Neuropati Diabetik Fix
Neuropati Diabetik Fix
PENDAHULUAN
Neuropati Diabetik adalah adanya gejala dan / atau tanda dari disfungsi
saraf dari penderita diabetes tanpa adanya penyebab lain selain diabetes mellitus
setelah dilakukan eksklusi penyebab lain. Orang dengan diabetes akan mengalami
kerusakan saraf pada seluruh tubuh dari waktu ke waktu. Pada beberapa orang
dengan kerusakan saraf tidak memiliki gejala, sedangkan pada sebagian lainnya
mungkin memiliki gejala awal seperti nyeri, kesemutan, atau mati rasa di tangan,
lengan, tungkai, dan kaki. Masalah saraf dapat terjadi pada semua sistem organ,
1
termasuk saluran pencernaan, jantung dan organ seks.
kedua jenis kelamin sama. United Kingdom Propective Diabetes Study (UKPDS)
pada tahun 1998 menemukan kejadian neuropati diabetik meningkat pada usia tua
1
dan ternyata 50% penderita berusia lebih dari 60 tahun.
2
manifestasi klinis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
mellitus. Terdapat tiga kelompok berbeda dari saraf yang dapat dipengaruhi oleh
sakit, temperature dan sensasi lainnya; saraf motorik, yang mengendalikan otot-
otot dan memberi kekuatan serta tonus; saraf autonom, yang memungkinkan
3
tubuh melakukan fungsi yang tidak disadari, misalkan saja berkeringat.
menunjukkan bahwa bahkan gangguan minimal dalam glukosa darah pada orang
4,5
kerusakan serabut saraf kecil dan nyeri neuropatik.
Gambar 2.1 Perbedaan saraf normal dan kerusakan saraf akibat neuropati diabetic
2
2.2. Etiologi
2.3. Epidemiologi
Neuropati Diabetik paling sering terjadi pada yang berumur lebih dari 50
tahun, lebih jarang pada yang berumur kurang dari 30 tahun dan sangat jarang
Minnesota dan menemukan bahwa 54% tipe 1 (insulin-dependent) dan 45% tipe 2
1,19
(noninsulin-dependent) mengalami polineuropati.
Neuropati muncul pada 7,5% pasien yang didiagnosis dengan DM. Lebih
dari setengahnya adalah distal simetris polineuropati. Tidak ada predileksi ras
yang khusus untuk diabetik neuropati. Tetapi orang yang berkulit hitam lebih
besar untuk terjadi komplikasi sekunder dari neuropati diabetik, seperti amputasi
dari extremitas bawah dibandingkan orang berkulit putih. DM mengenai baik pria
maupun wanita sama jumlahnya. Walaupun, pasien pria dengan tipe 2 diabetes
3
Neuropati simtomatik telah diakui pada individu dengan IGT dan
diabetes yang baru didiagnosa. Sumner et al. melakukan tes toleransi glukosa
oral pada 73 dari 97 pasien yang dirujuk ke tiga klinik neuromuskuler dengan asal
neuropati tidak diketahui. Hasil tes abnormal untuk 41 (56 %) orang, dengan 15
dan 26 memenuhi kriteria untuk diabetes dan IGT. Prevalensi nyeri neuropatik
tidak berbeda secara signifikan antara pasien dengan IGT (76,9 %) dan pasien
menunjukkan neuropati kurang parah pada individu dengan IGT, dimana terutama
termasuk neuropati diabetik adalah, usia tua, genetik, lamanya menderita diabetes
mellitus, dan tinggi badan. Orang yang lebih tinggi dianggap lebih rentan
mengalami neuropati diabetik karena mereka memiliki nervus perifer yang lebih
sangat berkorelasi dengan lamanya menderita diabetes dan kadar HbA1c. Secara
statistic, faktor risiko lain yang dilaporkan berpotensi dapat dirubah adalah kadar
4
kolesterol total, LDL-kolesterol dan trigliserida, indeks massa tubuh, riwayat
2.5. Klasifikasi
1
menjadi:
1. Neuropati Perifer
itu sendiri.
2. Neuropati otonom
hipoglikemia.
5
3. Neuropati Proksimal
Neuropati proksimal, kadang-kadang disebut pleksus lumbosakral neuropati,
neuropati femoral, atau amyotrophy diabetes, dimulai dengan rasa sakit di paha,
pinggul, bokong, atau kaki, biasanya pada satu sisi tubuh. Jenis neuropati lebih sering
terjadi pada orang-orang dengan diabetes tipe 2 dan pada lansia dengan diabetes.
pergi dari posisi duduk ke posisi berdiri tanpa bantuan. Pengobatan untuk kelemahan
atau nyeri biasanya diperlukan. Panjang periode pemulihan bervariasi, tergantung pada
4. Neuropati Fokal
Neuropati fokal muncul tiba-tiba dan mempengaruhi saraf tertentu, paling sering
di kepala, badan, atau kaki. Neuropati Focal menyakitkan dan tak terduga dan terjadi
paling sering pada lansia dengan diabetes. Namun, ia cenderung membaik dengan
sendirinya selama beberapa minggu atau bulan dan tidak menyebabkan kerusakan
jangka panjang.
