Anda di halaman 1dari 37

TUGAS INDIVIDU

KARYA TULIS

“KOTA LAYAK HUNI, WINA”

DISUSUN OLEH :

RACHEL MADELEINA SOLANG

15021102078

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS TEKNIK

ARSITEKTUR

2018
KRITERIA KOTA YANG BAIK

1. Kota itu harus bisa berfungsi dengan baik. Artinya, tata guna ruang tersebut harus
berfungsi optimal.
2. Kota harus memiliki sirkulasi, sehingga penghuninya bisa berpindah tempat dengan baik.
Salah satu indikatornya adalah transportasi publik. Kalau transportasi publik
buruk, kota itu tidak bisa dinilai baik.
3. Tata ruang kota harus dikembangkan berdasar penataan bangunan. Kalau penataan
bangunannya buruk, kota itu tidak bisa dikategorikan sebagai kota yang baik.
4. Tata utilitas lain di luar sirkulasi/transportasi, seperti drainase dan sanitasi, harus
bekerja dengan optimal. Tidak hanya di Jakarta, di kota lain di seluruh dunia pun
menghadapi tantangan drainase dan sanitasi yang sama. Selain alasan cuaca ekstrem,
ternyata masalah paling umum yang dihadapi banyak kota di Indonesia berkaitan
dengan drainase adalah kapasitas utilitas drainase kota itu tidak mampu mewadahi
aliran air karena tata ruang kota itu tidak dirancang dengan baik,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi,
budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota yang efisien oleh
dan bagi masyarakat. Keberhasilan sebuah kota juga ditentukan oleh keseimbangan antara
sosial, ekonomi, dan lingkungan kota. Keseimbangan elemen-elemen tersebut menghasilkan
kota yang baik dan lebih hidup untuk masyarakat maupun lingkungan. Perencanaan dan
penataan kota dibutuhkan untuk mewujudkan kota yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
penataan yang baik akan mempengaruhi tertatanya fungsi dan pola aktivitas masyarakat
dengan lingkungannya.

Sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap sesuai dengan peningkatan kegiatan
manusia, dimana manusia sebagai pelaku kegiatan saling berinteraksi dalam kehidupannya.
Dalam hal ini kota terbentuk sebagai fungsi dari aktifitas manusia yang luas dan kompleks, yang
terakumulasi dari waktu ke waktu (urban artifact) dalam skala besar, yang terbentuk dan
terakumulasi dari waktu ke waktu pula (Rossi,1992) dan kota juga tidak tumbuh dalam bentuk
fisik saja, tetapi tumbuh bersamaan dengan masyarakatnya (Spreiregen, 1985).

Kota dapat berupa konsentrasi elemen-elemen fisik yang intensitas kegiatan dan pembangunan
fisik kota tumbuh dan berkembang dari bagian pusat kota (sebagai bagian pusat kota) kearah
pinggiran pinggiran. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kearah bagian pusat kota semakin
tinggi intensitasnya dan semakin beragam pula fungsi-fungsi kegiatannya, sedangkan kegiatan
yang ada dapat berupa suatu interaksi ekonomi (pusat pertokoan, toko serba ada, kantor jasa,
hotel) atau suatu bentuk organisasi social dan keagamaan (rumah sakit, masjid, dan lain-lain)
atau kegiatan pemerintahan (kantor pemerintahan) dan fasilitas lain seperti fasilitas rekreasi
dan ruang terbuka. Daerah pusat kota yang baik adalah daerah yang mencakup konsentrasi
pelayanan terbesar untuk seluruh komunitas (Speiregen,1985).
Kota selain memiliki kenyamanan, juga harus indah dipandang. Elemen-elemen yang ada tidak
hanya harus berfungsi tetapi juga harus menampakkan keindahannya. Apabila elemen-elemen
digabung semuanya harus menghasilkan suatu komposisi yang memuaskan. Kota adalah
arsitektur, yaitu obyek hasil karya fisik dan hasil karya manusia. Sebagai produk manusia kota
adalah hasil cipta kultural dan hasil cipta sosial. Sebagai hasil cipta kultural kota merupakan
realitas hasil transformasi alam dan cerminan cara manusia menghadapi realitas itu. Sebagai
hasil cipta sosial, kota adalah tempat segala dimensi kehidupan manusia. Menciptakan karakter
ruang yang lebih baik perlu adanya penataan ruang yang baik pula. Penataan yang diharapkan
berkelanjutan tidak hanya berfokus pada satu aspek saja. Banyak aspek lainnya yang perlu
diperhatikan seperti kualitas lingkungan, hubungan sosial budaya masyarakat, pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan pola fisik ruang. Lingkungan yang berkualitas dilihat dari fungsinya
yang optimal dan memiliki aspek visual yang sesuai. Seluruh aspek tersebut memiliki hubungan
yang saling berkaitan satu sama lain sehingga membentuk suatu proses untuk mencapai kota
yang livable dalam semua elemen yang ada dalam terbentuknya suatu kota. Pada umumnya
orang akan setuju kota merupakan tempat dimana mereka dapat merealisasikan setiap mimpi.
Kota juga dianggap tempat yang menawarkan berbagai kesenangan dan kemewahan. Citra kota
masih begitu baik di mata sebagian penduduk suburban. Saat ini banyak warga kota yang
mengeluhkan ketidaknyamanan lingkungan tempat tinggal mereka, mulai dari masalah
kemacetan, tidak terawatnya fasilitas umum hingga masalah kebersihan lingkungan. Dalam
kondisi seperti itu, setiap orang mendambakan sebuah kota yang nyaman dan memang layak
untuk dihuni. Seiring dengan kebutuhan tersebut, kota sebagai pusat konsentrasi kegiatan dan
pelayanan masyarakat berkembang sangat cepat. Perkembangan ini tidak menutup
kemungkinan mengikis nilai livable yang dulunya sudah terbangun dalam suatu kota. Dari
kebutuhan-kebutuhan masyarakat maka juga dituntut adanya kondisi fisik ruang dan
lingkungan yang sesuai standar kenyamanan masyarakat dengan ketersediaan
sarana,prasarana,fasilitas dan pelayanan yang layak. Konsep penataan ruang perkotaan harus
didasarkan pada pemahaman terhadap prinsip sapta pilar konsep penataan ruang perkotaan
yang berwawasan masa depan yaitu Environment/ecology (lingkungan), Economy, Equity
(pemerataan), Engagement (peranserta), Energy, Etika dan Estetika (Budihardjo dalam
Arimbawa dan Santhyasa, 2010).

Kota-kota di Indonesia, yang menjadi pusat konsentrasi penduduk menyebabkan munculnya


pemusatan kegiatan non-pertanian seperti permukiman, industri, jasa, dan perdagangan. Hal ini
secara lansung meningkatkan intensitas pembangunan baik dari segi fisi maupun non-fisik yang
cukup tinggi. Peningkatan tersebut memiliki beragam persoalan yang memunculkan kondisi
kota tidak lagi nyaman untuk dihuni masyarakatnya. Fenomena kemacetan, maraknya
permukiman kumuh, pencemaran sungai dan polusi, serta tindak kriminal yang tinggi,
merupakan sedikit contoh persoalan kawasan perkotaan, khususnya kotakota besar di
Indonesia. Dari fenomena tersebut, memunculkan sebuah argumen terkait tingkat kenyamanan
kota-kota di Indonesia saat ini sehingga masih dapat dikatakan “layak untuk dihuni”. Di
Indonesia sudah ada beberapa kota yang termasuk kota layak huni menurut Ikatan Ahli
Perencana (IAP) dalam Most Livable City Index. Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia telah
merumuskan indikator-indikator untuk menilai Indonesian Most Livable City dan melakukan
survei ke beberapa kota besar di Indonesia pada tahun 2009 dan 2011.

