mempunyai rasa bersalah. Padahal
orang-orang yang memilih tepat waktu tentunya juga memiliki kesibukan, namun waktunya terbuang sia-sia
hanya untuk menunggu oknum-oknum yang memiliki budaya terlambat. Banyak di antara orang-orang yang
terlambat tidak merasa malu atas keterlambatannya. Atau dengan kata lain tidak menghargai orang yang secara
sukarela meluangkan waktunya untuk tepat waktu.

Salah satu contohnya adalah mahasiswa yang terlambat masuk ruang perkuliahan. Karena
ketidakdisiplinan tersebut akan muncul banyak masalah untuk menutupi satu masalah tersebut. Seperti titip
absen, mencontek tugas teman, berbohong pada dosen, dan lain-lain. Terlambat masuk kelas juga berdampak
buruk terhadap mahasiswa itu sendiri, ia akan tertinggal beberapa materi kuliah serta termasuk perilaku yang
kurang terpuji di mata dosen. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlanjut, maka tumbuhlah generasi Indonesia
yang korupsi waktu, tidak jujur, tidak disiplin, serta menyepelekan kewajiban yang harus dipenuhi. Tentunya
bangsa Indonesia tidak mengharapkan para generasi penerus bangsanya adalah generasi yang berbudaya “jam
karet” serta tidak disiplin.

Saking membudayanya keterlambatan di Indonesia, pembenaran hal-hal yang umum tak jarang
ditemukan. Membenarkan kebiasaan terlambat menurut sebagian orang adalah hal yang wajar. Namun tetap
saja, setiap perbuatan buruk akan menemui dampaknya, apalagi jika sudah dalam kategori budaya. Padahal
kunci majunya suatu bangsa adalah dari sumber daya manusianya. Membentuk pribadi-pribadi yang disiplin
serta beretika merupakan suatu bentuk peningkatan moral sumber daya manusia di Indonesia. Dalam mencetak
pribadi-pribadi unggul harus dilakukan dengan menghilangkan budaya terlambat yang masih merajalela.

Masalah lain yang perlu dikaji lebih lanjut setelah budaya keterlambatan adalah ketiadaan konfirmasi
pada forum diskusi seperti rapat organisasi, tugas kelompok, janji temu, dan asistensi. Ketiadaan kabar atau
secara tiba-tiba membolos dari suatu forum diskusi merupakan salah satu kemunduran sopan santun di
Indonesia. Hal tersebut merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan etika dan norma-norma sosial serta sopan
santun di masyarakat. Perlu diingat bahwa forum diskusi tersebut menyangkut kepentingan banyak orang bukan
hanya kepentingan pribadi tersebut.

Dengan kemampuan yang unggul dan cerdas, selayaknya Gadjah Mada Muda mempunyai perilaku yang
terpuji apabila tidak dapat menghadiri suatu forum diskusi karena suatu alasan. Penyampaian pesan bahwa yang
bersangkutan tidak dapat menghadiri forum diskusi dapat dilakukan dengan berbicara secara langsung maupun
melalui media. Dewasa ini teknologi sudah semakin canggih, memberi konfirmasi kehadiran dapat dilakukan
melalui media chatting seperti line dan whatsapp. Bukankah semakin berkembang teknologi juga semakin
memudahkan manusia dalam berkomunikasi? Berkomunikasi secara singkat walaupun hanya melalui sebaris
pesan konfirmasi kehadiran maupun ketidak-hadiran sangatlah penting. Melalui konfirmasi tersebut dapat
diantisipasi agar rekan forum diskusi tidak menunggu seseorang terlalu sehingga forum dapat segera dimulai
secara tepat waktu.

Sebagai calon pemegang estafet pemerintahan dan ekonomi Indonesia di perayaan ke-100 kemerdekaan
tahun 2045 nanti, sepatutnya seorang Gadjah Mada Muda memulai budaya disiplin yang dimulai dari
lingkungan kampus. Menjadi mahasiswa yang disiplin, jujur, dan mempunyai etika yang baik pada waktu
kuliah tentunya akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak sulit diterapkan jika sudah berkecimpung di dunia
kerja nanti. Mahasiswa yang disiplin dan beretika merupakan aset berharga bangsa serta sumber daya manusia
unggul di masa depan. Mahasiswa tersebut merupakan generasi emas yang akan menjadi teladan, penggerak,
serta pemimpin Indonesia yang anti korupsi, berjuang untuk kepentingan rakyat, dan akan membawa Indonesia
di deretan negara maju pada tahun 2045 nanti.

Anda mungkin juga menyukai