Anda di halaman 1dari 6

AJI KAPUTUSAN, WUJUD BHAIRAWI DALAM

APLIKASI TANTRA BHAERAWA

Aji Kaputusan, Kawisesan, Kadyatmikan dan lain lain


sebagai wujud nyata yoga tantra menghormati sang ibu
semesta feminim perawan abadi berwujud Bhaerawi
dalam kagumnya keperkasaan jalur yoga tantra
Bhaerawa.

ji kaputusan merupakan bentuk aplikasi yang di hasilkan dari beberapa prinsip

1
A penghimpunan energi. Dalam tradisi kadyatmikan di Bali sumber energi
didapatkan dari 10 nafas yang terdapat di dalam tubuh. 10 bayu dari total 14
bayu yang ada di dalam tubuh manusia tersebut terhimpun disebut Dasa Bayu yang terdiri dari
prana, apana, samana, udana, byana, naga, kurma, krakara, devadatta, dananjaya. Kesepuluh bayu
atau tenaga tersebut terhimpun di dalam organ tubuh sebagai penghimpun energi utama untuk
membangkitkan bayu sebagai sarana munculnya kunda gni2.

Lebih lanjut mengenai Dasa Bayu, secara umum merupakan 10 nafas/tenaga penggerak
utama yang terdapat dalam tubuh manusia sebagai penyokong hidup dan kehidupan. Sebagai
tenaga penggerak Dasa Bayu bertanggung jawab sebagai penunjang kelangsungan hidup dan
sebagai indikator yang dipergunakan dalam mendiagnosa /tenung terhadap kelainan setiap organ

1
14 bayu tersebut meliputi Dasa Bayu dan Catur Bayu. Catur Bayu tersebut diantaranya:
Bayu Berika bayu yang memungkinkan untuk merasakan sekaligus menghilangkan rasa sakit, bayu ini
berada di otot belakang tubuh sehingga memungkinkan tubuh untuk duduk, berdiri, dan berlari.
Bayu Murtika, bayu yang menunjang pendengaran.
Bayu Gandari, bayu yang menggerakkan bagian pengangkutan tubuh manusia, seperti pembuluh darah,
organ pencernaan dll.
Bayu Prapancaka/ tenaga dalam, bayu ini sebagai penggerak getaran chakra di dalam tubuh dalam upaya
megaktifkan Kundalini, bayu ini aktif sebagai pendorong energi dari Chakra Muladara menuju ke Chakra
Sahasrara.

2
kunda gni/ kundāgni: kunda 'perdupaan', gni 'api', merupakan istilah penyebutan nyala api, api yang
tergolong kunda merupakan nyala api layaknya api yang tersulut dalam dupa, bercahaya api yang membara
berwarna sesuai dengan spektrum energinya dan memiliki panas sebagai sumber energinya

1 | Budi Santosa
tubuh manusia yang sekaligus Dasa Bayu sebagai penyeimbang tekanan dalam dan luar tubuh serta
berfungsi sebagai penunjang proses regenerasi dalam proses metabolisme yang dilakukan oleh
organ-organ tubuh.

Dasa Bayu sebagai dasar kehidupan memiliki bagian diantaranya:

Bayu Prana adalah bayu yang bertugas sebagai pengatur respirator pernafasan udara melalui paru.
bayu inilah yang berperan sangat penting menggerakkan organ pernafasan untuk melakukan
pernafasan secara konstan. Prana terpusat di paru-paru serta segala organ yang secara konstan
mengatur keluar masuknya udara. Dalam lontar Kaputusan Dasa Bayu, Dasa Bayu memiliki
bentuk simbol aksara yang mewakili bayu yang disimbolkannya yang otomatis pula lebih mudah
dalam pengaplikasiannya dalam menghimpun tenaga bayu tersebut, bayu Prana disimbolkan
dalam aksara ö

Bayu Apana, bayu yang bertugas mengatur keluar masuknya segala cairan di dalam tubuh, zat cair
seperti air kencing, keringat, air mani dll. Apana mengatur keseimbangan air yang ada di dalam
tubuh manusia. Apana terpusat di kandung kemih yang bertugas sebagai pengatur tubuh bagian
bawah. Bayu Apana beraksarakan ÷

Bayu Byana, bayu ini bertugas sebagai tenaga untuk proses pengolahan bahan makanan yang
masuk ke tubuh serta berperan aktif sebagai tenaga pengatur metabolisme dalam tubuh juga
mengatur gerakan tubuh. Bayu ini terpusat di persendian. Bayu Byana beraksarakan k

Bayu Udana, bayu sebagai pengatur nafsu serta sebagai pengatur tubuh bagian atas. Udana
berpusat di ubun-ubun. Bayu Udana memiliki simbol energi aksara ³