Berdasarkan survey yang dilakukan di 15 kota besar, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean)
indeks kenyamanan kota adalah 54,26. Indeks dengan persepsi tingkat kenyamanan tertinggi di
Kota Yogyakarta (66,52) dan Kota Denpasar (63.63). Sedangkan dan persepsi kenyamanan
warga yang paling rendah adalah Kota Medan (46,67) dan Kota Pontianak (46.92). Kota – kota
dengan indeks diatas rata–rata adalah Yogyakarta, Denpasar, Makassar, Manado, Surabaya dan
Semarang. Sedangkan kota – kota dengan indeks dibawah rata-rata adalah Banjarmasin, Batam,
Jayapura, Bandung, Palembang, Palangkaraya, Jakarta, Pontianak dan Medan.
BAB II

ISI

Wina (bahasa Jerman: Wien, dialek Austro-Bavaria: Wean, bahasa


Inggris: Vienna, bahasa Latin: Vindobona) adalah ibukota
federal Republik Austria dan sekaligus merupakan salah satu dari
9 negara bagian Austria. Selama berabad-abad kota ini berperan
sebagai ibukota Kekaisaran Habsburg (Austro-Hungaria) dan
pusat ekonomi Eropa Tengah bagian selatan.
Arsitektur Wina merefleksikan bentuk-bentuk terbaik dari berbagai
zaman, mulai dari periode Gothik, Barok, dan modern. Konferensi-
konferensi diplomatik dunia sering diselenggarakan di Wien.
Badan PBB seperti IAEA (International Atomic Energy
Agency), UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), OPEC (Organization of
the Petroleum Exporting Countries) bermarkas besar di VIC: Vienna International City.

LOKASI & KEADAAN KOTA WINA (AUSTRIA)

Wina terletak di
bagian timur laut
Austria, berjarak
65 km masing-
masing
dari Republik

Ceko atau Hongaria di sebelah timur. Luas 45 km², dikelilingi


oleh negara bagian (Bundesland) Austria Hilir.
Sebagai pusat jalur kereta api nasional, Wina dilewati jalur
kereta barat (Westbahn) sampai ke Salzburg. Jalur ini
awalnya adalah bekas rute kereta lama Express Orient yang
menghubungkan Istanbul (Turki) sampai Calais (Perancis)
dari tahun 1883-2009. Sementara jalur kereta selatan
(Südbahn) menghubungkan Wina
dengan Graz dan Trieste. Bandar Udara Internasional
Schwechat terletak 19 km di timur, masih dalam wilayah
kota.
Dari 23 distriknya, 21 berlokasi di sebelah kanan Sungai Donau (dari arah aliran ke bagian
selatan). Distrik pertama membentuk pusat kota atau Innere Stadt. Di pusat kota terdapat
terusan yang dinamakan Donaukanal, salah satu anak Sungai Donau yang membentuk sebuah
pulau di mana ada berdiri 2 distrik Wina, Brigittenau dan Leopoldstadt.
Penduduk Wina gemar berjalan-jalan, baik di jalan utama, taman-taman atau hutan
wisata. Berbagai objek wisata dirancang agar bisa menunjang kegiatan jalan-jalan. Mereka
menghargai kehidupan tenang dan menyenangkan (gemütlichkeit) seperti menikmati minum
kopi atau anggur di kedai-kedai pinggir jalan. Kedai anggur di Austria dinamakan Heurigen.
U-Bahn atau jalur kereta bawah tanah menghubungkan stasiun-stasiun kereta utama dengan
pusat kota. Jalur kereta api cepat metropolitan atau Schnellbahn (S-Bahn) mengantarkan
penumpang dari bagian selatan kota dan seberang Sungai Donau ke bagian utara kota dalam
waktu singkat. Selain moda tersebut sistem transportasi di Wina didukung
oleh tram (Strassenbahn) dan bus. Sistem transportasi di Wina dikelola oleh pemerintah kota
Wina dengan nama Wiener Linien.
Perayaan terbesar dalam setahun dilangsungkan 2 kali, yaitu pada saat malam tahun
baru dan pra-Paskah (Lent). Di akhir Meisampai awal Juni ada Wiener Festwochen (Pekan
Festival Wina) yang menampilkan berbagai kesenian seperti teater, balet dan
pertunjukkan musik. Pada waktu ini dikenal sebagai musim karnaval.
SEJARAH KOTA WINA

Awal dan awal Abad Pertengahan


Reruntuhan romawi di Michaelerplatz
Salah satu referensi terawal tentang Wina adalah catatan
dari ahli sejarah Yahudi, Titus Flavius Josephus, yang
menuliskan bahwa Raja Yudea, Herodes Arkhelaus (23 SM –
18 M) dibuang ke kota Wina di Galia oleh Kaisar Romawi.[1]
Bangsa Romawi menduduki Wina dan sekitarnya yang saat
itu bernama Vindobona pada abad pertama hingga ke-5.
Nama Vindobona yang berakar dari bahasa
Keltik mensinyalirkan bahwa area Wina sudah ditempati
sejak sebelum Bangsa Romawi masuk. Bangsa Romawi
membentuk kamp militer disana. Artefak dan cita
peninggalan dari jaman medieval ini dapat dirasakan di
jalanan dan gang area Distrik Pertama (Bahasa
Austria: Innere Stadt) yang merupakan area Kota Tua Wina.
Dari abad ke-6, ditemukan beberapa koin perunggu Byzantium di area pusat kota Wina masa
kini, yang mensinyalir bahwa terjadi perdagangan yang cukup signifikan pada masa tersebut.
Pada Abad Pertengahan, Wina pertama kali disebutkan dalam Salzburg Annuals (tahun 881)
yang berbicara tentang peperangan melawan bangsa Magyar. Kaisar Otto I mengalahkan
bangsa Magyar pada tahun 955 di Perang Lechfeld. Setelah kemenangan ini, Wina mulai
berkembang banyak selama Abad Pertengahan.

