Anda di halaman 1dari 1

Atika Yulliana Sari (1406532192)

A Multisite-Multipollutant Air Quality Index

Penyusunan sistem indeks kualitas udara tidak memiliki metodologi internasional,


sehingga biasanya didasarkan pada perhitungan AQI oleh EPA serta didefinisikan sehubungan
dengan lima polutan utama (CO, NO2, O3, PM10 & PM2,5, SO2). Implementasi sistem kualitas
udara di Eropa disebut CAQI dan di US menggunakan US AQI. Kekurangan utama keduanya
yaitu tidak memperhitungkan efek buruk akibat kombinasi semua polutan.

Oleh karena itu, diusulkan dua prosedur untuk mensintesis data kualitas udara dimana
kualitas udara dipantau sehubungan dengan stasiun dan polutan yang berbeda yang
mempertimbangkan efek gabungan dari berbagai polutan yang disebut multisite-multipollutant
AQI. Tiga pemilihan yang harus ditetapkan dalam desain sistem AQI yaitu pemilihan metrik
paparan polutan, pemilihan fungsi respon paparan yang sesuai dan metodologi untuk
memperhitungkan kombinasi efek paparan simultan untuk berbagai polutan.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan asimetris yang dianalisis
menggunakan two-way PCA. Untuk penerapan standar PCA, diperlukan penataan ulang
(unfolding) dari three-way data array menjadi two-way data array. Unfolding ini berdasarkan
fokusan yang diinginkan yaitu agregasi spasial dan polutan. Untuk agregasi spasial, Ztk =
AQIk(t) adalah sintesis spasial untuk polutan k pada waktu t. Pada agregasi dengan polutan
didapatkan indeks baru yaitu I2MS .

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan 2 grafik dan 2 tabel. Grafik 1 melalui 4
seri AQIk, membuktikan bahwa kontribusi polusi terparah yaitu di Palermo yaitu karena PM10.
Grafik 2 menunjukkan hasil I2MS menjadi kurang ekliptika dari pada IMm serta perilaku I2MS dan
IPC hampir setara. Tabel 1 menunjukkan site 1,5,9 merupakan tempat dengan kontribusi
terhadap AQIk yang terparah dikarenakan ketiga tempat tersebut adalah area dengan lalu lintas
yang padat. Tabel 2 menunjukkan persentase variabilitas dihitung dengan PC1 dalam analisis
polutan tunggal dengan hasil yang lebih rendah daripada tabel 1. Dari hasil tersebut, perlu
dicatat bahwa dengan mempertimbangkan efek gabungan dari semua polutan, nilai batas
ambang seringkali terlewati, bahkan ketika polutan tunggal masih dibawah ambang batas.

Kesimpulan yang didapatkan yaitu pendekatan baru yang dilakukan pada penelitian
memungkinkan perbandingan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu, melalui dua langkah
agregasi sesuai dengan ruang dan polutan. Indeks I2MS (indeks awal I2) menunjukkan hasil yang
baik dengan mempertimbangkan efek gabungan antara polutan pada kualitas udara.

Anda mungkin juga menyukai