Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1) Pengertian Metode Pembelajaran

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha” yang berarti

melalui atau melewati dan “hodas” metha berarti melalui dan hodas berarti jalan

atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti suatu cara atau jalan yang harus

dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang

akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan

berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung. Metode pembelajaran

dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai

suatu tujuan pembelajaran. Menurut Fathurrahman pupuh, seperti yang dikutip

Muhammad Rohman dan Sofan Amri (mana halaman, sama tahunnya???),

menjelaskan bahwa metode secara Harfiah berarti cara dalam pemakaian yang

umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu. Metode dalam rangka sistem pembelajaran memegang

peranan yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran

sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena

suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui

penggunaan metode pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan
suatu materi pembelajaran dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan

pembelajaran.

a. Metode pembelajaran Reciprocal Teaching (RT)

1. Pengertian Metode pembelajaran RT

Menurut Huda (2013: 215) pendekatan pembelajaran yang berbasis

komunikasi memungkinkan siswa untuk mampu membaca dan menulis

dengan baik, mampu belajar dengan orang lain, mampu menggunakan

media, mampu menerima informasi, serta mampu menyampaikan iformasi.

metode reciprocal teaching (pembelajaran terbaik) yang pertama

dikembangkan oleh anne marie poinscar dan anne brown, metode ini

merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap suatu topik, dalam pembelajaran ini guru serta siswa

memegang peranan penting pada tahap dialog tentang suatu topik (teks),

model pembelajaran ini terdiri dari 4 aktifias yaitu: memprediksi

(prediction), merigkas (summarizing), membuat pertanyaan dan

menjelaskan.

Menurut Trianto (2007: 96) metode reciprocal teaching merupakan

pendekatan kreativitas yang berdasarkan pada prinsip-prinsip

pembuatan/pengajuan pertanyaan. metode dalam pendekatan komunikatif

ini memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan

belajar mandri sehingga siswa mampu menjelaskan temuannya kepada

pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar

mandiri. pembelajaan menggunakan reciprocal teaching harus


memperhatikan tiga hal yaitu 1) siswa belajar mengingat, 2) siswa dapat

berpikir dan 2) siswa dapat memotivasi diri.

Menurut Brown (2007: 96) dalam Supeni (2015: 27) recipocal teaching

guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan

menciptakan pengalaman belajar mandiri. tujuan pengajaran ini ialah

mengajarkan siswa untuk belajar atas kemampuan dan kemampuan diri

sendiri/pembelajar mandiri. Dilanjutkan dengan pendapat Huda (2013: 216)

pembelajaran timbak-balik atau reciprocal teaching merupakan strategi

pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman membaca(reading

comprehention). pendekatan ini ditunjukkan untuk mendorong siswa

mengembangkan skill-skill yang dimiliki oleh pembaca dan pembelajar

efektif,seperti merangkum, bertanya, mengklarifikasi, memprediksi dan

merespon apa yang dibaca. Siswa menggunakan empat strategi pemahaman

berikut ini,baik secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil. Metode

ini bisa diterapkan untuk pembelajaran barisan aritmetika dan deret

aritmetika.

berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diartikan bahwa metode

reciprocal teaching adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

dirancang untuk memberikan manfaat,agar pembelajaran tercapai dan

memberikan keterampilan-keterampilan kognitif pada siswa untuk

menciptakan pengalaman belajar secara mandiri. Dalam memahami apa

yang dibaca berdasarkan pada perangkuman, pengajuan pertanyaan,

pengklarifikasian dan prediksi . Semua itu dirancang agar siswa menjadi


lebih mudah dalam memcahkan masalah matematika dalam materi barisan

dan deret aritmetika. Sehingga dalam metode ini juga memungkinkan siswa

untuk lebih banyak belajar dengan orang lain, siswa mampu menggunakan

media, siswa mampu menerima informasi, dan siswa mampu

menyampaikan informasi dengan baik. Dengan demikian proses

pembelajaran akan lebih variatif,inovatif,dan konstruktif dalam

merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat

meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.