Pemerintahan Babenberg

Duke Henry II dari dinasti Babenberg mengangkat Wina sebagai ibukotanya pada tahun 1155
Pada tahun 976, area Margraviate of Ostarrîchi diberikan kepada keluarga Babenberg dan Wina
pun berada berdekatan dengan perbatasan Hongaria.
Wina adalah tempat penting perdagangan pada abad ke-
11. Di dalam perjanjian Tauschvertrag zu Mautern
antara Uskup Passau dan Margrave
Leopold IV, Wina untuk pertama kalinya disebut
sebagai civitas, bukti bahwa pada zaman tersebut Wina
telah berkembang menjadi sebuah kota administratif
terstruktur. Perjanjian tersebut melahirkan Katedral
St. Stephen di pusat kota Wina yang masih berdiri
hingga sekarang. Pada tahun 1155, Adipati Heinrich II dari
Austria menjadikan Wina sebagai ibukota dan tempat
pemerintahannya. Pada masa ini, Biara Skotlandia
(Schottenstift) dibangun.
Dari kejadian-kejadian seputar Perang Salib Ketiga,
Wina mendapatkan harta tebusan yang luar biasa
sebanyak 10-12 ton perak. Dari harta inilah, Wina
mampu membangun sebuah pabrik pembuatan uang koin
dan mendirikan dinding perbatasan kota pada tahun
1200. Sebagian dinding ini masih dapat dilihat di stasiun kereta U-Bahn Stubentor.
Adipati Leopold V diekskomunikasikan oleh Paus Celestine III karena telah memperlakukan
tentara Perang Salib yang dilindungi, Raja Richard “Hati Singa”, dengan tidak baik; Leopold V
membuang Raja Richard dua hari sebelum Natal tahun 1192 ke Erdberg, dekat Wina. Leopold V
meninggal karena jatuh dari kuda di sebuah turnamen.
Pada tahun 1221, Wina ditunjuk menjadi sebuah kota dan mendapat izin untuk membangun
pelabuhan perdagangan (stapelrecht). Hak stapelrecht ini memberikan keuntungan besar bagi
Wina karena setiap kapal dagang yang melalui Wina harus menawarkan dagangannya di Wina.
Penduduk Wina pun banyak yang menjadi mediator dagang dan tidak lama kemudian Wina
memiliki jaringan perdagangan ekstensif terutama di sepanjang Sungai Donau hingga
ke Venesia. Wina pun menjadi salah satu kota terpenting pada masa Kekaisawan Romawi Suci.
Dengan segala kesuksesan tersebut, Wina sedikit-banyak merasa malu karena tidak memiliki
keuskupan tersendiri. Tercatat bahwa Adipati Frederick II dan kemudian Ottokar II berusaha
agar dapat terbentuknya keuskupan di Wina.
Pemerintahan Habsburg
Pada tahun 1278, Rudolf I mengambil alih tanah Austria
setelah kemenangannya atas Ottokar II. Ia mendirikan
wangsa Habsburg. Di Wina, wangsa baru ini membutuhkan
waktu cukup lama untuk mendapatkan kendali atas kota
tersebut karena penduduk Wina banyak yang mendukung
Ottokar bahkan lama setelah Ottokar II kalah. Albert I dari
Habsburg mendapatkan beberapa perlawanan, termasuk
dari keluarga Paltrams vom Stephansfreithof. Pada tahun
1280, Jans der Enikel menulis “Fürstenbuch,” sejarah
pertama kota Wina.
Pada pemerintahan Rudolf IV, kebijakan ekonomi Wina
sangat kuat sehingga Wina menjadi kota yang makmur.
Rudolf IV disebut sebagai “Sang Pendiri” karena dua hal: ia
mendirikan Universitas Wina pada tahun 1365, dan ia mulai
membangun bagian tengah gereja St. Stephen's dengan
nuansa gotik. Ia juga membangun kawasan metropolitan
sebagai simbol pengganti nirkeusukupan, walaupun akhirnya Wina diberikan uskup yang
menggunakan katedral St. Stephen's sebagai lokasi tinggalnya pada tahun 1469.
Saat Albert V diangkat menjadi Raja Jerman, Wina dipilih menjadi ibukota Kekaisaran Romawi
Suci. Albert V terkenal dengan tindakannya mengusir populasi Yahudi dari Wina pada tahun
1421–1422. Pada pemerintahan lemah Kaisar Frederick III, Wina berpihak sebagai oposan dan
mendukung musuh Frederick III, Albert VI dan kemudian Matthias Corvinus. Frederick III
dianggap tidak mampu menangani masalah mafia perdagangan.
Pada tahun 1522, di bawah kekuasaan Ferdinand I, Pengadilan Berdarah di Wiener Neustadt
berujung pada hukuman mati bagi semua pimpinan oposisi yang berada di Wina. Eksekusi ini
mengakhiri struktur politik Wina dan sejak itu Wina berada di bawah pemerintah Kekaisaran
secara langsung. Pada tahun 1556, Wina dipilih menjadi tempat kedudukan Kaisar,
setelah Hongaria serta Bohemiadigabungkan ke dalam Habsburg pada tahun 1526. Pada masa
ini, Wina mengalami proses pengkatolikan kembali setelah protestanismemenyebar cepat.
Pada tahun 1551, Yesuit dibawa masuk ke Wina dan menempati posisi-posisi berpengaruh di
area yudikatif.
Tampilan panorama Wina setelah dinding-dinding pertahanan diperkuat pada tahun 1548. Di
bagian tengah adalah katedral St. Stephen, berada di belakang kompleks medieval Hofburg.
Persis di sebelahnya adalah Minoritenkirche dan di kanan jauh adalah Schottenstift dan
gerbang Schottentor.

Pengepungan Turki

Pengepungan Wina
pada tahun 1683
Pada tahun 1529, Wina
dikepung oleh Ottoman
dari Turki untuk
pertama kalinya,
walaupun pengepungan
tersebut gagal. Pasukan
Turki mundur bukan
karena kesulitan
menembus tembok-
tembok pertahanan Wina, tetapi karena terjadi epidemi dan musim dingin yang datang lebih
awal. Pengepungan ini menyadarkan Wina untuk membuat perlindungan baru. Dengan
perencanaan dari Sebastian Schrantz, Wina membangun benteng-benteng pertahanan yang
dikelilingi oleh parit pada tahun 1548. Glacis dibangun di sekeliling Wina agar prajurit dapat
menembak dengan mudah. Perencanaan pertahanan yang berlangsung hingga abad ke-17 ini
berperan besar pada Pengepungan Turki Kedua pada tahun 1683, dimana Wina dapat bertahan
secara mandiri selama dua bulan sebelum pasukan Turki dipukul mundur oleh pasukan Raja
Polandia, Jan III Sobieski. Kejadian ini menjadi titik balik Perang Turki dimana Kekaisaran
Ottoman terus terpukul mundur beberapa dasawarsa ke depan.

Abad ke-18

Pandangan Wina pada era Baroque,


oleh Bernardo Bellotto
Periode berikutnya ditandai dengan
berbagai kegiatan pembangunan.
Selama rekonstruksi, Wina sebagian
besar berubah menjadi
kota baroque. Arsitek terpenting
pada jaman tersebut adalah Johann
Bernhard Fischer von
Erlach dan Johann Lukas von
Hildebrandt. Konstruksi paling banyak terjadi di pinggiran kota (Vorstädte)
karena bangsawan mulai membangun taman-taman istana di areal tersebut, yang kemudian
dikenal sebagai Palais. Yang paling dikenal adalah Palais Liechtenstein, Palais Modena, Istana
Schönbrunn, Palais Schwarzenberg, dan Belvedere (taman palais dari Pangeran Eugene dari
Savoy). Pada tahun 1704, benteng luar Linienwall dibangun di sekeliling Vorstädte.
Setelah wabah epidemi pada tahun 1679 dan 1713, penduduk mulai bertumbuh secara terus-
menerus. Diperkirakan ada 150.000 orang yang tinggal di Wina pada tahun 1724, dan 200.000
pada tahun 1790. Pada saat itu, pabrik-pabrik pertama dibangun
di Leopoldstadt. Leopoldstadt juga menjadi tempat di mana banyak orang Yahudi tinggal
setelah diusir dari ghetto mereka pada tahun 1670. Masalah higienis mulai menjadi nyata
sehingga mulai ada aktivitas pembersihan gorong-gorong dan jalanan. Juga di waktu ini, sistem
penomoran rumah (Konskriptionsnummern) mulai digunakan, dan sistem pos pemerintahan
mulai berkembang.
Di bawah pemerintahan Kaisar Joseph II, kota administrasi dimodernisasi pada tahun 1783:
pejabat yang hanya bertanggung jawab atas sebuah kota mulai diperkenalkan, dan
sistem Hakim diciptakan. Pada saat yang sama, kuburan di tengah kota ditutup.
Abad ke-19

"Singa dari Aspern" adalah sebuah monumen


yang memperingati jatuhnya tentara Austria di
perang-perang Napoleon

Kongres Wina memulihkan perdamaian di Eropa


setelah Napoleon
Selama Perang Napoleon, Wina diambil
oleh Napoleon dua kali, pada tahun 1805 dan
1809. Penaklukan pertama terjadi tanpa
pertempuran. Tiga marsekal Perancis
menyeberangi Taborbrücke (Jembatan Tabor)
yang pertahanannya kuat dan meyakinkan
komandan Austria bahwa perang sudah
berakhir. Sementara itu, tentara Perancis dengan
mudah memasuki kota dan disambut penduduk
dengan baik. Napoleon memperbolehkan 10.000
laki-laki dari garda nasional Wina untuk tetap
bersenjata dan meninggalkan persenjataan
kepada mereka ketika ia pergi.
Namun, pendudukan kedua terjadi melalui pertarungan berat. Tak lama setelah itu, Napoleon
menderita kekalahan besar pertamanya di Aspern, dekat dengan Wina. Kurang dari dua bulan
kemudian, pasukannya menyeberangi Danube lagi dan bertarung di Pertempuran Wagram
pada dataran yang sama dengan terjadinya Pertempuran Aspern. Pertempuran kedua ini
dimenangkan oleh Perancis. Austria segera menyerah dan Perang Koalisi Kelima berakhir. Pada
tahun 1810, Salomon Mayer Rothschild tiba di Wina dari Frankfurt dan mendirikan sebuah bank
bernama "Mayer von Rothschild und Söhne". Pada tahun 1823, Kaisar Austria mengangkat
kelima Rothschild bersaudara sebagai baron. Keluarga Rothschild menjadi terkenal sebagai
bankir di negara-negara utama Eropa, dan perbankan Austria keluarga Rothschild terus
terkemuka sampai Creditanstalt bank di Wina disita oleh Nazi pada tahun 1938.[2][3]
Setelah akhir kekalahan Napoleon, Kongres Wina diadakan pada tanggal 18 September 1814
hingga 9 Juni 1815 untuk memeta ulang peta politik Eropa. Anggota kongres terlibat dalam
banyak acara sosial, yang membuahkan pikiran Charles Joseph Prince de Ligne: Le congres
danse beaucoup, mais il ne marche pas ("Kongres menari, tetapi tidak maju-maju"). Acara-acara
tersebut menarik banyak biaya dari Austria dan menghasilkan ejekan yang ditujukan bagi para
peserta utama Kongres:
Alexander dari Rusia: cinta untuk semua
Frederick William of Prussia: berpikir untuk semua
Frederick dari Denmark: berbicara untuk semua
Maximilian dari Bavaria: minum untuk semua
Frederick dari Württemberg: makan untuk semua
Kaisar Francis dari Austria: membayar untuk semua
Paruh pertama abad ini ditandai dengan industrialisasi besar-besaran, dengan Wina menjadi
pusat dari jaringan kereta api setelah 1837.
Revolusi Februari Perancis 1848 membawa dampak hingga sejauh Wina. Pada tanggal 13
Maret, Revolusi Maret pecah dan kanselir Metternich yang telah lama menjabat untuk
mengundurkan diri.