Bayu Samana berfungsi sebagai bayu pengatur segala bayu yang ada dalam tubuh. Bayu ini terpusat
di dalam hati. Bayu Samana disimbolkan dalam aksara m

Bayu Naga, bayu sebagai pengatur segala tingkah laku manusia yang otomatis sebagai pengatur di
bagian kepala. Bayu ini terpusat di otak motorik minor sebagai sumber pengatur tubuh. Bayu
Naga disimbolkan dalam aksara r

Bayu Kurma, bayu sebagai perasa ketika terstimulus kenikmatan, keceriaan, kegembiraan dsb.
Bayu kurma terpusat di jantung sebagai sumber pengatur segala bentuk perasaan juga sebagai
pengatur detak jantung. Bayu Kurma disimbolkan dalam aksara l

Bayu Krekara, bayu perasa duka, sedih, takut dan berbagai macam stimulus kurang nyaman
terhadap tubuh. Krekara berpusat di mulut. Bayu Krekara disimbolkan dalam akasara w

2 | Budi Santosa
Bayu Devadatta, bayu sebagai pengatur gerak aktif tubuh dalam kebutuhan sehari-hari. Bayu
Devadatta terletak di bagian otak motorik mayor sebagai respon atas rangsangan lingkungan. Bayu
Devadatta disimbolkan dalam aksara y

Bayu Dananjaya, bayu sebagai pengatur kesadaran manusia, bayu ini yang memungkinkan manusia
memperoleh kesadaran penuh atau sebaliknya kehilangan kesadaran. Bayu ini terpusat di bagian
kepala atas. Bayu Dananjaya disimbolkan dalamû

Dasa Bayu tersebut sendiri mengalami bentuk pengringkesan/disarikan yang sekaligus


bentuknya kini telah bertransformasi menjadi api3 yang merupakan unsur penting dalam praktik
kaputusan-kaputusan tersebut. Dari yang semula energi terhimpun dalam bentuk energi prana,
setelah pangregepan dan jalan visualisasi berjalan dengan baik, maka kini wujudnya adalah berupa
api. Api-api tersebutlah yang disebut dengan api Dasa Aksara, Dasaksara?. Api Dasa Aksara
tersebut secara umum terletak di berbagai organ tubuh manusia.

Setelah api-api tersebut terhimpun dan keberadaannya mampu di rasakan getarannya


secara citra mental, maka demi menguatkan api hasil olah jñana tersebut maka disinilah peran
aksara4 menjadi penting. Dalam dunia psikologi, penjangkaran ataupun sebagai cara alami pikiran
manusia untuk mengikat suatu memori yang memiliki citra mental kuat disebut dengan
anchoring, dalam hal ini aksara memainkan hal penting dalam menjangkarkan energi yang telah
timbul dalam hasil olah mental tersebut.

Aksara5 memainkan hal penting dalam hal anchoring maupun labeling, saat energi tersebut
telah terhimpun dan siap dipergunakan, agar citra mental tersebut tidak mengendur maka
dipergunakan aksara sebagai jangkar ingatan agar lebih mudah dalam mengakses citra mental yang
sama dengan singkat, yang otomatis pula sebagai label yakni sebagai bentuk simbol dalam
menghimpun energi yang sama ketika diinginkan secara cepat. Hal ini pula dipergunakan oleh
beberapa praktisi, baik itu praktisi yang mengeksplorasi energi melalui mantra-mantra, maupun hal

3
Api yang dimaksud bukanlah api yang secara wujudnya nyata dalam keseharian. Api hasil dari pangregepan dasa
bayu berupa panas, berupa energi, berupa sumber panas yang dihasilkan dari bentuk-bentuk olah citra mental berupa
pangregepan.

4
Penggunaan Aksara Bali dalam proses achoring merupakan hal yang wajib dipergunakan, aksara Bali terdapat
dalam mantra-mantra memiliki bentuk Ulu Candra sebagai simbol kekuatan dewa-dewi bhatara-bhatari dan sebagai
atribut-atribut keesaan pribadi yang lebih tinggi, juga secara gema suara yang dihasilkan dalam aksara Bali lebih
mendekati gelombang suara ketika internalisasi mantra terjadi.

5
Aksara Bali yang dipergunakan dalam kadyatmikan tergolong kedalam aksara wayah, yakni level Swalalita dalam
aplikasi mantra, dan Modre dalam rajah, mantra, maupun yantra meskipun banyak pula ditemui aksara Wreastra
yang dipergunakan yang dipadukan dengan Arda Candra dan Ulu Ricem sebagai bentuk mantra praktisi secara
subjektif.

