Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA


Ny T Umur 47 tahun P3Ab3Ah3 dengan Gangguan Sistem Reproduksi Kista ovarium
Di Ruang Nifas RSUD Wonosari,Gunungkidul
Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan
Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif Semester VI
Program Studi Diploma IV Kebidanan

Disusun Oleh
Nama:Faradilla Ahlaqul Gifari
NIM:P27224015106
Kelas:D4 Reguler A Semester VI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi
dengan jaringan normal dan tumbuh terus menerus meskipun rangsang yang
menimbulkannya telah hilang. Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas
tumor yang bersifat jinak dan dan tumor yang bersifat ganas. Salah satu jenis tumor jinak
yang paling sering ditemui adalah kista.

Ovarium merupakan organ genitalia interna yang mempunyai fungsi penting untuk
pembentukan ovum dan hormon dalam perjalanan reproduksi seorang wanita. Karena
jaringan ini sangat dinamik dan dipengaruhi oleh rangsang hormonal sejak pubertas hingga
menopouse, maka hal ini merupakan alasan mengapa banyak kista atau tumor jinak timbul
di ovarium (Llewellyn, 2001).

Kista ovarium adalah kantong non-neoplastik pada suatu ovarium yang mengandung
cairan atau materi semipadat. Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Jenis kista ovarium dibagi menjadi
dua yaitu kista ovarium non-neoplastik dan kista ovarium neoplastik jinak. Diantara
beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol (Prawirohardjo, 2008).

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi untuk
melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga
menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari
perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista
Dermoid.
Tumor ovarium sebagian besar (60-75%) jenis epitelial, yang dapat menjadi
karsinoma ovarium (95%). Karsinoma ovarium sulit didiagnosa dan sebagian pasien datang
dalam keadaan stadium lanjut, sehingga gangguan dalam ovarium perlu diperhatikan
(Manuaba, 2008).
Tumor-tumor kistik ovarium tersebut mempunyai potensi keganasan yang berbeda-
beda, salah satunya adalah 30-35% Kistadenoma serosum dapat menjadi ganas. Penanganan
kasus ini dilakukan dengan pengangkatan tumor dengan tindakan operatif yang selanjutnya
dilakukan pemeriksaan histologik untuk mengidentifikasi adanya keganasan.
Sebagian besar wanita tidak menyadari bila dirinya menderita kista. Seandainya
menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut
bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista,
pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang, perdarahan
yang terjadi di dalam kista dan tangkai kista yang terpeluntir.
Bidan mempunyai peran dalam mendeteksi dini gangguan yang terjadi pada masa
reproduksi termasuk pada kista ovarium. Sehingga jika terjadi kasus ini dapat tertangani
dengan cepat. Selain itu juga bidan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan
kebutuhan pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien dengan kista
ovarium.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar kista ovarium
b. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada kista ovarium
c. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada pasien dengan
kista ovarium
d. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan dengan SOAP

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada seorang wanita dengan
kista ovarium
2. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa bagi perkembangan ilmu kebidanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kistoma Ovarium


1. Pengertian
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering
ditemui. Kista adalah kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih, cairan kental,
kuning, bisa berupa cairan darah berwarna coklat, dan bahkan kadangkala berisi rambut.
Bila cairan dalam kantong kista bertambah maka kistapun akan membesar sehingga
dinding kista menipis dan mudah pecah.

Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita yang terletak di kedua sisi
uterus dalam rongga pelvis dengan ukuran 1,5x2 cm. Organ ini berfungsi dalam proses
pematangan ovum dan produksi hormon reproduksi (estrogen dan progesteron).
Gambar 1. Kistoma Ovarium

Sumber: www.google.com

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat
terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama masa
kehamilan (Bilotta. K, 2012).

Kista ovarium adalah kista yang permukaannya rata, halus dan biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar (Prawirohardjo, 2008).

2. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan-bahan
yang bersifat karsinogen berupa zat kimia, polutan, hormonal dan lain-lain. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya
sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada
sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.

Kista folikel multipel dapat terjadi setelah penggunaan klomifen atau gonadotropin
untuk menginduksi ovulasi (Llewelyn,2001). Peningkatan prevalensi kista ovarium
fungsional diperlihatkan pada wanita yang menggunakan metode progesteron saja. Mc
Cann dan Potter (1994) menyatakan bahwa hal ini dapat terjadi dengan kelanjutan
pemakaian dan membaik jika POP tidak lagi digunakan (Fraser, 2009).

