KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :
15021102078
FAKULTAS TEKNIK
ARSITEKTUR
2018
KRITERIA KOTA YANG BAIK
1. Kota itu harus bisa berfungsi dengan baik. Artinya, tata guna ruang tersebut harus
berfungsi optimal.
2. Kota harus memiliki sirkulasi, sehingga penghuninya bisa berpindah tempat dengan baik.
Salah satu indikatornya adalah transportasi publik. Kalau transportasi publik
buruk, kota itu tidak bisa dinilai baik.
3. Tata ruang kota harus dikembangkan berdasar penataan bangunan. Kalau penataan
bangunannya buruk, kota itu tidak bisa dikategorikan sebagai kota yang baik.
4. Tata utilitas lain di luar sirkulasi/transportasi, seperti drainase dan sanitasi, harus
bekerja dengan optimal. Tidak hanya di Jakarta, di kota lain di seluruh dunia pun
menghadapi tantangan drainase dan sanitasi yang sama. Selain alasan cuaca ekstrem,
ternyata masalah paling umum yang dihadapi banyak kota di Indonesia berkaitan
dengan drainase adalah kapasitas utilitas drainase kota itu tidak mampu mewadahi
aliran air karena tata ruang kota itu tidak dirancang dengan baik,
BAB I
PENDAHULUAN
Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi,
budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota yang efisien oleh
dan bagi masyarakat. Keberhasilan sebuah kota juga ditentukan oleh keseimbangan antara
sosial, ekonomi, dan lingkungan kota. Keseimbangan elemen-elemen tersebut menghasilkan
kota yang baik dan lebih hidup untuk masyarakat maupun lingkungan. Perencanaan dan
penataan kota dibutuhkan untuk mewujudkan kota yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
penataan yang baik akan mempengaruhi tertatanya fungsi dan pola aktivitas masyarakat
dengan lingkungannya.
Sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap sesuai dengan peningkatan kegiatan
manusia, dimana manusia sebagai pelaku kegiatan saling berinteraksi dalam kehidupannya.
Dalam hal ini kota terbentuk sebagai fungsi dari aktifitas manusia yang luas dan kompleks, yang
terakumulasi dari waktu ke waktu (urban artifact) dalam skala besar, yang terbentuk dan
terakumulasi dari waktu ke waktu pula (Rossi,1992) dan kota juga tidak tumbuh dalam bentuk
fisik saja, tetapi tumbuh bersamaan dengan masyarakatnya (Spreiregen, 1985).
Kota dapat berupa konsentrasi elemen-elemen fisik yang intensitas kegiatan dan pembangunan
fisik kota tumbuh dan berkembang dari bagian pusat kota (sebagai bagian pusat kota) kearah
pinggiran pinggiran. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kearah bagian pusat kota semakin
tinggi intensitasnya dan semakin beragam pula fungsi-fungsi kegiatannya, sedangkan kegiatan
yang ada dapat berupa suatu interaksi ekonomi (pusat pertokoan, toko serba ada, kantor jasa,
hotel) atau suatu bentuk organisasi social dan keagamaan (rumah sakit, masjid, dan lain-lain)
atau kegiatan pemerintahan (kantor pemerintahan) dan fasilitas lain seperti fasilitas rekreasi
dan ruang terbuka. Daerah pusat kota yang baik adalah daerah yang mencakup konsentrasi
pelayanan terbesar untuk seluruh komunitas (Speiregen,1985).
