Anda di halaman 1dari 76

1

BAB 11
MODUL
MANAJEMEN BANGSAL

METODE ASUHAN KEPERAWATAN


PROFESIONAL (MAKP) / MPKP

LANGKAH PENGELOLAAN MANAJEMEN


BANGSAL

By: Nursalam
2

LANGKAH 1: PENGUMPULAN DATA


CONTOH
2.1 SUMBER DAYA MANUSIA (M1-MAN)
A. Ketenagaan
Perawat
1) Struktur Organisasi

Struktur Karyawan Perawatan Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y.

Kepala Ruangan

Wakil Karu Tata Usaha

Katim 1 Katim 2 Katim 3

Perawat 3 Perawat 3 Perawat 2

POS POS POS

CS CS CS

2) Jumlah Tenaga Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y


a. Keperawatan
No Kualifikasi Jmlh Masa Kerja Jenis
1. S1 Keperawatan 2 5 tahun: 1 orang PNS
3 tahun: 1 orang PNS
2. D3 4 < 5 tahun: 2 orang PNS
Keperawatan 5-10 tahun:1 orang PNS
4 bulan: 1 orang Honorer
3. SPK 7 >25 tahun: 7 orang PNS
4. Mahasiswa 10 1 bulan: 10 orang
PSIK

b. Non-Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Tata Usaha 1 orang PNS
2. Cleaning service 3 orang Honorer
3. Ahli gizi 2 orang PNS
4. POS 5 orang bervariasi

3) Kebutuhan Tenaga
3

Douglas. Jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien diagi menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 sampai 2 jam sehari.
b. Perawatan partial, memerlukan waktu 3 sampai 4 jam sehari.
c. Perawatan total, memerlukan waktu 5 sampai 6 jam sehari.
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok menggunakan klasifikasi
dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem, yaitu teori Self Care Deficit.
Sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan, kelompok menggunakan
perhitungan tenaga menurut Ratna Sitorus (2006).

3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat ktg Jml Pasien PAGI SORE MALAM
Minimal 12 12x0,17= 2,04 12x0,14= 1,68 12x0,07= 0,84
Parsial 5 5x0,27= 1,35 5x0,15= 0,75 5x0,10= 0,5
Total 3 3x0,36= 1,08 3x0,36= 1,08 3x0,2 = 0,6
Jumlah 20 4,47 3,51 1,94
4 4 2

Total Tenaga Perawat :


Pagi : 4 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang
¯¯¯¯¯¯¯ +
10 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
86  10 860
  2/3
297 / 279 297 / 279

Keterangan: 86 adalah jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun
279 (297) adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :


10 orang + 3 orang lepas dinas + 2 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala
ruangan)
= 15 orang
4

CONTOH LAIN: PENGHITUNGAN Kebutuhan Tenaga Perawat


Bisa digunakan rumus penghitungan kebutuhan tenaga lainnya:
(1) Depkes; (2) Nina; (3) Gilles; (4) PPNI; dan (5) FTE – Full Time Equivalent
A. DOUGLAS

Tabel 2.5 Tabel kebutuhan tenaga perawat tiap shift berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien di ruang Y pada tanggal 23 April 2012
Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal 30 30×0,17= 5,1 30×0,14= 4,2 30×0,10= 3
Parsial 4 4×0,27= 1,08 4×0,15= 0,6 4×0,07=0,28
Total 2 2×0,36= 0,72 2×0,3= 0,6 2×0,2= 0,4
6,9 5,4 3,68
Jumlah 36
7 5 4
Total tenaga perawat:
Pagi : 7 orang
Sore : 5 orang
Malam : 4 orang +
15 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari: 86×15 = 4,34
297
Dibulatkan menjadi 4 orang
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruang Y adalah
=15 orang + 2 orang struktural (KaRu dan Wakaru) + 4 orang lepas dinas = 21 orang

B. GILLIES
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan berdasarkan metode Gillies,
adalah:
A×B×C F
= = H
(C – D) × E G

Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

a. Penghitungan kebutuhan tenaga perawat di satu unit perawatan berdasarkan metode


Gillies di ruang Y:
4 × 30 × 365 43800
= = 22 orang
(365 – 78) × 7 2009
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas unit Y adalah 22 orang.
5

C. DEPKES RI

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:


Jumlah jam perawatan 120
= = 17 perawat
Jam kerja efektif per shif 7

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan hari
libur/cuti/hari besar (loss day).
Loss day =
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
× jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 14 = 78 hari
× 17 = 4,6 orang
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan (non-nursing


jobs), seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
( Jumlah tenaga keperawatan + loss day ) × 25%
( 17 + 4,6 ) × 25% = 5,4
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 21,6 + 5,4 = 27
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk ruang Y adalah 27 orang.

4) Kepuasan, Motivasi dan Kinerja Perawat

5) Beban Kerja

6) BOR

a.) BOR pasien di ruang Y


1. BOR ruang Y 23 April 2012
No Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
1. Pagi 4 bed 34 bed 36/38 x 100% = 94,7%
(0 kosong) (2 kosong)
2. Sore 4 bed 34 bed 36/38 x 100% = 94,7%
(0 kosong) (2 kosong)
3. Malam 4 bed 34 bed 36/38 x 100% = 94,7%
(0 kosong) (2 kosong)

2. BOR ruang Y 24 April 2012


No Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
1. Pagi 4 bed 30 bed 34/38 x 100% = 89,5%
(0 kosong) (4 kosong)
2. Sore 4 bed 30 bed 34/38 x 100% = 89,5%
(0 kosong) (4 kosong)
3. Malam 4 bed 30 bed 34/38 x 100% = 89,5%
6

(0 kosong) (4 kosong)

b.) BOR pasien kelolaan di ruang Y


1. BOR pasien kelolaan ruang Y; 23 April 2012
No Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
1. Pagi 4 bed 6 bed 10/10 x 100% = 100%
(0 kosong) (0 kosong)
2. Sore 4 bed 6 bed 10/10 x 100% = 100%
(0 kosong) (0 kosong)
3. Malam 4 bed 6 bed 10/10 x 100% = 100%
(0 kosong) (0 kosong)

2. BOR pasien kelolaan ruang Y 24 April 2012


No Shift Kelas 2 Kelas 3 BOR
1. Pagi 4 bed 6 bed 10/10 x 100% = 100%
(0 kosong) (0 kosong)
2. Sore 4 bed 6 bed 10/10 x 100% = 100%
(0 kosong) (0 kosong)
3. malam 4 bed 6 bed 10/10 x 100% = 100%
(0 kosong) (0 kosong)

7) Diagnosis penyakit terbanyak


Data yang didapat pada bulan Mei 2010 sebagai berikut: DHF sebanyak 43 pasien,
Dispepsia 15 klien, Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 12 pasien, CVA Infark sebanyak 11
pasien, Observasi febris sebanyak 10 pasien, Thypoid sebanyak 8 pasien.

Beban kerja perawat (time motion study; work sampling; daily log)

CONTOH PENGHITUNGAN Beban Kerja


Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk mengetahui penggunaan waktu tenaga
keperawatan dalam melaksanakan aktifitas baik untuk tugas pokok, tugas penunjang,
kepentingan pribadi dan lain-lain. Adapun pembagian kerja secara normatif pada setiap shift
kerja yaitu shift pagi, sore dan malam. Adapun pembagian jam kerja secara normatif pada
setiap shift pada ruang bedah Aster sebagai berikut :
1. Shift Pagi dimulai pukul 07.30 – 14.00 (6,5 Jam)
2. Shift Sore dimulai pukul 14.00 – 21.00 (7 Jam)
3. Shift Malam dimulai pukul 21.00 – 07.30 (10,5)
Tabel Pelaksanaan tindakan Keperawatan Langsung pada Shift Pagi di Ruang X RS
............. Surabaya Tanggal 24 Oktober- 11 November 2011 (n=12)
No Tindakan Waktu Frekuensi Rerata
Keperawatan waktu
Langsung (Jam) (Jam)

1 Memberikan obat 6,08 38 0,16


kepada pasien
7

2 Memenuhi 2,075 25 0,083


kebutuhan cairan
dan elektrolit,
nutrisi

3 Memenuhi 1 4 0,25
kebutuhan
eliminasi BAB

4 Memenuhi 0,48 3 0,16


kebutuhan
eliminasi urine

5 Memenuhi 3,3 11 0,33


kebutuhan
integritas jaringan
(Rawat Luka)

6 Memenuhi 0,5 6 0,083


kebutuhan oksigen

7 Menyiapkan 1,12 7 0,16


spesimen lab

8 Memenuhi 0,249 3 0,083


kebutuhan rasa
nyaman dan aman

9 Observasi Px 0,25 3 0,083

10 Melakukan 0,5 1 0,5


resusitasi

11 Perawatan jenazah 0,75 3 0,25

12 Melakukan 0,5 2 0,25


tindakan ECG

13 Mengukur TTV 4,9 59 0,083

14 Menerima pasien 1,6 10 0,16


baru

15 Pendidikan 0,48 3 0,16


kesehatan

16 Persiapan operasi 0,5 2 0,25

Total 24,284 180 3,039

Dari tabel menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi kegiatan produktif langsung shift pagi
yaitu mengukur tanda-tanda vital, sedangkan kegiatan produktif langsung yang terendah
dilakukan yaitu persiapan operasi.
8
9

Tabel Pelaksanaan tindakan Keperawatan Tidak Langsung pada Shift Pagi di Ruang Ruang
X RS ............. Surabaya Tanggal 17 Oktober- 18 November 2011 (n=12)
No Tindakan Waktu Frekuensi Rerata
Keperawatan tidak (Jam) Waktu
langsung (Jam)

1 Pendokumentasian 11,52 72 0,16


catatan medik

2 Telekomunikasi 0,415 5 0,083


dengan ruang lain

3 Timbang terima 6 12 0,5


pasien

4 Memenuhi 4,16 26 0,16


kebutuhan
kebersihan dan
lingkungan

5 Persiapan dan 0,64 4 0,16


Sterilisasi alat

Total 22,735 119 1,063

Dari tabel menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi kegiatan produktif tidak langsung shift
pagi yaitu pendokumentasian catatan medik, sedangkan kegiatan produktif tidak langsung
yang terendah dilakukan yaitu persiapan dan sterilisasi alat.
Tabel 11.3 Pelaksanaan Kegiatan Non Produktif pada Shift Pagi di Ruang Ruang X RS
............. Surabaya Tanggal 17 Oktober- 18 November 2011 (n=12)
No Kegiatan Waktu Frekuensi Rerata
Non Waktu
Produktif (Jam) (Jam)

1 Sholat 3 12 0,25

2 Makan dan 6 12 0,5


minum

3 Toilet 2,24 14 0,16

4 Telepon 0,747 9 0,083


Pribadi

5 Duduk di 19 38 0,5
Ners
Station

Total 30,981 85 1,493


10

Rekapitulasi Pelaksanaan Perawatan di Ruang X RS ............. Surabaya Tanggal 17


Oktober- 18 November 2011 (n=12)

Jenis Kegiatan Pagi Sore Malam


Keperawatan

Kegiatan
Produktif :
24,284 17,205 20,847
a. Langsung
b. Tidak Langsung 22,735 18,498 18,741
Kegiatan non 30,981 48,245 86,4
produktif

Total 78 84 126

Tabel: Beban Kerja Objektif

Shift BEBAN KERJA OBJEKTIF

Persentase Kategori

PAGI 60,28% Rendah

SORE 42,5% Rendah

MALAM 31,42% Rendah

Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa beban kerja di ruang Bedah Aster termasuk kategori
beban kerja rendah.
11

CONTOH LAMPIRAN: ANGKET


JAWABAN
1. Sangat kurang atau tidak pernah
2. Cukup atau kadang-kadang
3. Baik atau sering
4. Sangat baik atau selalu
ANGKET M1 – KETENAGAAN
a. Bagaimana struktur organisasi yang telah berjalan di ruangan? Apakah anda
merasa puas dan sesuai dengan kemampuan perawat di bidangnya?
b. Bagaimana pembagian tugas yang dilakukan di ruangan? Apakah sudah
sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada?
c. Apakah menurut anda kepala ruangan sudah optimal dalam mlaksanakan
tugas- tugasnya?
d. Bagaimanakah kinerja ketua tim / PP …. menurut anda? Apakah kompeten
dengan tugas- tugasnya?
e. Apakah anda merasa membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan / pendidikan tambahan ? Berikan
alasannya
f. Bagaimana kebijaksanaan Rumah Sakit mengenai pemberian beasiswa atau
pelatihan pendidikan keperawatan? Apakah anda merasa puas?
g. Bagaimana jumlah pendapatan yang diterima oleh saudara sesuai dengan latar
pendidikan anda? Apakah anda merasa puas?
h. Berapa jamkah anda bekerja dalam 1 hari?
i. Apakah ada kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 minggu?
j. Dengan tingkat ketergantungan pasien yang ada di ruangan, bagaimana
tingkat beban kerja di ruangan menurut anda?
k. Bagaimana peran POS / pembantu perawat di ruangan apakah membantu
meringankan pekerjaan anda?
l. Apakah jumlah perawat dan pasien di ruangan sudah sesuai menurut anda?
m. Apakah menurut anda pembagian tugas di ruangan sudah jelas dan apakah
anda puas?
12

SARANA DAN PRASARANA (M2-MATERIAL)

1. Lokasi dan Denah / Setting Gedung


Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada ruang Interna
Wanita Rumah Sakit Y dengan uraian denah sebagai berikut (gambar denah ada pada
lamiran):
Sebelah Utara berbatasan dengan Ruang Bedah.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Ruang Syaraf.
Sebelah Barat merupakan arah belakang ruangan.
Sebelah Timur merupakan arah pintu masuk ke dalam ruangan.
Bagaimana seetting gedung sesuai dengan peruntakan pelayanan?

2. Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Tempat Tidur 25 bed Cukup baik 1 :1 -
2. Meja Pasien 25 buah Cukup baik 1:1 -
3. Kipas Angin 7 buah Cukup baik 4/ruangan Perlu dikurangi
4. Kursi Roda 3 buah Cukup baik 2-3/ruangan -
5. Branchart 2 buah Cukup baik 1/ruangan Perlu dikurangi
6. Jam Dinding 2 buah Baik 2/ruangan -
7. Timbangan 1 buah Baik 1/ruangan -
8. Kamar Mandi 4 buah Cukup baik Kls 2= 1:2 Perlu ditambah
dan WC Kls 3= 1:5 1 kamar mandi
9. Dapur 1 buah Cukup baik 1/ruangan -
10. Wastafel 2 buah Baik 2/ruangan -

b. Fasilitas untuk petugas kesehatan


 Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang pertemuan perawat.
 Kamar mandi perawat/ WC ada 1.
 Ruang staff dokter ada di sebelah barat nursing station.
 Nursing station berada di tengah ruangan di sebelah ruang staff dokter dan
ruang pasien kelas dua.
 Gudang berada di sebelah selatan ruang ganti.
 Ruang ganti berada di sebelah utara, didekat gudang.