2. Langkah-langkah Metode Reciprocal Teaching

Berikut ini langkah-langkah dalam pembelajaran Reciprocal Teaching

Tahapan Aktivitas Tujuan


Perencanaan Pengenalan Reciprocal Membangun
Teaching (mengawali makna/pengertian
permodelan dengan terhadap strategi dari
membaca satu paragraf reciprocal teaching serta
dengan meninjau ulang pengalaman dan
pelajaran lalu yang informasi yang dimiliki
berkaitan dengan materi siswa.
yang akan disampaikan
(mengulas).
Pelaksanaan a. Membagi siswa dalam a. Membangun
beberapa kelompok keterampilan
b. Pemberian LKS/media metakognitif siswa
pembelajaran lainnya dengan mengajukan
c. Diskusi kelas tentang berbagai pertanyaan.
materi yang akan b. Untuk mengetahu
dibahas, dengan guru tingkat penguasaan
menunjuk seorang siswa materi dari setiap
untuk menggantikan siswa
perannya dalam
kelompok secara
bergilir.
d. Guru menggiring
pertanyaan para siswa
agar siswa yang ditunjuk
mengajar dapat
menjawab pertanyaan
dari temannya. (Guru
tetap sebagai narasumber
utama).
e. Pemberian bimbingan
kepada siswa
Evaluasi a. Guru mengungkapkan a. Pemahaman materi
kembali secara singkat b. Pengembangan
untuk melihat tingkat pengetahuan siswa
pemahaman siswa. tentang materi yang
b. Pemberian pekerjaan telah dipelajari yang
rumah tidak memungkinkan
untuk dikerjakan pada
waktu jam pelajaran .
Pada model belajar ini, siswa dibagi menjadi kelompokkelompok kecil

dengan kegiatan mengamati tayangan sebuah video dan guru memodelkan

empat keterampilan tersebut yaitu merangkum informasi yang didapat,

mengajukan satu atau dua pertanyaan, mengklarifikasi poin-poin yang sulit

dan berat, dan meramalkan apa yang akan ditulis pada bagian tulisan

berikutnya. Pada saat pelajaran berjalan, situasinya terbalik,yaitu siswa

mengambil giliran melaksanakan peran guru dan bertindak sebagai

pemimpin diskusi untuk kelompok tersebut.Sementara salah seorang siswa

berperan sebagai guru, guru memberikan dukungan, umpan balik, dan

semangat ketika siswa-siswa belajar strategi-strategi tersebut dan membantu

mereka saling mengejar satu sama lain.


3. Kelebihan dan kelemahan Reciprocal Teaching

(RT)

Menurut Zulfa (2011: 25) kelebihan dari reciprocal

teaching adalah melatih kemampuan siswa untuk

berpikir kritis,berfikir kreatif dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah,sekaligus melatih siswa belajar mandiri.

Kelemahan dalam reciprocal teaching antara lain

guru dituntut memiliki kemampuan dialog yang baik

dan peka dalam mengamati siswa,selain itu

pengetahuan prasyarat siswa harus tinggi dan tidak

semua siswa berkesempatan untuk menjadi guru.

1) Pengertian Metode pembelajaran AIR

Menurut Kahadijah dan Sukmawati (2013:70)

model membelajar

Huda (2003: 289) berpendapat bahwa model

pembelajaran AIR ini mirip dengan Somatic, Auditory,

Visualitation, Intelectually (SAVI) dan Visualitation,

Auditory, Kinestetic (VAK). Perbedaannya hanya terletak

pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna

pendalaman, perluasan,pemantapan dengan cara siswa

dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.


Menurut Suherman (dalam Humaira, 2012: 18):AIR

adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and

Repetition.Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa

akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut.

Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan

dalam belajar dengan cara mendengarkan,menyimak,

berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan

pendapat dan menanggapi. Intectual berpikir yang berarti

bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan

bernalar,mencipta, memecahkan masalah,

mengkonstruksi dan menerapkan.Repetition yang berarti

pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih

luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal,

pemberian tugas atau kuis.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahap

dalam model pembelajaran AIR:

 Auditori (Auditory)

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran

kita lebih kuat dari pada yang kita sadari, telinga kita terus

menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan

tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri


dengan berbicara beberapa area penting di otak kita

menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam

pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa

membicarakan apa yang sedang mereka pelajari,

menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara.

Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah,

membuat model, mengumpulkan informasi, membuat

rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan

pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna

pribadi bagi diri mereka sendiri (Sugiyanto, 2008: 3).

Pembelajaran auditori adalah pembelajaran yang

paling baik jika mereka mendengar dan mengucapkan

kata-kata. Dalam merancang pembelajaran yang menarik

bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajaran,

perlu dicari cara mengajak mereka membicarakan apa

yang mereka pelajari. Mintalah mereka keras-keras secara

dramatis. Ajak mereka berbicara saat memecahkan

masalah, membuat model, mengumpulkan informasi,

membuat rencana kerja, menguasai keterampilan,

membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan

makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri (Lou

Russel, 2002: 41-43).


 Intelektual (Intellectually)

Menurut Sizer (dalam Ibnu Setiawan, 2006: 81)

Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik,

berpikir kreatif menghadapi persoalan-persoalan penting,

serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir. Sedangkan

menurut Dave Meier (dalam Hamruni, 2009: 99),

intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar

dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu

pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana

dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah

bagian bagi diri yang merenung, mencipta, memecahkan

masalah, dan membangun makna. Intelektual adalah

pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan

oleh manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,

menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia

menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan

intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya

sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk

mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan

menjadi pemahaman, dan pemahaman kita harap menjadi

kearifan.
Wallas (dalam Monty Satiadarma dan Fidelis Waruwu,

2003:112) mengemukakan empat tahapan proses berpikir,

yang meliputi rangkaian berikut:

 Persiapan (Preparation), yaitu tahap peletakan

dasar, pada tahap ini terdapat proses

pengumpulan data, informasi, dan bahan-

bahan untuk memecahkan suatu masalah.

 Inkubasi (Incubation), yaitu tahap dimana

proses pemecahan masalah dalam alam sadar

berlangsung, dalam waktu yang tidak

menentu, bisa cepat bisa juga lama.

 Iluminasi (Ilumination), yaitu tahap

munculnya aspirasi atau gagasan-gagasan

untuk memecahkan suatu masalah. Pada tahap

ini juga akan muncul bentuk-bentuk ide

spontan gagasan, pemecahan masalah,

penyelesaian, cara kerja, dan jawaban baru.

 Verifikasi (Verification), yaitu tahap dimana

munculnya aktivitas evaluasi terhadap suatu


gagasan secara kritis yang sudah dicocokkan

dengan kenyataan nyata atau kondisi real.

merangsang, mengarahkan, memelihara, dan

meningkatkan intensitas berpikir siswa. Hal

ini dapat dilakukan dengan memberikan

pertanyaan yang dapat memacu proses

berpikir, yaitu pertanyaan yang didalamnya

terdapat pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

 Repetisi (Repetition)

Salah satu cara yang paling meyakinkan untuk

menjadikan belajar tepat adalah menyertakan waktu untuk

meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah

ditinjau (review) oleh peserta didik mungkin disimpan

lima kali lebih kuat daripada materi yang tidak ditinjau.

Hal ini karena peninjauan memudahkan peserta didik

untuk mempertimbangkan informasi dan menemukan

cara-cara untuk menyimpannya dalam otaknya. Peserta

didik akan lebih mudah dalam mengingat materi ketika

disertai dengan suatu simultan yang dapat membantu


dalam menyimpan, menjaga dan memperkuat dalam

memori otaknya. Untuk lebih mempermudah dan

memperkuat suatu tinjauan dibutuhkan adanya suatu

rancangan yang berupa aturan strategi-strategi

mempromosikan peninjauan. Disamping menjadi aktif

mereka semua membuat tinjauan yang menyenangkan

(Mel Silberman, 2009 : 340).