Kota selain memiliki kenyamanan, juga harus indah dipandang. Elemen-elemen yang ada tidak
hanya harus berfungsi tetapi juga harus menampakkan keindahannya. Apabila elemen-elemen
digabung semuanya harus menghasilkan suatu komposisi yang memuaskan. Kota adalah
arsitektur, yaitu obyek hasil karya fisik dan hasil karya manusia. Sebagai produk manusia kota
adalah hasil cipta kultural dan hasil cipta sosial. Sebagai hasil cipta kultural kota merupakan
realitas hasil transformasi alam dan cerminan cara manusia menghadapi realitas itu. Sebagai
hasil cipta sosial, kota adalah tempat segala dimensi kehidupan manusia. Menciptakan karakter
ruang yang lebih baik perlu adanya penataan ruang yang baik pula. Penataan yang diharapkan
berkelanjutan tidak hanya berfokus pada satu aspek saja. Banyak aspek lainnya yang perlu
diperhatikan seperti kualitas lingkungan, hubungan sosial budaya masyarakat, pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan pola fisik ruang. Lingkungan yang berkualitas dilihat dari fungsinya
yang optimal dan memiliki aspek visual yang sesuai. Seluruh aspek tersebut memiliki hubungan
yang saling berkaitan satu sama lain sehingga membentuk suatu proses untuk mencapai kota
yang livable dalam semua elemen yang ada dalam terbentuknya suatu kota. Pada umumnya
orang akan setuju kota merupakan tempat dimana mereka dapat merealisasikan setiap mimpi.
Kota juga dianggap tempat yang menawarkan berbagai kesenangan dan kemewahan. Citra kota
masih begitu baik di mata sebagian penduduk suburban. Saat ini banyak warga kota yang
mengeluhkan ketidaknyamanan lingkungan tempat tinggal mereka, mulai dari masalah
kemacetan, tidak terawatnya fasilitas umum hingga masalah kebersihan lingkungan. Dalam
kondisi seperti itu, setiap orang mendambakan sebuah kota yang nyaman dan memang layak
untuk dihuni. Seiring dengan kebutuhan tersebut, kota sebagai pusat konsentrasi kegiatan dan
pelayanan masyarakat berkembang sangat cepat. Perkembangan ini tidak menutup
kemungkinan mengikis nilai livable yang dulunya sudah terbangun dalam suatu kota. Dari
kebutuhan-kebutuhan masyarakat maka juga dituntut adanya kondisi fisik ruang dan
lingkungan yang sesuai standar kenyamanan masyarakat dengan ketersediaan
sarana,prasarana,fasilitas dan pelayanan yang layak. Konsep penataan ruang perkotaan harus
didasarkan pada pemahaman terhadap prinsip sapta pilar konsep penataan ruang perkotaan
yang berwawasan masa depan yaitu Environment/ecology (lingkungan), Economy, Equity
(pemerataan), Engagement (peranserta), Energy, Etika dan Estetika (Budihardjo dalam
Arimbawa dan Santhyasa, 2010).
Berdasarkan survey yang dilakukan di 15 kota besar, diketahui bahwa nilai rata-rata (mean)
indeks kenyamanan kota adalah 54,26. Indeks dengan persepsi tingkat kenyamanan tertinggi di
Kota Yogyakarta (66,52) dan Kota Denpasar (63.63). Sedangkan dan persepsi kenyamanan
warga yang paling rendah adalah Kota Medan (46,67) dan Kota Pontianak (46.92). Kota – kota
dengan indeks diatas rata–rata adalah Yogyakarta, Denpasar, Makassar, Manado, Surabaya dan
Semarang. Sedangkan kota – kota dengan indeks dibawah rata-rata adalah Banjarmasin, Batam,
Jayapura, Bandung, Palembang, Palangkaraya, Jakarta, Pontianak dan Medan.
BAB II
ISI
Wina terletak di
bagian timur laut
Austria, berjarak
65 km masing-
masing
dari Republik
Pemerintahan Babenberg
Duke Henry II dari dinasti Babenberg mengangkat Wina sebagai ibukotanya pada tahun 1155
Pada tahun 976, area Margraviate of Ostarrîchi diberikan kepada keluarga Babenberg dan Wina
pun berada berdekatan dengan perbatasan Hongaria.
Wina adalah tempat penting perdagangan pada abad ke-
11. Di dalam perjanjian Tauschvertrag zu Mautern
antara Uskup Passau dan Margrave
Leopold IV, Wina untuk pertama kalinya disebut
sebagai civitas, bukti bahwa pada zaman tersebut Wina
telah berkembang menjadi sebuah kota administratif
terstruktur. Perjanjian tersebut melahirkan Katedral
St. Stephen di pusat kota Wina yang masih berdiri
hingga sekarang. Pada tahun 1155, Adipati Heinrich II dari
Austria menjadikan Wina sebagai ibukota dan tempat
pemerintahannya. Pada masa ini, Biara Skotlandia
(Schottenstift) dibangun.