3. Alat Kesehatan yang ada di ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y


13

Alat Kesehatan
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Stetoskop 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
2. Hb meter 2 buah Baik 2/ruangan -
3. Urometer 2 buah Baik 2/ruangan -
4. Lemari Es 1 buah Baik 1/ruangan -
5. Com stenlist 4 buah Baik 3/ruangan dikurangi
6. Tabung O2 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
7. Senter 2 buah Baik 2/ruangan dikurangi
8. Bak injeksi 8 buah Baik 2/ruangan dikurangi
9. Ember sampah pasien 3 buah Baik 1:1 ditambah 22
10. Papan tulis/white board 2 buah Baik 1/ruangan dikurangi
11. Lemari kaca 2 buah Baik 1/ruangan dikurangi
12. Lemari besi 1 buah Baik 1/ruangan -
13. Tensimeter 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
14. Pinset anatomis 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
15. Pinset cirurgis 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
16. Gunting nekrotomi 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
17. Gunting verban 3 buah Baik 2/ruangan dikurangi
18. Korentang dan tempat 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
19. Bengkok 10 buah Baik 2/ruangan dikurangi
20. Suction 2 buah Baik 2/ruangan -
21. Telepon 1 buah Baik 1/ruangan -
22. Komputer 1 set Baik 1/ruangan -
23. Alat pemadam kebakaran 1 buah Baik 1/ruangan -
24. Lemari obat 1 buah Baik 2/ruangan -
25. Lampu darurat 2 buah Baik 2/ruangan -
26. Spuit gliserin 1 buah Baik 2/ruangan ditambah 1
27. Kereta obat 4 buah Baik 1/ruangan dikurangi
28. Standard baskom 5 buah Baik 2/ruangan dikurangi
29. Standard infus 10 buah Baik 1:1 ditambah 15
30. Ambu bag 1 buah Baik 1/ruangan -
31. Kursi Lipat 10 buah 2 rusak 5/ruangan dikurangi
32. Manometer O2 lengkap 2 buah Baik 2/ruangan -
33. Standard O2 1 buah Baik 2/ruangan ditambah 1
34. Termometer 5 buah 1 rusak 5/ruangan ditambah 1

4. Consumable (obat dan bahan habis pakai)

5. Administrsi Penunjang - RM
a. Buku Injeksi
b. Buku Observasi
c. Lembar Dokumentasi
d. Buku Observasi Suhu dan Nadi
14

e. Buku Timbang Tarima


f. leaflet

ANGKET M2 - Sarana dan Prasarana


Petunjuk pengisian : Berilah tanda (  ) pada jawaban pilihan anda.

No. PERTANYAAN
1. Apakah lokasi dan denah ruangan anda sudah baik ?
2. Apakah anda berencana untuk merenovasi ruangan ?
Kalau Ya, ruangan apa ...
3. Apakah peralatan di ruangan anda sudah lengkap untuk perawatan pasien ?
4. Apakah anda berencana untuk menambah peralatan perawatan ?
5. Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien ?
6. Apakah fasilitas di ruangan anda sudah lengkap untuk perawatan pasien ?
7. Apakah semua perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan ?
8. Apakah administrasi penunjang yang dimiliki sudah memadai?
?????

METODE ASUHAN KEPERAWATAN (M3- METHOD)

LAMPIRAN: DATA FOKUS METODE PENGUMPULAN DATA

No. METODE DATA FOKUS


1 Penerapan MAKP Contoh Metode TIM
- Mekanisme pelaksanaan:
a. Ketua Tim sebagai perawat professional harus
mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
b. Komunikasi efektif agar kontunuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota Tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim.
Model Tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.
- Tanggung jawab Ketua Tim:
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan
dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi.
- Tanggung jawab Anggota Tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
bawah tanggung jawabnya.
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
15

- Tanggung jawab Kepala Ruang:


a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengawasan
- Kepuasan Pasien:
a. Sedikitnya kritikan kepada ruangan.
b. Semakin pendek lama rawat inap.
c. Meningkatkan kepercayaan pasien terhadap
ruangan.
- Kualitas perawat:
a. Menjalankan kegiatan sesuai standar.
b. Meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien.
c. Meningkatkan kepuasan kerja.
d. Mempertahankan eksistensi.
2. Timbang Terima - Persiapan (Pra)
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian
shift/operan.
b. Semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang
memiliki permasalahan yang belum atau dapat
teratasi.
c. Perawat menyampaikan timbang terima pada
perawat berikutnya.
- Pelaksanaan
a. Kedua kelompok dinas sudah siap atau shift jaga.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
catatan.
c. Kepala ruang membuka acara timbang terima
d. Perawat dapat melakukan klarifikasi, Tanya
jawab, dan validasi.
e. Kepala ruang menanyakan kebutuhan pasien
f. Penakajian secara penuh.
g. Mencatat perincian secara khusus.
h. Lama timbang terima 5 menit
- Pasca
a. Diskusi
b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung.
c. Ditutup oleh kepala ruangan.
3. Ronde keperawatan - Persiapan (Pra)
a. Menentukan kasus dan topik.
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature.
d. Membuat proposal (Studi Kasus / resume
keperawatan)
e. Mempersiapkan pasien: informed consent dan
pengkajian.
f. Diskusi
- Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat yang
berfokus pada masalah keperawatan.
16

b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut


c. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
- Pasca
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan
diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.
4. Pengelolaan Logistik dan Obat - Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk.
- Format sentralisasi obat berisi: nama, no. register,
umur, ruangan.
- Mekanisme penyimpanan:
a. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
b. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat
untuk penggunaan oral dan obat luar.
5 Penerimaan Pasien BAru - Persiapan
- Pelaksanaan (Penjelasan: Pengenalan kepada pasien,
tenaga kesehatn lain; Peraturan Rumah Sakit; dan
Penyakit

6. Discharge Planning - Persiapan:


Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien,
kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang, antar lain:
pengetahuan pasien/keluarga ttg penyakit; kebutuhan
psikologis; bantuan yang diperlukan pasien,
pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
seperti makan, minum, eliminasi, dll; sumber dan
sistem yang ada di masyarakat; sumber finansial;
fasilitas saat di rumah; kebutuhan perawatan dan
supervise di rumah.
- Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada.
7. Supervisi - Supervisi dilakukan oleh ketua tim terhadap kinerja
dari anggotanya dalam melaksanakan ASKEP,
sedangkan untuk keseluruhan proses ASKEP di
supervise oleh Kepala Ruangan.
- Supervisi keperawatan sudah dilaksanakan, namun
petunjuk pelaksanaan supervise belum ada, sehingga
tidak ada program kerja supervise.
- Pasca-Supervisi-3F:
a. Supervisor memberikan penilaian supervise (Fair)
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow
up perbaikan
8. Dokumentasi - Model dokumentasi yang diterapkan POR (Problem
Oriented RecordP
- POR: Masalah, waktu melakukan perencanaan,
rencana, waktu melakukan tindakan, dan tindakan.
17

- Kriteria data: Lengkap, akurat, relevan, baru (LARB)


- Data Biologis: pemfis melalui IPPA. Pemeriksaan
diagnostik dan penunjang, laboratorium dan foto.
- Data Pskologis, sosial, dan spiritual melalui
wawancara dan observasi.
- Observasi pengkajian data awal menggunakan model
ROS (Review of System)
ANGKET M3 -1 MAKP

No. Pertanyaan Jawaban


1. Model asuhan keperawatan yang digunakan
o Apakah model asuhan keperawatan yang digunakan perawat di
ruangan saat ini?
o Apakah Anda mengerti/memahami dengan model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini?
o Menurut anda, Apakah model tersebut cocok digunakan di rungan
Anda?
o Apakah model yang digunakan sesuai dengan visi dan misi
ruangan?
Efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
2. o Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan semakin
pendek lama rawat inap bagi pasien? Rata-rata berapa
hari...............
o Apakah terjadi peningkatkan kepercayaan pasien terhadap
ruangan?
o Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan
memberikan beban berat kerja bagi anda?
o Apakah model saat ini tidak memberatkan dalam pembiayaan?
o Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan dari
pasien pada ruangan?
Pelaksanaan model askep
o Apakah telah terlaksana komunikasi yang adekuat antara perawat
dan tim kesehatan lain? Jelaskan:....................................
o Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana?
o Apakah Anda (PP/PA) sering mendapat teguran dari Ketua Tim?
3.
o Apakah Anda menjalankan kegiatan sesuai standar?
Tanggung jawab dan pembagian tugas
o Apakah Job Description untuk anda selama ini sudah jelas?
o Jelaskan tugas Anda sesuai dengan model asuhan keperawatan
yang saat ini digunakan ruangan?
o Apakah Anda mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan?

ANGKET M3 – 2 Timbang Terima


1. Berapa kali timbang terima dilakukan di ruangan Anda?
4. a. 1 kali, pukul……………………..
b. 2 kali, pukul……………………..
18

2. Apakah timbang terima telah dilaksanakan tepat waktu?


a. selalu tepat waktu
b. kadang-kadang,
alasan.....................................................................................
3. Apakah timbang terima dihadiri oleh semua perawat yang
berkepentingan?
a. Ya,
sebutkan.............................................................................................
.......
b. Tidak
4. Siapa yang memimpin kegiatan timbang terima?
a. Kepala Ruangan
b. Perawat Primer
5. Adakah yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan timbang
terima?
a. Ya, sebutkan.......................................................................
b. tidak
6. Tahukah Anda, apa saja yang harus disampaikan dalam pelaporan
timbang terima?
a. Ya, sebutkan.....................................................................
b. Tidak
7. Adakah buku khusus untuk mencatat hasil laporan timbang terima?
a. Ya
b. Tidak, dimana Anda mendokumentasikannya...............................
8. Adakah kesulitan dalam mendokumentasikan laporan timbang
terima?
a. Ya,
alasan........................................................................................
b. tidak
9. Apakah ada interaksi dengan pasien saat timbang terima
berlangsung?
a. Ya, sebutkan contohnya......................................................
b. Tidak
10. Tahukah Anda, bagaimana teknik pelaporan timbang terima ketika
berada di depan pasien?
a. Ya, jelaskan........................................................................
b. tidak
19

11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi masing-


masing pasien?
a. < 5 menit
b. > 5 menit
(boleh memilih lebih dari 1 jawaban)
12. Tahukah Anda, bagaimana persetujuan atau penerimaan timbang
terima?
a. Ya, siapa yang bertanggung
jawab...........................................................
b. tidak
13. Apakah Anda (shift pengganti) dievaluasi kesiapannya oleh kepala
ruangan?
a. Ya, bagaimana bentuk
evaluasinya...........................................................
b. tidak

ANGKET M3 – 3 Ronde keperawatan


1. Apakah ruangan ini mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah sebagian besar perawat diruang interna wanita mengerti adanya ronde
keperawawatan?
Sebutkan :
3. Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan ini telah optimal?
Jelaskan :
4. Berapa kali ronde keperawatan dilaksanakan dalam 1 bulan?
Sebutkan:
5. Apakah keluarga pasien mengertitentang adandanya ronde keperawatan?
Jelaskan :
6. Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan ronde keperawatan telah dibentuk ?
Jelaskan :
7. Apakah tim yang dibentuk telah mampu melaksanakan kegiatan ronde dengan optimal?
a. Ya b. Tidak

ANGKET M3 – 4 Sentralisasi Obat

No. Pertanyaan Jawaban

1. Pengadaaan sentralisasi obat


20

1. Apakah yang anda ketahui tentang


sentralisasi obat?
2. Apakah di ruangan anda ini terdapat
sentralisasi obat?
3. Jika Ya, Apakah sentralisasi obat yang ada
sudah dilaksanakan secara optimal?
4. Jika Tidak, menurut Anda apakah di
ruangan ini perlu diadakan sentralisasi
obat? (Untuk yang menjawab, ini
pertanyaan terakhir)
5. Apakah selama ini Anda pernah diberi
wewenang dalam urusan sentralisasi obat?
6. Apakah ada format daftar pengadaan tiap-
tiap macam obat (Oral-Injeksi-
Supositosia-Infus-Insulin-Obat gawat
darurat?
2. Alur penerimaan obat
1. Apakah selama ini ada format persetujuan
sentralisai obat dari pasien/keluarga
pasien?
2. Bagaimana proses penerimaan obat dari
pasien/keluarga pasien?
3. Cara penyimpanan obat
1. Apakah di ruangan ini terdapat ruangan
khusus untuk sentralisasi obat?
2. Bagaimana kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung sentralisai obat?
3. Apakah selama ini Anda memisahkan
kepemilikan antar obat-obat pasien?
4. Apakah selama ini Anda memberi etiket
dan alamat pada obat-obat pasien?

4. Cara penyiapan obat


1. Apakah selama ini sebelum memberikan
obat kepada pasien Anda selalu
menginformasikan jumlah kepemilikan
obat yang telah digunakan?
2. Apakah ada format tiap jenis obat sebelum
Anda memberikan obat ke pasien?

ANGKET M3 -5 Supervisi (bisa menggunakan penilaian 1 sd 4)


Ya Tidak
1. Apakah anda mengerti tentang supervisi?
Jelaskan:
21

2. Apakah supervisi telah dilakukan di ruangan?


3. Berapa kali supervisi dilakukan?
1x/bulan
2x/bulan
Tidak terjadwal
4. Siapakah yang melakukan supervisi?
Jelaskan:…………………………………………………………………………….
5. Bagaimana alur supervisi yang ada di ruangan?
Jelaskan:…………………………………………………………………………….
6. Adakah format baku untuk supervisi setiap tindakan?
Sebutkan format yang ada:…………………………………………………………
7. Apakah format untuk supervisi sudah sesuai dengan
standar keperawatan?
Jelaskan:……………………………………………………………………………
8. Apakah alat (instrumen) untuk supervisi tersedia
secara lengkap?
Jelaskan jika tidak:…………………………………………………………………
9. Apakah hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat?
10. Apakah selalu ada feed back dari supervisor
untuk setiap tindakan?
Jelaskan:……………………………………………………………………………
11. Apakah anda puas dengan hasil dari feed back tersebut?
12. Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari supervisi?
Jelaskan:……………………………………………………………………………
13. Apakah anda menginginkan perubahan untuk setiap

Ya Tidak
tindakan sesuai dengan hasil perbaikan dari supervise?
14. Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan
dan sosialisasi tentang supervisi?
ANGKET M3 – 6 Discharge planning
Ya Tidak
1. Apakah anda mengerti tentang Discharge Planning?
Jelaskan
2. Apakah yang anda berikan saat melakukan
Discharge Planning?
22

Jelaskan:
3. Apakah anda bersedia melakukan Discharge
Planning?
4. Kapan anda melakukan Discharge Planning?
a. Mulai pasien masuk RS sampai pasien akan keluar RS
b. Saat pasien masuk RS
c. Saat pasien akan keluar RS
5. Apakah sudah ada pembagian tugas tentang
Discharge Planning?
6. Bagaimana operasional pemberian tugas
Discharge Planning oleh kepala ruangan?
Jelaskan:
7. Apakah sudah ada pemberian brosur/leaflet
Saat melakukan Discharge Planning?
8. Bagaimana tehnik yang digunakan saat pemberian
Discharge Planning pada pasien?
a. Lisan
b. Tertulis
c. Lisan dan tertulis
9. Bahasa apa yang digunakan saat melakukan
Discharge Planning?
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa Jawa
c. Bahasa Lain, sebutkan
10. Apakah bahasa yang anda gunakan dalam
melakukan Discharge Planning, mengalami
kesulitan untuk dipahami pasien?
11. Apakah setiap selesai melakukan Discharge
Planning, anda melakukan pendokumentasian
dari Discharge Planning yang telah anda
lakukan?