Ekspansi di bawah Kaisar Franz Joseph I

Di bawah pemerintahan Kaisar Franz Joseph I, kota ini


mengalami pertumbuhan yang pesat yang tidak pernah
terjadi sebelumnya, baik dari sisi budaya, seni, maupun
arsitektur

Rumah-rumah kecil dan tua (di bagian depan) yang


dihancurkan dan diganti selama ekspansi besar-besaran di
bawah pemerintahan Kaisar Franz Joseph

Ringstraße dan Parlemen yang baru saja selesai dibangun (1900)


Pesta Gala di balai kota Wina bersama wali kota Karl
Lueger (1904)
Wina diperluas pada tahun 1850, sebagian besar untuk
mencakup area Linienwall. Vorstädtekemudian dijadikan
Distrik 2 hingga Distrik 9, dan kota tua menjadi
Distrik pertama. Pada tahun 1858, benteng-benteng
dihancurkan dan bulevar luas Ringstraße dibangun.
Banyak bangunan monumental yang dibangun oada
masa ini. Gaya Ringstraße (Historisisme) mencirikan
arsitektur Wina hingga hari ini. Periode puncak Wina
adalah saat Pameran Dunia 1873 yang terjadi sesaat
sebelum pasar saham hancur dan mengakhiri
Gründerzeit ("era fondasi").
Pada tahun 1861, Liberal memenangkan pemilihan
umum bebas pertamanya
setelah neoabsolutism berakhir.
Setelah banjir besar 1830, Pengaturan Danube sering
dibicarakan dan akhirnya diberlakukan pada tahun 1860-
an. Banyak cabang dari Danube dihapus dan aliran lurus diciptakan dengan pusat awal di
tengah kota. Cabang yang dekat dengan pusat kota dibuat lebih sempit dan sejak itu dikenal
dengan nama yang agak menyesatkan, yaitu, Donaukanal (Kanal Danube).
Selama periode itu, populasi Wina meningkat tajam, dan banyak disebabkan oleh gelombang
imigran. Sensus yang dilakukan secara teratur dari tahun 1869 dan seterusnya menunjukkan
populasi tertinggi terjadi pada tahun 1910, dengan jumlah 2,031,000 penduduk.
Sekitar tahun 1900, Wina menjadi pusat Jugendstil (Art Nouveau), terutama karena
adanya Otto Wagner dan asosiasi seniman yang dikenal sebagai Vienna Secession, nama yang
digunakan juga pada gedung ciri khas Karlsplatz.
Pada tahun 1890, kota diperluas untuk kedua kalinya. Bagian pinggir kota di luar Linienwall
lama(Vororte) dimasukkan ke dalam kota sebagai Distrik 11 hingga Distrik 19 (Distrik 10 telah
dibuat pada tahun 1874 dengan membelah Distrik keempat). Wina terbagi pada tahun 1900,
dengan bagian utaranya menjadi Distrik 20 (Brigittenau). Pada tahun 1904, Floridsdorf menjadi
bagian dari Wina sebagai Distrik 21.
Selama tahun-tahun tersebut, Karl Lueger adalah tokoh terkemuka dari politik perkotaan. Tidak
ada yang dapat memungkiri kontribusinya dalam kebijakan sosial dan karya-karya lainnya di
area kotamadya (seperti Wiener Hochquellwasserleitung, membawa air segar dari pegunungan
ke Wina, dan pembuatan sabuk hijau padang rumput dan hutan di sekitar kota). Namun, aspek
positif tersebut menjadi satu paket dengan ocehannya dan retorika anti-Semitismenya yang
ternyata mendapat dukungan rakyat.
Perang Dunia I

Selebaran Italia dijatuhkan di Wina pada


tahun 1918.
Perang dunia I (1914–1918) tidak
menimbulkan ancaman langsung ke
Wina tetapi menyebabkan berkurangnya
pasokan karena embargo ekonomi yang
diberlakukan oleh
kekuasaan Entente yang mengakibatkan
kurangnya makanan dan pakaian.
Melonjaknya biaya perang yang sebagian
besar dibiayai oleh pinjaman
mengakibatkan inflasi yang luar biasa —
sama seperti di Jerman— sehingga
menguras tabungan banyak kelas
menengah Wina. Salah satu yang
menarik adalah bahwa Pengendalian
Sewa 1916 tidak pernah secara resmi
dicabut; hingga saat ini tetap ada
bangunan di mana Penyewaan 1916
masih berlaku, walaupun sebenarnya
sudah tidak ada artinya.
Propaganda penerbangan di atas Wina, serangan udara yang
digagas Gabriele d'annunzio, terjadi pada tanggal 9 Agustus 1918
dengan menggunakan 11 Ansaldo SVA. D'annunzio terbang lebih dari
1.200 km pulang pergi Wina untuk menjatuhkan sekitar 400.000
selebaran propaganda yang ditulis dalam bahasa Italia dan Jerman.
Selebaran tersebut meminta penduduk Wina mengakhiri aliansi
antara Austria-Hongaria dan Prusia.

Karl-Marx-Hof adalah salah satu yang kompleks petak kota rumah paling
terkenal dari tahun 1920-an
Republik Pertama
Akhir dari perang juga merupakan akhir dari Austria-
Hongaria. Pada 12 November 1918, Republik Deutsch-
Österreich, atau Jerman-Austria, dikumandangkan di
depan parlemen. Penduduk terkonsentrasi di ibukota.
Artikel-artikel di media internasional saat itu
meragukan kemampuan Wina untuk bertahan hidup
sebagai salah satu metropolis utama Eropa Austria-
Hongaria bubar.[4][butuh rujukan]
Pada tahun 1921, Wina memisahkan diri dari Lower
Austria dan mendirikan negaranya sendiri. Sayap
kiri Sosial Demokrat, yang telah mendominasi sejak
akhir perang, sekarang bertugas mengatur pemerintahan di kota. "Wina Merah" dianggap
sebagai model internasional. Banyak perumahan rendah biaya (Gemeindebauten) dibangun
selama periode tersebut.
Namun, meningkatnya kesulitan ekonomi mengakibatkan radikalisasi politik dan polarisasi
partai-partai politik. Partai sosial demokrat mendirikan sayap kiri Republikanische
Schutzbund (Aliansi Pelindung Republik) dibentuk pada tahun 1923/24 yang merupakan
kelompok paramiliter yang terorganisir dengan baik. Hal ini ditentang oleh sayap kanan
Heimwehr ("Penjaga Rumah"), yang merupakan bentukan gabungan dari penjaga lokal dan
unit-unit tempur serupa setelah perang berakhir.

Austrofascism

Kebakaran Justizpalast (berikut adalah gambar dari tahun 1881 sebelum


kebakaran) membawa kepada akhir dari Republik Pertama.
Kebakaran Justizpalast (Palace of Justice) pada tahun 1927 setelah
kerusuhan demonstrasi, runtuhnya bank terbesar negara Creditanstalt,
dan pembubaran parlemen pada tahun 1933 membuka jalan ke Perang
Sipil pada Februari 1934. Setelah Engelbert Dollfuß, Kanselir Austria dan
menteri luar negeri sejak tahun 1932 melarang Partai Nazi (Partai
Komunis dan Schutzbund) pada tahun 1933, ia juga melarang berdirinya
Partai Sosial Demokrat pada tahun 1934 setelah
terjadinya Pemberontakan Februari. Satu-satunya organisasi politik sah
adalah gerakan baru ciptaannya sendiri, yaitu, Vaterländische Depan.
Dollfuß menciptakan sebuah rezim otoriter yang
disebut Ständestaat dan memerintah tanpa persetujuan parlemen (lihat
juga Austrofascism).