Dari kejadian-kejadian seputar Perang Salib Ketiga,
Wina mendapatkan harta tebusan yang luar biasa
sebanyak 10-12 ton perak. Dari harta inilah, Wina
mampu membangun sebuah pabrik pembuatan uang koin
dan mendirikan dinding perbatasan kota pada tahun
1200. Sebagian dinding ini masih dapat dilihat di stasiun kereta U-Bahn Stubentor.
Adipati Leopold V diekskomunikasikan oleh Paus Celestine III karena telah memperlakukan
tentara Perang Salib yang dilindungi, Raja Richard “Hati Singa”, dengan tidak baik; Leopold V
membuang Raja Richard dua hari sebelum Natal tahun 1192 ke Erdberg, dekat Wina. Leopold V
meninggal karena jatuh dari kuda di sebuah turnamen.
Pada tahun 1221, Wina ditunjuk menjadi sebuah kota dan mendapat izin untuk membangun
pelabuhan perdagangan (stapelrecht). Hak stapelrecht ini memberikan keuntungan besar bagi
Wina karena setiap kapal dagang yang melalui Wina harus menawarkan dagangannya di Wina.
Penduduk Wina pun banyak yang menjadi mediator dagang dan tidak lama kemudian Wina
memiliki jaringan perdagangan ekstensif terutama di sepanjang Sungai Donau hingga
ke Venesia. Wina pun menjadi salah satu kota terpenting pada masa Kekaisawan Romawi Suci.
Dengan segala kesuksesan tersebut, Wina sedikit-banyak merasa malu karena tidak memiliki
keuskupan tersendiri. Tercatat bahwa Adipati Frederick II dan kemudian Ottokar II berusaha
agar dapat terbentuknya keuskupan di Wina.
Pemerintahan Habsburg
Pada tahun 1278, Rudolf I mengambil alih tanah Austria
setelah kemenangannya atas Ottokar II. Ia mendirikan
wangsa Habsburg. Di Wina, wangsa baru ini membutuhkan
waktu cukup lama untuk mendapatkan kendali atas kota
tersebut karena penduduk Wina banyak yang mendukung
Ottokar bahkan lama setelah Ottokar II kalah. Albert I dari
Habsburg mendapatkan beberapa perlawanan, termasuk
dari keluarga Paltrams vom Stephansfreithof. Pada tahun
1280, Jans der Enikel menulis “Fürstenbuch,” sejarah
pertama kota Wina.
Pada pemerintahan Rudolf IV, kebijakan ekonomi Wina
sangat kuat sehingga Wina menjadi kota yang makmur.
Rudolf IV disebut sebagai “Sang Pendiri” karena dua hal: ia
mendirikan Universitas Wina pada tahun 1365, dan ia mulai
membangun bagian tengah gereja St. Stephen's dengan
nuansa gotik. Ia juga membangun kawasan metropolitan
sebagai simbol pengganti nirkeusukupan, walaupun akhirnya Wina diberikan uskup yang
menggunakan katedral St. Stephen's sebagai lokasi tinggalnya pada tahun 1469.
Saat Albert V diangkat menjadi Raja Jerman, Wina dipilih menjadi ibukota Kekaisaran Romawi
Suci. Albert V terkenal dengan tindakannya mengusir populasi Yahudi dari Wina pada tahun
1421–1422. Pada pemerintahan lemah Kaisar Frederick III, Wina berpihak sebagai oposan dan
mendukung musuh Frederick III, Albert VI dan kemudian Matthias Corvinus. Frederick III
dianggap tidak mampu menangani masalah mafia perdagangan.
Pada tahun 1522, di bawah kekuasaan Ferdinand I, Pengadilan Berdarah di Wiener Neustadt
berujung pada hukuman mati bagi semua pimpinan oposisi yang berada di Wina. Eksekusi ini
mengakhiri struktur politik Wina dan sejak itu Wina berada di bawah pemerintah Kekaisaran
secara langsung. Pada tahun 1556, Wina dipilih menjadi tempat kedudukan Kaisar,
setelah Hongaria serta Bohemiadigabungkan ke dalam Habsburg pada tahun 1526. Pada masa
ini, Wina mengalami proses pengkatolikan kembali setelah protestanismemenyebar cepat.