3 | Budi Santosa
itu pula dipergunakan oleh para praktisi tantra dalam yoga dan meditasinya agar mempercepat
gejala mental menuju ekstase. Dalam beberapa hal praktisi yang telah mahir dalam memanipulasi
energi dalam bentuk simbolik berupa aksara, telah mencapai tahapan dimana praktisi tersebut
dengan bersaranakan aksara-aksara tersebut berhasil men-trigger energi secara cepat dimanapun,
kapanpun ia menginginkannya, hal inilah yang disebut dalam Aji Ugig tingkat tinggi adalah teluh
dan terangjana/ nerangjana6, santet, guna-guna dan segala macam. hal ini pula ditemui dalam
penggunaan rajah/ kajang di Bali

Ketika energi telah berhasil terhimpun dalam citra mental yang energinya diendapkan
dalam bentuk aksara dan mampu di rasakan dengan ditandai adanya rasa atau kleteg yang sama.
Dengan melaksanakan meditasi Dasaksara dalam proses internalisasi penghayatan energi dalam
aksara tersebut, maka dari kesepuluh aksara dalam Dasa Aksara; Sang Bang Tang Ang Ing Nang
Mang Sing Wang Yang tersebut merupakan satu lapangan luas yang dapat dipergunakan dalam
bait mantra-mantra Aji Kaputusan. Pendeknya, mantra-mantra dalam Ajian Kaputusan tersebut
merupakan opsi yang akan dipilih praktisi dalam menciptakan citra mental apa yang diinginkan/
dihasilkan dalam proses ngregepang7 ajaran tersebut.

Proses ngregep tersebut tetunya mengkombinasikan antara bayu sabda idep8, ketika proses
tersebut di lakukan mantra-mantra yang dilantunkan merupakan proyeksi awal atas citra apa yang
di inginkan oleh sang praktisi, namun dalam hal ini jika proses memantra tersebut hanya berjalan
dengan mendaraskan mantra-mantra saja dan di iringi dengan niat semata maka proses ngregep
tersebut tidak terlalu lama terasa efeknya, cara tersebut efektif dipergunakan dalam kawisesan yang
sejenis Aji Maya-Maya, Aji Anoman Buntut, Aji Kidang Mas dan lain sebagainya merupakan
kawisesan yang dipergunakan untuk menyamarkan diri dari keadaan tertentu, maka tentu
diperlukan letupan citra mental yang hanya bertahan sementara dalam kondisi yang sementara
pula, maka agar citra mental tersebut bertahan lama dan mencapai tujuan sang praktisi, mantra
tersebut harus dilantunkan dengan berulang-ulang guna mempercepat citra mental yang
dihasilkan. Dengan pelantunan mantra yang berulang-ulang tersbut tentunya akan menghabiskan
banyak waktu demi pencapaian citra mental yang diharapkan dari aji kaputusan tersebut, maka
sebab itulah peranan aksara yang telah memiliki muatan energi jñana yang telah diolah
sebelumnya adalah sebagai media mempercepat pemindahan energi, dari wujud fisik menuju meta-

6
Sihir santet yang bersaranakan pengelihatan ketika bija aksara telah menyatu dengan penggunannya.

7
ngregep/ngereh merupaka internalisasi proses pengendapan energi dalam batin dan pikiran bawah sadar yang akan
menghasilkan citra mental sesuai dengan apa yang diucapkan.

8
Bayu Sabda Idep dalam konteks ini adalah Bayu sebagai gerak tubuh atas tujuan dan hasil yang diinginkan dalam
hal ngregep/ngereh ajian kaputusan, cth: kadyatmikan Pudak Sategal memproyeksikan diri dengan bersila bersikap
tangan terbuka lebar menengadah ke langit diibaratkan bagaikan bunga Pudak. Sabda adalah mantra-mantra
penghantar sugesti. Idep adalah sebagai pemusatan citra mental awal atas apa yang menjadi tujuan praktisi.

4 | Budi Santosa
fisik berupa gerakan mental menuju citra mental yang diucapkan dalam mantra kaputusan dan
membentuk mental sang praktisi ke dalam alam meta sesuai ujaran dan hal yang diniatkan praktisi
dalam proses laku ngregepang bayu sabda idep tersebut.

Tak jarang pula dari beberapa unsur yang dipergunakan dalam proses ngregep tersebut,
pula dipergunakan sarana-sarana penunjang dalam ngregep tersebut yang memiliki lakunya
masing-masing sesuai dengan jenis ajiannya dan tujuan dari sang praktisi itu sendiri. Sarana-sarana
itu pula yang dipergunakan sebagai media penghubung mental antara sang praktisi kepada bentuk
mental yang terhimpun dalam keputusan. Tak jarang justru beberapa praktisi mempergunakan
sarana tersebut sebagai sarana praktis bentuk anchoring energi dalam mempercpat gerakan mental
tersebut. Oleh sebab itu maka terdapat beberapa fenomena jual beli sesabukan9, uang kepeng, keris
maupun lainnya dimana hal yang diperjual belikan tersebut telah mengalami bentuk internalisasi
energi yang dilakukan oleh para balian-balian maupun beberapa praktisi, yang biasanya dalam hal
jual-beli gegemet tersebut yang memohon gegemet tersebut memiliki semacam mantra berupa kata
sandi untuk membangkitkan energi barang gegemet tersebut secara otomatis.