ANGKET M3 – 7 Dokumentasi Keperawatan


1. Model dokumentasi keperawatan apa yang digunakan di ruang interna wanita ini?
Jelaskan!
.............................................................................................................................. Apakah
sudah ada format pendokumentasian yang baku di ruang interna ini?
a. Sudah ada format b. Belum ada format
2. Apakah anda sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi tersebut dengan benar
dan tepat?
a. Sudah mengerti b. Belum mengerti
Jika sudah mengerti, tolong anda jelaskan dengan singkat
.............................................................................................................................. Apakah
menurut anda format yang digunakan ini bisa membantu (memudahkan) perawat dalam
melakukan pengkajian pada pasien?
23

a. Bisa membantu b. Tidak membantu


3. Apakah anda sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu (segera setelah
melakukan tindakan)?
a. Sudah b. Belum
4. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menambah beban kerja
peawat?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah menurut anda model dokumentasi yang digunakan ini menyita banyak waktu
perawat?
a. Ya b. Tidak

2.4 M4 – Money (OMP)


O : Operasional
M : Manajemen
P : Pengembangan

2.5 M5 – Mutu
1. patient safety (medication error, plebitis, dicubitus, jatuh,
restrains, injuri, ILO, INOS dst)
2. kepuasan pasien
3. kenyamanan
4. kecemasan
5. perawatan diri
6. pengetahuan / perilaku pasien

ANGKETM5 (bisa dilihat pada bagian Kualitas pelayanan keperawatan, bab 20,
Nursalam 2011

1. PATIENT SAFETY
Merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayananan kesehatan.
Sejak masalah medical error menggema di seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik
cetak maupun elektronik hingga ke journal-journal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh
kepedulian yang tinggi terhadap issue patient safety.
Program keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain : beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat,
penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya.

Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan yang
memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya untuk menunjukkan:
a. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu,
24

b. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi sebagaimana yang
diharapkan
c. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
d. disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs swasta atau urban vs rural)

Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar


Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran
tersebut meliputi 6 elemen, yaitu:

Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien

Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif

Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alertmedications)

Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah Sakit
Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen,
yaitu:

Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien

Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif

Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alertmedications)

Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien, meliputi standar

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau

lokasi pasien
25

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis (lihat juga

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang konsisten pada semua situasi
dan lokasi

Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif

1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secaralengkap olehpenerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

2. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali
olehpenerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau
hasilpemeriksaan tersebut.

4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan verifikasi
terhadapakurasi dari komunikasi lisan melalui telepon

5. Peningkatan komunikasi yang efektif antar tenaga kesehatan dengan menerapkan SBAR.
Unsur utama dalam komunikasi efektif adalah: 1) read back, 2) penggunaan singkatan baku,
3) pemeriksaan dan hasil yang kritis, dan 4) Hands off (timbang terima, transfer pasien,
laporan kepada tenaga kesehatan lainnya)

Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alertmedications)

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi, pemberian


label, danpenyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai

2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan

3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dantindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja diarea tersebut,
bila diperkenankankebijakan. Perhatikan obat LASA (look alike saound alike, narkotik dan
elektrolit konsentrasi tinggi)

4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan
disimpandengan cara yang membatasi akses (restrict access)

Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi


26

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi
operasi danmelibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda

2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk melakukan verifikasi
praoperasitepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukantersedia, tepat/benar, dan fungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan prosedur


“sebelum insisi /time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
Tahapan penting adalah marker (sehari sebelum pembedahan); sign in (sebelum induksi);
time out (sebelum insisi kulit), dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi.

4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses guna


memastikan tepatlokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi /dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-
baru ini

diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara


berkelanjutanrisiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulangterhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan Kondisi Atau Pengobatan.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmendianggap berisiko

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cedera akibat


jatuhmaupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja

4. Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari risiko cedera


pasien akibatjatuh di rumah sakit

A. ANGKA KEJADIAN DECUBITUS


27

Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering tejadi pada
pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang atau
penyakit degeneratif. Adanya luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa
perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu perawat perlu
memahami secara komprehensif tentang luka tekan agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi
keperawatan yang tepat untuk pasien yang beresiko terkena luka tekan.

1. Fisiologi dekubitus
Luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi
jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar
dalam jangka waktu yang lama. Kompressi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah
pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi
aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel. Daerah
daerah yang paling sering terjadi luka tekan tergantung kepada area yang sering mengalami tekanan,
yaitu :

a. Pada posisi terlentang yaitu daerah belakang kepala, sakrum dan tumit
b. Pada posisi duduk yaitu daerah ischium, atau koksik.
c. Posisi lateral yaitu pada daerah trochanter.

2. Faktor risiko
Braden dan Bergstrom (2000) mengembangkan sebuah skema untuk menggambarkan faktor - faktor
resiko untuk terjadinya luka tekan. Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya
luka tekan, yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan
intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inakitifitas, dan penurunan sensori
persepsi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu faktor
ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari pasien. sedangkan yang
dimaksud dengan faktor ekstrinsik yaitu faktor - faktor dari luar yang mempunyai efek deteriorasi
pada lapisan eksternal dari kulit.

Di bawah ini adalah penjelasan dari masing masing faktor diatas :

1. Mobilitas dan aktivitas


Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas
adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa
mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor
yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan.

2. Penurunan sensori persepsi


Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan sensari
nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien
akan mudah terkena luka tekan.

3. Kelembapan

Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada
jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu
kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan
(shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia
urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.

4. Tenaga yang merobek ( shear )


Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah serta
struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang
28

paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi
fowler yang melebihi 30 derajad. Pada posisi ini pasien bisa merosot kebawah, sehingga
mengakibatkan tulangnya bergerak kebawah namun kulitnya masih tertinggal. Ini dapat
mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti
otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit.

5. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan. Pergesekan
dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada
saat penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati.

6. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor
predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan
empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar
albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.

7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan
jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot,
penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta
penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan
lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga
yang merobek.

8. Tekanan arteriolar yang rendah


Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan sehingga dengan
aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang
dilakukan oleh Nancy Bergstrom ( 1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik
yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.

9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga merupakan faktor resiko
untuk perkembangan dari luka tekan.

10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek toksik
terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang
signifikan antara merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.

11. Temperatur kulit


Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan
dengan resiko terjadinya luka tekan.

Menurut hasil penelitian, faktor penting lainnya yang juga berpengaruh terhadap risiko terjadinya
luka tekan adalah tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan
per unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar
daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap, daerah
tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata
adalah sekitar 32 mmHg. Menurut penelitian Sugama (2000) dan Suriadi (2003) tekanan
antarmuka yang tinggi merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan.
Tekanan antar muka diukur dengan menempatkan alat pengukur tekanan antar muka ( pressure
pad evaluator) diantara area yang tertekan dengan matras.
29

3. Stadium luka tekan


Menurut NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel), luka tekan dibagi menjadi empat
stadium, yaitu :

1. Stadium Satu
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit ( lebih
dingin atau lebih hangat ), perubahan konsistensi jaringan ( lebih keras atau lunak ), perubahan
sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai
warna merah yang menetap, biru atau ungu.

2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.

3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan
atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam

4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan
pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk
dalam stadium IV dari luka tekan. Menurut stadium luka tekan diatas, luka tekan berkembang
dari permukaan luar kulit ke lapisan dalam ( top-down). Namun menurut hasil penelitian saat ini,
luka tekan juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan otot walapun
tanpa adanya adanya kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan istilah injuri jaringan
bagian dalam (Deep Tissue Injury). Hal ini disebabkan karena jaringan otot dan jaringan
subkutan lebih sensitif terhadap iskemia daripada permukaan kulit. Kejadian DTI sering
disebabkan karena immobilisasi dalam jangka waktu yang lama, misalnya karena periode operasi
yang panjang. Penyebab lainnya adalah seringnya pasien mengalami tenaga yang merobek
(shear).

4. Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan luka tekan :


a. Kaji resiko individu terhadap kejadian luka tekan
b. Pengkajian resiko luka tekan seharusnya dilakukan pada saat pasien memasuki RS dan diulang
dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien, seperti
pembedahan atau penurunan status kesehatan. Beberapa instrumen pengkajian resiko dapat
digunakan untuk mengetahui skor resiko. Diantara skala yang sering digunakan adalah skala
Braden dan Norton. Saat ini skala Braden telah diuji validitasnya di Indonesia, dan memiliki nilai
validitas dan reliabilitas yang tinggi.
c. Identifikasi kelompok kelompok yang beresiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. Orangtua
dengan usia lebih dari 60 tahun, bayi dan neonatal, pasien injuri tulang belakang adalah kelompok
yang mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian luka tekan.
d. Kaji keadaan kulit secara teratur
a. Pengkajian kulit setidaknya sehari sekali
b. Kaji semua daerah diatas tulang yang menonjol setidaknya sehari sekali .
c. Kulit yang kemerahan dan daerah diatas tulang yang menonjol seharusnya tidak dipijat karena
pijatan yang keras dapat mengganggu perfusi ke jaringan.
e. Kaji status mobilitas.
Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral,
hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada
30

posisi lateral, maka posisikanlah pasien pada posisi lateral inklin 30, posisi ini memungkinkan
distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas. Untuk menghindari luka tekan didaerah tumit,
gunakanlah bantal yang diletakan dibawah kaki bawah. Bantal juga dapat digunakan pada daerah
berikut untuk mengurangi kejadian luka tekan :
● Diantara lutut kanan dan lutut kiri
● Diantara mata kaki
● Dibelakang punggung
● Dibawah kepala
f. Minimalkan terjadinya tekanan.
Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat di tumit[14]. Perawat dirumah sakit di
Indonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah
luka tekan. Menurut hasil penelitian Sanada (1998) ini justru dapat mengakibatkan region yang
kontak dengan kasa donat menjadi iskemia. Rendahkan kepala tempat tidur 1 jam setelah makan,
bila tidak mungkin karena kondisi pasien, maka kajilah daerah sakral lebih sering Tentukanlah
jenis matras yang sesuai dengan kondisi pasien.
g. Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan (friction)dan tenaga yang merobek (shear).
Bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah episode inkontinensia. Kulit yang lembab
mengakibatkan mudahnya terjadi pergesaran dan perobekan jaringan. Pertahankan kepala tempat
tidur pada posisi 30 atau dibawah 30 derajat untuk mencegah pasien merosot yang dapat
mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan.

h. Kajilah inkontinensia
Kelembapan yang disebabkan oleh inkontinensia dapat menyebabkan maserasi. Lakukanlah
latihan untuk melatih kandung kemih (bladder training) pada pasien yang mengalami
inkontinesia. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka tekan adalah :

1) Bersihkanlah setiap kali lembab dengan pembersih dengan PH seimbang.


2) Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat mengakibatkan trauma pada kulit.
3) Pembersih perianal yang mengandung antimikroba topikal dapat digunakan untuk
mengurangi jumlah mikroba didaerah kulit perianal.
4) Gunakalah air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah kekeringan pada kulit.
Kulit orangtua lebih kecil toleransinya dari efek kekeringan karena sabun dan air panas..
5) Berikanlah pelembab pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan kelembaban
kulit.
6) Bila pasien menggunakan diaper, pilihlah diaper yang memiliki daya serap yang baik, untuk
mengurangi kelembapan kulit akibat inkontinensia.
i. Kaji status nutrisi
a. Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki serum albumin dan hemoglobin yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terkena luka tekan
b. Kajilah status nutrisi yang meliputi berat badan pasien, intake makanan, nafsu makan, ada
tidaknya masalah dengan pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau
intervensi keperawat/medis yang mempengaruhi intake makanan.
j. Kaji dan monitor luka tekan pada setiap penggantian balutan luka meliputi :
1) Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan ( granulasi, nekrotik, eschar), ukuran
luka, eksudat ( jumlah, tipe, karakter, bau), serta ada tidaknya infeksi.
2) Stadium dari luka tekan
a) Kondisi kulit sekeliling luka
b) Nyeri pada luka
a. Kajilah faktor yang menunda status penyembuhan
1) Penyembuhan luka seringkali gagal karena adanya kondisi kondisi seperti malignansi,
diabetes, gagal jantung, gagal ginjal, pneumonia
2) Medikasi seperti steroid, agen imunosupresif, atau obat anti kanker juga akan mengganggu
penyembuhan luka
b. Evaluasi penyembuhan luka
31

1) Luka tekan stadium II seharusnya menunjukan penyembuhan luka dalam waktu 1 sampai 2
minggu. Pengencilan ukuran luka setelah 2 minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi
penyembuhan luka. Bila kondisi luka memburuk atau terjadi deteriorasi pada luka,
evaluasilah luka secepat mungkin.
2) Parameter untuk penyembuhan luka termasuk dimensi luka, eksudat, dan jaringan
luka.Pantaulah perkembangan dari penyembuhan luka dengan menggunakan instrumen/skala.
Contoh instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji penyembuhan luka adalah PSST
(pressure sore status tool ), dan PUSH (pressure ulcer scale for healing)
c. Kajilah komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan seperti abses, osteomielitis,
bakteremia, fistula.
d. Berilah pasien edukasi berupa penyebab dan faktor resiko untuk luka tekan dan cara cara untuk
meminimalkan luka tekan.