Aneksasi Reich Ketiga dan Perang Dunia Kedua

Setelah dianeksasi oleh Jerman, banyak orang Yahudi Wina dipaksa


untuk membersihkan trotoar oleh Nazi. Aksi ini mendapat dukungan
dari banyak penduduk Wina.

Menara antipeluru di Augarten milik sistem pertahanan


udara jaman pemerintahan Nazi
Pada bulan Maret 1938 Nazi Jerman menduduki dan
mencaplok Austria dalam sebuah proses yang dikenal
sebagai Anschluss. Adolf Hitler diterima dengan baik di
Wina dan memberikan pidato terkenalnya di
Heldenplatz dimana ia memasukkan tanah airnya ke
dalam Reich. Kebijakan anti-Yahudi Hitler jatuh di
tanah yang subur di Wina dimana anti-Semitisme telah
meningkat sepanjang awal abad ke-20. Segera setelah
Anschluss, orang-orang Yahudi di Wina menerima
penganiayaan dari negara dan kaum antisemit yang
bertindak sendiri. Pada saat Reichskristallnacht (9
November 1938), pusat-pusat komunitas dan
keagamaan Yahudi dihancurkan. Pada bulan Agustus,
KZ Oberlanzendorf Wien (Kantor Pusat Emigrasi Yahudi) diciptakan dan
dipimpin oleh Adolf Eichmann.[5] Namun secara keseluruhan, kota Wina
sebenarnya tidak terlalu mendukung rezim Nazi namun tidak terdapat
perlawanan anti-Nazi yang cukup berarti.[6] Hitler sendiri membenci
Wina dan bertekad untuk membangun Linz, kampung halaman masa
kecilnya, dan membuang Wina sebagai daerah berstatus terpencil.[7]
Selama perluasan kota pada tahun 1938, 91 kota berdampingan
disertakan ke dalam Wina. Dari sinilah didapatkan Distrik 22 (Gros-
Enzersdorf), Distrik 23 (Schwechat), Distrik 24 (Mödling), Distrik 25
(Liesing), dan Distrik 26 (Klosterneuburg). Dengan total luas 1.224 km2,
Wina menjadi kota dengan wilayah terbesar di Reich Ketiga.
Perang Dunia II
Selama perang, Wina menjadi tempat 12 sub-
kamp konsentrasi Mauthausen-Gusen yang tersebar di berbagai bagian
kota.
Meskipun awalnya berada jauh dari jangkauan bom Sekutu yang
beroperasi dari Inggris, pada tahun 1943 Wina mulai diserang pesawat
pembom yang berbasis di Italia. Menara-menara besar antipeluru
dibangun sebagai pertahanan terhadap bom tersebut. Bangunan ini
tetap ada hingga hari ini karena solidnya konstruksi dan dalamnya
fondasi. Pemboman tahun 1944 dan 1945 dan perjuangan merebut
Wina oleh Soviet pada bulan April 1945 menyebabkan banyak
kehancuran di dalam Wina. Untungnya beberapa bangunan bersejarah
selamat dari pemboman, dan banyak lainnya dibangun kembali pasca
perang dengan susah payah.

Republik Kedua
Pendudukan sekutu

Zona pendudukan Sekutu di Wina


Hanya beberapa hari setelah perang, pemerintahan
dan administrasi sementara serta partai-partai
politik diciptakan. Pada tanggal 29 April 1945,
gedung parlemen berpindah tangan dari
penjajah ke pemerintahan Austria yang baru. Karl
Renner mengumumkan kembali berdirinya Republik Austria yang
demokratis. Wina dibagi menjadi lima zona pendudukan antara Uni
Soviet, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Distrik Pertama (pusat
kota) dijaga oleh keempat-empatnya.
Pemilihan umum pertama diadakan pada bulan November 1945. Dari
100 kursi di dewan kota, sayap kiri Partai Sosial Demokrat mendapat 58
kursi, sayap kanan Partai Rakyat Austria 36, dan Komunis 6. Pada tahun
1946, diputuskan bahwa perluasan wilayah kota pada tahun 1938 harus
dikembalikan, tetapi hukum ini tertunda hak veto dari keempat
pendudukan dan baru berlangsung pada tahun 1954. Dua kecamatan
tetap dengan Wina, yaitu 22 (Wina) utara Danube dan 23 (Liesing) di
selatan (beberapa kabupaten lain memperoleh beberapa Lower
Austria wilayah).
Sejarah Modern sejak Kemerdekaan (1955)

Vienna International Centre menjadi markas


badan-badan PBB, dan menjadikan Wina
sebagai kota terpenting ketiga setelah New
York dan Jenewa
Pada tanggal 15 Mei 1955, Austria kembali
merdeka dan berdaulat melalui Perjanjian
Negara Austria. Parlemen Austria segera
mengubah perjanjian tersebut untuk
membangun masa depan Austria yang netral
dan tidak berpihak (mirip dengan Swiss).
Perjanjian damai ini disebut perjanjian negara karena Austria sempat
hilang keberadaannya pada tahun 1938.
Setelah perang, Austria mengalami ledakan ekonomi, seperti daerah
manapun di Eropa Barat, karena adanya bantuan ekonomi yang didapat
dari Marshall Plan.
Angkutan umum di Wina ditingkatkan dengan jaringan baru U-
Bahn yang mulai beroperasi pada tahun 1978. Pada tahun 1979,
perjanjian Pembatasan Senjata kedua ditandatangani di Wina. Selama
tahun 1970-an, Wina menjadi kursi resmi ketiga Perserikatan bangsa-
Bangsa dan Kota-UNO dibangun. Pada akhir abad ke-20, gedung-gedung
pencakar langit dibangun, seperti Menara Andromeda dan
Menara Millennium pada di sisi kiri dan kanan sungai Danube.
Wina memiliki sekitar 17.000 diplomat yang kebanyakan bertugas di
organisasi-organisasi internasional. Karena kehadiran mereka dan
netralitas Austria, Wina menjadi pusat penting The Third Man.
Selama Perang Dingin, jumlah mata-mata Wina diduga melebihi jumlah
tentara Austria.[8] Wina adalah ibukota Bundesland dari Lower
Austria (bahasa Jerman: Niederösterreich) hingga tahun 1986 dimana
kemudian ibukota berpindah ke Sankt Pölten karena Wina secara
geografis bukan merupakan bagian dari Lower Austria.
Dalam pemilihan wali kota tahun 2001, partai Sosial Demokrat kembali
menang mutlak. Karena Forum Liberal tidak mendapat cukup suara,
hanya empat partai yang telah diwakili di dewan kota sejak saat itu. Di
pemilu tahun 2005, partai Sosial Demokrat semakin dominan.
2.2 KUALITAS HIDUP MASYARAKAT KOTA WINA
2.3 HOUSING IN VIENNA