Model AIR memberi kesempatan pada siswa untuk

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama

untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri

mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan mereka

kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu

dengan teman-teman sekelasnya. Model ini sangat

sederhana dan fleksibel. Dalam pembelajaran geografi

dengan menggunakan model AIR dapat meningkatkan

kreativitas siswa karena dalam model ini siswa aktif dan

kreatif dalam kegiatan berkelompok. Langkah-langkah

dalam model ini yaitu :

 Mendengar (Auditory)

1) Presentasi kelas
Presentasi kelas dilakukan guru pada setiap pertemuan di

mana guru menjelaskan suatu materi tertentu, kemudian

masing-masing siswa disuruh memilih materi yang mereka

senangi/sesuai ketertarikan mereka. Kemudian siswa

berkelompok menjadi empat kelompok sesuai materi yang

mereka pilih. Guru mendorong para siswa untuk

melakukan diskusi sesuai topik yang mereka pilih. Tahap

ini guru berusaha memberi penjelasan materi dan

memberikan contoh soal serta tanya jawab dengan siswa.

2) Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok dilakukan oleh peneliti yang

berkolaborasi dengan guru mata pelajaran. Siswa dibagi ke

dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 siswa

 Berpikir (Intellectually)

1) Belajar Individu

Belajar secara individu dilakukan setiap kali pertemuan.

Masing-masing siswa mempelajari materi dan

mengerjakan LKS yang diberikan secara individu,


sebelum dipresentasikan kepada anggota kelompok

lainnya.

2) Belajar Kelompok/Kerja Tim

Setelah kelompok terbentuk, guru mengemukakan

masalah pada LKS untuk diselesaikan oleh semua

kelompok, dimana dalam menyelesaikan masalah/soal,

setiap siswa diberikan waktu untuk memahami sendiri

masalah/soal yang telah ia pilih atau soal yang telah

disepakati oleh kelompok untuk dikerjakan secara sendiri-

sendiri sebelum dipresentasikan kepada anggota

kelompok. Kemudian semua jawaban yang ada

didiskusikan untuk mendapatkan kesepakatan jawaban

yang akan dipresentasikan kepada kelompok lain di depan

kelas.

Semua anggota tim bertanggung jawab pada bagaimana

waktu, ruang, dan bahan-bahan yang ada di kelas

digunakan dalam presentasi mereka; mereka sangat

dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya fasilitas-

fasilitas yang ada di kelas. Dalam presentasi mereka tim

boleh saja memasukkan sebuah periode tanya-jawab dan

waktu untuk memberikan komentar dan umpan balik.

3) Evaluasi.
Evaluasi ini dilakukan pada saat presentasi tim dievaluasi

oleh kelas. Dalam evaluasi siswa lain diperbolehkan untuk

menanggapi atau membenarkan hasil presentasi.

a. Pengulangan (Repetition)

Pengulangan dilakukan agar materi pelajaran yang

telah dipelajari tetap melekat dalam pikiran dan tidak

mudah lupa.Model pembelajaran ini mirip dengan model

pembelajaran SAVI (Somatik, Auditory, Visually,

Intellectually) dan VAK (Visually, Auditory, Kinestetic),

bedanya hanyalah pada repetisi yaitu pengulangan yang

bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan

cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis

(http://www.g-exces.com/7963/model-atau-metode

pembelajaran air auditory-intelectually-repetition/diakses

tanggal 12 Mei 2011).

Selain ke tiga model pembelajaran di atas, masih

banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

proses pembelajaran sebagaimana yang telah dijabarkan

oleh Erman Suherman diantaranya yaitu:

1) Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

2) Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

3) Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem

BasedLearning)
4) Problem Solving

2) Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR

Adapun Langkah-langkah pembelajaran AIR menurut

Meirawati

(dalam Humaira, 2012: 21-22) yaitu:

Tahap Auditory

 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

kecil.

 Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa)

kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok.

 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

Tahap Intelectually

 Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk

berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok

sehingga dapat menyelesaikan LKS.


 Guru memberi kesempatan kepada beberapa

kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

 Guru memberikan kesempatan kepada kelompok

lain untuk bertanya dan mengemukakan

pendapatnya.

Tahap Repetition

 Memberikan latihan soal individu kepada siswa.