Penilaian Angka Kejadian Decubitus


Norton scale dapat digunakan untuk memprediksi apakah seorang pasien berisiko decubitus atau
tidak dengan 5 indikator:
(1) physical condition / kondisi fisik
(2) mental condition / kondisi mental
(3) activity / kegiatan
(4) mobility / mobilitas
(5) incontinence / inkontinensia
Parameter Finding Points
Good/ baik 4
fair /cukup baik 3
physical condition
Poor/ buruk 2
very bad / sangat buruk 1
Alert/ waspada 4
apathetic /apatis 3
mental condition
confused /bingung 2
stupor /pingsan/tidak sadar 1
ambulant /dapat berpindah 4
walk with help/ berjalan dengan bantuan 3
activity
Chairbound/terbatas di kursi 2
Bedbound/terbatas di tempat tidur 1
full /penuh 4
slightly limited /agak terbatas 3
mobility
very limited /sangat terbatas 2
immobile /tidak/sulit bergerak 1
none /tidak ngompol 4
Occasional/ kadang-kadang 3
incontinent
usually urine /biasanya urin 2
urine and feces /kencing dan kotoran 1
Interpretasi :
• nilai maksimum 20
• nilai minimum 5
• Pasien berisiko decubitus jika nilai < 14.

B. KESALALAHAN PEMBERIAN OBAT (MEDICATION


ERROR)
32

Angka kejadian Kesalahan Pemberian obat oleh Perawat dapat diketahui dari formula sebagai
berikut:

1. Angka KTD dalam pemberian obat :


Jl.ps yg terkena KTD dlm pemberian obat X100% =
Jumlah psn pada hari tersebut
2. KNC dlm pemberian obat :
Jl.ps yg terkena KNC dlm pemberian obatX100% =
Jml. Pasien pada hari tersebut
Indikator kesalahan pemberian obat:
a. Salah pasien.
Salah nama, tidak sesuai dengan Medical Record
b. Salah waktu:
1) Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadual)
2) Terlalu cepat (30 menit sebelum.jadual)
3) Obat stop tetap dilanjutkan
c. Salah cara (rute)
Oral, iv, im, sc, supp, drip
d. Salah dosis:
1) dosis berlebih dari yang di Resepkan dokter
2) dosis kurang dari yang di Resepkan dokter
e. Salah obat : obat yang diberikan tidak sesuai dengan Resep dokter
f. Salah dokumentasi:
dokumentasi tidak sesuai dengan yang dilaksanakan

C. PASIEN JATUH (PATIENT FALL)


Pasien beresiko jatuh: dikatagorikan pasien mempunyai satu atau lebih faktor beresiko jatuh pada
saat pengkajian :
a. Faktor resiko intrinsik
1. Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2. Diagnosis /perubahan fisik
3. Medikasi dan interaksi obat
b. Faktor extrinsik
Karakteristik lingkungan
1. Tingkat pencahayaan
2. Permukaan lantai
3. Furnitur
4. Ketinggian Tempat Tidur, kunci Tempat Tidur
5. Call bell
6. Penggunaan alat bantu
7. Lama dirawat

c. Penilaian Angka Kejadian Jatuh


d.
1) Morse Fall Scale (MFS) adalah metode yang cepat dan sederhana untuk menilai
kemungkinan pasien jatuh. Sebagian besar perawat (82,9%) menilai skala ini cepat dan mudah
digunakan, dan 54% memperkirakan bahwa dibutuhkan kurang dari 3 menit untuk menilai
seorang pasien. Terdiri dari enam variabel yang cepat dan mudah untuk penilaian, dan telah
terbukti memiliki validitas prediktif dan reliabilitas. MFS digunakan secara luas pada perawatan
akut, di rumah sakit dan rawat inap yang butuh perawatan jangka panjang.
33

Item Scale Scoring

1. History of falling; immediate or No 0


within 3 months
Yes 25 ______

2. Secondary diagnosis No 0

Yes 15 ______

3. Ambulatory aid

 Bed rest/nurse assist 0 ______


 Crutches/cane/walker
 Furniture 15

30

4. IV/Heparin Lock No 0

Yes 20 ______

5. Gait/Transferring

 Normal/bedrest/immobile 0 ______
 Weak
 Impaired 10

20

6. Mental status

 Oriented to own ability 0 ______


 Forgets limitations
15

Morse Fall Scale Score = Total ______

Item dalam skala dinilai sebagai berikut:

1. History of falling/Riwayat jatuh : dinilai 25 jika pasien pernah jatuh, jika pasien tidak pernah
jatuh, ini dinilai 0.
2. Secondary diagnosis : dinilai 15 jika masuk dalam kriteria diagnosa medis resiko jatuh, jika
tidak, skor 0.
3. Ambulatory aids / Ambulatori bantu: nilai 0 jika pasien berjalan tanpa bantuan (bahkan jika
dibantu oleh seorang perawat), menggunakan kursi roda, atau istirahat di tempat tidur dan tidak
bangun dari tempat tidur sama sekali. Jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau alat bantu
jalan dinilai 15, jika pasien ambulates mencengkeram ke furnitur untuk dukungan,skor item ini
30.
4. Intravenous therapy/Terapi intravena: dinilai 20 jika mendapat terapi intravena, jika tidak, skor 0.
34

5. Gait :
skor 0 : gaya berjalan normal ditandai oleh pasien berjalan dengan kepala tegak, lengan terayun
bebas di sisi, dan berjalan tanpa ragu-ragu.

Skor 10 : gaya lemah, pasien membungkuk tetapi mampu mengangkat kepala sambil berjalan tanpa
kehilangan keseimbangan.

skor 20 : kesulitan bangkit dari kursi, mencoba untuk bangkit dengan mendorong di lengan kursi atau
dengan menggunakan beberapa upaya untuk bangkit. Kepala melihat kebawah. Pasien memegang ke
perabotan, dukungan orang, atau berjalan dengan bantuan dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan ini.

6. Mental status / Status mental:


Skor 0 : jika pasien mampu menilai kemampuannya sendiri dalam berpindah

Skor 15 : jika Jika respon pasien tidak konsisten dengan perintah atau jika respons pasien tidak
realistis.

2) Scoring and Risk Level : Nilai ini kemudian dihitung dan dicatat pada grafik pasien. Tingkat
resiko dan merekomendasikan tindakan (misalnya tidak diperlukan intervensi, atau intervensi
standar pencegahan jatuh ), seperti tabel dibawah ini:

Sample Risk Level :

Risk Level MFS Action


Score

No Risk/tidak 0 - 24 Good Basic Nursing Care/ Pelayanan Perawatan Dasar yang


ada resiko Bagus

Low Risk/ Risiko 25 - 50  Implement Standard Fall/ Melaksanakan Standar Fall


rendah  Prevention Interventions /Pencegahan Intervensi
High Risk ≥ 51  Implement High Risk Fall /Melaksanakan Berisiko Tinggi
Fall
 Prevention Interventions /Pencegahan Intervensi

Cidera akibat restrain


Jumlah pasien akibat cidera restrain X 100%

Jumlah total pasien yg dipasang restrain

Perhatian pada restrain:

 Sirkulasi ektrimitas adekuat tidak


 Ada atau tidak gangguan ektrimitas
 Keluarga mengerti tentang perlunya restrain
 Jangan posisikan supine posision
 Cek posisi restrain
 Jangan dipasang pada extrimitas yg tidak bisa bergerak
35

D. PHLEBITIS
Phlebitis didefinisikan sebagai peradangan akut lapisan internal vena (Infusion Standar Praktek
Keperawatan, 2000) yang ditandai oleh rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena, kemerahan, bengkak
dan hangat dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan. Phlebitis adalah komplikasi yang sering
dikaitkan dengan terapi IV.

Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi dan meningkatkan resiko Phlebitis. Faktor-
faktor ini termasuk:
 Cairan Infus bersifat asam atau alkali atau memiliki osmolaritas tinggi
 Trauma pada vena selama penusukan
 Penusukan ke pembuluh darah yang terlalu kecil
 Menggunakan jarum yang terlalu besar untuk vena
 Jarum infus lama tidak diganti
 Jenis bahan (kateter infus) yang digunakan
 Riwayat Pasien dan kondisi sekarang
 Kondisi pembuluh darah
 Stabilitas kanule
 Pengendalian infeksi

Penyebab Phlebitis dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:


 Mechanical phlebitis terjadi ketika ukuran kanul terlalu besar sehingga menyebabkan gesekan
pada area internal pembuluh darah yang mengakibatkan radang
 Chemical phlebitis : Semakin rendah atau tinggi Ph dari obat atau solusi, semakin besar risiko
radang urat darah terjadi.
 Bacterial phlebitis : dapat disebabkan oleh teknik aseptik selama mencampurkan obat atau solusi
atau saat penusukan, atau perawatan yang tidak benar.

Pencegahan meliputi:

 Mengikuti teknik aseptik selama penusukan


 Rotasi tempat pemasangan
 Menerapkan Tehnik aseptik saat mencampur obat
 Menggunakan jarum yang sesuai dengan ukuran vena
 pemantauan berkala area IV line
 pendidikan pasien tentang tanda-tanda dan gejala dari phlebitis
 Pilihan perangkat IV
 Mengikuti pedoman pengenceran obat, untuk mencegah partikel dan untuk memastikan bahwa
obat atau solusi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar pH atau kepekatannya.

Penilaian kejadian phlebitis:

Visual Infusion Phlebitis (VIP) adalah alat yang sangat populer untuk memantau
area pemasangan infus. Alat ini direkomendasikan untuk memantau area infus. Pada tahun 2006
Paulette Gallant dan Alyce Schultz alat ini digunakan untuk memantau kapan penggantian jarum
harus dilakukan.
36

VIP Score
IV line nampak sehat Tidak ada tanda Observasi kanul
phlebitis

Salah satu tanda-tanda berikut jelas: 1 Mungkin tanda- Observasi kanul


tanda pertama
• Sedikit nyeri dekat IV line atau phlebitis
• Sedikit kemerahan dekat IV line

Dua dari tanda berikut ialah: 2 Tahap awal Resite kanul


phlebitis
• Nyeri pada IV line

• kemerahan

• Pembengkakan

semua tanda-tanda berikut jelas: 3 Tahap menengah Resite kanul,


phlebitis
• Nyeri sepanjang kanul Pertimbangkan
perawatan
• kemerahan

• Pembengkakan

semua tanda-tanda berikut adalah nyata: 4 Tahap lanjutan resite kanul,


phlebitis atau awal
• Nyeri sepanjang kanul thrombophlebitis Pertimbangkan
perawatan
• kemerahan

• Pembengkakan

• vena teraba keras

semua tanda-tanda berikut adalah nyata: 5 Stadium lanjut Memulai


thrombophlebitis perawatan
• Nyeri di sepanjang kanul

• kemerahan

• Pembengkakan

• vena teraba keras

• Pireksia

2. PERAWATAN DIRI
 Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi berpakaian,eliminasi,yg disebabkan oleh
keterbatasan diri
 Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan, partial,
total)
37

 Jml pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri X 100%


Jml pasien Dirawat dangan tingkat ketergantungan Partial,total

Kuesioner Perawatan Diri (Aktivitas kehidupan sehari – hari / Indeks Katz)


Dari keenam aktivitas yang dinilai, maka pemeriksa dapat mengkategorikan pasien kedalam
kelompok yang mana.
A : mandiri dalam hal makan, kontinen BAK/BAB, mengenakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B : mandiri semuanya, kecuali salah satu dari fungsi diatas
C : mandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi diatas
D : mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah satu dari fungsi diatas
E : mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu dari fungsi
diatas
F : mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu dari
fungsi diatas
G : ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan : mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

3. KEPUASAN PASIEN
Dalam bukunya Nursalam (2003:105) menyebutkan kepuasan adalah perasaan senang
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dan
harapannya.

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-
harapannya (Kotler, 2004 : 42).

Kepuasan pasien berhubungan dengan Mutu pelayanan Rumah Sakit. Dengan mengetahui
tingkat kepuasan pasien, manajemen Rumah Sakit dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan.
Persentase pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan berdasarkan hasil survey dengan
instrumen yang baku (Indikator Kinerja Rumah Sakit ; Depkes RI Th 2005 : hal 31).

Menurut Yazid (2004:286) ada 6 faktor menyebabkan timbulnya rasa tidak puas pelanggan
terhadap suatu produk yaitu :

1. Tidak sesuai harapan dan kenyataan


2. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan
3. Perilaku personil kurang memuaskan
4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang
5. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan harga tidak sesuai
6. Promosi/iklan terlalu muluk, tidak sesuai dengan kenyataan
Lebih lanjut menurut Kotler (2000:38) ada beberapa cara mengukur kepuasan pelanggan :

1. Complaint and suggestion system (sistem keluhan dan saran)


2. Customer satisfaction survey (survey kepuasan pelanggan)
3. Ghost shooping (pembeli bayangan)
4. Lost Customer Analysis (Analisa pelanggan yang lari)
Menurut Leonard L. Barry dan pasuraman marketing servis competin through quality (New
york, freepress : 1991: 16) yang dikutip Kotler (2000 : 40) mengidentifikasi 5 kelompok karakteristik
yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa layanan, yaitu : (RATER)
38

1. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang
dijanjikan, terpercaya dan akurat dan kosisten
2. Assurance (kepastian) yaitu berupa kemampuan keryawan untuk menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.
3. Tangible (berwujud) yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan materi komunikasi
yang menarik, dan lain-lain.
4. Empathy yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan perhatian secara
pribadi kepada konsumen
5. Responsiveness (cepat tanggap) yaitu kemauan dari keryawan dan pengusaha untuk
membantu pelanggaan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi
keluhan dari konsumen
Berikut instrument kepuasan berdasarkan 5 karakteristik diatas :

1. RELIABILITY (KEANDALAN)

a. Perawat mampu menangani masalah perawatan anda dengan tepat


dan profesional

b. Perawat memberikan Informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara


penggunaannya dan tata tertib yang berlaku di RS

c. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang harus


dipatuhi dalam perawatan anda

d. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang dilarang


dalam perawatan anda

e. Ketepatan waktu perawat tiba diruangan ketika anda membutuhkan

2. ASSURANCE (JAMINAN)

a. Perawat memberi perhatian terhadap keluhan yang anda rasakan

b. Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang tindakan perawatan


yang diberikan kepada anda

c. Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang keadaan anda

d. Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu dengan


anda

e. Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan


keperawatan kepada anda

3. TANGIBLES (KENYATAAN) 1 2 3 4

a. Perawat memberi informasi tentang administrasi yang berlaku bagi


pasien rawat inap di RS

b. Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan yang


anda tempati

c. Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang


digunakan
39

d. Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas kamar


mandi dan toilet

e. Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya

4. EMPATHY (EMPATI)

a. Perawat memberikan informasi kepada anda tentang segala


tindakan perawatan yang akan dilaksanakan

b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila anda membutuhkan

c. Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan anda seperti


mengukur tensi, suhu, nadi, pernafasan dan cairan infus

d. Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat /


status tapi berdasarkan kondisi anda

e. Perawat perhatian dan memberi dukungan moril terhadap keadaan


anda (menanyakan dan berbincang-bincang tentang keadaan anda)