3. Patofisiologi
Secara umum kista disebabkan oleh ketidakstabilan hormon yang berpengaruh
dalam ovulasi sehingga terjadi hiperstimulasi dalam pertumbuhan suatu sel.
Kista folikel berasal dari pembesaran folikel De Graaf yang tidak sampai
berovulasi, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
esterogen tidak mengalami atresia yang lazim melainkan secara terus menerus
mengeluarkan cairan dan tumbuh. Cairan dalam kista jernih dan seringkali berisi
esterogen. Kista folikel multipel bisa disebabkan oleh penggunaan klomifen atau
gonadotropin untuk menginduksi ovulasi.
Kista korpus luteum/korpus luteum persisten terjadi ketika korpus luteum bertahan
hidup dan tumbuh terus dan tidak berdegenerasi ketika implantasi gagal berlangsung.
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan berubah menjaid korpus
albikans. Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista berisi
cairan yang berwarna merah cokelat karena darah tua.
Kista inklusi germinal terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium. Dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel
kubik atau torak rendah dan isinya cairan jernih dan serus.
Kista Stein Leventhal disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimuli ovarium dengan produk kista yang banyak.
Kista teka lutein tumbuh akibat dari hormon koriogonadotropin yang berlebihan
(mola, koriokarsinoma) dengan hilangnya pengaruh hormon, maka ovarium akan
mengecil secara spontan (Prawirohardjo, 2008).
4. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum ada yang benar-benar memuaskan,
baik pembagian secara klinis maupun secara patologis anatomis. Tumor kistik merupakan
jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik, seperti kista retensi
yang berasal dari corpus luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang betul
merupakan neoplasma. Oleh karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam
golongan non-neoplastik (fungsionil) dan golongan neoplastik (Prawirohardjo, 2008).

a. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)


Kista ovarium secara fungsional merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak
ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan
siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan
pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh
sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat
menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya
tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu
2-3 bulan.

1) Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi. Setiap
bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul dengan
degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil.
Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah
kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya
tidak melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah
salpingektomi.

Gejala-Gejala

Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang
tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal bersifat monofasis. Bila
mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan
tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii dapat
menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun jarang, dapat terjadi rupture spontan,
dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisnya
dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang paling sering terjadi
ialah cairan kista tersebut mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau dua
siklus.

Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak
akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau
non neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.

Terapi
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila harus
diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena
indikasi lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil
dapat dilakukan punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan
meninggalkan jaringan ovarium yang normal.

2) Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein
yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke
dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat
banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan
berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-unsur
darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih, atau sedikit bercampur darah.
Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-
jaringan perut.

Gejala-Gejala
Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan ektopik. Haid kadang-kadang
terlambat, diikuti dengan perdarahan sedikit yang terus menerus, disertai rasa sakit
pada bagian perut bawah. Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang sakit. Ada
yang menganggap kista ini sebagai korpus luteum persistens, dimana oleh sesuatu
sebab tidak terjadi regresi. Suatu jenis yang jarang dari kista lutein ialah yang
ditemukan pada mola hydatidosa atau chorio epithelioma. Dalam beberapa kasus dari
jenis ini, dindingnya dibentuk oleh sel granulose yang mengalami luteinisasi, tetapi
pada umumnya kista dibntuk oleh sel theca lutein dan jaringan ikat.

3) Stein Levental ovary


Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna
keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica
yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam
stadium, tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang
disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas, obesitas
dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari
tunica interna yang menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit
herediter yang autosomal dominant.

4) Kista Inklusi Germinal


Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada
wanita yang lanjut usianya, dan besarnya kurang dari 1 cm. Tidak pernah memberi
gejala-gejala yang berarti.

5) Kista endometrial merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium


a. Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
1). Kista ovarium simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista
jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan
yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah
ada keganasan.
2).Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal
dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari
lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal
yang sama dengan tumor Brenner.

Angka Kejadian

Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii


serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang
kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma
ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%;
sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%;
dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-
50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.

Gambaran Klinik

Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala


(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih
pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat
ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi
dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan
mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar
menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi
sobekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma
peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun
dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya,
penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat
ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu
diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas.
Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

Penanganan

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu
mengangkat kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa
mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei
karena tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan
pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum
mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan
pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan terhadap
kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.

