I. Pendahuluan
Berikut adalah diagram alir yang menggambarkan bagaimana alur materi yang ingin
disampaikan dalam KAT secara keseluruhan. Diagram alir ini juga merupakan deskripsi
keterkaitan antarmateri. Realita pendidikan dan pendidikan yang berkebudayaan merupakan
materi pertama dalam alur ini. Alur materi secara keseluruhan disarankan untuk disampaikan
oleh mentor supaya peserta dapat lebih memahami proses belajarnya selama KAT.
Keterangan
1. Diagram alir
Kuning = kesadaran diri
Hijau = kesadaran diri sebagai bagian dari lingkungan (part of)
Biru = kesadaran diri sebagai bagian di dalam lingkungan (within)
V. Rincian Materi
1. Materi prasyarat
Video
a. Kenapa pendidikan Indonesia belum maju?
https://www.youtube.com/watch?v=CmcjO4SWrgQ&ab_channel=KokBisa%3F
Sistem Pendidikan massal yang menyeragamkan murid dan masalah kualitas pendidikan
yang buruk dari segi pengajar dan kurikulum. Penyadaran pentingnya peran peserta didik
terhadap kemajuan kualitas Pendidikan Indonesia.
b. Inequality
https://youtu.be/a0wHffQi4xo
1
kontekstual = berhubungan dengan konteks. yang dimaksud konteks adalah bagian suatu uraian atau
kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna. kontekstual dapat diartikan sebagai
sesuai pada tempat yang seharusnya.
Menyadarkan bagaimana latar belakang dan privilege akan sangat mempengaruhi masa
depan anak. Kesuksesan bukan masalah seberapa besar usaha yang diberikan saja. Video
ini diharapkan dapat meluruskan miskonsepsi mengenai masalah struktural seperti
pendidikan dan kemiskinan. Karena kemiskinan merupakan sebuah trap yang berbentuk
siklus.
c. Aspiring middle class
https://youtu.be/_kID5hv68zw
Menyadarkan bagaimana problem kelas yang dipengaruhi sistem ekonomi yang buruk
dapat menghambat perkembangan individunya. Masih ada agenda anak muda untuk
memberi ruang bagi aspiring middle class (kelas menengah ke bawah) supaya dapat
hidup lebih baik.
d. Underprivileged millennials
https://youtu.be/s7kOgZfWWKA
Membuka mata bahwa realitanya mayoritas millennials adalah orang yang
underprivileged. Orang-orang yang underprivileged bukannya tidak ingin berkembang
dan belajar lebih, namun pengaruh latar belakang akan sangat besar terhadap harapan,
mimpi, tujuan hidup, dan bagaimana cara mereka berpikir.
Artikel
e. Masyarakat adat
https://projectmultatuli.org/project-multatuli-dan-masyarakat-adat-suara-dari-penjaga-t
erakhir-bumi/
Penyadaran tentang masyarakat adat yang sesungguhnya. Prasyarat ini diharapkan dapat
meluruskan miskonsepsi mengenai cara pandang manusia modern terhadap masyarakat
adat serta bagaimana peran mereka dalam menjaga keselarasan alam dan kebudayaan
Indonesia sebagai identitas. Sekaligus narasi awal pentingnya nilai inklusif dalam
kebhinnekaan.
f. Komik strip
https://digitalsynopsis.com/inspiration/privileged-kids-on-a-plate-pencilsword-toby-mor
ris/
2. Pembahasan Materi Prasyarat
Melihat gambar-gambar yang ada di slide, apa yang terlintas di pikiran teman-teman?
Setelah membaca dan menonton materi prasyarat kemarin adakah yang ingin berpendapat?
Melihat realita sesungguhnya mengenai keadaan pendidikan dan ekonomi, serta bagaimana
keduanya saling mempengaruhi seharusnya membuat kita lebih sadar bahwa masalah
kemiskinan dan gap kelas bukanlah masalah yang solusinya sesederhana “usaha keras”
permasalahan ini merupakan masalah struktural (masalah berskala besar yang terjadi sejak
lama dalam sistem). Keadaan ekonomi seperti sekarang menciptakan ketidakadilan atau
inequality dalam meraih pendidikan dan segala fasilitas, yang tidak berkesempatan
mendapat pendidikan yang baik akan sulit memperbaiki kualitas hidupnya. Seperti aspiring
middle class dan realita millenials yang harus bekerja keras dan tidak melanjutkan studinya.
Kita perlu sadar mengenai masalah-masalah ini, supaya ketika kita sudah terdidik nanti, kita
tahu apa yang harus kita lakukan, untuk diri, orang lain, atau Indonesia sebagai bangsa.
Kemudian untuk masalah masyarakat adat, apakah artikel yang kalian baca kemarin
merupakan hal baru? Sadar ga, sih banyak dari kita yang terlalu terfokus kepada kehidupan
modern sehingga lupa bahwa masyarakat adat juga merupakan bagian dari Indonesia. Banyak
dari kita yang menganggap mereka terbelakang, tidak ingin maju, dan primitif. Padahal,
masyarakat adat lah orang-orang yang mempertahankan nilai budaya dan menjaga alam
Indonesia. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia seharusnya kita punya nilai inklusif2, nilai
ini adalah bekal untuk mewujudkan kebhinnekaan yang sesungguhnya.