Pada tahun 1551, Yesuit dibawa masuk ke Wina dan menempati posisi-posisi berpengaruh di
area yudikatif.
Tampilan panorama Wina setelah dinding-dinding pertahanan diperkuat pada tahun 1548. Di
bagian tengah adalah katedral St. Stephen, berada di belakang kompleks medieval Hofburg.
Persis di sebelahnya adalah Minoritenkirche dan di kanan jauh adalah Schottenstift dan
gerbang Schottentor.
Pengepungan Turki
Pengepungan Wina
pada tahun 1683
Pada tahun 1529, Wina
dikepung oleh Ottoman
dari Turki untuk
pertama kalinya,
walaupun pengepungan
tersebut gagal. Pasukan
Turki mundur bukan
karena kesulitan
menembus tembok-
tembok pertahanan Wina, tetapi karena terjadi epidemi dan musim dingin yang datang lebih
awal. Pengepungan ini menyadarkan Wina untuk membuat perlindungan baru. Dengan
perencanaan dari Sebastian Schrantz, Wina membangun benteng-benteng pertahanan yang
dikelilingi oleh parit pada tahun 1548. Glacis dibangun di sekeliling Wina agar prajurit dapat
menembak dengan mudah. Perencanaan pertahanan yang berlangsung hingga abad ke-17 ini
berperan besar pada Pengepungan Turki Kedua pada tahun 1683, dimana Wina dapat bertahan
secara mandiri selama dua bulan sebelum pasukan Turki dipukul mundur oleh pasukan Raja
Polandia, Jan III Sobieski. Kejadian ini menjadi titik balik Perang Turki dimana Kekaisaran
Ottoman terus terpukul mundur beberapa dasawarsa ke depan.
Abad ke-18
Karl-Marx-Hof adalah salah satu yang kompleks petak kota rumah paling
terkenal dari tahun 1920-an
Republik Pertama
Akhir dari perang juga merupakan akhir dari Austria-
Hongaria. Pada 12 November 1918, Republik Deutsch-
Österreich, atau Jerman-Austria, dikumandangkan di
depan parlemen. Penduduk terkonsentrasi di ibukota.
Artikel-artikel di media internasional saat itu
meragukan kemampuan Wina untuk bertahan hidup
sebagai salah satu metropolis utama Eropa Austria-
Hongaria bubar.[4][butuh rujukan]
Pada tahun 1921, Wina memisahkan diri dari Lower
Austria dan mendirikan negaranya sendiri. Sayap
kiri Sosial Demokrat, yang telah mendominasi sejak
akhir perang, sekarang bertugas mengatur pemerintahan di kota. "Wina Merah" dianggap
sebagai model internasional. Banyak perumahan rendah biaya (Gemeindebauten) dibangun
selama periode tersebut.
Namun, meningkatnya kesulitan ekonomi mengakibatkan radikalisasi politik dan polarisasi
partai-partai politik. Partai sosial demokrat mendirikan sayap kiri Republikanische
Schutzbund (Aliansi Pelindung Republik) dibentuk pada tahun 1923/24 yang merupakan
kelompok paramiliter yang terorganisir dengan baik. Hal ini ditentang oleh sayap kanan
Heimwehr ("Penjaga Rumah"), yang merupakan bentukan gabungan dari penjaga lokal dan
unit-unit tempur serupa setelah perang berakhir.
Austrofascism
Republik Kedua
Pendudukan sekutu
biasa ini.