Kota Wina, Austria, yang terkenal akan


warisan budaya dan arsitekturnya yang
kaya, juga diakui untuk program
perumahan sosialnya yang unik. Dalam
praktiknya selama hampir satu abad,
sistem perumahan sosial Wina dikenal
sebagai model yang efektif dan inovatif
untuk menyediakan perumahan yang
superior dan terjangkau bagi penduduk
kota. Model Wina baru-baru ini menjadi
subjek pameran di New York City yang
diselenggarakan oleh Forum Budaya
Austria yang membangkitkan minat besar di antara mereka di AS yang bekerja untuk meningkatkan
kualitas dan aksesibilitas perumahan yang terjangkau bagi keluarga Amerika. Model ini menampilkan
inovasi, kreativitas, dan kesegaran desain dengan arsitek terkenal, yang bekerja dengan pengembang
sektor swasta yang berbeda, telah membantu membentuk perumahan terjangkau di Wina. Baru-baru ini,
pada 12 November 2013, Komisi Peluang Perumahan dari Montgomery County, Maryland dan
Montgomery Housing Partnership mengadakan diskusi tentang program perumahan sosial yang luar

biasa ini.
Istilah perumahan sosial digunakan secara luas di Eropa untuk merujuk pada
perumahan yang terjangkau atau dimiliki pemerintah. Sebuah studi perbandingan program
perumahan sosial di negara-negara Eropa menemukan bahwa mereka sangat bervariasi - dalam
sejarah asal mereka, siapa yang mereka layani, di mana perumahan berada, sifat fisik dari
persediaan perumahan, sarana pembiayaan perumahan baru, dan bahkan bagaimana mereka
subsidi perumahan bekerja. Warisan Wina memberikan prioritas tinggi untuk menyediakan
perumahan berkualitas tinggi bagi kelas pekerja berawal dari periode "Red Vienna" pada awal
abad ke-20, ketika pemerintah sosialis mayoritas membuat penyediaan perumahan dengan
harga terjangkau bagi penduduk kota sebagai prioritas. Wina tetap berkomitmen untuk tujuan
ini hingga hari ini

Diskusi November di Montgomery County, Maryland dipimpin oleh Pamela Lindstrom, komisioner Komisi
Peluang Perumahan. Lindstrom menjelaskan bahwa pemerintah kota Wina memiliki dan mengelola
220.000 unit rumah, yang mewakili sekitar 25 persen dari persediaan perumahan kota.1 Unit-unit
perumahan yang dimiliki kota ini, yang disebut perumahan sosial, dimaksudkan terutama untuk penduduk
berpenghasilan rendah. Kota ini juga secara tidak langsung mengontrol 200.000 unit yang dibangun dan
dimiliki oleh pengembang swasta dengan laba terbatas tetapi dikembangkan melalui proses yang diatur
oleh kota. Wina mengadopsi pendekatan
yang terakhir pada tahun 1980-an, ketika
memutuskan untuk berkolaborasi dengan
sektor swasta untuk membangun
perumahan yang terjangkau daripada
mengembangkan dan memiliki lebih
banyak perumahan umum. Kota membeli
tanah yang dianggap cocok untuk
pembangunan perumahan dan
mempertahankan kontrol atas jenis dan
sifat pembangunan. Kota ini kemudian
meminta proposal dari berbagai
pengembang swasta, yang akan membangun dan mempertahankan kepemilikan unit-unit perumahan.
Juri mengevaluasi proposal ini berdasarkan empat kriteria: kualitas arsitektur, kinerja lingkungan,
keberlanjutan sosial, dan parameter ekonomi seperti tingkat sewa dan biaya yang diusulkan.2 Setelah juri
memilih pengembang, kota menjual lahan kepada pengembang dengan harga terjangkau . Selain itu,
kota memberi pengembang pinjaman dengan persyaratan yang menguntungkan seperti suku bunga
rendah dan periode pembayaran yang diperpanjang.
Pengembang swasta yang bekerja sama dengan pemerintah kota untuk membangun
perumahan yang terjangkau harus memungkinkan kota untuk menyewa setengah dari
apartemen baru untuk penduduk
berpenghasilan rendah; pengembang
biasanya menyewa unit yang tersisa
untuk penduduk berpenghasilan
menengah. Dalam beberapa proyek,
penyewa di masa depan
berpartisipasi dalam perencanaan,
desain, dan proses konstruksi dan
memberikan masukan tentang
fasilitas seperti apa yang ingin
mereka miliki di gedung.

Sewa diatur oleh pemerintah kota sehingga tidak ada penduduk yang membayar lebih
dari 20 hingga 25 persen dari pendapatan rumah tangga mereka untuk perumahan,
dibandingkan dengan patokan 30 persen yang sesuai di AS. Fitur unik dari program perumahan
sosial Wina, Lindstrom mencatat, adalah bahwa pembatasan pendapatan kota untuk unit
bersubsidi hanya berlaku ketika keluarga pertama pindah. Warga tidak pernah diharuskan
pindah, bahkan jika tingkat pendapatan rumah tangga meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Pengaturan ini menghasilkan sejumlah besar penduduk berpenghasilan menengah yang tinggal
di perumahan bersubsidi, dan ini pencampuran bersama penduduk dengan tingkat pendapatan
yang berbeda membantu dengan integrasi sosial. Karena kota ini memiliki persediaan
perumahan yang besar, penduduk berpenghasilan menengah ini biasanya tidak mengeluarkan
penduduk berpenghasilan rendah.3 Karena kota terus menambah unit baru yang disubsidi,
sekitar 5.000 per tahun, dan tersedia untuk penduduk berpenghasilan rendah, pembangunan
perumahan tidak berpindah ke kantong-kantong kelas menengah juga tidak menjadi
konsentrasi kemiskinan yang stigmatisasi.

Lindstrom menyoroti
beberapa contoh proyek perumahan
sosial di Wina termasuk proyek
perumahan Kabelwerk dan
Wohnpark Neue Donau. Dibangun di
sebuah situs industri lama yang
mencakup sekitar 7 hektar, proyek
perumahan sosial Kabelwerk memiliki
total 1.004 unit rumah yang tersebar
di berbagai jenis perumahan
termasuk perumahan sewa
bersubsidi, rumah yang diduduki
pemilik bersubsidi, apartemen untuk
pengungsi, dan perumahan siswa. Pengembangan termasuk fasilitas seperti toko, restoran,
taman kanak-kanak, ruang pertemuan, dan kolam renang di atap yang meningkatkan kualitas
hidup bagi para penghuni. Wohnpark Neue Donau dibangun di sepanjang Sungai Danube di atas
jalan tol bawah tanah. Terdiri dari total 850 unit yang bervariasi dari penyewaan bersubsidi
hingga penthouse pasar bebas, blok perumahan disusun secara diagonal, yang
mendistribusikan beban gedung di atas dek jalan tol dan menyediakan apartemen dengan
pemandangan sungai. Bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga mereka turun ke sungai,
yang menciptakan apartemen teras atap, dan penduduk menikmati taman perumahan di
dekatnya. Fitur pembangunan unit satu, dua, dan tiga kamar tidur, dan unit lantai dasar
memiliki taman pribadi tertutup dinding yang sangat cocok untuk keluarga dengan anak-anak.
Fasilitas terdekat (toko, sekolah, gereja, taman kanak-kanak) bercampur dengan gedung-
gedung tinggi dan lingkungan perumahan lainnya - semua bagian dari rencana induk oleh
arsitek Adolf Krischanitz dan Heinz Neumann
Proyek perumahan sosial inovatif Wina menunjukkan komitmen kota terhadap
keterjangkauan, arsitektur berkualitas tinggi, konservasi energi, dan partisipasi penduduk.
Selain sistem dan fasilitas infrastruktur lainnya, efektivitas program perumahan telah
membantu menjadikan kota sebagai salah satu kota yang paling layak huni di dunia, seperti
yang dinilai oleh The Economist dan Monocle pada tahun 2012, dan sebagai kota yang
menawarkan dunia tertinggi kualitas hidup, menurut survei Kualitas Hidup Mercer selama
empat tahun terakhir.
2.3 GROWTH OF THE CITY

Pertumbuhan daerah perkotaan


dikombinasikan dengan
peningkatan angka populasi dan
perubahan ekonomi secara
bersamaan menghasilkan
perbedaan yang semakin besar
antara hubungan awal yang erat
antara pekerjaan dan lingkungan
rumah. Untuk itu diperlukan
pemerintah untuk meluncurkan
program untuk pengembangan
sistem transportasi umum. Ini
adalah fenomena yang relatif baru
di kain perkotaan. Tapi itu telah
diantisipasi dalam beberapa cara
dengan transportasi antar yang dimungkinkan ketika navigasi kapal uap dan kereta api muncul.
Yang cukup menarik, pengenalan trem kuda pertama di Wina dimotivasi oleh pertimbangan lain
- yaitu, keinginan untuk membuat lingkungan Wina yang indah dapat diakses oleh orang-orang.
Segera, bagaimanapun, sistem angkutan massal baru menjadi sangat diperlukan untuk segmen
besar penduduk. Menjelang akhir abad ke-19, sistem kereta api metropolitan dibangun,
garisnya menghubungkan pinggiran kota. Jalur-jalur ini telah dimungkinkan oleh pembongkaran
benteng terakhir yang tersisa, Linienwall yang disebutkan di atas. Awalnya, sistem dioperasikan
dengan uap dan, kemudian, setelah Perang Dunia I, dengan listrik. Trem telah dialiri listrik
sedini sekitar tahun 1900.