 Dengan diarahkan guru, siswa membuat

kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah

dibahas.

3) Kelebihan Metode Pembelajaran AIR

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan

kelemahan seperti halnya pada model pembelajaran AIR.

Windi_Oktivia(Wordpress.com.2012) menyatakan yang

menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah

sebagai berikut.

 Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk

mengungkapkan pendapat (Auditory).

 Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara

kreatif (Intellectually).
 Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang

materi yang telah dipelajari (Repetition).

 Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

 Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam

memanfaatkan pengetahuan danketerampilan

Matematika secara komprehensif.

 Siswa dengan kemampuan Matematika rendah dapat

merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri

4) Kelemahan Model Pembelajaran AIR

Kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah

terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yakni

auditory,intellectually, repetition sehingga secara sekilas

pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi,

hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan

kelompok pada aspek auditory dan intellectually.

Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang

bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya

memperkecil Guru harus punya persiapan yang lebih

matang sehingga dapat menemukan masalah matematika

tersebut.

a. Kemampuan Pemecahan Masalah


1. Pengertian Kemampuan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tindakan untuk

menyelesaikan masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan

manfaat matematika dalam menyelesaikan masalah, yang juga merupakan

metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Bisa

juga dikatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan

keluar dari suatu kesulitan. Pemecahan masalah merupakan bagian dari

kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses

pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah

dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.Masalah timbul karena

adanya suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan,

antara apa yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan, antara apa yang

telah diketahui yang berhubungan dengan masalah tertentu dengan apa

yang ingin diketahui. Kesenjangan itu perlu segera diatasi.Proses

mengenai bagaimana mengatasi kesenjangan ini disebut sebagai proses

memecahkan masalah. Masalah dalam pembelajaran matematika

merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Sesuai dengan

yang dikutip oleh Effandi Zakaria berdasarkan kamus Matematika,

“masalah adalah sesuatu yang memerlukan penyelesaian, perkara, soal

ataupun soalan yang memerlukan jawaban”.


Namun tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah.

Suatu pertanyaan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan

adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur

rutin yang sudah diketahui siswa.Implikasi dari definisi diatas, termuatnya

tantangan serta belum diketahuinya prosedur rutin pada suatu pertanyaan

yang akan diberikan kepada siswa akan menentukan terkategorikan

tidaknya suatu pertanyaan menjadi masalah atau hanyalah suatu

pertanyaan biasa. Karenanya dapat terjadi bahwa suatu pertanyaan

masalah bagi seorang siswa, akan menjadi pertanyaan biasa bagi siswa

lainnya karena ia sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya.

Menurut Branca dalam Risti yenti yang dikutip oleh Asmi Yuliana

Dewi mengatakan ada 3 interpretasi tentang pemecahan masalah

matematika4, yaitu:

1) Pemecahan masalah sebagai tujuan

Yaitu mengenai alasan mengapa matematika diajarkan dan

apa tujuanpengajaran matematika. Dalam interpretasi ini

pemecahan masalah bebas dari masalah khusus, prosedur atau

metode dan konten matematika. Yang menjadi pertimbangan

utama adalah bagaimana memecahkan masalah.

2) Pemecahan masalah sebagai proses

Yaitu interpretasi sebagai proses dinamika dan terus

menerus, menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh


sebelumnya ke dalam situasi yang baru yang tak dikenal. Yang

menjadi pertimbangan adalah metode, prosedur, strategi, dan

heuristik yang siswa gunakan dalam pemecahan masalah.

3) Pemecahan masalah sebagai ketrampilan dasar

Yaitu ketrampilan minimal yang harus dimiliki siswa dalam

matematika,ketrampilan minimal yang diperlukan seseorang agar

dapat menjalankan fungsinya dalam masyarakat.

Menurut Dodson dan Hollander (dalam

Amustofa,http://amustofa70.wordpress.com) kemampuan pemecahan masalah

yang harus ditumbuhkan adalah:

a. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika;

b. Kemampuan mencatat kesamaan, perbedaan, dan analogi;

c. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilikih prosedur

yang benar.

d. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan;

e. Kemampuan untuk menaksirkan dan menganalisis;

f. Kemampuan untuk memvisualisasi dan mengimplementasi kuantitas atau ruang;

g. Kemampuan untuk memperumum (generalisasi) berdasarkan beberapa contoh;

h. Kemampuan untuk mengganti metode yang telah diketahui;


i. Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap

materinya.