7
Boulton et al membagi tiga klasifikasi sistem untuk diabetik neuropati yaitu:
1. Sensoris
a. Acute sensory
b. Chronic sensorimotor
2. Autonomik
a. Kardiovaskuler
b. Gastrointestinal
c. Genitourinary
7
temuan klinis dan anatomi yaitu:
d. Autonomic neuropathies
a. Limb neuropathies
a. Pressure palsies
7
menjadi:
1. Rapidly reversible
a. Hyperglycemic neuropathy
a. Sensorimotor (kronik)
b. Acute sensory
c. Autonomic
a. Cranial
b. Thoracolumbal radiculoneuropathy
c. Focal limb
menjadi:
7
1. Painful
2. Painles
2.6. Patofisiologi
Banyak teori yang dikemukan oleh para ahli tentang patofisiologi terjadinya
adanya penebalan pembuluh darah, agregasi platelet, hiperplasi sel endotelial dan
Teori jalur polyol berperan dalam beberapa perubahan dengan metabolism ini.
ke glukosa -6- phosphate oleh hexokinase, hanya sebagian kecil dari glukosa masuk
akan terjadi influks glukosa ke dalam jalur polyol. Aldose reduktase yang secara
normal mempunyai fungsi mengurangi aldehid beracun di dalam sel ke dalam alkohol
non aktif , tetapi ketika konsentrasi glukosa di dalam sel menjadi terlalu tinggi, aldose
reduktase juga mengurangi glukosa ke dalam jalur sorbitol, yang mana kemudian
8
10,11,12,13
dioksidasi menjadi fruktosa.
10,14,15
Stres oksidatif berperan utama di dalam patogenesis neuropati diabetik perifer.
Ada bukti peningkatan oksigen radikal bebas dan peningkatan beberapa penanda
13
neuropati diabetik. Indikator kuat untuk membuktikan bagaimana peran stres
19
penggunaan antioksidan baik pada binatang percobaan maupun pada pasien.
degradasi secara perlahan dan tidak cukup menebus ke membran sel. Akumulasi
kerusakan sel. Adanya peningkatan osmolalitas intraseluler, dalam kaitan aliran glukosa
kedalam jalur polyol dan akumulasi sorbitol, sebagai akibatnya akan terjadi kompensasi
dan mendorong ke arah kerusakan sel saraf. Pada percobaan binatang penurunan
+ +
mioinositol berkaitan dengan penurunan aktivitas Na /K ATPase dan
11,12
memperlambat velositas konduksi saraf.
9
glycosilation products (AGEs) melalui glikosilasi nonenzymatik pada protein seluler.
enzimatik ini merupakan hasil interaksi glukosa dengan kelompok amino pada protein.
amino pada sirkulasi atau protein jaringan. Proses ini pada awalnya membentuk produk
glikosilasi awal yang reversibel dan selanjutnya membentuk AGEs yang ireversibel.
11,13
mikroangiopati.
gangguan sintesis nitric oxyde (NOS) dan perubahan aliran darah. Ketika PKC
(PAI-1) juga meningkat. Dalam endothelial sel, PKC juga mengaktifkan nuclear
regenerasi unsur-unsur yang responsif dari saraf. Neurotrophic faktor (NF) sangat
Nerve Growth Faktor (NGF) berupa protein yang memberi dukungan besar
terhadap kehidupan serabut saraf dan neuron simpatis. Telah banyak dilakukan
penelitian mengenai adanya faktor pertumbuhan saraf, yaitu suatu protein yang
berperan pada ketahanan hidup neuron sensorik serabut kecil dan neuron simpatik
mengganggu pemeliharaan saraf. Pada banyak kasus, defisit yang paling awal,
melibatkan serabut saraf yang kecil. Pada pasien dengan DM terjadi penurunan NGF
sehingga transport aksonal yang retrograde (dari organ target menuju badan sel)
terganggu. Penurunan kadar NGF pada kulit pasien DM berkorelasi positif dengan
8
adanya gejala awal small fibers sensory neuropathy.
Penelitian mengenai peran Gamma Linolenic Acid (GLA) pada neuropati diabetik
masih belum begitu jelas, tetapi pada penelitian terjadi penurunan kada GLA pada
penderita neuropati diabetik sehingga pada pemberian GLA 480mg terjadi perbaikan
10
sensasi suhu, kekuatan otot, reflek tendon.