Istilah perumahan sosial digunakan secara luas di Eropa untuk merujuk pada
perumahan yang terjangkau atau dimiliki pemerintah. Sebuah studi perbandingan program
perumahan sosial di negara-negara Eropa menemukan bahwa mereka sangat bervariasi - dalam
sejarah asal mereka, siapa yang mereka layani, di mana perumahan berada, sifat fisik dari
persediaan perumahan, sarana pembiayaan perumahan baru, dan bahkan bagaimana mereka
subsidi perumahan bekerja. Warisan Wina memberikan prioritas tinggi untuk menyediakan
perumahan berkualitas tinggi bagi kelas pekerja berawal dari periode "Red Vienna" pada awal
abad ke-20, ketika pemerintah sosialis mayoritas membuat penyediaan perumahan dengan
harga terjangkau bagi penduduk kota sebagai prioritas. Wina tetap berkomitmen untuk tujuan
ini hingga hari ini
Diskusi November di Montgomery County, Maryland dipimpin oleh Pamela Lindstrom, komisioner Komisi
Peluang Perumahan. Lindstrom menjelaskan bahwa pemerintah kota Wina memiliki dan mengelola
220.000 unit rumah, yang mewakili sekitar 25 persen dari persediaan perumahan kota.1 Unit-unit
perumahan yang dimiliki kota ini, yang disebut perumahan sosial, dimaksudkan terutama untuk penduduk
berpenghasilan rendah. Kota ini juga secara tidak langsung mengontrol 200.000 unit yang dibangun dan
dimiliki oleh pengembang swasta dengan laba terbatas tetapi dikembangkan melalui proses yang diatur
oleh kota. Wina mengadopsi pendekatan
yang terakhir pada tahun 1980-an, ketika
memutuskan untuk berkolaborasi dengan
sektor swasta untuk membangun
perumahan yang terjangkau daripada
mengembangkan dan memiliki lebih
banyak perumahan umum. Kota membeli
tanah yang dianggap cocok untuk
pembangunan perumahan dan
mempertahankan kontrol atas jenis dan
sifat pembangunan. Kota ini kemudian
meminta proposal dari berbagai
pengembang swasta, yang akan membangun dan mempertahankan kepemilikan unit-unit perumahan.
Juri mengevaluasi proposal ini berdasarkan empat kriteria: kualitas arsitektur, kinerja lingkungan,
keberlanjutan sosial, dan parameter ekonomi seperti tingkat sewa dan biaya yang diusulkan.2 Setelah juri
memilih pengembang, kota menjual lahan kepada pengembang dengan harga terjangkau . Selain itu,
kota memberi pengembang pinjaman dengan persyaratan yang menguntungkan seperti suku bunga
rendah dan periode pembayaran yang diperpanjang.
Pengembang swasta yang bekerja sama dengan pemerintah kota untuk membangun
perumahan yang terjangkau harus memungkinkan kota untuk menyewa setengah dari
apartemen baru untuk penduduk
berpenghasilan rendah; pengembang
biasanya menyewa unit yang tersisa
untuk penduduk berpenghasilan
menengah. Dalam beberapa proyek,
penyewa di masa depan
berpartisipasi dalam perencanaan,
desain, dan proses konstruksi dan
memberikan masukan tentang
fasilitas seperti apa yang ingin
mereka miliki di gedung.
Sewa diatur oleh pemerintah kota sehingga tidak ada penduduk yang membayar lebih
dari 20 hingga 25 persen dari pendapatan rumah tangga mereka untuk perumahan,
dibandingkan dengan patokan 30 persen yang sesuai di AS. Fitur unik dari program perumahan
sosial Wina, Lindstrom mencatat, adalah bahwa pembatasan pendapatan kota untuk unit
bersubsidi hanya berlaku ketika keluarga pertama pindah. Warga tidak pernah diharuskan
pindah, bahkan jika tingkat pendapatan rumah tangga meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Pengaturan ini menghasilkan sejumlah besar penduduk berpenghasilan menengah yang tinggal
di perumahan bersubsidi, dan ini pencampuran bersama penduduk dengan tingkat pendapatan
yang berbeda membantu dengan integrasi sosial. Karena kota ini memiliki persediaan
perumahan yang besar, penduduk berpenghasilan menengah ini biasanya tidak mengeluarkan
penduduk berpenghasilan rendah.3 Karena kota terus menambah unit baru yang disubsidi,
sekitar 5.000 per tahun, dan tersedia untuk penduduk berpenghasilan rendah, pembangunan
perumahan tidak berpindah ke kantong-kantong kelas menengah juga tidak menjadi
konsentrasi kemiskinan yang stigmatisasi.