3).Kistadenoma Ovarii Serosum


Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian

Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering
ditemukan kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan
frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan
(1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya hariadi dan Gunawan menemukan angka
kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat
angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat angka 36,1%.

Gambaran Klinik

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.
Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri
kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran


makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak
yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap
warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ephithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian
besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya


yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista
adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu
ganas.
Perubahan Ganas

Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel,


serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara
kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan
sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari
kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka prognosis
penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu
mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut
pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically
malignant).

Terapi
Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya,
berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang
perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

4).Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang
ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.

5).Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak
lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang
histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor
berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.

Angka Kejadian

Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling
sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista
dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid
dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang
sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.

Gambaran Klinik

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian
lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang
menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal.


Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis,
epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat
dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti
lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi
dapat pula merupakan gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di
perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan
keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan
biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma
epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal.
Ada kemungkinan pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan
terjadinya tumor yang khas. Termasuk :

(1). Struma Ovarium


Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat
menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964 di RS. Dr. Soetomo Surabaya
pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak ganas.
Hariadi selam 5 tahun (1963-1968) menemukan 3 kasus struma ovarium (=0,5%),
Djaswadi selam 10 tahun (1965-1974) hanya mencatat satu kasus (=0,5%);
sedangkan Gunawan selama 3 tahun (1974-1977) melaporkan satu kasus (=0,2%).

(2). Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum


Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang bertasal dari satu elemen dari
epitelium germinativum.

(3). Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagosis harus dibuktikan adanya
hormon koriogonadotropin.

5. Prognosis
William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : prognosis dari kista jinak sangat baik.
Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam
stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk
stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka
bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang
terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma
dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal
sel tumor nondisgerminoma.
Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai
sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi.
Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%.
Etiologi:

 Infeksi ovarium
 Ketidakseimbangan hormon Esterogen
dan Progesteron dalam tubuh
 Terapi sulih hormon pada menopouse
 Obat-obat yang meningkatkan
kesuburan
 Pemakaian kontrasepsi

KISTA OVARIUM

Kista ovarium Non Kista Ovarium Neoplastik


Neoplastik (Fungsional)

1. Kista Folikel
2. Kista Korpus Luteum 1. Kistoma Ovarii simpleks
3. Kista Lutein 2. Kista oVari Musinosum
4. Kista Inklusi Germinal 3. Kista Ovari Serosum
5. Kista Stein Leventhal 4. Kista Ovarium Dermoid
6. Kista Endometrium 5. Kista Ovari Endometoid
1. >5 cm
1. < 5 2. Membesar secara
2. Mengecil dalam waktu 2-3 progresif setelah diterapi
bulan dengan terapi hormon hormon 2-3 bulan
3. Tidak ada diagnosis keganasan 3. Kista terpelintir/pecah
pada pemeriksaan lab 4. DindingKistektomi
berjonjot, padat
Terapi keganasan AdaPenanganan
keganasan dan >10 cm
6. Tanda gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri
yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan
ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik,
pada stadium awal dapat berupagangguan haid. Jikatumor sudah menekan rektum atau kandung kemih
maka mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan
daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri saat bersenggama.
Namun bila kista berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri, maka kista bisa terpelintir
atau pecah sehingga akan menimbulkan rasa sakit yang tajam, kista berkembang menyebabkan perut
terasa penuh, berat, kembung. Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ lain seperti
usus dan hati. Penumpukan cairan juga bisa terjadi pada rongga dada dan mengakibatkan rasa sesak nafas
(Brunner, 2005).
7. Komplikasi
1). Perdarahan intra tumor
Perdarahan dalam kista biasanya terjadi sedikit demi sedikit, sehingga berangsur-
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang
minimal. Namun jika perdarahan terjadi secara masif, akan terjadi distensi cepat dari
kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
2). Putaran tangkai
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter >5 cm akan
tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas gerakkannya. Kehamilan dapat
mempermudah terjadinya torsi karena pada kehamilan uterus yang membesar dapat
mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat terjadi perubahan
mendadak pada rongga perut.
Putaran tangkai juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang
bersifat total. Karena vena lebih mudah tertekan, terjadi pembendungan darah dalam
tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan dalam tumor. Jika
putaran tangkai terjadi terus, maka dapat terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor
yang dapat menimbulkan robekan dinding kista dengan perdarahan intraabdominal
atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan, tumor dapat melekat
pada omentum, yang dapat melepaskan diri dan menjadi tumor parasit.
3). Infeksi pada tumor
Hal ini terjadi jika di sekitar tumor ada sumber patogen. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
4). Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, trauma (seperti jatuh), pukulan pada perut, dan lebih
sering pada saat persetubuhan. Jika terjadi robekan pada kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga
peritoneum, dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat menimbulkan suatu
pseudomiksoma peritonii.
5). Perubahan keganasan
Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma
ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid. Sehingga setelah
sel-sel tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keganasan. Adanya
metastasis dapat memperkuat diagnosis keganasan.
8. Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau
di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,
konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor
tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor.
Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor
itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih
penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan
tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa
menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang
sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites,
akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya
dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka
perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala
ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak
dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi
besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
9. Pencegahan
Meski belum diketahui penyebab munculnya kista, tumor ini dapat dihindari
dengan penerapan pola hidup yang sehat dan berkualitas, antara lain :