5. RESPONSIVENESS (TANGGUNG JAWAB)

a. Perawat bersedia menawarkan bantuan kpd anda ketika mengalami


kesulitan walau tanpa diminta

b. Perawat segera menangani anda ketika sampai diruangan rawat


inap

c. Perawat menyediakan waktu khusus untuk membantu anda


berjalan, BAB, BAK, ganti posisi tidur, dll

d. Perawat membantu anda untuk memperoleh obat

e. Perawat membantu anda untuk pelaksaan pelayanan Foto dan


Laboratorium di RS ini

Keterangan :

1 = Sangat tidak puas

2 = Tidak Puas

3 = Puas

4 = Sangat Puas

4. KENYAMANAN
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat.
Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh, yang akan muncul bila jaringan tubuh rusak,
sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk menghilangkan mengurangi rangsang nyeri,
Nyeri adalah sensasi subyektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau potensial.
40

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri


1) Arti nyeri terhadap individu

Persepsi adalah; interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien sadar adanya nyeri

 Setiap individu berbeda


 Bisa dianggap sebagai respon positif atau negative
2) Toleransi individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri: toleransi seseorang dalam berhubungan dengan intensitas nyeri di mana
individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya

3) Ambang nyeri
Ambang nyeri: intensitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan rangsang nyeri,

suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta berespon terhadap nyeri

4) Pengalaman lampau
 Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi klien terhadap nyeri
5) Lingkungan
 Lingkungan ramai, dingin, panas, lembab meningkatkan intensitas nyeri individu
6) Usia
Makin dewasa makin dapat mentoleransi rasa sakit

7) Kebudayaan
Norma/aturan  dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang dan berasumsi
terhadap nyeri yang dirasakan

8) Kepercayaan
Ada keyakinan yang memandang bahwa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan
dan hukuman atas dosa mereka terhadap Tuhan (Carol, 1997:112)

9) Kecemasan dan stress


Stress dan kecemasan dapat menghambat keluarnya endorphin yang berfungsi menurunkan
persepsi nyeri

c. Angka tata laksana nyeri :


Persentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam askep:
Jml total ps. Nyeri yg terdokumentasi X100%
Jmlh total ps.per periode waktu ttt

Persentase tata laksana pasien Nyeri:


Jml total tindakan per seb. Respon nyeri X100%
Jml.tot ps. Terdokumentasinyeri skala ≥4 per periode ttt

d. Angka kenyamanan pasien :


angka kenyamanan pasien :

Jml. Ps. Dg. Nyeri terkontrol X100%


Jml. Ps. Yg. Terdok.nyeri per periode ttt
41

Instrumen Intensitas Nyeri

.Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari 9 tahun), pasien pada semua area perawatan yang
tahu tentang penggunaan angka untuk menentukan tingkat dari intensitas rasa nyeri yang dirasakan.

Instruksi:

1. Menanyakan kepada pasien tentang :The patient is asked any one of the following questions:

Berapa angka yang kamu berikan untuk menggambarkan rasa nyeri yang saat ini anda rasakan ?
(What number would you give your pain right now?)

What number on a 0 to 10 scale would you give your pain when it is the worst that it gets and
when it is the best that it gets?

At what number is the pain at an acceptable level for you?

2. When the explanation suggested in #1 above is not sufficient for the patient, it is sometimes helpful
to further explain or conceptualize the Numeric Rating Scale in the following manner:

0 = No Pain/tidak nyeri

1-3 = Mild Pain/ (nagging, annoying, interfering little with ADLs)  nyeri ringan  mengomel ,
sedikit mengganggu ADL mengomel

4–6 = Moderate Pain (interferes significantly with ADLs)  nyeri sedang (cukup mengganggu
ADL)

7-10 = Severe Pain (disabling; unable to perform ADLs)  nyeri berat tidak mampu melakukan
ADL

3. The interdisciplinary team in collaboration with the patient/family (if appropriate), can determine
appropriate interventions in response to Numeric Pain Ratings.

5. KECEMASAN
Kecemasan yang dirasakan oleh klien dan keluarganya disaat klien harus dirawat mendadak
dan tanpa terencana merupakan reaksi pertama yang muncul begitu mulai masuk rumah sakit dan
akan terus menyertai klien dan keluarganya dalam setiap upayanya perawatan terhadap penyakit yang
diderita klien.

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan
tersendiri dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat
perubahan tingkah laku klien.

Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya
tidak diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Sedangkan takut mempunyai sumber yang jelas
dan obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang
mengancam dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut.

Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan
serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa
tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk,1997).
42

Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan


kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo,
1997).

Teori-teori Penyebab kecemasan

Direktorat Kesehatan jiwa, Depkes RI (1994) mengembangkan teori-teori penyebab


kecemasan sebagai berikut :

1. Teori Psikoanalitik

Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara 2 elemen kepribadian yaitu Id dan super
ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani
seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator dari tuntutan Id dan super ego.
Kecemasan berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

2. Teori Interpersonal

Kecemasan terjadi dari ketakutan dan penolakan interpersonal, hal ini digubungkan dengan trauma
pada masa pertumbuhan seperti seperti kehilangan atau perpisahan yang menyebabkan seseorang
tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
kecemasan berat.

3. Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk mencapai
tujuan yang diingikan. Para ahli prilaku menganggap kecemasan merupakn suatu dorongan, yang
mempelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Pakar teori meyakini bahwa bila
pada awal kehidupan dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan maka akan menunjukkan
kecemasan yang berat pada masa dewasanya.

Sementara para ahli teori konflik mengatakan bahwa kecemasan sebagai benturan-benturan keinginan
yang bertentangan. Mereka percaya bahwa hubungan timbal balik antara konflik dan daya kecemasan
yang kemudian menimbulkan konflik.

4. Teori Keluarga

Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam keluarga, biasanya tumpang tindih
antara gangguan cemas dan depresi.

5. Teori Biologi

Teori biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiasepin. Reseptor
ini mungkin mempengaruhi kecemasan.

Penilaian Tingkat kecemasan


Zung Self-Rating Anxiety Scale ( SAS / SRAS ) adalah penilaian kecemasan
pada pasien dewasa yang dirancang oleh William WK Zung, dikembangkan berdasar gejala
kecemasan dalam DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Terdapat 20
pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1 – 4 (1 : tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian
waktu, 4: hampir setiap waktu. Terdapat lima belas pertanyaan ke arah peningkatkan kecemasan dan
lima pertanyaan ke arah penurunan kecemasan. ( Zung Self-Rating Anxiety Scale ( SAS / SRAS )
dalam Ian mcdowell.(2006)
43

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan sbb:

 Skor 20 - 44  normal/tidak cemas


 Skor 45-59  Kecemasan ringan
 Skor 60-74  Kecemasan sedang
 Skor 75-80  kecemasan berat

Lingkarilah untuk setiap item yang paling menggambarkan seberapa sering Anda merasa atau
berperilaku seperti beberapa pernyataan dibawah ini:

No Pernyataan Tidak Kadang- Sebagian Hampir


pernah kadang waktu setiap
waktu

1 Saya merasa lebih gugup dan cemas dari 1 2 3 4


biasanya.

2 Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali. 1 2 3 4

3 Saya mudah marah atau merasa panik 1 2 3 4

4 Saya merasa seperti jatuh terpisah dan akan 1 2 3 4


hancur berkeping-keping.

5 Saya merasa bahwa semuanya baik-baik saja dan 4 3 2 1


tidak ada hal buruk akan terjadi.

6 lengan dan kaki saya gemetar 1 2 3 4

7 Saya terganggu oleh nyeri kepala leher dan nyeri 1 2 3 4


punggung.

8 Saya merasa lemah dan mudah lelah. 1 2 3 4

9 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam 4 3 2 1


dengan mudah.

10 Saya merasakan jantung saya berdebar-debar 1 2 3 4

11 Saya merasa pusing tujuh keliling 1 2 3 4

12 Saya telah pingsan atau merasa seperti itu 1 2 3 4

13 Saya dapat bernapas dengan mudah 4 3 2 1

14 Saya merasa jari-jari tangan & kaki mati rasa dan 1 2 3 4


kesemutan

15 Saya terganggu oleh nyeri lambung atau 1 2 3 4


gangguan pencernaan

16 Saya sering buang air kecil 1 2 3 4

17 Tangan saya biasanya kering dan hangat. 4 3 2 1


44

18 Wajah Saya terasa panas dan merah merona. 1 2 3 4

19 Saya mudah tertidur dan dapat istirahat malam 4 3 2 1


dengan baik

20 Saya mimpi buruk 1 2 3 4

6. PENGETAHUAN
Menurut Notoatmodjo (2003 : 121) pengetahuan merupakan hasil "tahu", dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh
dari aktifitas panca indra yaitu penglihatan, penciuman, peraba dan indra perasa, sebagian basar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan


seseorang (Notoatmodjo, 2003 : 121). Penelitian Rogers (1974) dalam buku pendidikan dan perilaku
kesehatan (Notoatmodjo, 2003 : 121) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: A-I-E-T-A (Rogers)
1. Awareness (kesadaran) dimana seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (obyek).

2. Interest (tertarik), dimana seseorang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut baginya.

4. Trial (mencoba), dimana seseorang telah mencoba perilaku baru.

5. Adoption (adaptasi), dimana seseorang telah berperilaku baru yang sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan


perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari olah pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003 : 121).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan (Discharge Planning)


Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistimatis dari penilaian,
persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 1999). Menurut Hurts (1990)
yang dikutip Kristina (2007) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di
rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi di mana perawat profesional, pasien dan
keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan
45

oleh pasien di mana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000 dalam Kristina, 2007).
Perencanaan pulang (Discharge Planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di Rumah Sakit dengan perawatan yang
diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan
perwatan dirumah, namun sampai saat ini perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum
optimal dimana peran perawat masih terbatas pelaksanaan kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa
informasi control ulang. (Nursalam, 2007 : 248)
Menurut Jipp dan Siras (1986) yang dikutip Kristina (2007) perencanaan pulang bertujuan:

1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.


2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
Rorden dan Traft (1993) dalam Kristina (2007) mengungkapkan bahwa perencanaan pulang
bertujuan untuk:
1. Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang
harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah
sakit.
2. Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan perawat dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.
Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:

1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien
perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin
timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat
segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang merupakan pelayanan
multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau
rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang
tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap klien masuk tatanan
pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
Menurut Jipp dan Sirass (1986) dalam Kristina (2007), komponen perencanaan pulang terdiri
dari:

1. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education) mengenai diet,
mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol. Pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan keluarga, mengenai perawatan selama selama pasien di rumah nanti.
2. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Pada pasien yang akan pulang dijelaskann obat-obat yang masih diminum, dosis, cara pemberian
dan waktu yang tepat minum obat.
3. Obat-obat yang dihentikan
Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetep
dibawakan ke pasien.
4. Hasil pemeriksaan
46

Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS dibawakan ke pasien
waktu pulang.
5. Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning adalah

1. Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan yang diperlukan.
2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga.
3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka memberi asuhan.
4. Bantuan yang diperlukan pasien.
5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, istirahat dan
tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi dan
sekolah.
6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat.
7. Sumber finansial dan pekerjaan.
8. Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat.
9. Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Menurut Neylor (2003) dalam Kristina (2007) beberapa tindakan keperawatan yang dapat
diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain:

1. Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan
meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang perawatan pasca opname.
2. Program pulang bertahan: berujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga
dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus
dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan: integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawat
komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien di rumah.
Pengetahuan ttg.perawatan penyakitnya:

jumlah ps. Yg kurang pengetahuan X100%


Jumlah ps. Yg dirawat pada periode ttt

Perencanaan pasien pulang (discharge planning)


Jml. Ps. Yg tdk. Dibuat dp.pd. Periode ttt X100%
Jml. Ps. Yg dirawat pada periode ttt

APLIKASI
MUTU (M5-MUTU)
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RS X Surabaya di ruang
bedah dahlia sebagian besar berasal dari luar Surabaya. Berdasarkan data bulan Maret
2012,terdapat usia pelanggan yang bervariasi pada kisaran usia antara 10-80 tahun. Mayoritas
pelanggan, berusia 60-70 tahun (sebanyak 17 orang). RS X merupakan rumah sakit tipe A
sebagai rumah sakit pendidikan dengan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang. Di
lain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai tim marketing secara langsung untuk
mencari pelanggan dalam mencari pelayanan jasa kesehatan. Perawat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin dengan memberikan perawatan secara paripurna, sehingga pelayanan
diruangan layak untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan.
Perawat ruang Bedah Dahlia telah melakukan perbaikan diberbagai aspek yaitu dari
perbaikan bangunan dan fasilitas, dan peningkatan mutu sumber daya manusia dari
pengetahuan dan softskill
47

2.7.1 Mutu pelayanan keperawatan


RS X Surabaya telah menerapakan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,
diamana terdapat beberapa aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya, diantaranya :
1. Keselamatan Pasien (patient Safety)
a. Angka kejadian jatuh
Dari data hasil didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh selama
dilakukan perawatan oleh perawat ruangan. Meskipun sebagian pasien mempunyai
resiko jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi menunjukkan tidak ada pasien yang
mengalami jatuh.
b. Kesalahan pengobatan (Medication error)
Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat
cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu pemberian dan
tidak waspada terhadap efek pemberian obat tidak terjadi selama periode bulan
Januari-Maret 2012, pemberian obat dilakukan secara benar sesuai indikasi yang
diberikan oleh dokter.
Angka KTD dalam pemberian obat pada tanggal 23 April 2012 :
Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100% = 0%
36
Angka KNC dalam pemberian obat pada tanggal 23 April 2012 :
Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100% = 0%
36

Angka KTD dalam pemberian obat pada tanggal 24 April 2012 :


Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100% = 0%
36

Angka KNC dalam pemberian obat pada tanggal 24 April 2012 :


Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

0 x 100% = 0%
36

c. Angka kejadian flebitis


Kejadian flebitis, pada bulan Januari-Meret 2012 tercatat 129 pasien yang
terpasang intravena line (IVL). Dari 129 pasien yang terpasang IVL, tidak ada yang
terjadi kejadian flebitis (0%).
d. Angka kejadian dekubitus
48