Lindstrom menyoroti
beberapa contoh proyek perumahan
sosial di Wina termasuk proyek
perumahan Kabelwerk dan
Wohnpark Neue Donau. Dibangun di
sebuah situs industri lama yang
mencakup sekitar 7 hektar, proyek
perumahan sosial Kabelwerk memiliki
total 1.004 unit rumah yang tersebar
di berbagai jenis perumahan
termasuk perumahan sewa
bersubsidi, rumah yang diduduki
pemilik bersubsidi, apartemen untuk
pengungsi, dan perumahan siswa. Pengembangan termasuk fasilitas seperti toko, restoran,
taman kanak-kanak, ruang pertemuan, dan kolam renang di atap yang meningkatkan kualitas
hidup bagi para penghuni. Wohnpark Neue Donau dibangun di sepanjang Sungai Danube di atas
jalan tol bawah tanah. Terdiri dari total 850 unit yang bervariasi dari penyewaan bersubsidi
hingga penthouse pasar bebas, blok perumahan disusun secara diagonal, yang
mendistribusikan beban gedung di atas dek jalan tol dan menyediakan apartemen dengan
pemandangan sungai. Bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga mereka turun ke sungai,
yang menciptakan apartemen teras atap, dan penduduk menikmati taman perumahan di
dekatnya. Fitur pembangunan unit satu, dua, dan tiga kamar tidur, dan unit lantai dasar
memiliki taman pribadi tertutup dinding yang sangat cocok untuk keluarga dengan anak-anak.
Fasilitas terdekat (toko, sekolah, gereja, taman kanak-kanak) bercampur dengan gedung-
gedung tinggi dan lingkungan perumahan lainnya - semua bagian dari rencana induk oleh
arsitek Adolf Krischanitz dan Heinz Neumann
Proyek perumahan sosial inovatif Wina menunjukkan komitmen kota terhadap
keterjangkauan, arsitektur berkualitas tinggi, konservasi energi, dan partisipasi penduduk.
Selain sistem dan fasilitas infrastruktur lainnya, efektivitas program perumahan telah
membantu menjadikan kota sebagai salah satu kota yang paling layak huni di dunia, seperti
yang dinilai oleh The Economist dan Monocle pada tahun 2012, dan sebagai kota yang
menawarkan dunia tertinggi kualitas hidup, menurut survei Kualitas Hidup Mercer selama
empat tahun terakhir.
2.3 GROWTH OF THE CITY
SEKTOR PERUMAHAN
Secara umum, sektor konstruksi menikmati ledakan yang nyata di Wina selama paruh kedua
abad ke-19. Namun, itu tidak terhindar runtuh di beberapa daerah, di tengah krisis ekonomi
yang parah pada saat Pameran Dunia 1873 di Wina. Sangat menarik untuk dicatat dalam
konteks ini bahwa pembangunan perumahan dan perumahan pada umumnya adalah bidang
yang sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan swasta. Istilah Jerman "Gründerzeit" -
diterjemahkan secara harfiah, artinya "usia para pendiri" - adalah deskripsi yang tepat dan fasih
daripadanya. Penyewa itu sangat bergantung pada tuan tanah pribadi. Hal ini mengakibatkan
ketidakcukupan dan kekurangan yang besar. Ciri khas periode itu adalah flat yang dapurnya
langsung masuk dari koridor. Itu tidak memiliki keran air sendiri atau kamar mandi atau toilet.
Air mengalir harus diambil dari keran komunal di koridor di luar flat, yang disebut "Bassena",
dari bahasa Italia "bacino". Sewa sering selangit menimbulkan fenomena sosial lain, bahwa dari
"Bettgeher". Para penyewa tempat tidur sublet datar untuk malam / hari untuk orang-orang
yang tidak mampu membeli flat mereka sendiri.