SEKTOR PERUMAHAN
Secara umum, sektor konstruksi menikmati ledakan yang nyata di Wina selama paruh kedua
abad ke-19. Namun, itu tidak terhindar runtuh di beberapa daerah, di tengah krisis ekonomi
yang parah pada saat Pameran Dunia 1873 di Wina. Sangat menarik untuk dicatat dalam
konteks ini bahwa pembangunan perumahan dan perumahan pada umumnya adalah bidang
yang sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan swasta. Istilah Jerman "Gründerzeit" -
diterjemahkan secara harfiah, artinya "usia para pendiri" - adalah deskripsi yang tepat dan fasih
daripadanya. Penyewa itu sangat bergantung pada tuan tanah pribadi. Hal ini mengakibatkan
ketidakcukupan dan kekurangan yang besar. Ciri khas periode itu adalah flat yang dapurnya
langsung masuk dari koridor. Itu tidak memiliki keran air sendiri atau kamar mandi atau toilet.
Air mengalir harus diambil dari keran komunal di koridor di luar flat, yang disebut "Bassena",
dari bahasa Italia "bacino". Sewa sering selangit menimbulkan fenomena sosial lain, bahwa dari
"Bettgeher". Para penyewa tempat tidur sublet datar untuk malam / hari untuk orang-orang
yang tidak mampu membeli flat mereka sendiri.

Situasi perumahan ini terutama tersebar luas di pinggiran kota, yaitu distrik-distrik yang
didirikan pada tahun 1850. Cukup banyak rumah-rumah ini yang selamat. Kami juga melihat
pola-pola tertentu, dengan beberapa kabupaten selalu dikaitkan dengan eselon atas
masyarakat. Sebutkan di sini, misalnya, distrik ke-4, Wieden, dengan konsentrasi kedutaannya
atau distrik ke-8, Josefstadt, dengan segmen warga notaris, pengacara, dan pegawai sipil senior
yang lebih baik. Di luar kota, di pinggiran kota yang lebih pedesaan, lingkungan permukiman
yang benar-benar berkualitas tinggi berlaku bahkan sejak paruh kedua abad ke-19.

PERTUMBUHAN PERKOTAAN
Daerah perkotaan dan pinggiran - mereka membentuk bagian
dari provinsi Lower Austria pada saat itu - berkumpul lebih
dan lebih. Banyak masalah yang sulit atau bahkan tidak
mungkin diselesaikan untuk masyarakat sendiri karena
pendapatan fiskal mereka tidak cukup. Situasi ini dianggap
semakin berbahaya. Hasilnya adalah gelombang
penggabungan lainnya, kali ini masyarakat selatan Danube,
dari 1890 hingga 1892. Selama dekade pertama abad ini
(1904), komunitas lain, Floridsdorf, menjadi bagian dari Wina.
Itu terletak di utara Danube dan telah mengalami kemajuan
ekonomi yang luar biasa, berkat industri manufaktur mesin
yang berlokasi di sana.

Angka populasi di Wina terus meningkat


dengan cepat, tidak hanya sebagai hasil dari
inkorporasi, tetapi juga sebagai akibat dari
masuknya besar-besaran ke ibukota monarki
Austro-Hungaria. Kami telah mencatat
penghitungan sensus reguler sejak 1869. Pada
tahun 1880, kota itu memiliki 726.000
penduduk, pada tahun 1890 jumlah mereka
telah bertambah menjadi 1.365.000 - berkat
penggabungan daerah pinggiran kota. Pada
1910 kota mencapai angka tertinggi dalam
sejarahnya, dengan 2.031.000. Sebagai
perbandingan, London membanggakan 7,25
juta pada 1910, Paris 2,85 juta dan Berlin 2,07
juta.
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
Peningkatan ini bergandengan
tangan dengan tuntutan yang
meningkat pada infrastruktur
perkotaan yang harus dipenuhi
sekali lagi sekitar pergantian
abad setelah pembangunan
sistem kereta api metro dan dari
Utama Air Musim Semi Wina
Kedua. Sekarang pemerintah
kota mulai mengoperasikan
layanan teknis dan utilitas yang
paling penting itu sendiri,
"merampas" banyak perusahaan
swasta sampai sekarang. Ini
benar khususnya di sektor
transportasi serta utilitas listrik
dan gas. Program-program ini,
yang telah dimaksudkan, antara lain, sebagai sumber pendapatan kota, memicu peningkatan
pengeluaran yang cepat. Sebagian besar anggaran dihabiskan (dalam urutan ini) untuk
pendidikan, layanan utang, jalan dan jalan, administrasi umum, kesejahteraan dan pasokan air.

Perlu dicatat bahwa semua program ini juga mencerminkan perubahan besar yang terjadi
dalam hal partisipasi lebih banyak dalam kehidupan politik negara dari lebih banyak segmen
populasi. Akhir abad ke-19 telah melihat perpanjangan hak untuk memilih secara umum - itu
telah "dipisahkan" dari pembayaran pajak (1907: hak pilih laki-laki, 1919: hak pilih perempuan)
- serta, pada saat yang sama, munculnya dan bangkitnya partai-partai massa. Ini termasuk
khususnya gerakan Sosialis Kristen, yang merupakan partai terkuat sampai akhir monarki pada
1918, dan Sosial Demokrat, yang kebangkitannya dimulai dengan berakhirnya Perang Dunia
Pertama.
Old & new Vienna’s Architecture

Wina, Austria, memiliki campuran


arsitektur yang mewakili banyak periode
dan gaya, mulai dari monumen era
Baroque yang rumit hingga penolakan
abad ke-20 yang memiliki ornamen tinggi.

Sejarah Wina, atau Wien seperti


namanya, sama kaya dan rumitnya seperti
arsitektur yang menggambarkannya.
Pintu kota terbuka untuk merayakan arsitektur. Terletak di tengah-tengah Eropa, daerah itu
diselesaikan awal oleh kedua orang Celtic dan kemudian orang-orang Romawi. Wina juga
pernah menjadi ibu kota Kekaisaran
Romawi Suci juga Kekaisaran Austro-
Hungaria.
Wina telah diserbu oleh tentara penyerbu
dan tulah abad pertengahan.
Selama Perang Dunia Kedua, Wina
hamper tak karena diselimuti oleh Nazi
Jerman. Namun hari ini kita masih bias
melihat Wina berdiri sebagai rumah dari waltz Strauss dan mimpi Freudian. Pengaruh Wiener
Moderne atau Wina Modern arsitektur di seluruh dunia sama mendalamnya dengan sejarah-
sejarahnya.
Landmark kota Vienna (wina)

1. SCHLOSS BELVEDERE (BELVEDERE PALACE)

Alamat: Prinz-Eugen-Strasse 27, Wina, AT-


1030, Austria, AT
Tel: +43 01 795 570
Schloss Belvedere terletak di Distrik ke-3
Landstrasse dan terdiri dari dua bangunan
yang sebenarnya, Oberes Belvedere dan
Österreichische Galerie (Upper Belvedere
dan Galeri Austria), dan Unteres Belvedere
(Lower Belvedere).
Dua mansion megah ini berdiri di kedua ujung taman yang indah dan masing-masing
memiliki banyak hal, termasuk museum dan karya seni Austria, termasuk lukisan
terkenal di dunia 'The Kiss' oleh pelukis Simbolis Austria lokal, Gustav Klimt.