2
inklusif/in·klu·sif/ a termasuk; terhitung: maksud dari nilai inklusif dalam konteks ini adalah
mengikutsertakan masyarakat adat sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Nilai inklusif sering tidak
disadari dan dipahami sebagai sesuatu yang penting sehingga perlu disadarkan sebagai nilai yang penting
dalam mewujudkan kebhinnekaan.
4. Realita Pendidikan
a. Keadaan Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia masih sangat erat dengan sistem banking education. Menyuapi,
menyeragamkan, dan membatasi. Pelajaran yang diberikan diseragamkan, tidak sesuai
dengan minat dan bakat siswa. Jika diibaratkan, siswa diproses melalui pendidikan formal
supaya dapat fit-in untuk kebutuhan industri dan ekonomi. Seluruh kegiatan penyeragaman
ini bahkan membangun pemahaman mengenai pintar dan bodoh. Sudah menjadi common
sense bahwa kata pintar akan selalu merujuk kepada mereka yang mahir dalam sains,
sedangkan mereka yang minat dalam seni seringkali dianggap kurang pintar. Yang kurang
pandai dalam matematika dan sains dianggap bodoh dan kurang berguna, tidak dapat
dipungkiri bahwa beberapa orang tua melarang anaknya mengambil jurusan seni karena
dianggap sebagai pekerjaan yg tidak menjanjikan di masa depan. Padahal, kepintaran tidak
seharusnya berhubungan dengan bagaimana ia dapat menyesuaikan industri (pasar), karena
Pendidikan bukan pabrik yang memproduksi barang siap pakai bagi kebutuhan ekonomi.
b. Ekonomi
Ekonomi selalu menjadi penentu utama bagaimana baiknya hal-hal selain dia, termasuk
pendidikan. Pendidikan menyesuaikan keadaan ekonomi yang telah ada, dan itulah yang
selama ini dianggap baik dan sesuai. Murid didesain oleh sekolah supaya dapat memenuhi
kebutuhan pasar. Dapat dilihat dari bagaimana jargon revolusi industri sangat sering
disuarakan di sekolah-sekolah. Segala hal selain ekonomi harus menyesuaikan dan
mendukungnya. Bahkan, dalam kasus genting seperti pandemi, ekonomi masih menjadi
prioritas utama bagi manusia. Sudah saatnya kita merenung dan berpikir “Jika ekonomi
adalah sistem yang diciptakan untuk memudahkan hidup manusia, mengapa orang-orang rela
mati demi ekonomi? Sebenarnya untuk siapa kita belajar? Untuk diri sendiri? Membahagiakan
orang tua? Atau memenuhi kebutuhan si yang berkuasa?” Sistem seperti ini mereduksi nilai
manusia menjadi objek, manusia diibaratkan menjadi sebuah sekrup dari mesin sistem
ekonomi yang bergerak untuk pemiliknya. Objektifikasi dalam pendidikan di Indonesia tidak
hanya dari sistem banking, namun bahkan keseluruhan dari proses dan output-nya adalah
kegiatan objektifikasi yang tidak memanusiakan manusia sebagaimana seharusnya.
7. Kesimpulan:
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kebudayaan adalah hal yang begitu meluas dan
penting dalam hidup setiap manusianya. Manusia yang melahirkan budaya dan budaya akan
melahirkan manusia selanjutnya. Maka proses pendidikan adalah pembudayaan, pengajaran,
penyadaran, dan penurunan nilai budaya—ideal tidaknya budaya juga disadarkan melalui
pendidikan itu sendiri.
“Apa yang diajarkan dalam pendidikan adalah kebudayaan, sedangkan pendidikan
adalah proses pembudayaan.” - Moh. Hatta
Pendidikan yang berkebudayaan juga merupakan pendidikan yang memanusiakan
manusia, menjadi jalan yang dapat membuat manusia yang terdidik sehingga mampu
merdeka secara batin, pikiran, dan tenaganya. Pendidikan yang berkebudayaan bersifat
kontekstual3—secara luar dan dalam. Dalam yaitu berlandaskan ke-diri-an atau
menyesuaikan bagaimana potensi dan nilai diri yang dimiliki. Luar diartikan sebagai
memperhatikan lingkungan dan berlandaskan kebudayaan. Lingkungan yang dimaksud juga
tidak sesempit lingkungan hidup, namun makna lingkungan secara meluas, segala selain diri,
termasuk realita kehidupan kita sekarang. Kebudayaan yang menjadi landasan tentunya juga
merupakan makna kebudayaan secara meluas, yaitu cara hidup manusia secara keseluruhan.
Maka, pendidikan yang berkebudayaan tidak akan mereduksi nilai manusia sebagai
objek karena berangkat dari masalah dan membawa nilai budaya yang melekat pada
manusia dan kompleksitas yang dimiliki. Konsep pendidikan yang berkebudayaan disini
disadarkan agar kita sama-sama conscious mengenai realita yang kita hidupi sekarang,
karena sadar adalah langkah awal menuju merdeka yang sesungguhnya.
VII. Keterangan
Bold : poin penting (dalam rincian materi, tidak termasuk judul)
Merah italic : sesuatu yang dilakukan oleh pendiklat mentor untuk menunjang
keberjalanan sesi penyampaian materi.
Stabilo kuning : reasoning materi