Situasi perumahan ini terutama tersebar luas di pinggiran kota, yaitu distrik-distrik yang
didirikan pada tahun 1850. Cukup banyak rumah-rumah ini yang selamat. Kami juga melihat
pola-pola tertentu, dengan beberapa kabupaten selalu dikaitkan dengan eselon atas
masyarakat. Sebutkan di sini, misalnya, distrik ke-4, Wieden, dengan konsentrasi kedutaannya
atau distrik ke-8, Josefstadt, dengan segmen warga notaris, pengacara, dan pegawai sipil senior
yang lebih baik. Di luar kota, di pinggiran kota yang lebih pedesaan, lingkungan permukiman
yang benar-benar berkualitas tinggi berlaku bahkan sejak paruh kedua abad ke-19.
PERTUMBUHAN PERKOTAAN
Daerah perkotaan dan pinggiran - mereka membentuk bagian
dari provinsi Lower Austria pada saat itu - berkumpul lebih
dan lebih. Banyak masalah yang sulit atau bahkan tidak
mungkin diselesaikan untuk masyarakat sendiri karena
pendapatan fiskal mereka tidak cukup. Situasi ini dianggap
semakin berbahaya. Hasilnya adalah gelombang
penggabungan lainnya, kali ini masyarakat selatan Danube,
dari 1890 hingga 1892. Selama dekade pertama abad ini
(1904), komunitas lain, Floridsdorf, menjadi bagian dari Wina.
Itu terletak di utara Danube dan telah mengalami kemajuan
ekonomi yang luar biasa, berkat industri manufaktur mesin
yang berlokasi di sana.
Perlu dicatat bahwa semua program ini juga mencerminkan perubahan besar yang terjadi
dalam hal partisipasi lebih banyak dalam kehidupan politik negara dari lebih banyak segmen
populasi. Akhir abad ke-19 telah melihat perpanjangan hak untuk memilih secara umum - itu
telah "dipisahkan" dari pembayaran pajak (1907: hak pilih laki-laki, 1919: hak pilih perempuan)
- serta, pada saat yang sama, munculnya dan bangkitnya partai-partai massa. Ini termasuk
khususnya gerakan Sosialis Kristen, yang merupakan partai terkuat sampai akhir monarki pada
1918, dan Sosial Demokrat, yang kebangkitannya dimulai dengan berakhirnya Perang Dunia
Pertama.
Old & new Vienna’s Architecture
1. Simon Deignan:
"Kota ini adalah perpaduan budaya yang nyata" Saya berasal dari Dublin dan tinggal di Wina
bersama istri saya Anita, dan anak pertama kami yang segera tiba (dalam waktu tiga minggu).
Saya telah tinggal di sini selama delapan tahun dan pasti dapat melihat mengapa kota ini dipilih
sebagai "kota yang paling layak huni" di dunia. Transportasi umum di sini luar biasa. Biayanya
hanya € 365 per tahun untuk kartu transportasi yang memungkinkan akses di semua bus, trem,
dan metro. Sebagian besar kota dapat diakses dalam 30 menit, yang berarti tidak perlu untuk
perjalanan panjang dalam lalu lintas yang membuat frustrasi. Kota ini juga terhubung dengan
baik ke daerah lain di sekitar Eropa Tengah, yang berarti kita bisa mendapatkan ke turnamen
GAA lebih mudah! Orang Austria menganggap waktu rekreasi mereka serius dan ada berbagai
macam hal yang harus dilakukan di Wina di waktu luang Anda. Sejumlah besar taman, sungai,
olahraga air, taman bir, kebun anggur dan festival menawarkan peluang hiburan yang luar biasa
dari musim semi ke musim gugur, sementara di musim dingin kota berubah dengan pasar Natal,
gelanggang es, dan bahkan beberapa lereng ski. Kira-kira satu dari tiga penduduk Wina adalah
non-Austria, menjadikan kota ini sebuah perpaduan budaya yang nyata. Ini sangat bagus untuk
klub GAA lokal kami, Vienna Gaels (www.gaavienna.at) yang jauh dari rumah bagi kami. Klub ini
adalah pusat dari adegan sosial Irlandia di Wina, dan kami juga berkeliling Eropa sepanjang
tahun bermain sepak bola Gaelic, melemparkan dan handball.
Saya belajar Sosiologi dan Jerman di Trinity College Dublin, dan saya mengambil tahun jeda
daripada melakukan Erasmus untuk bekerja sebagai asisten bahasa Inggris di dua sekolah
menengah di Wina.