Gejala tergantung dari tipe neuropati dan tergantung dari saraf mana yang
terkena. Gejala biasanya tidak terlalu kelihatan pada awalnya, dan biasanya gejala
karena kerusakan saraf baru terlihat beberapa tahun kemudian. Gejala dapat meliputi
sistem saraf sensorik, motorik dan otonom. Pada beberapa orang dengan neuropati
11
fokal, onset nyerinya dapat tiba-tiba dan berat.3
Nyeri yang tajam terasa di jari kaki, kaki, tungkai, tangan, lengan dan jari
tangan
Rasa tebal, kesemutan atau nyeri di telapak kaki, kaki, tangan, telapak
tangan dan jari-jari
Disfungsi ereksi
2.8. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada neuropati diabetik yaitu pemeriksaan fisik, dimana
diperiksa tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks, dan raba halus.
Pemeriksaan kaki yang komprehensif yaitu dengan cara memeriksa kulit, apakah ada
1
luka atau tidak.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Periksa laboratorium untuk mengetahui apakah gula darah dan HbA1c pada
3
diabetes tidak terkontrol dengan baik atau yang belum diketahui.
b. Pemeriksaan Imaging
12
infark pada kelumpuhan n.okulomotorius
c. Elektromiografi (EMG)
Kecepatan Hantaran Saraf (KHS) motorik dimonitor dengan amplitude dari CMAP
bermielin yang berdiameter besar dan biasanya tungkai lebih sering terkena
1
berdiameter besar, yang tergantung dari panjangnya saraf.
Kecepatan Hantaran Saraf motorik tak boleh menurun lebih dari 50% dibandingkan
dengan nilai rata-rata normal. Kelainan pada kecepatan hantar sensorimotorik dapat
ditemukan pada pasien diabetes, walaupun secara klinis belum ada gejala
3
sensorik (N.suralis, N.peroneus dan N.medianus)
ditransmisi oleh saraf dan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan KHS.
Pemeriksaan EMG pada otot-otot distal pada ekstremitas bawah menunjukkan adanya
denervasi dalam bentuk PSW (positive sharp waves) dan fibrilasi (spontaneous
tinggi, duration yang panjang mencerminkan adanya suatu gangguan yang kronis.
1
suatu poliradikulopati.
2.9. Pencegahan
Hal yang pertama dapat dilakukan adalah pengendalian glukosa darah dan
13
monitor HbA1c ssecara berkala dan dijaga kadar HbA1c agar dipertahankan
dibawah 7%. Di samping itu pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin,
albumin, dan lipid sebagai komponen tak terpisahkan juga perlu dilakukan.19
a. Foot Hygiene
seksama. Hilangnya perasaan di kaki, bila ada lecet dan luka yang tidak diketahui
dapat menjadi suatu ulkus atau mengalami infeksi. Gangguan dalam sirkulasi
1
darah juga akan meningkatkan resiko terjadinya ulkus pada kaki.
Karena hal itu, perawatan kaki harus dilakukan secara benar dan hati-hati untuk
1
mencegah terjadinya amputasi. Caranya adalah :
handuk yang lembut dan kaki dikeringkan secara hati-hati terutama diantara jari-
jari kaki.
- Kaki dan jari kaki harus diperiksa setiap hari dengan mencari apakah ada luka,
kemerahan, pembengkakan.
- Harus selalu memakai sepatu atau sandal untuk melindungi kaki jangan sampai
luka dan kulit harus dicegah agar jangan sampai terjadi iritasi.
- Pemakaian sepatu yang cocok dan harus diperhatikan bagian dalamnya agar
supaya tidak ada ujung-ujungnya yang tajam dan dapat melukai kaki.
c. Fisioterapi
14
yang digunakan untuk menghilangkan nyeri, yang digunakan frekuensi rendah
2.10.2. Medikamentosa
berlanjutnya komplikasi dari DM. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah
kontrol glikemik dimana dengan upaya menurunkan gula darah ke level yang
normal untuk mencegah kerusakan yang lebih lanjut; diperlukan monitoring gula
darah, pengaturan diet dan exercise. Kontrol gula darah yang ketat bisa
19
menurunkan resiko neuropati 60% dalam 5 tahun.
Terapi kausatif :
vaskuler. ALA merupakan antioksidan enzimatik yang penting yaitu glutation yang
1200 mg iv per hari. ALA juga dapat menurunkan glycosylated hemoglobin melalui
Imunoglobulin (IVIg)
15
donor dengan titer antibodi yang tinggi terhadap antigen tertentu seperti virus dan
toksin. Diharapkan kumpulan berbagai antibodi ini memiliki efek netralisasi terhadap
system imun pasien. IVIg dosis besar (2g/kgBB) terbukti efektif untuk berbagai keadaan
penyakit imun. Efek immunomoduler IVIg adalah inhibisi complement deposition dan
neutralisasi sitokin. Tersedia dalam larutan 5 dan 10% dan bubuk 2,5 g, 5 g, 10 g dan
12 g untuk injeksi. Efek samping yang dapat timbul adalah mialgia, takikardi, sakit
21
kepala, nausea dan hipotensi.