1. Makan-makanan yang bergizi, menghindari makanan yang mengandung bahan


karsinogenik dan makanan tinggi lemak.
2. Olahraga secara teratur
3. Tidak merokok
4. Tidak minum minuman yang mengandung alkohol
5. Deteksi dini apabila muncul keluhan yang serupa dengan tanda dan gejala kista
ovarium.
10. Pemeriksaaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum
dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari
gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah
(Bilotta, 2012) :

1) Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid,
dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.

3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

4) Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk

11. Penatalaksanaan
Pemilihan penatalaksanaan kistoma ovarium tergantung pada usia penderita,
paritas, status kehamilan, ukuran tumor kistik, dan derajat keluhan. Tidak semua kistoma
ovarium memerlukan terapi pembedahan. Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium
yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi
5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista
korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika selama
waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika
terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi
bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan
dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo,
2008).
Pada pasien yang memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi) ada beberapa
persiapan yang harus diberikan diantaranya: pemastian hasil laboratorium darah, urin,
maupun hasil laboratorium lain terkait syarat operasi sudah terpenuhi, pemberian inform
consent mengenai tindakan operasi yang akan dijalani pasien, dukungan psikologis dalam
menghadapi operasi, pengosongan rectum menggunakan laksantif sesuai advice dokter,
pasien dipuasakan dari makanan padat selama 12 jam dan minum cairan 8 jam sebelum
tindakan pembedahan, pemasangan infus dan DC, dan pencukuran rambut pubis daerah
genetalia eksterna maupun rambut daerah dinding perut.
Setelah selesai tindakan laparotomi, maka pasien mendapatkan perawatan post-
laparotomi yang bertujuan untuk mengurangi komplikasi akibat pembedahan,
mempercepat penyembuhan, mengembalikan fungsi semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi, mempersiapkan pasien pulang. Beberapa tindakan yang perlu dilakukan
diantaranya adalah memonitor kesadaran, tanda-tanda vital, intake dan output,
memberikan kenyamanan posisi, ambulasi dini atau latihan fisik post laparotomi seperti:
batuk-batuk, nafas dalam, menggerakkan otot-otot kaki, otot bokong, latihan alih baring
dan turun dari tempat tidur, pemberian obat advice dokter, pemberian diit yang sesuai
kerjasama dengan ahli gizi, serta perawatan luka operasi secara steril (Brunner, 2005).

A. Konsep Dasar Manajemen dan Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan ketrampilan rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada pasien (Varney, 1997)
Proses manajemen asuhan kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah dimana setiap
langkah ini disempurnakan secara periodik, ketujuh langkah manajemen kebutuhan
varney adalah sebagai berikut :
Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang lengkap untuk mengevaluasi pasien dan data ini
mencakup biodata pasien, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Riwayat
penyakit diderita, riwayat ginekologi, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial budaya.
A. Data Subyektif
1. Identitas
Data diambil dari pasien yang didapat dari anamnesa antara petugas kesehatan
dengan pasien antara lain :
a. Nama : Untuk identifikasi pasien
b. Umur : Untuk menentukan faktor risiko usia > 35 tahun
c. Suku/ Bangsa : Untuk mengetahui pola kehidupan pasien
d. Agama : Dilanjutkan agar bila dalam keadaan darurat segera dapat
diketahui
e. Pendidikan : Berkenaan dengan motivasi yang diberikan petugas dapat
diterima dengan sesuai tingkat pengetahuannya
f. Pekerjaan : Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial dan
ekonominya
g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien, menjaga
kemungkinan bila ada pasien yang namanya sama
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga dapat menentukan diagnosa
yang sesuai kebutuhan dan masalahnya
a. Gangguan Haid
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Rasa sakit berhubungan seksual
d. Perdarahan rahim yang abnormal
e. Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil (sering BAK)
3. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui faal sistem reproduksi (gangguan haid, disminorhoe)
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui suami keberapa, umur kehamilan, jenis persalinan penolong,
adakah kelainan, berat badan anak, jenis kelamin lama meneteki dan KB
5. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Apakah pasien pernah menderita penyakit menular, menahun atau menurun
6. Riwayat Ginekologi
Apakah pasien pernah atau menderita penyakit kandungan tumor, kista, kanker
sebelumnya
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga mempunyai penyakit menurun, menahun dan menular, kista,
tumor dan kanker