Dalam pandangan saya, Wina sangat "dapat ditinggali". Ada lima jalur kereta bawah tanah, dan
layanan trem dan bus yang sangat baik. Bawah tanah biasanya datang setiap dua hingga tiga
menit, dan berjalan 24 jam pada akhir pekan. Saya lulus bulanan untuk seluruh jaringan
transportasi umum biaya € 31 dengan debit langsung, dibandingkan dengan € 99,50 sebulan
saya harus menghabiskan di Dublin pada tiket Dart siswa.
Sewa sangat masuk akal. Setiap kabupaten memiliki tingkat “sewa adil” per meter persegi, dan
topi sudah tersedia. Saya menyewa sebuah kamar di sebuah apartemen dua kamar yang baru
direnovasi untuk € 380.
Sistem perawatan kesehatannya fantastis. Setiap orang menerima asuransi kesehatan melalui
pekerjaan mereka, dengan pembayaran berdasarkan penghasilan Anda. Ini memberi Anda hak
untuk mendapatkan perawatan GP gratis, dan kunjungan ke rumah sakit dan konsultan gratis.
Selalu ada semacam festival atau acara, baik itu konser terbuka di Museumsquartier atau
festival makanan di Stadtpark, jadi saya tidak pernah merasa bosan atau terjebak untuk
melakukan sesuatu,
Saya menyukai peluang perjalanan yang ditawarkan Wina. Mulai dari € 10 kembali, Anda bisa
naik bus ke kota terbesar kedua di Austria, Graz, atau ke Republik Ceko, Slovenia, Slovakia, dan
lainnya. Saya terus bergerak.
3. Darren Gleeson: "Tidak mungkin saya dapat membeli apartemen yang sama di Dublin"
Berasal dari Castlebar di Co Mayo, saya datang ke Wina pada tahun 2011. Saat ini saya
bekerja sebagai konsultan komunikasi di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Wina.
Bagi saya, Wina adalah tempat yang luar biasa penuh sejarah, arsitektur yang mengesankan dan
budaya yang terbuka untuk semua orang. Layanan publik luar biasa, terutama kesehatan dan
transportasi. Perjalanan tanpa batas pada sistem angkutan umum umum yang lengkap di Wina
harganya hanya € 1 per hari, membuat mobil menjadi mewah bagi banyak orang. Itu juga
sangat terjangkau dibandingkan dengan Dublin. Meskipun banyak orang Wina akan memberi
tahu Anda bahwa gelembung perumahan sedang dalam kereta, harga sewa pada umumnya
masih jauh lebih rendah daripada di Irlandia. Saya menyewa apartemen kecil saja, sepuluh
menit berjalan kaki dari kantor; tidak mungkin saya dapat membeli yang sama di Dublin. Wina
juga idealnya terletak bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan keliling Eropa, yang
terletak di sepanjang bekas Tirai Besi. Sebagian besar Eropa Timur, Italia Utara, dan Jerman
Selatan dapat diakses dalam waktu tiga hingga lima jam perjalanan. Wina juga melakukan
pekerjaan yang baik dalam memadukan perkembangan komersial dan sejarah; Ini adalah distrik
pertama yang menjalin secara mulus bangunan dari era empiris Habsburg, dengan pusat
perbelanjaan modern dan blok perkantoran. Pada sisi negatifnya, Wina tidak cukup spontan
atau energik seperti Dublin; Anda dapat bersenang-senang di sini, tetapi semuanya
direncanakan dengan sangat hati-hati, mulai dari pasar Natal hingga musim gugur heurigen
(pengambilan sampel anggur tahun ini di vintner atau tavern) hingga panggung musim panas
(warung terbuka di sepanjang Danube). Secara lokal, orang-orang sangat protektif terhadap
kedamaian dan ketenangan mereka, jadi Anda harus berhati-hati untuk tidak membuat
keributan setelah jam 10 malam, karena Polizei setempat sering dipanggil untuk pelanggaran
semacam itu. Ini juga dapat mengambil sedikit lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan
beberapa orang Wina, yang sering terlihat curiga pada kebiasaan Irlandia yang menarik untuk
melibatkan orang asing dalam percakapan.