2. Indikikator Pemecahan Masalah

Menurut Kennedy (2008: 115) a problem is a situation that has no

immediate solution or known solution strategy. Menurut Polya dalam

Erman Suherman dkk (2001: 79),indikator pemecahan masalah yaitu:

1) Memahami masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak

mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

2) Merencanakan penyelesaian

Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada pengalaman

siswa

menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman

mereka,

ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana

penyelesaian

suatu masalah.

3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana


Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau

tidak,

selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang

dianggap

paling tepat.

4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

dikerjakan

Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan mulai dari fase pertama

sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan

dapat

terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang

benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Pengetahuan strategi, proses matematika dalam penyelesaian masalah

Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0

Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Tidak ada


informasi informasi informasi informasi informasi,
formal/ formal/ formal/ formal/ atau
informal informal, informal informal, pekerja- an
dengan benar, dengan benar, dengan benar, identifi-kasi salah sama
identifikasi identifikasi identifikasi dengan pema- sekali
unsur disertai unsur dengan unsur dengan haman
dengan pemahaman, pemahaman, terbatas, dan
pemahaman solusi hampir solusi hampir solusi tidak
dan lengkap dan lengkap dan lengkap atau
merelasikan , sistimatik sistimatik tak sistimatik
menggunakan
strategi yang
sesuai, solusi
lengkap dan
sistimatik

3. Kelebihan Kemampuan Pemecahan Masalah

 Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan,khususnya dengan dunia kerja.

 Membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil

 Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh.

4. Kekurangan Pemecahan Masalah

 Memerlukan kemampuan dan keterampilan yang baik dalam

menentukan suatu masalah yang tingkat kesukarannya sesuai

dengan tingkat berpikir siswa.

 Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru saja. Malainkan belajar dengan

banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan sendiri.


Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari pemecahan masalah di atas,

dapat disimpulkan bahwa, pemecahan masalah membuat siswa menjadi berpikir

lebih kongkrit dan menyadari kegunaan matematika dalam kehidupan.

b. Keterkaitan Metode RT dan AIR Dengan Kemampuan Pemecahan

Masalah

Keterkaitan metode RT dengan kemampuan pemecahan

masalah adalah siswa lebih dituntut untuk mandiri dan memiliki

kreativitas yang harus dikembangkan. Dalam Metode ini melatih

kemampuan siswa dalam menganalisa dan mengambil kesimpulan

pemecahan masalah matematika. Dalam mengerjakan soal siswa

dapat menemunakan langsung titik permasalahan soal dan siswa

berani tampil kedepan untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada.

Keterkaitan metode AIR dengan pemecahan masalah ialah

dimana dalam metode AIR ada Auditory, Intellectualy,Repetition

yang merupakan bagian dari metode yang gunanya untuk

merenung,menciptakan,memecahkan masalah. AIR berarti

menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka

secara internal ketekita mereka menggunakan kecerdasan untuk

merenungkan suatu pengalaman,menciptakan

hubungan,makna,rencana dan nilai dari pengalaman. Sehingga

siswa jadi terlibat dalam menganalisis masalah,mencari strategi


dalam pemecahan masalah,memecahkan masalah dan.melahirkan

suatu gagasan.

2. Materi

Barisan dan Deret Aritmetika

 Pengertian Barisan Aritmetika

 Pengertian Barisan Aritmetika

Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang

mempunyai selisih antara dua suku yang berurutan selalu

tetap(konstan). Selisih yang tetap ini disebut beda (b).

 Rumus Suku ke-n Barisan Aritmetiks

Jika suku pertama ( U1 ) barisan aritmetika dinyatakan

dengan a dan beda dinyatakan dengan b,suku-suku barisan

aritmetika

U1 , U2 , U3 , ...Un dapat ditulisakan sebagai berikut :

U1 = a

U2 = a + b

U3 = (a + b) + b = a + 2b

U4 = (a + 2b) + b = a + 3b

..........................................