8. Riwayat Sosial Budaya


Adakah kebiasaan keluarga yang merokok, berganti-ganti pasangan, kebiasaan
hidup

B. Data Obyektif
Data ini diambil dari hasil pemeriksaan fisik beserta pemeriksaan diagnostik dan
pendukung lain juga catatan medik lain, data objektif meliputi :
1 Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : untuk menilai kesadaran kesehatan secara menyeluruh
TTV : apakah TTV dalam keadaan normal
2. Pemeriksaan Fisik
Meliputi inspeksi(terlihat benjolan),palpasi(Teraba massa), perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut sampai ujung kaki
3. Pemeriksaan Penunjang
Mengetahui pemeriksaan laboratorium, radiology, konsultasi dari dokter spesialis
atau lain sebagainya.
Interprestasi Data
Yaitu menentukan diagnosa/ masalah yang ditemukan dari hasil pengkajian
data dan kemudian mengidentifikasi kebutuhan pasien.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Langkah ini berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi
yaitu merupakan kegiatan antisipasi pencegah jika memungkinkan menunggu,
waspada dan persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi.

Identifikasi Kebutuhan Segera


Langkah ini menggambarkan proses manajemen yang tidak hanya pada
pemberian pelayanan dasar pada kunjungan antenatal secara periodik. Data
baru tetap diperoleh dari evaluasi beberapa data memberi indikasi adanya
situasi emergensi, dimana bidan harus bertindak segera disamping menunggu
tindakan dokter.

Intervensi
Berisi tenaga asuhan yang telah diberikan kepada pasien sesuai diagnosa/
masalah awal yang ada sesuai dengan protap yang ada.
Implementasi
Berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada pasien berdasarkan rencana
yang telah disusun sebelumnya untuk menangani masalah/ diagnosa yang telah
terindentifikasi.

Evaluasi
Langkah akhir untuk menilai dari awal hingga akhir kepada pasien apakah
sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pasien atau belum.
Mencakup
S (data subyektif) : Data yang diambil dari anamnesa/ wawancara
dengan pasien atau keluarga
O (data obyektif) : Data yang diambil dari pemeriksaan fisik
A (assesment) : Diagnosa yang diambil dari data subyektif dan
obyektif
P (planning) : Rencana kedepan/ selanjutnya yang akan kita
berikan untuk pasien sesuai kebutuhan atau masalahnya

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA USIA SUBUR DENGAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI KISTA OVARIUM
Pada Ny.T Umur 47 Tahun P3Ab3Ah3 dengan Kista Ovari
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu :Ny.T
Umur :47 Tahun Nama Suami:Tn.T
Agama :Islam
Suku Bangsa :Jawa/Indonesia Umur:55 tahun
Pendidikan :SLTP Agama:Islam
Pekerjaan :IRT
Alamat :Gondangrejo,04/20,Nggari Suku/Bangsa:Jawa/Indonesia
Wonosari,Gunungkidul
2. Keluhan Utama Pendidikan:SLTP
a. Nyeri perut bagian bawah dengan riwayatPekerjaan:Buruh
menstruasi sejak 3 bulan yang lalu
menstruasi 1 bulan 2x dan haid terkhir 9 april 2017 mengalami flek-flek
Alamat:Gondangrejo 04/20,Nggari
berkepanjangan hingga tanggal 4 Mei 2018
b. Telah dilakukan pemeriksaan denganWonosari,Gunungkidul
USG oleh dokter di PKU
Muhammadiyah,ada benjolan di ovarium
c. Kemudian advis dokter dirujuk di RSUD Wonosari,Gunungkidul untuk
dilakukan operasi
3. Status Perkawinan
Usia saat pernikahan 20 tahun,dan lama pernikahan 27 tahun
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche:13 tahun
b. Banyaknya:±5 kali ganti pembalut
c. Lamanya:±7 hari
d. Warna:Merah kecoklatan
e. HPHT:9 April 2018
f. Riwayat Haid Sebelumnya:Sejak 3 bulan yang lalu (bulan
Februari,Maret,April) haid 1 bulan 2 kali,Kemudian pada haid terakhir (9 April
2018) darah haid yang keluar banyak (setiap 2 jam sekali ganti pembalut) dan
terjadi flek-flek berkepanjangan hingga tanggal 4 Mei 2018 dengan warna flek
merah kehitaman
g. Riwayat Kehamilan,Persalinan,Nifas yang lalu