Kejadian dekubitus,dari data yang didapatkan selama Maret 2012 tidak terdapat
pasien yang mengalami dekubitus (0%) dari total 61 pasien MRS yang mengalami
immobilisasi di ruang bedah Dahlia.
e. Lain-lain
Upaya pengurangan infeksi nosocomial (Inos).
Indikator penilaian Inos :
a) Flebitis: angka kejadian flebitis di Bedah Dahlia sebanyak 0 pasien (0%).
b) ILO (tidak terjadi) selama Januari-Maret 2012;
a. Luka bersih: 28 orang
b. Bersih kontaminasi: 101 orang
c. Kontaminasi: Tidak ada
d. Kotor: Tidak ada
c) ISK : Total pasien yang menggunakankatetersebanyak 89 pasiendan lama
pemakaiankateternyaselama 617 hari. Dari 89 pasien,
tidakterdapatinfeksisalurankemih (0%).
2. Kepuasan Pasien
a. Tingkat kepuasan pasien.
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal berbentuk
pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian penjelasan setiap
prosedur tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan keperawatan.
Dari hasil kuesioner tentang Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Perawat yang
dibagikan kepada 24 responden secara umum menyatakan bahwa pelayanan
perawat di Ruang Bedah Dahlia puas yaitu sebanyak 20 orang (76-100%).
Sebanyak 4 orang (56-75%) menyatakan pelayanan perawat di Ruang Bedah
Dahlia cukup puas. Untuk tingkat kepuasaan pasien kelolaan yang sebanyak 10
orang pasien didapatkan 7 orang (70%) menyatakan puas terhadap pelayanan
kesehatan dan sisanya 3 orang (30%) menyatakan cukup puas. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien diruang bedah Dahlia terhadap
kinerja perawat adalah ”puas”.
b. Tingkat kepuasan perawat
Berikut adalah hasil tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerjanya
selama menjadi perawat di RS Dr.Soetomo Surabaya. Dari total 11 perawat yang
yang menjadi responden, 1 diantaranya (11,11%) menyatakan sikap puas, 6
responden (66,67%) menyatakan cukup puas dan 2 reponden (22,22%)
menyatakan kurang puas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan perawat
terhadap hasil kinerjanya di ruang bedah dahlia adalah ”cukup puas”.
3. Perawatan Diri
Tabel 2.13 Kategori Tingkat Kemandirian Pasien Kelolaan pada tanggal 23 April
2012 berdasarkan indeks KATZ
Kategori Deskripsi Jumlah Pasien
A Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB, 5
mengenakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah, dan mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu 2
dari fungsi di atas
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu -
dari fungsi diatas
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan -
49

salah satu dari fungsi diatas


E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke -
toilet dan salah satu dari fungsi diatas
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke 2
toilet, berpindah dan salah satu dari
fungsi diatas
G Ketergantungan untuk semua fungsi 1
diatas

Tabel 2.14 Kategori Tingkat Kemandirian Pasien Kelolaan pada tanggal 24 April
2012 berdasarkan indeks KATZ
Kategori Deskripsi Jumlah Pasien
A Mandiri dalam hal makan, BAK/BAB, 5
mengenakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah, dan mandi
B Mandiri semuanya, kecuali salah satu 2
dari fungsi di atas
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu -
dari fungsi diatas
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan -
salah satu dari fungsi diatas
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke -
toilet dan salah satu dari fungsi diatas
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke 2
toilet, berpindah dan salah satu dari
fungsi diatas
G Ketergantungan untuk semua fungsi 1
diatas

Presentase kebutuhan perawatan diri pasien kelolaan tanggal 23&24 April


Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100%
Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan parsial dan total

3 x 100% = 75%
4

4. Kenyamanan
Angka tata laksana nyeri pada pasien kelolaan tanggal 23 April 2012
Presentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam askep :
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
Jumlah pasien per periode waktu tertentu

2 x 100% = 20%
10

5. Kecemasan
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dari Skala Peringkat Kecemasan Diri Zung
Self pada pasien kelolaan tanggal 23 dan 24 April 2012 didapatkan 80% pasien
normal/tidak cemas dan hanya 20% yang mengalami kecemasan berat.
50

6. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan penyakitnnya pada pasien kelolaan tanggal 23 dan 24
April 2012 :
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

4 x 100% = 40%
10

2.8 ALOS (Average long of stay).


1) ALOS secara umum
Lama rawat inap pasien diruangan bedah dahlia mulai bulan Januari sampai April
2012 rata-rata 6-10 hari dengan presentase 30% dari total pasien 230 orang.
2) ALOS secara khusus
Lama rawat inap pasien diruang bedah dahlia berdasarkan divisi medis yaitu:
(1) Urologi
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah dahlia mulai bulan Januari sampai
April 2012 pada divisi urologi rata-rata 6-10 hari dengan presentase 30,16%
dari total pasien 126 orang.
(2) Digestif
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah dahlia mulai bulan Januari sampai
April 2012 pada divisi digestif rata-rata 6-10 hari dengan presentase 26,67%
dari total pasien 45 orang.
(3) Bedah plastik
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah dahlia mulai bulan Januari sampai
April 2012 pada divisi bedah plastik rata-rata 6-10 hari dengan presentase
59,14% dari total pasien 7 orang.
(4) Bedah kepala leher (KL)
Lama rawat inap pasien di ruangan bedah dahlia mulai bulan Januari sampai April 2012 pada
divisi bedah kepala leher (KL)
51

LANGKAH 2: ANALISIS SWOT


Pada Analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Pengisian Item IFAS dan EFAS:


Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan data pada bagian
lain di dalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang
meliputi aspek Weakneses dan Strength dan faktor EFAS (External factors) yang meliputi
aspek Opportunity dan Threatened.

2. BOBOT:
Beri Bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 tidak
penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.

3. RATING:
Hitung rating, dgn masing-masing faktor dgn memberikan skala mulai 4 (sangat baik /
outstanding) sampai dengan 1 (kurang / poor, berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data
rating didapakan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara,
pengukuran langsung. Faktor Strength dan Opportunity menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor Weakneses dan Threatened menggambarkan nilai kinerja yang negatif.
Kemudian kalikan Bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.

Contoh Analisis SWOT

No. ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


1. M1 (Ketenagaan)
a. Internal Factor (IFAS)

STRENGTH
1. 69,2% Perawat menyatakan bahwa 0,2 2 0,4 S-W =
struktur organisasi yang ada sesuai 2,57-2,2=
dengan kemampuan perawat 0,37
2.61,5% Perawat menyatakan 0,1 2 0,2
pembagian tugas sesuai dengan
struktur organisasi yang ada
3. 76,9% perawat menyatakan kepala 0,1 2 0,2
ruangan sudah optimal dalam
melaksanakan tugas-tugas nya.
4. Jenis ketenagaan di ruangan : 0,3 3 0,9
S1 Kep = 2 Orang
D-III = 4 Orang
SPK = 7 Orang
5. Adanya perawat yang mengikuti 0,13 3 0,36
seminar dan workshop.
6. Beban kerja perawat di ruangan tidak 0,17 3 0,51
52

terlalu tinggi.

TOTAL 1 2,57

WEAKNESS
1.Jumlah perawat masih belum 0,25 2 0,5
sebanding dengan jumlah pasien.
2. Sebagian perawat belum memahami 0,19 2 0,38
peran dan fungsinya.
3. Kurang disiplin nya pegawai. 0,2 3 0,6
4. Pembagian tugas masih belum jelas. 0,2 2 0,4
5.54% perawat masih berlatar
pendidikan berlatar pendidikan SPK. 0,16 2 0,32

TOTAL 1 2,2

OPPORTUNITY
1. 60% perawat mempunyai kemauan 0,28 3 0,84 O-T=
untuk melanjutkan pendidikan ke 2,58-2,46
jenjang yang lebih tinggi =0,12
2. Rumah Sakit memberikan kebijakan 0,2 3 0,6
untuk memberi beasiswa dan pelatihan
bagi perawat ruangan.
3. Jumlah pasien di ruang internal 0,2 2 0,4
wanita 60% dengan tingkat
ketergantungan minimal.
4. Adanya POS membantu pekerjaan 17 0,19 2 0,38
perawat ruangan.
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,13 3 0,36
profesionalisme perawat.

TOTAL 1 2,58

THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat 0,17 2 0,34
untuk pelayanan yang lebih
professional.
2. Makin tingginya kesadaran 0,12 2 0,24
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
3. Persaingan dengan masuknya perawat 0,1 2 0,2
asing.
4. Kebijakan pemerintah tentang 0,15 2 0,3
askeskin.
5. Rendahnya kesejahteraan perawat. 0,3 3 0,9
6. Adanya pertanggung jawaban 0,16 3 0,48
legalitas bagi pasien.

TOTAL 1 2,46
53

M2 – Material
M3 – Methods
M4 – Money
M5 – Mutu (Quality)

Dst ..............................
54

Diagram Layang

W S

KETERANGAN :

M1 : Ketenagakerjaan
M2 : Sarana dan Prasarana
M3 : Metode-Penerapan Model
DK : Metode-Dokumentasi
RK : Metode-Ronde Keperawatan
SO : Metode-Sentralisasi Obat
SV : Metode-Supervisi
TT : Metode-Timbang Terima
DP : Metode-Discharge Planning
55

LANGKAH 3: IDENTIFIKASI MASALAH

CONTOH IDENTIFIKASI MASALAH


4.2.1 M1 (Ketenaga)
1. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien.
2. Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsinya.
3. Kurang disiplinnya pegawai.
4. Pembagian tugas masih belum jelas.
5. 5.54% perawat masih berlatar pendidikan berlatar pendidikan SPK.
Penyebab: ……
4.2.2 M2 (Sarana dan Prasarana)
1. Belum terpakainya sarana dan prasarana secara optimal.
2. Nurse Station belum termanfaatkan secara optimal.
3. Kurangnya kamar mandi, ember sampah pasien, spuit gliserin, standard infus,
standard O2, dan termometer.
4. Penyebab: ……

4.2.3 M3 (Metode)
a. Penerapan Model
1. Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model yang telah ada.
2. Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawtan pasien secara
komperehensif.
3. Job yang kadang-kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik yang berbeda
tingkatannya (kurang jelas).
4. Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan model yang
digunakan.
Penyebab: ……

b. Dokumentasi Keperawatan
1. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi).
2. Belum semua tindakan perawat di dokumentasikan.
3. Dokumetasi tidak segera dilakukan setelah melakukan tindakan tetapi kadang-kadang
dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila keadaan ruang memungkinkan.
4. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan dan kurang lengkap.
5. Respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi.
6. Dari 20 rekam medis pasien yang ada hanya 12 rekam medis yang ditulis dengan
lengkap dan tepat waktu.
7. 6 perawat (54,5%) mengatakan model dokumentasi yang digunakan menambah
beban kerja perawat.
8. 5 perawat (45,4%) mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita banyak
waktu perawat.
Penyebab: ……
56

c. Ronde keperawatan
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat dilaksanakan secara optimal di
ruang interna wanita.
2. Tim yang dibentuk cukup mampu dalam pelaksanaan ronde dan penyelesaian tugas.
3. Jumlah perawat yang tidak seimbang dengan njumlah perawat.
Penyebab: ……
d. Sentralisasi Obat
1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal.
2. Selama ini format yang ada masih obat oral dan injeksi. dan yang lain tercampur pada
salah satu dari keduanya.
3. Selama ini belum ada format persetujuan sentralisai obat untuk pasien.
4. Alat-alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas.
5. Teknik sentralisasi obat belum jelas.
Penyebab: ……

e. Supervisi
1. Belum ada uraian yang jelas tentang supervisi.
2. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.
3. Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.
Penyebab: ……

f. Timbang Terima
1. Perawat kurang disiplin waktu timbang terima.
2. Masalah keperawatan lebih fokus pada diagnosis medis.
3. Perawat kesulitan mendokumentasikan timbang terima karena form nya kurang
sistematis.
4. Data hanya ditulis di secarik kertas sehingga kadang hilang saat akan dilaporkan.
5. Dokumentasi masih terbatas sehingga rencana tindakan belum spesifik.
Penyebab: ……
g. Discharge Planning & Penerimaan pasien baru
1. Pelaksanaan Discharge Planning belum optimal.
2. Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk pasien saat melakukan Discharge Planning.
3. Tidak tersedianya anggaran untuk Discharge Planning.
4. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan pada setiap pasien/keluarga.
5. Belum optimalnya pendokumentasian Discharge Planning.
Penyebab: ……

4.3 Prioritas Masalah


1. Ketenagaan
1. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien.
2. Kurang disiplinnya perawat ruangan.
3. Rendahnya kesejahteraan perawat.

2. Sarana prasarana
1. Sarana dan prasarana yang dimiliki ruangan belum terpakai secara optimal.
2. Jumlah peralatan tidak sesuai dengan rasio pasien.
57

3. Metode
a. Penerapan Model
1. Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model MAKP yang telah
ada.
2. Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhan perawatan pasien secara
komperehensif.
3. Job yang kadang-kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik yang berbeda
tingkatannya (kurang jelas).
4. Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan model yang
digunakan.
Penyebab …………….
b. Dokumentasi
1. Pemahaman dan pengaplikasian perawat tentang format pendokumentasian
kurang benar dan kurang tepat.
2. Kurang disiplinnya perawat dalam melakukan dokumentasi yang komprehensif.
3. Penyebab …………….

c. Ronde
1. Ronde keperawatan belum terlaksana secara optimal atau secara rutin karena
kesempatan perawat yang terbatas.
2. Tim yang dibentuk hanya cukup mampu membantu dalam pelaksanaan ronde
keperawatan dan penyelesaian tugas yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
dalam ronde keperawatan.
3. Pelatihan dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di ruangan telah
dilaksanakan tetapi hanya diikuti oleh sebagian dari perawat (sekitar 54,5%).
4. Penyebab …………….

d. Sentralisasi Obat
1. Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal
2. Selama ini belum ada format persetujuan sentralisai obat untuk pasien.
3. Alat-alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas.
4. Teknik sentralisasi obat belum jelas
5. Penyebab …………….

e. Supervisi
1. Supervisi sudah berjalan namun belum optimal, belum ada uraian yang jelas
mengenai supervisi.
2. Supervisi di ruangan belum mempunyai format yang baku.
3. Penyebab …………….

f. Timbang Terima
1. Perawat kurang disiplin waktu dalam timbang terima
2. Masalah keperawatan lebih fokus pada diagnosis medis
3. Data hanya ditulis di secarik kertas sehingga kadang hilang saat akan dilaporkan
4. Perawat kesulitan mendokumentasikan timbang terima karena formatnya kurang
sistematis
5. Dokumentasi timbang terima masih terbatas sehingga penyusunan rencana
tindakan belum spesifik
58

6. Penyebab …………….

g. Discharge Planning
Discharge planning belum terlaksana sesuai dengan standart yang baku.

Penyebab …………….
M4 – Keuangan?
M5 – Mutu
a. Keselamatan pasien (pasien jatuh, medication error, phlebitis, infeksi nosokomial,
restrain, decubitus)

b. Kepuasan pasien
c. Kecemasan pasien
d. Kenyamanan (nyeri)
e. Perawatan diri
f. Pengetahuan pasien
PENYEBAB ………………………….

PENENTUAN MASALAH ........ SFF & CARL


59

C-A-R-L
C: CAPABILITY
A: ACCESSIBILITY
R: RELEVANCY
L: LEGALITY
60

LANGKAH 4: PERENCANAAN
CONTOH PENYUSUN AN PERENCANAAN
RUANG Y

PENGORGANISASIAN
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam menentukan
kebijakan–kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun sruktur organisasi sebagai
berikut :

Ketua :

Sekretaris :

Bendahara :

Sie Perlengkapan :

Sie Konsumsi : .