Un = a + (n – 1) b

Jadi rumus umum suku ke-n dari barisan aritmetika adalah

Un = a + (n – 1) b
Dengan a = suku pertama

b = beda

n = banyak suku

Un = suku ke-n

contoh :

1) Tentukan suku ke-9 dan ke-20 dari barisan

2,5,8,11,...

Jawab :

a=2

b = U2 – U1 = 5 – 2 = 3

Un = a + (n – 1) b

U9 = 2 + (9 – 1) 3 U20 = 20 + (20 – 1) 3

= 2 + (8) 3 = 2 + (19) 3

= 2 + 24 = 2 + 57

= 26 = 59

Jadi suku ke-9 adalah 26 da suku ke-20 adalah 59.

 Suku Tengah Barisan Aritmetika

Suku tengah dari barisan aritmetika adalah suku yang

terletak di tengah-tengah antara suku pertama dan suku


terakhir. Suku tengah dari suatu barisan aritmetika U1, U2

,U3,U4,...Un dirumuskan sebagai berikut.

U1 = U1 + Un

Dengan Ut = suku tengah

a = suku pertama

Un = suku terakhir

Contoh :

1) Diketahui barisan bilangan 3,8,13,...273. Tentukan:

a) suku tengahnya dan

b) letak suku tengahnya.

Jawab :

a) Ut = a + Un

= 3 + 273

= 138

Jadi, sukutengahnya adalah 138

b) Letak suku tengah :

Ut = a + (t – 1)b

138 = 3 + (t – 1) 5

138 = 3 + 5t – 5
138 = 5t – 2

5t = 140

t = 28

Jadi, suku tengah terletak pada suku ke-28.

 Deret Aritmetika

 Pengertian deret aritmetika

Deret aritmetika adalah jumlah suku-suku dari barisan

aritmetika. Misalkan, U1, U2, U3, ...Un merupakan barisan

aritmetika maka penjumlahan U1 + U2, + U3 +....+ Un

merupakan deret arutmetika. Jika bedanya lebih dari nol

atau positif,deretnya disebut deret aritmetika nail. Jika

bedanya kurang dari nol atau nrgatif,deretnya disebut deret

aritmetika turun.

 Rumus jumlah n suku pertama

𝑛
Sn = (a + Un)
2

Atau

𝑛
Sn = (2a + (n – 1)b)
2

Dengan Sn = jumlah n suka pertama

a = suku pertama
b = beda

Un = suku ke-n

Contoh :

1) Tentukan jumlah 12 suku pertama dari deret 2 + 6 + 10 +14 + ...

Jawab :

a=2

b = 6-2 = 4

n = 12

Un = a + (n – 1 )b

U12 = 2 + (12 – 1)4

= 2 + (11)4

= 2 + 44

= 46

1
Sn = 2 n (a + Un)

1
S12 = 2 (12) (2 + 46)

= 6(48)

= 288

B. Study Relevan
1. Edi Prio Baskoro, Farhatun Sholihah (2015) Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan judul

‘’PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG

DIAJAR MENGGUNAKAN METODE RECIPROCAL TEACHING (RT)

DENGAN METODE AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION

(AIR) PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK’’Studi

Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP NU Gebang Kabupaten Cirebon’’.

Penelitian Edi dianggap relevan dengan penelitian yang akan dikalakukan

peneliti,karena sama-sama membandingkan dua metode yakni METODE

RECIPROCAL TEACHING (RT) DENGAN METODE AUDITORY

INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) pada pembahasan materi

KUBUS DAN BALOK di kelas VIII . Dan yang membedakannya ialah,Edi

dalam penelitiannya menggunakan 2 kelas untuk penelitian dimana kedua

kelas tersebut merupakan kelas Eksperimen. Sedangkan Penelitian yang

dilakukan peneliti hanya menggunakan 1 kelas saja dan merupakan kelas

eksperimen.