No Tahun Kehamilan Persalinan Nifas BBL


Ha UK ko Pnlng jens komp lktasi kmpl J bbl
(mg) kg
mil mp k
1 1991 1 6 Ab - - - - - - -
2 1992 2 12 Ab - - - - - - -
3 1997 3 40 - Bd spo - Asi - P 3
ntan R
4 2000 4 32 IU - - - - - - -
FD
5 2007 5 40 - Bd Spo - Asi - P 3
ntan R
6 2009 6 40 - Bd spo - Asi - P 3
ntan R

h. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan

No Jenis Mulai Keluhan Berhenti Alasan


Berhenti
1 IUD 1997 Perdarahan 2000 Ingin punya anak
2 Suntik kb 3 2007 Tidak ada 2009 Ingin punya anak
bulan
3 Suntik kb 3 2009 Gemuk 2012 Ingin beralih ke
bulan metode KB yang
lain (kondom)

5. Data Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Tidak ada
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Tidak ada
c. Riwayat Penyakit Ginekologik
Tidak ada
6. Data Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Ibu makan 3x dalam sehari,macam nasi,sayur, lauk dan tidak ada keluhan
Ibu minum ± 8 gelas sehari,dengan jenis air putih
b. Eliminasi
Ibu BAK ±5 kali dalam sehari,warna kuning jernih,Bau khas dan tidak ada keluhan
Ibu BAB 1 kali dalam sehari,warna kuning kehijauan,Bau khas,Konsistensi lunak
dan tidak ada keluhan
c. Pola Tidur
Ibu tidur ±8 jam sehari

d. Aktivitas
Ibu mengatakan bahwa dirinya beraktivitas dirumah dengan menyapu,memasak
dan mencuci baju
e. Pola Seksual
Ibu mengatakan sudah jarang berhubungan seksual,yaitu ibu berhubungan seksual
2 kali dalam seminggu
f. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali dalam sehari,ganti celana dalam tiap habis mandi dan
keramas 2 hari sekali
g. Data Psikososial
1) Pengetahuan ibu tentang gangguan/penyakit yang diderita
Ibu mengatakan Nyeri di perut bagian bawah
2) Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi
Ibu mengatakan Kesehatan Reproduksi itu penting dan harus dijaga dengan
ganti pembalut waktu menstruasi 2 jam sekali
3) Dukungan suami/keluarga
Suami mendukung istrinya untuk periksa ditandai dengan adanya keputusan
suami untuk periksa di RSUD Wonosari setelah mendapatkan advise rujukan
dari dokter.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran:Compos Mentis
c. Berat Badan: 47 kg,Tinggi Badan : 156 cm
d. Vital sign:
Suhu:36,6 C
Nadi:83 x/menit
Tekanan Darah:100/70 mmhg
Pernafasan:20x/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut:Tidak rontok,tidak berminyak
Muka:tidak oedema
Mata:Konjungtiva sedikit pucat
Hidung:tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga:tidak ada serumen
Mulut:lidah tidak kotor
b. Leher
Tidak ada pembesaran Vena jugularis,dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c. Mammae
Tidak ada benjolan,simetris kanan dan kiri
d. Abdomen
Tidak ada luka bekas jahitan dan ibu merasakan nyeri ketika perut bagian bawah
ditekan
e. Genetalia dan Anus
Vulva tidak ada benjolan dan anus
Tidak ada Hemorhoid
f. Pemeriksaan Penunjang
USG:Terlihat masa kistik di Ovarium pada Rahim ibu
Hb:12,8 gr %
Golongan darah:O
AE(Angka Erytrosit):4,62
HBsAg:NR
Anti HIV:NR
BT(Bleeding Time):3 dtk
CT(Pembekuan):5 dtk