2. HOFBURG (IMPERIAL PALACE)

Alamat: Michaelerplatz, Wina, AT-


1010, Austria, AT Tel: +43 01 533
7570 The Hofburg Imperial
Palace adalah landmark yang
kuat dan bagi banyak orang,
identik dengan Wina. Dikenal di
seluruh Austria, Hofburg pernah
menjadi bagian dari keluarga
Habsburg yang kaya dan kuat
dan telah digunakan sebagai
pusat pemerintahan Austria
selama lebih dari 700 tahun. Selama bertahun-tahun, Hofburg telah ditambahkan dan
diperbarui, dan ini telah menghasilkan campuran gaya arsitektur yang berbeda, yang
semuanya tampaknya cukup berhasil. Presiden Austria bermarkas di sini, bersama
dengan banyak museum lokal yang penting, perbendaharaan (Schatzkammer) dan
Perpustakaan Kerajaan (Prunksaal).
3. ALTES RATHAUS (TOWN HALL LAMA)

Alamat: Wipplinger Strasse 8,


Wina, AT-1010, Austria, AT Altes
Rathaus dapat ditemukan di
jantung Wina, yang memimpin
Wipplinger Strasse. Landmark
yang menonjol ini muncul lebih
dari 500 tahun yang lalu dan
memancarkan keagungan abad
pertengahan yang tidak dapat
diragukan. Terletak tepat di
seberang Bohemian Chancery,
Old Town Hall berisi kekayaan artefak lokal yang mempesona dan air mancur dinding
Baroque (Andromeda Fountain) yang terkenal, yang berceceran lembut di halaman.

ST. STEPHANSDOM (ST. STEPHEN'S CATHEDRAL)

Alamat: Stephansplatz 1, Wina,


AT-1010, Austria, AT
Tel: +43 01 515 523 526
Katedral St. Stephen telah lama
menjadi salah satu markah penting
yang paling penting dan
mengesankan di Wina dan berdiri
dengan bangga di dalam Kota
Batin, berfungsi sebagai monumen
untuk masa lalu. The
Stephansdom tidak lebih dari
sebuah karya Gothic dan berasal dari pertengahan abad ke-12. Sorotan meliputi
hiasan, atap bermotif dan puncak menara tinggi, yang menjulang setinggi 136 meter /
446 kaki dan memainkan bagian penting dari cakrawala kota.
WINA BAGI BANYAK ORANG :

1. Simon Deignan:

"Kota ini adalah perpaduan budaya yang nyata" Saya berasal dari Dublin dan tinggal di Wina
bersama istri saya Anita, dan anak pertama kami yang segera tiba (dalam waktu tiga minggu).
Saya telah tinggal di sini selama delapan tahun dan pasti dapat melihat mengapa kota ini dipilih
sebagai "kota yang paling layak huni" di dunia. Transportasi umum di sini luar biasa. Biayanya
hanya € 365 per tahun untuk kartu transportasi yang memungkinkan akses di semua bus, trem,
dan metro. Sebagian besar kota dapat diakses dalam 30 menit, yang berarti tidak perlu untuk
perjalanan panjang dalam lalu lintas yang membuat frustrasi. Kota ini juga terhubung dengan
baik ke daerah lain di sekitar Eropa Tengah, yang berarti kita bisa mendapatkan ke turnamen
GAA lebih mudah! Orang Austria menganggap waktu rekreasi mereka serius dan ada berbagai
macam hal yang harus dilakukan di Wina di waktu luang Anda. Sejumlah besar taman, sungai,
olahraga air, taman bir, kebun anggur dan festival menawarkan peluang hiburan yang luar biasa
dari musim semi ke musim gugur, sementara di musim dingin kota berubah dengan pasar Natal,
gelanggang es, dan bahkan beberapa lereng ski. Kira-kira satu dari tiga penduduk Wina adalah
non-Austria, menjadikan kota ini sebuah perpaduan budaya yang nyata. Ini sangat bagus untuk
klub GAA lokal kami, Vienna Gaels (www.gaavienna.at) yang jauh dari rumah bagi kami. Klub ini
adalah pusat dari adegan sosial Irlandia di Wina, dan kami juga berkeliling Eropa sepanjang
tahun bermain sepak bola Gaelic, melemparkan dan handball.

2. Comhall Fanning: "Saya tidak pernah merasa bosan"

Saya belajar Sosiologi dan Jerman di Trinity College Dublin, dan saya mengambil tahun jeda
daripada melakukan Erasmus untuk bekerja sebagai asisten bahasa Inggris di dua sekolah
menengah di Wina.

Dalam pandangan saya, Wina sangat "dapat ditinggali". Ada lima jalur kereta bawah tanah, dan
layanan trem dan bus yang sangat baik. Bawah tanah biasanya datang setiap dua hingga tiga
menit, dan berjalan 24 jam pada akhir pekan. Saya lulus bulanan untuk seluruh jaringan
transportasi umum biaya € 31 dengan debit langsung, dibandingkan dengan € 99,50 sebulan
saya harus menghabiskan di Dublin pada tiket Dart siswa.

Sewa sangat masuk akal. Setiap kabupaten memiliki tingkat “sewa adil” per meter persegi, dan
topi sudah tersedia. Saya menyewa sebuah kamar di sebuah apartemen dua kamar yang baru
direnovasi untuk € 380.

Sistem perawatan kesehatannya fantastis. Setiap orang menerima asuransi kesehatan melalui
pekerjaan mereka, dengan pembayaran berdasarkan penghasilan Anda. Ini memberi Anda hak
untuk mendapatkan perawatan GP gratis, dan kunjungan ke rumah sakit dan konsultan gratis.
Selalu ada semacam festival atau acara, baik itu konser terbuka di Museumsquartier atau
festival makanan di Stadtpark, jadi saya tidak pernah merasa bosan atau terjebak untuk
melakukan sesuatu,

Saya menyukai peluang perjalanan yang ditawarkan Wina. Mulai dari € 10 kembali, Anda bisa
naik bus ke kota terbesar kedua di Austria, Graz, atau ke Republik Ceko, Slovenia, Slovakia, dan
lainnya. Saya terus bergerak.

3. Darren Gleeson: "Tidak mungkin saya dapat membeli apartemen yang sama di Dublin"
Berasal dari Castlebar di Co Mayo, saya datang ke Wina pada tahun 2011. Saat ini saya
bekerja sebagai konsultan komunikasi di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Wina.
Bagi saya, Wina adalah tempat yang luar biasa penuh sejarah, arsitektur yang mengesankan dan
budaya yang terbuka untuk semua orang. Layanan publik luar biasa, terutama kesehatan dan
transportasi. Perjalanan tanpa batas pada sistem angkutan umum umum yang lengkap di Wina
harganya hanya € 1 per hari, membuat mobil menjadi mewah bagi banyak orang. Itu juga
sangat terjangkau dibandingkan dengan Dublin. Meskipun banyak orang Wina akan memberi
tahu Anda bahwa gelembung perumahan sedang dalam kereta, harga sewa pada umumnya
masih jauh lebih rendah daripada di Irlandia. Saya menyewa apartemen kecil saja, sepuluh
menit berjalan kaki dari kantor; tidak mungkin saya dapat membeli yang sama di Dublin. Wina
juga idealnya terletak bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan keliling Eropa, yang
terletak di sepanjang bekas Tirai Besi. Sebagian besar Eropa Timur, Italia Utara, dan Jerman
Selatan dapat diakses dalam waktu tiga hingga lima jam perjalanan. Wina juga melakukan
pekerjaan yang baik dalam memadukan perkembangan komersial dan sejarah; Ini adalah distrik
pertama yang menjalin secara mulus bangunan dari era empiris Habsburg, dengan pusat
perbelanjaan modern dan blok perkantoran. Pada sisi negatifnya, Wina tidak cukup spontan
atau energik seperti Dublin; Anda dapat bersenang-senang di sini, tetapi semuanya
direncanakan dengan sangat hati-hati, mulai dari pasar Natal hingga musim gugur heurigen
(pengambilan sampel anggur tahun ini di vintner atau tavern) hingga panggung musim panas
(warung terbuka di sepanjang Danube). Secara lokal, orang-orang sangat protektif terhadap
kedamaian dan ketenangan mereka, jadi Anda harus berhati-hati untuk tidak membuat
keributan setelah jam 10 malam, karena Polizei setempat sering dipanggil untuk pelanggaran
semacam itu. Ini juga dapat mengambil sedikit lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan
beberapa orang Wina, yang sering terlihat curiga pada kebiasaan Irlandia yang menarik untuk
melibatkan orang asing dalam percakapan.

Anda mungkin juga menyukai