Anda di halaman 1dari 8

Kop PEMERINTAH DESA.

PERATURAN KEPALA DESA.....KECAMATAN.....

KABUPATEN .......

NOMOR : TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN PENGAWASAN DAN LARANGAN BUANG AIR BESAR DI


SEMBARANG TEMPAT (BABS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA..... KECAMATAN KEMLAGI

Menimbang : a. Bahwa terkait masalah air bersih dan penyehatan


lingkungan di wilayah desa.... Kecamatan Kemlagi.
serta masih adanyanya masyarakat yang berperilaku
buang air besar ke sungai, kebun, sawah, kolam dan
tempat-tempat terbuka lainnya;
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan upaya
pemberdayaan hidup bersih dan sehat, mecegah
penyebaran penyakit berbasis lingkungan,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta
mengimplementasikan akses air minum, sanitasi
dsasar serta pelaksanaan program Open Defecation
Free/ODF (Bebas Buang Air Besar di Sembarang
Tempat) dalam mencapai Universal Acces Tahun
2019;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan hurub b, maka perlu
menetapkan Peraturan Desa tentang Pedoman
Pengawasan dan Larangan Buang Air Besar di
Sembarang Tempat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
6. Perturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan
Daerah kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009
tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah
Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomr 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2014
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasi
Masyarakat (STBM)
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/PER/VI/2010 tentang Persyarakat Kualitas
Air Minum;
12. Pemeraturan Menteri Kesehatan
Nomor736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesan
Nomor 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
14 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesan
Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesan
Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesan
Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas;
17. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 132 tahun
2013
Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
18. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 184 Tahun
2015 tentang Pendanaan Untuk Upaya Pelayanan
Kesehatan Preventif di Propinsi dan Kabupaten/Kota
19. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 184 Tahun
2015 tentang Himbauan Larangan Buang Air Besar di
Sembarang Tempat
20 Peraturan Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 18
Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan
di Desa
21. Instruksi Bupati Mojokerto Nomor......tentang
Percepatan Stop Buang Air Besar Di Sembarang
Tempat Kabupaten Mojokerto
MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN KEPALA DESA....KECAMATAN KEMLAGI


TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DAN LARANGAN
BUANG AIR BESAR DI SEMBARANG TEMPAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Mojokerto
3. Bupati adalah Bupati Mojokerto
4. Kecamatan., adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat
daerah
5. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggara
pemerintahaan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh peliimpahan
kewenangan dari Bupati
6. Desa , adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat
7. .Pemerintahan Desa, adalah.penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
8. Pemerintah Desa adalah Kepaa Desa dan Perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa
9. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan
Desa yang dipilih langsung oleh penduduk Desa sebagai
pemimpin Pemerintah Desa
10. Badan Permusyararatan Desa, yang selanjutnya dsingkat
BPD adalah lembaga yang melaksanakan tungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
11. Pimpinan atau Penanggung Jawab. adalah orang dan/atau
badan hukum yang karena jabatannya memimpin dan/atau
bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau usaha ditempat
atau kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Dilarang
Buang Air Besar di Sembarang Tempat baik milik
pemerintah maupun swasta.
12. Pemangku Kepentingan Tingkat Kabupaten, adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Pamekasan.
13. Pemangku Kepentingan Tingkat Kecamatan, adalah Camat
setempat.
14. Pemangku Kepentingan Tingkat Desa, adalah Pemerintah
Desa Setempat.
15. Masyarakat, adalah orang perorangan dan/atau kelompok
orang
16. Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang produktif seccara
sosial dan ekonomis
17. Derajat kesehatan yang optimal , adalah tingkat kondisi
kesehatan yang tinggk dan mungkin dapat dicapai pada
suata saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta
kemampuan nyang nyata dari setiap orang atau masyarakat
dan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus
menerus.
18. Open Defecation Free yang selanjutnya disebut ODF,
adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas
sudah tidak buang air besar di sembarang tempat.
19. Kawasan dilarang buang air besar di sembarang tempat,
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
buang air besar.
20. Tempat atau ruangan, adalah baigan dari suatu bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tempat melalkukan kegiatan
dan/atau usaha.
21. Jamban sehat, adalah sarana pembuangan tinja/kotoran
manusia yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit.
22. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyarakatan Desa.

BAB II
TUJUAN
Pasal 2

Tujuan penetapan Pedoman Pengawasan dan Larangan Buang


Air Besar Di Sembarang Tempat adalah :
a. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian
yang ditimbulkan oleh penyakit yang berbasis lingkungan
dengan cara merubah perilaku masyarakt untuk hidup
bersih dan sehat;
b. Meningkatkan produktifitas kejra;
c. Mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari kotoram
manusia;
d. Meningkatkan derjata kesehatan masyarakat; dan
e. Meningkatkan perilaku masyarakat untuk buang air besar di
jamban.

BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 3
(1) Camat berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan
sebagai upaya pencapaian ODF di wilayah Kecamatan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
serta kepada pimpinan dan/atau penanggung jawab
pemerintahan di Kecamatan dan Desa.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pemantuan atas ketaatan terhadap ketentuan yang
berlaku di wilayah kerjanya.
(4) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat dapat
melimpahkan kewenangannya kepada pemangku
kepentingan tingkat puskesmas dan tingkat desa sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB PEMANGKU KEPENTINGAN DAN
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 4

(1) Tanggung jawab pemangku kepentingan tingkat Kecamatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) adalah
sebagai berikut :
a. Mempersiapkan rencana kecamatan untuk
mempromosikan strategi yang baru;
b. Mengembangkan dan mengimplementasikan kampanye
informasi tingkat kecamatan mengenai pendekatan
yang baru;
c. Mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi
strategi sanitasi lingkungan
d. Membuat peraturan dan/atau pedoman pengawasan
larangan buang air besar di sembarang tempat;
e. Mengembangkan rantai suplai sanitasi lingkungan di
tingkat kecamatan;
f. Memberikan dukungan capacity building yang
diperlukan kepada semua sektor terkait;
g. Berkoordinasi dengan berbagai lapisan lintas sektor dan
memberikan dukungan bagi kegiatan sanitasi
lingkungan; dan
h. Mengevaluasi dan memonitor kerja lingkungan di desa
dan tempat tinggal.
(2) Tanggung jawab pemangku kepentingan tingkat desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) adalah
sebagai berikut :
a. Membentuk tim fasilitator desa yang anggotanya
berasal dari kader-kader desa, tokoh masyarat, bidan
desa, TP PKK Desa, organisasi kepemudaan, tokoh
agama dan semua elemen masyarakat yang bisa
digerakkan untuk menfasilitasi pelaksanaan larangan
buang air besasr di sembarang tempat; dan
b. Memonitor dan mengawasi pelaksanaan larangan
buang air besar di sembarang tempat.
(3) Tanggung jawab pemangku kepentingan tingkat puskesmas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
pemicuan;
b. Melakukan kegiatan promosi kepada masyarakat
tentang larangan buang air besar disembarang tempat;
dan
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pasca kegiatan
pemicuan dalam rangka pencapaian desa ODF.
(4) Dalam mencapai ODF, masyarakat desa berperan serta
secara aktif dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan
berkenaan dengan peraturan kebijakan yang terkait
dengan perilaku buang air besar di sembarang tempat;
b. Melakukan pengadaan dan pemberian bantuan sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk mewujudkan
kawasan di larang buang air besar di sembarang
tempat; dan
c. Ikut serta dalam memberikan bimbingan dan
penyuluhan serta penyebarluasan informasi kepada
masyarakat.

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana


dimaksud dalam pasal 4 ayat (2), pemangku kepentingan
tingkat Desa dapat menetapkan aturan yang disepakati
bersama tokoh masyarakat setempat.
(2) Aturan yang disepakati bersama oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , dengan tetap
memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat.

BAB V
LARANGAN BUANG AIR BESAR DI SEMBARANG TEMPAT
Pasal 6

(1) Kepala desa menetapkan bentuk larangan dan kawasan di


larang buang air besar di sembarang tempat.
(2) Bentuk larangan dan kawasan yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Larangan buang air besar di sepanjang aliran sungai;
b. Larangan buang air besar di kebun/sawah;
c. Larangan buang air besar di halaman/taman;
d. Larangan buang air besar di kolam;
e. Larangan buang air besar di saluran air/irigasi;
f. Larangan buang air besar di hutan;
g. Larangan buang air besar di tempat pembuangan
sampah;
h. Larangan buang air besar di pinggir pantai;
i. Larangan buang air besar di tempat-tempat terbuka
lainnya;

BAB VI
TEMPAT KHUSUS BUANG AIR BESAR
Pasal 7

(1) Kepala Desa berwenang menetapkan tempat-tempat


tertentu yang dijadikan tempat untuk buang air besar.
(2) Tempat-tempat tertentu sebagaimana di maksud padat ayat
(1) meliputi :
a. Jamban keluarga;
b. Jamban umum; dan
c. Tempat yang disediakan khusus untuk kegiatan tertentu
yang sifatnya sementara.
(3) Tempat-tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Kotoran yang ditampung tidak memungkinkan
mencemari sumber air;
b. Menjaga agar tidak terjadi kontak antara manusia dan
kotoran manusia;
c. Kotoran tidak dihinggapi lalat atau serangga lainnya;
d. Menjaga buangan kotoran manusia dibuat dengan baik
dan aman bagi pengguna; dan
e. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan
aman bagi pengguna.

BAB VII
SANKSI
Pasal 8

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 dikenakan sanksi berupa :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Denda sebesar Rp.10.000,;
d. Kerja bakti di tempat-tempat umum seperti balai desa,
masjid; dan
e. Tindakan lain sebagaimana ditetapkan dalam aturan yang
berlaku pada masyarakat setempat.
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 9

(1) Peraturan Desa ini mulai beraku pada tanggal diundangkan;


(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Desa ini dengan
menyebarluaskan melalui berbagai media informasi.

Ditetapkan di : Desa.....

Pada tanggal :

KEPALA DESA.....

..............................

Anda mungkin juga menyukai