Sie KSK Dokumentasi :

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan pengorganisasian dalam


pembagian peran sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan Professional di ruangan.

DASAR PENYUSUNAN PERENCANAAN


Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan nilai IFAS adalah:
S –W dan EFAS adalah O-T. Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan di
dalam diagram layang (Kite Quadran) untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan
berdasarkan letak quadran.
a. Pada quadran WO, strategi perencanaan adalah progressive / turn around dengan tujuan
yang ingin dicapai adalah “meningkatkan” kelemahan internal utuk mendapatkan kesempatan
(Opportunity).
b. Pada quadran SO, strategi perencanaan adalah agressive dengan tujuan yang ingin
dicapai adalah “megembangkan” kekuatan internal yang ada utuk mendapatkan kesempatan
(Opportunity) yang lebih dalam menghadapi persaingan.
61

c. Pada quadran ST, strategi perencanaan adalah diversification dengan tujuan yang ingin
dicapai adalah “merubah” kekuatan internal yang ada utuk mengantisipasi faktor
Threatened (ancaman) dari luar.
d. Pada quadran WT, strategi perencanaan adalah deffensive dengan tujuan yang ingin
dicapai adalah “mempertahankan” eksistensi agar instiusi / perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secar minimal.

CONTOH PENERAPAN
A. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
(MAKP)
3.A.1 Latar Belakang
Berkembangnya informasi dan teknologi dalam menghadapi era globalisasi
memberikan dampak positif terhadap pola pikir masyarakat saat ini baik terhadap
ekonomi, sosial, politik dan kesehatan. Fenomena ini dapat dilihat dari semakin
tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang optimal. Tingginya
tuntutan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi perawat untuk mengalami
perubahan dalam sistem pelayanan. Perubahan ini merupakan cara untuk
mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era
globalisasi. Salah satu pelaksanaan perubahan yang nyata adalah memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas dan manajerial keperawatan yang handal.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasinya di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah proses keperawatan sehingga dapat mengarahkan
keperawatan menuju profesionalisme (Arwani, 2005). Salah satu sistem pelayanan
keperawatan profesional adalah dengan melaksanakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional Primer yang merupakan suatu metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai dengan keluar. Keuntungan dari MAKP primer antara
lain asuhan keperawatan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Selain
itu pembagian tugas yang jelas dan dilakukan sesuai peran akan meringankan beban
kerja perawat. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kepuasan bagi pasien,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga tercapai suatu pelayanan yang
paripurna.
Berdasarkan pengkajian yang dilaksanakan di Ruang Bedah D pada tanggal 23-
24 April 2012, didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang
Bedah D adalah MAKP team kombinasi primary (model modular). Pengembangan
model modular merupakan pengembangan dari primary nursing yang digunakan dalam
keperawatan dengan melibatkan tenaga profesional dan non professional. Namun, ada
beberapa komponen MAKP yang dilaksanakan belum optimal.
Dari hasil kuesioner tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat yang
dibagikan kepada 24 responden secara umum menyatakan bahwa pelayanan perawat di Ruang
Bedah Dahlia puas yaitu sebanyak 20orang (76-100%). Sebanyak 4 orang (56-75%)
menyatakan pelayanan perawat di Ruang Bedah Dahlia cukup puas. Untuk tingkat kepuasaan
pasien kelolaan yang sebanyak 10 orang pasien didapatkan 7 orang (70%) menyatakan puas
terhadap pelayanan kesehatan dan sisanya 3 orang (30%) menyatakan cukup puas. Adanya
pernyataan pasien cukup puas bisa menunjukkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh
62

perawat selama ini masih belum optimal. Salah satunya bisa karena model asuhan keperawatan
yang telah dilakukan.

3.A.2 Masalah
1. MAKP yang digunakan oleh Ruang Bedah Dahlia adalah MAKP moduler yang
merupakan gabungan antara model primer dengan tim. Namun MAKP tersebut hanya
terimplementasi sesuai standard pada shift pagi.
2. Beberapa komponen MAKP belum terlaksana dengan baik
3.A.3 Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pelaksanaan MAKP yang telah dipilih oleh ruangan sesuai dengan kaidah
MAKP yang standard
Tujuan Khusus
1. Menganalisis komponen-komponen dari MAKP yang belum terlaksana optimal di
ruangan
2. Membuat perencanaan pengoptimalan pelaksanaaan MAKP
3. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah direncanakan
3.A.4 Target
1. Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
2. Komponen-komponen MAKP terlaksana optimal
3.A.5 Program Kerja
1) Rencana Stategis
1. Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang dilaksanakan, yaitu model
primary nursing.
2. Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan diseminasi awal.
3. Sosialisasi hasil diseminasi.
4. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
5. Melakukan pembagian peran perawat.
6. Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
7. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
8. Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.
2) Kriteria Evaluasi :
1. Struktur :
1) Menentukan penanggung jawab MAKP.
2) Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu primary nursing.
3) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
4) Melakukan pembagian peran perawat.
5) Menetukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
6) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2. Proses :
Menerapkan MAKP :

1) Tahap uji coba MAKP pada tanggal 26-28 April 2012


2) Tahap Aplikasi MAKP tahap I-III pada tanggal 30 April-27 Mei 2012
3. Hasil :
Mahasiswa mampu menerapkan MAKP primary nursing sesuai dengan job discription.

3) Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. PP
3. PA :
63

4. Waktu : Mei 2012. Pelaksanaan evaluasi Minggu V.

B. DISCHARGE PLANNING
3.B.1 Masalah
Discharge planning belum dilaksanakan dengan optimal, discharge planning dilakukan kepada
pasien-pasien yang akan pulang dan hanya dilakukan secara lisan dan tidak mencakup aspek
discharge planning yang meliputi penjelasan peyakit dalam sebuah leaflet. Hal ini karena
rendahnya kemauan sebagian perawat pelaksana untuk merutinkan pelakasanaan discharge
planning

3.B.2 Tujuan
Discharge Planning di ruangan bisa terlaksana sesuai dengan kaidah pelaksanaan discharge
planning
3.B.3 Target
1. Semua perawat memahami alur, proses, dan content dalam pelaksanaan discharge
planning
2. Adanya peningkatan target dari jumlah pasien yang akan dilakukan discharge
planning
3. Discharge planning bisa terlaksana secara berkelanjutan
3.B.4 Program Kerja
1) Rencana Strategi :
1. Menentukan penanggung jawab discharge planning.
2. Menentukan materi discharge planning.
3. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning.
4. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
5. Melaksanakan discharge planning.
2) Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur.
a) Persiapan klien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.
b) Penyusunan struktur pelaksanaan Discharge Planning
2. Evaluasi proses
a) Discharge Planning dilaksanakan pada semua klien pulang.
b) Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Evaluasi hasil
1) Terdokumentasinya pelaksanaan klien pulang.
2) Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah tentang : Aturan diet, obat
yang harus diminum di rumah, aktivitas, yang harus dibawa pulang, rencana kontrol,
yang perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.
3) Pengorganisasian
1. Penanggung jawab :
2. PP :
3. PA :
4. Waktu : Pelaksanaan evaluasi Minggu V.

C. SENTRALISASI OBAT MODIFIKASI UDD (UNIT DOSE


DISPENDING)
3.C.1 Latar Belakang
Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat menunjang proses
kesembuhan pasien. Dalam pemberian obat diperlukan ketepatan waktu, dosis, cara dan
tempat pemberian obat. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat
dan efektif adalah sistem sentralisasi obat yang sekarang ini sudah dikembangkan di
berbagai ruangan di Rumah Sakit Dr Soetomo. Pada sentralisasi obat perawat terlebih
64

dahulu memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga kemudian perawat
mengelola obat dan memberikan obat kepada pasien.
Sentralisasi obat sudah dilaksanakan di Ruang Bedah Dahlia. Adapun alurnya sebagai berikut
: dokter memberikan resep dengan surat persetujuan yang telah ditandatangani pasien atau
keluarga. Resep diberikan kepada keluarga pasien untuk ditebus di depo farmasi. Depo
mengelola obat selanjutnya menyerahkannya kepada perawat dengan mengunakan metode
UDD untuk selanjutnya diberikan ke pasien sesuai terapi dan menggunakan informed concent
sebelumnya. Pengelolaan seluruh obat-obatan dilakukan oleh depo jika tidak ada ketersediaan
obat maka depo akan menghubungi depo pusat untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan.

Sentralisasi obat dapat meminimalkan resiko-resiko duplikasi obat, menghindari penggunaan


obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang
Bedah Dahlia RS X dapat dikontrol oleh perawat. Sentralisasi obat dapat optimal bila pasien dan
keluarga percaya penuh kepada perawat dan kepercayaan pasien dan keluarga dapat diperoleh
jika perawat terbuka dan menjalin komunikasi baik dengan pasien dan keluarga.
3.C.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan perawat associate
dalam penerapan prinsip 5 T + 1 W (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat
waktu, tepat cara pemberian, dan waspada efek samping obat).
2) Mampu mengelola obat klien : pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan prinsip 5 T + 1 W (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat
cara pemberian, dan waspada efek samping obat).
3) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga terhadap perawat dalam pengelolaan
sentralisasi obat.
3.C.3 Target
1. Seluruh obat klien sudah tersentralisasi dengan baik.
2. Dokumentasi sentralisasi obat dapat terlaksana dengan optimal.
3.C.4 Program Kerja
1) Rencana strategi :
1. Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat.
2. Menyusun proposal sentralisasi obat.
3. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat, dokter dan bagian
farmasi.
4. Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat. Melaksanakan
sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat, dokter dan bagian farmasi.
5. Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat.
2) Kriteria Evaluasi :
1. Struktur :
a) Menetukan penanggungjawab sentralisasi obat.
b) Menyiapkan format sentralisasi obat
2. Proses :
a) Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan perawat, dokter dan
bagian farmasi.
b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengeloalaan sentralisasi obat.
3. Hasil :
a) Klien menerima sistem sentralisasi obat.
65

b) Perawat mampu mengelola obat klien.


c) Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat meningkat.
d) Dapat bertanggungjawab dan bertanggung gugat baik secara hukum maupun secara
moral.
e) Pengelolaan obat efektif dan efisien.
3) Pengorganisasian
1. Penanggung jawab
2. PP :
3. PA :
4. Waktu : Pelaksanaan aplikasi sentralisasi obat modifikasi Unit Dose
Dispending (UDD)tanggal 26 April -27 Mei 2012. Pelaksanaan evaluasi Minggu V

D. SUPERVISI KEPERAWATAN
3.D.1 Latar Belakang
Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk
terus berusaha meningkatkan kinerja di berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan secara
profesional. Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan
kesehatan juga makin meningkat. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional
seharusnya didukung dengan adanya sumber daya manusia yang bermutu, standart pelayanan,
termasuk pelayanan yang berkualitas, disamping fasilitas yang sesuai harapan masyarakat.
Agar pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi standard yang
berlaku maka perlu dilakukan pengawasan atau supervisi terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan. Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen keperawatan
dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan. Supervisi adalah
teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3 F, yaitu Fair, Feedback, dan Follow Up (H.
Burton, dalam Pier AS, 1997 : 20). Supervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Hasil angket kepada 7 perawat didapatkan 3 perawat menjawab supervisi tidak pernah
dilakukan, 3 perawat menjawab supervisi sudah dilakukan namun secara informal, dan 1
perawat menjawab supervisi telah dilakukan sebagaimana mestinya.. Dari hasil wawancara
dengan kepala ruangan Bedah Dahlia supervisi keperawatan sudah dilakukan secara informal
dan dilakukan setiap saat oleh kepala ruangan, wakli kepala ruangan dan perawat lainnya
yang didelegasikan untuk mengawasi kinerja perawat. Kepala ruangan dan wakilnya pada saat
tertentu ikut terjun secara langsung dalam tindakan keperawatan pada pasien. Selain itu
kepala ruangan langsung atau pada saat morning report menyampaikan pada penanggung
jawab untuk segera ditindaklanjuti hasil dari supervisi yang sudah dilakukan.

3.D.2 Tujuan
Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan supervisi dalam lingkup tanggung jawab sebagai supervisor


keperawatan, terutama dalam melakukan supervisi terhadap Perawat Primer dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan.

Tujuan Khusus
1. Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan supervisi.
2. Mampu mempersiapkan instrumen tindakan keperawatan.
3. Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
4. Mampu memberikan masukan terhadap staf.
5. Mampu memberikan follow-up terhadap hasil supervisi terhadap staf
6. Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervisi.
66

3.D.3 Masalah
Supervisi sudah berjalan tapi hanya dilakukan secara informal

a. Supervisi dilakukan setiap saat oleh kepala ruangan dan perawat lainnya yang
didelegasikan untuk mengawasi kinerja perawat. Kepala ruangan dan wakilnya pada
saat tertentu ikut terjun secara langsung dalam tindakan keperawatan pada pasien.
b. Pendokumentasian hasil supervisi yang dilakukan hanya disampaikan secara lisan
saat timbang terima dilakukan. Supervisi secara formal dengan pendokumentasian
secara tertulis masih belum dapat dilakukan karena terkendalanya dengan beban
kerja yang cukup tinggi dan perencanaan yang kurang tepat baik waktu maupun
sarana dan prasarana. Kemauan yang rendah juga menjadi salah satu alasan tidak
berjalannya supervisi secara formal. Sehingga untuk penilaian perkembangan kualitas
perawat tidak dapatterpantau dengan baik.
3.4.4 Target / Indikator Keberhasilan

1. Supervisi dilakukan secara terorganisir dan rutin dalam kurun waktu tertentu.

2. Supervisi dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standard.

3. Supervisi terdokumentasikan dengan baik dan benar.

3.4.5 Program Kerja

1) Rencana strategi

a. Mengajukan proposal pelaksanaan supervisi.


b. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan. Merevisi konsep supervisi
keperawatan
c. Menentukan materi supervisi keperawatan
d. Merevisi format supervisi
e. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan.
f. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
2) Kriteria evaluasi :
a. Struktur :
a) Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan.
b) Menyusun konsep supervisi keperawatan.
c) Menentukan materi supervisi.
b. Proses :
a) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan supervisor.
b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
c. Hasil :
a) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
b) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi.
c) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA
3) Pengorganisasian
1. Penanggung jawab :
2. PP :
3. PA :
4. Waktu : Pelaksanaan aplikasi supervisi dimulai tanggal 26 April-27 Mei
2012. Pelaksanaan evaluasi minggu ke V

E. TIMBANG TERIMA
3.E.1 Latar Belakang
67

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan


peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan
dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang
lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian
shift, yaitu saat timbang terima pasien.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer ke perawat penanggung jawab dinas sore atau dinas malam
secara tulisan dan lisan. Timbang terima di Ruang Dahlia saat ini untuk shift malam ke shift pagi
telah dilaksanakan. Sedangkan shift pagi ke shift siang dan shift sore ke malam timbang terima
dilakukan hanya sebatas laporan jaga saja sambil berkeliling ke pasien. Kegiatan timbang terima
dilakukan jika terdapat semua perawat berkumpul terutama saat pagi dipimpin oleh karu.
Perawat pada shift malam melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada shift
pagi disertai pencatatan di buku operan. Setelah selesai, perawat langsung kembali ke pasien dan
melaksanakan tugasnya, tidak ada evaluasi kembali.
Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya. Hal ini dilakukan
untuk perbaikan pada masa yang akan datang sehingga timbang terima menjadi bagian penting
dalam menggali permasalahan pasien sehari – hari.
3.E.2 Masalah
Timbang terima sudah dilakukan tetapi belum optimal.