II. INTERPRETASI DATA


a. Diagnosa
Ny T Umur 47 Tahun P3Ab3Ah3 dengan gangguan system reproduksi kista Ovarium
b. Masalah
Nyeri pada perut bagian bawah
c. Kebutuhan
Pendkes mengenai sebab Nyeri di Perut bagian bawah
KIE tentang Perjalanan penyakit
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Anemia
IV. TINDAKAN SEGERA
Perbaikan KU dan Perbaikan Hb
V. PERENCANAAN (Senin,7 Mei 2018,jam 16.00 wib)
a. Jelaskan pada ibu tentang penyakit dan kondisi yang dialaminya dan tindakan yang
akan dilakukan
b. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan tentang rencana operasi
(Kistektomy)
c. Informed consent dan Informed choice pada Ibu dan keluarga tentang rencana
operasi
d. Pengambilan contoh darah ke PMI
e. Berikan Profilaksis antibiotic Pre-Operasi Cefotaxime dosis 1 gram Per-IV bila
hasil Skin Test Negative
VI. PENATALAKSANAAN (Senin,7 Mei 2018,jam 16.30)
a. Menjelaskan pada Ibu tentang Penyakit dan Kondisi yang dialaminya dan tindakan
yang akan dilakukan
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis Kandungan tentang rencana operasi
(Kistektomy)
c. Melakukan pemberian Informed Consent dan Informed Choice pada ibu dan
keluarga tentang rencana operasi
d. Melakukan Pengambilan contoh darah ke PMI
e. Memberikan Profilaksis antibiotic Pre-Operasi Cefotaxime dosis 1 gram Per-IV
VII. EVALUASI (Senin,7 Mei 2018,jam 17.00)
a. Ibu telah mengetahui penyakit dan kondisi yang dialaminya dan tindakan yang akan
dilakukan
b. Kolaborasi tentang rencana operasi telah dilakukan
c. Informed Consent dan Informed Choice telah diberikan kepada Ibu dan Keluarga
d. Pengambilan contoh darah ke PMI telah dilakukan
e. Profilaksis antibiotic Pre-Operasi Cefotaxime I gram per-IV telah diberikan

DATA PERKEMBANGAN 1
Tempat:Bangsal Kana,RSUD Wonosari,Gunungkidul
Tanggal:Kamis,10 Mei 2018,08.34 wib

A. Subjektif
Keluhan:
Nyeri daerah Perut akibat luka operasi
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum:cukup
b. Kesadaran:compos mentis
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah:110/70 mmhg
Suhu:36,6 C
Respirasi:21x/menit
Nadi:87 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Muka:tidak pucat,ekspresi wajah terkadang meringis ketika akan bergerak
b. Mata:konjungtiva sedikit pucat dan sclera tidak icterus
c. Abdomen:tampak luka bekas operasi yang tertutup dengan massa steril
d. Genetalia:tidak ada secret dan terpasang kateter tetap
e. Ekstremitas
Atas:tampak terpasang infus RL
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb:11,8 gr%
HCT:33

C. ANALISA DATA
Ny.T umur 47 tahun Post Operai Kistektomy hari pertama

D. PENATALAKSANAAN (Rabu,9 Mei 2018)


1. Mengobservasi KU Ibu,
Hasil:
Ibu masih berbaring di tempat tidur dengan wajah meringis karna nyeri di perut
setelah operasi
2. Mengobservasi TTV
Hasil
TD:90/100 mmhg
N:87x/menit
S:36,2 C
RR:20 x /menit
3. Mengajurkan Ibu untuk istirahat yang cukup
4. Mengobservasi Pemberian Cairan infus RL
5. Mengobservasi Pengeluaran urine
6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
7. Melakukan injeksi
Cefotaxime 2x1 gram
Injeksi ketorolac 3x30 ml
8. Memberikan obat oral tablet SF 1X1

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari tinjauan teori dan tinjauan kasus yang telah dibahas pada Bab II
dan Bab III, maka dapat dibahas antara lain :