NSAID
disebut COX-1 dan COX-2. Berfungsi sebagai antiinflamasi. Obat yang diberkan
berupa ibuprofen 600 mg 4x/hari, sulindac 200 mg 2x/hari. Efek samping yang
sering adalah tukak lambung yang kadang disertai anemia karena perdarahan
20,21
lambung.
16
reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi aktivitas adenilsiklasi. Sehingga
untuk menurukan nyeri tetapi dapat menimbulkan efek samping berupa dose-
dependent. Salah satu efek samping TCA yaitu bersifat toksik. Ditandai dengan
gangguan konduksi jantung dan aritmia. Pada dosis yang rendah dapat digunakan
untuk neuropati, keracunan jarang untuk dosis rendah. Yang lebih sering
25 mg, dan dalam bentuk larutan suntik 100 mg/10mL. Dosis permulaan 75 mg
20,21
sehari.
norepinefrin, obat ini dapat mengobati nyeri yang timbul karena neuropati
untuk meningkatkan aktivitas norepinephrin dan 5-HT pada sistem saraf pusat,
duloxetine umumnya dapat ditoleransi dengan baik, dosis yang dianjurkan yaitu
duloxetine diberikan sekali sehari dengan dosis 60 mg, walaupun pada dosis 120
20,21
mg/hari menunjukkan keamanan dan keefektifannya.
17
Aktivasi dari reseptor NMDA menyebabkan neuron pada medulla spinalis
dapat mengakibatkan sel merespon terhadap nyeri. Maka dari itu, anti epilepsy
dapat digunakan untuk menghilangkan nyeri pada neuropati karena salah satu
AED, khususnya gabapentin dan pregabalin adalah first line pengobatan pada
neuropati. Gabapentin dibandingkan amitriptilin dari segi efek dan efek samping
20
lebih minimal. Efek samping yang dapat muncul adalah sedasi. Gabapentin
re-
18
uptake. Dosis gabapentin (dewasa dan anak > 12 tahun) adalah 900-1800 mg/hari.
20,21
Efek sampingnya berupa ataxia, pusing, sakit kepala, somnolen dan tremor.
2+
Pregabalin, memblok Ca masuk pada ujung saraf dan mengurangi pelepasan
Pada pasien dengan creatinin clearance ≥ 60 ml/min, dosis seharusnya mulai pada
20,21
dalam 1 minggu berdasarkan keampuhan dan daya toleransi dari penderita.
membran dan menekan terjadinya impuls saraf abnormal pada neuron. Hal ini
terutama berperan menekan proses yang terjadi pada sensitisasi, sehingga sering
20,21
digunakan pada nyeri neuropatik.
Terapi tambahan :
Metilkobalamin
Merupakan satu-satunya derivate aktif dari vitamin B12 yang mempunyai efek
menstimulasi regenerasi akson saraf dan memperbaiki transmisi pada saraf. Dosis
20,21
3x250 ug metilkobalamin.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
vaskular, imun dan NGF) yang berperan pada mekanisme patogenik ND,
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan ND pada pasien DM,
yang penting ialah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah dan perawatan
20
DAFTAR PUSTAKA
8. Ametov AS, Barinov A, Dyck PJ, Hermann R, Kozlova N, Litchy WJ, et al.
The sensory Symptoms of diabetic polyneuropathy Are Improved with Alpha
Lipoic Acid acid: the SYDNEY trial. Diabetes Care 2003; 26:770-6.
12. Freeman R. The Nervus System and Diabetes . In: Kahn RC,Weir GC, King
GL, Jacobson AN, Moses AC, Smith RJ, editor. Joslin Diabetes Melitus 14 th
Edition. Boston: Lippincot t Wil liams & Wi lkins 2006 ; 952- 70.
21
13. Tesfaye S. Diabetic Neuropathy. In; Veves A, Giurini JM, LoGerfo FW,
editor. The Diabetic Foot, Second Edition. New Jersey: Humaniora Press
2006; 105-29.
16. Vincent AM, Russell JW, Low P, Feldman EL. Oxidative Stress in the
Pathogenesis osf Diabetic Neuropathy. Endocr Rev 2004; 25(4): 612-28.
18. Hoitsma E, Reulen JPH, de Baets M, Drent M, Spaans F, Faber CG. Small
fiber neuropathy: a common and important clinical disorder. J Neurol Sci
2004;227:119-30
19. Subekti I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.1902-4
21. Gunawan SG, Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI;
2006.h.172-4, 230-3
22