2. Muhtarom (2012) Universitas Yogyakarta,dengan judul ‘’PENERAPAN

METODE AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION)

DENGAN STRATEGI PENINJAUAN KEMBALI UNTUK

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI

MADRASAH ALIYAH NURUL UMMAH KOTAGEDE

YOGYAKARTA’’. Penelitian Edi dianggap relevan dengan penelitian


yang akan dikalakukan peneliti,karena sama-sama menggunakan metode

AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) dan melakukan

penelitian dengan kelas eksperimen. Namun yang membedakan penelitian

Muhtarom dengan penelitian yang dilakukan peneliti ialah Muhtarom

menggunakan Metode sAuditory,Intellectually,Repetition (AIR) untuk

meninjau dan meningkatkan kreativitas siswa sedangkan penelitian yang

akan dilakukan peneliti yakni untuk membandingkan dua buah metode

belajar dalam pemecahan masalah.

3. Ria Sardianti (2014) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan judul ‘’PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

RECIPROCAL TEACHING (RT) UNTUK MENUNGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA’’. Peneliti Ria

dianggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti,karena

sama-sama mengunakan metode RECIPROCAL TEACHING (RT) dalam

penelitiannya. Dalam metode ini Ria dan juga penelitian yang akan

dilakukan peneliti sama-sama membantu siswa untuk lebih mandiri.

Perbedaan peneliti Ria dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

adalah Ria menggunakan metode belajar RECIPROCAL TEACHING (RT)

untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika sedangkan penelitian

yang akan dilakukan peneliti yaitu untuk membandingkan dua buah

metode belajar dalam pemecahan masalah.


C. Kerangka Berpikir

’Perbandingan metode belajar Reciprocal

Teaching (RT) dengan Intellectually Repetition

(AIR) terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika pada mateki kubus dan balok kelas

VIII di SMP N 8 Tanjungpinang.

Model Pembelajaran Model Pembelajaran


RECIPROCAL AUDITORY
TEACHING (RT) INTELLECTUALLY
REPETITION (AIR)
membandingkan dua membandingkan dua
buah metode belajar buah metode belajar
dalam pemecahan dalam pemecahan
masalah. masalah.

a. Seberapa besar hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan


metode Reciprocal Teaching pada bidang studi matematika pokok bahasan
kubus dan balok?

b. Seberapa besar hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan


metode Auditory Intellactual Repetition pada bidang studi matematika
pokok
bahasan kubus dan balok?

c. Seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa yang pembelajarannya


D. Hipotesis diajar
Penelitian
dengan menggunakan metode Reciprocal Teaching dan metode Auditory
Intellectualy
Hipotesis Repetition
digolongkan pada bidang
menjadi studipenelitian
hipotesis matematikadanpokok bahasan
hipotesis
kubus
dan balok?penelitian dinyatakan dalam bentuk deklaratif dan
statistik. Hipotesis

hipotesis statsitik dinyatakan dalam bentuk nol (Darmadi,2011;44). Pada

penelitian ini,hipotesis penelitiannya adalah perbandingan metode belajar

siswa yang menggunakan metode RECIPROCAL TEACHING (RT)

DENGAN METODE AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION

(AIR) dikelas VII SMP N 8 Tanjungpinang.


Berdasarkan hipotesis penelitian diatas,maka dibuat hipotesis

statistiknya sebagai berikut:

H0 : Rata-rata belajar matematika siswa menggunakan metode

belajar RECIPROCAL TEACHING (RT) sama rata-rata belajar

matematika siswa yang menggunakan metode belajar

AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) di kelas

VII SMP N 8 Tanjungpinang.

H1 : Rata-rata belajar matematika siswa menggunakan metode

belajar RECIPROCAL TEACHING (RT) lebih dari rata-rata

belajar matematika siswa yang menggunakan metode belajar

AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) di kelas

X SMK N 1 Tanjungpinang

Atau

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1 : Rata-rata belajar matematika siswa menggunakan metode

belajar RECIPROCAL TEACHING (RT)

µ2 : Rata-rata belajar matematika siswa menggunakan metode

belajar AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

Anda mungkin juga menyukai