Pada tinjauan kasus, keluhan yang terjadi pada ibu adalah nyeri perut , nyeri tekan,
pembesaran perut, menstruasi tidak teratur dan hanya flek. Penyebab kista yang dialami
oleh pasien tidak bisa diputuskan secara pasti, namun dari hasil anamnesa ibu pernah
menggunakan alat KB progesteron selama 6 tahun. Menurut teori yang dikemukakan
(Frasser 2009), penggunaan kontrasepsi berupa progesteron saja dalam jangka panjang
dapat memicu terjadinya kista ovari fungsional. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan
Antara kasus dan teori

Pada tinjauan kasus,Ny.T Berumur 47 tahun yang masih mengalami menstruasi


berarti dalam hal ini ibu masih termasuk dalam kategori wanita usia subur yang dalam hal
ini masih memiliki resiko terkena kista ovarium.Menurut teori yang dikemukakan oleh
(Bilotta. K, 2012),kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur
dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause, juga selama masa
kehamilan .Maka tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

Pada tinjauan kasus Ny.T menggunakan KB Progestron saja selama 6 tahun yaitu
dari tahun 2007 sampai tahun 2012 dan sudah berhenti dari pemakaian KB progestron
selama 6 tahun sejak tahun 2012 hingga sekarang.Menurut teori yang dikemukakan
(Fraser, 2009),peningkatan prevalensi kista ovarium fungsional diperlihatkan pada wanita
yang menggunakan metode progesteron saja.Dalam hal ini tidak teradapat kesenjangan
anatara kasus dengan teori.

Pada tinjauan kasus,pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu dengan


melakukan pemeriksaan USG,hasilnya yaitu terdapat masa kistik di dalam salah satu
ovarium ibu.Menurut teori yang dikemukakan (Bilotta, 2012) , cara yang dapat
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah Ultrasonografi (USG) dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus,
ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan
antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.Dalam hal ini tidak terdapat
kesenjangan Antara kasus dengan teori

Pada tinjauan kasus,perawatan yang dilakukan pada Ny.T Post kistektomi yaitu
mengobservasi KU dan kesadaran,tanda-tanda vital,intake dan output,ambulasi dini
dengan latihan miring kanan dan kiri,pemberian obat advice dokter.Menurut teori yang
dikemukakan oleh (Brunner, 2005), Beberapa tindakan yang perlu dilakukan diantaranya
adalah memonitor kesadaran, tanda-tanda vital, intake dan output, memberikan
kenyamanan posisi, ambulasi dini atau latihan fisik post laparotomi seperti: batuk-batuk,
nafas dalam, menggerakkan otot-otot kaki, otot bokong, latihan alih baring dan turun dari
tempat tidur, pemberian obat advice dokter, pemberian diit yang sesuai kerjasama dengan
ahli gizi, serta perawatan luka operasi secara steril .Dalam hal ini tidak terdapat
kesenjangan Antara kasus denga teori
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kasus yang terjadi pada Ny.T umur 47 tahun dengan ganguan kesehatan reproduksi
kista ovarium dapat disimpulkan bahwa:

Kista ovarium (atau kista indung telur) adalah kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Penyebab dari kista belum
diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan-bahan yang bersifat karsinogen berupa
zat kimia, polutan, hormonal dan lain-lain. Menurut teori yang dikemukakan (Frasser
2009), penggunaan kontrasepsi berupa progesteron saja dalam jangka panjang dapat
memicu terjadinya kista ovari fungsional.

B. Saran

1. Bagi Petugas
a. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat memberikan sosialisasi tentang
deteksi dini kista ovarium agar tidak mengarah pada keganasan dan apabila
ditemukan kasus dapat segera teratasi
b. Diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup
untuk dapat melakukan tindakan secara intensif dan kooperatif
2. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan ibu dan keluarga meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran terhadap
kista ovarium dengan melakukan deteksi dini, mengenali tanda gejala, serta
melakukan kontrol secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kista Ovarium. http://www.scribd.com/doc/25955247/kista-ovarium

Bilotta, Kimberli, 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan, Ed. 2.
Jakarta: EGC

Fraser, D.2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC

Hollingworth., T. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, AB 2006. Buku acuan nasional onkologi ginekologi. Cetakan pertama. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=asuhan+kebidanan+dengan+kista+ovarium&btnG=
http://ejournal.stikesmucis.ac.id/assets/dokumen/13DB277097.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1562/3/5.%20BAB%20II.pdf
http://ejournal.binausadabali.ac.id/index.php/caring/article/view/1

Anda mungkin juga menyukai