Hal mengenai proses mengenai penghimpunan energi yang dihasilkan mental dalam
beberapa bentuk barang pusaka tersebut melalui proses yang disebut proses induksi. Induksi dalam
fisika merupakan penghimpunan energi dari sang praktisi melalui pendekatan antara sang praktisi
dengan benda pusaka tersebut, dimana seringkali benda-benda yang dipergunakan dalam
sesabukan tersebut dipergunakan benda-benda yang mampu memberikan terjemahan getaran
kosmis, konstan, stabil dan sama sesuai dengan energi yang dimiliki sang praktisi dan mampu
tersimpan dalam sarana-sarana tersebut sebagai pemancar energi yang sama ketika dibutuhkan
dengan sebuah pemancing berupa mantra, yang tentu pula mantra tersebut hanya diketahui oleh
praktisi maupun sang pembeli pusaka-pusaka tersebut.

Sejatinya Aji Kaputusan merupan hasil/produk dari olah mental yang telah melalui
beberapa rangkaian olah energi melalui jalan meditasi, yoga, dan visualisasi. Hal ini merupakan
hasil produk jñana dari yoga tantra. Dalam bentuk ajaran Siwa Siddhanta maupun Buddha Siddha
hal ini merupakan pemujaan terhadap sakti kedua perwujudan dat mutlak dalam perwujudannya
sebagai Siwa Buddha (Sogata) dimana dalam ajaran tantra, Siwa berpermaisurikan sebagai pribadi
jñananya yakni Dewi Sri dalam wujud murka sebagai bentuk pribadi tertinggi berperan sebagai
sakti berwujud Dewi Durga Mahisa Sura Mardhini, Kali, maupun Maha Kali. Begitu pula dalam
ajaran Buddisme tantra yakni jalan Vajrayana dimana Buddha memiliki pribadi jñana berupa sakti
yang disebut Dewi Tara, yang dipuja dalam wujudnya yang murka sebagai Dewi Mahakala.

9
Jajimatan yang dapat diperoleh dari dukun-dukun dengan tujuan dan motif tertentu, mulai dari kewibawaan,
memikat perhatian lawan jenis, keteguhan dsb. Namun ada pula yang sengaja membeli pada para dukun sebagai
barang peliharaan yang menjadikan seseorang yang mempergunakannya seolah-olah menjadi seseorang yang
menerapkan laku kawisesan.

5 | Budi Santosa
Pribadi dalam bentuk jñana, di Bali diterjemahkan sebagai sebuah ajian yakni Aji
Kaputusan, Kawisesan, Kadyatmikan dan lain lain sebagai wujud nyata yoga tantra menghormati
sang ibu semesta feminim perawan abadi berwujud Bhaerawi dalam kegumnya keperkasaan jalur
yoga tantra Bhaerawa. Dimana hal ini sejalan dengan perenungan adanya dat mutlak sebagai ujung
pangkal dari segala eksistensi yang ada, dalam konteks ini diwujudkan dalam wujud fisik dari
emanansi dat mutlak Siwa Buda, di Bali dalam perjalanan spiritualnya memahami tentang adanya
pribadi yang lebih tinggi sebagai entitas tertinggi dimana komunikasi tetap berlangsung dalam
wujudnya sebagai bentuk tunggalnya Siwa Buddha yakni tubuh manusia itu sendiri yang dimana ia
memuja dan sekaligus yang dipuja, manusia sebagai tarpana persembahan dan sekaligus sebagai
yang dipersembahan tarpana saji tersebut, dimana tubuh manusia sebagai bentuk rangkaian candi-
candi aksara yang sekaligus sebagai pengisi stana candi tersebut.

Dengan jalan penghayatan entitas tertinggi sebagai pribadi maha kuasa, hubungan intim
kawulo dan gusti dalam candi tubuh manusia itu sendiri, maka Aji Kaputusan adalah cara
manusia Bali berkomunikasi sekaligus berhubungan dimana aspek atma, jiwa, dan tubuh fisik
saling mengisi dan saling menjaga keseimbangannya yang secara sadar adalah perwujudan bhakti
tertinggi manusia Bali dalam hal perjalanan menuju Nur sebagai identitas tertinggi berjalan di atas
perjalan kilat melalui jalur tantra, menuju perwujudan Siwa Buddha yang telah manunggal di
dalam lubuk hati insan manusia yang utuh.

6 | Budi Santosa

Anda mungkin juga menyukai