1. Materi timbang terima tidak berfokus pada masalah keperawatan hanya menyebutkan
nama, diagnosa medis, tindakan yang telah dan akan dilakukan.
2. Alur dan proses timbang terima sudah sesuai dengan prosedur
3.E.3 Tujuan
Tujuan umum

Menjaga kesinambungan informasi keadaan klien kepada setiap shift.

Tujuan Khusus

1. Menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus).

2. Menyampaikan hal-hal yang sudah/ belum dilakukan dalam askep pada penderita.
3. Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
3.E.4 Target
Timbang terima dapat berjalan lebih optimal dengan perbaikan format content yang
disampaikan serta mempertahankan alur dan proses timbang terima yang telah baik dalam
pelaksanaannya.
3.E.5 Program Kerja
1) Rencana strategi :
a. Menentukan penanggung jawab timbang terima
b. Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis pengisiannya
c. Menyiapkan kasus kelolaan yang akn digunakan untuk timbang terima
d. Menentukan jadwal pelaksanaan timbang terima
e. Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
f. Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf keperawatan
g. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
68

h. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab shift


i. Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas
j. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sistematis atau menggambarkan kondisi
saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan klien
k. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan, rencana keperawatan,
tindakan dan perkembangan kesehatan klien
l. Mendokumentasikan hasil timbang terima klien
2) Kriteria Evaluasi :
1. Struktur :
a) Menentukan penanggungjawab timbang terima.
b) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf keperawatan.
c) Menentukan materi timbang terima.
d) Status klien disiapkan.
e) Persiapan buku laporan dan buku pesanan khusus.
2. Proses :
a) Melaksanakan timbang terima bersama dengan Karu dan staf keperawatan pada
pergantian shift.
b) Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai penanggungjawab shift.
c) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas
d) Timbang terima dilaksanakan di Nurse station paling lama 15 menit dan 3 menit di
setiap klien dengan keadaan istimewa
3. Hasil
a)
Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas, diagnosa medis,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi
kolaboratif, rencana umum klien).
b) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
c) Dapat meningktakan kemampuan komunikasi antar perawat.
d) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar perawat.
e) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan.
3) Pengorganisasian
1. Penanggung jawab :
2. PP :
3. PA :
4. Waktu : Pelaksanaan aplikasi timbang terima dimulai tanggal 26 April-27
Mei 2012. Pelaksanaan evaluasi Minggu V

F. RONDE KEPERAWATAN
3.F.1 Masalah
Ronde keperawatan belum dilaksanakan secara mandiri oleh ruangan dan kriteria pasien
untuk dilakukan ronde jarang terdapat di ruangan.
3.F.2 Tujuan
Tujuan Umum :

Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi.


Tujuan Khusus :
1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain.
3.F.3 Target
Ronde keperawatan dapat berjalan sesuai dengan alur dan syarat dilaksanakannya ronde serta
dapat terlaksana berkala.
3.F.4 Program Kerja
1) Rencana Strategi
69

a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.


b. Menentukan klien yang akan dijadikan subyek dalam ronde keperawatan.
c. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan (strategi dan materi).
d. Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.
e. Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
f. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.
g. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan staf keperawatan.
2) Kriteria Evaluasi
a. Struktur
a) Menetukan penanggungjawab ronde keperawatan.
b) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
c) Memberikan informed consent kepada klien dan keluarga.
b. Proses
a) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan dan staf
keperawatan.
b) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum
mampu mengatasi masalah klien.
c) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
d) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi masalah klien
tersebut.
c. Hasil
a) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan masalah klien.
b) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan dilaksanakan.
3) Pengorganisasian
1. Penanggung jawab : .

2. PP :

3. PA :

4. Waktu : Pelaksanaan aplikasi ronde keperawatan mulai tanggal 26 April-27


Mei 2012. Evaluasi dilaksanakan minggu ke V

G. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
3.G.1 Latar Belakang
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek komunikasi, proses
keperawatan, standar keperawatan. Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan
terkadang sering terabaikan oleh sebagian besar perawat. Manfaat dan pentingnya
dokumentasi keperawatan antara lain dari segi hukum,karena semua catatan informasi tentang
klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau
perawat. Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya penulisan
yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah. Dari segi jaminan mutu (kualitas
pelayanan), pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan perawat
untuk menyelesaikan masalah klien serta untuk mengetahui sejauh mana masalah dapat
teratasi. Hal ini juga memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya masalah baru secara
dini. Selain itu dokumentasi keperawatan juga sebagai sarana komunikasi, acuan dalam
menentukan biaya perawatan klien, sebagai bahan riset untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan lain sebagainya.
70

Fenomena yang sering terjadi terkait dokumentasi keperawatan selain terabaikannya


pelaksanaan dokumentasi keperawatan juga dalam pelaksanaanya sering tidak sesuai dengan
standard atau kaidah-kaidah pembuatan dokumentasi keperawatan yang standard. Hal- hal
sederhana seperti tidak boleh menghapus tulisan yang salah atau membiarkan catatan perawat
kosong atau tidak adanya paraf perawat yang melakukan pendokumentasian masih sering
terjadi. Hal ini menjadikan keotentikan dokumentasi keperawatan akan diragukan. Mengingat
pentingnya dan besarnya manfaat dokumentasi keperawatan seharusnya senantiasa ada upaya
untuk melakukan perbaikan terhadap kinerja perawat terutama dalam pelaksanaan
dokumentasi keperawatan.

3.G.2 Tujuan
Melakukan evaluasi dan perencanaan terhadap proses dokumentasi keperawatan yang telah
ada diruangan agar bisa terlaksana lebih optimal sesuai standard.
3.G.3 Target
1. Semua perawat diruangan memahami pentingnya dokumentasi keperawatan yang
dilakukan
2. Adanya upaya-upaya untuk memperbaiki proses dokumentasi yang telah ada
mendekati proses dokumentasi yang standard
3.G.4 Program Kerja
1) Rencana strategi :
a. Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai dengan kasus di ruang
Bedah Dahlia.
b. Merevisi format pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
c. Menyiapkan format / pendokumentasian keperawatan.
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan.
2) Kriteria Evaluasi :
a. Struktur
a) Menentukan penanggungjawab kegiatan.
b) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai dengan kasus di
ruang Bedah Dahlia
c) Menyiapkan format pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
d) Menyiapkan format/pendokumnetasian keperawatan.
b. Proses :
a) Penggunaan standar terminologi (pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi).
b) Data yang relevan dan bermanfaat dikumpulkan kemudian di catat sesuai dengan
prosedur dalam catatan yang permanen.
c) Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan analisa data yang akurat.
d) Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian dari catatan yang
permanen.
e) Observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai urutan waktu.
f) Evaluasi dicatat sesuai dengan urutan waktu meliputi selama dirawat, dirujuk, pulang
ataupun perubahan status klien, respon klien terhadap tindakan.
g) Rencana tindakan yang direvisi, berdasarkan hasil yang diharapkan klien.
c. Hasil :
Mahasiswa mampu menerapkan pendokumentasian secara baik dan benar.

3) Pengorganisasian
1. Penanggung jawab :
2. Waktu : Pelaksanaan aplikasi dokumentasi mulai tanggal 27April -
27Mei 2012. Evaluasi dilaksanakan minggu ke V
71
72

PERENCANAAN (PLAN OF ACTION)

Indikator Penanggung Waktu


No Problem Tujuan Kegiatan
Keberhasilan Jawab

1 Discharge Discharge planning 1. Membuat alur pelaksanaan Setiap klien mulai masuk sampai Nurvidiasari 4 Mei 2012
planning dilaksanakan secara discharge planning pulang sudah mendapatkan discharge Agustin , S.Kep
optimal dan 2. Menentukan penyakit terbanyak planning dengan media Booklet dan
Format untuk dilakukan discharge
terdokumentasi leaflet.
pemulangan pasien planning.
dengan baik. 3. Melakukan sosialisasi dan simulasi
sudah ada tapi
discharge planning diruangan.
belum dilakukan
4. Membagikan media sosialisasi
berupa bouklet dan leaflet bagi
pasien.
5. Pembuatan dan pemasangan poster
alur discharge planning di ruangan
6. Dokumentasi
2. M2-Material Sarana dan Mengusulkan: 1. Setiap tindakan keperawatan Kepala 26 April-27 Mei 2012
prasarana untuk tersedia instrumen sesuai dengan
Sarana dan tindakan perawatan 1. Perawatan sarana dan prasarana protap. Ruangan
Prasarana secara berkala dan lebih intensif. 2. Adanya perawatan sarana dan
sudah tersedia dan
2. Meningkatkan proses inventarisasi. prasarana secara berkala.
Belum tercukupi mencukupi. 3. Penataan alat-alat emergency lebih 3. Apabila ada kerusakan alat segera
terutama mengenai rapi ada gantinya.
alat kesehatan yang
belum tersedia

3. Timbang Terima Timbang terima 1. Menentukan penanggung jawab 1. Timbang terima dilakukan di nurse Anna Nurmita, 7 Mei 2012
dilakukan secara timbang terima. station dan di klien. S.Kep
belum efektif efektif dan sesuai 2. Menyusun format timbang terima 2. Isi timbang terima tentang masalah
dalam prosesnya klien serta petunjuk teknis keperawatan yang sudah dan
pengisiannya lebih menekankan belum teratasi.
73

dan kurang sesuai konten. pada aspek keperawatan. 3. Timbang terima terdokumen-tasi
dengan konten. 3. Melaksanakan timbang terima, dengan baik.
. setiap pergantian ship
4. Dokumentasi

4. Ronde Ronde keperawatan 1. Menentukan pasien untuk ronde Ronde keperawatan sudah terlaksana Dina 14 Mei 2012
Keperawatan terlaksanan dengan 2. Mempersiapkan ronde keperawatan bersama perawat ruangan. Hadieana,S.Kep
belum temukan optimal sesuai 3. Melaksanakan ronde keperawatan
(strategi dan materi).
kriteria kasus yang prosedur.
sesuai.

5. Supervisi Mampu 1. Mengajukan proposal pelaksanaan 1. Superfisi terdokumentasikan Choirul Anwar, 9 Mei 2012
menerapkan alur supervisi dengan baik dan benar. S.Kep
sudah berjalan supervisi 2. Melaksanakan supervisi
tetapi belum keperawatan bersama-sama perawat
keperawatan dengan
optimal dalam dan kepala ruangan.
benar. 3. Mendokumentasikan hasil
pendokumentasia.
pelaksanaan supervisi keperawatan.
4. Membuat format supervisi.

6. M5-Market Kepuasan pasien Mengusulkan peningkatan mutu 1. kepuasan klien terpenuhi Kepala Ruangan 26 April-27 Mei 2012
meningkat, pelayanan terus menerus sehingga 2. Tidak ada complain dari pasien
Pemasaran pendokumentasian memberi kesan yang baik pada klien dan keluarga pasien terhadap
pelayanan
Mutu pelayanan mutu pelayanan
3. Mengupayakan adanya
teroptimalkan dan Information Center di Ners Station
sudah berjalan tapi
pendokumetasian adanya bagi keluarga pasien.
patient safety pendokumentasian
masih kurang. yang rapi untuk
indikator mutu.
74

7. M4-Money Keteraturan Mengusulkan untuk menginformasikan Klien membayar sesuai dengan tarif Petugas
administrasi pendanaan yang dibutuhkan pada yang telah ditetapkan dan administrasi
Pembiayaan (keuangan). perawatan klien, penjelasan alur menyelesaikan persyaratan yang
Masih banyak pendanaan untuk semua pasien diperlukan.
persyaratan untuk (ASKES, umum, JPS, ASTEK)
keperluan
administrasi dari
pihak pasien yang
belum lengkap
terutama pada
pasien rujukan.

8. Sentralisasi Obat Sentralisasi obat 1. Mengusulkan sentralisasi obat Seluruh obat klien sudah Harum Wulan Sari, 02 Mei 2012
dilaksanakan secara dengan menggunakan program UDD tersentralisasi dengan baik. S.Kep.
sudah berjalan optimal. (Unit Day Dose)
dengan baik. 2. Mengadakan informed consent untuk
pasien atau keluarga dalam
melaksanakan sentralisasi obat
3. Melaksanakan sentralisasi obat klien
bekerja sama dengan perawat, dokter
dan bagian farmasi.
75

9. M1-Man Meningkatkan Mengusulkan : 1. Rasio kecukupan antara perawat Kepala Ruangan


kualitas dan dan klien menurut tingkat
Sumber Daya kuantitas SDM 1. Peningkatan jenjang pendidikan ketergantungan klien terpenuhi.
Manusia: pegawai lebih tinggi. 2. Peningkatan jenjang pendidikan
2. Peningkatan skill pegawai melalui dan skill pegawai tercapai.
Fasilitas rumah pendidikan dan pelatihan secara 3. Beban kerja perawat sesuai
sakit yang kurang berkala. dengan tugasnya.
mendukung. 3. Penyegaran ilmu keperawatan oleh 4. Peningkatan kinerja perawat.
tenaga yang berkompeten secara
Pemberian insentif periodik.
4. Pemberian insentif tambahan atas
yang tidak sesuai
suatu prestasi atau kerja ekstra
dengan prestasi 5. Perbaikan fasilitas rumah sakit
kerja.

10. M3–Methode Mampu 1. Mendiskusikan setiap hambatan MAKP primary Nursing diterapkan Yurike
meningkatkan yang dalam penerapan model secara baik. Septianingrum,
MAKP penerapan MAKP primary nursing. S.Kep.
2. Sosialisasi hasil desiminasi.
Belum primary Nursing
3. Merencanakan kebutuhan tenaga
terlaksananya pemula. perawat.
MAKP secara 4. Melakukan pembagian peran
optimal perawat.
5. Menentukan diskripsi tugas dan
tanggung jawab perawat.
6. Melakukan pembagian jadwal serta
pembagian tenaga perawat.
7. Membantu penerapan model MAKP
yang sudah ada.
76

LANGKAH 5: PELAKSANAAN

LANGKAH 6: EVALUASI
Daftar Pustaka
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai