Anda di halaman 1dari 275

TEKNIK

FOND ASI

HARY CHRISTADY HARDIYATMO

Ciii
--
a
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utam
Jakarta, 1996
Teknik Fondasi 1
Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatrno, M. Eng., D.E.A
(Pengajar di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)

GM 209 96.119
:9 Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6, Jakarta 10270
Sampul dan Perwajahan dikerjakan oleh Pagut Lubis
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, 1996.

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengutip dan memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


'.
HARDIYATMO, Hary Christady
Teknik Fondasi I oleh Hary Christady Hardiyatrno,
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1996
280 him; 2 jilid; 24 cm
No. jilid lengkap

ISBN 979-605-11-4
979-605-119-2 (jilid 1)
979-605-120-6 (jilid 2)
1. Fondasi I. Judul.

624.15

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta


!si di luar tanggung jawab Percetakan PT Gramedia
Untuk
ayah, ibu,
istri,
anak,
dan
persembahan buat
bangsa dan negaraku,
Indonesia
DAFTAR ISI

KATA PEN GANTAR ix

1 S IFAT-SIFAT TEKNIS TANAH DAN BATUAN 1


1.1 Tanah 1
1.1.1 Identifikasi Tanah 1
1 . 1 .2 Kadar Air, Angka Pori, Porositas, dan Berat Volume Tanah 2
1.1.3 Analisis Ukuran Butiran 9
1 . 1 .4 Kuat Geser 11
1 . 1 .5 Permeabilitas 14
1 . 1 .6 Tegangan Efektif 16
1.1.7 Sifat-sifat Teknis Tanah 18
1.1.8 Klasifikasi Tanah 27
1 .2 Batuan 32
1 .2.1 Sifat-sifat Teknis Batuan 32
1 .2.2 Daya Dukung 34

2 PEN YELIDIKAN TANAH 35


2.1 Pendahuluan 35
2.2 Cara Penyelidikan 35
2.3 Alat-alat Penyelidikan Tanah 36
2.4 Alat-alat Pengambilan Contoh Tanah 40
2.5 Penanganan C:mtoh Tanah 45
2.6 Laporan Hasil Pengeboran 45
2.7 Penyelidikan Tanah di Lapangan 46
2.7. 1 Pengujian Penetrasi Standar (SPT) 47
2.7.2 Pengujian Penetrasi Kerucut Statis 49
2.7.3 Pengujian Beban Pelat 50
2.7.4 Pengujian Geser Baling-baling di Lapangan 51
2.8 Pengujian di Laboratorium 53
2.9 Denah Titik-titik Penyelidikan 55
2.10 Kedalaman Lubang Bor 57
2.1 1 Informasi yang Dibutuhkan untuk Penyelidikan Tanah 58
2.12 Laporan Penyelidikan Tanah untuk Perancangan Fondasi 59

3 DAYA DUKUNG 62
3.1 Macam-macam Tipe Fondasi 62
viii Daftar isi

3.2 Tipe-tipe Keruntuhan Fondasi 62


3.3 Teori Daya Dukung 66
3.3 . 1 Analisis Terzaghi 67
3.2.2 Fondasi pada Tanah Pasir 83
3.2.3 Analisis Skempton untuk Fondasi pada Tanah Lempung 87
3.2.4 Persamaan Daya Dukung Vesic 93
3.2.5 Analisis Meyerhof 97
3.2.6 Pembebanan Eksentris 1 03
3.2.7 Pembebanan Miring 106
3.2.8 Kombinasi Pembebanan Miring dan Eksentris 111
3.2.9 Fondasi pada Lereng 1 14
3.2.10 Tahanan Fondasi terhadap Gaya Angkat ke Atas 1 16
3.2. 1 1 Daya Dukung Fondasi pada Tanah Berlapis 1 18
3.2. 11.1 Dua Lapisan Lempung dengan Sifat Berbeda 1 18
3.2.11.2 Tanah Granuler di atas Tanah Lempung 123
3.2.11.3 Daya Dukung Fondasi yang Berdekatan 131
3.2.12 Daya Dukung dari Hasil Pengujian di Lapangan 131
3.2.13 Faktor Aman 139

4 PENURUNAN 142
4.1 Pendahuluan 142
4.2 Tekanan Sentuh 143
4.3 Distribusi Tegangan di dalam Tanah 143
4.3.1 Beban Titik 144
4.3.2 Beban Terbagi Rata Berbentuk Lajur Memanjang 149
4.3.3 Beban Terbagi Rata Berbentuk Empat Persegi Panjang 1 50
4.3.4 Beban Terbagi Rata Berbentuk Lingkaran 154
4.3.5 Beban Terbagi Rata Luasan Fleksibel Berbentuk Tak Teratur 156
4.3.6 Metode Penyebaran 2V : lH 158
4.4 Hitungan Penurunan 1 60
4.4.1 Penurunan-segera 161
4.4. 1.1 Tanah Homogen dengan Tebal Tak Terhingga 1 61
4.4.1.2 Lapisan Pendukung Fondasi Dibatasi Lapisan Keras 1 64
4.4.1.3 Penurunan-segera dari Hasil Pengujian di Lapangan 1 70
· 4.4.2 Peiuininan Konsolidasi Primer 1 76
4.4.2.1 Hitungan Penurunan 178
4.4.2.2 Kecepatan Penurunan Konsolidasi 183
4.4.3 Penurunan Konsolidasi Sekunder 188
4.5 Pengembangan Tanah Akibat Penggalian 195
4.6 Estimasi Penurunan pada Periode Pelaksanaan 195
4.7 · Pertimbangan-pertimbangan dalam Menghitung Penurunan 196
4.7.1 Fondasi pada Tanah Pasir 196
4.7.2 Fondasi pada Tanah Lempung 198
4.8 Penurunan Diizinkan 199
4.9 Perhatian yang Diperlukan untuk Menanggulangi Kerusakan Bangunan
akibat Penurunan 202
5 PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN FONDASI 205
5.1 Langkah-langkah Umum Perancangan Fondasi 205
5.2 Pe:pentuan Daya Dukung Diizinkan 205
5.2.1 Fondasi pada Tanah Pasir 206
5.2.2 Fondasi pada Tanah Lempung 207
5 .2.3 Fondasi pada Lanau dan Loess 209
5 .2.4 Fondasi pada Tanah Organik 210
5 .2.5 Fondasi pada Tanah c dan <p 210
5.2.6 Fondasi pada Tanah Timbunan 210
5.2.7 Fondasi pada Batu 211

6 FONDASI TELAPAK TERPIS AH DAN FONDASI MEMANJANG 212

6.1 Pendahuluan 212


6.2 Perancangan 213
6.2.1 Daya Dukung Diizinkan 213
6.2.2 Perancangan Struktural 213
6.2.3 Langkah-langkah Perancangan Fondasi 217
6.3 Kedalaman Fondasi 219
6.4 Pemilihan Dimensi Fondasi 220
6.5 Pengontrolan selama Pelaksanaan 220
6.6 Hubungan Kolom dan Fondasi 221

7 FONDASI TELAPAK GABUNGAN DAN FONDASI TELAPAK


KANTILEVER 229

7.1 Pendahuluan 229


7.2 Perancangan Fondasi Telapak Gabungan 230
7.2.1 Daya Dukung Diizinkan 230
7.2.2 Perancangan Struktural 230
7.3 Fondasi Telapak Kantilever 235
7.3. 1 Daya Dukung Diizinkan 236
7.3.2 Perancangan Struktural 236
7.4 Pemilihan Beban-beban Kolom 237

8 FONDASI RAKI T 247


8.1 Pendahuluan 247
8.2 Daya Dukung Diizinkan 247
8.2. 1 Daya Dukung 247
8.2.2 Penurunan 248
8.3 Perancangan 250
8.4 Pengembangan Tanah Akibat Penggalian Tanah Fondasi 254
8.5 Penahan Air dan Drainase pada Ruang Bawah Tanah 254

DAFTAR PUS TAKA 261


INDEKS 263
TENTANG PENULIS 267
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT buku Teknik Fondasi 1 ini dapat diselesaikan.
Teknik fondasi merupakan paduan seni dan sains dalampenerapan pertimbangan-per­
timbangan teknis dan prinsip-prinsip mekanika tanah. Yaitu, penerapan dalam hal memilih
tipe, merancang, dan membangun bagian terbawah dari bangunan yang meneruskan berat
bangunan tersebut ke tanah atau batuan yang mendukungnya. Perkembangan penge­
tahuan mekanika tanah dan teknik fondasi saat ini memungkinkan para insinyur Teknik
Sipil merancang fondasi dengan ketelitian yang memadai, yaitu dalam menentukan sifat­
sifat teknis tanah dan tipe fondasi yang sesuai agar bangunan yang dirancang aman, eko­
nomis: dan terjamin stabilitasnya.
Seperti buku-buku Mekanika Tanah 1 dan Mekanika Tanah 2 yang telah diterbitkan sebe­
lumnya, buku Teknik Fondasi 1 ini disusun dengan maksud untuk mengisi perbendaha­
raan buku-buku teknik fondasi dalam Bahasa Indonesia yang masih sulit dijumpai. Buku
ini dapat dijadikan buku pegangan bagi para mahasiswa baik, dari S...l maupun S-2 dalam
mata kuliah Teknik Fondasi I, dan sekaligus dapat dijadikan referensi yang sangat berguna
bagi para perancang dan pengawas pelaksanaan pembangunan gedung-gedung dalam
merancang dan membangun fondasi bangunan. Materi yang disajikan merupakan infor­
masi data yang penting, yang sangat dibutuhkan dalam perancangan fondasi pada umum­
nya. Teori-teori dan pembahasan yang diberikan mengacu pada buku-buku yang
tercantum dalam daftar acuan. Untuk mempermudah pemahaman teori yang diberikan,
contoh-contoh aplikasi diberikan dalam bentuk contoh-contoh soal dan penyelesaian.
Buku ini terdiri dari dua jilid. Dalam jilid I, pembahasan ditujukan pada sifat-sifat teknis
tanah dan batuan, penyelidikan tanah, dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
perancangan fondasi dangkal pada umumnya. Yaitu, mengenai pembahasan teori daya
dukung, penurunan, dan pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi. Masa­
lah perancangan fondasi dangkal yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan bangunan,
dibahas dalam bab-bab perancangan fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang, fon­
dasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever, serta fondasi rakit.
Tiada gading yang tak retak, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan bagi
para pembaca yang memberikan kritik dan saran membangun guna kesempurnaan buku
ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. J.P. Gourc, guru besar di Universite
Joseph Fourier, Grenoble, Prancis, pembimbing penulis selama tugas belajar di Prancis,
yang telah memberikan banyak tambahan pengetahuan mengenai mekanika tanah dan
teknik fondasi serta teori-teori perkuatan tanah, yang secara tidak langsung telah sangat
membantu kelancaran penulis dalam penyajian dan penulisan. Tak lupa terima kasih tak
terhingga ditujukan kepada istri, Dra. Isminarti, dan anak-anak, Kamma, Egha, dan Mer-
r

xii Kata pengantar

langen yang telah memberikan banyak dorongan, semangat, serta penantian yang penuh
kesabaran selama penulis tugas belajar di luar negeri.

Hary Christady Hardiyatmo


1
SIFAT-SIFAT TEKNIS
TANAH DAN BATUAN

1.1 Tanah

Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran hutiran-butiran mineral dengan atau
tanpa kandungan hahan organik. Butiran-hutiran tersehut dapat dengan mudah dipisah­
kan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini herasal dari hasil pelapukan batuan,
haik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi oleh sifat
hatuan induk yang merupakan material asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar
yang menjadi penyehah terjadinya pelapukan hatuan tersehut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam teknik sipil
untuk memhedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau
lehih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan
organik. Material campurannya, kemudian dipakai sehagai nama tamhahan di helakang
material unsur utamanya. Sehagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang
mengandung lanau, dengan material utamanya adalah lempung dan sehagainya.

1.1.1 Identifikasi Tanah


Tanah herhutir kasar dapat diidentifikasi herdasarkan ukuran hutiran. Butiran-hutiran
yang herdiameter !e!Jih hesar dari 2 mm, diklasifikasikan sehagai kerikil. Jika hutirannya
dapat terlihat oleh mata, tetapi ukurannya kurang dari 2 mm, tanah ini dl.sehut pasir. Tanah
pasir disehut pasir kasar jika diameter hutirannya herkisar antara 2-0,6 mm, disehut pasir
sedang jika diameter butirannya antara 0,(H),2 mm, dan disehut pasir hnlus hila diameter
butirannya antara 0,2-0,0 6 mm.
Lanau anorganik adalah tanah herhutir halus yang terdiri dari fraksi-fraksi tanah mi­
kroskopis yang mengemhangkan plastisitas atau kohesi. Plastisitas menjadi kecil jika ter­
dapat kandungan butiran halus dan bulat quart yang disehut tepung batu. Jenis lanau yang
lehih plastis mengandung hanyak hutiran herhentuk serpihan-serpihan yang disehut lanau
plastis. Butiran lempung yang lebih halus dari lanau merupakan kumpulan butiran mineral
kristalin yang hersifat mikroskopis dan herhentuk serpihan-serpihan atau pelat-pelat.
Material ini hersifat plastis, kohesif, dan mempunyai kemampuan dalam menyerap ion­
ion. Sifat-sifat tersehut sangat dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah.
Cara memhedakan antara tanah lanau dan lempung telah diberikan oleh Peck, dkk.
(1953), yaitu dengan mengamhil tanah hasah yang dicetak dan dikeringkan, kemudian
dipecah ke dalam fragmen-fragmen kira-kira herukuran 1/8 inci (3,1 mm) dan ditekan di
antara jari telunjuk dan ihu jari. Fragmen lempung hanya dapat pecah jika ditekan dengan
usaha yang relatif hesar, sedang fragmen lanau dapat pecah dengan mudah hila ditekan.
2 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

1.1.2 Kadar Air, Angka Pori, Poro sita s , dan Bera t Vo lume Tanah

Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu: udara, air, dan bahan paqat. Udara dianggap tak
mempunyai pengaruh teknis, sedang air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah.
Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara.
Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga
terisi oleh udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering
adalah tanah yang tak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
Hubungan-hubungan antara kadar air, angka pori, porositas, berat volume, dan lain­
lainnya tersebut sangat diperlukan dalam praktek. Gambar 1 .1 memperlihatkan kondisi
tanah beserta komponen-komponennya.

berat volume berat volume

w. udara

(W) (V)

w.

(a) {b)

Gambar 1.1 Diagram fase tanah.

Angka pori (e), didefinisikan sebagai:

VV
e ( 1.1)
v,

dan porositas (n), didefinisikan sebagai:

VV
n ( 1.2)
V

Hubungan antara e dan n, adalah:

e
n ( 1.3)
l+e
atau

fl
e (1.4)
l-n
Teknik Fondasi 1 3

dengan
Va = volume udara
V w= volume air
I
Vs = volume butiran padat
Vv = volume rongga pori= Va + V w
V = volume total= Vv +Vs

Kadar air (w):


w
w = �x iOO% (1:5)
ws

Berat volume kering ('{d) :

( 1.6)

Berat volume basah ('{b):


W+W
s w
( 1.7)
V
Berat volume butiran padat ('f ):
s

( 1.8)

Berat jenis (specific gravity) ( Gs) :

( 1.9)

dengan
w W5 + Ww + Wa= W5 + Ww
W s = berat butiran padat
Ww = berat air
Wa berat udara, dianggap sama dengan nol
'fw berat volume air

Derajat kejenuhan (S), adalah perbandingan volume air (V w) dengan volume total
rongga pori tanah (Vv), atau

( l.lOa)

Hubungan w, G5, clan e adalah:


wG.I
s = ( l.IOb)
e
4 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

Bila tanah dalam keadaan jenuh (S = 1), berlaku:


e = w Gs (l.lOc)

Dari persamaan-persamaan di atas dapat dibentuk hubungan sebagai berikut:

G·' yw( 1+w)


(l.l1a)
'Yb = -----
1 +e

yb dapat pula dinyatakan dalam hubungannya dengan berat volume kering (y) dan kadar
air (w):
(l. 1 1b)

Hubungan antara yb, n, G, dan w:

"(b = G,y (l-n) ( 1+w)


( (l.llc)
w
Berat volume tanah jenuh (S = 1):
"( (Gs+e)
w
'Ysat
=
__
_ __
l +e
.
(1 1 2)

Berat volume tanah kering:

(l.l3a)

Dari Persamaan (l.llc), bila w = 0 (tanah kering),

"(d = G,Yw( 1-n) (l.l3b)

Bila tanah terendam air, berat volume tanah terendam dinyatakan sebagai y', dengan

(1.14a)

Dapat pula dinyatakan dalam:

(G-
, 1)y
w
y' = ( 1.14b)
1+e
atau
----
y' = (1-n) (Gs-l)yw (l.l4c)

Kerapatan relatif (relative density) (D ,) umumnya dipakai untuk menunjukkan tingkat


kepadatan tanah berbutir kasar di lapangan yang dinyatakan dalam persamaan:
e
maks-e
Dr = --
--­
(1.15)
e -e .
maks mm
dengan
emaks= kemungkinan angka pori maksimum
emin kemungkinan angka pori minimum
e angka pori pada keadaan di lapangan.
Teknik Fondasi 1 5

Kemungkinan angka pori terbesar atau kondisi terlonggar dari suatu tanah disebut
angka pori maksimum (emaks>· Sedang angka pori minimum (emin) adalah kemungkinan angka
pori pada kondisi terpadat yang dapat dicapai oleh tanah.
Pada tanah pasir dan kerikil, kerapatan relatif digunakan untuk menyatakan hubungan
antara angka pori nyata dengan batas-batas maksimum dan minimum dari angka porinya.
Persamaan (1.13) dapat dinyatakan dalam persamaan, sebagai berikut:

G,Yw
Yd(maks) ( 1.16a)
1 +e
min
dan

G,Yw
Yd (min) (1. 16b)
l+e
maks

Dari Persamaan (1.15) dan (1.16), dapat ditentukan persamaan:

( l.l7)

dengan Yd(mak sJ dan Yd(min berturut-turut adalah berat volume kering maksimum dan
)
minimum pada tanah yang d1tinjau. Kerapatan relatif dinyatakan dalam persen.
Kepadatan relatif (relative compaction)(Rc) didefinisikan sebagai nilai banding berat vo­
lume kering pada kondisi di lapangan dengan berat volume kering maksimumnya:

yd
R = --­ ( 1.18)
c
Yd(maks)

Re dinyatakan dalam persen.

Contoh soal1.1:
Suatu contoh tanah mempunyai berat 17,75 gram dan volume 10,55 ml. Setelah contoh
tanah ini dikeringkan dalam oven selama 24 jam, beratnya tinggal 15,2 gram. Jika G5 2,7
=

ditanyakan:
(a) Kadar air sebelum dikeringkan w.
(b) Berat volume basah Yb·
(c) Berat volume kering Yd·
(d) Derajat kejenuhan S, sebelum dikeringkan.

Penyelesaian:
(a) Kadar air (w):

17,75 -15,2
w = ----- x iOO% 16,7%
w·' 15,2
6 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

(b) Berat volume basah (Yb):

17,75 3
1,68g/ml 1,68 g/cm
10,55

(c) Berat volume kering (yd) :

1,68 3
= 1, 44g/cm
1 + 0,167

(d) Derajat kejenuhan (5), sebelum dikeringkan:


Volume air awal:

3
= 0,167 x 15,2 x 111 = 2, 54 cm

Volume butiran padat:

ws 15,2 3
Vs = = 5, 63 cm
G,Yw 2,7 X 1

3
V + Vs = 2,54 + 5,63 = 8, 17 cm
w

Volume rongga udara:

3
Va = 10,55-8,17 = 2, 38 cm

Derajat kejenuhan:

Vw 2,54
s = --- = 0,52 = 52%
Vw + V 2,54 + 2,38
a

Contoh soal1.2:
Diketahui lapisan tanah beserta nilai-nilai n, G5, dan w seperti yang ditunjukkan dalam
Tabel Cl.l.
(a) Gambarkan diagram tegangan yang menggambarkan distribusi tegangan di dalam
tiap-tiap lapisan tanah, bila muka air tanah terletak pada kedalaman 1 1 m dan lapisan
tanah lempung di atas muka air tanah dianggap tidak jenuh.
(b) Gambarkan diagram tegangannya bila muka air tanah terletak 2 m di bawah permuka­
an.
Teknik Fondasi 1 7

Tabel C1.1

Kedalaman (m) Jenis tanah n Gs w(%)

0,0-2,0 Pasir 0,35 2,65 5

2,0 - 6,0 Lanau 0,38 2,68 18

6,0 - 13,0 Lempung 0,42 2,69 27

Penyelesaian:
Berat volume basah: y h = G Yw (1-n) ( 1 + w)
,
Berat volume terendam: y' = (1 - n) ( G .- 1) yw
1

3
Pasir : Yh = 2,65 X 1 X ( I-0,35) (1 + 0,05) = 1,81 t!m
3
Lanau : Yh = 2,68 X I X (I -0,38) (1 + 0,18) = 1,96 t!m
3
y ' = (1 -0,38) (2,68 -I) x 1 = 1,04 t!m
3
Lempung : Yh = 2,69 X 1 X ( I-0,42) (I + 0,27) = 1,98 t/m

y' 3
= (I -0,42) (2,69 -I) x 1 = 0,98 t!m

(a) Muka air tanah pada kedalaman 11 m.

2
Kedalaman (m) 'Lyz (t/m )

0 ,0 0,0

2,0 I,8I X 2 = 3,62

6,0 3,62 + ( 4x I,96) = 1I,46

11,0 II,46 + (5 X I,98) = 2I,36

13,0 21,36 + (2 X 0,98) = 23,32

(b) Muka air tanah pada kedalaman 2 m.

3
Kedalaman (m) 'Lyz (t/ m )

0,0 0,0

2,0 2 X I,8I = 3,62

6,0 3,62 + ( 4 X I,04) = 7,78

13,0 7,78 + (7 X 0,98) = 14,64


8 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

Nilai-nilai tegangan yang diperoleh pada dua kondisi muka air tanahnya, kemudian
digambarkan pada Gambar C1.1.

( a) (b)
O,O m

2,0 m

6,0 m

lempung

11,0 m

13,0 m

GambarC1.1
(a) Muka air tanah pada z = 11 m
(b) Muka air tanah pada z = 2 m

Contoh soal 1. 3:
Lapisan tanah pasir dengan tebal H = 3,50 m, kerapatan relatif Dr 20%, emin = 0,39, dan
=

emaks 0,92. Setelah dipadatkan kerapatan relatifnya menjadi 80%. Berapakah penurunan
=

tanah setelah dipadatkan.

Penyelesaian:
Dari Persamaan (1.15), dapat diperoleh persamaan angka pori kondisi di lapangan:

(1) Kondisi awal (Dr = 20%):

= 0,92 -0,20(0,92-0, 39) = 0,81

(2) Setelah dipadatkan (Dr = 80%):

e2 = 0, 92 -0,80(0,92 -0, 39) = 0,50


Teknik Fondasi 1 9

It,.h
rongga rongga
..
... .. .:'.
: ..
. ·. : .
.. . . h
. . .

.
butiran butiran
..
·.
.. ..

GambarC1.2

Bila volume butiran V5 dianggap 1 , e = Vv/V5 = Vv atau dengan kata lain volume rongga
pori sama dengan angka porinya.
Dari Gambar C1.2:

e,- e2
D.h 0,81 - 0,50
= 0'17
h 1 + e1 1 + 0,81

Penurunan di lapangan ( !1H ) , dinyatakan oleh persamaan:

!1H 11h

H h

Jadi, penurunan setelah pemadatan:

!1H :::: 0, 1 7 X 3,50 = 0,6 m

1.1.3 Analisis Ukuran Butiran

Di alam, tanah berisi berbagai macam ukuran butiran, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dalam Gambar 1.2, disajikan pembagian nama jenis tanah didasarkan pada ukur­
an butirannya menurut USDA, ASTM, MIT, dan International Nomenclature. Pembagian
nama jenis tanah, umumnya dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
(a) Batuan, adalah butiran yang berdiameter lebih besar dari 3 inci.
(b) Kerikil adalah butiran yang tinggal dalam saringan berdiameter 2 mm (nomor 10).
(c) Pasir adalah butiran yang tinggal dalam saringan berdiameter lubang 0,075 mm
(nomor 200).
(d) Lanau dan lempung adalah butiran yang lolos saringan berdiameter lubang 0,075 mm
(nomor 200).

Variasi ukuran butiran tanah dan proporsi distribusinya dapat merupakan indikator
yang sangat berguna untuk mengetahui perilaku tanah dalam mendukung beban fondasi.
Sebagai contoh, jika tanah terdiri dari berbagai macam ukuran.butiran, !Uaka tanah tersebut
akan lebih padat d_an stabil daripada tanah yang terdiri dari butiran-butiran yang seragam.
Karena tanah yang berisjberbagai tnacam'ukuran butiran mempunyai sifat-sifat yang baik,
maka tanah ini disebut bergradasi-baik (well-graded).�Sebaliknya, tanah yang tE�rdiri cfari sedi­
kit variasi ukuran butiran, kurang dapat mendukung beban dengan baik. Tanah ini di-
10 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

sebut tanah bergradasi-buruk (poorly-graded), yang umumnya sangat sulit dipadatkan, ter­
utama saat kering. Pasir laut umumnya bergradasi buruk dan tak dapat dipadatkan de­
ngan baik, sehingga tak dapat mendukung beban yang besar. Tanah derigan ukuran butiran
yang seragam juga bergradasi buruk.

-�1 l
2,0 mm 1,0 0,5 0,25 0,1 0,05 0,002 mm

kerikil
Bureau sanga1
of Soils ��-s_a�- _ halus halus lanau
USDA
lempung

pasir

0,075 0,005 0,001

ASTM
pasir halus lanau lempung lempung koloidal

2 0 mm 06 02 0 06 0 006 0 002 0 0006 0 0002 mm

MIT
nomen­
clature
kasar
I sedang

pasir
I ha!us kasar
I sedang

lanau
I haius kasar
I sedang

lempung
I ha Ius

1 I I
2,0 mm 1,0 0,5 0,2 01 0 05 0 02 0,006 0 002 0,0006 0,0002 mm

Inter­
national
nomen­
clature
Mnga1
kasar kasar sedang halus kasar I ha!us kasar
I halus kasar
I halus I Mnga1 halus

pasir Mo lanau lempung

Gambar 1 .2 Klasifikasi butiran menurut sistem USDA, ASTM, M IT, International Nomenclature.

Di laboratorium, untuk mengetahui proporsi distribusi butiran, dilakukan analisis sa­


ringan dan pengujian sedimentasi atau pengujian hi drometer. Contoh hasil pengujian ter­
sebut disajikan dalam Gambar 1.3. Dalam analisis butiran, 010 yang disebut ukuran efektif
(effective size), didefinisikan sebagai berat butiran total yang mempunyai diameter butiran
lebih kecil dari ukuran butiran tertentu. 010 0,5 mm, artinya 10% dari berat butiran total =

berdiameter kurang dari 0,5 mm. Dengan cara yang sama, 03o dan 06o didefinisikan se­
perti cara tersebut.
Kemiringan dan bentuk umum dari kurva distribusi butiran dapat dinyatakan oleh koe­
fisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc), yang diberikan menurut persamaan:

c ( 1.19)
u

c ( 1.20)
c
(D60) (DIO)
Untuk pasir, tanah bergradasi baik jika 1<Cc<3 dengan Cu > 4. Kerikil bergradasi baik,
jika 1 <Cc<3 dengan Cu > 6. Bila persyaratan Cc telah terpenuhi, dan nilai Cu > 15, maka
tanah termasuk bergradasi sangat baik.
Teknik Fondasi 1 11

100 ' Ill I I I I


'""
90 \. ..,.,... Gradasi buruk
80 \/ 06o.= 0,14 mm
\
\ 03o = 0,09 mm

e...
70
...... \ 010 = 0,053 mm
"' ...... \
60
� \
0
:2
c:
!!! 50 \
:g '). \
.0 Gradasi baik .-1' ........,
Q) 40
"' 060 = 2 mm ......
.!!! ......_
c:
Q) 30 030 = 0,07
010 = 0,001 mm i
,_
I!!
Q) ---
c.. 20
f-.
10 �
' I �
0 I I I r-. I I
10 0.1 0.01 0.001

Ukuran butiran (mm)

Gambar 1.3 Distribusi ukuran butir tanah

Distribusi ukuran butiran tanah berbutir kasar ditentukan dari analisis saringan. Ukur­
an saringan terkecil, umumnya, dipakai saringan nom or 200 standar Amerika, a tau ukuran
diameter lubang 0,075 mm. Karena ukuran ini sangat dekat dengan batas ukuran butiran
lanau dan pasir, maka saringan nomor 200 sering dipakai untuk memisahkan antara mate­
rial berbutir kasar dan yang berbutir halus ketika hanya dipakai analisis saringan saja. Bu­
tiran-butiran yang lolos saringan nomo� 200 diuji dengan cara sedimentasi atau hidrometer.

1.1.4 Kua t Geser

Kuat geser tanah dan batuan dapat dinyatakan dalam persamaan Coulomb:

s = c+ ( cr- u) tg<j> ( 1.21)

dengan
s tahanan geser atau kuat geser tanah
c kohesi
cr tegangan total .
u tekanan air pori .
<Jl sudut gesek dalam tanah

Komponen kohesi tidak bergantung pada tegangan normal. Sebaliknya, komponen


tahanan gesek bergantung pada besarnya tegangan normal.
Karena tanah berbutir kasar tak mempunyai komponen kohesi (c = 0), maka kuat
gesernya hanya bergantung pada gesekan antarbutir tanahnya. Tanah-tanah semacam ini
12 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

sering disebut tanah granuler, tanah tak kohesif atau tanah non-kohesif. Sebaliknya, tanah yang
banyak mengandung butiran halus, seperti: lempung, lanau, dan koloid, sering disebut ta­
nah berbutir ha/us atau tanah kohesif.

(a) Tanah Granuler

Tanah ini mempunyai tahanan geser yang berupa gesekan. Tahanan gesernya merupakan
fungsi dari tegangan normal. Jika tegangan normal besar, tahanan geser juga membesar.
Pada Gambar 1 .4, diperlihatkan bahwa kuat geser tanah granuler bertambah secara lang­
sung dengan kenaikan tegangan normal. Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja
tegak lurus pada bidang gesernya. Jika tanah granuler kering dan tegangan normalnya nol,
tahanan gesernya juga nol. Bila tanahnya basah, kemungkinan tanah ini dapat mempunyai
kohesi yang lemah. Namun kohesi tersebut tidak boleh diperhitungkan sebagai bagian dari
kuat geser tanah hila dipakai dalam perancangan fondasi.

S= crtglj>

cr

Gambar 1.4 Kuat geser tanah granuler.

(b) Tanah Kohesif

Jika beban diterapkan pada tanah kohesif yang jenuh, maka pertama kali beban tersebut
akan didukung oleh tekanan air dalam rongga pori tanahnya. Pada kondisi ini, butiran­
butiran lempung tidak dapat mendekat satu sama lain untuk mengembangkan tahanan
geser selama air pori di dalam rongga pori tidak keluar meninggalkan rongga tersebut.
Karena rongga pori tanah lempung sangat kecil, keluarnya air pori meninggalkan rongga
pori memerlukan waktu yang lama. Jika sesudah waktu yang lama setelah air dalam
rongga pori berkurang, butiran-butiran lempung dapat mendekat satu sama lain sehingga
tahanan gesek tanahnya berkembang. Masalah ini tak dijumpai pada tanah granuler yang
rongga porinya relatif besar, karena sewaktu beban diterapkan, air langsung keluar dari
rongga pori dan butiran dapat mendekat satu sama lain yang mengakibatkan tahanan
geseknya langsung berkembang.
Dalam tanah kohesif, untuk memperoleh nilai kuat gesernya, penting untuk mengetahui
besar tekanan air pori dalam tiap tahap pengujian. Jika pengujian kuat geser, misalnya pe-
Teknik Fondasi 1 13

ngujian triaksial, dilakukan pada tekanan keliling (cr3) yang berbeda dengan tanpa mem­
berikan waktu untuk keluarnya air pori meninggalkan tanahnya (kondisi tanpa-drainase,
undrained), maka pada setiap pengujian, untuk contoh tanah yang 'identik a tau sama, akan
diperoleh tegangan-tegangan utama efektif ( cr1' dan cr {) yang sama, Demikian pula, nilai
beda tegangan saat runtuh (!J.cr = cr1 -cr3) juga akan sama (cr1 adalah tegangan utama
1
mayor dan cr3 adalah tegangan utama minor). Pada kondisi ini hanya akan diperoleh nilai
kohesi tanpa-drainase (cu), dengan <p = 0 (Gambar 1.5).

�] Gambar 1.5 Kuat geser tanah kohesif.

Namun, jika pada saat pembebanan, air pori diberi waktu untuk meninggalkan tanah­
nya (kondisi dengan-drainase, drained), terdapat kemungkinan butiran-butiran mendekat
satu sama lain dan kuat geser lempungnya bertambah. Hal ini diperlihatkan dalam Cam­
bar 1.5 dengan garis membentuk sudut <p ' terhadap absis, yang berarti bahwa kuat geser
lempung bertambah jika tegangan normal bertambah, asalkan tegangannya berupa
tekanan intergranuler atau tegangan efektif. Untuk memperoleh hasil tersebut, contoh tanah
diberi waktu untuk terjadinya penghamburan tekanan air pori pada penerapan tegangan
normalnya. Dengan demikian tekanan yang didukung contoh tanah berupa tegangan efek­
tif. Pada kondisi ini akan diperoleh nilai kohesi efektif (c ) dan sudut gesek dalam efektif ( <p ') .
'

Sedang kuat geser tanahnya dinyatakan oleh persamaan s = c' + cr' tg <p ' .

(c) Pengujian Kuat Geser

Terdapat beberapa cara pengujian di mana kuat geser tanah dapat diukur, antara lain:
pengujian geser-langsung (direct shear test), pengujian triaksial, pengujian tekan-bebas (un­
confined compression test), dan pengujian geser baling-baling (vane shear test). Gambar ske­
matis dari alat-alat pengujian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.6. Penjelasan dari
masing-masing pengujian dalam memperoleh parameter kuat geser tanahnya dapat di­
pelajari dalam buku Mekanika Tanah I (Hary Christady Hardiyatmo, 1992).
14 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

beban vertikal

(b) lubang ventilasi


(a) pelat beban gaya normal
udara

kotak
geser
batu tembus air

':ili:.'i'i1'1t-tt- membran karet


contoh tanah
'-F,o,�-tt-cH- contoh benda uji
tanah

ke pengukuran
ke peralatan tegangan sel
tekanan pori
(c)
(d) (_) torsi

batang baja

T
_l
f--d----1

Gambar 1.6 Metode pengujian kuat geser tanah.


(a) Pengujian geser langsung
(b) Pengujian triaksial
(c) Pengujian tekan-bebas
(d) Pengujian geser baling-baling

1.1.5 Permeabilitas

Kondisi aliran air di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar 1 .7. Menurut Darcy (1856),
kecepatan aliran air di dalam tanah dinyatakan oleh persamaan:

V = ki ( 1.22)

dengan
v kecepatan rembesan
k koefisien permeabilitas
/:;.hi L
= gradien hidrolik
/::;.h selisih tinggi energi total
L panjang lintasan aliran
.'

Teknik Fondasi 1 15

Gambar 1. 7 Rembesan di dalam tanah.

Nilai k yang mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan v, terutama bergantung
pada macam bahan lolos air yang dilalui, berat volume dan kekentalan airnya. Umumnya,
nilai k bertambah j ika ukuran rongga tanah bertambah. Jadi, nilai k bertambah jika besar
butiran tanah bertambah. Selain itu, bentuk ruang pori juga mempengaruhi nilai permea­
bilitasnya. Hazen memberikan hubungan nilai k sebagai berikut:

( 1.23)

dengan 010 dalam satuan cm. Telah diamati bahwa nilai k tanah granuler mendekati sama
dengan kuadrat nilai angka porinya (e), atau:

( 1.24)

Kecepatan air merembes dalam tanah sebenarnya adalah v5 = v/n, dengan n adalah po­
rositas tanah.
Permeabilitas tanah bergantung pada ukuran butiran tanah. Karena butiran tanah lem­
pung berukuran kecil, kemampuan meloloskan air juga kecil. Dalam praktek, lempung
dianggap sebagai lapisan yang tak lolos air atau kedap air, karena pada kenyataannya per­
meabilitasnya lebih kecil daripada beton. Tanah granuler merupakan tanah dengan perme­
abilitas yang relatif besar hingga sering digunakan sebagai bahan filter. Namun, akibat
permeabilitas yang besar, tanah ini menyulitkan pekerjaan galian tanah fondasi yang
dipengaruhi air tanah, karena tebing galian menjadi mudah longsor. Lagi pula, aliran yang
terlalu cepat dapat merusak struktur tanah dengan menimbulkan rongga-rongga yang
dapat mengakibatkan penurunan fondasi. Pengujian permeabilitas dapat dilakukan di
lapangan maupun di laboratorium.
r

16 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

1.1.6 Tegangan Efektif

Tegangan-tegangan yang bekerja di dalam tanah atau batuan jenuh yang terendam air da­
pat dibagi menjadi dua macam:
(1) Tegangan-tegangan yang dikirimkan dari butiran yang satu ke butiran yang lain yang
disebut tekanan intergranuler atau tegangan efektif.
(2) Tegangan-tegangan yang bekerja di dalam air, yang mengisi rongga pori, disebut
tekanan pori atau tegangan netral.

Perubahan-perubahan volume dan tahanan gesek tanah atau batuan hanya dapat terjadi
bila terjadi perubahan tegangan efektif.
Pada Gambar 1.8 disajikan suatu bejana yang berisi tanah dan air yang dihubungkan
dengan tabung air yang bisa diatur letak permukaan airnya.
Pada kedudukan (a), tinggi permukaan air di dalam tabung dibuat lebih tinggi sebesar
f:..h dari muka air dalam bejana yang berisi tanah (Gambar 1.8a). Tekanan air pori pada
titik A dinyatakan oleh persamaan:

( 1.25)

Tegangan efektif adalah selisih antara tegangan total dan tekanan air pori (u). Pada titik A
atau pada dasar contoh tanah, tegangan efektif:

a'= hlyw+zysat - ( f:..h +hl+z) yw


( 1 .26)

dengan Yw adalah berat volume air dan Y adalah berat volume tanah jenuh. Karena tam­
sat
bahan tekanan air ke bawah akibat kecepatan aliran air sangat kecil, maka tekanan akibat
kecepatan air merembes di dalam pori-pori tanah diabaikan.
Pada titik B yang terletak pada kedalaman z8, persamaan tegangan efektif d inyatakan
oleh:

( 1.27a)

atau

( 1.27b)

dengan i = f:..h/ z, adalah gradien hidrolik.

Dari Persamaan (1.27), dapat dilihat bahwa terdapat suatu nilai di mana a' = 0, yaitu
saat tanah dalam kedudukan mengapung atau kehilangan beratnya. Pada kedudukan ini,
y'= iyw =D. Nilai iyw = D, adalah gaya rembesan per satuan volume tanah. Pada
kedudukan cr' 0 , nilai gradien hidrolik kritis (ic) dinyatakan dalam persamaan:
=

G -1
y' s
i = ( 1.28)
c Yw I +· e

Untuk tanah pasir, nilai ic berkisar antara 0,8 sampai 1,3.


Teknik Fondasi 1 17

(a)

;,,
yw

(b)

F--
�-Zi�----�(�h�1�
h1Yw+ Z"fut

(c)

..
\
filter

Area diarsir = tegangan efektif

Gambar 1.8 Tegangan efektif.


18 Sifat-sifat teknis tanah dan bat uan

Pada kedudukan (b), tinggi air pada tabung dibuat sam a dengan pada bejana yang berisi
tanah (Gambar l.Bb). Karena itu, pada keadaan ini tak ada aliran air yang lewat rongga
porinya. Tegangan total di titik A, dapat dinyatakan oleh persamaan:·

( 1.29)

Tegangan efektif pad a titik A, adalah

cr' = cr- u = h1 yw+zysa - (h1 + z) Yw


t
= z (Ysat- Yw )
(1.30a)
= zy'

Pada titik B, tegangan efektif dinyatakan oleh:

cr ' = z8y' ( 1.30b)

Dapat dilihat bahwa tekanan intergranuler atau tegangan efektif tak tergantung dari kedala­
man air h1. Kondisi tegangan tersebut disajikan dalam bentuk diagram tegangan di sebelah
kiri.
Pada kedudukan (c), tinggi air dalam tabung diubah menjadi lebih rendah sebesar t:..h di
bawah air dalam bejana yang berisi tanah (Gambar l.Bc). Pada keadaan ini, terdapat aliran
air yang arahnya ke bawah yang menambah tegangan efektif tanahnya. Tegangan efektif
pada titik A, dinyatakan oleh persamaan:

(1.3la)

Jika f:..h = (h1 + z),

= hlyw+zysa t (1.3lb)

Untuk titik B,

( 1.32)

1.1.7 Sifat-sifat Tek nis Tanah

Di bawah ini diberikan penjelasan secara umum dari sifat-sifat teknis berbagai jenis tanah.

(a) Tanah Granuler

Tanah-tanah granuler, seperti pasir, kerikil, batuan, dan campurannya, umumnya mempu­
nyai sifat-sifat teknis yang sangat baik. Sifat-sifat teknis tanah tersebut, antara lain:
(1) Merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan jalan, karena mem­
punyai daya dukung yang tinggi dan penurunannya kecil asalkan tanahnya relatif
padat. Penurunan terjadi segera sesudah penerapan beban. Jika dipengaruhi getaran
pada frekuensi tinggi, penurunan yang besar dapat terjadi pada tanah yang tak padat.
Teknik Fondasi 1 19

(2) Merupakan material yang baik untuk tanah urug pada dinding penahan tanah, struk­
tur bawah tanah, dan lain-lain, karena menghasilkan tekananJateral yang kecil. Mudah
dipadatkan dan merupakan material drainase yang baik.
(3) Tanah yang baik untuk timbunan, karena mempunyai kuat geser yang tinggi.
(4) Bila tak dicampur dengan material kohesif, tak dapat digunakan sebagai material
untuk tanggul, bendungan, kolam, dan lain-lain, karena permeabilitasnya besar. Galian
pada tanah granuler yang terendam air memerlukan penanganan air yang baik.

Kerapatan relatif. Kuat geser dan kompresibilitas tanah granuler tergantung dari kepadat­
an butiran yang biasanya dinyatakan dalam kerapatan relatif (Dr). Jika tanah granuler di­
pakai sebagai bahan timbunan, kepadatannya dinyatakan dalam persentase kepadatan
atau kepadatan relatif (Re) · Tanah yang mewakili kondisi lapangan, diuji di laboratorium un­
tuk ditentukan berat volume maksimumnya dengan alat pengujian pemadatan tertentu.
Dalam praktek, kerapatan relatif dapat ditentukan dari pengujian penetrasi, seperti alat
pengujian penetrasi standar (SPT).

Bentuk dan ukuran butiran. Hal lain yang penting mengenai tanah granuler adalah bentuk
dan ukuran butirannya. Semakin besar dan kasar permukaan butiran, semakin besar kuat
gesernya. Di bawah pengaruh gaya geser, butiran yang kecil mudah sekali menggelinding,
sedang pada butiran yang besar pengaruh geseran akan memasak satu sama lain. De-
1nikian pula mengenai gradasinya, jika gradasi semakin baik, semakin besar kuat gesernya.

Daya dukung. Kerikil adalah material granuler yang dalam endapan aluvial biasanya ber­
campur dengan pasir. Kerikil dan pasir dalam kepadatan sedang atau besar mempunyai
daya dukung yang tinggi. Kerikil yang terlalu padat akan menyulitkan pemancangan fon­
dasi tiang. Jika penetrasi ke dalam lapisan kerikil disyaratkan, maka diperlukan tiang dari
baja. Kerikil berpasir yang lembab dan terletak di atas muka air tanah mempunyai sedikit
kohesi, karena itu tebing galian fondasi dapat dibuat tegak, asalkan dicegah dari erosi aki­
bat aliran air. Pekerjaan pemompaan akan menelan biaya besar bila dasar galian pada
lapisan kerikil terletak di bawah muka air tanah. Namun, air tanah pada kerikil berpasir
dapat diturunkan dengan hanya menggunakan pompa kapasitas sedang.
Tanah pasir yang juga merupakan material granuler, mempunyai daya dukung dan
kompresibilitas yang sama seperti kerikil. Namun, jika tidak padat, nilai daya dukung di­
izinkan menjadi rendah oleh persyaratan besarnya penurunan.

(b) Tanah Kohesif

Tanah kohesif, seperti: lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil
sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah jenis ini di­
tentukan terutama dari kohesinya. Tanah-tanah kohesif, umumnya, mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
(1) Kuat geser rendah.
(2) Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat.
(3) Menyusut bila kering dan mengembang bila basah.
(4) Berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah.
(5) Berkurang kuat gesernya bila struktur tanahnya terganggu.
(6) Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak (creep) pada beban
yang konstan.
20 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

(7) Merupakan material kedap air.


(8) Material yang jelek untuk tanah urug karena menghasilkan teka!).an lateral yang tinggi.

Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, sifat-sifat tanah kohesif yang perlu ditentukan ada­
lah kadar air, berat volume dan angka pori, kuat geser, plastisitas, konsistensi, sensitivitas,
kompresibilitas, dan sifat kembang susut.

Kuat geser. Untuk analisis stabilitas fondasi pada tinjauan jangka pendek, kuat geser tanah
lempung diperoleh dari pengujian triaksial, pengujian tekan-bebas di laboratorium dan
pengujian geser baling-baling di laboratorium atau di lapangan. Untuk pekerjaan fondasi
pada tanah lempung jenuh yang tak mengandung retakan atau butiran kasar, umumnya,
lebih sering dipakai pengujian tekan-bebas, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar,
yang memerlukan penyelidikan yang teliti. Pada kondisi ini pengujian kuat geser yang lain
juga dilakukan.
Pada pengujian tekan-bebas, kuat geser tanah lempung dianalisis pada kondisi q> = 0 , di
mana nilai kuat geser tanah dinyatakan dalam p ersamaan:

( 1.33)

dengan qu adalah tekanan aksial maksimum pada pengujian atau sering disebut kuat geser
tekan-bebas (unconfined compression strength).
Jika kuat geser tanah lempung pada kondisi tanpa-drainase ditentukan dari pengujian tri­
aksial, maka pengujian dilakukan dengan penerapan tegangan keliling atau tekanan sam­
ping (cr3) tertentu, dan kemudian digeser pada katup drainase tertutup . Selanjutnya, kuat
geser tanpa-drainase ditentukan dengan menggunakan persamaan:

( 1.34)

dengan er 1 = tegangan utama mayor dan cr3 = tegangan utama minor = tekanan keliling
contoh tanah saat diuji. Contoh hasil pengujian triaksial disajikan dalam Gambar 1.9.

pengujian tekan-bebas

lingkaran Mohr pada


pengujian triaksial tanpa drainase

1
/
I
I

'"" c"

cr3 = 0 cr3 cr1 cr1

Gambar 1.9 Contoh hasil pengujian triaksial pada kondisi tanpa-drainase dan pengujian tekan-bebas.
Teknik Fondasi 1 21

Plastisitas dan konsistensi. Salah satu karakteristik tanah berbutir halus yang kohesif
adalah plastisitas. Yaitu kemampuan butiran untuk tetap melek.at satu sama lain. Batas­
batas keplastisan tanah bergantung pada sejarah terjadinya dan komposisi mineral yang
dikandungnya.
Dalam pekerjaan fondasi, tiga nilai kadar air yang memberikan indikasi sangat berguna
untuk memperkirakan perilaku tanah berbutir halus adalah kadar air (w) di tempat peker­
jaan fondasi, dan 2 batas konsistensi, yaitu batas cair (LL) dan batas plastis (PL). Hal ini mem­
berikan sesuatu yartg penting dalam kaitannya dengan stabilitas tanah.
Untuk mendefinisikan plastisitas tanah kohesif, diperlukan kedudukan fisik tanah terse­
but pada kadar air tertentu yang disebut konsistensi. Konsistensi tanah kohesif pada kondisi
alamnya dinyatakan dalam istilah lunak, sedang, kaku, dan keras. Konsistensi tanah lempung
tak-terganggu dari lapangan dapat dikaitkan dengan nilai kuat geser tekan-bebas (qu)· Tabel
1.1 menyajikan hubungan antara konsistensi, identifikasi dan nilai qu yang diperoleh dari
pengujian tekan-bebas tersebut.
Atterberg (1911) memberikan cara dengan membagi kedudukan fisik tanah lempung
pada kadar air tertentu, dengan kadar air pada kedudukan padat, semipadat, plastis, dan
cair (Gambar 1.10). Masing-masing kedudukan kadar airnya dipisahkan oleh batas susut,
batas plastis, dan batas cair.

Tabel 1.1 Hubungan antara konsistensi, identifikasi, dan kuat geser tekan-bebas (qu) (Peck dkk.,
1953)

Konsistensi tanah 2
Identifikasi di lapangan qu (kg/ cm )
lempung

Dengan mudah ditemhus heherapa inci


Sangat lunak
dengan kepalan tangan < 0,25

'•
Dengart mudah ditemhus heherapa inci
Lunak
dengan ihu jari 0,25-0,5

Qapat ditemhus. heherapa inci pac;ia


: · Sedans
.� :.i!�� ;}�� ;i'l :, ke�\latan sedang dengan ihu jari 0,5-1,0

Kaku
k
Mele �k hila ditekan dengan ihu jari, \

tapi dengan kekuatan hesar 1,0-2,0

(l F Melekuk hila ditekan dengan kuku ihu


Sangat kaku 2,0-4,0
jari

Dengart kesulitan,melel�ukbila ditekan


;,·Ke.nq
;: :
·. : ·. '·
dengan kuku ibu jari >4
. . . r P . .

Batas cair (LL) adalah nilai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan plastis.
Pada keadaan ini, butiran-butiran tersehar dan didukung oleh air. Jika kadar air berkurang,
misalnya akibat dikeringkan, perubahan volume yang terjadi adalah akibat berkurangnya
air. Jadi, hilangnya kandungan air sama dengan pengurangan volume. Pada Gambar 1.10,
22 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

hal ini digambarkan sebagai garis lurus miring terhadap horizontal. Jika kadar air berku­
rang terus, butiran-butiran menjadi mendekat satu sama lain sampai mencapai kedudukan
pada batas plastis (PL), yaitu kadar air tanah pada kedudukan antara plastis dan semipadat.
Pada pengurangan kadar air selanjutnya, terdapat suatu batas di mana pada pengurangan
kadar air, butiran-butiran tak dapat lagi mendekat satu sama lain dan volume tanah tak
berubah, dan kemudian, tanah menjadi retak-retak. Pada kedudukan ini, tanah lempung
berubah warnanya. Kadar air pada kedudukan ini disebut batas susut (SL), yaitu kadar air
di mana pengurangan kadar air selanjutnya tak mengakibatkan perubahan volume tanah.

Gambar 1.10 Batas-batas Atterberg dan hubungan volume terhadap kadar air.

Penentuan batas-batas plastisitas antara lain berguna untuk membedakan kemungkinan


dua tanah yang mempunyai gradasi yang sama namun mempunyai sifat yang berbeda.
Jika nilai PL dan LL bertambah, diperkirakan butiran tanah semakin halus. Selain itu, telah
diketahui bahwa terdapat hubungan antara· PI atau LI dengan kuat geser tanpa-drainase
(undrained strength).
Selisih antara LL dan PL disebut indeks plastisitas (PI) atau

PI= LL-PL (1.35)


Indeks plastisitas menyatakan interval kadar air di mana tanah tetap dalam kondisi plastis,
dan juga menyatakan jumlah relatif partikel lempung dalam tanah. Jika PI tinggi, maka
tanah banyak mengandung butiran lempung. Jika PI rendah, hal ini terdapat pada keba­
nyakan tanah lanau, sedikit pengurangan kadar air mengakibatkan tanah menjadi kering.
Sebaliknya, bila kadar air sedikit bertambah, tanah menjadi cair.
Hubungan kadar air di lapangan terhadap LL dan PL juga memperlihatkan jumlah pe­
ngurangan kadar air yang berakibat tanah kehilangan sifat plastis, sehingga tanah menjadi
basah sama sekali atau cair, ataupun tanah menjadi kering atau tidak plastis lagi. Umum­
nya, tanah berbutir halus di lapangan dengan kadar air yang mendekati nilai LL-nya akan
Teknik Fondasi 1 23

lebih lunak daripada tanah dengan kadar air yang mendekati PL-nya. Pada umumnya, ka­
dar air tanah lempung, pada kondisi alamnya, terletak dalam interval plastis.
Lanau kasar mempunyai batas-batas konsistensi rendah, sedang tanah pasir tak mem­
punyai PI atau mempunyai tapi kecil, sehingga dalam praktek dianggap sama dengan nol.
Tanah dengan platisitas tinggi selalu menandakan karakteristik tanah yang tidak baik,
karena sering menimbulkan hal-hal tak diinginkan, seperti: penurunan fondasi yang ber­
lebihan, gerakan dinding penahanan tanah, keruntuhan lereng, dan lain-lainnya.
Interpretasi batas-batas plastis dan batas cair secara mudah dapat dilakukan dengan
bantuan diagram Casagrande (Gambar 1.11). Dalam Gambar 1.11, ordinat menyatakan
nilai indeks plastisitas (PI) dan absis menyatakan besar batas cair (LL) untuk tanah-tanah
yang anorganik (tak organik). Pada perancangan fondasi, tanah-tanah organik sebaiknya
dihindari dan disingkirkan. Tanah organik ini, umumnya dapat diidentifikasi dengan war­
na yang gelap dan dari baunya, terutama bila dipanaskan.

60

50,_

40 CH
V
\.:'
,..,�".

V��
'
"

30 Cl · �J> \>'·
���

20 / . I
V ,JH
V


1 0-
/sf:·
,..., '
'
M/
{'SC' L
,. ..., ', ...... '
0 I I
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Batas cair (LL%)

Gambar 1. 11 Diagram plas tisitas Casagrande yang disederhanakan, untuk tanah-tanah


kohesif anorganik (dari Cassie, 1968 dan Peck dkk., 1953)

Diagram Casagrande sangat membantu dalam memisah-misahkan klasifikasi tanah


kohesif secara lebih tepat. Untuk tanah anorganik, semua jenis tanah yang bila dip lot pad a
gambar tersebut terletak di atas garis A, maka termasuk lempung. Dan bila terletak di
bawah garis tersebut, maka merupakan lanau. Tanah-tanah anorganik dikategorikan ber­
kompresibilitas rendah, sedang, atau tinggi bergantung pada nilai batas cairnya (LL). Pada
Gambar 1.11, arti notasi-notasi yang diberikan adalah sebagai berikut:
CH lempung plastisitas tinggi
Cl lempung plastisitas sedang
CL lempung plastisitas rendah
24 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

MH lanau plastisitas tinggi


MI lanau plastisitas sedang
ML lanau plastisitas rendah
se pasir berlempung
SF pasir halus

dengan se dan SF, biasanya, berada pada daerah yang diarsir dengan kandungan material
yang kurang dari 50% berat totalnya berdiameter lebih kecil dari 0,1 mm.

Indeks cair (LI) didefinisikan sebagai:


!
t

dengan wN adalah kadar air pada kondisi alamnya. Bila tanah mempunyai wN yang kurang
daripada PL, LI akan bernilai negatif. Jika kadar air bertambah dari kedudukan kadar air
pada kedudukan PL menuju ke kadar air pada kedudukan LL, nilai LI bertambah dari 0
sampai 1 . Demikian pula, jika kadar air tanahnya lebih besar daripada LL, maka LI lebih
besar 1.

Sensitivitas. Tanah-tanah kohesif sering kehilangan sebagian dari kuat gesernya bila su­
sunan tanahnya terganggu. Kehilangan kuat geser akibat gangguan susunan tanah pada
kadar air yang tetap ini dinyatakan dalam istilah sensitivitas. Sensitivitas didefinisikan
sebagai nilai banding kuat geser tanpa-drainase dalam kondisi terganggu terhadap kuat
geser tanpa-drainase yang sudah berubah dari susunan tanah aslinya, pada kadar air yang
sama. Sensitivitas tanah kohesif dapat dikelompokkan seperti yang disajikan dalam Tabel
1.2.

Tabel 1.2 Sensitivitas tanah lempung

Sensitivitas Macam

1 Lempung tak sensitif

1 -2 Lempung sensitif n?ndah

2-4 Lempung sensitif sedang

4-8 Lempung sensitif

>8 Lempung ekstra sensitif

> 16 Quick clay

Kompresibilitas. Bila tanah berbutir halus yang jenuh air dibebani, tanah akan terkompresi,
dan karena permeabilitas tanah ini kecil, pengurangan volume tanah memerlukan waktu
lama, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh air pori untuk meninggalkan lapisan tertekan
hingga tekanan air porinya dalam keseimbangan dengan tekanan akibat kedudukan air
tanahnya. Pengurangan volume tanah akibat pembebanan ini akan mengakibatkan penu-
Ttknik Fqndiasi 1 25

nman tanah. Proses kebalikannya juga dapat terjadi, yaitu bila bebannya dikurangi atau
dilepaskan, lempung akan mengembang dan permukaan tanah akan naik. Dalam beberapa
hal, kasus-kasus tersebut dapat mempengaruhi stabilitas fondasi.
Sifat kompresibilitas atau sifat mudah mampat tanah kohesif tergantung dari sejarah
geologi tanahnya, apakah tanah tersebut terkonsolidasi normal (normally consolidated) atau
terkonsolidasi berlebilum (overconsolidated). Pada beban yang sama, tanah terkonsolidasi normal
akan mengalami penurunan lebih besar daripada tanah yang terkonsolidasi berlebihan.
Unt� mengetahui kompresibilitas tanah kohesif maka perlu dilakukan pengujian kon­
solidasi. Gambar skematis alat lersebut disajikan dalam Gambar 1.12. Penjelasan mengenai
pengujian konsolidasi dapat dilihat pada buku Mekanika Tanah 2 (Hary Christady Har­
diyatmo, 1994)

contoh tanah
batu !embus a1r

Gambar 1.12 A/atp9flgujian konsoliciBsl.

Kembang-susut. Beberapa tanah lempung �kan mengembang bila kadar air bertambah dan
menyusut bila kering. Dalam hal tertentu, bangunan dapat mengalami penurunan akibat
penyusutan d<,in pengembangan tanah yang berJebihan. Fondasi pada tanah yang mudah
mengembang sering �embutuhkan perancangan yang khusus.
Sifat mudah mengembang dan menyusut tanah lempung dapat dikarakteristikkan dari
batas plastis (PL) dan iodeks plastisitas (PI) yang tinggi.

Daya dukung. Perilaku tanah lempung dalam mendukung beban fondasi sangat bergan­
tung pada sejarah geologi, kadar air, dan kandungan mineralnya. Tanah lempung dinyata­
kan sebagai lunak, sedang, atau kaku, tergantung dari kadar airnya seperti yang
dinyatakan dalam konsistensi. Pada waktu kering, tanah ini dapat sangat ker.as dan me­
nyusut yang diSertai retakan. Waktu basah, kuat geser akan turun dah·lemp"ung menjadi
'
mengembang.
26 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

Jenis lempung yang kaku sampai keras, hanya mengalami penurunan konsolidasi yang
kecil di bawah tekanan yang relatif besar. Jika dalam lapisan tanah ipi terdapat lensa-lensa
pasir dan kerikil, perancangan fondasi harus memperhitungkan variasi daya dukung dan
penurunan pada lokasi tertentu.

(c) Tanah-tanah Lanau dan Loess

Lanau adalah material yang butiran-butirannya lolos saringan nomor 200. Peck, dkk. (1953)
membagi tanah ini menjadi 2 kategori, yaitu lanau yang dikarakteristikkan sebagai tepung
batu yang tak berkohesi dan tak plastis, dan lanau yang bersifat plastis. Sifat-sifat teknis
lanau tepung batu lebih cenderung mendekati sifat pasir halus.
D isebabkan oleh butirannya yang halus, lanau mempunyai sifat-sifat yang tak diingini,
seperti:
(1) Kuat geser rendah, segera sesudah penerapan beban.
(2) Kapilaritas tinggi.
(3) Permeabilitas rendah.
(4) Kerapatan relatif rendah dan sulit dipadatkan.

Lanau aluvial, umumnya, banyak mengandung air dan berkonsistensi lunak. Tanah ini
merepotkan bila digali, karena akan selalu longsor. Sebagai pendukung fondasi, lanau
merupakan tanah pendukung yang lemah dengan kapilaritas tinggi. Tanah ini biasanya
tidak plastis dan kuat gesernya rendah bila kering. Fondasi yang terletak pada tanah ini
harus dirancang dengan sangat hati-hati.
Loess adalah material lanau yang diendapkan oleh angin dengan diameter butiran kira­
kira 0,06 mm. Partikel-partikelnya, biasanya mempunyai rekatan karena adanya kalsium
karbonat. Akibat dari pengaruh proses pembentukannya, sifat tanah ini sangat berbeda de­
ngan lanau. Karakteristik loess umumnya merupakan endapan yang tak padat dengan berat
3
volume kira-kira 1,04 t/m . Bila mengandung material pengikat (lempung atau kapur),
pada kondisi kering, tanah ini mempunyai daya dukung sedang sampai tinggi. Akibat pen­
jenuhan, loess kehilangan sifat rekatnya, dan dapat mengalami penurunan yang tinggi.
Loess bisa digali pada tebing yang mendekati vertikal.

(d) Tanah Organik

Sembarang tanah yang mengandung bahan organik, yang mempengaruhi sifat-sifat teknis
tanah, disebut tanah organik. Bahan-bahan organik dapat terdiri dari sisa tumbuh-tumbuh­
an atau binatang. Jumlah bahan organik dinyatakan dalam istilah kadar organik, yaitu nilai
banding antara berat bahan organik terhadap contoh tanah yang kering oven. Berat bahan
organik dapat ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan
organiknya (McFarland, 1959).
Tanah dalam kondisi alamnya dapat mengandung bahan organik. Biasanya, pada per­
sentase bahan organik yang relatif rendah (kira-kira 2%), tanah mempunyai karakteristik
yang tak menguntungkan. Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi mempu­
nyai kuat geser rendah, mudah mampat, bersifat asam, dan sifat-sifat lain yang dapat
merusak material bangunan. Oleh karena itu, tanah organik sebaiknya tak digunakan
untuk mendukung fondasi. Gambut (peat) merupakan material organik yang jelek untuk
mendukung fondasi, karena sangat mudah mampat. Fondasi harus diletakkan sampai
mencapai tanah yang baik, yang terletak di bawah tanah tersebut.
Teknik Fondasi 1 27

1.1.8 Klasifikasi Tanah

Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat mem­
bantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan. Metode-metode
yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam peran­
cangan fondasi dan riset-riset. Dari sini, fondasi yang ditinjau menurut klasifikasi tertentu
dapat diprediksi perilakunya. Yaitu, didasarkan pada pengalaman di lokasi lain, narnun
memiliki tipe tanah yang sama.
Dalam perancangan fondasi, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk awal dalarn
memprediksi kelakuan tanah. Dari beberapa sistem klasifikasi tanah yang telah diusulkan,
dalam buku ini hanya diberikan sistem klasifikasi Unified. Dalam sistem klasifikasi ter­
sebut, secara garis besar tanah dibagi dalam 2 kelompok: kelompok tanah berbutir kasar
dan tanah berbutir halus yang didasarkan material yang lolos saringan nomor 200 (0,075
mm). Huruf pertama pada pemberian nama kelompoknya, adalah merupakan singkatan
dari jenis-jenis tanah berikut:
G kerikil (gravel)
S pasir (sand)
M lanau (silt, huruf M singkatan dari MO, bahasa Skandinavia)
C Jempung (clay)
0 organik
Pt gambut (peat)

Huruf-huruf kedua dari klasifikasi dinyatakan dalam istilah-istilah:


W gradasi baik (well graded)
P gradasi buruk (poor graded)
L plastisitas rendah (low plasticity)
H plastisitas tinggi (high plasticity)

Sistem klasifikasi Unified, dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Contoh soal 1.4:


Contoh-contoh tanah kohesif yang diambil dari beberapa lokasi pekerjaan, diperlihatkan
dalam Tabel C1.2. Pada tabel tersebut, kadar air rata-rata di lapangan yang ditunjukkan
dalam kolom 2 diambil dari beberapa contoh tanah. Nilai angka pori pada kondisi kadar air
di lapangan diberikan dalam kolom 3, bersama-sama dengan angka pori yang diarnbil
pada saat contoh pada kedudukan batas cair dan batas plastis. Perhatikan, pada tanah 2,
nilai PL bervariasi menurut kedalaman contohnya, yaitu semakin dalarn, nilainya semakin
mengecil. Nilai G5 dapat dianggap sama dengan 2,65. Bagaimana komentar yang dapat
diberikan?

Penyelesaian:
Pada saat tanah jenuh (S = 1) berlaku:
e = wG5 atau w = e/G5
Bila kadar air di lapangan (wN), kurang dari nilai w = e/G5, maka tanah dalam kondisi tak
jenuh. Sebaliknya, j ika nilai WN lebih besar daripada nilai tersebut, berarti tanah di lapang­
an dalam kondisi jenuh.
N
00

Tabel 1.3 Klasifikasi tanah sistem Unified

Simbol
Divisi Utama Nama Jenis Krlteria Klasitikasl •
Kelompok

Dso
Cu > 4
GW Kerikil gradasi baik dan campuran =
D,o
�E pasir·kerikil. sedikit atau tidak me­
.: e )2
..

Kerikil bersih-
ngandung butiran halus.
cn o ·u;
Cc ( Dao antara 1 dan 3
:§ �o �"'
·v;U")
(sedikit atau
,. ,.._
... - = o10 x Dso
tak ada butiran
� ��
.!:: �
·:; <q" halus) Kerikil gradasi buruk dan campuran
�=
"' ·

E
.e O
:.s e I GP pasir-kerikil, sedikit atau tidak me­ -�
-o ·c «�
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
ngandung butiran halus. o cn �
... -
E � c:
..,
"' "'
eo c: .,
"'
,_
0
-
eo ·;:c:
� �g Bila batas Aner·
I
# ::I Kerikil berlanau, campuran kerikil­ :.c: - N Batas-batas Anerberg di
8 GM pasir·lanau • � ;Jl. .
bawah garis A atau PI < 4 berg berada dida�­
0 � :; Kerikil banyak "' N O
.: - c: rah arsir dari dia­
��
.0
N kandungan bu· � -� :i gram plastisitas,

� �-�
0 ..
tiran halus Kerikil berlempung, campuran kerikil· Batas-batas -Atterberg di maka dipakai dobel
I
..
GC
"" -
c:
c: pasir-lempung "' "' "'
atas garis A atau PI > 7 simbol
...
Cl> ... .... .,

;g cn s _
"'
CD 0.,: �
·c
... Dso
"'
Cu = - > 6·
5i
u. 3i#
(IJ N -�
"'
0
I _ SW Pasir gradasi baik, pasir berkerikil, Dw
�2 :si sedikit atau tidak mengandung butiran e .r
0
-a
��
-�
:;;
"'
Pasir
(sedikit
bersih
atau
halus. =- �- -1 � . (030)2
-
Cc = � antai'a 1 dan 3
_: _ D1o >c; 060
_: • .,_ ·E
!... �U')
+= c:
�� tak ada butiran
· · u -­;;
��
.<:
.CO
...
� .,
.,_ ......
halus)
I SP
Pasir gradasi buruk, pasir berkerikil,
sedikit atau tidak mengandung butiran .., g cn !:!.
.8 N" :i § TKiak m�menuhi kedua kriteria untuk SW
o ::!. halus.
g cn �
(/)
�� __ '5;
B i,g e
.,

�g "i: ...
Bila b&tas Aner-• �
Batas-batas Atterberg di
... .
<n
-a o Pasir bertanau, camputan pasir·
I '5;
a·i� i
SM

:1
. ;e a·
berg betada didae·
,: <=
lanau bawah garis A atau PI < <4 �
Pasir banyak

t
.co c:
rah arsii dari dia·

�<;; ·
.!! 3 kandungan bit-
� gram · ptastlsitas,
·5; - Pasir bertanau, camputan pasir· 8ati5-batas Anerberg ell
If : tiran _halus
I se · maka dipakai. dob8
lempung · atas ga"' A atau. PI > 7 . sinlbol
- - - - £'
;:;
. ,
L _ J_ .:.._ �
,
;:-


;:;
i5
;:
;:;
,


;;;.:
'rj
§
�....
-- - -. � ------ - - -- - - - - - .- -
=-- - - - - - -

T
•'
f:anau tak orgarlik dan ·pasir �ngat
. ML halus, serbuk bat!lan atau 114Sir halus
bettanau atau, berlempung ·. . ·
E'
E
., LJnau dan lempuno l ..
l:empung tak oroinik dengan ptaSnsi­
. ·,

l:; ba� cair 50%


tas rendah sampai sedan9. lempung �r-------�---�
e atau : kurano Doalllm ....:...
I
CL berkerikil, lempuno berpasir: lem· ..... ._.._ loldoi ...... _
g PIIRO bettanau, tempung kurus (' Lean

· t .JQSGr ==-==-
CH
r,N
clays') .. - -. .... ..- -
0
c: -- ii: 40 ...... _ ...., _ __
... _
__
"'
c:
Linau organi� dan lempuno bertanau


CO
c: OL organik dengan plastisitas rendah - � �
"' ·.:::
(':)�'""
,
"' .
Cl.
"' "' 2H
.E S2
ca o
..:: -
MH lanau tak organik atau pasir ·halus
diatomae, lanau etastis. i
;�
::I
:e
-
Q>
Lanau dan lempung
batas cair > 50%
I Lempung tak organik dengan plastisi·
tof . �t .
: r::: :z::z::z
-� MH atau OH
"' "'
:"' J! CH tas tinggi, lempung gemuk ('fat 0 10 2Q 3Q 40 . 50 � 70 110 90 100
� ot clays')
.c "'
1

t- :1! -- Batas Cair Ll (%)


Lempuno organik dengan ptastisitas
OH GariS A: PI 0,73 (Ll - 20)
sedang sampai tinoiJi =

Tanah dengan kadar Gambut ('peat'), dan tanah lain Manual untuk identilikasi secara visual dapat dilihat di
organik tinggi PT dengan kandungan organik titlggl �TM Designation 0·2488


30 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

Tanah 1 :

Nilai L L = 28% ; PL = 25%, maka PI = LL - PL = 3%. Nilai PI sangat renaah, kemungkinan


besar tanahnya adalah lanau dengan sedikit kohesif. Kadar air di lapangan wN = 21%, lebih
kecil dari w = e/G5 = 0,63/2,65 = 0,24 = 24%, maka tanah di lapangan dalam kondisi tak
jenuh dengan kadar air di lapangan lebih rendah daripada PL (karena kadar air pada batas
plastis PL = 0,66/2,65 = 25%)

Tabel C1.2
'

Kadar air Angl<a pori (e) yang


No LL PL PI Komentar
rata-rata diqkur pada kondisi

( wN% ) w . LL PL (%) (%) (%)

1 21 0,63 0,73 0,66 28 25 ? ?

2 38 1,05 ' 1,40 ? 52 Berva- ? ?


riasi
36-26

3 21 0 56
, 1,00 ? 38 ? 25 ?

4 ? 0,?2 0,49 ? 19 ? 30 Nampak sebagai pasir


. . halus

5 35 0,95 1,65 0,85 62 ? ? Nampak sebagai lem-


pung plastisitas tinggi

Tanah 2:
Nilai wN = 38%, sedikit lebih besar daripada PL maksimum = 36%, jadi tanah dalam
keadaan p lastis. Dari nilai LL = 52% dan PI yang berkisar antara (52 - 36)% = 16% dan (52 -
26)% = 26%, menurut grafik plastisitas (Gambar 1.11), tanah termasuk lanau anorganik
berkompresibilitas tinggi Qika tanahnya anorganik).
Dari variasi PI yang bertambah dengan kedalamannya, dapat diperkirakan kuat geser
tanah ini bertambah jika kedalaman bertambah. Yaitu, dengan mengingat korelasi antara
kuat geser tanpa-drainase dan PI, cu/p0' = 0,11 + 0,0037(PI), yang disarankan oleh Skempton
(1957) (dengan p0' = tekanan overburden efektif).
Tanah 3:
LL = 38 dan PI = 25, maka nilai PL = (38 - 25)% = 13%. Dari nilai-nilai LL dan PI, menurut
Gambar 1.11 maka diperkirakan tanah termasuk lempung anorganik berplastisitas sedang.
Nilai kadar air di lapangan wN = 21%, jadi tanah masih dalam daerah plastis. Dari angka
pori e = 0,56, maka tanah dalam kondisi jenuh, karena w = 0,56/2,65 = 21% = wN.

Tanah 4:
Dari LL = 19% dan PI = 30%, sedangkan dari kenampakan mata tanah adalah pasir halus,
hasil-hasil pengujian laboratorium tersebut harus ditinjau kembali, karena tanah pasir tidak
akan mempunyai PI = 30%.
1- ;1
Teknik Fondasi 1 31
""

Tanah di lapangan mungkin dalam kondisi sangat basah, karena WN e/G5 0,52/2,65 = = =

19,6% > LL = 19%. Jadi, tanah di lapangan pada kedudukan kadar air yang melebihi batas
cairnya.

Tanah 5:
Dari angka pori pada kedudukan batas plastis e = 0,85 wG5, diperoleh nilai kadar air pada =

batas plastis PL = 0,85/2,65 32%. Kadar air di lapangan WN = 35%, lebih besar dari nilai
=

batas plastisnya, m aka tanah dalam kondisi plastis.


PI = LL - PL = (62 - 32)% = 30%. Kalau nilai-nilai PI dan LL diplot pada grafik plastisitas,
maka akan jatuh di dekat batas antara lanau kompresibilitas tinggi dan lempung plastisitas
tinggi. Untuk perancangan fondasi, maka perlu dilakukan pengujian konsolidasi.

Contoh soal 1.5:


Hasil-hasil analisis ukuran butiran dari 5 tipe tanah yang disertai dengan klasifikasi tanah­
nya, diberikan dalam Gambar C1 .3. Bagaimana interpretasi yang dapat diberikan dari ma­
sing-masing kurvanya?

pasir lanau Cl)


c::

I 1
kerikil a
kasar E
sedang halus kasar sedang halus .!!
100 � 1-o.. T
90
1--.
'\ r--...
1\. ,.....;;;:
80
'\. " . ""'
� 70 1\.
" " \.
1"- -�CH- !
..
� 60 '\
.se
...... \.


c::
=
·s 50
I I
.t:J
40
T"--
- �F . I
..
lP
i'.. L -
s '
c:: 30 ' ...,_....
lP
i'-.
i
-

20 �
GP ' "
10 '-! I I ......
--- I I I I �
0 t I t-'-1-.
10 0.1 0.01 0.001

ukuran butiran (mm)

GambarC1.3

Penyelesaian:
(a) Tanah SC:
Kurva ini memperlihatkan tanah dengan kira-kira 25 persen berupa kerikil. Kurvanya ba­
nyak berada pada daerah pasir dengan sedikit kandungan lanau (kira-kira 6%) dan kan-
32 S ifat-sifat teknis tanah dan batuan

dungan lempung 15%. Campuran pasir dan lempung yang demikian dapat saling
mengikat dan dapat dipadatkan dengan baik.

(b) Tanah CH:


Terdiri dari material lempung sebanyak 60%. Pada umumnya, jika butiran tanah semakin
halus, kurvanya akan semakin ke kanan. Walaupun 40% lebih kasar dari butiran lempung,
tanah nampak bersifat sebagai tanah lempung. Pada kenyataannya, tanah dengan 30%
lebih berupa butiran lempung, diharapkan berperilaku seperti lempung. Karena konsen­
trasi butiran halusnya tinggi, maka tanah ini berplastisitas tinggi.

(c) Tanah ML:


Kira-kira 70% dari material ini berada pada daerah pasir, terutama pada daerah pasir halus.
Material sisanya adalah ukuran lanau. Tanah ini dapat dikatakan sebagai pasir berlanau
atau pasir halus berlanau, karena kurva tercuram pada bagian pasir halus.

(d) Tanah SF:


Tanah ini berada pada interval pasir dan lanau. Kira-kira 60% terdiri dari pasir halus, lanau,
dan lempung, dengan kira-kira setengah dari 60% ini berupa lempung. Tanah ini berupa
pasir yang banyak mengandung butiran halus, jadi dapat dinyatakan sebagai pasir berlem­
pung . .

(e) Tanah GP:


Kira-kira 75% dari berat material terdiri dari butiran yang lebih besar 6 mm. Kurvanya
menurun tajam, menandakan banyaknya butiran berukuran lebih besar dari 6 mm. Se­
baliknya, pada kurva selanjutnya, kemiringan kurva kelihatan landai yang berarti ke­
kurangan butiran-butiran pada ukuran tersebut. Tanah ini termasuk tanah berbutir kasar
dan dapat dinyatakan sebagai kerikil berpasir.

1.2 B atuan

Batuan, dalam kondisi alam, terbentuk dari butiran-butiran yang terikat oleh kohesi yang
kuat. Tiga kelompok batuan yang terdapat di kulit bumi, adalah: batuan igneous, batuan se­
dimen, dan batuan metamorf. Batuan igneous merupakan batuan primer yang terbentuk dari
pembekuan magma, atau dari rekristalisasi dari batuan lama oleh panas dan tekanan yang
sangat tinggi sehingga membuatnya menjadi cair dan kemudian membeku kembali.
Batuan sedimen merupakan batuan yang dihasilkan dari pengendapan sisa-sisa tumbuh­
tumbuhan dan binatang, dan dari material-material yang terbentuk oleh pembusukan
secara fisik maupun kimia dari batuan-batuan asalnya. Batuan metamorf merupakan batuan
igneous atau batuan sedimen yang telah berubah sifatnya oleh akibat tekanan yang tinggi
atau oleh akibat lain yang berlangsung secara kimia maupun fisik.

1.2.1 Sif at-sifat Teknis Batuan

Sifat-sifat teknis batuan, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Struktur dan tekstur (texture). Struktur batu dapat berupa batuan masif, padat, dan ber­
pori (banyak mengandung pori). Tekstur batuan digambarkan sebagai berbutir kasar
dan berbutir halus.

(2) Kandungan mineral. Batu terbentuk dari satu atau beberapa macam mineral-mineral
Teknik Fondasi 1 33

yang masing-masing mempunyai perbedaan dalam hal kekvatan dan kekerasannya.


Mineral-mineral dapat menjadikan batuan menjadi kuat atau mudah pecah dalam
menahan geseran dan atau momen lentur.

(3) Sambungan (joint), bidang lapisan (bedding plane), dan foliation. Sambungan-sambungan
yang terdapat pada hampir semua tipe batuan mungkin terbuka dan nampak oleh
mata, atau tertutup dan tak dapat dilihat dengan jelas. Bidang lapisan adalah batas an­
tara lapisan-lapisan batuan sedimen. Foliation adalah karakteristik beherapa hatuan
metamorf yang struktur mineralnya tersusun dalam pelat-pelat yang sejajar. Ketiga
macam bentuk-bentuk di atas mengurangi kekuatan batuan.

(4) Kondisi cuaca. Mineral-mineral pembentuk batuan dapat herubah bentuknya oleh pe­
ngaruh cuara, haik oleh reaksi kimia ataupun fisik. Zona yang dipengaruhi perubahan
cuaca mungkin di dekat permukaan atau sampai pada kedalaman tertentu yang
kadang-kadang tertutup oleh pembentukan hatuan yang lain.

(5) Sementasi atau rekatan. Kumpulan mineral dapat mempunyai rekatan yang lemah atau
kuat pada semharang tipe batuan. Bahkan dapat terjadi batuan masif yang keras dapat
mempunyai kohesi yang kecil atau mempunyai rekatan yang lemah di antara hutiran­
nya.

Sifat-sifat teknis batuan, secara umum, adalah sehagai berikut:

Batuan igneous (granit, basalt, dan lain-lain):


(1) Mempunyai karakteristik material yang baik, keras, padat, dan herkualitas haik hila
digunakan sebagai material bangunan.
(2) Daya dukung tinggi, sehingga sangat baik untuk mendukung fondasi hangunan.

Batuan metamorf (gneiss, schist, marble, dan lain-lain):


(1) Merupakan material yang keras dan kuat, dan han�pir tidak terpengaruh oleh perubah­
an cuaca.
(2) Kuat geser tergantung dari samhungan-sambungan, lapisan-lapisan dan patahan da-
lam batuannya.
(3) Mengandung lapisan-lapisan lemah di antara lapisan-lapisan yang keras.

Batuan sedimen (batu kapur, batu pasir, dan serpih):

Batu kapur:
(1) Kekuatan batu kapur bervariasi dari lunak sampai keras, tergantung dari macamnya.
Kuat gesernya terganti.mg dari tekstur batuannya. �tuan kapur yang herpori hanyak
mempunyai kuat geser yang rendah. Sebaliknya, batuan yang padat mempunyai kuat
geser yang tinggi.
(2) Butiran-butiran batu kapur biasanya terekat hersama-sama dengan material lempung
dan kekuatan rekatan berkurang hila terkena pengaruh air.
(3) Batu kapur umumnya mengandung retakan, lubang-lubang mungkin kosong atau
dapat terisi oleh tanah berbutir halus.
(4) Batu kapur dapat mengandung lapisan tipis batu pasir. Lapisan ini lehih mudah melo­
loskan air dan kadang-kadang lebih lemah daripada batu kapurnya.
34 Sifat-sifat teknis tanah dan batuan

Batu pasir:
( 1 ) Kekuatan batu pasir bergantung pada derajat rekatan dan tipe material rekatnya.
(2) Mempunyai daya tahan yang umumnya proporsional dengan kekuatannya.
(3) Sambungan-sambungan umumnya berjarak agak besar.

Serpih:
(1) Kekuatan serpih bervariasi. Serpih lunak dapat tergaruk dengan pemukul atau dapat
digali dengan alat berat tanpa menggunakan bahan peledak. Sedang serpih yang keras
harus digali dengan menggunakan bahan peledak.
(2) Serpih mempunyai struktur berlapis dengan jarak dekat dan cenderung sangat mudah
terpisah di sepanjang bidang lapisannya. Ketika basah, kuat geser pada batas lapisan­
nya sangat rendah.
(3) Serpih sering menjadi lunak atau menjadi lempung a tau lanau tak padat sesudah teren­
dam air dalam beberapa hari. Contoh tanah harus diuji sesudah pergantian dari
keadaan terendam dan kering.

1.2.2 Daya Dukung

Pada pekerjaan fondasi, material batuan merupakan lapisan pendukung yang baik, dan
dapat mendukung beban yang besar bila di bawahnya tak terletak lapisan tanah lunak. Bila
lapisan sangat tebal, pada beban yang besar masih dibutuhkan pemeriksaan adanya retak­
an-retakan, patahan, dan kemiringannya. Bila batuan berbentuk bongkahan-bongkahan
besar tak beraturan, penyelidikan yang teliti harus dilakukan bila di atasnya akan diletak­
kan fondasi dengan beban yang besar. Karena, bila terdapat lapisan lunak, bongkahan batu
dapat terguling, hingga membahayakan bangunan. Bongkahan batu yang berada dalam
lapisan lunak akan menyulitkan pemancangan tiang, dan dapat menyebabkan masalah
pada tahanan ujung tiangnya. Daya dukung batuan ditentukan dari pengujian desak pada
contoh batu yang diperoleh dari pengeboran. Contoh batuan harus tak mengandung re­
takan atau kerusakan lainnya.

J'� �
2
PENYELIDIKAN TANAH

2.1 Pendahuluan

Penyelidikan tanah di lapangan dibutuhkan untuk data perancangan fondasi bangunan­


bangunan, seperti: bangunan gedung, dinding penahan tanah, bendungan, jalan, dermaga,
dan lain-lain. Bergantung pada maksud dan tujuannya, penyelidikan dapat dilakukan de­
ngan cara-cara menggali lubang-cobaan (trial-pit), pengeboran, dan pengujian langsung di
lapangan (in-situ test). Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis tanah dipelajari, kemudi­
an digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis daya dukung dan penu­
runan.
Tuntutan ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban bangunan, ting­
kat keamanan yang diinginkan, kondisi lapisan tanah, dan dana yang tersedia untuk pe­
nyelidikan. Oleh karena itu, untuk bangunan-bangunan sederhana atau ringan, kadang­
kadang tidak dibutuhkan penyelidikan tanah, karena kondisi tanahnya dapat diketahui
berdasarkan pengalaman setempat. Tujuan penyelidikan tanah, antara lain:
(1 ) Menentukan daya dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih.
(2) Menentukan tipe dan kedalaman fondasi.
(3) Untuk mengetahui posisi muka air tanah.
(4) Untuk meramalkan besarnya penurunan.
(5) Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap d\.nding penahan tanah atau pangkal
jembatan.
(6) Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan
yang telah ada sebelumnya.
(7) Pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk menentukan
letak-letak saluran, gorong-gorong, penentuan lokasi dan macam bahan timbunan.

2.2 Cara Penyelidikan

g
Informasi kondisi tanah dasar fondasi, dapat diperoleh den an cara menggali lubang se­
cara langsung di permukaan tanah yang disebut lubang-cobaan (trial-pit), maupun dengan
cara pengeboran tanah. Penyelidikan mendetail dengan pengeboran tanah yang diikuti
dengan pengujian-pengujian ,gJ, laboratorium dan atau di lapangan, selalu dilakukan untuk
penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar, se'perti: gedung bertingka.t tinggi, jembatan,
bendungan, bangunan-bangunan industri, dan lain-lainnya.
Penyelidikan tanah biasanya terdiri 3 tahap, yaitu: pengeboran atau penggalian lubang­
cobaan, pengambilan contoh tanah (sampling), dan pengujian contoh tanahnya. Pengujian
contoh tanah ini dapat dilakukan di laboratorium atau di lapangan.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap jarak kedalaman 0,75-1,5 meter de-
36 Penyelidikan tanah

ngan cara menekan tabung contoh (sampler) secara hati-hati (terutama untuk contoh tak ter­
ganggu) yang dipasang pada ujung bawah batang bornya. Pada waktu pengeboran dilaku­
kan, contoh tanah dapat diperiksa di dalam pipa bor yang ditarik ke luar. Jika pada tahap
ini ditemui perubahan jenis tanah, kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya
dicatat, dan kemudian, contoh tanah tambahan diambil. Pada lapisan-lapisan yang diang­
gap penting untuk diketahui karakteristik tanahnya, kadang-kadang pengambilan contoh
kontinu (continuous sampling) diperlukan. Bila pengeboran dilakukan pada lapisan batuan,
contoh inti batu (rock core) diambil dengan alat bor putar (rotary drill).
Kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti. Kesalahan data muka air tanah
dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi, dan dapat mengakibatkan kesalah­
an analisis stabilitasnya.

2.3 Alat-alat Penyelidikan Tanah

Data hasil-hasil penyelidikan tanah dapat memberikan gambaran tentang kondisi-kondisi


lapisan dan sifat-sifat fisik tanah dalam arah vertikal. Berdasarkan data ini, perancang di­
tuntut untuk menggambar profil lapisan tanah dengan cara menginterpolasi data dari tiap­
tiap lubang bornya. Penggambaran pembagian lapisan tanah, didasarkan pada lapisan­
lapisan yang mengandung material-material yang secara pendekatan mempunyai sifat­
sifat yang sama.
Terdapat beberapa cara penyelidikan yang berguna mengetahui kondisi lapisan tanah
dan sifat-sifat teknisnya.

(a) Lubang-cobaan (Trial-pit)


Cara ini memungkinkan untuk mengetahui kondisi lapisan dengan teliti. Dan pula, hila
perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada lapisan­
lapisan yang dikehendaki.

lapisan 1

lapisan 2

lapisan 3

tempat penampung co"ntoh tanah

Gambar 2.1 Pemeriksaan tanah dengan cara lubang-cobaan.


Teknik Fondasi 1 37

Penyelidikan dilakukan dengan cara menggali tanah permukaa� secara langsung (Gam­
bar 2.1). Ukuran lubang paling tidak kira-kira 0,6 cm x 1,25 cm, yaitu untuk memungkin­
kan orang menggali di dalamnya. Kedalaman galian dapat bervariasi bergantung pada
kondisi tanah, sedemikian rupa hingga informasi dari kondisi lapisannya cukup mewakili.
Cara ini menguntungkan, karena selain memungkinkan untuk mengidentifikasi tanah
secara langsung, dapat pula mengetahui dengan jelas kepadatan dan kondisi air tanah di
lapangan.
Pada tanah pasir yang terendam air, pekerjaan pembuatan lubang-cobaan akan banyak
mengalami kesulitan, karena tebing galian sering longsor.
Untuk pekerjaan-pekerjaan penimbunan tanah, cara lubang-cobaan sangat berguna untuk
mengetahui angka pori dan kondisi lapisan tanah jelek yang mungkin ditemui pada lokasi
tempat pengambilan tanah urugan (borrow-area). Kecuali itu, cara ini juga sangat berguna
pada penyelidikan tanah untuk fondasi bangunan yang ringan, seperti: bangunan gedung,
tangki, dinding penahan tanah dan jalan raya.
Perlu diperhatikan, bahwa lubang-cobaan harus tidak dibuat pada tempat-tempat din­
cling atau kolom akan diletakkan. Karena, jika kedalaman lubang-cobaan lebih dalam dari
kedalaman dasar fondasi, maka tanah urug yang ditimbunkan untuk mencapai elevasi
kedalaman dasar fondasi yang dibutuhkan, dapat mengurangi kekuatan tanah dasar
galiannya. Karena itu, lubang-cobaan sebaiknya dilakukan di dekat titik-titik yang dipertim­
bangkan penting.

(b) Bor Tangan (Hand Auger)

Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang di dalam tanah dengan
menggunakan alat bor. Alat bor seperti pada Gambar 2.2a, hanya dapat digunakan bila
tanah mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat tetap stabil di sepanjang
lubangnya. Karena itu, alat ini tak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Karena
penembusan mata bor terbatas pada kekuatan tangan yang memutarnya, tanah harus tidak
mengandung batu atau lapisan keras lainnya. Umumnya, bor tangan dapat menembus
sampai lebih dari 10 m. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan tanah untuk proyek­
proyek jalan raya, jalan kereta api dan lapangan terbang, di mana kedalaman lubang yang
dibutuhkan hanya berkisar pada kedalaman 4 m. Untuk pembuatan lubang yang lebih
dalam pada tanah kohesif, bor ulir dapat digunakan (Gambar 2.2b).

(a) (b)
Gambar 2.2 Bor tangan.
38 Penyelidikan tanah

(c) Bor Cuci (Wash Boring)

Pada cara ini, pengeboran tanah dilakukan dengan cara menyemprotkan air sambil me­
mutar-mutar pipa selubung (casing) untuk memudahkan penembusan ujung mata bor
(Gambar 2.3). Tanah yang diambil berupa contoh terganggu (disturbed) yang terangkut ke
luar bersama aliran air. Tanah-tanah yang keluar dari lubang bor diidentifikasi secara kasar.
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara kering dengan mengganti ujung mata bor de­
ngan tabung contoh. Cara ini tidak mengganggu tanah di bawah mata bor. Oleh karena itu,
contoh tanahnya termasuk contoh tak terganggu (undisturbed sample). Metode bor cuci tak
dapat digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.

tali

pompa untuk pengerek


menyemprotkan
air

- pipa selubung diputar-putar

- "pipa dalam" untuk menyemprotkan air

mala bor diganti dengan


�- tabung contoh pada pengambilan contoh tanah

Gambar 2.3 Pengujian dengan cara bar cuci.

(d) Penyelidikan dengan Pencucian (Wash Probing)

Penyelidikan ini digunakan untuk mengetahui kedalaman pertemuan antara tanah lunak
dan tanah keras atau padat. Caranya, air yang bertekanan tinggi dilewatkan melalui pipa
yang digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah pada lubang yang tak dilindungi pipa (Gam­
bar 2.4) . Cara ini dilakukan untuk penyelidikan tanah di pelabuhan dan penentuan lapisan
tanah di bawah dasar sungai, yang dimaksudkan untuk menentukan kedalaman pasir atau
lanau yang terletak di atas lapisan keras atau batu. Hal tersebut terutama digunakan dalam
pekerjaan pemancangan dan pengerukan.
Teknik Fondasi 1 39

pipa untuk
pengerek

pipa digerak-gerakkan
ke atas dan ke bawah

Gambar 2.4 Penyelidikan dengan cara pencucian tanah.

(e) Bor Putar (R otary Dri ll)

Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar (Gambar 2.5a) dapat dilakukan pada
semua jenis tanah. Alat bor putar dapat menembus lapisan tanah keras atau batu sampai
kedalaman lebih dari 40 m. Alat ini dapat digunakan pada lapisan tanah keras, batu, tanah
lempung dan bahkan pada tanah pasir.
Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu, dan bila pada pe­
nyelidikannya diinginkan untuk memperoleh contoh inti kon tinu (continuous core sample).
Putaran batang bor menekan ujung mata bor. Tabung inti luar berputar bersama-sama ba­
tang bor, dan menekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya. Mata bor dipasang pada
ujung alat pengebornya. Putaran mata bor membentuk gerusan yang berbentuk cincin.
Contoh inti batu masuk ke bagian tengah mata bor dan sekaligus masuk ke tabung inti
dalam, yang dibuat tak ikut berputar. Selama pengeboran, air disirkulasikan lewat batang
bornya yang berlubang. Contoh bentuk mata bor dari tipe double-tube core barrel, disajikan
dalam Gambar 2.5b.
Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa menggunakan pipa selubung (casing) . Jika
lubang bor cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran yang disertai dengan peng­
gunaan cairan kental dari bahan lempung vulkanik tiksotropik dan afr. Cairan ini berfungsi
menahan sisi lubang bor dan menutup pori-pori tanah yang lolos air di sekeliling lubang
bor.
40 Penyelidikan tanah

kabel

saluran air

tabung dalam
silinder penggerak

penggerak
putaran -

pengangkat inti

pemotong inti
. ., r
i
r � ..
-------..�......... ...... l � ->

silinder hidrolik , , ,. .. , ,b, .

pipa bor
----J.- .r__J
J
(b)

galian penampung air

mala bor

Gambar 2.5 (a) Gambar skematis afat b or putar.


(b) Double-tube core barrel.

2.4 Alat-alat Pengambilan Contoh Tanah

Macam-macam contoh tanah yang harus diperoleh dari pengeboran bergantung pada mak­
sud penyelidikannya. Untuk identifikasi serta penentuan sifat-sifat teknis tanah, dibutuh­
kan contoh tanah yang mewakili. Dari sini, kemudian ditentukan nilai-nilai kuat geser,
batas-batas Atterberg, berat volume, kandungan karbonat, dan kandungan material
organiknya.
Contoh tanah diambil dari pengeboran dengan cara memasang tabung contoh (sampler)
pada ujung bor di kedalaman yang berbeda-beda. Pada contoh tanah yang tidak rusak su­
sunan tanahnya atau sedikit sekali derajat ketergangguannya, maka contoh tersebut dina­
makan contoh tak terganggu (undisturbed sample). Karakteristik tegangan-regangan tanah
harus diambil dari contoh tanah tak terganggu.
Dalam praktek, sangat sulit diperoleh contoh tanah yang benar-benar tak terganggu,
walaupun penanganan contohnya sudah sangat hati-hati . Gangguan contoh ini sering
Teknik Fondasi 1 41

mempengaruhi hasil-hasil pengujian laboratorium. Penyebab gangguan contoh yang di­


ambil dari dalam tanah dengan cara pengeboran, antara lain:
(1) Perubahan kondisi tegangan dari tempat asal.
(2) Perubahan kadar air tanah dan angka pori.
(3) Gangguan susunan butir tanah.
(4) Perubahan kandungan bahan kimia.

Penelitian oleh Hvorslev (1948) menunjukkan bahwa contoh tanah yang terbaik dapat
diperoleh jika pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara menekan tabung dengan
tidak memukulnya ke dalam tanah. Selain itu, dimensi tabung contoh harus sedemikian
hingga nilai banding area (Ca) direduksi sampai minimum. Dalam hal ini, Ca dinyatakan
dalam persamaan:
2 2
( D _<V ) - ( D e )
Ca = X 1 00% (2. 1)
2
( De )

dengan Dw dan De adalah diameter-diameter yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6. Jika
nilai Ca membesar, semakin besar pula tahanan penetrasi dari tabung contoh, yang dengan
demikian semakin besar pula resiko kerusakan contoh tanahnya. Umumnya, nilai Ca di­
batasi sampai 10%.

( a) (b)

r- · - - -
.- · - · - · - r-

Ds D,

I
De
tl
I' De
V
I

Gambar 2.6 Ukuran tabung contoh.

Untuk memperkecil gesekan tanah dengan dinding bagian dalam tabung, supaya dera­
jat gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak dibengkokkan ke dalam atau dilengkapi
dengan alat pemotong yang diameter dalamnya lebih kecil dari diameter dalam tabung
contoh (Gambar 2 6a) . Namun, hal ini juga menyebabkan akibat sampingan yang berupa
.

pengembangan contoh setelah berada di dalam tabung. Untuk itu, Hvorslev (1949) mem­
batasi derajat pelonggaran contoh di dalam tabung dengan nilai banding kebebasan dala m
(Cj), dengan
42 Penyelidikan tanah

D -D
c. =
5 c X 100% (2.2)
D
1
e

Nilai optimum Ci bergantung pada diameter tabung contoh, teknik operasi, dan terutama,
kualitas tanahnya. Untuk tabung contoh pendek, nilai Ci adalah antara 0-0,5%, dan untuk
tabung contoh panjang, Ci antara 0-1,5%. Jika ujung tabung contoh dilengkapi dengan tipe
alat pemotong seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6b, nilai banding kebebasan luar
didefinisikan sebagai:
D -D
w t
X 100% (2.3)
D
t

Disarankan, untuk tanah tak berkohesi C1 0, dan untuk tanah berkohesi, C1 tak boleh
=

melebihi 2% atau 3%.


Untuk klasifikasi dan untuk mempelaj ari karakteristik kepadatan tanah, contoh ter­
ganggu (disturbed sample) dapat digunakan. Prinsip persyaratan contoh terganggu adalah
bahwa contoh tersebut harus mewakili kondisi lapisan tanahnya. Hasil penyelidikan de­
ngan bor tangan mewakili kondisi tanah dalam kondisi terganggu.
Berbagai macam tabung pengambilan contoh tanah telah dipakai hingga saat ini, bebe­
rapa contohnya antara lain:

(a) Tabung Contoh Tekan Terbuka (Open Drive Sampler)

Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung baja yang dilengkapi dengan alat pemotong
pada ujungnya. Batang bor dihubungkan dengan ujung atas tabung contoh (Gambar 2.7).
Diameter dalam tabung berkisar antara 1 00 sampai 450 m m . Pada pengambilan contoh
tanahnya, tabung contoh ditekan secara dinamis atau statis oleh alat penekan.

- kepala

katup pengontrol

karet

tabung contoh

Gambar 2.7 Tabung contoh tekan terbuka.


Teknik Fondasi 1 43

Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika d igunakan dalam tanah
granuler (berbutir lepas), penahan inti (core catcher) yang berfungsi menahan contoh tanah
agar tertahan dalam tabungnya harus digunakan.
Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang berupa lempung
atau lanau sensitif, akan terganggu sampai pada kedalaman tertentu. Oleh karena itu, bila
tabung tekan terbuka ditekan, bagian atas dari tabung tersebut akan terisi oleh tanah yang
telah rusak susunannya. Dan, pada waktu tabung diputar untuk memotong tanahnya, pu­
taran akan merusakkan susunan tanah pada bagian bawah contoh. Untuk menanggulangi
kerusakan contoh ini, lebih baik jika digunakan tabung contoh berpiston.

(b) Tabung Contoh Berpiston


Tabung contoh berdinding tip is yang cocok digunakan untuk tanah kohesif ini, diperkenal­
kan oleh Hvorslev (1949). Diameter dalam tabung bervariasi dari 50-100 mm, dan panjang­
nya bervariasi dari 450-750 m m . Tabung yang pendek dipakai untuk tabung yang
berdiameter kecil. Terdapat 2 tipe tabung contoh untuk tabung berdinding tipis, yaitu la­
bung berpiston mengapung dan tabung berpiston tetap. Tabung contoh berpiston cocok di­
gunakan untuk tanah-tanah yang sangat sensitif terhadap gangguan, seperti lempung
lunak dan lempung plastis. Kecuali itu, dapat pula digunakan dalam pengambilan contoh
tanah pada lubang-cobaan dan pengambilan contoh pada lubang bor yang dangkal.

kabel ke permukaan tanah

penghubung

Ynv�<:
ke batang bor pipa selubung - I'
permukaan
kabel tanah

ffi
11
Jl

batang
penahan piston -
rf,r-
�I Jy tabun g dan piston
ditekan bersama-sama
I"
tabung penghubung �
batang contoh
- batang tetap diam untuk
menahan piston

tabung ditekan untuk


pengambilan contoh
tabung
contoh
piston

(a) (b)

Gam bar 2.8 (a) Tabung contoh berpiston mengapung.


(b) Tabung contoh berpiston tetap.
44 Penyelidikan tanah

(b. l) Tabung contoh berpiston mengapung (floating piston)


Alat ini terdiri dari tabung baja tipis yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat pemo­
tong pada ujungnya (Gambar 2.8a). Tabung contoh dilengkapi dengan piston yang tergan­
tung oleh sebuah kabel. Pada waktu tabung dimasukkan ke lubang bor hingga menyentuh
dasar lubang, posisi piston mula-mula terletak pada ujung bawah tabung, agar tanah tak
masuk ke dalamnya. Setelah tabung dan piston menyentuh tanah dasar, tabung contoh
ditekan ke bawah sedang piston tetap di tempatnya. Untuk pengambilan contoh, tabung
harus sedikit diputar (atau alat pemotong tambahan harus dipasang pada ujungnya). Ge­
sekan antara contoh tanah dan dinding tabung membuat contoh tanah tetap tinggal di
dalam tabungnya. Pada waktu tabung contoh ditarik ke luar dan dilepas dari tangkai bor,
kedua ujung tabung contoh yang telah berisi tanah tak terganggu ditutup dengan lilin, dan
dibawa ke laboratorium .

(b.2) Tabung contoh berpiston tetap (fixed piston)


Pada tabung contoh berpiston tetap (Gambar 2.8b), piston dapat diletakkan pada posisinya
oleh sebuah batang baja yang memanjang sampai permukaan tanah. Pengambilan contoh
tanah dapat dipilih pada kedalaman tertentu, di mana diperkirakan tanahnya tak ter­
ganggu oleh operasi pengeboran. Saat pengambilan contoh tanah, piston ditahan pada
posisinya dan tabung ditekan ke bawah. Dengan cara ini, jika tanahnya lunak, tabung
dapat ditekan ke bawah sampai kedalaman yang diinginkan dengan tanpa memperdalam
pengeboran.

(c) Tabung Contoh Belah (Split Barrel Sampler)

Tabung contoh terdiri dari tabung yang dapat dibelah menjadi dua bagian atau dipisahkan
satu sama lain pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya (Gambar 2.9). Secara keselu­
ruhan, bagian-bagian tabung contoh dari bawah ke atas terdiri dari: bagian pemotong pada
ujung bawah, tabung yang dapat dibelah, tabung penghubung dan bagian kepala tabung.
Untuk menahan contoh tanah tetap di tempatnya, pada bagian atas alat pemotong diberi
katup penutup. Salah satu dari jenis tabung contoh ini, digunakan untuk pengujian pene­
trasi standar (SPT) .

katup

kepala tabung penghubung


tabung dapat dibelah pemotong

Gambar 2 . 9 Tabung contoh be/ah.


Teknik Fondasi 1 45

2.5 Penanganan Contoh Tanah

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan contoh tanah adalah bahwa sete­
lah tabung contoh tanah diambil dari lubang bor, ujung-ujungnya harus dibersihkan dan
ditutup dengan lilin. Maksudnya adalah agar contoh tanah tidak berubah kadar airnya,
dan juga untuk menahan gangguan contoh tanah yang mungkin timbul dalam perjalanan
ke laboratorium. Selain itu, pada tabung contoh ditempelkan label yang berisi tanggal,
lokasi pengujian, nomor lubang bor, dan kedalaman contohnya. Ujung atas dan bawah ta­
bung contoh harus ditandai dengan benar, sehingga pada pengujian di laboratorium akan
diketahui ke arah m ana contoh tanah akan dikeluarkan dari dalam tabung contohnya.
Contoh tanah lempung sensitif harus dijaga dengan baik pada waktu diangkut ke labo­
ratorium, terutama jangan sampai terjadi getaran yang besar yang dapat merusakkan con­
tohnya.

2.6 Laporan Hasil Pengeboran

Laporan pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat. Pengawas lapangan yang mena­
ngani pekerjaan selain harus selalu mencatat data yang diperoleh, juga harus mencatat hal­
hal kecil yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti: pergantian alat dan
tipenya, kedalaman lubang pada waktu mengganti alat, metode penahanan lubang bor
agar tetap stabil atau penahan tebing lubang-cobaan.

n/.#IJWIMY/R

tanah permukaan kerikil

pasir kasar pasir halus

- -- -- - . . :· . · · � :· ·· : .·: c:
-- --- -- . .
-
--
-
--
--
--
---
--
-- [. ... · : ·.1 : : .... . , .. ,...
--
- --
-- -- - . .. • < . . .
. . . / . . ..
-
---- --
--- --- �
• I ... ; -'. l, i• :r=T":··
•, . .. . '

lempung kaku lempung lunak lanau dan lempung

lempung ; dan pasir batuan dasar gambut

Gambar 2 . 1 0 Contoh penggambaran simbol·simbol jenis tanah.


46 Penyelidikan tanah

Sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan lapangan


bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum sedemikian hingga
batas-batas antara m aterial yang berbeda dip lot pada elevasi yang benar, menurut skala
vertikal yang ditentukan.
Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalau hporan hasil pengeboran (atau sering di­
sebut boring log), yang berisi antara lain:
(1) Kedalaman lapisan tanah
(2) Elevasi permukaan titik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
(3) Simbol jenis tanah secara grafis.
(4) Deskripsi tanah.
(5) Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh terganggu atau
tak terganggu.
(6) Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan pengeboran.

Belum ada standar yang memberikan simbol jenis tanah dalam penyajian gambar profil
tanah secara vertikal. Gambar 2.10 menyajikan contoh simbol-simbol tersebut.
Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa campuran dari jenis tanah-tanah tertentu, se­
perti lempung berpasir, lanau berpasir, kerikil berlanau, dan sebagainya. Dalam kondisi ini,
simbol-simbol dapat dikombinasikan, dengan kandungan tanah yang dbminan digambar
lebih tebal atau lebih banyak.

2.7 Penyelidikan Tanah di Lapangan

Jenis-jenis tanah tertentu sangat mudah sekali terganggu oleh pengaruh pengambilan con­
tohnya di dalam tanah. Untuk menanggulangi hal tersebut, sering dilakukan beberapa pe­
ngujian di lapangan secara langsung. Pengujian-pengujian tersebut, antara lain:
(1) Pengujian penetrasi standar atau pengujian SPT (Standard Penetration Tes t).
(2) Pengujian penetrasi kerucut statis (static cone penetration test).
(3) Pengujian beban pelat (plate load test).
(4) Pengujian geser baling-baling (vane shear test).

Penguj ian di lapangan sangat berguna untuk mengetahui karakteristik tanah dalam
mendukung beban fondasi dengan tidak dipengaruhi oleh kerusakan contoh tanah akibat
operasi pengeboran dan penanganan contohnya. Khususnya, berguna untuk menyelidiki
tanah lempung sensitif, lanau, dan tanah pasir tak padat.
Perlu diperhatikan bahwa hasil pengujian-pengujian geser baling-baling dan penetrasi,
hanya memberikan informasi satu karakteristik tanah saja, yaitu kuat geser tanah. Oleh ka­
rena itu, pengujian-pengujian tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti pe­
ngeboran, namun hanya sebagai pelengkap data hasil penyelidikan. Sesuatu yang tak da­
pat diidentifikasi oleh pengujian-pengujian tersebut adalah mengenai jenis tanah yang di­
tembusnya, atau perbedaan jenis tanahnya. Sebagai contoh, pengujian tak dapat memberi­
kan informasi mengenai tanah yang diuji adalah tanah organik atau lempung lunak, atau
tanah berupa pasir tak padat atau lempung kaku, karena yang diketahui hanya tahanan
penetrasi a tau kuat gesernya saja. Demikian pula, hasil-hasil pengujiannya tak dapat mem­
berikan informasi mengenai kondisi air tanah. Untuk itu, kekurangan-kekurangan datanya
dapat dilengkapi dengan mengadakan pengeboran tanah.
Teknik Fondasi 1 47

2.7.1 Pengujian Penetrasi Standar (SPT)

Pengujian penetrasi stanclar clilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak ter­
ganggu pacla tanah granuler. Pacla pengujian inCsifat-sifat tanah ditentukan dari peng­
ukuran kerapatan relatif secara langsung cli lapangan. Pengujian untuk mengetahui esti­
masi nilai kerapatan relatif yang sering cligunakan adalah pengujian penetrasi standar atau
yang biasa clisebut pengujian SPT (Standard Penetration Test).

Pengujian SPT dilakukan dengan cara sebagai berikut:


Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika keclalaman pengeboran telah mencapai lapisan
tanah yang akan cliuji, mata bor clilepas clan cliganti clengan alat yang clisebut tabung belah
standar (standard split barrel sampler) (Gambar 2.11). Setelah tabung ini dipasang, bersama­
sama clengan pipa bor, alat cliturunkan sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar,
clan kemuclian clipukul clari atas. Pukulan cliberikan oleh alat pemukul yang beratnya 63,5
kg (140 pon), yang clitarik naik turun clengan tinggi jatuh 76,2 cm (30 inci).

tabung contoh dapat dibelah


dengan tabung pelurus

3 0"

(a)

( b)

Gambar 2.1 1 Tabung befah standar untuk pengujian SPT.


(a) Tabung standar.
(b) Tabung SPT untuk tanah berbatu.

Nilai SPT diperoleh dengan cara, sebagai berikut:


Tahap pertama, tabung belah standar clipukul hingga seclalam 15,24 cm (6 inci). Kemudian
clilanjutkan clengan pemukulan tahap keclua seclalam 30,48 cm (12 inci). Jumlah pukulan
pada tahap keclua ini, yaitu jumlah pukulan yang clibutuhkan untuk penetrasi tabung belah
standar seclalam 30,48 cm, cliclefinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih baik dilaku­
kan dengan menghitung pukulan pacla tiap-tiap penembusan sedalam 7,62 cm (3 inci).
Dengan cara ini, kedalaman sembarang jenis tanah cli clasar lubang bor dapat ditaksir, dan
elevasi di mana gangguan terjacli clalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu,
clapat dicatat.
48 Penyelidikan tanah

Pada kasus-kasus yang umum, pengujian SPT dilakukan pada tiap-tiap 1,5 m atau pa­
ling sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah di sepanjang kedalaman lubang
bornya.
Untuk tanah yang berbatu, Palmer dan Stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar
yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30° pada ujungnya (Gambar 2.11b). Peng­
amatan telah menunjukkan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh kedua tipe
alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relatif tanah yang sama.
Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan model
keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi keruntuhan geser
lokal (local shear failure) dapat dianggap terjiidi bila nilai N < 5, dan kondisi keruntuhan geser
umum (general shear failure) terjadi pada nilai N > 30. Untuk nilai N antara 5 dan 30, interpo­
lasi linier dari koefisien daya dukung tanah Ne, N , Ny dapat dilakukan. Bila nilai-nilai ke­
q
rapatan relatif (D,) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan (Meyerhof, 1957):

N = 1,7 D,2 ( 14,2p; + 10) (2.4)


dengan
D, kerapatan relatif
p0' = tek,anan vertikal akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah yang ditinjau,
atau tekanan overburden efektif.

Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif (D,) yang diberikan oleh Terzaghi dan Peck
(1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hubungan nilai N dan kerapatan relatif (D,) tanah pasir.

Nilai N Kerapatan relatif ( D )


,
<4 Sangat tidak padat

4-10 Tidak padat

10-30 Kepadatan sedang

30-50 Pad at

> 50 Sangat padat

Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948) memberikan hubungan N secara
kasar d engan kuat geser tekan-bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.2. Kuat geser
tekan-bebas (qu) diperoleh dari pengujian tekan-bebas, dengan Cu 0,5 qu dan q> = 0. Akan
=

tetapi, penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada Tabel 2.2
tersebut tidak direkomendasikan. Peck, dkk. (1953) menyatakan bahwa nilai N hasil pe­
ngujian SPT untuk tanah lempung hanyalah sebagai pendekatan kasar, sedang pada tanah
pasir, nilai N pengujian SPT dapat dipercaya. Untuk menentukan kuat geser tanah lem­
pung, lebih baik jika nilainya diperoleh dari pengujian geser baling-baling (vane shear test) di
lapangan atau dari per.gujian contoh tanah tak terganggu di laboratorium.
Untuk menentukan nilai daya dukung yang diizinkan dari hasil pengujian SPT, diperlu­
kan estimasi kasar nilai lebar fondasi (B) dari fondasi yang terbesar pada bangunannya.
Teknik Fondasi 1 49

Untuk fondasi dangkaC pengujian SPT dilakukan pada interval 2,5 ft (76 cm) di bawah
dasar fondasi, dimulai dari kedalaman dasar fondasi (D{;)
sampai kedalaman DJ + B (Ter­
zaghi dan Peck, 1948). Nilai N rata-rata sepanjang keda aman ini akan berfungsi sebagai
gambaran kasar dari kerapatan relatif pasir yang berada di bawah dasar fondasi, yang
masih mempengaruhi besar penurunan. Jika pengujian SPT dilakukan pada beberapa
lubang pada lokasi yang berlainan, nilai N rata-rata yang terkecil digunakan dalam mem­
perkirakan nilai daya dukung tanahnya (Terzaghi dan Peck, 1948).

Tabel 2.2 Hubungan nilai N , konsisten dan kuat geser tekan-bebas (qu) untuk tanah
lempung jenuh (Terzaghi dan Peck, 1 948).

Nilai N Konsistensi
Kuat geser tekan-bebas ( q)
(kglcm2)

<2 Sangat lunak < 0,25

2-4 Lunak 0,25-0,50

4-8 Sedang 0,50-1,00

8-15 Kaku 1,00-2,00

1 5-30 Sangat kaku 2,00-4,00

> 30 Keras > 4,00

2.7.2 Pengujian Penetrasi Kerucut Statis

Pengujian p enetrasi kerucut statis atau pengujian sondir banyak digunakan di Indonesia, di
samping pengujian SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi
kepadatan tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah-tanah
berkerikil dan berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena akan banyak
mengalami kesulitan dalam menembus tanah. Nilai-nilai tahanan kerucut statis (qc) yang
diperoleh dari pengujiannya, dapat dikorelasikan secara langsung dengan nilai daya
dukung tanah dan penurunan pada fondasi-fondasi dangkal dan fondasi tiang.
Ujung alat ini terdiri dari kerucut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60° dan her­
diameter 35,7 mm atau mempunyai luas penampang 1000 mm2 . Bentuk skematis dan cara
kerja alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.12a. Alat sondir dibuat sedemikian rupa se­
hingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahanan terhadap gesekan dari selimut silinder
mata sondirnya. Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekan dan
mata sondir secara terpisah, melalui alat penekan mekanis atau dengan tangan yang mem­
berikan gerakan ke bawah. Kecepatan penekanan kira-kira 10 mm/ detik. Pembacaan ta­
hanan kerucut statis dilakukan dengan melihat arloji pengukurnya. Nilai qc adalah besar­
nya tahanan kerucut dibagi dengan luas penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, di­
lakukan pada tiap-tiap penembusan sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesekan
selimut alat sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau grafik
sondir yang menyajikan nilai keduanya (Gambar 2.12b).
r

50 Penyelidikan tanah

batang penekan
mata kerucut

Tahanan kerucut qc (kg/m2)

20 40 60 80 1 00 1 20

I
I 2

selimut,
pengukur gesekan atau
hambatan pelekat

'
hambatan pelekat

pengukur
tahanan kerucut (b)

w
35,7 mm

(a)

Gambar 2.1 2 Pengujian kerucut statis.


(a) Gambar skematis a/at pengujian.
(b) Contoh hasil pengujian.

2.7.3 Pengujian Beban Pelat

Pengujian beban pelat (plate load test) sangat cocok untuk penyelidikan tanah timbunan
atau tanah yang banyak mengandung kerikil atatt batuan, di mana pengujian lapangan
yang lain sulit dilaksanakan.
Pelat besi berbentuk lingkaran atau bujursangkar dengan diameter yang bervariasi dari
30 cm atau lebih besar lagi. Dimensi pelat tergantung dari ketelitian hasil pengujian yang
dikehendaki. Pada prinsipnya, bila ukuran pelat rriendekati atau sama dengan lebar fon­
dasi sebenarnya, maka semakin teliti hasil yang diperoleh. Pelat diletakkan pada dasar fon­
dasi rencana dengan lebar lubang paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan (Gambar
Teknik Fondasi 1 51

2.13). Pengamatan besar beban dan penurunan yang terjadi dilakukan sampai tanah meng­
alami keruntuhan atau pengujian dihentikan bila tekanannya mencapai kira-kira 2 kali nilai
daya dukung fondasi yang dirancang. Penambahan beban yang diterapkan, kira-kira 0, 1
kali nilai estimasi daya dukung tanah.
Bentuk dan ukuran pelat pengujian bervariasi tergantung dari tujuan pengujiannya.
Daya dukung ultimit yang diperoleh dapat digunakan langsung, jika ukuran pelat beban
sama dengan ukuran fondasi yang akan digunakan. Untuk itu, nilai daya dukung yang
diizinkan dihitung dengan cara membagi nilai daya dukung ultimit dengan faktor aman.
Jika penurunan merupakan kriteria yang dijadikan pedoman untuk p enentuan daya du­
kungnya, kapasitas beban yang menyebabkan terlampauinya persyaratan penurunan yang
perlu diperhatikan.

dihubungkan dengan
?
arloji pembacaan ::: penyangga arloji pembacaan

pelat uji

.I
b

W � 4b

Gambar 2.1 3 Pengujian beban pe/at.

2.7.4 Pengujian Geser Ba ling-ba ling di Lapangan

Beberapa macam alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif. Salah
satunya adalah, alat pengujian geser baling-baling (va ne shear test). Alatnya terdiri dari
kipas baling-baling baja setinggi 10 cm dan diameter 5 cm yang berpotongan saling tegak
lurus ( G ambar 2 . 1 4 a ) . Dalam praktek, terdapat bebe ra p a ukuran kipas yang b is a
digunakan.
Pada pengujian, alat ini dipasang pada ujung batang bor. Baling-baling beserta tang­
kainya ditekan ke dalam tanah, kemudian diputar dengan kecepatan 6 sampai 12 ° per
menit. Besarnya tenaga puntiran yang dibutuhkan untuk memutar kipasnya diukur. Ka­
rena tanah tergeser menurut bentuk silinder vertikal yang terjadi di pinggir baling-baling,
tahanan geser tanah dapat dihitung jika dimensi baling-baling dan gaya puntiran diketa­
hui. Kuat geser tanah lempung jenuh, dihitung dengan persamaan:
52 Penyelidikan tanah

(2.12)

dengan
Cu Su = kohesi tanpa-drainase.
=

T gaya puntiran saat keruntuhan.


d diameter baling-baling.
h tinggi baling-baling.

Pemeriksaan dilakukan sepanjang kedalaman tanah yang diselidiki, pada jarak interval
kira-kira 30 cm. Bila pengukuran dilakukan dengan pembuatan lubang dari alat bor, ba­
ling-baling ditancapkan paling sedikit berjarak 3 kali diameter lubang bor diukur dari
dasar lubangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki tanah yang benar-benar tak ter­
ganggu oleh operasi pengeboran. Kuat geser tanah yang telah berubah susunan tanahnya
(remoulded) dapat pula dilakukan dengan pengukuran torsi minimum yang dibutuhkan
untuk memutar baling-baling secara cepat dan kontinu.

pengukur torsi

dasar pipa selubung


pengeboran

batang baling-baling

penampang
baling-baling pemotong

l
baling-baling
ditekan di bawah tanah yang


Q}��·
terganggu oleh pengeboran

[
baling-baling r
: baling-ba ling:
·.·.· �. ···
10 cm pemotong (b)
.

(a) zona distorsi

Gambar 2.14 Pengujian geser baling-baling.


(a) A fat pengujian.
(b) Zona distorsi.

Studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang diper­
oleh dari pengujian geser baling-baling di lapangan terlalu besar (Arman, dkk., 1975). Hal ini
Teknik Fondasi 1 53

disebabkan oleh zona geser yang terjadi saat tanah tergeser, lebih besar dari bidang runtuh
tanahnya (Gambar 2.14b ) . Perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam dan kohesi
tanah. Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser tanah yang diper­
oleh dari pengujian baling-baling di lapangan, sebagai berikut:

su ( n = u.s u ( l a (2. 13)


ya t a ) p a n g an)

dengan
Su Cu = kohesi tanpa-drainase.
Su(nyata) kuat geser tanpa-drainase yang digunakan dalam perancangan.
Su(lapangan) nilai kuat geser tanpa-drainase yang diperoleh dari pengujian baling-ba­
ling di lapangan.
nilai koreksi yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.

:
1 ,2 1
Su(nyata) = & Su(lapangan

1 ,0 �
0,8
� r--....

a

� -

0,6

0,4
Q 20 40 60 80 1 00 1 20
lndeks plastisitas (PI)

Gambar 2.1 5 Koreksi kuat geser tanpa-drainase dari pengujian baling-baling di /apangan (Bjerrum, 1972).

2.8 Pengujian di Laboratorium

Sifat-sifat fisik tanah dapat dipelajari dari hasil-hasil pengujian laboratorium pada contoh­
contoh tanah yang diambil dari pengeboran. Hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat
digunakan untuk menghitung daya dukung dan penurunan. Kecuali itu, data laboratorium
dapat pula memberikan informasi mengenai besarnya debit air yang mengalir ke dalam
lubang galian fondasi, perilaku tanah dalam menderita tekanan, dan kemungkinan pe­
nanggulangan air pada penggalian tanah fondasi.
Perlu diingat bahwa kondisi lapisan tanah di lapangan bervariasi. Karena itu, jumlah
contoh tanah yang terlalu sedikit akan memberikan analisis data yang hasilnya meragukan.
Secara umum, pengujian di laboratorium yang dilakukan untuk perancangan fondasi,
adalah:
(1) Pengujian dari pengamatan langsung.
(2) Kadar air.
(3) Analisis butiran.
54 Penyelidikan tanah

(4) Batas plastis clan batas cair


(5) Triaksial.
(6) Tekan-bebas.
(7) Geser-langsung.
(8) Geser baling-baling.
(9) Konsoliclasi.
(10) Permeabilitas.
( 1 1) Analisis bahan kimia.

Pengujian dari pengamatan langsung. Pengujian ini clilakukan untuk mencatat warna, bau,
konsistensi clari contoh tanah terganggu clan tak terganggu yang cliperoleh clari lapangan.

Kadar air. Pemeriksaan kaclar air tanah cli lapangan clilakukan pacla contoh tak terganggu
yang clikirim ke laboratorium . Dengan membanclingkan hasil-hasilnya clengan hasil yang
cliperoleh dari pengujian batas plastis dan batas cair, maka dapat disusun program peng­
ujian kuat geser tanah. Selain itu, karena umumnya tanah lunak berkaclar air tinggi, peng­
ujian kaclar air berguna untuk meyakinkan konclisi tanah lunak tersebut. Pengujian kadar
air, biasanya merupakan bagian clari pengujian kuat geser tanah.

Analisis butiran. Pengujian analisis ukuran butir tanah clilakukan untuk keperluan klasi­
fikasi . Penguj ian clilakukan melalui analisis saringan clan seclimentasi atau analisis hiclro­
meter, untuk memperoleh kurva graclasinya.

Batas plastis dan batas cair. Pengujian ini clilakukan pada tanah kohesif untuk m aksucl
klasifikasi clan untuk estimasi sifat-sifat teknisnya. Grafik plastisitas clari Casagrancle
(G ambar 1 . 1 1) dapat d igunakan untuk memperkirakan kompresibilitas tanah-tanah lem­
pung dan lanau . Dalam m enggunakan grafik plastisitas, perlu cli ketahui apakah tanah
berupa tanah organik atau anorganik, yang biasanya clapat cliketahui cl ari warnanya yang
gelap clan baunya seperti tanaman yang busuk bila tanahnya organik. Bila terclapat keragu­
raguan mengenai tanah organik ini, pengujian batas cair clilakukan pacla contoh tanah yang
telah dipanaskan dalam ove1z. Jika pada pengeringannya, nilai batas cair terecluksi sampai
�O'Yo atau lebih, maka tanah aclalah organik. Proseclur yang umum clipakai aclalah clengan
melakukan penguj ian batas plastis clan batas cair pacla contoh yang clipilih (yang jumlah­
nya tak begitu banyak) clari tiap-tiap macam tanah yang mewakili, yang cliperoleh clari
lubang bor. Dengan membandingkan hasil-hasilnya clan mengeplot hasil-hasil tersebut ke
dalam grafik plastisitas, variasi macam tanah clapat diklasifikasikan. Dari sini, secara kasar
clapat cliketahui sifat kompresibilitasnya, clan kemuclian, pada contoh-contoh tanah yang
dipilih, clilakukan percobaan konsolidasi, jika hal ini dibutuhkan.

Triaksial. Untuk perancangan fondasi, pengujian triaksial terbatas hanya dilakukan pada
tanah-tanah lempung, lanau, clan batuan lunak. Umumnya, pengujian ini tak dilakukan
pada tanah pasir clan kerikil, karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak terganggu.
Wal aupun pengambilan contoh tanah pasir suclah diu sahakan sangat hati-hati, namun
pada pelepasan contoh tanahnya clari clalam tabung, tanah akan menjadi berubah atau ter­
ganggu dari kondisi aslinya. Hal terbaik yang clapat dilakukan hanyalah clengan meng­
u ku r berat volumenya, yaitu clengan cara menimbang contoh pasir clalam tabung lalu
diukur volumenya. Kemuclian, pengujian geser dilakukan pacla contoh tanah yang dibuat
mempunyai berat volume yang sama. Pad a tanah pasir, lebih baik jika sudut gesek dalam ( <p)
secara empiris cliukur clari pengujian lapangan, seperti pengujian SPT atau penetrasi keru­
cut statis (sondir).
Teknik Fondasi 1 55

Kuat geser tanah lempung yang digunakan untuk hitungan daya dukung tanah dapat
diperoleh dari pengujian triaksial tanpa-drainase.
Tekan-bebas. Pengujian ini berguna untuk menentukan kuat geser tanpa-drainase pada
tanah lempung jenuh yang tak mengandung butiran kasar, yang akan digunakan dalam
hitungan daya dukung.
Geser baling-baling. Pengujian geser baling-baling lebih banyak dilakukan di lapangan
daripada di laboratorium. Namun, pengujian baling-baling di laboratorium sangat berguna
hila tanah sangat sensitif dan lunak yang menyulitkan dalam pendirian contoh tanah pada
waktu dilakukan pengujian tekan-bebas.
Konsolidasi. Pengujian ini hanya dilakukan untuk jenis tanah berbutir halus seperti lem­
pung dan lanau dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan konsolidasi dan
kecepatan penurunannya. Pengujian dilakukan pada alat oedometer atau konsolidometer.
Dari nilai koefisien konsolidasi ( C) yang d,ihasilkan, dapat diketahui besarnya kecepatan
penurunan bangunannya. Data hubungan pembebanan dan penurunan diperoleh dari
penggambaran grafik tekanan terhadap angka pori. Dari sini, dapat diperoleh koefisien per­
ubaha n volume ( m v) atau indeks pemampatan ( Cc) , yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung estimasi penurunan akibat beban bangunannya. Pengujian konsolidasi dapat
tak dilakukan hila tanah lempung berupa letnpung yang terkonsolidasi sangat berlebihan
(heavily overconsolidated). Karena pada jenis tanah lempung tersebut, sepanjang beban yang
diterapkan tidak sangat berlebihan, penurunan yang terjadi sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Permeabilitas. Pengujian permeabilitas dilakukan pada contoh tanah tak terganggu. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang harus dipompa pada penggalian ta­
nah fondasi.
Analisis bahan kimia. Pengujian analisis bahan kimia dilakukan untuk mengetahui ke­
mungkinan kandungan bahan kimia dari air tanah yang dapat merusak fondasi beton,
turap baja, atau tiang pancang baja. Bila fondasinya berupa bahan baja, biasanya cukup
dengan menentukan nilai pH dan kandungan klorida pada tanah dan air tanahnya. Untuk
fondasi beton, umumnya perlu ditentukan kandungan sulfatnya dan bila tanah mengan­
dung banyak bahan organik, disarankan untuk menambahkan pengujian pH dan penen­
tuan persentase kandungan bahan organiknya.

2.9 Denah Titik-titik Penyelidikan

Lokasi titik-titik penyelidikan tanah harus diusahakan sedekat mungkin dengan letak fon­
dasi. Hal ini penting, terutama bila bentuk lapisan tanah pendukung fondasi tak beraturan.
Bila denah struktur belum tersedia pada waktu diadakan penyelidikan tanah, maka denah
lubang bor umumnya disusun dalam bentuk segiempat (lihat Gambar 2.16) .
Untuk area yang luas, diperlukan jarak lubang bor yang agak lebar dan diselingi dengan
beberapa pengujian lapangan tambahan, seperti: pengujian kerucut statis atau pemeriksaan
dengan cara lubang-cobaan (trial-pit). Letak titik penyelidikan pengujian-pengujian tersebut,
dilakukan pada jarak yang lebih dekat, yaitu di antara lubang-lubang bornya.
Jumlah lubang bor yang diperlukan sangat bergantung pada kekompleksan kondisi
lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas, semakin banyak lubang bor, semakin te­
liti informasi yang diperoleh dari kondisi tanahnya. Bila biaya penyelidikan terbatas, diper­
lukan pertimbangan yang matang guna memutuskan jumlah lubang bor yang mewakili
56 Penyelidikan tanah

kondisi tanah. Pada bangunan yang bebannya tak begitu besar, paling tidak harus ada 2
atau sebaiknya 3 lubang bor, sehingga bentuk kemiringan lapisan tanah dapat diketahui.
Jika jumlah lubang bor terlalu sedikit, estimasi bentuk kemiringan lapisan tanah dapat
meleset dari yang sebenarnya, di samping kurangnya informasi yang diperoleh dari kon­
disi tanahnya.


Ea
r- - 1
L'-.J'---+- tempat mesin

(a) Bangunan pabrik atau , (b) Kelompok bangunan dengan lebar tipis.
bangunan bertingkat tinggi.
Batas
r· - · - · - · -- - -- · pemilikan

.�
-- · -- ·

.
. � • �
\
I
\ • G) •

I
(c) Denah titik

\
penyelidikan
• • Ef) •
bila denah
bangunan
\ • � •
belum
ditentuka n.
pengeboran.
\

E9 pengujian pelengkap
(kerucut statis). • •
L . .!_ _ __J

Gambar 2.1 6 Denah titik-titik penyelidikan.

Untuk fondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling sedikit diperlu­
kan satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunannya yang diselingi dengan penyelidik­
an kerucut statis. Untuk jenis bangunan-bangunan tersebut, sebaiknya jarak lubang bor
tidak melebihi 15 m (Terzaghi dan Peck, 1948).
Untuk jembatan dan bendungan, 2 set pengeboran perlu dikerjakan. Pengeboran per­
tama terletak pada sumbu-sumbunya, untuk mengetahui apakah pada lokasi tersebut
tanahnya m ampu mendukung beban. Pengeboran kedua dilakukan pada lokasi tepat di
bawah pangkal jembatan atau pilarnya. Pada bendungan, set kedua dilakukan pada lokasi
bangunan pelengkap, seperti lokasi bendungan elak. Terzaghi dan Peck (1948), menyaran­
kan jarak lubang bor minimum 30 m dan maksimum 60 m untuk proyek yang sangat luas
Teknik Fondasi 1 57

dan besar. Untuk p royek jalan raya, pengeboran dilakukan pada jarak interval kira-kira 30
m sepanjang jalannya. Kedalaman lubang bor disarankan 2-4 m di bawah tanah asli bila
dasar perkerasan pada tanah asli, dan 1-4 m di bawah dasar perkerasan jalan, hila per­
kerasannya diletakkan dengan menggali tanah asli.

2.10 Kedalaman Lubang Bor

Kedalaman lubang bor bergantung pada kedalaman tanah yang masih dipengaruhi oleh
penyebaran tekanan fondasi bangunannya. Tekanan vertikal pada kedalaman 1,5 kali lebar
fondasi adalah masih kira-kira 0,2 kali besarnya tekanan di dasar fondasi . Oleh karena itu,
kedalaman lubang bor harus kira-kira 1 ,5 kali lebar fondasinya atau 1,5B, dengan B adalah
lebar fondasi.
Untuk fondasi telapak (spread footing) atau fondasi memanjang (contin uous footing) ke­
dalaman lubang bor agak dangkal (Gambar 2.17a). Namun untuk fondasi rakit (raft a tau
mat foundation) kedalaman lubang bor akan lebih dalam (Gambar 2.17c).

lubang bor
( a) I fondasi rakit
j

B B B
1 ,58
1 ,58

__j
B
(c)
lubang bor lubang bor
I
;
(b)

/" �· .
/penyebaran
\
\
I tekanan fondasi / ' \ 1 ,58
1 ,58 B

Gambar 2.17 Kedalaman pengeboran.


(a) Fondasi memanjang dan fondasi telapak.
(b) Fondasi telapak yang letaknya berdekatan.
(c) Fondasi rakit dan fondasi tiang.

Pada fondasi tel�pak yang jaraknya terlalu dekat, penyebaran bebannya saling tumpang
tindih, maka kedalaman lubang bor akan sama halnya dengan kedalaman pada fondasi
58 Penyelidikan tanah

rakit, yaitu 1,5B. Untuk fondasi tiang, kedalaman lubang bor harus lebih dalam d i bawah
dasar tiangnya. Dengan pertimbangan bahwa lapisan tanah di bawah tiang masih men­
dukung beban yang ditransfer lewat tiimg, umumnya, untuk fondasi tiang yang terletak
pada tanah yang homogen, perilakunya akan sama seperti fondasi pelat yang dasar fon­
dasinya dihitung dari kedalaman 2 h panjang tiang (Gambar 2.17c). Untuk itu, kedalaman
lubang bor untuk fondasi tiang adalah 2 130 + l,SB, dengan 0 adalah panjang tiang dan B
adalah lebar area kelompok tiang.
Dalam hal fondasi akan diletakkan pada lapisan batu, harus yakin apakah ketebalan
lapisan batu tersebut dapat mendukung penyebaran bebannya. Untuk itu, bila lapisan batu
terletak di permukaan, ketebalan lapisannya dapat diketahui dengan cara membuat lubang­
cobaan secara langsung.
Untuk keamanan terhadap daya dukung dan penurunan pada struktur yang besar,
walaupun telah diketahui lapisan tanah keras dekat dengan permukaan tanah, masih di­
sarankan untuk menyelidiki ketebalan lapisan tanah keras tersebut dan kondisi lapisan d i
bawahnya, karena dikhawatirkan tanah keras tidak cukup tebal untuk mendukung beban­
nya, sehingga membahayakan kestabilan ban�unan.

2.11 Informasi yang Dibutuhkan untuk fenyelidikan Tanah

Bila penyelidikan tanah dilakukan secara detail, maka perancang harus berusaha memper­
oleh data, sebagai berikut:
(1) Kondisi topografi lokasi pekerjaan. Data ini diperlukan untuk perancangan fondasi dan
penentuan cara pelaksanaan di lapangan terutama pada proyek-proyek bangunan air
dan jalan.
(2) Lokasi-lokasi bangunan yang terpendam di dalam tanah, seperti: kabel telepon, pipa­
pipa atau gorong-gorong untuk air kotor dan air bersih, dan lain-lainnya.
(3) Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-kerusakan bangunan yang
sering terjadi di sekitar lokasi pekerjaan.
(4) Kondisi tanah secara global, muka air tanah, dan kedalaman batuan. Keterangan ini
sering dapat diperoleh dari penduduk setempat.
(5) Keadaan iklim, elevasi muka air banj ir, erosi tanah, dan besarnya gempa yang sering
terjadi.
(6) Tersedianya material alam dan kualitasnya, yang berguna untuk bahan pembentuk
bangunan seperti campuran beton.
(7) Data geologi yang disertai keterangan tentang proses pembentukan lapisan tanah dan
batuan di lokasi pekerjaan, serta kemungkinan terjadinya penurunan tanah maupun
bangunan akibat penurunan muka air tanah.
(8) Hasil-hasil penyelidikan laboratorium pada contoh tanah dan batuan yang dibutuhkan
untuk perancangan fondasi atau penanganan problem-problem pelaksanaannya.
(9) Foto kondisi lapangan dan bangunan-bangunan di dekatnya.

Di bawah ini diberikan data tambahan yang diperlukan untuk perancangan fondasi ba­
ngunan-bangunan tertentu.

(a) Fondasi Bangunan Gedung

( 1 ) Ukuran dan.J:inggi bangunan serta kedalaman ruang bawah tanah (basement), bila ada.
(2) Susunan dan jarak kolom serta besar beban.
Teknik Fondasi 1 59

(3) Tipe rangka bangunan dan bentangnya, serta kemungkinan adanya tempat-tempat ter­
tentu yang mendukung beban khusus, seperti fondasi mesin.
(4) Tipe tembok luar dan kaca pintu-jendela yang sensitif terhadap penurunan bangunan.

(b) Fondasi Jembatan

(1) Tipe dan bentang jembatan.


(2) Besarnya beban pada pangkal jembatan dan pilar.

Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan langsung di lapangan dengan berjalan kaki sa­
ngat penting pada penyelidikan tanah. Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan
fondasi sering dihasilkan dari pekerjaan tersebut. Ha! ini untuk mengetahui masalah­
masalah penting yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan dan pelaksanaan. Selain
itu, juga untuk mengetahui bentuk dan kondisi permukaan tanahnya.

2.12 Laporan Penyelidikan Tanah untuk Perancangan Fondasi

Laporan penyelidikan tanah untuk perancangan fondasi dibuat dengan mempertimbang­


kan seluruh data lubang bor, lu bang-cobaan, observasi lapangan, pengujian-pengujian
lapangan dan laboratorium . Selanjutnya, laporan penyelidikan tanah secara lengkap harus
berisi:
(1) Pendahuluan.
(2) Deskripsi lokasi proyek.
(3) Kondisi geologi lokasi proyek.
(4) Deskripsi lapisan tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran.
(5) Hasil pengujian laboratorium.
(6) Pembahasan.
(7) Kesimpulan.

Berikut ini diberikan penjelasan mengenai isi dari bab-bab di atas.

Pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang maksud dan tujuan diadakannya penyelidikan


tanah, waktu penyelidikan, dan untuk siapa penyelidikan tersebut dilakukan. Harus
dijelaskan maksud penyelidikan yang dilakukan: hanya untuk memperoleh data yang ter­
batas, yang akan digunakan dalam penyelidikan yang sifatnya taksiran; atau untuk penye­
lidikan penuh dengan pengeboran, pengujian laboratorium, dan analisis hasil, yang di­
laksanakan untuk pertimbangan perancangan fondasi, cara pelaksanaan, serta untuk
menghitung daya dukung tanah yang diizinkan.

Deskripsi lokasi proyek. Pada bagian ini harus dijelaskan: letak proyek, kondisi permukaan
tanah, adanya pohon-pohon, bangunan lama, kubangan, tempat pembuangan sampah,
sungai, jalan, saluran atau gorong-gorong air, dan lain-lainnya. Selain itu, dijelaskan pula
mengenai kemungkinan adanya banjir, erosi permukaan, penurunan permukaan, gempa
bumi, stabilitas tebing, serta retakan-retakan akibat penurunan yang sering terjadi pada
bangunan di sekitar lokasi tersebut.

Kondisi geologi lokasi proy� k. Keterangan kondisi geologi di lokasi pekerjaan diberikan
berdasarkan hasil data pengeboran. Data hasil pengeboran sebaiknya dibandingkan d e­
ngan data yang telah ada sebelumnya, untuk pertimbangan ketelitian hasil pengujiannya.
60 Penyelidikan tanah

Dari data geologi yang diperoleh, perhatian diberikan jika terdapat patahan, sumber air,
rongga-rongga bawah tanah, lapisan lunak, clan lain-lain yang nantinya akan sangat mem­
pengaruhi besarnya daya dukung fondasi.

Deskripsi lapisan tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran. Pada bab ini, deskripsi kon­
disi lapisan tanah dibuat dari hasil data pengeboran. Di sini, harus dijelaskan mengenai
gambaran jenis clan bentuk lapisan tanah, elevasi perubahan lapisan serta elevasi muka air
tanah. Penggambaran bentuk lapisan tanah diperoleh dari beberapa data lubang bor. Ben­
tuk lapisan akan berguna sebagai pertimbangan teknis dalam perancangannya. G ambar
2.18 memberikan contoh cara penggambaran gabungan beberapa data bor.

muka air tanah r +1 25,oo

+1 20,00

+1 1 5,00 I
· u;
Ill
>
Q)
+1 1 0,00 w

+1 05,00

+1 00,00
LB = lubang bor.

Gambar 2.1 8 Gambar gabungan profit tanah dari beberapa lubang bor.

Hasil pengujian laboratorium. Hal ini berisi penjelasan mengenai macam-macam pengu­
jian laboratorium yang dilakukan. Prosedur pengujian dijelaskan hanya bila dilakukan
pengujian yang tidak &tandar, khususnya untuk alat penyelidikan. Perhatian diberikan bila
terdapat hasil pengujian yang tidak seperti biasanya atau hal-hal yang khusus lainnya.
Untuk penjelasan secara detail, hasil pengujian sebaiknya dibuat dalam bentuk tabel-tabel
clan grafik-grafik. Hal ini dilakukan pada hasil-hasil pengujian triaksial, tekan-bebas, geser­
langsung, analisis butiran, clan konsolidasi.

Pembahasan. Bab ini merupakan inti pokok dari isi laporan. Penyaj ian harus diusahakan
untuk membahas masalahnya secara jelas clan singkat. Pembahasan dilakukan pada kon­
disi bangunan rencana clan beban-beban rencana yang nantinya akan dipertimbangkan ter­
hadap kondisi tanah fondasi clan jenis fondasi yang cocok untuk mendukung bangun­
annya. Bagian selanjutnya ada1ah pembahasan pada bangunan-bangunan pelengkap, se­
perti ruang generator listrik, ruang mesin-mesin yang berat, ruang pemanas, clan lain-lain,
·

yang akan membutuhkan fondasi yang khusus.


Teknik Fondasi 1 61

Bila dipakai fondasi memanjang atau fondasi telapak, harus ditetapkan berapa kedalam­
an fondasi, dimensi, daya dukung yang diizinkan, dan penurunan yang diharapkan akan
terjadi pada tekanan tanah yang diizinkan tersebut. Dijelaskan pula, kemungkinan ke­
untungan-keuntungan yang dapat diperoleh hila elevasi dasar fondasi lebih dalam, yang
dengan demikian akan diperoleh daya dukung tanah yang besar atau dapat memperkecil
penurunannya tanpa mengabaikan segi ekonomisnya.
Jika dipakai fondasi tiang, dijelaskan mengenai lapisan tanah pendukung tempat tiang
harus dipancang, kedalaman penetrasi ke lapisan pendukung, beban maksimum yang
diizinkan per tiang atau kelompok tiang, serta penurunan yang diharapkan akan terjadi
pada tiang tunggal atau kelompok tiangnya.
Masalah-masalah harus dipelajari dengan tanpa prasangka, sebagai contoh hasil peng­
ujian yang hasilnya terlalu rendah harus tidak diabaikan hanya karena tidak cocok dengan
daya dukung yang diperkirakan sebelumnya. Selanjutnya, sebab-sebab kenapa d aya
dukung sangat rendah harus dipelajari. Jika hal itu akibat kerusakan contoh, atau jika nilai
yang terlalu rendah hanya sedikit saja sehingga tak berpengaruh besar pada hasil keselu­
ruhannya, hasil tersebut dapat diabaikan. Jika hasil pengeboran lokasi tertentu menunjuk­
kan perbedaan dengan hasil-hasil lain di sekitarnya, sehingga susunan fondasi menjadi tak
teratur, maka alasan mengenai hal ini harus diberikan. Bila terdapat keraguan mengenai
hasil pengeborannya, pengeboran ulang harus diadakan, sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan.
Rekomendasi untuk perancangan fondasi harus didasarkan pada hal-hal yang ada
hubungan dengan hasil penyelidikan yang diperoleh, yaitu didasarkan pada hasil penge­
boran dan pengujiannya, dan tak boleh didasarkan pada dugaan.

Kesimpulan. Jika laporan penyelidikan yang disajikan terlalu panjang, maka sebaiknya dir­
ingkas dalam bentuk item-item, di dalam bab kesimpulan. Hal ini berguna untuk mem­
bantu perancang yang terlalu sibuk yang tidak mempunyai cukup waktu untuk membaca
seluruh pembahasan. A tau dengan cara lain, laporan penyelidikannya dimulai dengan
ringkasan prosedur penyelidikan dan garis besar kesimpulan.
3
DAYA DUKUNG

3.1 Macam-macam Tipe Fondasi

Fondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan.keJ.anah
atau batuan yang berada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi fondasi, yaitufondafii dang ­

kal dan fondasi dalam. Fondasi dangkal didefinisikan sebagai fondasi yang mendukung be­
bannya secara langsung, seperti: fondasi telapak, fondasi memanjang dan fondasi rakit. Fondasi
dalam didefinisikan sebagai fondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batu yang terletak relatif jauh dari permukaan, contohnya fondasi sumuran dan fondasi tiang.
Macam-macam contoh tipe fondasi diberikan dalam Gambar 3.1.
Fondasi telapak adalah fondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom.
Fondasi memanjang adalah fondasi yang digunakan untuk mendukung dinding meman­
jang atau digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat, sehingga
hila dipakai fondasi telapak sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain.
Fondasi rakit (raft foundation atau mat foundation), adalah fondasi yang digunakan untuk
mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila susunan
kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat di semua arahnya, sehingga bila dipakai fondasi
telapak, sisi-sisinya akan berimpit satu sama lain.
Fondasi sumuran (pier foundation) yang merupakan bentuk peralihan antara fondasi dang­
kal dan fondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang
relatif dalam. Peck, dkk. (1953) membedakan fondasi sumuran dengan fondasi dangkal
dari nilai kedalaman (Dj) dibagi lebarnya (B). Untuk fondasi sumuran DJI B > 4, sedang
untuk fondasi dangkal D/B :,:; 1 .
.

Fondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah fondasi pada kedalaman yang nor­
mal tidak mampu mendukung bebannya, dan tanah keras terletak pada kedalaman yang
sangat dalam. Demikian pula, bila fondasi bangunan terletak pada tanah timbunan yang
cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh
penurunan yang besar. Bedanya dengan fondasi sumuran adalah fondasi tiang umumnya
berdiameter lebih kecil dan lebih panjang.

3.2 Tipe-tipe Keruntuhan Fondasi

Untuk mempelajari perilaku tanah pada saat permulaan pembebanan sampai mencapai
keruntuhan, dilakukan tinjauan terhadap suatu fondasi kaku pada kedalaman dasar fon­
dasi yang tak lebih dari lebar fondasinya. Penambahan beban fondasi dilakukan secara
berangsur-angsur (Gambar 3.2).
Fase I. Saat awal penerapan bebannya, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah secara lateral dan vertikal ke bawah. Sejauh beban yang diterapkan relatif
Teknik Fondasi 1 63

(b) kola m

(e)

'
sumuran tiang

Gambar 3 . 1 Macam-macam tipe fondasi.


(a) Fondasi memanjang.
{b) Fondasi telapak.
(c) Fondasi rakit.
(d) Fondasi sumuran.
(e) Fondasi tiang.

kecil, penurunan yang terjadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang diterapkan.
Dalam keadaan ini, tanah dalam kondisi keseimbangan elastis. Massa tanah yang terletak
di bawah fondasi mengalami kompresi yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah,
yang dengan demikian menambah daya dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar fondasi
dan deformasi plastis tanah menjadi semakin dominan. Gerakan tanah pada kedudukan
plastis dimulai dari tepi fondasi, dan kemudian dengan bertambahnya beban, zona plastis
berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh retak­
an lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi fondasinya. Dalam zona plastis, kuat geser ta­
nah sepenuhnya berkembang untuk menahan bebannya.
Fase III. Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin bertambah
seiring dengan penambahan bebannya. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan tanah ke
r

64 Daya dukung

arah luar yang diikuti oleh menggembungnya tanah permukaan, dan kemudian, tanah
pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh yang berbentuk leng­
kungan dan garis, yang disebut bidang geser radial dan bidang geser linier.

beban

-LW-- . Fase i

.
--- - - - - -
s1

--l+k-
._J ,... - "U�
I \
I .... /
I \,J' - , ,
/.1
\
\
I '
,_,.... I '- " I Fase 11
\ zona plastis
' /
' /
......
-- - ......

Fase Ill

...
c:

.
Ill
\
', I /
c:
:I
:I /
- - - -- -
s2 /
'!-...._
c:
Cl) Ill ,
_!!__j
a. _ _ .... .....

_ bidang runtuh

Gambar 3.2 Fase-fase keruntuhan fondasi.

Berdasarkan pengujian model, Vesic (1963) membagi mekanisme keruntuhan fondasi


menjadi 3 macam (Gambar 3.3):
(1) Keruntuhan geser umum (general shearfailure).
(2) Keruntuhan geser lokal (local shearfailure) .
(3) Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching shearfailure).

Keruntuhan geser umum. Keruntuhan fondasi terjadi menurut bidang runtuh yang dapat
diidentifikasi dengan jelas. Suatu baji tanah terbentuk tepat pada dasar fondasi (zona A)
yang menekan tanah ke bawah hingga menyebabkan aliran tanah secara plastis pada zona
B. Gerakan ke arah luar di kedua zona tersebut, ditahan oleh tahanan tanah pasif di bagian
C. Saat tahanan tanah pasif bagian C terlampaui, terjadi gerakan tanah yang mengakibat­
kan penggembungan tanah di sekitar fondasi. Bidang longsor yang terbentuk, berupa
lengkungan dan garis lurus yang menembus hingga mencapai permukan tanah. Saat
keruntuhannya, terjadi gerakan massa tanah ke arah luar dan ke atas (Gambar 3.3a). Kerun­
tuhan geser umum terjadi dalam waktu yang relatif mendadak, yang diikuti oleh penggu­
lingan fondasinya.

Keruntuhan geser lokal. Tipe keruntuhannya hampir sama dengan keruntuhan geser
umum, namun bidang runtuh yang terbentuk tidak sampai mencapai permukaan tanah.
Jadi, bidang runtuh yang kontinu tak berkembang. Fondasi tenggelam akibat bertambah­
nya beban pada kedalaman yang relatif dalam, yang menyebabkan tanah di dekatnya
Teknik Fondasi 1 65

mampat. Tetapi, mampatnya tanah tidak sampai mengakibatkan kedudukan kritis kerun­
tuhan tanahnya, sehingga zona plastis tak berkembang seperti pada keruntuhan geser umum.
Dalam tipe keruntuhan geser Iokal, terdapat sedikit penggembungan tanah di sekitar fon­
dasi, namun tak terjadi penggulingan fondasi (Gambar 3.3b).

beban

{a) �I?
CD
. Q.

be ban
. .·
·. ·. ·. ·· ·

. . . . : . . c:
CIJ
c:
{b)
2
::l
c:
CD
Q.

beban
·

.
. · . · ·

{c)

Gambar 3.3 Macam keruntuhan fondasi.


{a) Keruntuhan geser umum.
{b) Keruntuhan geser lokal.
{c) Keruntuhan penetrasi.

Keruntuhan penetrasi. Pada tipe keruntuhan ini, dapat dikatakan keruntuhan geser tanah
tidak terjadi. Akibat bebannya, fondasi hanya menembus dan menekan tanah ke samping
yang menyebabkan pemampatan tanah di dekat fondasi. Penurunan fondasi bertambah
hampir secara linier dengan penambahan bebannya. Pemampatan tanah akibat penetrasi
fondasi, berkembang hanya pada zona terbatas tepat di dasar dan di sekitar tepi fondasi.
Penurunan yang terjadi tak menghasilkan cukup gerakan arah lateral yang menuju
r

66 Daya dukung

kedudukan kritis keruntuhan tanahnya, sehingga kuat geser ultimit tanah tak dapat ber­
kembang. Fondasi menembus tanah ke bawah dan baji tanah yang terbentuk di bawah
dasar fondasi hanya menyebabkan tanah menyisih. Saat keruntuhan, bidang runtuh tak
terlihat sama sekali (Gambar 3.3c).
Jika tanah tak mudah mampat dan kuat gesernya tinggi, praktis akan terjadi keruntuh­
an geser umum. Tipe keruntuhan penetrasi dapat diharapkan terjadi terutama pada tanah­
tanah yang mudah mampat, seperti pasir tak padat dan lempung lunak, dan banyak terjadi
pula jika kedalaman fondasi (Dj) sangat besar dibandingkan dengan lebarnya (B). Akan
tetapi, model keruntuhan fondasi yang dapat diharapkan terjadi pada tipe fondasi tertentu
tergantung dari banyak faktor. Contohnya, tipe tanah tertentu tidak dapat menunjukkan
tipe model keruntuhan fondasinya.
Vesic (1963) telah banyak mengerjakan tes model untuk mengetahui pengaruh kepadat­
an tanah pasir serta pengaruh lebar dibanding kedalaman fondasi (DjiB) terhadap me­
kanisme keruntuhan fondasi. Dari hasil tes tersebut, diperoleh bahwa tipe keruntuhan fon­
dasi bergantung pada kerapatan relatif (Dr) dan nilai DJfB, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3.4. Tipe keruntuhan geser umum diharapkan terjadi pada fondasi yang relatif
dangkal yang terletak pada pasir padat atau kira-kira dengan <p' > 36°, sedang untuk
keru.ntuhan geser lokal kira-kira dengan<p'< 29°.

Kerapatan relatif (0,)


0,5
0 r-------�--r--�

keruntuhan

\.
penetrasi
5

--- fondasi lingkaran


'
-- fondasi memanj a ng
10 �------�--�

Gambar 3.4 Hubungan D11B, D,, dan model keruntuhan tanah pasir (Vesic, 1973)

3.3 Teori Daya Dukung

Analisis daya dukung mempelajari kemampu&n tanah dalam mendukung beban fondasi
struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk me­
lawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh
tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.
Teknik Fondasi 1 67

Perancangan fondasi harus dipertimbangkan terhadap keruntuhan geser dan penurunan


yang berlebihan. Untuk ini, perlu dipenuhi dua kriteria, yaitu: kriteria stabilitas dan krite­
ria penurunan.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan fondasi adalah:
(1) Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya dukung harus dipenuhi.
Dalam hitungan daya dukung, umumnya digunakan faktor aman 3.
(2) Penurunan fondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan. Khusus­
nya penurunan yang tak seragam (differential settlement) harus tidak mengakibatkan
kerusakan pada struktur.

Untuk terjaminnya stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada peletakan
dasar fondasi. Fondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk menanggu­
langi risiko erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah, dan gangguan tanah di seki­
tar fondasi lainnya.
Analisis-analisis daya dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk memudahkan
hitungan. Persamaan-persaman yang dibuat, dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk
bidang geser yang terjadi saat keruntuhan. Analisisnya dilakukan dengan menganggap
bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan bersifat plastis. Konsep ini pertama kali diperke­
nalkan oleh Prandtl (1921), yang kemudian dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Meyerhof
• (1955), De Beer dan Vesic (1958). Persamaan-persamaan daya dukung tanah yang diusul­
kan, umumnya didasarkan pada persamaan Mohr-Coulomb :

-r=c+crtg q> (3. 1)

dengan
't s tahanan geser tanah.
c kohesi tanah.
q> sudut gesek dalam tanah.
cr tegangan normal.

3.3.1 Ana lisis Terzaghi

Terzaghi (1943) menganalisis daya dukung tanah dengan beberapa anggapan, yaitu:
(1) Fondasi memanjang tak terhingga.
(2) Tanah di dasar fondasi homogen.
(3) Berat tanah di atas dasar fondasi dapat digantikan dengan beban terbagi rata sebesar
p0 = D£y, dengan D J adalah kedalaman dasar fondasi dan y adalah berat volume tanah
di atas dasar fondasi.
(4) Tahanan geser tanah di atas dasar fondasi diabaikan .
(5) Dasar fondasi kasar.
(6) Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier.
(7) Baji tanah yang terbentuk di dasar fondasi dalam kedudukan elastis dan bergerak ber­
sama-sama dengan dasar fondasinya.
(8) Pertemuan antara sisi baji dan dasar fondasi membentuk sudut sebesar sudut gesek
dalam tanah <p.
(9) Berlaku p rinsip superposisi.
r

68 Daya dukung

B = cjl (analisis Terzaghi}

��m,,
G ... _
..... ____ .,...,.,

(b)

,,...,�,�
Tahanan tanah pasif

Akibat berat tanah (Ppy)

(c) (
Akibat kohesi (Ppc)

+
/1', I

Akibat beban terbagi rata (Ppq)

Po = Dn

Gambar 3.5 (a) Pembebanan fondasi dan bentuk bidang geser.


(b) Bentuk keruntuhan dalam analisis daya dukung.
(c) Distribusi tekanan tanah pasif pada permukaan BD.
Teknik Fondasi 1 69

Daya dukung ultimit (ultimit bearing capacity) ( qu) didefinisikan sebagai beban mak­
simum persatuan luas di mana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami
keruntuhan. Bila dinyatakan dalam persamaan, maka

(3.2)
derrgan
qu = daya dukung ultimit.
Pu = beban ultimit.
eA = luas fondasi.

Untuk analisis daya dukung tanah, ditinjau suatu fondasi berbentuk memanjang tak ter­
hingga, dengan lebar B yang terletak di atas tanah yang homogen dan dibebani dengan
beban terbagi rata qu (Gambar 3.5a). Beban total fondasi per satuan panjang adalah Pu =
quB· Karena pengaruh beban Pu tersebut, tanah yang berada tepat di bawah fondasi akan
membentuk sebuah baji yang menekan tanah ke bawah. Gerakan baji memaksa tanah di se­
kitarnya bergerak, yang menghasilkan zona geser di kanan dan kirinya dengan tiap-tiap
zona terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian geser radial yang berdekatan dengan baji, dan bagian
geser linier yang merupakan bagian kelanjutan dari bagian geser radialnya.
Dalam mengevaluasi daya dukung tanah, Terzaghi (1943) mengembangkan teori kerun­
tuhan plastis Prandtl (1924). Mekanisme keruntuhan fondasi memanjang yang terletak
pada kedalaman D f dan mempunyai dasar yang kasar, dianalisis dengan anggapan bahwa
keruntuhan terjadi pada kondisi keruntuhan geser umum (Gambar 3.5b). Baji tanah ABD
pada zona I adalah di dalam zona elastis. Bidang-bidang AD dan BD membuat sudut � ter­
_hadap horizontaL Area pada zona II merupakan zona radial, sedang area zona III merupa­
kan area zona pasif Rankine. Lengkung DE dan DG dianggap sebagai lengkung spiral
logaritmis. Selanjutnya EF dan GH merupakan garis lurus. Garis-garis B E, FE, AG dan HG
0
membentuk sudut (45- <p/2) terhadap horizontal.
Pada kondisi keruntuhan geser umum, jika beban per satuan luas (qu) diterapkan, maka
gaya tekanan pasif Pp akan bekerja pada bidang-bidang permukaan baji zona I, yaitu per­
mukaan-permukaan AD dan BD. Bidang AD dan BD ini, dapat di � ngkan sebagai din­
ding penahan tanah yang mendorong tanah di belakangnya (dalam ha! ini mendorong tanah
bagian-bagian BDEF dan ADGH) sampai tanahnya mengalami kelongsoran. Tekanan ke
bawah akibat beban fondasi Pu ditambah berat baji tanah pada zona I, ditahan oleh tekanan
tanah pasif PP yang berkembang pada bagian AD dan BD. Tekanan tanah pasif PP ini, mem­
buat sudut 8 dengan garis normal yang ditarik pada bagian AD dan BD, dengan 8 adalah

adalah antara tanah dengan tanah, maka 8 = <p (dengan <p = sudut gesek dalam tanah). Untuk
sudut gesek dinding (wall friction). Karena gesekan pada bagian AD dan BD yang terjadi

per meter panjang fondasi, pada saat tercapainya keseimbangan batas, maka

P u = 2P cos ( � - <p) + 2BDc sin � - W (3.3)


P
B D = B/ ( 2 cos �)
dengan
PP = tekanan tanah pasif total yang bekerja pada bagian AD dan BD.
W = berat baji tanah ABD per satuan panjang = %B2y tg � ·
c = kohesi tanah.
� = sudut antara bidang-bidang BD dan BA.
r

70 Daya duk ung

Terzaghi menganggap � = <p, maka cos (� - <p) = 1 . Karena bidang-bidang AD dan BD


membentuk sudut <p dengan horizontal, arah P vertikal. Dari nilai-nilai yang telah diper­
P
oleh, Persamaan (3.3) dapat dinyatakan oleh:

(3.4)

Gaya tekanan tanah pasif PP adalah jumlah tekanan pasif akibat berat tanah, kohesi ta­
nah, dan beban terbagi rata, yaitu

Pp = Ppc +Ppq +PPY (3.5)

dengan
Ppg tahanan tanah pasif akibat berat tanah.
Ppc tahanan tanah pasif dari komponen kohesi (c).
Ppq = tahanan tanah pasif akibat beban terbagi rata di atas dasar fondasi.

G ambar 3.5c menjelaskan masing-masing distribusi tekanan tanah pasif pada salah satu
bagian AD dan BD, yang dalam hal ini diambil bagian BD . Tekanan tanah pasif yang be­

( )
kerja tegak lurus atau arah normal (P pn ) terhadap bidang BD adalah:

Ppn =
H
--

sina
(cKpc + pKpq ) 0
2 K
+ 1;2 yH ____fj_
sina
(3.6 )

dengan H = lhB tg <p, a = 180 - <p = sudut antara bidang DB dan BF, serta KPC' Kpq' KPY bertu­
rut-turut adalah koefisien-koefisien tekanan tanah pasif akibat kohesi, beban terbagi rata,
dan berat tanah, yang nilainya tak tergantung dari H dan y. Gesekan yang terjadi antara
tanah dengan tanah pada bidang BD mengakibatkan arah tekanan tanah pasif Pp miring
sebesar 8. Karena 8 = <p, maka
p ppn
P.p = __!!!!_ (3.7)
cos 8 cos <p

(cKpc + pKpq ) +
Kombinasi dari Persamaan (3.5) sampai ke Persamaan (3.7), dapat diperoleh

pP = B
2 cos <p
2 0 Vs yB 2 ( ) KPY
tg <p
2
cos <p
\� (3.8)

Substitusi Persamaan (3.8) ke Persamaan (3.4), dapat ditentukan besarnya beban ultimit:

Pu = Be ( KP; ) ( KP; )
+ tg <p + Bp0 +1.4 yB
2
tg <p
( KP; ) -1 (3.9)
cos <p cos <p cos <p

Tekanan-tekanan tanah pasif akibat kohesi (Ppc) dan beban terbagi rata (Ppq) diperoleh
dengan menganggap tanah tak mempunyai berat atau y = 0. Dari Persamaan (3.5), jika be-
Teknik Fond{lsi 1 71

rat volume tanah y = 0, m aka P u = Ppc + Ppq- Selanjutnya, dari Persamaan (3.9), untuk y = 0,
dapat diperoleh:

Ppc+Pp q = Be ( KP;
cos �
+ tg �
J + Bpo (� J cos �
(3.10a)

= BeNc+Bp N
0 q (3.10b)
\�
! , :�
atau •J

qc + q q = 1/B(Ppc + Pp q) = eNc + PoN q (3.10c)

dengan qc dan qq adalah tekanan tanah pasif per satuan luas dari komponen kohesi dan
beban terbagi rata p0. Nilai-nilai Ne dan Nq diperoleh Terzaghi dari dianalisis Prandtl (1920)
dan Reissner (1924) yang besarnya:

Nc = ctg� ( 2 i
2cos ( 45 +� /2 )
-
1
) (3. 1 1)

2
a (3. 1 2)
Nq = 2
--------­

2cos ( 45 +� /2 )

dengan
e['Arr-cp/2]tgcp
a=
Sebaliknya, jika e = 0 dan q = 0, dari penyelesaian Persamaan (3.5) dan Persamaan (3.9)
'
dapat diperoleh: ·:. ' :·

p
PY
= I,4 yB tg�
2
( KPY ) = B x lhyBNY
2
cos �
-1 (3.13a)

Bila Pp dinyatakan dalam tahanan tanah pasif per satuan luas dari akibat berat tanah (qy),
g
m aka
ppy
qy = - = lfzyBNy (3.13b)
B
dengan

( KP; J
"
tg� 1 "---
Ny = -
(3.14)
2 cos �

Superposisi dari Persamaan (3.10c) dan Persamaan (3.13b), yaitu jika pengaruh berat
volume tanah, kohesi, dan beban terbagi rata semua diperhitungkan, maka akan diperoleh:

q u = qc + q q+qy
Dari sini diperoleh persamaan umum daya dukung Terzaghi untuk fondasi memanjang:

(3.15a)
r

72 Daya dukung

Karena p0 = Df!, Persamaan (3.15a) dapat dinyatakan pula dengan:

qu = eN + o1yN q + 0,5yBN y
c
(3. 1 5b)

dengan
daya dukung ultimit untuk fondasi memanjang.
qu '=
c kohesi.'
=
o1 = kedalaman fondasi.

·
y = berat volume tanah.
p0 = QjY = tekanan overburden pada dasar fondasi.
NY' NC' Nq = faktor daya dukung Terzaghi.
N ilai-nilai N1, Ne, Nq adalah fungsi dari besarnya sudut gesek dalam (<:p) yang diberikan
Terzaghi dalam bentuk grafik, dapat dilihat pada Gambar 3.6, sedang nilai-nilai numerik­
nya diberikan dalam Tabel 3.1.
Dalam persamaan daya dukung ultimit di atas, qu adalah beban total maksimum per
satuan luas, ketika fondasi akan mengala�i keruntuhan geser, beban total adalah termasuk
beban-beban struktur, pelat fondasi, dan tanah urug di atasnya.

' 1-', '


40°
/I
1- Nq
' f- r'Y /
Ny'. �
...._ Ny
� ,_r-
f......r r-·.. I
1/

"

i"-r--...
'

\
30°
Ne:
� I
LI
,

Cll
E
"iii
i'.. '� '\.
'
"C
,'f fjl = 44°, N1= 260
1\. \I
.><:
Q) 20° r-
1/)
Q)
Cl
I/_ 4J = 48o, N1 = 780
'5 'I \'
"' ,.
"C 1 0°
:::1
en I

' '
1o I Lo
oo
60 50 40 30 20 20 40 60 80
eo
"- 0
..0 'r"�

-- = keruntuhan geser umum


----- = keruntuhan geser lokal

Gambar 3.6 Hubungan <p dan N1, Ne, Nq (Terzaghi, 1943).

·�
Analisis-analisis daya dukung di atas didasarkan pada kondisi keruntuhan geser umum
dari suatu bahan bersifat plastis, yang volume dan kuat gesernya tidak berubah oleh
adanya keruntuhan. Pada material yang mempunyai sifat volume yang berubah di bawah
bebannya atau mengalami regangan yang besar sebelum tercapai keruntuhan geser, gerak­
an ke bawah dari baji tanah mungkin hanya memampatkan tanah, tanpa adanya regangan
yang cukup untuk menghasilkan keruntuhan geser umum . Kondisi keruntuhan semacam
ini, akan menimbulkan keruntuhan geser lokal. Tidak ad.1 analisis rasional untuk pemecahan­
nya. Terzaghi memberikan koreksi empiris pada faktor-faktor daya dukung kondisi kerun-
Teknik Fondasi 1 73

tuhan geser umum, untuk digunakan pada hitungan daya dukung kondisi keruntuhan
geser lokal. Caranya, seluruh faktor daya dukung dihitung kembali dengan menggunakan
<p' dan c ', dengan
tg<p' = % tg<p (3.16)
(3. 17)

Persamaan.umum untuk daya dukung ultimit pada fondasi memanjang kondisi kerun­
.
tuhan geser lokal, dinyatakan dalam:
(3. 18)

dengan Ne', Nq ', dan Ny' adalah faktor-faktor daya dukung pada keruntuhan geser lokal
(lihat Gambar 3.6 dan Tabel 3.1) yang nilai-nilainya ditentukan dari Ne'· N q ', Ny' pada
keruntuhan geser umum, yaitu dengan mengambil

<p' = arc tg [ 2i:J tg<p] (3.19)

Umumnya, jika hitungan daya dukung didasarkan pada analisis-analisis keruntuhan


geser lokal dan keruntuhan penetrasi, nilai daya dukung diizinkan (qa) akan lebih ditentukan
oleh pertimbangan besarnya penurunan.

Tabel 3.1 Nilai-nilai Jaktor daya dukung Terzaghi

Keruntuhan geser umum Keruntuhan geser lokal

<p
c
Ne Nq Ny N' N'q N'y
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 1 1,8 3,9 1,7
25 25,1 1 2,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 5 2,6 36,5 35,0 23,7 1 1,7 9,0
35 57,8 41,4 4 2,4 25,2 1 2,6 10,1
40 95,7 8 1,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 5 1,2 35 ,1 37,7
48 258,3 287,9 780, 1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 4 15, 1 1 15 3,2 8 1,3 65,6 87, 1
74 Daya dukung

Dalam persamaan-persamaan daya dukung ultimit di atas, terdapat 3 suku persamaan


yang cara penerapan dalam hitungannya sebagai berikut:
(1) Suku persamaan eNc Nilai kohesi e yang digunakan adalah kohesi rata-rata tanah di
bawah dasar fondasi.
(2) Suku pers'amaan DfY Nq . Di sini DfY = p0, merupakan tekanan overburden atau tekanan ver­
tikal pada dasar fondasi, yaitu tekanan akibat dari berat tanah di sekitar fondasi. Oleh
karena itu, berat volume tanah (y) yang digunakan untuk menghitung DfY adalah berat
volume tanah di atas dasar fondasi. Jika di permukaan tanah terdapat beban terbagi
rata q0 (lihat Gambar 3.7), maka per� amaan daya dukung ultimit menjadi:

q u = eNc + (Ofy + q0 )N q + 0,5 yBNy (3.20a)


atau
q u = eNc + (p 0 + q 0) Nq + 0,5 yBNy (3.20b)

,,,,, ...

Gambar 3.7 Pengaruh beban terbagi rata di permukaan.

(3) Suku persamaan O,SyBNy Pada suku persamaan ini diperlukan nilai berat volume
tanah rata-rata (y) yang terletak di bawah dasar fondasi.

(a) Pengaruh Bentuk Fondasi

Persamaan-persamaan daya dukung yang telah dipelajari di atas hanya berlaku untuk
menghitung daya dukung ultimit fondasi memanjang. Untuk bentuk-bentuk fondasi yang
lain, Terzaghi memberikan pengaruh faktor bentuk terhadap daya dukung ultimit yang
didasarkan pada analisis fondasi memanjang, sebagai berikut:
(i) Fondasi bujur sangkar:
1,3 e Nc + p0 Nq + 0,4 yBNy (3.21a)
(ii) Fondasi lingkaran:
q u = 1,3 cNc + p0 Nq + 0,3 yBNy (3.21b)
(iii) Fondasi empat persegi panjang:

(3.21c)
Teknik Fondasi 1 75

dengan
qu = daya dukung ultimit.
c = kohesi tanah.
p0 = OfY = tekanan overburden pada dasar fondasi.
y = berat volume tanah, di·mana penggunaan dalam persamaan di atas harus memper-
timbangkan kedudukan muka air tanah:
o1 = kedalarn an fondasi.
B lebar atau diameter fondasi.
L panjang fondasi.

Nilai-nilai N0 Nq , dan Ny bergantung pada sudut gesek dalam tanah (q>) . Persamaan daya
dukung Terzaghi hanya cocok untuk fondasi dangkal dengan o1::; B . Pada hitungan daya
dukung Terzaghi, kuat geser tanah di atas dasar fondasi diabaikan. Oleh karena itu, untuk
fondasi yang dalam, kesalahan hitungan menjadi besar.
Daya dukung teori Terzaghi telah banyak digunakan dalam menghitung daya dukung
pada tanah-tanah granuler dan tanah-tanah yang mempunyai kohesi dan sudut gesek dalam
(tanah c - q> ) , karena persamaan daya dukungnya memberikan hasil yang sangat hati-hati.
Nilai daya dukung yang hati-hati untuk jenis tanah pasir dan tanah c - q> ini, berguna
untuk menanggulangi risiko yang timbul akibat sulitnya memperoleh contoh tanah tak ter­
ganggu pada jenis tanah-tanah tersebut. Selain itu, data pengujian korelasi daya dukung
fondasi skala penuh dengan kuat geser tanah yang diperoleh dari pengujian laboratorium
yang membuktikan ketepatan persamaan daya dukung yang diberikan masih sangat
kurang.

#,V//-.."VY/1 ,, ......,,� ......,,.,

1 t
1 t
'· 1 t o,
1
lj

.,I
I· 1
D

Gambar 3.8 Fondasi dalam, dengan DfB > 5.

Untuk fondasi dalam yang berbentuk sumuran dengan o1 >5B (Gambar 3.8), Terzaghi
menyarankan persamaan daya dukung dengan nilai faktor-fa ktor daya dukung yang sama,
hanya faktor gesekan dinding fondasi diperhitungkan. Persamaan daya dukungnya dinya­
takan oleh:
76 Daya dukung

Pu' = p u + ps
= q u Ap + nDIPJ (3.22)

P u ' = beban ultimit total untuk fondasi dalam.


dengan:

=
P u beban ultimit total untuk fondasi dangkal.
=
P5 perlaw anan gesekan pada dinding fondasi.
=

=
qu 1,3 cNc + p 0 N + 0,3 yB N (jikaberbentuk lingkaran).
Y
dasar fondasi.
D = B = diameter fondasi.
Ap luas

Is = faktor gesekan (lihat Tabel 3.2).


DJ= kedalaman fondasi.

Nilai faktor gesekan Is bergantung pada material fondasi dan tanah di sekelilingnya,

tanah. Nilai-nilai Is dari berbagai jenis tanah disajikan dalam Tabel 3.2.
dan merupakan jumlah dari gesekan dan adhesi per satuan luas antara dinding fondasi dan

Tabel 3.2 Faktor gesekan dinding fs (Terzaghi, 1 943).

2
Jenis tanah l5 (kg/cm )

Lanau clan lempung lunak 0,07 - 0,30

Lemp ung s angat kaku 0,49 - 1,95

Pasir tak p adat 0,12 - 0,37

Pasir padat 0,34 - 0,68

Kerikil padat 0,49 - 0,96

(b ) Pengaruh Air Tanah

Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kedudukan air tanah. Oleh
karena itu, hal tersebut berpengaruh pula pada daya dukungnya.
(1) Jika muka air tanah sangat dalam dibandingkan dengan lebar fondasinya atau z > B,
dengan z adalah jarak muka air tanah di bawah dasar fondasi (lihat Gambar 3.9a), nilai
y dalam suku ke-2 dari persamaan daya dukung dipakai yb atau yd, demikian pula
dalam suku persamaan ke-3 dipakai nilai berat volume basah (yb) atau kering yd.
Untuk kondisi ini, nilai parameter kuat geser yang digunakan dalam hitungan adalah
parameter kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif (c ' dan <p').
(2) Bila muka air tanah terletak di atas atau sama dengan dasar fondasinya (Gambar 3.9b),
nilai berat volume yang dipakai dalam suku persamaan ke-3 harus berat volume efek­
tifnya ( y') , karena zona geser yang terletak di bawah fondasi sepenuhnya terendam
air. Pada kondisi ini, nilai p0 pada suku persamaan ke-2, menjadi
y' (DJ- dw) + ybdw
dengan y' = Ysat- Yw' dan dw = kedalaman muka air tanah dari permukaan.
Teknik Fondasi 1 77

(3) Jika muka air tanah cli permukaan atau dw = 0 maka y pacla suku persamaan ke-2,
cl igantikan clengan y'. Seclang y pacla suku persamaan ke-3 cl ipakai berat volume tanah
efektif ( y') .
(4) Jika muka air tanah terletak pacla keclalaman z di bawah clasar fondasi (z <B) (Gambar
3.9c), nilai y pacl a suku persamaan ke-2 cligantikan dengan Yb bi la tanahnya basah, dan

terenclam air, berat vo jume tanah yang cliterapkan clalam suku ke-3 clari persamaan
cl iganti clengan Yd bila tanahnya kering. Karena massa tanah clalam zona geser sebagian

claya clukung suku ke-3, clapat cliclekati dengan:

Yrt = y' + (z /B) (yb-y') (3.23)

· cl e'( gan �r_t_ = berat volume tanah rata-rata.

I
dw
D, D,

1...----'

-51. �a�_.-
T L4) (b) (c)

Gambar 3.9 Pengaruh muka air tanah pada daya dukung.

Hitungan claya clukung harus selalu mempertimbangkan sifat-sifat permeabilitas


tanah. Untuk tanah yang berpermeabilitas renclah, analisis claya clukung keaclaan kritis
terjacli pacla konclisi jangka pendek atau segera sesuclah selesai pelaksanaan . Untuk ini,
analisisnya harus cliclasarkan pacla konclisi tanpa-draina.se (undrained) clengan meng­
gunakan parameter-parameter tegangan total (cu clan <pu)· Untuk tanah-tanah yang ber­
permeabilitas tinggi atau mempunyai si fat meloloskan air, karena air dapat terclrainase
segera sesuclah penerapan bebannya, maka analisis stabilitas fondasi pacla kecl udukan
kritis harus cliclasarkan pacla konclisi dengan-drainase (drained), yaitu clipakai parameter-
parameter tegangan efektif (c' dan<p'). , /
(

(c) Definisi-definisi dalam Perancangan Fondasi

Beberapa clefinisi yang perlu cliketahui dalam perancangan fonclasi antar a lain:
Tekanan overburden total (total overburden pressure) (p) adalah intensitas tekanan total yang
tercl iri clari berat material cli atas clasar fonclasi total, yaitu berat tanah clan air sebelum fon­
clasi clibangun.
78 Daya dukung

Daya dukung ultimit neto (net ultimate bearing capacity) (q un ) adalah nilai intensitas beban
fondasi saat tanah akan mengalami keruntuhan geser, yang secara umum dapat dinyata­
kan dalam persamaan:
qun = qu- 0/Y (3 . 24 a)

Untuk Persamaan (3.15), daya dukung ultimit neto menjadi:

qun = cN c + D1y(Nq - 1) +0,5yBN 1 (3 . 24b)

atau
qun = cN c +p(N
o q - 1)+0,5yBNy (3.24c)

Tekanan fondasi total (total foundation pressure) atau intensitas pembebanan kotor (q), adalah
intensitas tekanan total pada tanah di dasar fondasi, sesudah struktur selesai dibangun de­
ngan pembebanan penuh. Beban-beban termasuk berat fondasi, berat struktur atas, dan
berat tanah urugan termasuk air di atas dasar fondasinya.
Tekanan fondasi neto (net foundation pressure) (q n ) untuk suatu fondasi tertentu adalah tam­
bahan tekanan pada dasar fondasi, akibat beban mati dan beban hidup dari strukturnya.
Secara umum, q n dapat dinyatakan oleh persamaan:
(3.25)
Daya dukung diizinkan (allowable bearing capacity) (qa) adalah tekanan fondasi maksimum
yang dapat dibebanka n pada tanah, sedemikian sehingga kedua persyaratan keamanan
terhadap daya dukung dan penurunannya terpenuhi. Bila hitungan daya dukung tanah
yang didasarkan pada keamanan terhadap daya dukung telah memenuhi, padahal hitung­
an penurunan yang akan terjadi, yang telah dihitung didasarkan pada tekanan daya
dukung tanah yang telah aman tersebut melampaui batas nilai toleransinya, maka tekanan
bebannya harus dikurangi sampai penurunan yang terjadi masih dalam batas-batas yang
memenuhi persyaratan.
Faktor aman (F) dalam tinjauan daya dukung ultimit neto, didefinisikart sebagai:

(3.26)

Dari Persamaan (3.26), untuk faktor aman (F ) tertentu yang sesuai, daya dukung aman (safe
bearing capacity) (q5) didefinisikan sebagai tekanan fondasi total ke tanah maksimum yang
tak mengakibatkan risiko keruntuhan daya dukung, dengan

(3.27)

Jadi, untuk Persamaan (3.15), daya dukung aman fondasi memanjang dinyatakan oleh:

(3.28)

Contoh soal 3.1:


F ondasi memanjang terletak pada tanah seperti yang d itunjukkan dalam Gambar C3 1 . Be­ .

ban terbagi rata di atas permukaan (q 0) sebesar 2 t/m2 . Data tanah:


Teknik Fondasi 1 79

2 tlm 2, q>1 = 25
(1) Tanah 1: Y, = 1,9 t/m3, c 0
=
,
(2) Tanah 2: y2 = 1,99 t/m3, c2 = 5 tlm 2 , q>2 = 30
°

Berapakah daya dukung ultimit (qu), jika kedalaman fondasi Dt = 1 m, lebar B = 1,8 m dan
kedudukan muka air tanah sangat dalam? Bagaimana pengaruhnya terhadap daya dukung
ultimit jika tak terdapat beban terbagi rata?

Penyelesaian:

Tanah 1 : y1 = 1 ,9 Um2
c1 = 2 um•
Dr = 1 m
cp1 = 25° ..
·
.. . .. .
.
: ... . .:·
..
= � \ 1 !) r;
. . . .
Tanah 2: y2 ..
.· ··
:. . ..
·
· .. ·
·
·.
B = 1 ,8 m
. . � . ,. . .
.

� = 1 ,99 um• >" . :. : .


·. ·.

.
• . .

. .
cpt= 300
.
. .
.
·.

Gambar C3. 1

Sudut gesek dalam tanah yang digunakan dalam hitungan adalah q> pada dasar fondasi, yaitu
q>z = 30°. Bila dianggap terjadi keruntuJum geser umum, dari Tabel 3.1 diperoleh

Ne = 37,2; Nq = 22,5; N y = 19,7

Daya dukung fondasi memanjang dihitung dengan Persamaan (3.20):

qu = c 2 N c + (p 0 + q 0) N + 0,5 y2 BNy
q
p0
2
= Df yl = 1x 1, 9 = 1, 9 t/m

Maka, daya dukung ultimit bila terdapat beban terbagi rata q0:

qu = ( 5 X 37,2 ) + ( 1,9 + 2) X X X X
2
22,5 + ( 0,5 1,99 1,8 19,7 ) = 309,03 t/m
Bila tak terdapat beban terbagi rata:

qu
2
= ( 5x37,2 ) + ( 1,9 x22,5 ) + ( 0,5 x1,99 x1,8 x19,7 ) = 264,3 t/m 2 < 309,03 t/m

Di sini terlihat bahwa adanya beban terbagi rata di permukaan tanah menambah daya
dukung ultimit.
80 Daya dukung

F ondasi berbentuk memanjang dengan lebar B =


Contoh soal 3.2:
1,60 m dan kedalaman Of = 1,50 m, ter­
letak pada tanah homogen dengan:
2
c = 1,6 kg/cm
<p = 20
3
yb = 1,8 t/m ; ysat = 2,1 t/m 3

Ditanyakan:
(a) Pada tinjauan keruntulzan geser umum, berapakah daya dukung ultimitnya, jika muka air
tanah terletak:
(1) pada 4 m dari permukaan tanah?
(2) pada kedalaman 0,50 m di bawah dasar fondasi?
(3) pada dasar fondasi?
(b) Pada kasus (a.1), berapakah daya dukung ultimitnya jika ditinjau menurut keruntulzan
geser /okal?
(c) Jika faktor aman sama dengan 3, berapakah tekanan fondasi maksimum agar me­
menuhi kriteria keamanan terhad ap keruntuhan daya dukung? (Dianggap terjadi ke­
runtulzan geser umum dan muka air tanah pada kedalaman 4 m dari permukaan).

Penyelesaian:

c = 1,6 kg/cm2
1,5 m
cp = 20°
Yb = 1 ,8 tlm' m.a.t (a.3)
Ysat = 2,1 tlm' --�-
.
J•
- - ---·-

0,5 m 8=1,6m ,.1


o m.a.t (a.2)
---------- - - --� --- � ---------- -·

0 m.a.t (a. 1 )
- ------------------- ---- �--- ---------

GambarC3.2

(a) Daya dukung ultimit pada keruntulzan geser umum


= 1,6 kg/cm2 = 16 t/m 2
20 , dari Tabel 3.1 diperoleh Ne= 17,7, Nq = 7,4, Ny = 5,0
c °
<p =

Fondasi berbentuk memanjang, maka berlaku persamaan umum:

qu = cNC + PaN q + 0,5yB N


dengan p0 = yD/
Y
Teknik Fondasi 1 81

(1) Jarak muka air tanah dari dasar fondasi


z = 4 - 1,5 = 2,5 m> B = 1,6 m

Jadi, dipakai berat volume basah,

q11 = cNc + Dfyb N q + 0,5yb BNY


= ( 1 6 X 17,7) + ( 1,5 X 1,8 X 7, 4) + (0,5 X 1,8 X 1,6 X 5) = 310,38 t/m
2

(2) z = 0,5 m< B, maka dipakai berat volume basah pada p0 dan dipakai berat volume rata­
rata pada suku persamaan ke-3.
3
Ysat = 2,1 tlm
3
y' = Ysat- Yw = 2,1 - 1 = 1,1 tlm
0,5
yrt = y'+ (z/B) (yb-y') = 1,1 + - X ( 1,8 - 1,1 ) = 1 ,32
1,6
q11 = cNc + Dfyb N q + 0,5yrtBNY
2
= ( 1 6 X 17,7 ) + ( 1,5 X 1,8 X 7,4 ) + (0,5 X 1,32 X 1,6 X 5) = 308,46 t/m

(3) Muka air tanah pada dasar fondasi, maka dipakai berat volume basah pada p0 dan
dipakai berat volume efektif pada suku persamaan ke-3.

q 11 = cNc + Dfyb N q + 0,5y'BNY


2
= ( 1 6 x 17,7 ) + ( 1 ,5 x 1,8 x 7,4 ) + (0,5 x 1,1 x 1 ,6 x 5) = 307, 58 tlm

Dapat dibandingkan dalam soal (a.l) sampai (a.3) di atas, bahwa kenaikan muka air
tanah sampai ke dasar fondasi mengurangi daya dukung.

(b) Daya dukung ultimit pada keruntuJum geser lokal


'
°
z= 4 m> B = 1,6 m; c' = 2/3 x 16 = 10,67 t/m2 . cp = 20 , dari Tabel 3.1 untuk keruntuhan
geser lokal, diperoleh Ne ' = 1 1,8, Nq ' = 3,9, Ny' = 1,7. A tau dapat pula ditentukan dengan
cara:
cp' arc tg [ 2/3 tg ] = 13,64
0 0

= 20
Dari Gambar 3.6, dengan mengambil nilai faktor-faktor daya dukung pada kurva
keruntuhan geser umum, untuk cp = 13,64° akan diperoleh Ne, Nq- dan Ny yang sama se­
perti di atas.

= c'Nc + Dfyb N q' + 0,5ybBN y


' '

q 11

= ( 10,67 X 11,8 ) + ( 1,5 X 1,8 X 3,9 ) + (0,5 X 1,8 X 1 ,6 X 1,7) 138,89 tlm
2

(c) Tekanan pada dasar fondasi maksimum yang aman atau daya dukung aman dihitung
menurut Persamaan (3.27).
82 Daya dukung

Dari Persamaan (3.27) tersebut:

Untuk tekanan tanah di atas dasar fondasi, karena muka air tanah di bawah d asar fon­
d asi, maka dipakai Yb·
Pada soal (a. 1), telah diperoleh q u = 310,38 t/m 2•
Tekanan fond asi maksimum yang aman terhadap keruntuhan daya d ukung dengan
F = 3, adalah:

q5 = 1 /3 X [310,38 - ( 1,8 X X
2
1,5 ) ] + ( 1,8 1,5 ) 105,26 tlm

Contoh soal 3.3:


F ondasi bujur sangkar dengan ukuran 2 m x 2 m terletak pada kedalaman 1,5 m. Tekanan
pada dasar fondasi total q = 25 t/m2 (termasuk berat tanah di atas pelat fondasi). Tanah ter­
diri dari d ua lapisan, yaitu:
(1) Tanah 1 :
Ked al�man 0 - 1,5 m: y1 = 1,8 t/m3,
(2) Tanah 2:
Kedalaman 1,5 m ke bawah: Y2 = 1,95 t/m 3,
Y2 = 1,05 t/m ,
' 3
°
c = 2 t/m dan<p= 15
2

Ditanyakan:
(a) Jika muka air tanah sangat dalam, hitung faktor aman terhadap keruntuhan daya
d ukung.
(b) Jika muka air tanah pada dasar fondasi, berapakah faktor aman terhadap d aya dukung?

Penyelesaian:

rn . a . t (b)

. '
Tanah 2 :
B= 2 rn , Y2 1,95 urn•
. . .. . .
Y2 ' = 1,05 urn•
.. _ . . =

c = 2 urn•
. . <p 15°
. .:
=

Gambar C3. 3
Teknik Fondasi 1 83

Dianggap terjadi keruntulum geser umum.

(a) Muka air tanah sangat dalam


Untuk <p = 15°, dari Tabel 3.1: Ne = 1 2,9 ; Nq = 4,4; Ng = 2,5
Persamaan daya dukung ultimit fondasi bujur sangkar:

qu = 1,3cN c + D1y1N q + 0,4y2 BN1


= (1,3 x 2 X 12,9 ) + (1,5 X 1,8 X 4,4) + (0,4 X 1,_95 X 2 X 2,5) = 49,32 t/m
2

Tekanan fondasi total q = 25 t/m2 .

49,32- (1,8 X 1 5 )
,

---'---- --- --'-- =2,09<3


25 - (1,8 x 1,5 )

Karena F< 3, kriteria keamanan terhadap daya dukung tidak terpenuhi. Oleh karena
itu, agar kriteria tersebut dapat dipenuhi, fondasi har us diletakkan lebih dalam, atau
lebarnya ditambah.

fb) Muka air tanah pada dasar fondasi


Daya dukung ultimit dihitung dengan persamaan:

qu = 1,3 cN c+Dfy lN q+0,4y2 BN1


I

= (1,3 X 2 X 12,9) + ( 1,5 X 1,8 X 4,4) + (0,4 X 1,05 X 2 X 2,5 ) = 47,52 t/m
2

q u - Y1 DJ 47,52-2,7
F= = 2<3
q-y1Df 25 - 2,7

F aktor am an semakin kecil, dengan demikian juga tidak memenuhi.

3.2.2 Fondasi pada Tanah Pasir

T anah granuler, seperti tanah pasir dan kerikil, tidak berkohesi (c = 0), atau mempunyai
kohesi namun sangat kecil hingga dalam hitungan daya dukung sering diabaikan. Daya
dukung fondasi pada tanah granuler, dipengaruhi terutama oleh kerapatan relatif (D,),
kedudukan muka air tanah, tekanan keliling (confining pressure), dan ukuran fondasinya.
Untuk tanah tak berkohesi, persamaan umum daya dukung ultimit T erzaghi akan menjadi
sebagai berikut:

(1) F ondasi berbentuk memanjang:


qu = p0 Nq + 0,5yBN y (3.29a)

(2) F ondasi berbentuk bujur sangkar:

qu = pN
0 q+0,4yBNY (3.29b)
84 Daya dukung

(3) F ondasi berbentuk lingkaran:


qu 0 q
= pN + 0,3yBN y (3. 29c )
(4) F ondasi berbentuk em pat persegi panjang:

q u = p N + 0,5yBN y(1-
0 q
0,28/L) (3. 29d )
dengan
B = lebar a tau diameter fondasi.
L = panjang fondasi.
p0 = D!f = tekanan overburden pada dasar fondasi.
DJ = kedalaman fondasi.
y = berat volume tanah granuler.
NW Ny = faktor-faktor daya dukung.
T anah granuler mempunyai permeabilitas yang besar, karena itu pada tiap-tiap tahap
pembebanannya, air selalu terdrainase dari rongga porinya. M aka, hitungan daya dukung
pasir selalu didasarkan pada kondisi dengan-drainase (drained) dengan penggunaan para­
meter tegangan efektif (!p' dan c'= 0). Sudut gesek dalam (!p') pasir sangat dipengaruhi oleh
° °
kerapatan relatif yang nilainya berkisar antara 28 sampai 45 (pada umumnya, diap1bil
sekitar 30 - 40\ U.S.Engineer Corp. (1946), menyarankan !p' = 30 untuk pasir longgar atau
° °
°
tak padat, dan !p' = 35 untuk pasir padat. Nilai-nilai tersebut dipertimbangkan sebagai nilai
!p yang aman. F aktor lain yang juga mempengaruhi sudut gesek dalam !p' adalah bentuk dan
gradasi butiran. Jika butiran pasir bergerigi, bergradasi baik, dan dalam kondisi padat, !p
pasir diperkirakan akan besar. T anah granuler yang padat mempunyai kerapatan relatif
(Dr), y, dan !p yang besar, sehingga daya dukungnya besar dan penurunannya kecil. Se­
baliknya, jika pasir tak padat, nilai y dan !p relatif kecil, sehingga daya dukungnya rendah
dan penurunannya besar. Bahkan, pada beban yang sedang, pasir tak padat akan mende­
rita penurunan yang besar, khususnya bila terdapat getaran yang kuat.
Kedudukan muka air tanah mempengaruhi daya dukung tanah granuler. Berat volume
pasir pada kondisi kering, lembap, atau jenuh, nilainya tidak banyak b erbeda. Oleh karena
itu, bila tanahnya tidak terendam air, berat volume pasir sendiri bukan variabel yang pen­
ting dalam hitungan daya dukung. Akan tetapi, jika pasir terletak di bawah permukaan air
tanah, berat volume pasir efektif menjadi berkurang yan g secara kasar kira-kira setengah
dar i berat volume pasir kering atau lembap . Sedangkan nilai !p' pasir tidak banyak berbeda
oleh rendaman air. Oleh karena itu, secara pendekatan, kenaikan muka air tanah dari se­
jauh B di bawah dasar fondasi sampai ke permukaan tanah secara kasar akan mengakibat­
kan pengurangan daya dukung kira-kira setengah dari daya dukung tanah pasir kering
atau lembap. Karena material granuler mempunyai permeabilitas besar, bila material fon­
dasi kedap air dan muka air tanah terletak di atas dasar fondasi, fondasi akan mengalami
gaya ke atas akibat tekanan air pada bagian yang terendam tersebut.

Contoh soal 3.4:


F ondasi empat persegi panjan� 1,0 m x 1,6m terletak pada tanah pasir dengan <p ' = 40 ,
°
Yd = 1,65 t/m Ysat = 2,05 t/m . Kedalaman dasar fondasi 0,90 m dari permukaan. Hitung
3,
daya dukung ultimitnya:
(a) Jika muka air tanah pada 2 m di bawah dasar fondasi.
(b) Jika muka air tanah di dasar fondasi.
Teknik Fondasi 1 85

Penyelesaian:

0,=0,9m 1 Pasir:
Yd = 1,65 tJm•

m.a.�; >_______ ---


--L------'
·
Ysat = 2,05 t/m"
ql' = 40°

8=1m
..,

GambarC3.4

Untuk daya dukung fondasi pada tanah pasir, penggunaan nilai berat volume kering (Yd)
pada hitungan tekanan overburden (p0 = D!f), adalah karena pertimbangan keamanan. Bila
pasir di atas dasar fondasi tidak terendam air, kondisi kritis di mana akan diperoleh daya
dukung yang minimum adalah saat pasir menjadi kering.
Dengan <p' 40 , dapat diperkirakan akan terjadi lceruntuhan geser umum. Dari nilai <p'
°
=

tersebut, Nq = 81,3 dan N1 = 100,4 (Tabel 3.1).

(a) Bila muka air tanah 2 m di bawah dasarfondasi


Lebar fondasi B 1,0 m < z = 2 m , maka dalam hitungan daya dukungnya tak memper­
=

hitungkan pengaruh muka air tanah.

P0 = Df yd = 0,9 X 1,65 = 1,49 t/m 2

Daya dukung ultimit fondasi empat persegi panjang pada tanah pasir (c = 0), dinyata­
kan oleh persamaan:

qu = p0 N + O,Syd BNY (l- 0,28/L)


q

(1,49 X 81,3) (0, 5X 1,65 X 1 X 100,4) (1-0,2 X 1/1,6) = 193, 61 t/m


2
=
+

(b) Muka air tanah di dasarfondasi

i = 'Ysat -yw = 2,05 -1 = 1,05 tlm


3

qu = Po N + O,Sy'B NY (l- 0,28/L)


q
2
=
(1,49x81,3) + (0,5x1,05x1x100,4) (1-0,2xl/1,6) =
167,25 tlm

Dengan membandingkan soal (a) dan (b) dapat dihitung bahwa daya dukung ber­
kurang kira-kira 14% oleh adanya kenaikan muka air tanah sampai ke dasar fondasi.
r

86 Daya dukung

Contoh soal 3.5:


Suatu tangki terletak pada kedalaman 1 m dari permukaan tanah pasir yang tak padat,
dengan qJ' = 25 dan c = 0. T angk i berbentuk tabung dengan diameter 4 m. Dianggap muka
°
air tanah sangat dalam dan tanah dalam kondisi kering dengan Yd = 1,5 t/m 2 . Berapakah
berat tangki maksimum yang memenuhi kriteria keamanan terhadap keruntuhan daya
dukung?

Penyelesaian:

fl\\fl\V''""'"
tang -
ki 04 m ___.r] 01= 1 m
� -
<p' 25°
c· 0
=

8=4m
Yd = 1 ,5 um•
=

Gambar C3.5

Karena pasir mempunyai qJ ' = 25 < 28,5 , maka dapat diharapkan akan terjadi keruntuhan
° °
'
geser lokal. Dengan qJ = 25 , dari Tabel 3.1 dapat diperoleh Nq ' = 5,6 dan Ny' = 3,2.
°
Daya dukung ulti mit dinyatakan oleh persamaan (B = 4 m ) :

' '.
4ie") , ('' �

dengan

m aka:

+
2
( 1,5 x 5,6 ) ( 0,3 x 1,5 x 4 x 3,2 ) = 14,16 tlm
2
qu- Dfyd = 14,1 6 - ( 1 x 1,5 ) = 12,66 t/m

T ekanan pada dasar fondasi yang aman terhadap keruntuhan dukung atau daya dukung
aman, dengan F = 3:

+15 =
1�66
--
2
I 5,72 t/m
3
Jadi, berat tangki maksimum yang aman

= % =
2
x n x 4 x 5,72 71,88 ton
Teknik Fondasi 1 87

Contoh soal 3.6:


Untuk mempelajari pengaruh kenaikan nilai kuat geser pasir <p' terhadap daya dukung, di­
tinjau suatu fondasi memanjang dengan lebar 1,5 m dan terletak pada °kedalaman
° 1 m. Jika
sudut gesek dalam efektif <p' yang akan dibandingkan adalah antara 38 dan 40 , serta berat
volume tanah basah 1,98 t/m 3, berapakah selisih daya dukung ultimitnya?

Penyelesaian:
Dari mempertimbangkan kedua nilai <p', dapat diharapkan akan terjadi keruntuhan geser
umum.
p0 = Dfyb = 1 X 1,98 = 1,98 tlm 2
(1) Untuk <p' = 38 , dari Gambar 3.6, Nq = 70 danNy = 80
°
.
q u = p0N q+0,5yb BNY = (1,98 X 70) + (0,5 X 1,98 X 1,5 X 80) = 257,74 tlm2
(2) Untuk <p' = 40 , dari Tabel 3.1, Nq = 81,3 dan Ny = 100,4
°
2
0 q+ 0,5yb BNy = (1,98 X 81,3) + (0,5 X 1,98 x 1,5 x 100,4) = 310,07 tlm
q u = pN
Dari kenaikan <p ' dari 38 menjadi 40 , diperoleh kenaikan daya dukuns; sebesar 310,07 -
° °
257,74 = 52,33 t/m2 . Terlihat bahwa dengan kenaikan <p' hanya sebesar 2 , dihasilkan beda
daya dukung ultimit yang relatif besar.
Bila fondasi berbentuk memanjang, tanah di sepanjang dasar fondasi pada lokasi ter­
tentu kemungkinan mempunyai sudut gesek dalam efektif (<p') yang lebih rendah, karena oleh
gangguan tanah sewaktu pelaksanaan atau akibat kondisi tanah yang tidak homogen. Un­
tuk itu, dalam perancangan, hitungan daya dukung harus sedemikian rupa sehingga pemi­
lihan nilai <p' harus hati-hati sehingga dapat mewakili kondisi tanahnya.

3.2.3 Analisis Skempton untuk Fondasi pada Tanah Lempung

Skempton (1951) memberikan persamaan daya dukung ultimit fondasi yang terletak pada
lempung jenuh dengan memperhatikan faktor-faktor bentuk dan kedalaman fondasi.
Pada sembarang kedalaman fondasi empat persegi panjang yang terletak pada tanah
lempung, Skempton menyarankan pemakaian faktor koreksi pengaruh bentuk fondasi (se),
dengan
s e = (1+ 0,2 BIL) (3.30)
dengan B = lebar dan L = panjang fondasi. Faktor daya dukung Ne untuk bentuk fondasi
tertentu diperoleh dari mengalikan faktor bentuk Se dengan Ne pada fondasi memanjang
yang besarnya dipengaruhi pula oleh kedalaman fondasi (D1).
(1) Fondasi di permukaan (Dt= 0):
Ne(permukaan) = 5,14; untuk fondasi memanjang.
Ne(permukaan) = 6,20; untuk fondasi lingkaran dan bujur sangkar.
(2) Fondasi pada kedalaman 0 < Dt< 2,5B:

N e = ( 1+0 2 lN
°/
l '
B ) c (permuk aan)
88 Dayadukung

(3) Fondasi pada kedalaman D1> 2,58 :

Ne = l,SNc(permukaan)
Daya dukung ultimit fondasi memanjang analisis Skempton:
qu = cuNc + DjY (3.31)

Daya dukung ultimit neto:


(3.32)

qu =
dengan
daya dukung ultimit.
qun = daya dukung ultimit neto.

=
D1 = kedalaman fondasi.
y berat volume tanah.
cu kohesi pada kondisi tanpa-dra.inase.
=
=
Ne faktor daya dukung yang ditunjukkan dalam Gambar 3.10.


10
I .1! k
Fondas1 '"9 aran
I

9 dan bujursangkar

8
/n-
V Fondasi memanjang •

7
V I

V
--
-

/
v
6

-fH--
5
[7
4 N. empat persegi par1ang =
(0.84 + 0.168/L)N. �ursangkar
3

! I
1

0 2 3 4 5
DIB

Gambar 3.10 Faktor daya dukung Ne (Skempton, 1951)

Nilai-nilai Ne yang diberikan oleh Skempton (1951) dalam fungsi DfB dan bentuk fon­
dasinya disajikan dalam Gambar 3.10. Untuk fondasi empat persegi panjang dengan pan­
jang L dan lebar 8, nilai daya dukungnya dapat dihitung dengan mengalikan Ne fondasi
bujur sangkar dengan faktor:
0,84 + 0,168/L
Teknik Fcmdtisi 1 89

Jadi, untuk fondasi empat persegi panjang, daya dukung ultimitnya dinyatakan dengan
persamaan:

(3.33a)
dan

(3.33b)

dengan NttbsJ adalah faktor daya dukung N, untuk fondasi bujur sangkar.
Tanah-tanah kohesif yang jenuh berkelakuan sebagai bahan yang sulit meloloskan air.
Karena itu analisis daya dukung fondasi pada kedudukan kritis, yaitu pada saat "selesai pe­
laksanaan atau jangka pendek, selalu digunakan parameter tegangan total atau Cu > 0 dan
Cl>u = o". Jika dibutuhkan, stabilitas fondasi pada kondisi janglal panjang dapat dicek dengan
anggapan bahwa tanah telah oalam kondisi terdrainase, hingga dalam hal ini dapat diguna­
' '
kan parameter tegangan efektif, yaitu c dan q> . Jika pada hitungannya·digunakan parame­
'
ter c dan cp', akan diperoleh daya dukung yang lebih besar daripada daya dukung yang
didasarkan pada Cu dan q> = 0".
Pada tanah-tanah yang berpermeabilitas rendah, untuk tinjauan stabilitas fondasi janglal
pendek, air akan selalu melekat pada butiran tanah saat geseran berlangsung. Karena itu,
untuk tanah kohesif yang terletak di bawah muka air tanah, berat volume tanah yang di­
gunakan dalam persamaan daya dukung selalu dipakai berat volume tanah jenuh (Ysat),
serta tak terdapat gaya angkat ke atas akibat tekanan air di dasar fondasinya (Giroud dkk.,
1973).
Di alam, tanah lempung walaupun terletak di atas muka air tanah sering dalam kondisi
jenuh oleh akibat pengaruh tekanan kapiler.

Contoh soal 3.7:


Fondasi terletak pada lempung jenuh homogen, dirancang untuk mendukung kolom de­
ngan beban 40 ton. Kuat geser tanpa-drainase tanah lempung Cu = 15 t/m2, CJ>u 0, dan Ysat =
=

2t/m3.
(a) Berapakah dimensi fondasi bujur sangkar yang memenuhi faktor aman terhadap daya

(b) Berapakah faktor aman pada kondisi janglal panjang, jika c ' = 5 t/m2, q>' = 30", Ysat =
dukung (F 3)? =

2 t/m2, dan i 1 t/m3?


=

P=40t
Penyelesaian:

J
I

s R
I' ,, .,,
Lempung jenuh:
Cu = 15t/m2
Dr <Pu = 0"
Ysat = 2 t/m�
c' = 5 tfm•
Q
<P' = 30°
p , ..
8
.. I i = 1 tfm•

GambarC3.6
90 Daya du kung

(a) Dimensi fondasi dihitung berdasarkan kondisi jangka pendek atau kondisi tanpa-drainase.
Jadi dipakai <!>u = 0 dan Cu-
Daya dukung ultimit lempung jenuh, dinyatakan oleh

Daya dukung neto untuk lempung (<pu =0), dihitung dengan persamaan Skempton:

qun - qu- - Dfy - cuNc


-

Daya dukung aman (qJ:

(1)

Tekanan pada dasar fondasi total (q) harus tak melampau q5• Jika dianggap seluruh
bagian PQRS hanya berisi tanah urug, tekanan fondasi total (q) akan merupakan jumlah
tekanan akibat beban kolom ditambah tekanan overburden (p0 = D 1y). Atau dengan kata lain,
tekanan akibat beban kolom, akan mengakibatkan tekanan fondasi neto (q11). Tekanan fon­
dasi total:

(2)

Supaya tekanan fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung, maka q:::; q5• Dengan
menyamakan Persamaan (1) dan (2), dapat diperoleh

p
- = 5Nc (3)
A

Dari Persamaan (3), bila dicoba fondasi bujur sangkar dengan B = 1 m, maka

= --- =
40
Nc 8
1xlx5
Untuk N� = 8, dari G ambar 3.10, diperoleh DJIB = 1,35.
Jadi, kedalaman fondasi yang dibutuhkan o1 = 1,35 x 1 = 1,35 m
Misalnya diinginkan untuk mengurangi kedalaman fondasi, maka lebar fondasi harus

Dicoba, B = 1,1 m, maka q" = (40/1,1 ) = 33,06 t/m2


ditambah.
2
qun
Dari persamaan q n - , diperoleh
F
33,06 =
5Nc
Ne = 6,6
Teknik Fondasi 1 91

Dari G ambar 3.10, untuk Ne = 6,6, diperoleh DjB = 0,3. Dengan B = 1,1 m, maka
=
o1 = 0,3 x 1,1 0,33 m. Dengan pertimbangan keamanan, digunakan kedalaman fon­
dasi D t= 0,60 m.
Dari penyelesaian di atas dapat dilihat bahwa dengan menambah lebar fondasi 0,1 m,
kedalaman fondasi dapat direduksi dari 1,35 m menjadi 0,60 m .
Perlu diperhatikan bahwa pemilihan kedalaman fondasi harus dipertimbangkan ter­
hadap gangguan-gangguan tanah permukaan, seperti kembang susut, erosi tanah, dan
lain-lain.

(b) Hitungan faktor aman pada kondisi jangka panjang.


30 , dari Tabel 3.1, Ne= 37,2; Nq = 22,5; Ny = 19,7.
°
Untuk <p =
Daya dukung ultimit neto fondasi bujur sangkar dengan muka air tanah di permukaan,
dinyatakan oleh persamaan:
I
qu n = 1,3cN +Dfy'(N q -1) + 0,4y'BN
c
y
= (1,3 X 5 X 37,2 ) + [ (0, 6 X 1)(22, 5-1)) + (0,4 X 1 X 1,1 X 19,7 ) = 263,3 t/m 2

263,3
= 7 96
I

33,06

Pada tinjauan jangka panjang atau pada kondisi terdrainase (drained), daya dukung dan
faktor aman menjadi lebih besar. Oleh karena itu, fondasi menjadi lebih aman terhadap
daya dukung.

Catatan:
Dengan melihat Gambar C3.6, tekanan fondasi total (q) pada dasar fondasi PQ adalah jum­
lah tekanan akibat berat total blok PQRS ditambah dengan tekanan akibat beban kolom (P)
yang dianggap bekerja di permukaan tanah. Bila volume material fondasi pada blok PQRS
sangat kecil dibanding dengan volume tanahnya dan berat volume tanah tidak terpaut ba­
n yak dengan berat volume bahan fondasi, m aka tekanan akibat berat total blok PQRS pada
dasar fondasi PQ dapat dianggap sama dengan tekanan vertikal akibat beban tanah atau
tekanan overburden Dp. Oleh karena itu, tekanan akibat beban kolom pada fondasi yang
berbentuk seperti Gambar C3.6, dapat dianggap sebagai tekanan fondasi neto (qn ) .

Contoh soal 3.8:


Sua tu bak air dari beton yang dapat dianggap kaku berukuran 10 m x 15 m akan diletakkan
3
pada tanah lempung jenuh dengan berat volume 2,1 t/m . Dasar bak terletak pada ke­
dalaman 1 m dan berat total setelah terisi air adalah 500 t. Dari pengujian triaksial tanpa­
drainase, diperoleh Cu = 2 t/m2 dan <l'u = 0. Hitunglah faktor aman terhadap keruntuhan
daya dukungnya ditinjau menurut
(a) Persamaan Skempton.
(b) Persamaan Terzaghi.
92 Daya dulcung

Penyelesaian:

bak air 10 x 15 m

q = 3,33 tlrrr

B = 10 m Lempung jenuh:
Cu = 2 tlnr
'Pu = oo
Ysat = 2,1 tlm•
Gambar C3. 7

Berat bak setelah terisi air = 500 t.

500
Tekanan pada dasar fondasi total: q = ---

10 x 15
= 3,33 t/m2

Tekanan fondasi neto:

q11 = q - DjY = 3,33 - ( 1 x 2,1 ) = 1,23 tlm2

(a) Persamaan Skempton

Daya dukung ultimit neto untuk fondasi empat persegi panjang: DjB = 1 /10 = 0,1. Dari
Gambar 3.10, diperoleh Ne fondasi bujur sangkar Nc(bs) = 6,3. Untuk fondasi empat persegi
panjang:

qun = (0,84 +0,16 B/L ) c U NC ( bs)

Diperoleh,

10
q
un = (0,84 + 0,16 X
15
) X 2 X 6,3 = 11,92 t/m2

Faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung:


qun 11,92
F = - = = 97
q11
--

1,23 '

(b) Persamaan Terzaghi

'Pu = 0, dari Tabel 3.1, diperoleh Ne = 5;7; N = 1; N1 = 0; p0 = 2,1 t/m2


q
Fondasi empat persegi panjang, daya dukung ultimit Terzaghi:

10
qu = cu Nc ( 1 + 0,3 B/L) + poN + 0 = 2 x 5,7 x (1 + 0,3 x
q 15
) + ( 2,1 x l) + 0

= 15,78 t/m2

Suku persamaan ke-3 nilainya nol, karena N1 = 0.


Teknik Fondasi 1 93

Daya dukung ultimit neto:


2
qun = qu - DjY = 15,78 - 2,1 = 13,68 t/m
qun 13,68
F = = = 1l' 12
qn 1,23

Perhatikan bahwa beban total bangunan bak air menimbulkan tek,anan fondasi total (q)
akibat pengaruh bentuk dasar bangunannya yang sekaligus berfungsi sebagai dasar fon­
dasi.

3.2.4 Persamaan Daya Dukung Vesic

Persamaan daya dukung Terzaghi, menganggap bahwa permukaan baji tanah BD dan AD
membuat sudut q> terhadap arah horizontal. Beberapa peneliti telah mengamati bahwa
sudut baji tidak membentuk sudut q>, namun membentuk sudut (45 + q>/2) terhadap hori­
zontal. (lihat Gambar 3.5b)
Berdasarkan prinsip superposisi, Vesic (1973) menyarankan faktor-faktor daya dukung
yang diperoleh dari beberapa peneliti. Reissner (1924) telah menunjukkan bahwa:

(3.34)
dengan
(3.35)

Dari analisis Prandtl (1924):


qc = eNc (3.36)

dengan
(3.37)

Caquot dan Kerisel (1953) menyatakan q1 sebagai:

q = 0,5 ByN (3.38)


1 1
Nilai numerik yang diberikan 9leh Caquot-Kerisel dapat didekati dengan (Vesic, 1973):

(3.39)

Superposisi dari ketiga persamaan:

(3 40)
.

Substitusi Persamaan (3.34), (3.36) dan (3.38), ke Persamaan (3.40), diperoleh persamaan
daya dukung ultimit fondasi memanjang:

q u = eNc + p0Nq + 0,5 ByNy (3.41a)

Nilai-nilai numerik dari persamaan-persamaan faktor daya dukungnya diberikan dalam


Tabel 3.3.
94 Daya du kung

Persamaan daya dukung yang disarankan Vesic (1973) tersebut sama dengan persamaan
Terzaghi, hanya persamaan faktor-faktor daya dukungnya yang berbeda, yaitu seperti yang
ditunjukkan dalam Persamaan (3.35), (3.37) dan (3.39).
Persamaan daya dukung di atas belum memperhatikan pengaruh tahanan geser tanah

dengan p0 = D!f. Untuk memperhitungkan faktor tahan'!.n geser tersebut, maka harus di­
yang berkembang di atas dasar fondasi, karena berat tanah di atas dasar fondasi digantikan

gunakan faktor-faktor kedalaman dan faktor bentuk fondasi. Untuk ini, pada sembarang
kedalaman dan bentuk fondasi, persamaan daya dukung ultimit dimodifikasi menjadi:

( 3.41 b )

s0 sW s1 = faktor-faktor bentuk fondasi.


dengan

de, dw dy = faktor-faktor kedalaman fondasi.

Tabel 3.3 Faktor-Jaktor daya dukung (Vesic, 1973)

<po <po
Ne N Ny Ne N Ny
q q
'"'

0 5,14 1,00 0,00 26 22,25 1 1,85 1 2,54


1 5,38 1,09 0,07 27 23,94 13,20 14,47
2 5,63 1,20 0,15 28 25,80 14,72 16,72
3 5,90 1,31 0,24 29 27,86 16,44 19,34
4 6,19 1,43 0,34 30 30,14. 18,40 22,40
5 6,49 1,57 0,45 31 32,67 20,63 25,99
6 6,81 1,72 0,57 32 35,49 23,18 30,22
7 7,1 6 1,88 0,71 33 38,64 26,09 35,19
8 7,53 2,06 0,86 34 42,16 29,44 41,06
9 7,92 2,25 1,03 35 46,12 33,30 48,03
10 8,35 2,47 1,22 36 50,59 37,75 56,31
11 8,80 2,71 1,44 37 55,63 42,92 66,19
12 9,28 2,97 1,69 38 61,35 48,93 78,03
13 9,81 3,26 1,97 39 67,87 55,96 92,25
14 10,37 3,59 2,29 40 75,31 64,20 109,41
15 10,98 3,94 2,65 41 83,86 73,90 130,22
16 11 ,63 4,34 3,06 42 93,71 85,38 155,55
17 12,34 4,77 3,53 43 105,11 99,02 186,54
18 13,10 5,26 4,07 44 1 18,37 1 15,31 224,64
19 13,93 5,80 4,68 45 133,88 134,88 271,76
20 14,83 6,40 5,39 46 152,10 158,51 330,35
21 15,82 7,07 6,20 47 173,64 187,21 403,67
22 16,88 7,82 7,13 48 199,26 222,31 496,01
23 18,05 8,66 8,20 49 229,93 265,51 613,16
24 19,32 9,60 9,44 50 266,89 319,07 762,89
25 20,72 10,66 10,88
Tek n ik Fondasi 1 95

Untuk faktor-faktor bentuk fondasi, Vesic (1973) menyarankan pemakaian faktor bentuk
fondasi dari D� Beer (1970) (Tabel 3.4a, Bab 3.2.5). Sedang untuk faktor-faktor
(se, s q, sy)
kedalaman, Vesic (1973) menyarankan pemakaian faktor-faktor kedalaman (de, dq , dy) dari
Hansen (1970) (Tabel 3.4b). Dalam Persamaan (3.41) beban yang bekerja pada fondasi
merupakan beban vertikal dan terpusat (tidak eksentris) . Penggunaan persamaan tersebut
harus memperhatikan pengaruh muka air tanah seperti yang telah dipelajari.
Faktor-faktor daya dukung Prandtl, Reissner, dan Caquot-Kerisel yang direkomendasi­
kan Vesic dalam Tabel 3.3 tersebut tel.§lh banyak digunakan untuk penelitian dan peran­
cangan fondasi.

Contoh soal 3.9:


Fondasi pilar jembatan bentuk lingkaran berdiameter 2 m mendukung beban sebesar 100
ton yang arahnya dianggap vertikal di pusat fondasi. Kedalaman fondasi 2 m dan sudah
diperhitungkan terhadap risiko gerusan dasar sungai. Permukaan air minimum 3 m dan
maksimum 5 m di atas dasar fondasi (Gambar C3.8) . Tanah dasar sungai berupa pasir de­
ngan q>' = 38 , c ' = 0, dan Ysat = 2 t/m3 . Jika dig,unakan persamaan daya dukung Vesic
°
(1973), berapakah faktor aman terhadap daya dukung pada muka air minimum dan mak­
simum?

Penyelesaian:

-'?.- muka air maksimum

-'¥- muka air minimum

pilar jembatan
02 m
5m
Pasir: 3m
<p ' =38° 2m
c' = 0
Ysat 2 ttm•
-
=

B=2 m

Gambar C3.8

q>
°
= 38 , dari Tabel 3.3, diperoleh:

Ne = 61,35; Nq = 48,93; Ny = 78,03


Fondasi berbentuk lingkaran berdiameter 2 m, maka B = L = 2 m.
96 Daya dukung

Faktor bentuk fondasi dari De Beer (1970) {lihat Tabel 3.4a):


0

s = 1 + ( B /L) tg q> .= 1 + ( 1 x tg 38 ) = 1,78


q
s = 1 - 0,4 BIL = 1 - 0,4 x 2/2 = 0,6
1
Faktor kedalaman fondasi dari Hansen {1970) {lihat Tabel 3.4b ):

DJ [ ·� ]
d = 1 + 2 B tg q> ( l - sin q>) 2 1 + 2 x 2/2 x tg 38 x ( 1 - sin 38 )2
o o

= = 1,23
q

y
d = 1

Tekanan overburden efektif pada dasar fondasi:

p0' = DjY' = 2 x 1 = 2 tlm2

Daya dukung ultimit neto untuk pasir {c' = 0):

qu n = sq dqp0 ( Nq - 1 ) + si1 0,5 B yN1


·

= 1,78 X 1,23 X 2 X (48,93 - 1) + 0,6 X 1 X 0,5 X 2 X 1 X 78,03 = 256,69 t/m2

2
Luas dasar fondasi A = 1 /4 x n x 2 = 3,14 m2
Fondasi dianggap kedap air, karena itu gaya tekanan ke atas oleh air pada dasar fondasi
harus diperhitungkan.

(1) Kedudukan muka air minimum:


Tekanan air ke atas:

Tekanan fondasi neto:

3, 14 - D1i - qw l

qn = = 31,85 - (2 X 1 ) - 3 = 26,85 t/m2

Faktor aman pada muka air minimum:

256,69
F = = 9,6 > 3
26,85

(2) Kedudukan muka air maksimum:

Tekanan air ke atas:

qw 2 = 5 X 1 = 5 tlm
2

\
Tekanan fondasi neto:

- Dfi - qw2 = 31,85 - (2 X 1) - 5 = 24,85 tlm2


'
100
qn =
3,14
Teknik Fondasi 1 97

Faktor aman pada muka air maksimum:

256,69
F = -- = 1 0,3 > 3
24,85
'

Faktor aman saat muka air pada kedudukan minimum dan maksimum lebih besar 3,
maka fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung. Jika gesekan antara dinding fon­
dasi dan tanah di sekitarnya diperhitungkan, faktor aman akan menjadi lebih tinggi.

3.2.5 Analisis M-eyerhof


Analisis daya dukung Meyerhof (1955) menganggap sudut baji Jl (sudut antara bidang AD
atau BD terhadap arah horizontal) tidak sama dengan <p, dan nilai Jl > <p. Akibatnya, bentuk
baji lebih memanjang ke bawah bila dibandingkan dengan analisis Terzaghi. Zona kerun­
tuhan berkembang dari dasar fondasi, ke atas sampai mencapai permukaan tanah (Gambar
3.11). Jadi, tahanan geser tanah di atas dasar fondasi diperhitungkan. Karena Jl > <p, nilai
faktor-faktor daya dukung Meyerhof lebih rendah daripada yang diberikan oleh Terzaghi.
Namun, karena Meyerhof mempertimbangkan faktor pengaruh kedalaman fondasi, daya
dukungnya menjadi lebih besar. Nilai-nilai faktor daya dukung Meyerhof untuk dasar fon­
dasi yang kasar disajikan dalam Gambar 3.12.

D,

l_
Gambar 3.1 1 Kemntuhan daya dukung analisis Meyerhof.
98 Daya dukung

Meyerhof (1963) dan Brinch Hansen (1970) memberikan persamaan daya dukung de­
ngan mempertimbangkan bentuk fondasi, kemiringan beban dan kuat geser tanah di atas
dasar fondasinya, sebagai berikut:

(3.42)

dengan
qu daya dukung ultimit.
N0 Nq- Ny faktor daya dukung untuk fondasi memanjang.
Se, Sq, Sy faktor bentuk fondasi (Tabel 3.4a).
de, dq, dy faktor-faktor kedalaman fondasi (Tabel 3.4b ).
ie, iw iy faktor kemiringan beban (Tabel 3.4c).
B' lebar fondasi efektif.
Po Df! = tekanan overburden pada dasar fondasi.
Of kedalaman fondasi.
y berat volume tanah.

cjl 0: N1 = 0, Ne = 5 , 1 4, Nq = 1 � untuk fondasi memanjang


untuk fondasi bujursangkar
=

N1 = 0, Ne = 6, 1 6, Nq = 1 �

300
I
r:J
200
I
Ny
1 00
p Ne
I I
Nq I

80
7
.I
60

'I .
Cl I I I I
17
c
I
40
:::J
.>�!
:::J 30 If
'0
nl i 17 I v'l i VI
;·!
>.
l I
20
nl
I

i ; ' 0i
'0
0
::;;1
�/ ' i
i
! /,
nl
10 ,
u.
8
6 ' 7T 7 .

f I
17 i I "
I I I
T J
4 � +- '
Fond asi memanjang (01< B)
I

I
3
- - Fond asi bujursangkar (01< B)
J
T
I I I I 11V
2

1
0
I20 40
i 0 20 40 0 20
I 40

Sudut gesek dalam cjl (derajat)

Gambar 3.1 2 Faktor-faktor daya dukung Meyerhof.


Teknik Fondasi 1 99

Faktor-faktor claya clukung yang cliberikan oleh Meyerhof (1963) clan Hansen (1970) ham­
pir sama, yaitu:
Ne (Nq -
= 1) ctg <p (3.43a)

Nq °
= tg2 (45 +<p/2) e (rr tg <p) (3.43b)

Namun, acla perbeclaan pacla persamaan Ny.


NY = ( Nq - 1 ) ( 1,4 <p)
tg ( Me yerhof, 1963) (3.43c)

NY = 1,5 (Nq - 1 ) tg <p ( Hansen, 1970) (3.43cl)

Nilai-nilai faktor claya clukung untuk fonclasi memanjang clan bujur sangkar atau ling­
karan clari Meyerhof clapat clilihat pacla Gambar 3.12. Faktor bentuk untuk fonclasi em pat
persegi panjang analisis Meyerhof (1963), cliperoleh clari interpolasi antara fonclasi meman­
jang clan bujur sangkar. Tabel 3.4a memberikan nilai-nilai tersebut bersama-sama faktor­
faktor bentuk (s0 sw sy) yang cliberikan oleh beberapa peneliti yang lain. Faktor-faktor ke­

clan Tabel 3.4c.


eq
clalaman (d d , dy) , clan inklinasi beban (iu iw iy) berturut-turut cliberikan clalam Tabel 3.4b
,

Dalam Tabel 3.4a, Nc(bs), Nq(bs), Ny(bs) Nc(m), Nq(m), Ny(m)


fonclasi bujur sangkar atau lingkaran, clan
aclalah faktor-faktor claya clukung Meyerhof untuk
aclalah faktor-faktor claya
clukung Meyerhof untuk fonclasi memanjang (lihat Gambar 3.12). Untuk fonclasi lingkaran,
nilai B/L = 1.

Tabel 3.4a Faktor-faktor bentukfondasi (Per/of, 1976; Kezdi, 1 974) .

Peneliti Se Sq Sy
Terzaghi 1,3 (lingkaran) 1 0,60
1,3 (bujur sangkar) 1 0,80

Meyerhof ( 1963) 1 + ( B/L) [:cc(m)(bs) -1 J 1 + ( B/L) [:qq (bsm ) - 1 J 1 + BIL [:y(bs)


y m ) -1 J
() (
Hansen (1961) 1 + 0,2 BIL 1 +0,2 BIL 1-0,4 B/L
<p = 0, Sq = 1
Jika

B Nq
De Beer (1970) + (BIL)
1
L Ne
1+- tg
<p 1 - 0,4 B/L

Stanclar Hungaria 1 + 0,2 B/L 1 + 0,2 BIL 1-0,1 B/L


100 Daya dulcung

Tabel 3.4b Faktor kedalaman fondasi (Perlof, 1976; Ramiah, 1 981)

Peneliti

Meyerhof (1963) 1 + 0,2 : ( �)


D
tg 45 ° + Untuk cp >
to" :
d d
q, fLy, jika
Catatan:
'Y q
=

Untuk de, d
Df > B, ma ka diambil
Dt= B atau DjB = 1
Untuk «p = 0, maka d = 1
q Untuk cp = 0,
maka d1 = 1

Hansen (1961) 1 + ----­


----
-+
B
0,35

0,6
d
e
- -­
d -1
e
N
q
1

L 7 tg «p Untuk «p � 25°:
4
1 + dq = de
Untuk «p = 00: d =1
q

Untuk DJ � B: Untuk DJ � B : Untuk DJ � B :

DJ
d - (1 d ) / (N 1 + 2- tg «p ( 1 - sin
2
tg «p) lP) d 1
q q q
=
-

B 1
DJ
Bila <p = 0, maka 1 + 0,4 -
B

Hansen (1970) Untuk DJ > B : Untuk DJ > B : Untuk DJ > B :

d - - d ) I (N
2
(1 tg lP) 1 +2 tg«p ( 1 - sin«p) s d = 1
q q q 'Y

Bila «p = 0, maka dengan S = arc tg (�)


1 + 0,4 arc tg (?)

Tabel 3.4c Faktor-Jaktor kemiringan beban (Perlof, 1976; Kezdi, 1 974)

Peneliti ie iq ig

Meyerhof (1963)
(t - !_:_r
90°
iq = e
i ( :rt-

c- i: )
ph
Hansen (1961)
iq - Nq -
( 1 -
Pv + A'c ctg lP) l
.2
q
Teknik Fondasi 1 101

Meyerhof, d engan B' = B - 2ex dan L ' = L - 2ey (lihat Bab 3.2.6). Untuk pembebanan eksen­
Bila beban eksentris, maka digunakan cara dimensi fondasi efektif yang disarankan

tris dua arah, digunakan B '/L ' sebagai ganti B/L untuk persamaan-persamaan pada Tabel
3.4a dan Tabel 3.4b. Bila beban eksentris satu arah, digunakan B '/L atau B/L ' tergantung
dari letak relatif eksentrisitasnya.
Dalam Tabel 3.4c, Ph adalah komponen gaya horizontal, Pv adalah komponen gaya ver­
tikai dari resultan gaya P yang miring sebesar 8 terhadap vertikal (Gambar 3.15) dan A '

adalah luas dasar fondasi efektif.


Penggunaan Persamaan (3.42) harus memperhatikan faktor-faktor pengaruh muka air
tanah.
Meyerhof (1963) mengamati bahwa sudut gesek dalam (q>') dalam pengujian laboratorium
untuk jenis pengujian plane strain pada tanah granuler kira-kira lebih besar 10% daripada
nilai q>' dari pengujian triaksial. Oleh karena itu, untuk fondasi empat persegi panjang yang
terletak pada tanah granuler, seperti pasir dan kerikil, Meyerhof menyarankan untuk
menggunakan koreksi sudut gesek dalam:

q> , ' = ( 1,1 - 0, 1 B/L) q>'1 (3.44)


dengan
q> r ' = sudut gesek dalam yang digunakan untuk menentukan faktor daya dukung.
q>/ = sudut gesek dalam tanah dari pengujian triaksial kompresi.

Contoh soal 3.10:


Fondasi telapak em pat persegi panjang 1,5 m x 2 m terletak pada kedalaman 1 m dari muka
tanah. Beban kolom vertikal dengan garis kerja beban di pusat fondasi. Dari pengujian tri­
aksial diperoleh q>' = 35°, c' = 3 t/m2 . Data tanah lainnya, Yb = 1,8 t/m3 dan air tanah sangat
dalam. Bila faktor aman F = 3, berapakah beban kolom maksimum yang aman terhadap
keruntuhan daya dukung menurut (a) Meyerhof dan (b) Terzaghi?

Penyelesaian:

<p ' == 35 °

I I
D,== 1 m
c' == 3 um•
Yb == 1 ,a um•

8 == 1 ,5 m

Gambar C3.9
102 Daya dukung

(a) Menurut Meyerhof (1963)


Beban Vertikal, m aka ic = iq = ig = 1
<p'= 350 , dari Gambar 3.12, diperoleh:
N c(m) = 46; Nq(m) = 33; Ng(m) 48 =

N c(bs) = 85; Nq(bs) = 43; Ng(bs) = 60

1,5 ( 85 )
Faktor-faktor bentuk fondasi Meyerhof diperoleh dari Tabel 3.4a:

s
c
= 1+ -2 46
--1 = 1,64

Beban di pusat fondasi dan vertikal, karena itu lebar efektif B'= B = 1,5 m. DJIB = 1 /1,5 =
0,67.
Dari Tabel 3.4b, untuk faktor kedalaman Meyerhof (1963):

d
e
= 1 + 0,2 X 0,67 X tg ( 45° + 35° /2) = 1,26
Karena <p' >: 10 o

d
q
= dy = 1 + 0,1 x 0,67 x tg ( 45° + 35°/2 ) = 1,13

p0
2
= Dfyb = 1 X 1,8 = 1,8 tlm

Daya dukung ultimit:

q u = s c d c i c c N c + s q d q i q p o N q + s yd y i y 0,5B'yb N y
( 1,64 X 1,26 X 1 X 3 X 46) + ( 1,23 X 1,13 X 1 X 1,8 X 33)
+ ( 1,19 X 1,13 X 1 X 0,5 X 1, 5 X 1,8 X 48)
= 455 t!m 2
2
qun = qu - Df yb = 455 - 1,8 = 453,2 t!m

Beban kolom maksimum yang aman terhadap daya dukung (f = 3):

Pm a ks = ( B x L) x -
q un
F
( 1,5 x 2) x --
453,2
3
= 453,2
(b) Menurut Terzaghi

<p' = 35°, dari Tabel 3.1, Ne = 57,8; Nq = 41,4; Ny = 42,4


Teknik Fondasi 1 103

Daya dukung fondasi em pat persegi panjang:

q ll = eNc ( 1 + 0,3 B/L) + p0 N + 0,5 yb BN ( 1 - 0,2 B/L )


q y

( ) ( )
1,5 1,5
= (3 x 57,8 ) 1 + 0,3 x
2 + ( 1,8 x 41,4 ) + 0,5 x 1,8 x 1,5 x 42,4 x 1 - 0,2 x 2
2
= 335,58 tlm
2
qun = 335,58 - 1,8 = 333,8 tlm

Beban kolom maksimum (f = 3):


qu n 333,8
Pmaks = AX - = ( 1 ,5 X 2) X -- = 333,8
F 3
Dari hasil (a) dan (b) terlihat bahwa nilai-nilai yang diperoleh dari analisis Terzaghi lebih
kecil dari analisis Meyerhof.

3.2.6 Pembebanan Eksentris

Pengaruh pembebanan vertikal yang eksentris pada fondasi memanj ang yang terletak di
permukaan tanah kohesif (<P = 0) dan tanah granuler (c = 0 dan <P = 35°), secara kuantitatif
diperlihatkan oleh Meyerhof (1953) (Gambar 3.13). Dapat dilihat bahwa faktor reduksi
daya dukung merupakan fungsi dari eksentrisitas beban. Pada tanah-tanah granuler,
reduksi daya dukung lebih besar daripada tanah kohesif. Pada Gambar 3.13b, daya
dukung ultimit pembebanan vertikal-eksentris (qu ') diperoleh dengan mengalikan daya
dukung ultimit fondasi dengan pembebanan vertikal-terpusat (qu) dengan faktor reduksi
R,, yaitu
(3.45)
dengan
'
q" = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal-eksentris.
R, = faktor reduksi akibat pembebanan eksentris.
q" = daya dukung ultimit pada pembebanan vertikal di pusat fondasi.

Dari Gambar 3.13b terlihat bahwa jika e/B = 0,5, daya dukung ultimit sama dengan nol
(R, = 0). Jika e/B = 0 atau beban vertikal di pusat fondasi, daya dukung ultimit menjadi ber­
nilai penuh (Re = 1).
Meyerhof (1953) menganggap bahwa pengaruh eksentrisitas beban pada daya dukung
adalah mereduksi dimensi fondasinya. Bila area fondasi sebenarnya berukuran B dan L,
akibat pengaruh beban yang eksentris, Meyerhof memberikan koreksi untuk lebar dan
panjangnya yang dinyatakan oleh dimensi efektif fondasi B ' dan L '. Untuk eksentrisitas
beban satu arah (Gambar 3.14a), dimensi efektif fondasi dinyatakan sebagai berikut:
( 1 ) Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar efektif fondasi dinyatakan oleh:

B' = B - 2e , dengan L' L (3 . 4 6a)


x =

(2) Jika beban eksentris pada arah memanjangnya, panjang efektif fondasi dinyatakan oleh:
L'
y
= L - 2e dengan B' = B
, (3 . 4 6b)

dengan ex dan ey berturut-turut adalah eksentrisitas resultan beban pada arah x dan y.
104 Daya dukung

0,8

H\vW�,_ !li,._
j..>-----
N
J r�
0,6
-- �0
-.I \VII•<
B -..t Re c>
� "<5l '
0
' Id �+.0 i
1
0,4

u'<t $��,
(a)
I
o -
r,>. i
��
0,2 �-1

��
;:;....<:
$�
op
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
e/B
(b)
Gambar 3. 1 3 (a) Pembebanan eksentris pada fondasi memanjang.
(b) Pengaruh eksentrisitas be ban pada daya dukung fondasi memanjang yang dibebani
secara vertikal (Meyerhof, 1 953).
I B I

X
(a)

y y

r"
B' B - 2e,

=

B'

(b)
X
(c) L
--+--4H'-7�Ji
y
y
B
Gambar 3 . 1 4 Area kontak efektif
(a) Eksentrisitas sa tu arah
(b) Eksentrisitas dua arah
(c) Eksentrisitas dua arah disederhanakan (Meyerhof, 1 953).
Teknik Fondasi 1 105

Jika eksentrisitas beban clua arah, yaitu ex clan e11, maka lebar efektif fonclasi (B') cli tentu­
kan seclemikian hingga resultan beban terletak di pusat berat area efektif A ' (Gambar
3.14b). Komponen vertikal beban total (P ') yang cliclukung oleh fonclasi clengan beban.
eksentris clinyatakan oleh:
(3.47)

clengan A' aclalah luas efektif clengan sisi terpanjang L ' seclemikian hingga pusat beratnya
,

berimpit clengan garis kerja resultan beban fonclasi. Dalam ha! ini, cliclefinisikan lebar efek­
tif B ' = A '/L '. Dalam Persamaan (3.47), bila hitungannya clalam tinjauan claya clukung ulti­
mit neto (qun), beban yang terhitung merupakan beban ultimit neto.
Untuk eksentrisitas beban 2 arah, Meyerhof (1953) menyarankan penyeclerhanaan luas
clasar fonclasi efektif seperti yang clitunjukkan pacla Gambar 3.14c, clengan

y
B ' = B - 2eX clan L ' = L - 2e

Contoh soal 3. 1 1 :
3
Fonclasi telapak terletak pacla tanah lempung jenuh clengan berat volume 2 t/m . Dari pen­
gujian tekan bebas cliperoleh kohesi tanpa-drainase rata-rata tanah cli bawah fondasi cu = 0,6
kg/cm 2 . Ukuran fondasi 1,5 m x 3 m, terletak pacla kedalaman 1 m. Beban kolom vertikal
clan eksentris sebesar 30 ton, clengan ex = 0,25 m clari pusat fonclasi. Bila dipakai persamaan
claya clukung Meyerhof, selidiki apakah fondasi aman terhadap daya dukung (F = 3)?

Penyelesaian:

B = 1 ,5 m

Gambar C3. 1 0

Daya dukung ultimit Meyerhof, dengan q> = 0 :

q u = s c d c i c e Nc + s q d q i q p o Nq

Untuk <J'u = 0, Nc(m ) = 5,14; Nc(bs) = 6;16; N (m) = N (bs) = 1


q q
ex = 0,25 m, climensi efektif fondasi:
106 Oaya dukung

B' = B - 2ex 1,5 - ( 2 x 0,25 ) 1,0 m


L' = L = 3 m

( )
Faktor-faktor bentuk clan keclalaman fonclasi Meyerhof (1963) {Tabel 3.4a clan Tabel 3.4b):

1,0 6,16
sc 1 + - -- - 1 = 1,07

1,0 ( 1 )
=

3 5,14

s 1+3 1 -1 = 1
q
D/ B ' = 1 / 1 = 1
de = 1 + 0,2 X 1 X tg ( 45° + 0° /2) 1,2
d = 1
q
Karena bebannya vertikal, ic = iq = 1 .
p0 = Dfy = 1 x 2 = 2 tlm 2

= 0,6 kg/cm2 6
2
c = t/m

Oaya clukung ultimit:

qu = s c dc i c eNc + s d i p N
q qq o q
2
= ( 1,07 x 1,2 x 1 x 6 x 5,14 ) + ( 1 x 1 x 1 x 2 x 1 ) = 41,6 tlm
Daya clukung ultimit neto:

qu n = 41,6 - 2 = 39,6 t!m 2


Beban kolom maksimum:

qu n 39,6
P ma k s = A ' x - = ( l x 3) x - = 39,6 t > P = 30 t
F 3
Jacli, fonclasi aman terhaclap keruntuhan claya clukung.

3.2 . 7 Pembebanan Miring

Konclisi pembebanan miring yang umumnya terjacli pacla perancangan fonclasi, clitunjuk­
kan pada Gambar 3.15. Gaya horizontal pacla clasar fondasi ditahan oleh geseran antara
clasar fonclasi clan tanah cli sepanjang clasar fonclasi clan tekanan tanah pasif pada sisi lain
fonclasinya. Tahanan geser pacla clasar fonclasi, clipilih nilai terkecil dari ketiga gaya perla­
wanan berikut ini:
(1) Aclhesi antara tanah clan dasar fondasi
(2) Gesekan antara tanah dan dasar fondasi
(3) Geseran horizontal antara tanah clengan tanah di bawah clasar fonclasi, bila clasar fon­
clasinya sangat kasar.
Teknik Fondasi 1 107

Meyerhof (1953) memperlihatkan pengaruh pembebanan yang miring terhadap reduksi


daya dukung fondasi memanjang yang terletak pada permukaan tanah kohesif (cp = 0) dan
tanah granuler (c = 0 dan cp = 35°) (Gambar 3.16). Meyerhof menyarankan reduksi daya
dukung ultimit fondasi pada kedalaman o1 yang mengalami pembebanan miring, seperti
yang diberikan dalam Gambar 3.17. Cara penggunaan gambar tersebut adalah, pertama,
beban fondasi dianggap vertikal dan daya dukung ditentukan dengan prosedur normal.
Kemudian, daya dukung terhitung dikalikan dengan faktor reduksi Ri. Daya dukung fon­
dasi memanjang dengan dasar horizontal pada pembebanan yang miring, dinyatakan oleh
persamaan:

(3.48a)

Bila dasar fondasi miring sebesar o,

(3.48b)

qu = daya dukung ultimit (atau daya dukung diizinkan) untuk fondasi dengan dasar
dengan

R i = faktor reduksi akibat pembebanan miring.


horizontal pada pembebanan vertikal.

Pv = komponen beban vertikal ultimit.

(a)
(b)

R = C x luas fondasi

N = gaya vertikal total pad a fondasi.

Faktor aman terhadap pergeseran =

Gambar 3. 1 5 Gaya-gaya pada fondasi yang menimbulkan arah beban miring (Teng, 1962).

Meyerhof (1963) dan Brinch Hansen (1961) menyarankan faktor-faktor kemiringan


beban (iu iw ig) untuk digunakan pada hitungan daya dukung ultimit Persamaan (3.42).
Masing-masing faktornya dapat dilihat dalam Tabel 3.4c.
1 08 Daya du kung

0,8
p
!
Pv

'ii' 0,6

i"


tr
0,4
:s.
"
·�

tr

0,2

10 40 50 60
.s (derajat)

Gambar 3. 1 6 Pengaruh kemiringan beban terhadap daya dukung fondasi memanjang di permukaan (Me·
yerhof, 1953).

cifi--- 1-a--J
P.)B = R,qu

q = daya dukung ultimit atau daya dukung aman.

1 ,0

0,8 0,8

er a:::- 0,6
·u;
·u; ""'
""' ::J
::J "0
"0
!!? !!?
0 �

:;;;: <'0
<'0 u.
u.

(a) (b)
Gambar 3. 1 7 Daya dukung fondasi memanjang pada pembebanan miring.
(a) Dasar fondasi horizontal.
(b) Dasar fondasi miring (Meyerhof, 1953, dari Teng, 1 962)
Teknik Fondasi 1 109

Untuk pembebanan miring ini, Janbu (1957) menyarankan persamaan daya dukung
yang mirip dengan persamaan Terzaghi. Bedanya, terdapat tambahan faktor Nh untuk
menghitung daya dukung ultimit ekivalen bila pembebanan miring (Gambar 3.18). Cara
ini, dilakukan dengan memperhitungkan faktor gaya horizontal Ph yang dianggap bekerja
pada dasar fondasinya. Persamaan daya dukung untuk fondasi memanjang dengan pem­
bebanan miring di pusat fondasi, diberikan dalam bentuk:

(3.49)

komponen beban vertikal yang diterapkan.


faktor daya dukung pada Gambar 3.18.
gaya horizontal pada dasar fondasi yang nilainya tak boleh melampaui Pv tg <p.
kohesi.
lebar fondasi.
luas fondasi.
p0 DfY = tekanan overburden pada dasar fondasi.
o1 kedalaman.
y berat volume tanah.
NC' NW N1 = faktor-faktor daya dukung pada Gambar 3.18.

o• s· 10• 15 • 2o· 2 s• 3o• 35• 4o• 45•


300
Nv L
/
200
100
<: �7
-<::

50

�r

;f
"0
Ne �
..,../ �V
Pv 20

.t

-&
10
" ....v
.. "" Nh
Nq Ny
<: 5
-----
l_g:____J /'l L---�
Ph � Pv tg ojl �7''Pj
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
tg ojl

Gambar 3. 1 8 Faktor daya dukung untuk pembebanan miring (Janbu, 1 957)

Contoh soal 3.12:


Sebuah fondasi memanjang lebar B = 2 m mengalami pembebanan miring di pusat fon­
dasi, dengan beban vertikal total Pv = 40 t/m 1 , dan beban horizontal di dasar fondasi Ph =
10 t/m 1 . Data tanah: Yb = 1,86 t/m3, y' = 1,03 t/m3, c = 5 t/m2, dan <p = 30°. Kedalaman fon­
dasi 1,5 m dan muka air tanah di dasar fondasi.
(a) Dengan menggunakan persamaan daya dukung Janbu (1957), selidiki apakah fondasi
aman terhadap keruntuhan daya dukung?
(b) Sama dengan (a) dengan digunakan persamaan daya dukung Meyerhof
110 Daya dukung

Penyelesaian:

Pv = 40 t/m'

o, = 1 ,5 m Tanah:
'
m.a.t Yb = 1 ,86 ttm•, y = 1 ,03 ttm•
. 'Sl
..... --· -·- . .. .... .... .. . ..... ..... .... ..... �-----"'==----� ..... .... _. . ·. -- .... ..... .,_ ... ... . c = 5 t/m2
cp = 30°
B=2m

GambarC3. 1 1

(a) Dengan cara fanbu (1 957)

Faktor-faktor daya dukung diperoleh dari Gambar 3.18.

Untuk <p = 30°, Ne = 35; Nq = 1 8; Ny = 28; Nh = 3,5


2
p 0 = Dfyb = 1,5 X 1,86 = 2,79 t/m
q u = cNc + p 0 Nq + 0,5 By'Ny
2
= (5 X 35) + ( 2,79 X 18) + ( 0,5 X 2 X 1,03 X 28) = 254,1 t/m
2
q u n = q u - Dfyb = 254,1 - 2,79 = 251,3 t/m

Daya dukung aman (F = 3):

Tekanan pada dasar fondasi memanjang ekivalen (termasuk berat tanah dan material fon­
dasi), untuk B = 2 m, per meter panjang:

40 + ( 3,5 x 10)
=
2 2
37,5 t/m < q '. = 86,15 t/m
2X1
. . Fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung.

(b) Dengan cara Meyerhof

Pondasi memanjang, m aka faktor Se = sq = Sy = 1


Pv = 40 t dan Ph = 10 t.
Teknik Fondasi 1 111

Sudut kemiringan resultan beban terhadap arah vertikal:


p
8 arc tg ph = arc tg 4010 = 14'04°
= --

(1 - �) 2 = (1 - 14,04o )2 = 0 71
ic = l
q 90° 90° '
8 2
i = i = (1 - � )
y q
(1 - �
14,04° )2 = 0, 28
=

D
dc = 1 + 0,2 -BJ tg ( 45° +<p/2) = 1 +0,2 1,52 tg ( 45° +15°) 1,26 X - X =

D 1�
d = d = 1 + 0,1 -f tg (45° + <p/2) 1 +0,1 x - x tg (45° + 15°) = 1,13
=
q Y B 2
Daya dukung ultimit:
qu = s c d c i c eNc + s d q i q po Nq + s d i 0,5 ByNy y y y
q

Pada persamaan tersebut digunakan faktor-faktor daya dukung fondasi memanjang. Ka­
rena garis kerja bebannya di pusat fondasi, m aka B = B ' = 2 m.
<p = 30°, dari Gambar 3.12, untuk fondasi memanjang:
Ne = 30; Nq = 18; Ny = 18

X X X X
qu = (1 1,26 0,71 5 30) + (1 1,13 0,71 2,79 18) X X X X

+ ( 1 1,13 0,28 0,5 2 1,03 18) = 180,35 t/m2


X X X X X X

qun = 180,35 - 2,79 = 177,6 tlm 2

Daya dukung aman:


qun 177,6
q 5 = - +D1y = -- + 2,79 = 61,9 7 tlm 2
F 3
Beban vertikal total maksimum pada dasar fondasi per meter panjang
= q 5 luas per meter panjang = 61,97 (2 1) = 123,95 t/m2 > Pv = 40 t/m2.
x x x

:. Fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung.


3.2.8 Kombinasi Pembebanan Miring dan Eksentris

Jika pembebanan selain miring tapi juga eksentris, seperti yang ditunjukkan pada G ambar
3.19a dan 3.19b, daya dukung tanah akan bergantung pada orientasi gaya-gayanya. Wack
(1961) mengamati bahwa jika miringnya beban sedemikian hingga arah komponen gaya
112 Daya dukung

horizontal mendekati pusat fondasi (Gambar 3.19a), luas bidang longsor akan berkurang
=
dibandingkan bila bebannya vertikal (o 0). Sebaliknya, bila arah komponen gaya horizon­
tal menjauhi pusat fondasi (Gambar 3.19b), luas bidang longsor akan bertambah diban­
dingkan bila bebannya vertikal.

(a)

Gambar 3 . 1 9 Pengaruh kombinasi beban eksentris dan miring untuk tanah dengan kohesi c = 0 dan sudut
gesek da/am <p 3Cf (Wack, 1961; Sokolovski, 1965}.
=

Dari beberapa analisis, Wack (1961) menyarankan cara menghitung daya dukung untuk
kombinasi pembebanan eksentris dan miring, sebagai berikut:
(1) Jika bebannya eksentris dan miring dengan arah komponen beban horizontal mende­
kati pusat fondasi (seperti Gambar 3.19a), hitungan dengan menggunakan Persamaan
(3.47), dengan q dihitung dari Persamaan (3.42), akan memberikan hasil yang sangat
hati-hati. u
(2) Jika kombinasi pembebanan eksentris dan miring seperti yang ditunjukkan pada Cam­
b ar 3.19b, hitungannya dilakukan sebagai berikut:
(a) Hitung daya dukung total (P ') menurut Persamaan (3.47), dengan menganggap
beban bekerja secara eksentris, namun tidak miring.
(b) Hitung daya dukung total menurut Persamaan (3.47), dengan menganggap beban
miring, namun tidak eksentris.
(c) Hitung daya dukung total dengan Persamaan (3.47), dengan menganggap beban
vertikal-terpusat, lalu kalikan dengan faktor koreksi C (dengan C< 1) yang diper­
oleh dari nilai-nilai hasil hitungan langkah (a) dan (b). Nilai C adalah hasil dari
hitungan daya dukung langkah (a) dibagi langkah (b), jika daya dukung langkah (b)
lebih besar. Jika hasil langkah (b) lebih kecil dari langkah (a), nilai C adalah hasil
langkah (b) dibagi langkah (a).
Contoh soal 3.13:
x
Fondasi 2telapak 1 ,5 m 1 ,5 m terletak pada3tanah lempung jenuh yang homogen dengan cu
= 4 t/m , CJl =

sebesar P = 10u t yang miring sebesar o 15°. Eksentrisitas beban P adalah 0,1 m dan
0 dan berat volume 2 t/m . Fondasi pada kedalaman 1 m dengan beban
= ex = ey
= 0,2 m. Selidiki apakah fondasi tersebut aman terhadap keruntuhan daya dukung.
Teknik Fondasi 1 113

Penyelesaian:
Karena arah komponen horizontal dari beban yang miring mendekati pusat fondasi, dipa­
kai cara (1) dari metode yang disarankan oleh Wack (1961).
B-2ex = 1,5 - (2 x 0,1 ) 1,3 m = L ' =

L - 2e = 1,5 - (2 x 0,2) 1,1 m = B'


y
=

Lebar efektif B ' dipilih sisi dari dimensi efektif yang lebih kecil, yaitu 1,1 m.

.�
li -15°
P= 10 t \

'IV/ r
' -

8=1 5 m

D,= 1 m
I
._____..._._
. _ B' 1,1 m ey = 0,2 m
1
H e, = 0, 1 m
=

�---- -�
B 1 ,5 m
/
=

'

Lempung jenuh:
Cu = 4 Um2
<i'u = Oo ,..
Ysat = 2 Urn'

Gambar C3. 12

Dalam hitungan digunakan faktor daya dukung untuk fondasi memanjang. Untuk <ru =

0, Ne = 5,14; Nq = 1.
B'IL ' = 1,1 /1,3 = 0,85
D/B' = 1/1,1 0,91 =

p0 = 1 x 2 = 2 tlm 2
s = 1+-
c
B' [ Ne
- 1 )
( bs) ( 6,16
1 + 0,85 - - 1 ) = 1, 17 ( lihat Tabel 3.4a )
L' N --

c (m)
5,14
(
d = 1 + 0,2_1 tg 45° + � ) 1 + (0,2 x 0,91 x tg 45°)
s = 1
q
D
c
B' 2 1,18 ( lihat Tabel 3.4b )
(1 -y () )2 (1 - 15 0 )2 = 0' 69
d = d = 1
q
i
=

q 90 0 90° -
114 Daya du kung

Daya dukung ultimit:


= s c d c i c eN c + s d i p
q q q o
qu Nq
=(1,17 1,18 0,69 4 5, 1 4 ) + (1 1 0,69 2 1) = 20,97 t/m2
X X X X X X X X

q u n = qu- fy = 20,97 - 2 = 18,97 t/m


D 2
Beban kolom arah vertikal maksimum yang aman terhadap keruntuhan daya dukung
= A'
qun
X = (1,1 1,3) --
18,97 8,9 t
X X =
F 3
Komponen beban kolom P arah vertikal yang diterapkan:
p = p 15° = 10 0,97 9,7 t > 8,9 t
COS X =
V

. . Fondasi tidak aman terhadap keruntuhan daya dukung. Agar aman, dimensi fondasi
perlu diperbesar.
3.2.9 Fondasi pada Lereng

Meyerhof (1957) memberikan persamaan daya dukung untuk fondasi memanjang yang ter­
letak pada lereng (Gambar 3.20), sebagai berikut:
(3.50)
dengan
q u = daya dukung ultimit.
c = kohesi.
y =berat volume tanah.
B = lebar fondasi.
=
New Nyq faktor-faktor daya dukung.

Nilai-nilai Ncq dan Nyq- ditunjukkan dalam Gambar 3.20. Nilai faktor stabilitas (N5) dinyata­
kan oleh:
Ns = -
yH (3.51)
c
dengan
y = berat volume tanah.
H tinggi kaki lereng sampai puncaknya.
c = kohesi tanah.

Faktor-faktor ini bergantung pada kemiringan lereng, posisi relatif fondasi, dan sudut
gesek dalam tanahnya (<p).
Teknik Fondasi 1 115

Stabilitas tanah yang miring dapat terganggu oleh adanya tambahan beban fondasi.
Sebelum fondasi dibangun pada tanah yang miring, stabilitas lereng tanahnya harus di­
selidiki. Fondasi harus tidak dibangun pada lereng yang tidak stabil.
lnterpretasi linier untuk kedalaman di antara keduanya:
600
DIB 0, gunakan garis penu h . '
'
500
=

'
DIB 1 , gunakan garis patah-patah.
'
=

8 r--.--,---, 4 00
''
Kasus I 300 \

$
'· \

.-JY
\

'\
200

�' ' ' J


n. '

�ffi
,

100 , ,
So 1---
"' '
.(Jo.
50 � :-.... � ' '
'" ...,
(a)
25 !"';:�'),
-
10
5 " �<;t
r-... .Joo ""'
'5 l_
Oo

0 10° 20 30° 40
0 0

I
7 lP
p
400 \ I

300 \ \
--- r---o" --- --- - -.:t
(b) 0 0°
--
4

200 · --- -==


10 - - - --
.... - - ro .,- - -
Kasus JI
2
::ii!r..
100
........ ....
,/'
.-"b·
1�
6�

J
V-;;V-=:;A':fr
]':<_�_lo,
°
0
50 ..,.... _
0
--- 30

�v-
- - "'i'---

4 25
10
-.,

o•
?,0
3i· -
5
5.53 I �
3 4 5 0 2 3 4 5 6
biB (untuk N5 = 0) atau b!H (untuk N. > 0)

Gambar 3.20 Daya dukung ultimit untuk fondasi memanjang yang terletak pada tanah miring (Meyerhof,
1 957; dari Teng, 1962).

Contoh soal 3.14:


Fondasi memanjang dengan lebar B 1,5 m terletak di atas lereng (Gambar C3.12). Tinggi
=

lereng H = 5,5 m, kemiringan � 30° dan jarak tepi fondasi dan tepi atas lereng b 2 m.
=

<p
=

Berat volume tanah 1,8 t/m3, c = 5 t/m2, dan = 30°. Jika fondasi di permukaan, berapakah
daya dukung ultimit fondasi tersebut?
r
116 Daya dukung

Penyelesaian:
B = 1,5 m; H = 5,5 m; Yb = 1,8 t/m3; c = 5 t/m2
yb H 1,8 X 1,5
Ns = - = 2>0
c 5
b/H = 2/5,5 = 0,36; � = 30°; DJIB = 0
Dari G ambar 3.16b, diperoleh N cq = 3,1 dan Ngq = 5
qu = cNc q + 0,5 yb BN'Yq = (5 x 3,1) + (0,5 x 1,8 x 1,5 x 5) = 22,25 tlm2
b=2 m B = 1 ,5 m

lI H � 5,5 m
c = 5 vm•
cp = 30°
r = 1 ,8 vm•

/;W;,,

Gambar C3. 13

3.2.10 Tahanan Fondasi terhadap Gay a Angkat ke At as

Gaya angkat pada fondasi ditahan oleh gesekan di sepanjang tepi tanah yang terangkat
ditambah dengan berat fondasi dan tanah. Jika tanahnya granuler dan terendam air tanah,
berat volume tanah efektif (y') harus digunakan dalam hitungannya.
Pada waktu fondasi akan terangkat, suatu prisma tanah terbawa oleh pelat fondasi
(Gambar 3.21). Bentuk dari prisma bergantung pada karakteristik tanah di atas dasar fon­
dasi. Karena tidak adanya data yang akurat mengenai hal ini, umumnya dipakai cara kon­
vensional. Yaitu, dengan menganggap bentuk tanah yang akan terbongkar, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.21. Untuk kondisi ini, tahanan fondasi terhadap gaya tarikan
vertikal ke atas dinyatakan oleh:
(3.52)

gaya tahanan ultimit fondasi terhadap gaya tarikan vertikal ke atas.


= berat pelat fondasi.
= berat prisma tanah dalam area yang diarsir.
tahanan gesek di sepanjang tanah yang tergeser.
<p
0,5DfYAK0 tg (untuk tanah granuler).
eA(untuk tanah kohesif).
luas selimut prisma tanah yang tertarik ke atas.
kedalaman fondasi.
= berat volume tanah.
Teknik Fondasi 1 117

K0 = koefisien tekanan tanah lateral saat diam.


<p = sudut gesek dalam tanah.
c = kohesi.
Jika fondasi terdiri dari beberapa fondasi yang menderita gaya ke atas, maka perlu di­
adakan pengujian pembebanan ke arah atas.
Gaya angkat = W Kapasitas gaya angkat = W + F,

F,

( 1 ) e bervariasi, bergantung pad a W = Wp + W1


jenis dan karakteristik tanah. = berat pelat fondasi ditambah berat tanah.

(2) Anggapan yang umum dipakai (9 60°)=

mungkin tidak aman dalam beberapa hal.

(a) (b)

Gambar 3.21 Fondasi yang menahan gaya ke atas (Teng, 1962).

Contoh soal 3.15:


Fondasi lingkaran dengan diameter' 2 m3terletak pada kedalaman 1,5 m dari permukaan
tanah pasir. Berat volume tanah 1,85 t/m , K0 = 0,50 dan = 30°. Tebal pelat fondasi 45 cm
<p
dan berat volume beton 2,4 t/m3 . Kedudukan muka air tanah sangat dalam. Berapakah
tahanan fondasi ultimit terhadap gaya tarikail vertikal ke atas?
Penyelesaian:

Pasir:
cp = 30°
02 m c =0
y = 1 ,85 Um'
Ka = 0,5 m

Gambar C3. 14
r
118 Daya dukung

Luas fondasi = lA1t x 22 = 3,14 m2


=
Keliling fondasi 1t x 2 = 6,28 m
Luas selimut A = keliling fondasi x DJ = 6,28 1,5 9,42 m2
x =

x
Berat pelat fondasi: Wp = 0,45 3,14 x 2,4 = 3,39 ton
x x
Berat tanah di atas pelat fondasi: Wt = (1,5- 0,45) 3,14 1,85 = 6,1 ton
Tahanan gesek tanah di sekeliling fondasi, bila tepi fondasi dianggap kasar:
0 X X X X X
Fr = 0,5 fyAK0 tg q> = 0,5 1,5 1,85 9,42 0,5 tg 30° = 3, ton 77

Tahanan fondasi ultimit terhadap gaya tarikan vertikal ke atas:


Pt = Wp + Wt + Fr = 3,39 + 6,1 + 3,77 = 13,26 ton

3.2.11 Daya Dukung Fondasi pada Tanah Berlapis

Dalam kondisi alamnya, tanah sering dalam kondisi berlapis-lapis dengan sifat-sifat tanah
yang berbeda pada tiap lapisannya. Persamaan-persamaan daya dukung yang telah dipela­
jari sebelumnya hanya berlaku jika tanahnya dianggap homogen dengan tebal tak terhing­
ga. Jika tanah pendukung fondasi berlapis-lapis dengan sifat yang berbeda-beda, daya du­
kung akan bertambah atau berkurang bergantung pada sifat tiap-tiap lapisan tanahnya.
Dalam kondisi tersebut, kadang-kadang zona geser saat fondasi runtuh berkembang sam­
pai memotong lapisan tanah lain yang berada di bawahnya. Suatu fondasi dapat dipertim­
bangkan sebagai terletak pada tanah yang homogen (yaitu bidang keruntuhan hanya me­
lewati satu jenis tanah), jika permukaan lapisan tanah yang berbeda sifatnya, yang berada
di bawahnya, berjarak paling sedikit kira-kira 4B (B = lebar fondasi) dari dasar fondasi.
3.2 . 1 1 . 1 Dua Lapisan Lempung dengan Sifat Berbeda

(a) Analisis Button


Button (1953) memberikan persamaan daya dukung untuk fondasi yang terletak pada
tanah lempung yang terdiri dari dua lapis (Gambar 3.22a). Bidang keruntuhan dianggap
sebagai berbentuk silinder dan sudut gesek dalam tanah (q>) dianggap nol.
Button meninjau fondasi terletak di permukaan tanah lempung dengan kohesi di c1,

c2.
bawah tanah ini terletak lapisan dengan kohesi Persamaan daya dukung untuk tanah
lempung berlapis dinyatakan oleh:
(3.53)
dengan c 1 adalah kohesi tanah lapisan atas dan Ne' adalah faktor daya dukung yang diper­
oleh dari Gambar 3.22b.
(b) Analisis Vesic
Vesic menyarankan persamaan daya dukung ultimit untuk fondasi yang terletak di tanah
lempung, yang tanahnya terdiri dari 2 lapis, yaitu lempung lunak pada bagian atas dan
Teknik Fondasi 1 119

---------f-
- Ko
hesi = c1
J I 10

..:....
\ t-
/ .
1 Kohesl = c2
9

�� - · ; I
8 '

<
u

i o,3
I

7
(a}
I
1 0 ,4 6

2 ,0 2 .2 2 .4 2 ,6
5

Lingkaran menyinggung . ._
' -----l------t-1
40
Lapisan bawah . i
I
I

20 _r_d.� _a�
o �
L_c /c
12- a-
_1_h� -i_
ru_s_l�e·b h_ sa
eL
b_ a�ri-_d
pa : --t�-1
< angka-angka pada kurva.

0 1,2

o�
.4��
o� �2
.3�0 o�
�� , I�O
.7==
o=
5� o� ===
.6 . s�
o�

d/8

(b)

Gambar 3.22 Faktor daya dukung untuk lempung berlapis (Button, 1953)

lempung kaku pada lapisan bawah (Gambar 3.23) atau sebaliknya. Persamaan daya du­
kung ultimit bila tanah yang di atas lebih lunak daripada lapisan di bawahnya, dinyatakan
oleh:
(3.54a)

Daya dukung ultimit neto:

(3.54b)

dengan
c1 kohesi lapisan lempung atas.
N 111 faktor daya dukung (Gambar 3.23 atau Tabel 3.5).
D1 kedalaman fondasi.
y berat volume tanah lapisan atas.

Nilai-nilai Nm relatif aman untuk fondasi yang sangat kaku dan harus dipakai dengan hati­
hati bila fondasinya fleksibel. Didasarkan hasil pengujian Brown dan Meyerhof (1969),
120 Daya dukung

Vesic menyarankan faktor reduksi untuk c1 pada Persamaan (3.54) bila lempung mempu­
nyai sensitivitas kira-kira 2. Yaitu, c1 digantikan dengan 0,75c1.
Kondisi ke-2, bila tanahnya terdiri dari lapisan lempung kaku di bagian atas dan lem­
pung lunak di bagian bawah, analisisnya harus memperhatikan keruntuhan penetrasi di
tepi fondasi, dan faktor daya dukung Nm dinyatakan oleh persamaan:

Nm = 1 / � + ( c2/c ) A N (dengan N s A N )
1 c c m c c (3.55)

dengan
� indeks penetrasi = BL/ [2H(B + L)]
H jarak permukaan lapisan lempung bawah dengan dasar fondasi (lihat Gambar
3.23)

N/ = faktor daya dukung yang memperhatikan koreksi untuk bentuk fondasi


berturut-turut adalah panjang dan lebar fondasi

berturut-turut kohesi pada lapisan atas dan bawah

IZ

11

<:.E
Cl
9 c:
:::>
-"
:::>
"0
cu
8 >.
cu
"0

.9

-"
cu
u.

8/H s 4 6,t

z 3 4 5 6

(b) Fondasi bujursangkar dan lingkaran.


(a) Fondasi empat persegi panjang.

Gambar 3.23 Faktor daya dukung Vesic untuk tanah kohesif berlapis (dari Ramiah dan Chikanagappa,
1981 ).

Nilai Nm untuk kasus yang ke-2 ini harus tak melebihi AcNe Untuk fondasi lingkaran
dan bujur sangkar, � = B/4H dengan N/ = 6, 17.
Untuk fondasi memanjang, � = B/2H dengan N/ = 5 , 1 4.
Teknik Fondasi 1 121

Tabel 3.5a Faktor daya dukung Nm Vesic, untuk Jondasi empat persegi
panjang dengan LIB :;; (dari Ramiah dkk., 1 981)
5
B/H

cJc1 2 4 6 8 10 20 00

1 5,14 5,14 5,14 5,14 5,14 5,14 5,14


1,5 5,14 5,31 5,45 5,59 5,70 6,14 7,71
2 5,14 5,43 5,69 5,92 6,13 6,95 10,28
3 5,14 5,59 6,00 6,38 6,74 8,16 15,42
4 5,14 5,69 6,21 6,69 7,14 9,02 20,56
5 5,14 5,76 6,35 6,90 7,42 8,66 25,70
10 5,14 5,93 6,69 7,43 8,14 11,40 51,40
00 5,14 6,14 7,14 8,14 9,14 14,14 00

Tabel 3.5b Faktor daya dukung Nm Vesic, untuk Jondasi bujur


sangkar dan lingkaran (LIB 1) (dari Ramiah dkk., 1981)
=

B/H

Cz / c1 4 6 8 10 20 40 00

1 6,17 6,17 6,17 6,17 6,17 6,17 6,17


1,5 6,17 6,34 6,49 6,63 6,76 7,25 9,25
2 6,17 6,46' 6,73 6,98 7,20 8,10 12,34
3 6,17 6,63 7,05 7,45 7,82 9,36 18,51
4 6,17 6,73 7,26 7,75 8,23 10,24 24,68
5 6,17 6,80 7,40 7,97 8,51 10,88 30,85
10 6,17 6,96 7,74 8,49 9,22 12,58 61,70
00
6,17 7,17 8,17 9,17 10,17 15,17 00

m terletak di :fermukaan tanah lem­


Contoh soal 3.16:
Ditinjau suatu fondasi memanjang dengan lebar 2,5
nya c2 = 0,7 kg/cm2 . Tebal lapisan lempung atas m (Gambar C3.15).
pung berlapis. Kuat geser tanpa-drainase lapisan atas c1 0,5
kg/cm dan lapisan di bawah­
=

1
(a) Tentukan besarnya daya dukung ultimit.
(b) Dengan hasil daya dukung ultimit yang diperoleh, bandingkan bila dipakai persamaan
daya dukung Skempton (1951)
dengan menganggap tanah homogen dengan c1 c2 = =

0,5 kg/cm2
(c) Jika kuat geser lapisan bawah c2 = 0,3 kg/cm2, bandingkan dengan hasil dari persa­
maan Skempton soal (b).

Penyelesaian:
(a) d = m, B1 = 2,5 m, c1 = 0,5 kg/ cm2 = 5 t/m2, dan c2 = 7 t/m2
C2/C1 = 7/5 = 1,4
d / B = 1 /2,5 = 0,40
122 Daya dukung

Soal (a)

Lempung 1 : c1 = 0,5 kg/cm•


cp1 = oo B = 2,5 m 1 m

Lempung 2: c2 0,7 kg/cm•


cp2 = oo
=

Dari Gambar 3.22, diperoleh Ne'= 6


Dalam soal ini,

(b) Bila dipakai persamaan Skempton, yaitu dengan menganggap tanah lempung homo­
gen dengan c1 = c2 = Cu = t/m2, maka
5
DJIB = 0, dari Gambar 3.10 diperoleh Ne ' = 5,14.
qu = CuNe = 5 x 5,14 = 25,7 t/m2< 30 t/m2

Nilai yang diperoleh dari persamaan Skempton lebih kecil, karena pada persamaan Button
memperhatikan kuat geser lapisan di bawahnya yang dalam hal ini lebih besar.

(c) Bila kuat geser tanah di lapisan bawah lebih kecil, yaitu c2 = 0,3 kg/cm2 3 t/m2, maka
=

3/5 = 0,6
c2 /c1 =

d/B = 1/2,5 = 0,40

Dari G ambar 3.22, diperoleh Ne'= 4,2

Di sini terlihat bahwa bila kuat geser lapisan bawah lebih kecil daripada lapisan yang di
atas, daya dukung menjadi lebih kecil daripada hasil soal (b).

Contoh soal 3.17:


Fondasi berbentuk lingkaran dengan diameter 8 m terletak pada tanah lempung berlapis,
seperti Gambar C3.16. Tebal lempung kaku bagian atas m. Data tanah: 2
(1) Lempung 1: 2 2
c1 = t/m , q>1 = y1 = t/m 30°, 2
(2) Lempung 2: c2 = 8 t/m2 , q>2 = 0°, y2 = 2 t/m3.
Kedalaman fondasi 1 m. Tentukan besarnya daya dukung ultimit clan daya dukung
ultimit neto dengan car a Vesic.
Teknik Fondasi 1

Penyelesaian:

]
}J b.JJ)(V)K( w Fondasi 08 m /IWI�VF/ •VI
Lempung 1 : c1 = 2 tlm' D1= 1 m
cp1 = oo •----1 2m
Y 1: =...:2�t/ m " ·�-·-·--"--·�-�··-· --

-- __ :....:..:. . _______________

Lempung 2: c2 = 8 t!m•
cp2 = oo
Y2 = 2 t!m•

Gambar C3. 16

Fondasi berbentuk lingkaran, c2/ c1 = 8/2 = 4; B I H = 8/1 = 8


Oari Tabel 3.5b, diperoleh Nm 6,73 =

Oaya dukung ultimit:

qu = cl Nm +Dfy = (2 X 6,73) + (1 X 2) = 15,46 t/m 2


Oaya dukung ultimit neto:

q"" = c1Nm = 2 x 6,73 = 13,46 t/m 2

3.2. 1 1 . 2 Tanah Granuler di Atas Tanah Lempung

Oalam hal ini akan ditinjau sebuah fondasi di permukaan tanah, yang tanahnya terdiri dari
2 lapisan. Lapisan tanah bagian atas berupa tanah granuler setebal H (c1 = 0, <p1 > 0) clan
lapisan tanah di bawahnya berupa lempung jenuh (c2 > 0, <p2 = 0) dengan tebal tak terhingga
(Gambar 3.24a).

Qu 1 = 0,58y1 Ny
qu2 = c2Nc

Qu(maks)
8

Tanah granuler: cp1 > oa; c1 = 0 ; y1 . � : . . ·-


H
.. . . ' •, . . .. . -

. ·�

Lempung jenuh: 412 = oa ; c2 > 0; 2 0 8


Y

Gambar 3.24 Fondasi pada tanah berlapis. Lapisan atas berupa tanah granuler dan lapisan bawah berupa
/empung jenuh (Giroud, 1976)
124 Daya du kung

Pada lebar fondasi tertentu, jika bidang runtuh melewati kedua lapisan, besarnya daya
dukung akan berada di antara jika fondasi pada pasir dan j ika fondasi pada lempung. Jika
lebar fondasi kecil, bidang runtuh akan hanya melewati lapisan pasir. Jadi, dalam hal ini

(qu1 = 0,5By1N1). Namun, jika lebar fondasi sangat lebih besar dibanding dengan tebal
hitungan daya dukung akan sama dengan hitungan daya dukung fondasi pada tanah pasir

lapisan pasir (B > H), sokongan tanah pasir untuk perlawanan terhadap keruntuhan geser
sangat kecil, maka daya dukungnya akan mendekati sama dengan daya dukung fondasi
pada lempung.
G ambar 3.24b menyajikan variasi lebar fondasi (B) terhadap daya dukung ultimit (qu).
Dapat dilihat bahwa terdapat sua tu nilai lebar fondasi B optimum yang menghasilkan daya
dukung ultimit maksimum. Kemudian, jika B sangat besar, daya dukung fondasi akan
sama dengan aaya dukung fondasi pada tanah lempung (qu2 c2Nc)· Pada kondisi ini, =

lapisan pasir hampir tak berpengaruh sama sekali terhadap daya dukungnya.

(a) Analisis Tsheng (1957)


Tsheng mengusulkan persamaan-persamaan daya dukung fondasi yang terletak di permu­
kaan, untuk kondisi lapisan tanah yang terdiri dari 2 lapis, yaitu tanah permukaan berupa
tanah granuler (c 0, <p > 0) dan di bawahnya berupa tanah lempung (cu > 0, <p = 0) (Gam­
=

bar 3.25). Persamaan daya dukung untuk fondasi memanjang yang terletak di permukaan,
pada kondisi jangka pendek atau kondisi tanpa-drainase, dinyatakan oleh

I"'
8

/
8

7
"'
� --
Nc'
6
·��
b< ""'
- .
�<) /
/ 1.\1"
::_- c1 > 0; <p2 oo
4
"'
--
5 "
_ =

/ 2
4
"""
0 -"'
0 0,5 1,0 1,5 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5
H/8 H/8
500
Ny' 400
300
300
200
1 14 I
100


50 47

22,7,

10

1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4, 5 5

H/8
Gambar 3.25 Faktor daya dukung untuk tanah berlapis (Tsheng, 1957)
Teknik Fondasi 1 125

(3.56a)

(3.56b)
'

q u = 0,5 By1 Ny ; untuk H/B > 3,5 (3.56c)

dengan
qu = daya dukung ultimit fondasi memanjang di permukaan.
c2 = kohesi tanpa-drainase lapisan tanah lempung.
Ne', Ny '= faktor daya dukung dari Gambar 3.25.
y1 = berat volume tanah granuler.

Dari persamaan-persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa jika tebal lapisan tanah
granuler 3,5B, bidang keruntuhan yang terjadi hanya melewati lapisan tanah granuler.

Contoh soal 3.18:


Fondasi memanjang dengan lebar 1 m (untuk pertimbangan keamanan) dianggap terletak
3
di permukaan tanah pasir dengan cp = 30°, c = 0, dan y = 1,5 t/m . Tebal lapisan pasir 2 m. Di
bawah lapisan pasir terletak lapisan lempung dengan C u = 6 t/m2 dan <p = 0. Selidiki apakah
fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung, jika beban fondasi 11 t/m 1 dan F = 3?

Penyelesaian:

8 = 1 rn

.. · .:
Pasir:
' . .

.;.
<p = 30°
' -.

c =0 H = 2 rn
y1 = 1 ,5 Urn•
' .
. �

Lernpung:
<p = oo
Cu = 6 Urn•

Gambar C3. 1 7

H/B = 2 / 1 = 2, maka berlaku persamaan:

Dari Gambar 3.25, dengan <p = 30° clan H/B = 2, diperoleh


126 Daya dukung

NC' = 6 7 · N ' = 6
"(I '

Daya dukung ultimit:

q
u
= ( 6 x 6,7 ) + ( 0,5 x 1 x 1,5 x 6) = 44,7 tlm 2
Karena fondasi di permukaan, q un = qu = 44,7 t/m2

Daya dukung aman (F = 3):

q
u 44,7 2
qs = n+0 = = 14 9 tlm
I

F 3

Untuk per meter panjang fondasi, beban maksimum:


1
= 14,9 x 1 = 14,9 t/m > 11 t/m 1

:. Fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung.

(b) Daya dukung dihitung dengan menganggap lebar fondasi fiktif


Ditinjau sebuah fondasi yang terletak pada lapisan kuat setebal H, yang di bawahnya ter­
dapat lapisan lunak. Dasar fondasi pada kedalaman DJ dari permukaan tanah. Pada lebar
fondasi tertentu, daya dukung fondasi dipengaruhi oleh lapisan tanah lunak di bawahnya.
Untuk itu, pada analisis daya dukungnya, tanah lunak di bagian bawah dianggap mene­
rima tekanan menurut penyebaran beban 2V : 1H. Dengan anggapan ini, lapisan kuat yang
berada di atas, seakan-akan berfungsi sebagai fondasi pelat fiktif (Gambar 3.26), dengan
lebar fiktif:
(3.57;

dengan
BJ = lebar fondasi fiktif.
B = lebar fondasi sebenarnya.
H = jarak dasar fondasi terhadap permukan tanah lunak di bawahnya.

Persamaan umum daya dukung fondasi memanjang dengan lebar fiktif BJ dan kedalaman
(DJ + H), dinyatakan oleh

(3.58)

dengan
quJ daya dukung ultimit fondasi dengan lebar fiktif Bf dasarnya terletak pada ke­
dalaman (DJ + H).
Cv c2 = berturut-turut kohesi lapisan 1 dan 2.
Yv y2 berturut-turut berat volume lapisan 1 dan 2.
DJ kedalaman fondasi.
H jarak antara dasar fondasi dan permukaan lapisan 2.
BJ B + H.
Ne, Nw Ny = faktor daya dukung.
Teknik Fondasi 1 127

, •v ""
B
o, . . . .

� . ,.." ,; .. !
. .. .
r
.-.--
. . ----- ("·
·.

. -'
. · ...
4 '

. "' . '• ..

;: .
·. .
.. . · . . '

.:t' c1 , q,1; y1

Tanah 1:
.:· ., "":" I•
. .. \\
• •

H
. � /•
. ..

. . . . .

\
.

.
,, .
.
I . .- . \
. . .
. ---_\._J. .
------ . . -L-
i -------- � \ L__.__ � -- - - - -

f------:-- �
B, = B + H

Gambar 3.26 Daya dukung fondasi pada tanah ber/apis dengan memperhitungkan Jebar tondasi fiktif.

Daya clukung ultimit pacla fonclasi berbentuk memanjang yang sebenarnya (qu) (yaitu fon­
clasi clengan lebar B clan keclalaman o1), clengan memperhitungkan pengaruh lapisan lunak
cli bawahnya, clinyatakan oleh persamaan:

q u = ( q uf - yl H) (� J (3.59)

Untuk bentuk fonclasi yang lain selain fonclasi memanjang, persamaan claya clukung
ultimit pacla Persamaan (3.58) harus clisesuaikan menurut faktor-faktor bentuk fonclasi
yang telah clipelajari.
Bila fonclasi berbentuk empat persegi panjang (B x L), persamaan claya clukung ultimit
Persamaan (3.59) menjacli:

(3.60)

Contoh soal 3.19:


Fonclasi bujur sangkar 1 ,5 m x 1,5 m terletak pacla lapisan tanah yang tercliri pasir paclat
setebal 2 m yang terletak pacla lapisan lempung jenuh homogen yang sangat tebal. Tanah
pasir clengan <p' 45°, c' = 0, clan Yd 1,65 t/m3 . Tanah lempung clengan Cu 3 t/m2 clan <pu
= = =

= 0. Jika keclalaman fonclasi 1 m clan air tanah pacla permukaan tanah lempung, hitung
claya clukung aman (F 3) . =

Penyelesaian:

Pasir:
<p' = 4 5°
c' = 0 2m
Yd = 1 ,65 urn•
---------
Lempung:
B, = 2,5 m - --- -- -- .......
Cu = 3 Um2
q, = 0

Gambar C3. 18
128 Daya dukung

Lebar fiktif fondasi yang menekan lapisan lempung, dengan penyebaran beban 2V : 1H,
adalah:

Bt = B + H = 1,5 + 1 = 2.,5 m
Jika dipakai persamaan daya dukung Terzaghi untuk fondasi bujur sangkar dengan <p = 0:

Dari Tabel 3.1, Ne = 5,7; Nq = 1; N1 = 0

Persamaan daya dukung ultimit pada lebar fondasi Bf

quf = 1,3c2 N c + y1 (Df + H) N q + 0,4Bfy2 N1

X 3 X 5,7 ) +
2
= ( 1,3 1,65 (1 + 1) 1 + 0 = 25,53 t/m

Daya dukung ultimit untuk fondasi bujur sangkar dengan lebar B:

q u = ( qu1 -ydH) [ BBf x BB/J =


X
( 25,53 - 1,65 x 1) (1,5 x 1,5 ) =
25
'
X
25
' 66,3 tlm
2

q u n = q u - Dfyd = 66,3 - (1 X 1,65) = 64,65 tlm


2

Daya dukung aman:

qs = -- + (1 x
64,65
3
1,65 ) = 23,53 tlm
2

(c) Tanah fondasi dibatasi oleh lapisan sangat keras


Mandel dan Salencon (1969) memberikan persamaan daya dukung untuk tanah berlapis,
dengan lapisan tanah pendukung fondasi setebal H terletak di atas lapisan yang sangat
keras dengan tebal tak terhingga (Gambar 3.27). Persamaan daya dukung ultimit untuk
fondasi memanjang dinyatakan oleh:

(3.61)

dengan
qu = daya dukung ultimit fondasi memanjang.
c = kohesi tanah lapisan atas.
p0 = Dff = tekanan overburden pada dasar fondasi.
DJ = kedalaman fondasi.
y = berat volume tanah lapisan atas.
B = lebar fondasi.
Nu Nq, N1 = faktor-faktor daya dukung, fungsi dari fiUdut gesek dalam (<p) lapisan atas.
�0 �W �Y = koefisien-koefisien kenaikan daya dukung, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 3.6a dan Tabel 3.6b.
Teknik Fondasi 1 129

Persamaan (3.61) didasarkan pada anggapan bahwa gesekan tanah pada pertemuan ke­
dua lapisannya, dapat berkembang secara penuh saat terjadi keruntuhan fondasi .

\""" .,.I
B

"
Lapisan keras

Gambar 3.27 Fondasi pada tanah pendukung yang terletak pada lapisan keras tak terhingga.

Tabel 3.6a Koefisien-koefisien kenaikan daya dukung (Mandel dan Salencon, 1969; dari Ramiah dkk.,
1 981)

<p B/H 1 2 3 4 5 6 8 10

oo � = 1, untuk 1,02 1,1 1 1,21 1,30 1 ,40 1,59 1,78


B/H< 1,41 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
100 � = 1, untuk 1,11 1,35 1,62 1,95 2,33 3,34 4,77
B/H< 1,12 1,07 1,21 1,37 1,56 1,79 2,39 3,25
20° � = 1, untuk 1,01 1,39 2,12 3,29 5,17 8,29 22,0 61,5
B/H< 0,86 1,01 1,33 1,95 2,93 4,52 7,14 18,7 5 1,4
30° ({J,-1·, untuk 1,13 2,50 6,36 17,4 50,2 150 1444 14 800
B!H< 0,63 1,12 2,42 6,07 1 6,5 47,5 142 1 370 14 000

Catatan: Angka-angka bagian alas adalah n ilai I;" Angka-angka yang di bagian bawah menunjukkan nilai �;q.

Tabel 3.6b Koefisie

B/H 10

0° � 1 untuk sembarang B/H


�y = 1, untuk
=

1,01 1,04 1,12 1,36


B/H< 4,07
1,07 1,28 1,63 2,20 4,41 9,82

2,07 4,23 9,90 24,8 178 1450


130 Daya dukung

Contoh soal 3.20:


Tanah setebal 2 m dengan c = 2 t/m2, <p = 20°, Yb = 1,9 t/m3, y' = 0,98 t/m3 didasari oleh
x
lapisan batu yang sangat tebal. Fondasi dengan ukuran 2 m 2 m terletak pada kedalaman
1 m. Air tanah pada kedalaman 1 m dari permukaan. Dengan menggunakan faktor bentuk
fondasi dari Terzaghi, berapakah daya dukung am an fondasi tersebut?
Penyelesaian:

'

=
c = 2 um•
<p = 20° m.a.t

·L-:--8=-2-m---'.; ---F�:---
Yd = 1 ,9 um•
2m
y' 0,98 um•
_ _ _ '\Z. __ _ _

I ; I 1 /I I I 1 ' 1 1 1 1 I III lt 1 I/ I I I I I I / I 7 7

Lapisan batu

·�.
Gambar C3. 19

p0 = Dffb = 1 1,9 = 1,9 t/m2


x

Jarak dasar fondasi ke lapisan batu H = 2 - 1 = 1 m


B/H = 2/1 8
<p = �0°, dari Tab�l 3.1, diperole�: Ne = 17,7; � 7,4; N1 = 5,0
Dan Tabel 3.6, dtperoleh: �c = 1,39; �q 1,33� = 1

Dengan memberikan faktor bentuk fondasi yang diperoleh dari daya dukung Terzaghi
untuk fondasi bujur sangkar:
qu = 1,3 �ccNc + �qPoN q + 0, 4 �l Y'N1
qu = (1,3 X 1,39 X2 X 17,7) + (1,33 X 1,9 X 7,4) + (0,4 X 1 X 2 X 0,98 X5,0)
= 86,59 t/m2
Daya dukung aman:
qu n
q = + Dfy =
86,59 - (1 X 1,9) + (1 X 1,9) =· 30,13 tlm2
s
F 3
Muka air tanah pada dasar fondasi, karena itu pada suku persamaan ke-3 dipakai y .
Teknik Fondasi 1 131

3.2. 1 1 . 3 Daya Dukung Fondasi yang Berdekatan

Daya dukung fondasi yang letaknya sejajar dan dibebani secara serentak telah diteliti oleh
Stuart (1962), Mandel (1963, 1965). Basil penelitian menunjukkan bahwa jika fondasi-fon­
dasi jaraknya berdekatan, daya dukung fondasi-fondasinya akan saling mempengaruhi
satu sama lain, yang menghasilkan kenaikan daya dukungnya. Kenaikan daya dukung
tersebut tergantung dari sudut gesek dalam tanahnya (<p).
Vesic (1973) menyatakan bahwa pengaruh jarak fondasi yang berdekatan, mengecil bila
nilai banding panjang dan lebarnya (L/B) mendekati 1. Demikian pula, bila kompresibilitas
tanah berkurang, jarak fondasi yang berdekatan mungkin tak mempengaruhi daya du­
kungnya. Untuk model keruntuhan fondasi tipe keruntuhan penetrasi, hampir tak ada pe­
ngaruh sama sekali dengan adanya fondasi di dekatnya.
Dalam perancangan, pada umumnya, kenaikan daya dukung akibat letak tondasi yang
berdekatan ini tak diperhatikan, karena pertimbangan keamanan. Lagi pula, bila j arak fon­
dasi berdekatan, tekanan pada tanah di bawah fondasi menjadi bertambah. Dalam kasus
yang demikian, kriteria penurunan toleransi sering lebih menentukan dalam perancangan­
nya.

3.2.12 Daya Dukung dari Hasil Pengujian di Lapangan

(a) Daya dukung dari hasil pengujian SPT


Untuk tanah granuler, seperti pasir, faktor-faktor NW Ny adalah fungsi dari <p, karena itu
sangat tergantung dari besarnya kerapatan relatif (Dr) · Seperti yang telah dipelajari sebe­
lumnya, bahwa nilai kerapatan relatif dapat diperoleh dari pengujian SPT. Peck, Hanson,
dan Thornburn (1963) memberikan hubungan empiris antara nilai N, NW Ny, dan <p, nilai­
nilainya diberikan dalam G ambar 3.28. Jadi, jika nilai N telah diketahui, besarnya daya
dukung ultimit dapat dihitung.
Terzaghi dan Peck (1943) menyajikan kurva hubungan antara nilai N dari pengujian
SPT, lebar fondasi, dan daya dukung yang diizinkan (qa) didasarkan pada penurunan mak­
simum 1" (inci) (Gambar 3.29) dan penurunan tak seragam 3/ 4". Nilai-nilai pada kurvanya
didasarkan pada anggapan bahwa jarak muka air tanah lebih besar B dari dasar fondasi.
Untuk fondasi dangkal, bila pasir pada dasar fondasi dalam kondisi jenuh air, dan keda­
laman fondasinya kecil dibandingkan dengan lebarnya, Terzaghi menyarankan daya
dukung yang diizinkan (qa), yang diperoleh dari Gambar 3.29 dibagi 2. Untuk kedudukan
air tanah yang kurang dari B dari dasar fondasi, nilai qa dapat diperoleh dengan interpolasi.
Pada tekanan fondasi yang sama, penurunan fondasi pada pasir terendam lebih besar
daripada penurunan fondasi pada pasir kering atau lembap. Hal ini disebabkan oleh penu­
runan fondasi dengan lebar B akan berkurang jika nilai modulus elastis (E) dari tanah yang
berada pada jarak B dari dasar fondasinya bertambah. Modulus elastis (E) bertambah jika
tekanan keliling (confining pressure) efektif bertambah. Pada sembarang kedalaman yang di­
tinjau, besarnya tekanan keliling efektif secara kasar sebanding dengan tekanan vertikal
efektif akibat beban tanah (tekanan overburden efektif). Jika muka air tanah naik dari ke­
dalaman B di bawah dasar fondasi sampai ke permukaan tanah, secara kasar nilai tekanan
keliling efektifnya akan berkurang 50%. Oleh karena itu, dapat diharapkan penurunannya
juga akan bertambah 100% (Gambar 3.30). Untuk tanah pasir, secara teoretis, jika tanah
yang terletak di dasar fondasinya terendam air, penurunan yang terjadi besarnya 2 kali
(untuk fondasi yang terletak pada permukaan atau dekat dengan permukaan tanah). Kalau
kondisi ini yang dijadikan pertimbangan, beban per satuan luas yang dibutuhkan oleh fon-
132 Daya dukung

Sangat tidak padat


(
1 ak pad aI
Td
Sedang Padat Sangat
140 I' J padat
0

130 ....... I I I
I/ ' I 10

120

I N I 20
I i
;;( l lO
I
I
'
"J. i II
30 ....
o-
<: 100 I i NI: /i
!
40
Q..
Cl)
Cl
<:: I ! I "K. i 50

i i
::J 90 �
....:
::J
"C
80
' I i /� '\( 60
z

! I Nr'*fl / Nq 1 \
IU
>- I
IU
70
I
70
I I I U I
"C
::; �
60 80
� I
I I' W l
I

�0
50
I
'
I

I
I

� ! ' j, I
IU 40
u..
30
1/ I
I

20 ... A I
..
_,.,? l
10
0
::::::- · I
28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
Sudut gesek dalam (cl>) (derajat)

Gambar 3.28 Hubungan nilai N, Nq , N , dan !jl.


g

dasi pada pasir terendam turun 1 inci, dapat diestimasi dengan menggunakan Gambar
3.29. Caranya: jika nilai banding D/B dari fondasinya kecil, nilai-nilai qa dari Gambar 3.29,
harus direduksi setengahnya. Sebaliknya, jika nilai DfB mendekati 1, nilai q� pada Gambar
3.29, harus direduksi sepertiganya, karena tanah sekitar fondasinya mengurangi kenaikan
besarnya penurunan (Terzaghi dan Peck, 1948).
Terzaghi dan Peck menyarankan bahwa untuk fondasi rakit yang kaku dan fondasi
sumuran, karena sifatnya yang kaku, penurunan total dan penurunan tak seragam akan
lebih kecil daripada penurunan fondasi telapak atau fondasi memanjang. Untuk itu, nilai­
nilai qa yang diperoleh dari Gambar 3.29 dapat dikalikan 2 jika digunakan pada perancang­
an fondasi rakit yang besar dan fondasi sumuran yang dalam, di atas tanah pasir kering.
Untuk pasir yang terendam air, nilai yang sama seperti pada Gambar 3.29 dapat diguna­
kan.
Meyerhof (1965), menyatakan bahwa prosedur untuk menentukan qa dengan cara yang
diberikan oleh Terzaghi tersebut terlalu hati-hati. Dinyatakan bahwa tidak diperlukan
reduksi qa akibat pengaruh air tanah, karena qa sudah direfleksikan dari hasil pengujian
SPT. Dan selanjutnya, nilai qa Gambar 3.29 dapat dinaikkan sampai 50%. Usulan Meyerhof
ini telah disetujui oleh D 'Appolonia dkk. (1968) .
Pelaksanaan pengujian SPT untuk penentuan daya dukung diizinkan (qa) dilakukan de­
ngan lebih dulu mengestimasi secara kasar lebar fondasi (B) yang terbesar dari bangun­
annya. Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan pengukuran nilai N dilakukan pada interval
Teknik Fondasi 1 133

70

I
. I
"
I
!\ �

::l
E

60 ..
·;;; ....._ I·
E
.¥ N :.. so
.� �


nl

.::::
E
· .
J
nl cl!
.:::: 50
1---r--�
2 ---- N =50
-
::l
.::::
Cll
0.


::l 40

"E ·-.__ N = 'IQ
r-- 1---·-
�� - · I
::l

:;- IL

2!.
E
30
.:::: --- N = 30
nl
"' r--

.::::
:s
:a
....... ..
20 -

I
Cl
· ..,'

.:::: r--:- N�
::l

::l
-o ..
10 ..

nl
>- -
C1l --....,.: N = 10
0 �- 1-··-·
- N=5
0 . ��
0 2 3 5

B (m)

Gambar 3.29 Daya dukung yang diizinkan dari pengujian SPT untuk penurunan inti (Terzaghi dan Peck,
1948)

76 cm, dimulai dari dasar fondasi sampai sedalam B di bawahnya atau dari B sampai se­
dalam (DJ + B) dari permukaan. Nilai N rata-rata di kedalaman ini diharapkan dapat
menunjukkan kondisi kepadatan tanah di bawah fondasi secara kasar. Jika hasil-hasil pe­
ngujian SPT dari beberapa lubang bor menunjukkan nilai N rata-rata yang berbeda, nilai N
rata-rata terkecil yang harus digunakan untuk menghitung qa .
Nilai N yang diperoleh dari pengujian SPT di lapangan, sebelum d igunakan dalam
hitungan-hitungan, perlu diadakan koreksi leb:ih dulu.
Jika tanahnya mengandung pasir ha!us atau pasir berlanau yang terletak di bawah muka
air tanah, sebelum nilai N digunakan dalam hitungan daya dukung, nilainya harus di­
reduksi menjadi

N = 15 + 1h ( N' - 15 ) (3.62)

dengan N' adalah nilai-N tercatat dari hasil pengujian di lapangan. Koreksi ini diberikan,
karena tanah yang mengandung butiran halus akan mampat pada jumlah pukulan kira­
kira 15. Perubahan volume akibat terlalu banyaknya pukulan, menimbulkan tekanan air
pori yang tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan jumlah pukulan.
Tahanan penetrasi menunjukkan kerapatan relatif dan tegangan efektif pada kedalaman
tempat pengujian diadakan. Berbagai kombinasi tingkat tegangan dan kerapatan relatif
akan menghasilkan nilai N yang sama. Karena itu beberapa analisis telah dikembangkan
134 Daya dukung

untuk mengoreksi jumlah pukulan N-SPT dengan tekanan overburden efektif. Koreksi se­
derhana yang berbentuk grafik telah diusulkan oleh Gibbs dan Holtz (1957), Tomlinson
(1969), dan Peck dkk. (1974) (Gambar 3.31). Perbedaan antara N terukur dan N terkoreksi
sangat besar terutama di dekat permukaan tanah. Kurva Tomlinson memperlihatkan
koreksi 4 kali dari N hasil pengujian pada kedalaman yang dangkal, namun penggunaan
koreksi tersebut harus diterapkan dengan sangat hati-hati.

l
LU

10
Tekanan keliling efektif (cr3') (kg/cm•)

Gambar 3.30 Hubungan nilai E dan tekanan keliling efektif.


Faktor koreksi eN
1 2 3 4
0 �----�---r----,---��
Peck
dan Bazaraa
., .... - -- -
(1969) :...- -

�/ /
Tomlinson (1 969)
Gibbs & Holt (1 957)
/
/

30 L-------�--�--�

Gambar 3.31 Koreksi nilai N akibat tekanan overburden.


Teknik Fondasi 1 135

Peck dan Bazaraa (1969) mengamati bahwa nilai qa Terzaghi dari Gambar 3.29 terlalu
aman, karena itu mengusulkan beberapa modifikasi, yaitu: {1) Nilai daya dukung diizinkan
yang diperoleh dari Gambar 3.29 sebaiknya dinaikkan 50%, seperti yang disarankan oleh
Meyerhof {1965); {2) Peck dan Bazaraa menyetujui untuk mengoreksi nilai N terhadap
tekanan overburden. Namun, menilai bahwa koreksi Tomlinson, Gibbs, dan Holtz terlalu
besar, karena itu mengusulkan pemakaian koreksi Peck dan Bazaraa dalam Gambar 3.31
yang nilainya lebih rendah daripada nilai yang diusulkan Tomlinson; {3) Diusulkan peng­
gunaaan koreksi q terhadap muka air tanah, yaitu jika kedalaman muka air tanah dengan
jarak dari dasar afondasi selebar B, penurunan dapat diestimasi dari S ' KS, dengan S
z ==

adalah penurunan fondasi yang dimensinya sama pada kondisi tanah kering. K adalah per­
bandingan tekanan overburden efektif jika pasir kering terhadap tekanan overburden jika
tanahnya terendam air, pada kedalaman O,SB di bawah dasar fondasi.
Perlu diperhatikan bahwa prosedur penentuan daya dukung diizinkan pada sekelom­
pok fondasi yang didasarkan pada pengujian SPT harus dipertimbangkan terhadap ke­
tidaktentuan variasi kerapatan relatif tanah yang umumnya tidak seragam. Jika lokasi pe­
kerjaan terdiri dari beberapa lapisan tanah dengan kerapatan relatif yang berbeda-beda,
lokasi pekerjaan harus dibagi-bagi menurut zona-zona yang mempunyai 'sifat-sifat tanah
yang sama, dan selanjutnya daya dukung pada masing-masing zona dihitung secara ter­
pisah.
Contoh soal 3.21:
Hasil-hasil pengujian SPT di lapangan, seperti yang diberikan dalam Tabel C3.1. Dari hasil
pengeboran diketahui bahwa tanah berupa pasir kasar Yb 1,85 t/m3, y' 1 t/m3, dengan
== ==

muka air tanah pada kedalaman 1,5 m dari permukaan. Jika fondasi dengan lebar 2,5 m dan
pada kedalaman 1,5 m akan didirikan pada tempat tersebut, berapakah daya dukung yang
diizinkan? Penurunan maksimum yang diizinkan 1 " .
Penyelesaian:
N
Nilai yang dikoreksi terhadap tekanan overburden efektif dihitung pada Tabel C3.1.

D, = 1, 5 m
m.a.t
'l,_ -
Yb = 1 ,85 t!m•
__ -

B = 2,5 m y' = 1 t!m•


Gambar C3.20

Tabel C3.1

Kedalaman (m) N' terukur p 0' zy' (t/m 2) cN· . fiJ ; CNN'
·;
=

' ...!''
� ,. , ..

, ;' c:,
' -

1,75 12 3,03 2,1


'

32
2,50 16 3,80 2,5 40
3,25 18 4,53 2,3 41
4,00 20 5,28 2,2 44
4,75 20 6,28 2,1 42
136 Daya dulcung

Tekanan overburden efektif dihitung dengan car-a:

Misalnya, pada kedalaman .2,50 m,

Unhik pertimbangan keamanan, koreksi tekanan overburden efektif pada Gambar 3.31
diambil dari C-N rata-rata di tengah-tengah kurva koreksi menurut Peck dkk. dan Gibs-·
·

Hol.tz. ' _ ,

Kedalaman yang diperhitungkan dalam �tungan nilai N, adalah sampai DJ+ B = 1 ,5 +


2,5= 4,00 m. Dari Tabel C3.1 diperoleh nilai N rata-rata setelah dikoreksi =
.1

.
lA (32 + 40 + 41 + 44) = 39

Untuk menghitungqa, digunakan Gambar 3.29. Dengan N= 39 dan B = 2,5 m, diperolehqa


2
= 40t/m . , - ·

Oleh karena muka air tanah pada dasar fondasi, nilai qa perlu dikurangi 50% (Terzaghi
dan Peck, 1948). Jadi, d '¥a dukung yang diizinkan dengan penurunan 1 inci adalah 50% x
40 = 20 t/m2 = 2 kg/cm .
Jika dipakai saran yang
. diberikan Meyerhof (1%5) dan Peck-Bazaraa (1969), maka qa1=
2
40t/m . . ,

(b) Daya dukung dari hasil pengujian kerucut statis (sondiT)


'
Meyerhof (1956) menyarankan persamaan sederhana untuk !l'enentukan besarnya daya
dukung diizinkan yang didasarkan penurunan 1 inci. Persamaannya didasarkan pad�
kurva Terzaghi dan Peck ,(1943) dan dapat diterjipkan untuk fondasi telapak atau fondasi
memanjang yang dimensinya tak begitu besar, pada pasir kering, sebagai berikut:
Untuk fondasi bujur sangkar atau fondasi memanjang dengan lebar B S 1,20 m,

(3.63a)

Untuk fondasi bujursangkar atau fondasi memanjang dengan Jebar B � 1,20 m,

0,30 )2
qc(1 + - 2
= - (kg/cm.) (3.63b)
50 B

Daya dukung diizinkan secara pendekatan untuk sembarang fonda8i dengan mengabai­
kan lebarnya,
Teknik Fondasi 1 137

dengan q, adalah tahanan ujung kerucut statis dalam kg/ cm2 dan B adalah lebar fondasi
dalam meter. Persamaan-pers amaan di atas didasarkan hubungan q, = 4N, dengan N diper-
oleh dari pengujian SPT.
Jika fondasi terletak pada tanah pasir yang terendam air, nilai-nilai dalam Persamaan-
persamaan (3.63) harus dibagi 2. Untuk fondasi rakit atau fondasi surnuran, nilai-nilainya
dapat dikalikan 2 bila tanahnya kering, dan nilai yang sama dengan yang diperoleh dari
persamaan-pes amaan tersebut di atas untuk tanah pasir terendam air. Tomlinson (1969)
menyarankan agar nilai q4 yang diperoleh, masih harus dikontrol terhadap penurunan
yang terjadi dengan menggunakan persamaan penurunan yang disarankan oleh De Beer
dan Marten a tau Schmertmann (1970) (lihat Bab 4).

Contoh soal 3.22:


Hasil pengujian kerucut statis pada tanah pasir kering ditunjukkan dalam Gambar C3.21.
Berapakah daya dukung diizinkan, bila fondasi akan dibangun pada kedalaman 1,5 m dan
lebar 2 m? Muka air tanah sangat dalam.

Penyelesaian:
Dari Gambar C3.21 nilai taha.n an kerucut statis rata-rata di bawah dasar fondasi adalah 35
kg/ cm2 . Dengan menggunakan Persamaan (3.63c):

:)
35
q = = 0,90 kg/ cm 2
a 40

Tomlinson menyarankan n.ilai ini masih harus dikontrol dengan penurunan yang
dihasilkan oleh tekanan qa =0,90 kg/cm2 .

Tahanan kerucut Qc (kg/cm')

35 50 100 150 200

1,5m
-]._
1--- ---l
8= 15 m

g
.
c:
E
.!!

Gambllr C3.21
i38 Daya dukung ·

(c) Daya·dukung dari hasil pengujian beban pelat


bari hasil pengujian beban pelat yang telah dipelajari. pada Bab 2.7.3J, da(ya dukung ultimit
fondasi y ang sebena~nya dihitul}g dengan persamaan-persamaan se~agai berikut:

untuk tanah 1<-'mpung IJ.Ma)


'.
q11 =
lbH)q 1
,; u11tuk tanah pas1r (1 .64b)

dengan
qB = daya dukung ultimit fondasi dengan skala penuh.
% = .daya dukung ultimit dari pengujia~ beban pelat. l'

b ;:: lebar atau• diam~ter pelat pengujian.


B = lebar fondasi skala penuh.

p~uran . ~ari beb~ pelat tak be~pengaruh pada daya d~ung uJtimit tanah lempung.
Oleh karena itu, pengujianbeban pelat dap!lt-digunakan untuk menentukan daya dukung,
jika lapisan lempungnya mempunyai kuat geser yang seragam di seluruh lapisannya.
Untuk tanah yang mempunyai kedua komponen kuat geser c dan q>, Housel (1929) me-
nyarankan persamaan daya dukung ultimit yang diperoleh dari basil pengujian beban
pelat, sebagai berikut: ·

r - 1\q + Ks 0 .
(3.65a)

dengan
P = ~eban total pada area dukungan seluas A.
A = luas beban pelat A .
q = tegangan kompresi di bawah A.
s = tegangan geser .s.a tuan.pada batas pinggir.
K = keliling luasan beban pelat.

t
. •
....
1•
'

Dalam Persamaan (3.65a),'q'dan s adalah dua bilangan yang belum diketahui. Untuk itu
harus dikerjakan dua kali·pengujian dengan ukuran pelat yang berbeda. Jika P1 dan P2 ber-
turut-turut adalah beban yang dibutuhkan untuk memberikan penurunan sebesar S dalam
pelat 1 dan 2, maka

(~.6'i b)

dan
Teknik.Fondasi 1 139

Dari nilai.q dan s yang ditemukan, beban fondasi sebenamya, dihitung dengan persa-
maan:

dengan
PP = beban fondasi ultimit pada ukuran sebenarnya.
, Ap = luas dasar fondasi.
q, s= nilai-nilai yang diperoleh dari Persamaan-persamaan (3.65).
Kp = keliling fondasi. · · · '

Pengujian beban pelat dapat dipercaya, hanya hila tanah dasamya seragam sampai ke-
dalaman lapisan di mana distribusi tekanan fondasi bangunan yang sebenamya masih ber-
pengaruh. Lapisan lemah secara lokal yang tertetak di bawah pelat uji, akan mempenga-
ruhi hasil-hasil pengujian. Sebaliknya, lapi?!n lemah yang letaknya agak dalam tak berpe-
'ngaruh pada hasil pengujian beban pelat, tetapi banyak berpengaruh pada fondasi skala
penuh (Gambar 3.32), akibatperbedaan penyebaran tekanannya.

..

1 58

Lapisan luna~

. ,
Gambar 3.32 Pengaruh lapisan lemah pada pengujian beban pe/at.
.. - .
. ~ ~ -
Kedalaman air tanah sangat berpengaruh pada daya dukung dan penurunan. Pengujian
beban yang dilaksanakan di atas air tanah akan memberikan nilai daya dukung yang lebih
·tinggi dibanding dengan daya dukung fondasi skala penuhnya. Jil<a digunakan pada tan!lh
lempung, pengujian beban ~d_arc memberikan data penurunan konsolidasi jangka'pan}ang.

3.2.13 Faktor Aman


Pada perancangan, beban ya~g harus didukung oleh fondasi untuk mendukung beban
struktur relatif keciLbila c;libandingkan dengan .b eban maksimwh yang mengakibatkan
keruntuhan dayci dukungnya. Nilai-nilai. daya dukung aman, yang ditentukan dari hitung-
140 Daya dukung

an day a dukung ultimit dibagi dengan faktor aman, berguna untuk memberikan keamanan
terhadap hal-hal, sebagai berikut:
(1) Nilai kuat geser tanah yang pada kondisi alamnya bervariasi dari lapisan yang satu
dengan yang lainnya.
(2) Ketidaktentuan dari ketelitian hasil pengujian kuat geser tanah di laboratorium clan
penggunaan persamaan-persamaan daya dukung tanah ataupun cara empiris yang
d igunakan dalam hitungannya.
(3) Penurunan yang berlebihan.
(4) Kerusakan tanah secara lokal yang terjadi pada waktu pelaksanaan pembangunan fon
dasi yang dapat mengakibatkan pengurangan daya dukung.

Tabel 3.7 Perkiraan daya dukung aman berdasarkan jenis tanah

Daya dukun� aman


Macam tanah
(kg/cm ) · ·
Keterangan .,
,
(a) Tanah-tanah granuler

Kerikil padat/pasir bercampur > 6,0 Kelompok (a), lebar fondasi B


kerikil padat > 1 m. Kedalaman muka air
tanah > B dari dasar fondasi
Kerikil kepadatan sedang/pasir 2-6
berkerikil kepadatan sedang

Kerikil tak padat/pasir berkerikil <2


tak padat

Pasir padat >3

Pasir kepadatan sedang 1 -3

Pasir tak padat <1

(b) Tanah-tanah kohesif

Kelompok (b) sangat dipenga-


'

Lempung keras 3-6


ruhi oleh konsolidasi jangka
Lempung pasir dan lempung kaku 2-4 panjang
Lempung agak kaku . •· 0,5 - 1

Lempung sangat lunak clan lanau < 0,75

Kondisi tanah yang bervariasi, merupakan pertimbangan utama dari pemakaian faktor
aman. Perhatian khusus diberikan jika hasil pengujian kuat geser tanah menghasilkan nilai
yang berbeda-beda. Faktor aman F = 2,5 sampai 3, biasanya digunakan untuk menanggu­
langi ketidaktentuan tersebut di atas. Untuk kondisi kombinasi pembebanan kecuali meli-
Teknik Fondasi 1 141

batkan beban mati, beban hidup, tapi juga beban angin, faktor aman F 2 dapat digunakan
==

(Terzaghi dan Peck, 1948). Jika fondasi dimaksudkan untuk mendukung bangunan-ba­
ngunan sementara, yang pengaruh penurunan tak merusak bangunan tersebut atau ba­
ngunan sekitarnya, dapat diambil faktor aman F 1,5 sampai 2.
==

Nilai-nilai perkiraan daya dukung aman (q5) untuk tanah-tanah granuler dan tanah­
tanah kohesif, diberikan dalam Tabel Untuk tanah-tanah granuler, jika muka air tanah
3.7.
lebih kecil dari B di bawah dasar fondasi, nilai-nilai dalam tabel tersebut harus dibagi 2.
Nilai-nilai Tabel dapat digunakan sebagai petunjuk perancangan awal dalam peran­
3.7
cangan.
4 ..

PENURUNAN

4.1 Pendahuluan

Jika seluruh permukaan di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam dan penu­
runan terjadi tak berlebihan, mungkin turunnya bangunan tak tampak oleh pandangan
mata dan penurunan yang terjadi tak menyebabkan kerusakan bangunannya. Namun, kon­
disi demikian tentu mengganggu baik pandangan mata maupun kestabilan bangunan, bila
penurunan terjadi secara berlebihan.
Istilcih penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu
pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan tak seragam
lebih membahayakan bangunan daripada penurunan totalnya. ContolKontoh kerusakan
bangunan akibat penurunan tak seragam, diberikan dalam Gambar 4.1.
{1) Gambar 4.1a. Jika tepi bangunan turun lebih besar dari bagian tengahnya, bangunan
diperkirakan akan retak-retak pada bagian A.
{2) Gambar 4.1b. Jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, bagian atas bangunan
dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi yang terjadi sangat
besar, tegangan tarik yang berkembang di bawah bangunan dapat mengakibatkan
retakan-retakan.
{3) Gambar 4.1c. Penurunan sa tu tepi, dapat berakibat keretakan pada bagian C.
(4) Gambar 4.1d. Penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi bagian ba­
ngunan, yang berakibat miringnya bangunan tanpa menyebablcan keretakan.
e�
r a
(a) / retak /' I (bl


I

J... t ,J_ I I J J iI
'- ,� � penurunan pada bag,an tengah
penurunan

il
(d)
(c) 1 retak

1... �� "] -
D I • I I

...nan satu ss dan bangu
na:1
peoor
\penurunan

Gambar 4.1 Contoh kerusskan bangunan sJcibat penurunan.


Teknik Fondasi 1 143

4.2 Tekanan Sentuh

Pertimbangan pertama dalam menghitung besarnya penurunan adalah penyebaran tekan­


an fondasi ke tanah di bawahnya. Hal ini sangat bergantung pada kekakuan fondasi dan
sifat-sifat tanah. Tekanan yang >terjadi pada pertemuan antara dasar fondasi dan tan�h, di­
sebut tekanan sentuh (contact pressure). Besarnya intensitas tekanan akibat beb.an fonda.Si ke
tanah di bawahnya, semakin ke bawah semakin berkurang. Variasi tekamm sentuh di bawah
fondasi lingkaran atau fondasi memanjang yang kaku, yang dibebani oleh beban terbagi
rata sebesar q, diperlihatkan dalam Gambar 4.2.
Distribusi tekanan sentuh fondasi yang terletak pada tanah lempung, diperlihatkan
• pada Gambar 4.2a. Fondasi tersebut, jika diletakkan pada tanah pasir atau kerikil, distri­
busi tekanan sentuhnya akan seperti pada Gambar 4.2b. Selanjutnya, jika fondasi ters�but
terle\ak pada tanah cainpur�n lempung dan pasir, bentuk distribusi tekana11 sentuhnya
akan seperti pada Gambar 4:2<:.
Pada fondasi yang fleksibel,. seperti fondasi tangki minyak yan.
g terletak p ada
. tanah lem-
pung, distribusi tekanan sentuh akan seragam dan penurunan berbentuk cekungan seperti
bentuk mangkuk {Gambar 4.2d}.

Fondas• kaku dasar


,
hcin

Fondasi fleks•bel
I .

,a) b) (cl (d)

Gambar 4.2 DlstribuSi telcanan sentuh di bswsh fondasi.


(a) Lempung.
(b) Pssirdsn kerik/1.
(c) Csmpuran tanah /empung dsn pssir.
(� Fondasi ffekslbel pads tansh lempung.

Dalam praktek, jarang dijumpai fondasi yang benar-benar kaku. Karena itu, distribusi
tekanan sentuh yang terjadi adalah di antara bentuk fondasi yang kaku dan fondasi fleksi­
bel. Dengan alasan tersebut, dalam praktek, distribusi tekanan sentuh fondasi ke tanah
dianggap seragam atau uniform, bila bebannya terbagi rata secara seragam.

4.3 Distribusi Tegangan di dalam Tanah

Tegangan di dalam tanah yang timbul akibat adanya pembebanan di atasnya dinyatakan
dalam istilah tambahan tegangan. Karena, sebelum peletakan bebannya, tanah sudah men­
derita tekanan akibat beratnya sendiriyangdiselmttekananoverburden
Analisis tegangan di dalam tanah didasarkan anggapan bahwa tanah bersifat elastis,
homogen, isotropis, dan terdapat hubungan tinier antara tegangan dan regangan. Dalarn
144 Penururtan

analisisnya, regangan volumetrik pada material yangbersifat elastis dinyatakan oleh-per:sa­


maan:
1- 2p
r l,a,+a,1.a) (4.1)
deJ.').gan:
6.V = perubahan volume.
V = volume awal.
1.1. = angka Poisson:
E modulus elastis.
=
- .

Ox, <1y <1z = tegangan-tegangan dalam arah x, y; dan z.

Dalam Persamaan (4�1), bila p�mbebanan yar\g mengakibatkan � terjadi pada


kondisi 'tanpa-drainase (undrained) dengan penurunan terjadi pada volume konstary, 6.
1
V(V
, . Jika pembebanan menyebabkan �volume (seperti
= 0. Untuk kondisi ini, !.!.= 0?
contohnya penurunan akibat p'roses konsolidasi}, dengan 6.V/V> 0, mab Jl < 0,5.

4.3.1 Beban Titik

Boussinesq (1885) memberikan persamaan untuk penyebaran beban akibat pengaruh ·

beban titik di permukaan. Tambahan tegangan vertikal (6.aJ akibat beban titik, dianalisis
dengan meninjau sistem tegangan pada koordinat silinder (Gamba 4..3). Dalam teori ini,
tambahan tegangan vertikal (6.aJ pada suatu titik A di dalam tanah akibat beban titik Q di
permukaan, dinyatakan oleh persamaan:

�Q (
(4.2)

dengan
l::!.az = tambahan tegangan vertikal.
z = kedalaman titik yang ditinjau. .
r = jarak horizontal titik di dalam tanah yang ditinjau terbadap garis lcerja beban titik.

• I

..
Gembar 4.3 Tambahan tegangan vertikalllkibtll beban B.
Teknik Fondasi 1 145

( )
Jika faktor pengaruh untuk beban titik teori Boussinesq, didefinisikan sebagai:
5/2
3 1
(4.3)
IB = 2n 1 + ( r/z ) 2

Persamaan (4.2) dapat dinyatakan oleh persamaan:


Q
dcrz = - !8
z2
(4.4)

Nilai !8 yang disajikan dalam bentuk grafik, diberikan dalam Gambar 4.4.
0,48

0.40 i\
0,32
\ '. . C?

''
1 "

Is 0,24 i\ ;

\
..
0,16 ""'

0,08 "'' I

i'--- I...
0,4 0,8 1,2 2P 2,8 3,2 3,6 4,0
rlz
Gambar 4.4 Faktor pengaruh untuk beban titik, didasarkan teori Boussinesq (/8) (Taylor, 1948)

Contoh soal 4.1:


Susunan fondasi seperti terlihat pada Gambar C4. 1 . Beban kotor kolom A = 40 t, kolom­
kolom B 20 t, dan kolom-kolom C = 10 t. Bila beban kolom dianggap sebagai beban titik,
=

hitung tambahan tegangan di bawah pusat fondasi-fondasi kolom A, B, dan C, pada ke­
dalaman 6 m di bawah fondasi.

Penyelesaian:
Beban-beban kolom dianggap sebagai beban titik, karena itu tambahan tegangan di bawah
masing-masing fondasi, dapat dihitung dengan persamaan:

Fondasi-fondasi diberi nama menurut nama kolomnya. Dalam soal ini, karena susunan
fondasi-fondasi yang simetri, tambahan tegangan di bawah fondasi-fondasi B dan C, pada
kedalaman yang sama akan menghasilkan dClz yang sama.
146 Penurunan.

3m 3m_f� -· .
...

--,

,--z-
..C
- -rr
B,

40 I

3m
I !l i:_ '=3m r= 3 m
20 t 20 t
40 I 20,

; l'
r
!It-
I
A
A _H_.. -· ...1 8� I

J �I ,.,

10 t 3m

lcJT - � G j_
z=6 m
-I I·
I I

I
I
1-
• •
I

(a) Denah fondasi (b).��ngan 1-1

GambsrC4.1 .. 1
., I

(1) Untuk fondasi-fondasi B:

�02:(8:). aoz(B2) aoz(B3) ::::: ·�oz(B4)


-
= =

(2) Untuk fondasi-fondasi C:

=
.. .
�0z(C1) �0z(C2) = �0�(C3) = �0z(C4)

(a) Tambllhan tegangdn·di bawah pusat fondasi A


Hitungan faktor pengaruh IB pada kedalaman 6 m di bawah fondasi A, dilakukan dalam
Tabel C4.1a. .

Tabel C4.1a Faktor pengatuh 18 di bawah.JonlUlsi A ··


)
�'lr-:.'l;""l'.:.
!ll"

Tambahan tegangan akibat beban fondasi A:

. .
40 2 ,.
=· 1 X- X 0, 478" = 0,52 t/m
36
Teknik Fondasi 1 147

Tambahan tegangan akibat fondasi-fondasi 8:

20
= 4X - X
2
0,273 = 0,60 t/m
36

Tambahan tegangan akibat fondasi-fondasi C:

10 2
= 4 x - x 0,172 = 0,19 tlm
36

Tambahan tegangan di bawah pusat fondasi A pada kedalaman 6 m:

�crz (A) = 0,52 + 0,60 + 0,19 = 1,31 tlm


2

(b) Tambahan tegangan di bawah pusatJondasi-Jondasi 8

Ditinjau untuk fondasi 81. Dihitung jarak-jarak antara pusat fondasi 81 dengan yang lain:

B1C1 = 81C2 = 81A = 3 m


81 82 = 8183 = --J(32 + 32) = 4,24 m
B1C3 = 81C4 = --J(62 + 32 ) = 6,71 m
8 184 = 6 m

Hitungan I8 di bawah pusat fondasi 8v pada kedalaman 6 m, oleh akibat beban-beban


seluruh fondasi dilakukan dalam Tabel C4.1b.

Tabel C4.1b Faktor pengaruh I8 di bawah Jondasi 81

Kolom Beban z r/z


(nj)
> .:�

(t)

20 0 6 0 0,478
20 4,24 6 0,71 0,172
'' .�:
20 4,24 6 0',71 1)�172
20 6 6 c. . *'.,�..· ··l'·f'084'( .
.. / tl,273:
. • l 40
6 t· 0,5 '
0,273�-
3. •·

10 <6 O..S '


0,273:
.3. ..
6
••

) 10 3 . 0,5 .
''j
,

10 1,12 0,063 :
o,06Sr
6, 71 6
10 6,7� 6 1,1�

Tambahan tegangan di bawah pusat fondasi 8v akibat fondasi A:

40 2
= - x 0,273 = 0,303 tlm
36
148 Penurunan

Tambahan tegangan di bawah fondasi Bv akibat fondasi-fondasi B:

20 2
= - x ( 0,478 + 0,172 + 0,172 + 0,084 ) = 0,503 tlm
36
Tambahan tegangan di bawah fondasi Bv akibat fondasi-fondasi C:

10 2
= - x ( 0,273 + 0,273 + 0,063 + 0,063 ) = 0,187 tlm
36
Tambahan tegangan akibat beban seluruh fondasi di bawah pusat fondasi Bv pada ke­
dalaman 6 m:
2
�crz ( B 1) = 0,303 + 0,503 + 0,187 = 0,993 tlm

Tegangan-tegangan di bawah masing-masing pusat fondasi, B1 sampai B4t pada kedalaman


6 m:

(c) Tambalum tegangan di bawahfondasi-fondasi C


Ditinjau untuk fondasi C1. Jarak pusat fondasi C1 terhadap fondasi-fondasi yang lain:
C1B1 = C1B2 = 3 m
c1c3 = c1c2 = 6 m
C1A = 4,24 m
C1B4 = C1B3 = 6,71 m
C1C4 = 6..J2 = 8,48 m

Hitungan IB di bawah pusat fondasi Cv pada kedalaman 6 m, oleh akibat beban-beban


·

seluruh fondasi dilakukan dalam Tabel C4.1c.

Tabel C4.1c Faktor pengaruh 18 di bawah pusat fondasi C1

' .6,71}: . "


•;r •; ;:: , l)Uv�;<:: t: ·h .��? f'�e

6,71 0,063
·

1,12
·• 4,24 Orf:1. t ,. .o 0,\� a •. ·
Teknik-Fondllsi 1 149

Tambahan tegangan di bawah fondasi C1 akibat fondasi A:

40 2
= - x 0,172 = 0,191 t/m
36
..

Tam6ahan tegangan di bawah fondasj.C1 a]pb�t fondasi-fondasi,--8:


'
I

1 20 I 2
(0,273 +0,273 +0,063'+0,063) 0,373. t/m

=- x
36
=

Tamb�an tegangan di bawah fondasi C1 akibat fondasi-fondasi C:

10
-· .

=
36
x �
(0,4 8 +0,084 + 0,084 +0,!) 1) � = 0,18� tfm
2

Tambahan tegangan di pusat fondasi Ct sedalam 6 m adalah:


2
.1oz(C) = 0,191 +-0!373 + 0,188 = 0,752 tlm
1

Jadi, .tegangan-tegangan di bawah masing-masing pusat fondasi C1 sampai C4, pada ke­
dalaman 6 m :
2
.1oz(C) .1oz(C > .1oz(C) = .1o (C) = 0,752 t/m
)· , 2 3 . z 4
= =

4.3.2 Beban Terbagi Rata Berbentuk Lajur Memanjang


Tambahan tegangan vertikal pada titik A di dalam tanah akibat beban terbagi rata q fleksi­
bel yang berbentuk lajur memanjang (Gambar 4.5), dinyatakan oleh persamaan:

(4.5)

denf5an ex dan � dalam radial, yaitu sudut yang ditunjukkan dalam Gambar 4.5. �
tegangan yang menunjukkan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai tegangan ver­
tikalyang sama akibat beban berbentuk lajur memanjang ditunjukkan dalam Gambar 4.6a.

.-

Gambar 4.5 Teg81lgan sk/bst beban terbsgl mta b6r1:Jentuk /sjur memsnjsng.
• J
150 Penunman

BebM lajur memanjeng .


.._ - 48 38 28
B lllll!l HUll! a
28 38 48

mrOc·"" �
l-oo
8 � � ')� m:��� " ���....I'
.
'- -��� V � �i'".,.'.I 1\ �':':.· I ' 1\' r,_ ' 8 . .....

� t,, �
\�, 28
�- I/ .'J /11'/I! � '' 28

If li , , ' -


38 /" !;./1f [I " .cUr,-� -!,... 1/ ��� \ �\ 38

... ) \ ��-· !/ !/' J \_


48 7I r, _,.
..

) If , � .... ..
[/
11 1\ � OJirl.-1-" J
:J
58

\ 1/ �
68 I\ 1\. 1/ li
\ I'-1-0.iq•� V
�� � ".... �"""
78 � ��..,-
' I
78
\ ll
88 \ �.o.ia.. .� / 88
.� -

98 :\: L' 98
" L'.-
� '--,
108 r-"""- 1-':jr 108
"' 'O,lllq

118 118

l ! I· .,

(8) (b)

Gambar 4.6 Isobar tegangan untuk beban terbagl rata berbantuk lajurmetrJMPng diM bf.t/ur sangkar teori
Bousslnesq.

4.3.3 Beban Terbagi Rata Berbentuk Empat Persegi Ptmjag


,
Tambahan tegangan vertikal akibat beban terbagi rata fleksibel berbentuk empat persegi
panjang, dengan ukuran panjang L dan lebar B (Gambu 4.7), dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan yang diperoleh dari hasil penjabaran teori Boussinesq, sebagai
berikut:

(4.6)
Teknik Fondasi 1 151

I z

I
Ao,
I
y ! f
A

Gambar 4.7 Tegangan di bawah beban terbagi rata berbentuk empat persegi panjang.

8 0,28
I
� L
cr, il m= I
0,26 m
L'l �.p
I

m =
l -m = 3,0

1 1 .1_�
!'1 1= 1 .8.
l o•�m = 1 ,6

q per satuan luas 11 ,&1..,..; = 1 ,4

VIU I--'
I = (j
Beban
m = 8/Z ; n = UZ 0,22
m d an n dapat ditukarkan
b.CT W/ .:���
z = lq i,9 = 0,20

!//
/ m =

V/ me i,7 0,18

1 / I l ie
IJ
o, 1 s

--, I/
)II!J
m=
0,14
./ I
l,alJ'h V '
· = 1,4 0,12

l;Jiflf r' v
lllll ll
0,10
in =
.

1-111,11/ I/
, m = 1 ,u
ri "= 2,0 -
0,08
I

17

.......
0,06

ll . liJ. 0,04

��:�
I
I
0,02

��
0,01 0,02

0,1 0,2

2 4
in = 'd.
0
6 8 10
Nilai n
Gambar 4.8 Faktor pengaruh I untuk tegangan vertikal di bawah sudut /uasan beban terbagi rata berbentuk
empat persegi panjang yang fleksibel (U. S.Navy. 1971)
152 Penurunan

dengan:

dengan:

q = tekanan sentuh atau tegangan di dasar fondasi


B
m = ­

L
n = ­

Nilai faktor pengaruh I untuk tegangan di bawah sudut luasan empat persegi panjang
yang menderita beban terbagi rata q dalam bentuk grafik, dapat dilihat dalam Gambar 4.8.
Sedang isobar tambahan tegangan di bawah luasan beban bujur sangkar diberikan dalam
Gambar 4.6b.
Tambahan tegangan vertikal pada sembarang titik di bawah luasan empat persegi pan­
jang dapat ditentukan dengan cara membagi-bagi empat persegi panjang, dan kemudian
menjumlahkan tegangan yang terjadi pada tiap-tiap bagiannya. Sebagai contoh, misalnya
akan ditentukan tambahan tegangan vertikal di bawah titik X (Gambar 4.9). Untuk ini,
dapat dilakukan cara sebagai berikut:

A G D

E �------�---4 H
X

B F c

Gambar 4.9 Contoh hitungan tambahan tegangan vertikal di bawah titik tertentu akibat beban terbagi rata
empat persegi panjang.

Contoh soal 4.2:


Bila dalam contoh soal 4.1 seluruh area bangunan didukung oleh fondasi pelat ukuran 7 m
x 7 m, berapakah tambahan tegangan di bawah pusat fondasi, pada kedalaman yang sama?

Dianggap beban total yang didukung kolom-kolom disebarkan secara sama ke seluruh
luasan fondasi pelat.
Teknik Fondasi 1 153

Penyelesaian:
Beban total yang didukung kolom-kolom dianggap disebarkan secara sama pada luasan
fondasi pelat, maka

I· I
3,5 m 3,5 m

A B C
r------.--�

3,5 m

D 1------+-=E--1 F

3,5 m

G H

GambarC4.2

(a) Tambahan tegangan di pusat beban dihitung (titik E) dengan membagi luasan fondasi
menjadi 4 bagian yang sama, dengan ukuran 3,5 m x 3,5 m :

m = B /z = 3,5/6 = 0,59; n = L / z = 3,5/6 = 0,59

Dari Gambar 4.8, diperoleh I = 0,107

�O'z(E) = 4Iq = 4 X 0,107 x 3,26 = 1,4 t/m2

(b) Tambahan tegangan vertikal di titik D dilakukan dengan membagi dua luasan fondasi­
nya, yaitu luasan DFCA dan DFIG

DF = 7 m ; AD = 3,5 m
B 3,5
m = - - = 0,583
z 6
L 7
n = - = - = 1,17
z 6

Dari Gambar 4.8, diperoleh: I = 0,142


2
�O'z ( D) = 2Iq = 2 X 0,142 X 3,26 = 0,93 tlm
154 Penurunan

(c) Tambahan tegangan di bawah titik A: I •,.}

B 7
m = = 1,17
z 6

L . ,., .
n = = 1,17
z

., .

Dari Gambar 4.8, diperoleh I= 0,191


�Oz(A) = Iq = 0,191 x 3,26 = 0,62 t/m2

4.3.4 Beban Terbagi Rata Berbentuk Lingkaran


Dengan cara integrasi dari persamaan beban titik, dapat diperoleh besamya tambahan
tegangan di bawah luasan fleksibel berbentuk lingkaran yang mendukung beban terbagi
rata. Tambahan tegangan pada kedalaman tertentu di bawah bebanseperti yang diperlihat­
kan dalam Gambar 4.10, ditentukan dengan cara sebagai berikut

- -,.,;. 2
l.tA (.f.7)

Karena dA = r d9 dr, integrasi Persamaan (4.7), maka

,J �, ,: r

2rr.-
f' J ...
(H>)
'1 I
...

t. , •\•-

_.....

[_�� -�__,:._-1<-

� ,. ,.
I
'

..
---�

I z

Gambar 4.1o Tegangan di ba wah beban terb'agi rata betbentuk llngkaran flekSibel.
Te.blik Ftmdasi 1 155

akan dapat diperoleh, persamaan tambahan tegangan vertikal di bawah beban terbagi r-ata
berbentuk lingkaran fleksibel, sebagai berikut:

I� r •

Dengan penyesuaia.n nota.si, Persamun (4.9a) dapat dinyatakan dalam bentuk


.
\c. - ol

dengan

I=[�- [t•<,:•>r·J
Foster dan Ahlvin (1954) memberikan grafik faktor pengaruh I untuk tambahan tegang­
an vertikal pada sembarfl\g titik cti bawah beban terbag.i rata berbentuk li.ngkaran fleksibel
pada Gainbar 4.11. Faktor pengaruh I untuk tambahan tegangan cti bawah pusat beban
lingkaran, cti.nyatakan oleh kurva x/r = 0.

Filktor pengaruh I (%)

.,

1.. lll

"'•

Ah_lvln"
�ber.4. '1 . F�orp81)garuh I untuk tegBIIgan vertikal d bswah beb8fl terbag. rae berbentuk Hngkaran
fteksibel (Fosterdan 1954).
156 Pmurunan

Contoh soal 4.3:


Luasan beban berbentuk lingkaran yang fleksibel berdiameter 7,8 m terletak di permukaan
tanah. Tekanan tekanan terbagi rata q = 11,7 t/m2 bekerja pada luasan tersebut. Berapa
besarnya tambahan tegangan vertikal pada kedalaman 4 m, di tepi dan pusat fondasi?

Penyelesaian:
I· 1.em ·I

tLll�lllllL
• •
B A

GsmbsrC4.3

Hitungan tambahan tegangan pada kedalaman 4 !l\ di bawah pusat (titik A) (x 7= 0 m)


2
dan tepi fondasi (titik B) (x 3,9 m) olel'\ beban terbagi rata q = 11,7 t/m , dike{jakan dalam
=

Tabel C4.2.
·

4.3.5 Beban Terbagi Rata Luasan Fleksibel Berbentuk Tak Teratur


Newmark (1942) memberikan cara menghitung tambahan tegangan vertikal di dalam
tanah akibat luasan fondasi fleksibel berbentuk tak teratur yang menduk:ung beban terbagi
rata. Diagram yang digunakan untuk hitungannya berupa lingkaran yang disebut lingkaran
Newmark.
Newmark mengubah Persamaan (4.9a) dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

(4.10)

Nilai-nilai rIz dan 6.crz/q merupakan besaran yang tak berdimensi.


Diagram pengaruh yang berbentuk lingkaran-lingkaran diperlihatkan dalam Gambar
4.12. Jari-jari ling.karan adalah nilai r /z, yaitu untuk 6.crz/q = 0; 0,1; 0,2; ; 1. Jumlah lingkar­
...

an ada 9. Panjang satuan untuk menggambar lingkaran tersebut, adalah AB. Lingkaran­
lingkaran dibagi-bagi oleh garis-garis, sedemikian hingga sektor-sektor lingkaran yang ter­
bentuk mempunyai sudut pusat yang sa m a. Nilai pengaruh diberikan oleh 1 /n, dengan n
adalah jumlah eleme.n-elemen yang terpotong oleh garis lewat pusat lingkaran dan lingk'ar­
an-lingkarannya. Karena terdapat 200 elemen, nilai faktor pengaruh (I) bernilai 1/200 atau
Teknik Fondasi 1 157

.. .,

Gambar 4.12 Diagram pengaruh Newmarlc untuk tegBllgan vertikal ddssarlcsn pads tebrl Bousslnesq
(Newmarlc, 1942).

0,005. Untuk menentukan besarnya tegangan vertikal pada kedalaman tertentu di bawah
fondasi, dilakukan cara sebagai berikut:
-
(1) Tentukanlah kedalaman (z) yang akan dihi�g tegangannya. Dibuat z AB. Jadi, jika =

tegangan pada kedalaman yang akan ditinjau pada z = 5 m, panjang AB dalam ling­
karan Newmark ekivalen dengan 5 m.
(2) Gambarkan denah fondasi dengan skala panjang sesuai dengan panjang satuan garis
· AB. Artinya, jika panjang fondasi L 15 m dan Jebar B 7,5 m, panjang foriaasili)
= =

yang digambar pada lingkaran Newmark adalah (15/5) 3 kali panjang garis AB,
=

sedang lebarnya (B) digambar (7,5/5) 1,5 kali AB.


·
=

(3) Denah fondasi di letakkan sedemikian rupa, sehingga proyeksi titik pada denah fondasi
yang akan ditentukan tegangannya (titik P), berimpit dengan pusat lingkaran New­
mark.
(4) Dihitung jumlah elemen yang tertutup oleh denah fondasi, mi�nya n �}emen.
(5) Tambahan tegangan (.1oz) pada kedalaman z, dihitung dengan menggunakan persa­
maan:
t.o = qnl

dengan:
q = besarnya beban terbagi rata pada dasar fondasi.
n = jumlah elemen yang tertutup denah fondasi.
I = faktor pengaruh, yang untuk grafik yang diberikan dalam'contoh ini, I = 0,005.

Cara Newmark cocok untuk fondasi dengan bentuk dan ukuran- sembarang, sejauh
denah fondasi masih dapat digambarkan pada diagrmnya dengan skala yang memetluhi.
158 Penurunan

Contoh soal 4.4:


Diketahui bentuk luasan beban seperti yang ditunjukkan dalam Gambar C4.4. Beban ter­
bagi rata q = 10 t/m bekerja pada luasan beban tersebut. Hitung tambahan tegangan di
bawah titik P pada kedalaman 6 m.

Penyelesaian:

Gambar C4.4

Pada Gambar C4.4, skala AB Eada gambar ekivalen dengan z = 6 m. Denah luasan beban
digambar dengan skala garis AB yang dianggap mempunyai panjang 6 m. Karena tam­
bahan tegangan yang akan dihitung di bawah titik P, P diletakkan di pusat lingkaran New­
mark. Selanjutnya,

PQ = 9 m, digambar pada lingkaran Newmark: (9 /6} A B = 1,5 x AB

QR = 6 m, digambar (6/6} AB = 1 x A B , demikian seterusnya.

Jumlah elemen yang tertutup denah fondasi n = 42,1


Tambahan tegangan pada kedalaman 6 m di bawah titik P:

dO'z = qni = 10 x 42,1 x 0,005 = 2,1 t/m2

4.3.6 Metode Penyebaran 2V : 1H

Metode ini merupakan salah satu cara pendekatan yang sangat sederhana untuk meng­
hitung penyebaran tegangan akibat pembebanan diberikan oleh Boussinesq. Caranya de-
Ttknik Fondasi 1 159

ngan memhuat garis penyeharan behan 2V: 1H (2 vertikal dihanding 1 horizontal). Dalam
cara ini, hehan fondasi Q dianggap didukung oleh piramid yang mempunyai kemiringan
sisi 2V: 1H (Gambar 4.13). Dengan cara pendekatan ini, lehar dan panjangnya bertarnhah 1
meter untuk tiap penamhahan kedalaman 1 meter, atau hila dinyatakan dalam persamaan,

\a
II B-t.-

atau

'J R
\i (..! l:::bl

dengan:
.10z = tamhahan tegangan vertikal pada kedalaman z.
Q = beban total.
q = tekanan terhagi rata.
L = panjang luasan hehan.
8 = lehar luasan hehan.
z = kedalaman .

',. ;. gr.

I
:fI
I � �I
/.:::.. ...· ,, \
, ,... \
I
..L '------
::
B z -·-

Gamber4.13 Carapenyebarantegsngan2V: 1H.

Cara ini dapat juga untuk menghitung fondasi berhentuk �emanjang. Tamhahan t�
gangan vertikal pada fondasi memanjang dinyatakan oleh:
.....
tF . qB . .
.10
z
= -- (4.13)
8 +z

C.ontoh soal. 4.5: "


Luasan behan hetbentuk hujur sangkar berukuran 3 m x 3· m terletak di permukaan. tanah.
Di pusat luasan behan bekerja hehan titik sebesar 10 t Berapa,tambahan tegangan yang ter­
jadi·pada kedalaman 4 m, hila dipakai cara penyebaran 2V: 1H?
t6(r Penurunan

Penyelesaian:

' - ·.

Fondasi bujursangkar 3 ,;., 3m


z =4 m

\
I \
I
�I \
� I \
'V I \
I \
I \
\
7m ,.

.. .
GsmbarC4.5

Tambahan tegangan pada kedalaman z = 4 m:

10 2
6cr = __ ....:..:
Q :____ = ----- = 0,2 t/m
z (L+z) (B+z) (3+4) (3+4)

4.4 Hitungan Penurunan


i
Penurunan (settlement) fondas yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh dapat
dibagi menjadi 3 komponen, yaitu: penurunan-segera (immediate settlement), penurunan kon­
solidtlsi primer, dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan total adalah jumlah dari ketiga
komponen penurunan tersebut, atau bila dinyatakan dalam persamaan,

(4 14}

dengan
S = penurunan total.
1
S; = penurunan segera.
Se = penurunan konsolidasi primer.
55 = penurunan
'
konw�idasi
.. sekunder.
..
: -. � 1 c'"�' ·c
';\1.�
Penurunan-segera atau disei:Sut juga penurunan elastis adalah penurunan yang dihasilkan
oleh distorsi massa tanah yang tertekan, dan terjadi pada volume konstan. Penurunan pada
tanah-tanah berbutir kasar dan tanah-tanah berbutir halus yang tak jenuh termasuk tipe
penurunan-segera, karena penurunan terjadi segera sesudah penerapan bebannya.
Penurunan konsolidtlsi terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap penurunan konsolidasi primer dan
tahap penurunan konsolidtlsi sekunder. Penurunan konsolidasi_ primer aaalah penurunan
yang'terjadi sebagai hasil dari pengurangan volume tanah·akibat aliran afr meninggalkan
zona tertekan yang diikuti oleh pengurangan kelebihan teklman air pori (excess 'pOre water pres-
Ttlatik Fondasi 1 161

sure). Besamya penurunan tanah merupakan fungsi dari waktu. Penurunan konsolidasi
sekunder, adalah penurunan ya:ng tergantung dari .waktu juga, namun berlangsung pada
waktu setelah konsolidasi primer selesai, yang tegangan efektif akibat bebannya telah kon­
stan.
Besarnya penurunan bergantung pada karakteristik taitah dan penyebaran lekahan fon­
dasi ke tanah di bawahnya. Penurunan fondasi bangunan dapat diestimasi dari hasil-hasil
pengujian laboratorium pada contoh-<Jontoh tanah tak terganggu yang diambil dari pense­
boran, atau dari persamaan-persamaan empiris yang dihubungkan dengan hasil pengujian
di lapangan secara langsung.

4.4.1 Penurunan-Segera

4.4.1.1 Tanah Homogen dengan Tebal Tak Terhingga

Persamaan penurunan�segera atau penurunan elastis dari fondasi yang terletak di permuka­
an tanah yang homogen, elastis, isotropis, pada media semi tak terhingga, dinyatakan oleh
I
(-US)

dengC\1\
S; = penurunan-segera.
• q teka.n.an pada dasar fondasi.
=

B lebar fondasi.
=

E =modulus elastis (Tabel 4.3).


J.1. =angka Poisson (Tabel 4.2).
lp =faktor pengaruh (Tabel 4.1).

NiJai faktor pengaruh bergantung pada lokasi titik yang foiitinjau di mana penurunan
akan dihitung, bentuk dan kekakuan fondasi. Untuk fondasi fle'ksibel, Terzaghi (1943) me­
nyarankan nliai lp untuk menghitung penurunart pada sudut luasan empat persegi pan­
jang, sebagai berikut:

I
I'
=
1ll. (l+JtL/82+1)
n B
ln --
1.1 R
-
\ .'
-) T l n r-l ! B + "'(l'I B - )+ 1
' ]
dengan L dan B adalah panjang dan lebar fondasi. Nilai-nilai Ip untuk berbagai bentuk fon­
dasi, diberikan dalam Tabel 4.1.
Schleic!ter _(1925) mem� faktor-faktor pengaruh Ip untuk fondasi yang kaku, se­
perti yang ditunjukkan dalam Tabel �.1. Untuk fondasi-fondasi yang t�rletak di permukaan
(Das, 1983): • ·

S; fratn-rnla,flek:�ibet); O,R5 S, Cd1 plf<;at,flekJsibe/1 ' 1 ·(4 l6a) ·

's, (k.lktt) = 0,93 SJr!lt.l-!�·ta;J7;·k�ibdJ (4.16b)


si (kakJrJ :: O.Rn 5; (di pusRt, fl·•k'llbi!IJ t4 ]'·
162 Penurunim

Tabel4.1 Fakwr pengaruh Im (Lee, 1962)·dan l p (Schleicher, 1962) untuk fondasi kaku, danfaktcr
pengaruh untukfondasi fleksibel (Terzaghi,1943) (dari Bowles, 1968) . . . · .

·Peneliti yang lain menggunakan faktor pengaruh fondasi lingkaran yang kaku 0,79 = 1C/4.

Akibat pembebanan eksentris, fondasi yang kaku akan berotasi akibat momen peng­
gulingan. Lee (1962) menyarankan nilai faktor pengaruh Im untuk fondasLyang. kaku pada
pembebanan eksentris, atau pembebanan yang menimbulkan momen,._Eota$i fondasi, di-
. .
nyatakan oleh persamaan: r.

11 nr., ,. I ,�,,,
a tau
t tl I > ( l 1.71 I

dengan
9 = sudut rotasi fonda,si.
Q = .resultan bebari fondasi. ,, . '"'
e = eksentrisitas iesultan beban fondasi. / .
B = lebar fondasi.
L = panjang fondasi.
1.1 angka Poisson (Tabel4.2).
E
=

= modulus elastis tanah (Tabel4.3).


M = momen fondasi.
Im = faktor pengaruh (Tabel 4.1).
. ' ;·I

Perkiraan angka Poisson (p) dapat dilihat pada Tabel4.2. Teriaghi metf atank� nilai J.i =
y
0, unluk'tan�h pasir, da� }i = 04
� , 3 �tuk �anah.lempun - Uin
, samJ?ai 04
- dan p 0;4 sam a•_
� �
ny �, bariy �
d1gunakan 0,3 scun�pa1 .0,35 untuk tanah pas1r
�= p Q2
urttu!Citanah lem-
- ,. ..
=

. -
pung.
Modulus elastis E dapat diperoleh dari kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari
pengujian triaksial (lihat Mekanika Tanah 2, Hary Christady Hardiyatmo, 1994). Bila contoh
tanahnya terganggu atau rusak, maka modulus ela stis (E) menjadi berkurang, dengan
demikian estimasi penurunan-segera menjadi berlebihan.
Modulus elastis (E) tanah dapat pula diperoleh dari pengujian beban pelat (plate load
Teknik Fondasi 1 163

test). Jika modulus elastis tanah granuler diambil dari pengujian beban pelat, nilainya dapat
ditentukan dari persamaan berikut:

(4 IS)

dengan
Ep = modulus elastis dari pengujian beban pelat dengan lebar Bp.
E = modulus elastis tanah.
B = l�bar fondasi sebenamya.

Tabel4.2 Perkiraan angkll Poisson ij.L) (Bowles, 1968)

Macam tutah JL

Lempung jenuh 04 , 4
- 5
,
Lempung tak jenuh 0,1�,3 !
Lempung berpuir 0,2�,3 tI

Lanau 0�
Pasir padat 0
Pasir kasar (e •0�7
, ) .� 0
"Fasir halus (e =0 0
Batu (apk tergantung dui tipenya) 0,1�,4 I•
lMss 0.1�,3'

. •'

Tabel4.3 Perkiraan modulus elastis E (Bowles, 1977)

Macamtanah

�pung
Sangat lunak
Lunak
Sedang
Keras
serpa'Sir
Pasir 1"
Berlanau 50-200
Tidak padat 100-2!50
Padat 500-1000
Pasir dan keriki1
Padat 800-2000
_ Tklak-padat �1400
Lanau 20-200
Laesa 150-600
Serpih 1400-14000

Umumnya, modulus elastis tanah granuler bertambah hila kedalamannya· bertambah,


karena modulus elastis sangat sensitif terhadap tekanlln �liling (confining pressure)
. ,
164 Penurunan

Bowles (1977), memberikan persamaan yang dihasilkan dari pengumpulan data peng­
ujian kerucut statis (sondir), sebagai berikut:

(untuk pasir) (4.19a)

(untuk Jempung)" (4.1�b)

dengan qc dalam kg/ cm .


Nilai perkiraan modulus elastis dapat pula diperoleh dari pengujian SPT. Mitchell dan
Gardner (1975) memberikan nilai modulus elastis yang dihubungkan dengan nilai N-SPT,
sebagai berikut:

{4.20a)
E= lO(N + IS) (k/ftl) (untuk pasir)

C = 6(N + 5) (k/ft2) (untuk pasir berlempung) (4.20b)

4.4.1.2 Lapisan Tanah Pendukung Fondasi Dibatasi Lapisan Keras

Jika tebal lapisan tebal lapisan terbatas (H) (Gambar 4.14), dan lapisan yang mendasari la­
pisan tersebut berupa lapisan keras tak terhingga, maka penururum-segaa pada sudut luas­
an beban terbagi rata empat persegi panjang fleksibel yang terletalc-di permukaan, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:

S ' =· qB l
E r
(4.21a)

dengan

'(4:2lb)

dengan Ft d� F2 adalah koefisien-koefisien yang diberikan oleh Steinbrener (1934) dalam


bentuk grafik pa-da Gambar 4.14.
Penurunan di sembarang titik A (Gambar 4.14) pada fondasi empat persegi panj�ng di
permukaan tanah dengan tebal terbatas, dapat dihitung dengan menggunakan persarnaan:
c
{4.22)

Bila fondasi tidak terletak di permukaan, penururum-segera perlu dikoreksi. Fox dan Bow­
les (1977) memberikan koreksi penurutllln-segera yang merupakan fungsi dari DJfB, LIB dan
Jl, seperti yang disajikan dalam Gambar 4.15. Penuru110n-segera rata-rata, dinyC\takan oleh
persamaan :
5' = aS (4.23)
I I

dengan .
a = faktor koreksi untuk dasar fondasi pada kedalaman Dt
S;' = penurunan-segera rata-rata yang telah dikoreksi, fondasi pada kedalaman Df
S; = penurutllln-segera rata-rata untuk fondasi terletak di permukaan.
Teknik Fondasi 1 165

Nilai F1 dan F2

:X:
� 4
c:
Ill
E
Ill
7i
"0
� 6

-�
..

-�

8.

Gambar 4.14 Penu�nan-segera pails'Sudut /uasan beban terbagi rata fleksibel di permukaan yang terte­
tak padll lapisan elastis dengan·dasar keras (Steinbrener, 1934)

PanJang L
;,

_,.
8 _

1/�;:t/l "f Lap1san keras


r
(a)

(b) DIB
Gambar 4.15 (a) Fondasi pada keda/aman 01
(b) Faktor koreksi keda/aman untuk penurunan-segera pads fondasi empat persegi panjang
(Fox dan Bowtes, 1977)

.Janbu, Bjerrum, dan Kjaernsli (1956), memberikan �aan untuk_.menghitung penu.,


runa.n-segera rata-rata pada beban terbagi rata -fleksibel berbentuk empat .persegi p�nj.ang
166 Penurunan

dan lingkaran yang terletak pada tanah elastis, homogen, dan isotropis dengan tebal terba­
tas, sebagai berikut:

s = l qB (untuk J.l = 0,5}


i J.Llf. oE
(4.24)

dengan
si =
J.ll
penurunan-segera rata-rata.
faktor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal terbatas H (Gambar 4.16}.
J.lo faktor koreksi untuk kedalaman fondasi Dt (Gambar 4.16}.
B lebar fondasi empat persegi panjang atau diameter lingkaran.
q tekanan fondasi neto.
E modulus elastis tanah.

Diagram pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.16 dapat digunakan untuk modulus E yang
bervariasi dengan kedalamannya. Hitungan penurunan-segera, dilakukan dengan membagi
tanah ke dalam beberapa lapisan yang terbata&. Jika regangan pada tiap lapisan dapat di­
hitung, akan dapat diperoleh nilai penurunan-segera totalnya.
1 ,0 -..,..
0,9 � �
0,8 ''
......
0,7 �� UB "'
r--. 1
--...._....,.
200
0,6 2 5� 10 20:5�-� t::1::!:1 oo:
�rHC::::--.. -.... "f-t..ui�
0,5 0,1 0,2 0,5 T11
2 5 10 20
!'til
100 1000
HIB -
3,0 olL
/
71 100
f-- l panjang
2,5 �
1--
50
"'


1-- l

2,0 � 20
-
- Ht B / 10
"''' i/\411.7-tfii:U\,q,
-
-
:i 1 ,5 == lapisan keras
5
-
-
-
1 ,0 2
- Bujursangkar
// 1
0,5 ::;;.--
-
lingkaran
0.0
0,1 0,2 0,5 1 2 5 10 20 50 100 1000
o;a --
Gambar 4.16 Grafik yang digunakan dalam Persamaan (4.24) (Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1956))

Contoh soal 4.6:


Fondasi rakit yang kaku berukuran 10 m x 20 m terletak pada tanah lempung jenuh
homogen setebal lO m dengan E = 60 kg/cm2, 'Ysat = 1,8 t/m dan J.l = 0,5. Di bawah tanah
3
Teknik Fondasi 1 167

lempung jenuh terletak lapisan keras. Beban terbagi rata pada dasar fonda�i 17,6 t /rr . Fon­ /
dasi terletak pada kedalaman 5 m. Hitung besarnya penurunan-segera dengan cara (a) Stein­
brener dan (b) )anbu'dkk. (I,.apisan tanah keras dianggap tidak mengalall!i penurunan).
" . ,.. , "" ,

Penyelesaian: B, 5m_ 5m
) I
=

B= 10m

,
L, = 10m
Fondasi rakit:
•10m x 20m
'''V'"'" \j.
q = 17.6 Um2
Lempung jenuh: D1=5m
E = 60 kglcm• 10m
-
jJ = 0,5
H=5m
y•., = 1,8 um •

1:1//;:i
l1..,l f/1 I. -f/
/ Lap1san keras
J •

•' I
(a) Cara Steinbrener �
�<

Untuk J.1.= 0,5, faktor pengaruh pada PeiSamaari (4..21), menjadi:

Untuk hitungan penurunan di pusat fondasi, luasannya dibagi menjadi 4 bagian sama
besar dengan 81 =10/2=5 m dan L1 = 20/2 10 m. =

H/Bt=5/5=1

Lt!Bt =10/5=2

Dari Gambar 4.14, diperoleh F1 0,13 =

2
Tekanan fondasi neto q
n 17,6- (5 x 1,8) = 8,6 t/m2 . Penururum-segera pada pusat fondasi
=

bila dianggap fondasi di permukaan (E=60 kg/cm =600 t/m2):

(1) Penurunan-segera di pusat fondasi fleksibel jika terletak di permukaan:

qBt 8,6 x5
S. =- x4x0,75F1 =
J
-- x4 x-0,75 x 0,13 = 0,03 m
E 600

(2) Penurunan-segera rata-rata jika fondasi kaku dan terletak di permukaan:

S; (kaku) =0,8 x 0,03 m = 0,024 m (PeiSamaan 4.16c)

(3) Penurunan-segera untuk fondasi yang kaku dan terletak pada kedalaman 5 m:

DtiB = 5/10=0,5; LIB=20/10 = 2; J.1 = 0,5.

Dari Gambar 4.15, diperoleh a=0,87. Jadi, penurunan-segera terkoreksi:

S;' =aS; = 0,87 x 0,024 m = 0,021 m = 21 mm .._


168 Penurunan

(b) Cara Janbu dkk.

Dalam hal ini akan dihitung penurunan-segera (SJ rata-rata. Untuk HI B 5/10 =0,5; LlB= =

2, dari Gambar 4.16, diperoleh Ill= 0,3. DJIB 0,5; LIB= 2, dari Gambar 4.16, diperoleh IJ..o
=

= 0,9.
Penurunan-segera rata-rata jika fondasi fleksibel dan terletak pada kedalainan 5 in:

qB 8,6 X 10
51= 1!11!0- = 0,3 x0 ,9 x = 0,039 m = 39 m
E 600

Jika fondasi kaku, menu.rut Persamaan (4,16b), penurunan-segera terkoreksi:

S/ = 0,93 x39 = 36 mm

Contoh soal 4.7:


Denah fondasi rakit >.:ang kaku diperlihatkan pada Gambar C4.7. Tekanan terbagi rata pada
dasar fondasi 35 tlm2. Dari data pengeboran diketahui bahwa tanah terdiri dari pasir kasar
(J.L 0,3) dengan tebal 7,62 m. Hasil pengujian SPT pada tanah pasir menunjukkan nilai N
=

rata-rata yang telah dikoreksi 20. Di bawah lapisan pasir terdapat lapisan tanah lempung (IJ..
= 0,5) setebal30,5 m dengan Eu rata-rata= 161 kglcm2. Di bawah lapisan lempung terdapat
lapisan batu. Muka air tanah pada permukaan lapisan lempung. Hitung besarnya penu­
runan-segera.

Penyelesaian:

27 .u -r. 2' .u m
r----.

8e18.30m
8•18.3m
r rn r 9, 15m

9 15m
·
L .
I
PasIf
,. ; 0.3
l• = 1.92 tlm'

H,• 36 ·6m
mo12 = 0, 0011 4 m'/1

Lempung m,,= 0,00041 m'/1


,. • 0,5
E. • 161 kgicm'
m.. = 0.00073 m'/I

m,. 3 0 00046 m'/1


t
r

I j ·' .
Teknik Fondasi 1 169

Akan dihitung penurunan pada pusat fondasi. Untuk ini, fondasi dibagi menjadi 4 bagian
yang sama, dengan panjang L 1 = 54,88/2 = 27,44 m dan lebar B 1 = 18,3/2 = 9,15 m .
Tekanan fondasi neto qn = 35 - (1,52 x 1,92) = 32,1 t/m2
Modulus elastis pasir diestimasi menurut Persamaan (4.20a):
E = 10 (N + 15) = 10 (20 + 15) = 350 k/ft2 = 171,5 kg/cm2 = 1715 t/m2
Karena hitungan penurunan cara Janbu hanya cocok untuk angka Poisson J.l. = 0,5, dalam
hal ini penurunan-segera dihitung berdasarkan cara Steinbrener.
(1) Penurunan pada lapisan pasir:
J.l. = 0,3, JP = (1 - 0,3 ) F1 + (1 - J.l. - 2J.J. ) F2
2 2
= (1 0,3
2 ) F1 + (1 - 0,3 - 2 x 0,32 ) F
- 2
= 0,91 F1 + 0,52 F2

H/B1 = 6,1 / 9,15 = 0,67


L1/B 1 = 27,44/9,15 = 3

Dari G ambar 4.14, diperoleh F1 = 0,05 dan F2 = 0,09


Jadi, Ip = (0,91 x 0,05) + (0,52 x 0,09) = 0,0923
Penurunan-segera pada lapisan pasir akibat beban fondasi:
9,15 X 32,1
X 4 X 0,0923
Si
= = 0,063 m
1 715
(2) Penurunan pada lapisan lempung:
Penurunan lapisan lempung setebal H2, dengan J.l. = 0,5 dan E = 161 kg/cm2 (lihat Gambar
C4.7).
Karena ll = 0,5, maka JP = 0,75 F1.
H/B = 36,6/9,15 = 4; L1/B1 = 3, dari Gambar 4.14, F1 = 0,47, maka
I = 0,75 x 0,47 = 0,35
p
9,15 X 32,1
5i l
= X 4 X 0,35 = 0,26 m
1610

Penurunan lapisan lempung setebal Hv dengan ll = 0,5 dan E = 161 kg/cm2 (lihat Gambar
C4.7).
Karena ll = 0,5, maka IP = 0,75F1.
H/B = 6,1 /9,15 = 0,67; L 1 /B1 = 3, dari Gambar 4.14, F1 = 0,05, sehingga

J = X
P
0,75 0,05 = 0,038

9,15 X 32,1
= X 4 X 0,038 = 0,028 m
5i 2 610

Penurunan-segera pada lapisan lempung setebal (H2 - H1)


= sil - s i2 = 0,26 - 0,028 = 0,232 m

Penurunan-segera total = 0,063 + 0,232 = 0,295 m = 295 mm


17Q Penurunan

Misalnya akan dipertimbangka'n reduksi penurunan-segera akibat kekakuan fondasi.


·· ,,
Penurunan-segera total terkoreksi: ·

•.

S/ = 0,80 x 295 236 mm


=

Kedalaman fondasi sangat dangkal dibandmg lebarnya, sehingga redukSi petiurunan-segera


olelwengaruh kedalaman fondasi akcm sangat kecil, jadi bi� diabaikan.

4.4.1.3 Penurunan-segera dari Hasil Pengujian di Lapangan


(a) Penurunan-segera dari hasil peng'!ljian beban pelat ·

Terzaghi dan Peck (1967) menyarankan persamaan penurunan.untuk fondasi dengan inten­
sitas beban q dan lebar B, sebagai berikut
. \
28 )2
58= (--
B+b xSb 4
( . 25 )

dengan
SB = penurunan fondasi.
sb = penurunan pada pengujian beban pelat..
b = lebar pelat pengujian.

(b) Penurunan-segera dari hasil pengujian SPT


Penurunan pada tanah pasir dapat diestimasi dengan menggunakan hasil pengujian �sl'T
(Standard Penetration Test). Untuk hal.ini, Meyerhof (1%5) menyarankan hubungan persa-
maan sebagai berikut:
·

S.:::!
4q ;untuk 8 ,2 �1 'in
;.
I
N

S.I = 6q(-
N
8 - ) 2 ;untuk8>1,2
8+1
m
(4.26b)

dengan
q intensitas beban'Yang diterapl<ah dalatn kip/ft2 (1 kip/f�
= = 0,49 kg/cm2).
B = lebar fondasi dalam ft (1 ft 30,48 cm). =

Si penurunan dalam inci (1 inci= 2,54 cm).



1
=

N jumlah pukulari·�ada pengujian'spf


=

Pengamatan menunjukkan bahwa hasil penurunan dari hitungan Persamaan (4.26)


memberikan nilai yang cenderung aman, karena hasilnya terlalu tinggi. Bowles (1977) me­
nyarankan penyesuaian Persamaan (4.26) untuk nil:U penuf.unan yang dianggap lebih
mendekati kenyataan, sebagai berikut :

2, Sq · i
S
I
- -- ; untuk
N
B :5: 1,2

m (4.27a)
dan
B
S
i
=
4q (
N ...L-.
- 8+1
}2 untuk
; B> 1,2 m {4.27b)
Teknik Forulslsi 1 171

dengan 8 adalah lebar fondasi (ft), q adalah tekanan fondasi neto dalam, (k/ftl) dan S;
adalah penurunan-segera dalam inci.
Berdasarkan data lapangan dari Schultze dan Sherif (1973), Meyerhof (1974) memberi­
kan hubungan empiris untu.k penurunan pada fondasi dangkal sebagai berikut:

,, tj• /1 (4 . 2H.\
. )
� (unlul-.: pa"' r dan J..�·rtkil)

• (
··

2_,'\j •

tl" /1
" .ntuk 1 .... r l· rl1 1 I I 2bb)
I
N

dengan
S; = penurunan dalam inci.
2 2
q = intensitas beban yang diterapkan dalam t/tt-2 (t/ft ;,.1 kg/cm ).
8 = lebar fondasi dalam inci.

(c) Penurunan-segera dari hasil pengujian penetrasi kerucut statis (sondir)


.
Penurunan fondasi pada tanah granuler dapat dihitung dari hasil pengujian kerucut statis.
De Beer dan Marten memberikan persamaan angka kompresi (C) yang dikaitkan dengan
persamaan Buismann, sebagai berikut:

.'
I-
l

dengan
C = angka pemampatan (angka·kompresibilitas).
qc tahanan k�ucut statis.
'
=

p0 = tekanan overburden efektif rata-rata atau tegangan efektif di tengah-tengah lapisan


yang ditinjau.

'
Satuan qc dan p0 harus sama. Nilai C ini, disubstitusikan ke dalam persamaan Terzaghi
·

untuk penurunan pada lapisan tanah yang ditinjau, yaitu

H I' ·�,..,,,
In� (41ll)
c
p,'
dengan
S; = penurunan akhir (m) dari lapisan setebatH (m).
'
p0 = tekanan overburden efektif rata-rata, yaitu tegangan efektif sebehim penerapan
bebannya, drtengah-tengah lapisan.
t.p = 60z = tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan yang' ditinjau oleh
tekanan akibat beban fondasi neto.

Dalam menentukan angka pemampatan (C), diperlukan nilai qc rata-rata. Penurunan di


setiap lapisan yang tertekan oleh beban fondasi dihitung terpisah, dan hasilnya ditambah­
kan bersama-sama. Hasilnya akan merupakan penurunan total dari seluruh lapisannya .
.Sebagai nilai pendekatan antara nilai qc dan #dari hasitpengujian SPI', Meyerhbf (1956)
172 Penurunan

memberikan korelasi antara nilai N dan tahanan kerucut statis (qc) yang diperoleh dari pe-
ngujian ker':cut statis pada tar:ah granuler, sebagai berikut:
·
..
.t .

!f, .= 4N (4.31)
dengan qc dalam kg/cm2.
Schmertmann (1970), juga memberikan cara untuk menghitung besarnya penurunan
pada tanah granuler (berbutir kasar) dengan berdasarkan hasil pengujian penetrasi kerucut ·
statis. Besarnya penurunan-segera (5;), dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut
F
C
I ",
=
ll2 lj ,
� -,\..:
L l
(4.32)

dengan
cl = faktor koreksi kedalaman.
c2 = faktor rangkak.
q = tambahan tekanan fondasi neto.
8 = lebar fondasi.
lz = faktor pengaruh re-gangan lateral (Gambai 4.17)
E = modulus elastis tanah.
A.z ��tebaian lapisan:
' I
= ·

Faktor koreksi kedalaman dihitung dengan persamaan:

. I P,
C1 � I - 0,5 I - (den�an C1? ll,5 l
( 4. 33a)
•7

dengan p0' adalah tekanan overburden efektif pada dasar fondasi. .-


Walaupun penurunan tanah tak kohesif dipertimbangkan sebagai penurunan-segera,
pengamatan menunjukkan bahwa penurunannya niasih dipengaru:hl oleh rangkak
(Schmertmann, 1970). Faktor koreksi akibat rangkak, dihitung dengan;,

l .
-- 1 t ():! ·log/ ) r (·t33b�
' ' \, 0,I ') "

dengan t adalah waktu yang ditinjau, dinyatakan dalam tahun.


Hitungan penurunan dilakukan dengan memperhatikan tahanan kerucut qc sampai
pada kedalaman 2Byrl�gan B adalah lebar fondasi. Faktor pengaruh regangan vertikal (Iz)
maksimum adalah .£,�·
ilai I m ksimum ini, dianggap terdapat pada kedalaman z = 0;58,
·

d�lz minimum ter apat pada z = 28. ertmann menamakanha terse ut se agai dis-
1ribusJ(28-Q,b)(Gambar 4.17a). < .,_ •
. _ •

Dalam mengestimasi penurunan-segera dengan. men�aao (3,321. di­


butuhkan njlai moduJus. ,elastis. (E). SchmertmannJ12ZQ)� hubungan antara
modulus elastis (E) tanah pasir dengan qc yang diperoleh dari pengujian kerucut statis,
sebagai berikut: -- ------ ,
,,
· E - · 2··
1 • ' ·{4.33c)
� ·

Hitungan penurunan-segera fondasi ·pada tanah_pasitr dilakuk�i dia.:
gram tahanan�kerucut � dalam Iapi��pisan )@!lg_m_empuJ:l.YCli-tahanan kerucut.4{'qe:)
Teknilc Fondilsi 1 173

yang·d apat dianggap mendekati sama (Gambar ·4.17c). Kurva (28 - 0,6) diletakkan di
bawah dasar fondasi dan digambar dengan skala tertent u (Gambar 4.17b�. Penurunan a.ki­
bat beban dihitung dari hitungan E dan lz yang sesuai untuk tiap lapisannya. Jumlah penu­
runan di setiap lapisan, •kemudian dikoieksi terhadap faktor kedalaman (C1)· dan 'faktor
rangkak (C2).
:•

.. �· .f ,. ..

I';r
CQ.
11) 0,2 .. .J
0,4 o.e ·o.s•
��
- .. <,


E
..
.. 28-0,5
2
i
.liC
3
�..
LL. 4

(a)

B
Tahanan kerucut qe (kg/cm2)

0 50 100

Oibaca 1, pada te­


ngah-tengah lapis­
Laptsan 1
an yang menyata­
kan fakt or pengaruh
regangan vertikal Laptsan 2
rata-rata pada la­
pisan yang ditinjau. B/2 t--+-...::: *"'=
�f-- -1
Lapisan 3

Tahanan kerucut
rata-rata
Lapisan 4

Lapisan 5

.. ..

����� �� --------
0.2 0,4 0,6 0,8

/(
i'·
(b) (cl

Gam�r 4.17 HIIJJngan penurut'VIn-S6gertrcsra Schmertmann (1970).

Contoh soal 4.8:


Fondasi telapak berbentuk bujur sangkar 1,5 m x 1,5 m terletak pada tanah pasir yang sa- ,
ngat tebal. Fonda�i pada kedalaman 1 m dan tekan_an fondast kotor pada dasar fondasi 30
l'l4 Penurumm

t/m2.M
: uka air tanah•terletak pada kedalaman 1 m dari permukaan. Tanah pasir mempu­
nyai berat vohurt,e r;, = 1,85 dan 'Ysat = 2 t/m3. Dari hasil pengujian SF'I' diperoleh variasi
nilai N ntm:ata yang'� �ikoreksi seperti p ada:.Gambar C4.8. Tentuk,an penurunan pada
pusat f0n.dasi dengcmcara-<ara.(a) De. Beer danMarten, (b) Schmertmann.
. '
Penyelesaian:
Pemeriksaan penurunan cara De Beer·danMarten dilakukan sampai pada kedalaman 3B -
4B di bawah dasar fondasi. Nilai qc pada G�mbar C4.8b, didasarkan pada hubungan yang
disarankan Meyerhof, yaitu qc 4N. Selanjutnya, hitungan angka pemampatan C, dilaku-
=

kan dalam Tabel C4.3a.


Qc (kg/cm')
\ ' ' I,
N-SPT 4 .. - • ·�
·: 486496
Q 0 02
0, 6 0,4
�,..,.,:r T 0 .---..----,. 0 ·-
r--·
--r-r-..,.--
- �: �· I
0 .---,r--,
- r-- - -r

_l��� �
' I I
N= 12
Dasar fondas•
�;_� -1-..:!.--...=....::..:..:--J . •
: ; - T--
-1
-:-�------

- - - ------- o 2a·' -
- -
1" B = 1,5 m •I 1,5
.l-- ---- 1,75 ::::-.:-_ 0.6
,
!---1-l.-t
--· ______

:§: 2 2.0 I 20
----- ------ --- --
Yo = 1.85 tlm• - 043
c
,
Ysar = 2 IIm3 <11


<0
3 1--,---.J...., 3, 0

3 ,5

X: 4 N=2A 4,0 40

5 5,0 5,0

......

GsmbarC4.8

T abel C4.3a

1,5q
Lapisan Tebal q, p0' (di tengatt lapisan) C= -,
(m) lapisan (H) (t/m2) (t/m2) Po'
- '
1-2 1 480 (1)'(1,85) + (0,5)(i) ' = 2,35 306,4
2-3 1 640 (1)(1,85) + (1,5)(1) = 3,35 286,6
3-4 1 960 (1)(1,85) + (2,5)(1) =
4,35 331,0'·
4-5,5 ,.. 1,5. ; ., 960 r(1){1,85) �+. (3,75){1) = $,60 25 7,1
r- ) I ·,, .. - ' '' .. ..,.. ;
Ttlcnik Fondasi 1 175

Hitungan �CJz di bawah pusat fondasi dilakukan dalam Tabel C4.3b. Yaitu, dilakukan de­
ngan membagi luasan fondasi menjadi 4 bagian yang sama, dengan B1=1,5/2 .
= 0,75 m=L1

i m2
'

q = 30- (1 x 1,85) = 28,15 t


Hitungan penurunan-segera pada tiap lapisan yang ditinjau, dilakukan pada Tabel C4.3b.
Dalam tabel tersebut
---

H p '+!J.p
5. =-In --
0 �
pI
I C, Q

dengan.�p �� tung dalam Tab�l C4.3a.


.

Tabel C4.3b

Penurunan-segera total = 0,008 + 0,005 + 0,002 + 0,002 = 0,017 m = 17 mm

(b) 'cara Schmertmann

c = 1- o,s
1
(; )
p '
. ,
'

p0' = tekanan overburden pada dasar fondasi


8
= 1 x 1,85 = 1, 5 t/m
2

ct = (21,85
1- o,s 8,15 ) 0,97=

c2 = 1 + 0,2 1- )
(-0,1
log

Ditinjau penurunan untuk t = 1 tahun:

c2 = 1 + 0,2 log(_!_)
0,1
= 1,2

Modulus elastis dihitung dengan cara pendekatan empiris, E = 2qc·


Penurunan-segera dihitung dalam Tabel C4.3c, dengan
28 Il
s, = ctc2 qi, �z
0 E
176 Penurumm

Penurunan-segera total)·= 0,0039 +,0,0102 + 0,0054 + 0,004 + 0,0017 + 0,0004


0,0256 m ='25,6 mtn

4.4.2 Penurunan Konsoli'dasi Primer


Bila tanah jenuh yang terendam air dibebani m'elldadak, tekanan akibat beban tersebut ke
tanah selain menyebabkan kompresi elastis yang menyebabkan ptnllTim.ll1l-segera, juga
menyebabkan kelebihan tekanan air pori. Pengurangan kelebihan tekanan air pori, hanya
dapat terjadi jika air meninggalkan rongga pori lapisan tanah tertekan. Pengurangan volu­
me air di dalam rongga pori, menyebabkan pengurangan volume tanah. .Karena permeabi­
litas lempung rendah, perubahan volume tersebut berlangsung lama dan merupakan fung­
si dari waktu. Tanah yang sedang mengalami proses demikian disebut dalam kondisi ber­
konsolidasi, dan perubahan volume dalam arah ver fil<afnyam
sebut penurunan konsolidasi
primer. Proses konsolidasi primer terjadi sampai tekanan air pori dalam keseimbangan de­
ngan tekanan hidrostatis air tanah di sekitarnya. Dal �yataan, walaupun kelebihan te­
kanan air pori telah nol, penurunan yang berupa rangka1Nerjadi pada tegangan efektif
yang telah konstan. Penurunan pada periode ini disebut penurunan konsolidasi sekunder.

p� = tel\anan prakonsortdas

0 1L.
_________ ...L._
_____,..
. p (skala log)
Pc'

Gamber 4.18 Penentuan t9kanan prakonsolidss/ Pc' (casagrande, 1936).


Teknik Fondasi 1 177

Besarnya penurunan konsolidasi tanah lempung sangat bergantung pada sejarah geologi
lapisannya, yaitu apakah lempung terkonsolidasi nonnal (nonnally consolidated) atau terkon­
solidasi berlebihan (overconsolidated). Cara pendekatan untuk membedakan kedua jenis tanah
lempung tersebut, dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Dari mengetahui sejarah geologi lapisan tanahnya. Yaitu, dengan meneliti apakah tebal
lapisan tanah waktu lampau pernah terkurangi, atau dengan mengetahui apakah ke­
dudukan muka air tanah sekarang lebih tinggi dari waktu yang lampau.
(2) Dengan cara yang diberikan oleh Casagrande (1936), yaitu seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.18. Jika Pc ' > p0', lempung termasuk jenis terkonsolidasi berlebihan. Jika Pc '
= p0', lempung termasuk jenis terkonsolidasi nonnal.
(3) Dengan membandingkan kuat geser tanpa-drainase (su = cu) (undrained shear strength)
yang sesuai dengan karakteristik lempung terkonsolidasi nonnal sehubungan dengan
hubungan kuat geser tanpa-drainase dan nilai indeks plastisitasnya (PI) (Gambar- 4.19).
Jika kuat geser yang diperoleh lebih tinggi dari lempung terkonsolidasi nonnal, diperkira­
kan lempung tersebut termasuk jenis terkonsolidasi berlebihan.
(4) Dengan membandingkan angka kompresibilitas Cc di bawah tekanan overburden efektif
(p0') dengan perkiraan Cc untuk lempung terkonsolidasi nonnal, yaitu Cc = 0,009(LL - 10).
Jika Cc pada tekanan p0' kurang dari nilai yang diharapkan untuk lempung terkonsoli­
dasi nonnal, lempung dapat diharapkan termasuk jenis terkonsolidasi berlebihan.
(5) Dengan menentukan indeks cair (LI) tanah lempung, yaitu

LI = ---
WN - PL
L L - PL
dengan
LI = indeks cair.
wN = kadar air asli di lapangan.
PL = batas plastis.
LL = batas cair.
0,9

0,8

0,7

0,6
I
c,}p0' = 0, 1 1 + 0,0037(PI)
I

.,...

."- .......
,..,... !

I

0,4

.� ��
/V
0,3
! •
I

0,2
I

0, I --::� ! I l
o,o
0 10 20 30 40 50 60
i
70 80 90 100 110 120 130

lndeks Plastisitas (PI)

Gambar 4. 1 9 Hubungan kuat geser tanpa-drainase Cu dan indeks plastisitas tanah Jempung terkonsolidasi
normal (Skempton, 1957).
178 Penur,unan

tempung terkonsolidasi nonnal mempunyai indeks .cai� (I,J) antara 0,6 sampai -1, dan lem­
pung terkonsolidasi lJerlebihan mempunyai i}ldeks cair 0 �pai 0,6. Nilai-nilai ..tq�but,
hanya sebagai petunjuk secara kasar.

4.4.2.1 Hitungari Penurunan

Interval tekanan yang dipe,rhatikan dalam analisis penurunan konsolidasi umumnya di


antara te_kanan·tanah .vertikal efektif sebelum pembebanan (p0') (yaitu tekanan over�urden
efektif awal) dan tekanan vertikal akibat beban tanah (p0'), ditambah tekanan akibat penye­
baran beban fondasi pada kedalamao yang ditinjau (Ap). Jadi, untuk hitungan penurunan,
ang�a pori e0 diambil pada kedudukan p0', sampai angka pori menjadi eh yaitu-angka pori
saat berakhirnya.konsolidasi, Pada saat· konsol, idasi berakhir, tekanan vertikal pada ke­
dalaman tanah yang ditinjau pada_kedudukan p1' p0' + t.p. litik e0 d�bil dari kurva e-p
dan:dipilih titik pada kur-va dengan tekanan p0'. Tekanan p0' ini adalah tekanan awal pada
=

kedalaman contoh tanah yang diuji. Bila contoll tanah yang jenuh tidak mengalami gang­
guan, maka e0 wG81 dengan w adalah kadar air a�U di lapangan�an G5 adalah berat jenis
=

tanahnya. litik ev dipilih.Jitik pada kurva ..yang telah terkoreksi akibat gangguan cQntoh
tanah, pada tekanan ·P1'.
Penurun a n konsoHdilsi primer dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan:

(4.34)

dengan
t.e = perubahan angka pori akibat pembebanan.
e0 angka pori awal.
t •
=

e1 = angka pori saat berakhirnya konsolidasi.


H = tebal lapisan tanah yang ditinjau.

Jika penurunan konsolidasi'dihitung berdasarkan indeks pemampatan (Cc) dan indeks


pemampatan .Is_embali (C,}, <:;, dan C, diperoieh dari grafik e -log p' (Gambar 4.20), dengan

:
ej- e2 . l . t
c ; pada bagian linier kurva pembebanan (435)
log(p2'/ pl')
dan

c4- ei_
c ' ' ; pada-kurva peiepasan beban (4.36)
log (p3' lp4 )
r
=

"'
....I... .
dengan e1 sampai e4 dah fJI sampai p4' adalal\ titik-titik pada.k�rva yang ditunjukkan pada
Gambar 4.20. •. •. ,.: ;
Untuk lempung terkonsolidasi nonnal (normally consolidated) Qihat Gambar 4.21a}, per­ 1
·

ubahan angka'p_ori (Ae) a\<ibat korisolidasi dinyatakan oleh:

(4.37)
l
• ., .
TeknikFont/Qsi 1 179

t
e �,.

p,· p' (skala log)


.

Gemt.r 4.20 KuJVB hubungsn e- log {J �

P�' Po' + t:!.p


=

C, dan Cc dalam gambar adalah kurva yang telah dikorekst (kurva asli d1 lapangan)

e
Po' =Pc'
eo e
p,· <Pc'
e Po ' <Pc' <Pt'

eo - 1 .....c-.�
e,
'
I
d
eol·--

'
--:- -� :
c

e, � I I
I -f, J I e1

-
I

i - - - -4- -
Cc

itI

I ' I
I l'l
Po' p.• p' (skala log) • Po'
,.
p,· Pc'
. ; p' ,(�kala log) Po'
·-

Pc'
I

p,· p ' (s kala log)

(a)
. '
. .l
(b) I· 1 (c) .•• 1 •. 1:
..
t!
··.

Gamb• 4.21 Hltungan petubahsn sngka pori: • "o,f•

(B) Lsmpung terkonsoldasl notm81.


(b) (c) Lsmpung terkonsoldasl betfebfh81J.

Untuk lempung terkcmsolidasi berlebilum (overconsolidlzted), yaitu jika Pc' > p0', perubahan
angka pori (&) dip�bapgkan dalarp 2 kondisi, sebagai berikut:
' ,.,
(1) Jika p1 <pc (Gambar 4.21b),
·

'
l -
·, · ·

J ( •

Pt ' ,l� Po '+Ap


I I Ae er log - , """ G/ log I ,

P..o 1/tf'
•• • =

.•

,.
dengan Pt' Po' + "Ap
·. . . �
=
180 Penunman

(2) Jika p0' <Pc' < p1' (Gambar 4.21c),

'
P/ Po +ll.p
(4
ll.e = c log- +C log --- . 39
)
,
Po' c P/

dengan Pc' adalah tekanan prakonsolidasi.

pasar
. ..
'?
m.a.t
- - ;;---�--: -
- .-.
-·. :-:' . -:--
- - ,_
.
- -
- .
. .
. ...
.
� ...

--- -- - -- -- -- · - --- -

Lempung dibagr
.}.P2
menJadr n laprsan
----- - - - --- -------


'- ----- --- --- - - __ j
.}.pn
.
..· '
��--�---- -·----
� .
. . .. . . .. . .. . ,
., ; .. .. . . . . ·· · •• ; • ·•
pasi r
Gamber 4.22 Hitungsn penurunan konsolldasl.

Langkah-langkah hitungan penurunan konsolidasi, dilakukan sebagai berikut


(1) Lapisan tanah yang berkonsolidasi dibagi menjadi n lapisan (Gambar 4.22).
(2) Hitung besar tegangan efektif {p0'), pada tiap tengah-tengah lapisan.
(3) Hitung tambahan tegangan pada tiap tengah-tengah lapisan (flpJ akibat beban yang
bekerja.
(4) Hitung ll.e; untuk tiap-tiap lapisan, dengan menggunakan Persamaa.n (4.37), (4.38), dan
(4.39) yang cocok dengan kondisi lapisannya.
(5) Hitung besarnya penurunan konsolidasi primer total pada seluruh lapisan dengan
menggunakan persamaan ·· •

I= 11 fl.e
I Ill

5, LJ �5 r ' l + e1 j,H1

= "" =
L - (4 40)
1 l 'i: 0
kI I

Dalam menggunakan Persamaan-persamaan (4.3n (4.38), dan �39) di atas, c, yang


digunakan harus sudah dikoreksi, akibat pengaruh gangguan contoh tanah (lihat Mekanika
Tanah ll, Hary Christady Hardiyatmo, i994). Untuk menggambar kurva terkoreksi, dapat
digunakan cara Schmertmann (1955). Yaitu, garis kemiringan c, hasil pengujian laborato­
rium dianggap memotong kurva Cc asli di lapangan pada angka pori e 0,42e0, dengan e0
e
=

adalah angka pori awal sebelum tanah dibebani. Prosedur penggambaran kurva - log p'
Teknik Fondasi 1 181

terkoreksi cara Schmertmann untuk kedua jenis lempung terkonsolidasi normal dan lempung
terkonsolidasi berlebihan, diperlihatkan pada G ambar 4.23. Kurva yang telah dikoreksi, yang
merupakan pendekatan dari kurva asli di lapangan, adalah kurva yang seharusnya
digunakan dalam hitungan kemiringan Cc dan Cr
Sebagai perkiraan awal, angka pemampatan (Cc) untuk lempung terkonsolidasi normal
dapat didekati dengan hubungan empiris yang disarankan oleh Terzaghi dan Peck (1967),
sebagai berikut:
Cc 0, 009(LL - 10 )
= (4.41)

dengan LL adalah batas cair dalam persen. Persamaan tersebut sebaiknya tak digunakan
untuk lempung dengan sensitivitas lebih besar dari 4.

e
e ACI!ED
A
eo

Kurva asli
Kurva di di lapangan
laboratorium

I
0,42eo - - - - - 1 - - - -
B

Po' = Pc' p' (skala log } Po' Pc' p' (skala log}

(a} (b)

Gambar 4.23 Koreksi kurva laboratorium akibat ganggunan contoh tanah (Schmertmann, 1 955).

Jika diketahui koefisien perubahan volume (mv), dengan


b.e
mV = (4.42)
b.p ( 1 + eo)
=
dengan b.e perubahan angka pori, !lp tambahan tekanan akibat beban, e0 angka pori
= =

pada tekanan awal, maka penurunan konsolidasi dihitung dengan cara:


(1) Lapisan tanah dibagi dalam n lapisan dengan tebal masing-masing lapisan !lHi.
(2) Hitung tambahan tegangan (b.pi) di setiap tengah-tengah lapisan akibat beban yang
bekerja.
(3) Penurunan konsolidasi dihitung dengan:

i = n

5c = L m vi b.p i b.H i (4.43)


i = 1
dengan mvi adalah mv pada lapisan ke-i.
182 Pennrunan

Akibat beban fondasi, lapisan tanah lempung akan mengalami deformasi lateral, dan
kelebihan tekanan air pori yang timbul akan kurang dari tambahan tekanan vertikal akibat
bebannya. Pada kondisi ini, tekanan air pori akan bergantung pada koefisien tekanan pori A .
Skempton dan Bjerrum (1957) menyarankan koreksi penurunan konsolidasi yang dihitung
berdasarkan pengujian laboratorium dengan menggunakan persamaan:

s c - � s c ( oed)
- (4.44)
dengan Sc(oed! adalah penurunan yang dihitung dari hasil pengujian konsolidasi di laborato­
rium Persamaan-persamaan (4.40) dan (4.43), Se adalah estimasi penurunan konsolidasi
primer yang terjadi di lapangan, � adalah nilai koreksi dari Skempton dan Bjerrum, dengan

� = A + ( l - A) a (4.45)
Nilai a tergantung dari bentuk fondasi dan koefisien tekanan pori A. Variasi a yang diberi­
kan oleh Skempton dan Bjerrum untuk angka Poisson tanah jenuh 11 = 0,5, disajikan dalam
Tabel 4.4. Nilai koreksi � yang disajikan dalam bentuk grafik, diperlihatkan dalam Gambar
4.24, dengan H adalah tebal lapisan lempung yang mampat dan B adalah lebar atau diame­
ter fondasi. Untuk maksud praktis, perkiraan nilai � pada Tabel 4.5 dapat digunakan.

Tabel 4.4 Perkiraan nilai a untuk koreksi penurunan konsolidasi (Skempton dan Bjerrum, 1 957)

a
H/B
Fondasi lingkaran Fondasi memanjang

0 1,00 1,00
0,25 0,67 0,80
0,50 0,50 0,63
1,00 0,38 0,53
2,00 0,30 0,45
4,00 0,28 0,38
10,00 0,26 0,36
00
0,25 0,25

Tabel 4.5 Perkiraan nilai � untuk koreksi penurunan konsolidasi

Macam lempung �

Lempung sangat sensitif 1-1,2


Lempung terkonsolidasi normal
(normally consolidated) 0,7-1,0
Lempung terkonsolidasi berlebihan
(overconsolidated) 0,5-0,7
Lempung terkonsolidasi sangat berlebihan
(heavily overconsolidated) 0,2-0,5
Teknik Fondasi 1 183

1,2 �-
----.--�--.--,---..,..,

I 8 I

1 1 I II
0,6

Memani!,':l g
- Lingkaran
-l
_ _
__
____

Lempung
sangat
Terkonsolidasi berlebihan Terkonsolidasi normal sensitif
0,2 L-----�L-----�---L--�--�
o.o o,2 o,4 o,6 o.e 1 ,0 1,2

Koefisien tekanan pori A

Gambar 4.24 Koreksi penurunan konso/idasi � (Skempton dan Bjerrum, 1957)

4.4. 2 . 2 Kecepatan Penurunan Konsolidasi

Estimasi kecepatan konsolidasi biasanya dibutuhkan untuk mengetahui besarnya kecepat­


an penurunan fondasi selama proses konsolidasinya. Hal ini perlu diperhatikan terutama
bila penurunan bangunan diperkirakan besar. Bila penurunan sangat kecil, kecepatan
penurunan tak begitu perlu diperhitungkan; karena penurunan sejalan dengan waktunya
tidak menghasilkan perbedaan penurunan yang berarti.
Untuk menghitung penurunan konsolidasi pada waktu tertentu (t) digunakan persa­
maan:

t = (4.46)
faktor waktu.
panjang lintasan drainase (Ht H/2, untuk drainase dobel clan Ht
= = H, untuk
drainase tunggal).
tebal lapisan lempung yang mampat.
koefisien konsolidasi pada interval tekanan tertentu.
184 Penurunan

Nilai-nilai faktor waktu (Tv) untuk persentase penurunan konsolidasi (U) rata-rata yang
didasarkan pada teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi, diberikan dalam Tabel 4.6. Nilai­
nilai pada tabel tersebut dapat dipakai untuk kondisi drainase dobel dan drainase tunggal.

Tabel 4.6 Hubungan faktor waktu (Tv) dan derajat konsolidasi (U)
U% TV

0 0
10 0,008
20 0,031
30 0,071
40 0,126
50 0,197
60 0,287
70 0,403
80 0,567
90 0,848
100 00 •

Tipe kurva variasi kelebihan tekanan pori awal yang digunakan bergantung pada distri­
busi tekanan fondasi pada lapisan lempungnya. Tabel 4.6 memberikan kasus-kasus dengan
distribusi tekanan pada lapisan lempung yang terjadi dianggap seragam (Gambar 4.25a
dan 4.25b).
Di laboratorium, nilai Cv ditentukan dari penggambaran kurva waktu (t) terhadap pem­
bacaan penurunan. Umumnya digunakan dua macam cara, yaitu metode kecocokan log­
waktu (log-time fitting method) yang disarankan oleh Casagrande dan Fadum (1940) (Gam­
bar 4.26a), dan metode akar waktu (square root time method) yang disarankan oleh Taylor
( 1948) (Gambar 4.26b).
Metode Casagrande dan Fadum digunakan untuk menghitung nilai Cv sehubungan
dengan derajat konsolidasi U = 50%, dengan pada derajat konsolidasi tersebut Tv = 0,197.
Untuk ini, Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,197H1
cV = (4.47a)

Metode Taylor digunakan untuk menghitung Cv pada kedudukan derajat konsolidasi U


= 90%, dengan pada kedudukan ini Tv = 0,848. Nilai Cv dinyatakan dalam persamaan:
2
0,848H1
CV = (4.47b)
t --­

90
dengan Ht adalah panjang lintasan drainase, t50 dan t90 berturut-turut adalah waktu
yang
dibutuhkan untuk penurunan konsolidasi 50% dan 90%.
Pada pengujian konsolidasi dengan alat oedometer, distribusi tekanan pada seluruh
kedalaman contoh tanahnya sama. Dari kondisi tersebut, Casagrande (1938) dan Taylor
(1948) memberikan hubungan Tv dengan U rata-rata, sebagai berikut:
Teknik Fondasi 1 185

(1) Untuk U< 60%:


TV (7t/4)
== u2 (4.48a)
(2) Untuk U > 60%:
Tv == - 0,933 log ( 1 - U) - 0,085 (4.48b)
dengan U dalam desimal.
Empat persegi panjang
/ / / // J J I

2H - - - - - -- - - ,
t aliran
H

!
,,,_,�

(b)
(a)

� Lolos air

� Kedap air

Gambar 4.25 Variasi kondisi ke/ebihan tekanan air pori awal.


(a) Kondisi drainase dobel.
(b) Kondisi drainase tunggal.

Bila dasar fondasi terletak pada lapisan lempung, fondasi yang terbuat dari beton diang­
gap sebagai bahan yang lolos air. Karena, pada kenyataannya beton lebih meloloskan air
daripada tanah lempung, kecuali jika dasar fondasi beton dilindungi.
Penurunan total pada sembarang waktu t, dinyatakan oleh persamaan:
l c (4.49)
5 == 5 . + U5

penurunan total saat t tertentu.


penurunan segera.
St!Sc persentase atau derajat penurunan konsolidasi.
=

penurunan konsolidasi saat waktu t tertentu.


penurunan konsolidasi primer total.
Kecepatan penurunan konsolidasi primer tergantung pada kecepatan berkurangnya
kelebihan tekanan air pori yang timbul akibat kenaikan tekanan oleh beban bangunan.
Kenaikan tegangan efektif di dalam tanah akibat pengurangan volume tanah, dipengaruhi
oleh kecepatan air pori meninggalkan rongga pori lapisan lempung yang tertekan. Kecepa­
tan penurunan struktur sebagai akibat berkurangnya volume tanah dipengaruhi oleh kece­
patan air pori merembes lewat lapisan lempung menuju ke lapisan tanah berpermeabilitas
tinggi yang memungkinkan terjadinya drainase. Terzaghi memperhatikan kondisi yang
186 Penurunan

1 4t1

I
6,8
- -- - -
Ro -
f-.
. -

! } x
6,4

X
t-----
'!---:
Q
-
6,0
-- -- -
E
.s
c 5,6
R sc
- "-

�I
\
"'
c I
2
:J
c R ,,
R t oo + Ro I [\
Q) I
2 \:
=

Q._ I

1
5,2 F - -
R wc
I
[--_ ---1--
I
I t---
1--- - 1 --- f.-- - --1-- -
4,8
I
- -

I
I

4,4
: -
10�'-- t10 100 waktu (memt) 1 000 1 0 . 00 0

6,8

6,4

6,0

c
"'

c
5,6

[_
c
Q)
Q._ \
I

- - - - -- - -- -- - - - I"\-- I '
I

5,2 90 1 1 \
11
\

4,8
0
____ L
1\ \
I __:'�
V t90 0
___;____._,__�-- V t
R

Gambar 4.26 Penentuan nilai Cv di laboratorium.


(a) Metode kecocokan log-waktu (Casagrande dan Fadum, 1940).
(b) Metode akar waktu (Taylor, 1948).
Teknik Fondasi 1 187
relatif sederhana dalam hitungan kecepatan penurunan konsolidasi primer. Beban diang­
gap terbagi rata dengan luasan beban yang luas sedemikian hingga kondisi drainase dan
konsolidasi adalah satu dimensi. Dalam kondisi demikian penurunan-segera dapat diabai­
kan.

I I
._..�. ---

�::::::f;:z

»M

Lemp""g

(a}
� Lapisan-lapisan pasir tipis

(b)

(c)

Gambar 4.27 Beberapa sebab yang mempengaruhi kecepatan konsolidasi /apisan lempung.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecepatan penurunan konsolidasi fondasi


di lapangan lebih cepat dari hasil hitungan kecepatan penurunan yang diberikan Terzaghi.
Jika lebar fondasi (B) kurang dari ketebalan lapisan lempung (H), asumsi drainase satu
dimensi tidak lagi realistis, karena kondisi drainase menjadi 3 dimensi (Gambar 4.27a).
Untuk lebar fondasi B yang sangat lebih besar daripada tebal lapisan lempung H, kecepat­
an penurunan hanya fungsi dari H. Sedang untuk lapisan lempung yang tebal, kecepatan
selain fungsi dari Cv dan jarak lintasan drainase H, juga fungsi dari B .
penurunan juga tergantung dari lebar fondasi B. Jadi, kecepatan penurunan konsolidasi
Pengaruh dari lebar fondasi (B) dan lintasan drainase (H) terhadap kecepatan penu­
tabel tersebut diperlihatkan variasi perbandingan antara Cv di lapangan (Cv(lilp!) dan Cv di
runan fondasi pelat di 4 lokasi diperlihatkan oleh Butler (1974) dalam Tabel 4.7. Dalam
laboratorium (Cvaab!) terhadap tebal lintasan drainase (H) dan lebar fondasinya (B) . Terlihat
bahwa, pada stasiun Elstree, nilai banding (Cvaap!)! (Cvaab!) tidak besar, karena tebal lintasan
drainase yang hanya 2,4 m relatif kecil, sehingga kemungkinan terselipnya lapisan-lapisan
pasir atau lanau tipis yang memungkinkan terjadinya drainase tambahan pada lapisan
lempung lebih sedikit.
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan penurunan konsolidasi adalah homogenitas
tanah lempungnya. Adanya lapisan tipis tanah yang lolos air, seperti lanau dan pasir yang
188 Penu runan

terselip di antara lapisan lempung (Gambar 4.27b), memungkinkan adanya drainase


menuju lapisan ini, sehingga lintasan drainase menjadi lebih pendek dari yang diperkira­
kan dalam hitungan.
Tabel 4.7 Pengaruh lebarfondasi pada nilai Cv (Butler, 1974)

Lokasi Lebar fondasi Lintasan drainase (H) Cv(lap/ Cv(lab!


(m) (m)
Jalan Clapham 24 12 60
Jalan Hurley 20 10 60
Jembatan Waterloo 8 7,5 10
Stasiun Elstree 1,5 2,4 2,5

Kadang-kadang lapisan tanah pa�ir yang terselip hanyalah berupa lensa-lensa tanah
yang tidak memungkinkan sebagai tempat penampungan drainase air yang berasal dari
lapisan lempungnya (Gambar 4.27c). Apabila terdapat kasus seperti di atas, maka pada
perhitungan kecepatan penurunan akan lebih baik bila kedua kondisi lapisan pasir-yaitu
sebagai lapisan drainase dan bukan sebagai lapisan drainase-dihitung, kemudian penu­
runan yang dihasilkan dari kedua kondisi tersebut dipertimbangkan terhadap keamanan
strukturnya.
4.4.3 Penurunan Konsolidasi Sekunder

Penurunan konsolidasi sekunder terjadi pada tegangan efektif yang konstan, yaitu setelah
dan kemiringan kurva indeks pemampatan sekunder (Ca)· Persamaan kemiringan Ca di­
penurunan konsolidasi primer berhenti. Besar penurunannya merupakan fungsi waktu (t)
nyatakan dalam persamaan:
�e
(4.50)

Penurunan akibat konsolidasi sekunder, dihitung dengan persamaan:


ca t
_H log 2
.

1 +e
_

t (4.51)
p 1

penurunan konsolidasi sekunder .


tebal benda uji awal atau tebal lapisan lempung.
angka pori saat akhir konsolidasi primer.
t1 + M.
saat waktu setelah konsolidasi primer berhenti.
Nilai Ca dapat diperoleh dari grafik hubungan angka pori (e) terhadap waktu (t) (Gam­
bar 4.28).
Hingga sekarang, belum ada cara yang tepat untuk menghitung besarnya penurunan
konsolidasi sekunder. Pada waktu terjadinya konsolidasi sekunder, dua faktor dapat mem-
Teknik Fondasi 1 189

pengaruhi prosesnya. Pertama, pengurangan volume tanah pada tegangan efektif konstan.
Dan yang kedua, regangan vertikal akibat gerakan tanah secara lateral di bawah struk­
turnya. Terzaghi (1948) menyatakan bahwa kedua faktor tersebut dapat menghasilkan tipe
penurunan yang sangat berbeda dari struktur yang satu ke struktur lainnya, dan besarnya
penurunan masih tergantung, antara lain, dari tingkat tegangan dan macam tanah lem­
pungnya.

Akhir konsolidasi primer

��
eP - - - - - - - - - - - -
¥(-�-
I "'--=----
1
.
0.
-----r--...
I

,___________________.________ __1__�--
�--xr-�···--,
0 t1 tz
waktu t (skala log)

Gambar 4.28 Penentuan indeks pemampatan sekunder (C a).

Tabel 4.8 Nilai Ca!Cc untuk beberapa macam tanah (Mesri dan Godlewski (1 977)

Macam tanah C afCc

Lanau organik 0,035-0,06


Gambut amorphous danfibrous 0,035-0,085
Muskeg Kanada 0,09 -0,10
Lempung Leda (Kanada) 0,03 -0,06
Lempung Swedia post-glacial 0,05 -0,07
Lempung biru lunak (Victoria,B.C.) 0,026
Lanau dan lempung organik 0,04 -0,06
Lempung sensitif, Portland, ME 0,025-0,055
Mud Teluk San Francisco 0,04 -0,06
Lempung varved New Liskeard (Kanada) 0,03 -0,06
Lempung Mexico City 0,03 -0,035
Lanau Hudson River 0,03 -0,06
Lanau lempung organik New Hagen 0,04 -0,075
190 Penu runan

Beberapa asumsi yang berkenaan dengan kelakuan tanah berbutir halus dalam meng­
alami penurunan konsolidasi sekunder telah dibuat. Dari penelitian Ladd (1971a) dan lain­
lainnya, Raymond dan Wahls (1976) menyimpulkan, sebagai berikut:
(1) Ca tak tergantung dari waktu (paling tidak selama masa waktu yang diperhatikan).
(2) Ca tak tergantung dari tebal lapisan tanah.
(3) Ca tak tergantung dari LIR (Load Increment Ratio), selama konsolidasi primer terjadi.
(4) Nilai banding Ca!Cu secara pendekatan, adalah konstan untuk kebanyakan tanah lem­
pung terkonsolidasi normal yang dibebani dengan tegangan-tegangan yang besarnya
normal.
Mesri dan Godlewski (1977) menyatakan bahwa nilai Ca bergantung pada tegangan
konsolidasi, yaitu bergantung pada tegangan efektif akhir.
Nilai-nilai CaiCe untuk banyak macam tanah mendekati konstan telah dibuktikan oleh
Mesri dan Godlewski (1977) dan hasilnya diberikan dalam Tabel 4.8. Pada Tabel 4.8, da­
pat dilihat bahwa nilai Ca/Cc rata-rata adalah kira-kira 0,05 dan tak pernah diperoleh nilai
Ca!Ce yang lebih dari 0,1. Untuk tanah anorganik, nilai Ca!Ce antara 0,025 sampai 0,06,
sedang untuk tanah-tanah organik dan gambut agak lebih tinggi.
Contoh soal 4.9:
Hitung penurunan total pada fondasi rakit Contoh soal 4.7 hila koefisien perubahan volume
(mv) lapisan lempung bervariasi menurut kedalaman. Variasi tersebut dapat dilihat di da­
lam Gambar C4.7 dan lempung termasuk terkonsolidasi berlebihan (overconsolidated).
Pen yelesaian:
Hitungan tambahan tegangan vertikal pada tiap tengah-tengah lapisan dilakukan pada
Tabel C4.4a dan hitungan penurunan konsolidasi diberikan dalam Tabel C4.4b.

+
S e = 0,231 0,135 + 0,080 + 0,049 + 0,024 = 0,519 m = 519 mm

Tabel C4.4a llcr2


pada pusat fondasi (B1 = 9,15 m, L1 = 27,44 m, qn = 32,1 t/m2)
llcr2
Jarak dari = 4Iq
B L n
bawah fondasi
z
-

z
-
I 4 I
(tlm 2 )
z (m)

3,05 3 9 0,247 0,988 317


9,15 1 3 0,203 0,812 261
15,25 0,6 1,8 0,152 0,608 195
21,35 0,43 1,29 0,133 0,452 145
27,45 0,33 1,00 0,086 0,344 110
33,55 0,27 0,82 0,067 0,268 86
Lempung termasuk terkonsoldasi berlebihan, maka faktor koreksi penurunan konsolidasi
diperkirakan 0,7 (Tabel 4.5), jadi:
x
S e = 0,7 519 = 363 mm
Teknik Fondasi I 191

Tabel C4.4b Penu runan konsolidasi di pusat fondasi

Lapisan
lempung mv LlO"z = Llp till Se = mv Llp Llh
(m) (m2 /t) (t/m2) (m) (m)
7,62-13,72 0,00145 26,1 6,1 0,231
13,72-19,82 0,00114 19,5 6,1 0,135
19,82-25,92 0,00091 14,5 6,1 0,080
25,92-32,02 0,00073 11,0 6,1 0,049
32,02-38,12 0,00046 8,6 6,1 0,024
Telah dihitung pada Contoh soal 4.7, Si = 236 mm.
Penurunan total adalah jumlah penurunan-segera dan penurunan konsolidasi, jadi
S = Si + Se = 236 + 363 = 599 mm
Penurunan konsolidasi sekunder dalam hal ini tidak diperhatikan.
Contoh soal 4.10:
Fondasi bujur sangkar 2 m 2 m terletak pada lapisan tanah berla�is yang terdiri dari pasir
x

setebal 4 m dengan E = 360 kg/cm2, J.l = 0,3, dan 2= 1,80 t/m . Di bawahnya
Yb terdapat
lapisan lempung setebal 3 m, dengan: E =2 160 kg/cm ,2 = 0,5, = 2 t/m3, Cc = 0,5, Cr =
J.l Ysat
0,03, tekanan prakonsolidasi Pc' = 7,5 t/m , Cv = 0,45 m /tahun, w = 40%, dan G5 = 2,67. Di
bawah lapisan lempung terdapat lapisan batu yang kedap air. Muka air tanah pada ke­
dalaman 4 m dan fondasi pada kedalaman 1 m. Hitung besarnya penurunan akhir total dan
penurunan setelah 3 tahun, bila tekanan pada dasar fondasi q = 18,2 t/m2.
Pen yelesaian:
Tekanan fondasi neto qn = 18,2- (1 1,8) = 16,4 t/m2
x

(a) Penurunan pada lapisan pasir:


Penurunan pada lapisan pasir akan berupa penurunan-segera. Penurunan di pusat fondasi
dihitung dengan cara Steinbrener. Untuk ini luasan fondasi dibagi menjadi 4 bagian yang
sama, dengan
L 1 = 2/2 = 1 = B 1
2 2
JP = (1 - J..t ) F 1 + (1 - J.t - 2J.l ) F2 = 0,91F 1 + 0,52F2

HIB 1 = 2/1 = 2, L 1 /B 1 = 1, dari Gambar 4.14, diperoleh: F1 = 0,28 dan F2 = 0,07


Jadi,
1p = (0,91 0,28) + (0,52 0,07) = 0,2912
X X

X
1 16'-4 ( 4 0,2912 ) = 0,006 m
s. t
--3600 x
192 Penurunan

Pasir:
q == 1 8 ,2 um•
360 kg/cm•
:
E
4m
.' ... ... ... .,,·-;_ . .
·
==

1-l = 0,3
B=2m
·

m.a.t
· •

· · ; ·,:�: :
•.
· ·
Yb == 1 ,8 um•
. .. . .. ... �

Lempung:
E = 1 60 kg/cm2; w = 40%; Gs = 2,67
3m ll :: 0 , 5
Ysat == 2 Um'
Cc == 0,5; C, = 0,03; Pc' = 7,5 um•; Cv = 0,45 m•ttahu n

Gambar C4.9

(b) Penurunan pada lapisan lempung:


Penurunan pada lapisan lempung adalah jumlah dari penurunan-segera dan penurunan
konsolidasi.
(b.l ) Penurunan-segera:
Bila dianggap lapisan lempung tebal H2 = 6 m (di bawah dasar fondasi), dengan 11 = 0,5 dan
E 160 kg/cm 2 , maka
Ip = 0,75 F1
=

H2/ B 1 = 6/1 = 6; L1 /B1 = 1,


dari Gambar 4.14, diperoleh F1 = 0,46
Maka,
Ip = 0,75 x 0,46 = 0,345

=
1 X 16,4
sil
x 4 x 0,345 = 0,014 m
1600

Penurunan2lapisan lempung tebal H1 = 3 m (di bawah dasar fondasi) dengan 11 = 0,5 dan E =

160 kg/cm .

H1/ B1 = 3/1 = 3; L1/B1 1, dari Gambar 4.14, diperoleh F1 0,36 = =

Maka,
Ip = 0,75 X 0,46 = 0,345

= 0,014
1 X 16,4
Sil =
1 600
X ( 4 X 0,345 ) m
Teknik Fondasi 1 193

Penurunan-segera lapisan lempung dengan tebal (H2 - H1), adalah

si = 0,014 - 0,01 1 = 0,003 m

(b.2) Penurunan konsolidasi


Tekanan overburden efektif di tengah-tengah lapisan lempung:

2
p 0 ' = ( 3 x 1,8 ) + ( 1,5 x 1) = 6,9 t/m

Tambahan tekanan akibat beban fondasi di tengah-tengah lapisan lempung dihitung


didasarkan Gambar 4.8. Untuk itu, luasan fondasi dibagi menjadi 4 bagian sama besar, de­
ngan

Dari Gambar 4.8, diperoleh I = 0,022

- 11p = 11crz = 4Iq = 4 x 0,022 x 16,4 = 1,44 t/m2

Karena Pc ' = 7,5 t/m2 > p0 ' = 6,9 t/m2, tanah termasuk jenis lempung terkonsolidasi berlebih­
an. Untuk ini, dipakai:
' '
Pc Pa + l1p
!1e = C log + Cc log
pa' pc '
-

7,5 6,9 + 1,44


= 0,03 x log - + 0,8 x log = 0,048
6,9 7,5
Untuk lempung jenuh berlaku persamaan angka pori:

e0 = wG5 = 0,4 x 2,67 = 1,068

Penurunan konsolidasi:

0,048
s
!1e
c -- H = --- x 3 = 0,07 m
1 + e0 1 + 1,068

(c) Penurunan total dan penurunan setelah 3 tahun


(c. l ) Penurunan akhir total
Penurunan total adalah jumlah penurunan segera pada lapisan pasir dan lempung ditam­
bah penurunan konsolidasi pada lapisan lempung. Dengan memberikan faktor koreksi
kekakuan fondasi untuk penurunan segera, maka penurunan total:

s 0,8(0,006 + 0,003) + 0,07


0,007 + 0,07 = 0,077 m = 77 mm
194 Penurunan

Dalam hal ini, penurunan konsolidasi yang diperhitungkan adalah penurunan konsoli­
dasi primer yang dihitung untuk waktu (t) tak terhingga.
(c.2) Penurunan setelah 3 tahun
·
Dianggap lapisan batu kedap air, jadi lapisan lempung hanya terdrainase ke arah atas.
Untuk drainase tunggal, H = H1 = 3 m.
--- X
0,45 3 = 0,15
32
Jika dianggap U 60%, berlaku Persamaan (4.48a):
<

4 Tv )
y, y,
U =
( 1t
= (
4 x 0,15
l 7t ) = 0,44 0,6
<

Jadi, anggapan U 60% benar.


<

Derajat konsolidasi rata-rata:

Penurunan konsolidasi pada t = 3 tahun:


St = USe = 0,44 0,07 = 0,031 m
x

Penurunan total setelah 3 tahun = LSi + 51


+
S = 0,007 0,031 = 0,038 m = 38 mm

Catatan:
Misalnya lapisan batu digantikan lapisan kerikil yang padat dan tidak kedap air. Dengan
demikian, lapisan lempung akan terdrainase ke arah atas dan bawah. Untuk drainase dobel
ini, H = H1/2 = 3/2 = 1,5 m.
<
Jika dianggap U 60%, berlaku
__ ( 4 Tv ) __ ( 4 x 0,60
y, y,
U
l 1t 7t ) = 0,87 > 0,6 (tidak OK!)
Karena U > 60%, harus digunakan Persamaan (4.48b):
T = 0,6 = -0,933 log ( 1 - U) - 0,085
v
log ( 1 - U) = 0,933
--
1 ( -0 085 - 0 6) -0,734
I ' =

--{) 7 4
1 - = 10 ' 3 = 0,184
u

u = 0,816
Teknik Fondasi 1 195

Penurunan konsolidasi pada t = 3 tahun, untuk kondisi drainase dobel:


x
S t = USe = 0,816 0,07 = 0,057 m
Penurunan total dengan t = 3 tahun = L.Si + 51
+
S = 0,007 0,057 = 0,064 m = 64 mm

4.5 Pengembangan Tanah akibat Penggalian

Bila dasar fondasi terletak cukup dalam dari permukaan tanah, penggalian tanah akan
menyebabkan tanah mengembang. Pembongkaran tekanan overburden ketika tanah digali
untuk fondasi, menyebabkan kenaikan dasar galian yang besarnya tergantung dari jenis
tanah, beban tanah yang digali, dan saat waktu dimulainya pembebanan fondasi. Sesudah
beban fondasi diterapkan, tanah terkompresi kembali, dan bila pembebanan melampaui
tekanan overburden awa!, tanah akan mengalami penurunan. Gambar 4.29 menunjukkan
diagram hubungan waktu (t) terhadap pengembangan atau penurunan tanah selama pem­
bangunan dan waktu-waktu sesudahnya. Pengembangan clan kompresi kembali, biasanya,
tak begitu penting pada kasus fondasi dangkal, hingga dapat diabaikan. Akan tetapi, hal
ini akan sangat berpengaruh pada jenis fondasi dalam.
4.6 Estimasi Penurunan pada Periode Pelaksanaan

Kadang-kadang, dibutuhkan untuk mengetahui besar penurunan konsolidasi pada saat


stuktur sedang dalam pembangunan. Sebagai contoh, dibutuhkan untuk mengetahui penu­
runan fondasi rakit yang besar pada saat pelaksanaan pembangunan, di mana fondasi
tersebut dirancang untuk mendukung pipa-pipa baja yang harus dipasang pada elevasi ter­
tentu.
;- penggalian selesai

2
c:
+
/ r- pembangunan selesai
Q)
c:o

Waktu (t)

c: Waktu (t)
fO
c:
:>
::;
c:
Q)
0..
+

Gambar 4.29 Grafik hubungan antara waktu terhadap pengembangan dan penurunan akibat beban ba­
ngunan.
196 Penurunan

Sifat khusus dari kurva penurunan terhadap pembebanan selama pelaksanaan hingga
selesainya pembangunan, diperlihatkan dalam G ambar 4.30. Cara pembuatan kurva penu­
runan selama pelaksanaan adalah sebagai berikut:
Mula-mula, dibuat kurva penurunan neto, yaitu dengan menganggap beban fondasi di­
terapkan secara mendadak. Kurva ini terletak di bawah (kurva OF). Titik C yang merupa­
kan penurunan terkoreksi pada akhir pembangunan, dibuat dengan cara menarik garis
dari titik pada absis 0,5t1 tegak lurus absis ke bawah (t1 OA waktu akhir pelaksanaan).
= =

Garis ini memotong kurva OF pada titik B. Dari B ditarik garis sejajar absis, sehingga
memotong garis AA1 yang merupakan proyeksi titik A ke kurva penurunan OF, di titik C.
Sembarang titik yang lain pada waktu sebelum t1 diasumsikan, misalnya pada waktu t.
Dari titik O,St, ditarik garis tegak lurus absis ke bawah hingga memotong kurva OF di D.
Dari D, ditarik garis sejajar absis hingga memotong garis AA1 di E. Perpotongan garis OE
dengan garis tegak lurus absis yang ditarik dari waktu t, memberikan titik yang menunjuk­
kan penurunan pada waktu t di kurva terkoreksi. Titik-titik yang lain pada kurva terko­
reksi di antara waktu 0 sampai t1 dapat dibuat dengan cara yang sama. Kurva terkoreksi
setelah melampaui titik C, dibuat dengan menarik garis-garis yang panjangnya sama de­
ngan panjang garis BC dari titik-titik di sepanjang kurva OF ke kanan, sejajar absis. Ujung­
ujung garis ini bila dihubungkan oleh kurva yang ditarik melalui titik-titik yang telah dite­
mukan sebelumnya akan membentuk kurva terkoreksi (OG). Penurunan total terkoreksi
dapat diperoleh dengan menambahkan penurunan-segera dengan penurunan konsolidasi
terkoreksi pada Gambar 4.30.

c:
Cl!
.0
Ql
Ill

Anggapan periode
I1 pembebanan efektif Waktu (t)

j•
Periode penggalian
•I
I t,
0�������--·
Waktu {t)
1
c: I
� I
� J Penurunan konsolidasi
� I
,.. ., ___
terkoreksi
ll. .._

Periode pembebanan t1 �---- F .


Penurun an konsolid asi
'
pemb ebana n mend adak

Gambar 4.30 Estimasi penurunan konsolidasi se/ama periode pelaksanaan.

4.7 Pertimbangan-pertimbangan dalam Menghitung Penurunan

Dalam hal memprediksi penurunan fondasi, maka harus dibedakan antara fondasi yang
terletak pada tanah pasir dan fondasi yang terletak pada tanah lempung.

4. 7. 1 Fondasi pada Tanah Pasir

Bila fondasi terletak pada tanah granuler seperti pasir dan kerikil, penurunan yang terjadi
adalah berupa penurunan-segera. Penurunan total, berlangsung dan selesai pada waktu se-
Teknik Fondasi 1 197

r::::
<0
r::::
2 .. "

/

r:::: Lempung

/'
/'
/(
I I
I

..

0 50 1 00 .
Lebar fondasi B (cm)

Gambar 4.31 Hubungan antara lebar tondasi bujur sangkar dan penurunan, pada beban per sa tuan luas
yang sama (Kogler, 1933).

gera setelah beban diterapkan. Penurunan fondasi yang terletak pada tanah-tanah lanau
dan pasir, sebagian disebabkan oleh penggembungan tanah dasar fondasi ke arah lateral.
Lebar fondasi mempengaruhi besarnya penurunan. Pada beban per satuan luas yang
sama, tanah di bawah fondasi akan mendukung tekanan lebih besar bila lebar fondasi (B)
bertambah. Akibatnya, pada tekanan yang sama, penurunan fondasi bertambah besar bila
lebar fondasi bertambah (Gambar 4.31).
Fondasi yang terletak di tanah pasir akan lebih banyak dipertimbangkan terhadap penu­
runan, terutama penurunan tak seragam, daripada daya dukungnya. Pada tekanan dasar
fondasi yang sama, fondasi yang terletak lebih dalam akan mengalami penurunan yang
lebih kecil, akibat bertambahnya tekanan keliling.
Pasir yang terdiri dari butiran sedang dan halus, pada kondisi alamnya, sering dalam
kondisi sangat tak padat. Getaran yang kuat dapat menyebabkan penurunan fondasi. Jika
fondasi terletak pada tanah pasir yang berkepadatan sedang sampai padat, atau kerikil,
penurunan yang terjadi umumnya kecil.
Untuk mereduksi penurunan fondasi pada pasir, kecuali dapat dilakukan dengan mem­
perdalam fondasi, dapat pula dilakukan dengan jalan mengurangi angka pori (e), yaitu
melalui cara pemadatan dan dengan menambah tekanan keliling (confining pressure). Pe­
ngurangan angka pori dapat dilakukan melalui pemadatan dengan mesin pemadat atau
dengan menggunakan metode vibrofiotation.
Jika tanah granuler berupa kerikil yang pada kondisi alam biasanya merupakan lapisan
yang relatif padat, daya dukung yang diperoleh relatif tinggi. Penurunan fondasi pada
kerikil terjadi segera setelah penerapan bebannya (penurunan-segera). Bila fondasi diletak­
kan agak dalam untuk mencegah keruntuhan gesernya, fondasi akan sedikit saja meng­
alami penurunan. Jika kerikil dalam kondisi tidak padat, penurunan mendadak terjadi bila
terdapat getaran frekuensi tinggi. Sembarang tipe fondasi dapat digunakan pada kerikil
padat tanpa terjadi penurunan yang berarti.
198 Penurunan

4. 7.2 Fondasi pada Tanah Lempung

Jika fondasi terletak pada lempung homogen, berat bangunan tidak hanya menyebabkan
kompresi tanah, namun juga menyebabkan luluh lateral tanah di bawah fondasinya.
Karena itu, satu bagian dari penurunan disebabkan oleh pemendekan lapisan tanah dalam
arah vertikal akibat berkurangnya volume; bagian yang lain merupakan penurunan yang
diakibatkan oleh penggembungan tanah ke arah lateral. Jika tanah dasar fondasi elastik
sempurna dan homogen, penurunan akibat penggembungan tanah akan lebih besar dari­
pada pengurangan volumenya. Untuk tanah lempung jenuh, penurunan akibat penggem­
bungan arah lateral ini kecil dibandingkan dengan penurunan totalnya.
Penurunan fondasi pada tanah lempung yang jenuh, merupakan jumlah penurunan-se­
gera dan penurunan konsolidasi. Penurunan konsolidasi dilakukan dari interpretasi hasil
pengujian konsolidasi. Pada Gambar 4.32 ditunjukkan sebuah fondasi rakit dari beton yang
mendukung bangunannya. Lapisan tanah di dasar fondasi berupa pasir yang terletak di
atas lapisan lempung jenuh setebal 2H. Di bawah lapisan lempung ini, terletak lapisan
pasir. Berat bangunan dianggap disebarkan merata sama ke seluruh luasan pelatnya. Pada
lapisan pasir, penurunan yang terjadi'relatif kecil dibandingkan dengan lapisan lempung­
nya. Penurunan di beberapa titik di sepanjang pelat fondasi akan menunjukkan peleng­
kungan tanah di dasar fondasi. Untuk hitungan penurunan, perlu dilakukan hitungan
penyebaran bebqn pada tanah di bawah fondasi, dan kemudian dilakukan hitungan penu­
runan total. Nilai-nilai penurunan yang diperoleh, tidak hanya menyatakan penurunan
tanah, namun juga menyatakan besar penurunan pelatnya. Pada intensitas beban yang
sama, penurunan fondasi pada tanah lempung yang bentuknya sama, akan bertambah bila
lebar fondasi bertambah (Gambar 4.31). Besarnya penurunan sangat lebih besar daripada
fondasi yang terletak pada tanah pasir.
Umumnya, kecepatan penurunan konsolidasi untuk fondasi pada tanah lempung ber­
langsung relatif lama. Penurunan tanah lempung, disebabkan oleh berkurangnya kadar air.

(a) Penurun an

(b) Penyebaran tekanan vertikal pada Potongan A-A

Gambar 4.32 Penurunan pada fondasi rakit.


Te/mik Fondasi 1 199

Karena permeabilitasnya yang rendah, terperasnya air pori meninggalkan lapisan yang ter­
tekan menuju ke lapisan pasir yang terletak di atas dan atau di bawahnya, menyebabkan
proses penurunan berjalan sangat lambat. Untuk sembarang waktunya, penurunan dari
pembebanan yang terbagi rata sama, akan berbentuk cekungan dengan nilai maksimum di
tengah dan berkurang ke arah pinggir fondasi. Bila penurunan konsolidasi diperkirakan
besar, diperlukan untuk mengetahui besar penurunan fondasi pada waktu tertentu selama
proses konsolidasi. Pada hitungan derajat konsolidasi (U), diperlukan ni!ai faktor waktu (Tv).
Untuk ini, perlu diperhatikan bentuk-bentuk penyebaran beban dan tipe drainasenya
(tunggal atau dobel). Seperti yang telah dipelajari, pada waktu mempertimbangkan kondisi
drainase, fondasi yang dibuat dari beton dianggap lapisan yang lolos air. Bila lapisan lem­
pung berselang-seling berada di tengah-tengah lapisan yang berpermeabilitas besar, con­
tohnya lapisan-lapisan pasir yang tipis atau lensa-lensa pasir, dan jika lapisan-lapisan pasir
ini melebar sehingga dapat memberikan drainase !apisan lempung, maka hal ini dapat
menambah kecepatan penurunan konsolidasi.
Di samping penurunan tanah lempung akibat tekanan, terdapat pula penurunan akibat
pengeringan tanah. Sebagai contoh, fondasi yang diletakkan pada tanah lempung yang
dekat dengan permukaan tanah dapat turun akibat pengeringan tanah di musim panas dan
naik atau mengembang di musim hujan, akibat kandungan kadar air yang bertambah.
Untuk itu, kedalaman fondasi yang cukup harus diberikan untuk menghindari kondisi ini.
Hitungan penurunan konsolidasi tidak perlu dilakukan bila fondasi terletak pada tanah
lempung kaku sampai keras. Faktor aman 2,5 sampai 3 yang diperhitungkan terhadap
keruntuhan daya dukung, umumnya cukup memenuhi batas penurunan toleransinya.
Untuk jenis bangunan berat, disarankan selalu mengadakan hitungan penurunan konsoli­
dasi jika belurn ada pengalaman yang cukup dalam merancang fondasi pada kondisi yang
sama.
4.8 Penurunan Diizinkan

Beberapa contoh tipe penurunan bangunan diperlihatkan dalam Gambar 4.33. Gambar
4.33a menyajikan penurunan seragam yang banyak ditemui pada bangunan yang sangat
kaku. Gambar 4.33b memperlihatkan bangunan yang miring akibat beda penurunan ujung
ke ujung bangunan yang besar, sehingga bangunan berotasi. Gambar 4.33c menunjukkan
kondisi yang banyak ditemui pada struktur yang mengalami penurunan tak seragam. Di
penurunan tak seragam adalah penurunan terbesar dikurangi penurunan terkecil atau =
sini, penurunan berbentuk cekungan seperti mangkuk. Besarnya beda penurunan pada
L'iS
Smaks - Smill'
Penurunan tak seragam juga dikarakteristikkan oleh nilai banding 8/L, yaitu
beda penurunan antara dua titik (d) dibagi jarak (L) kedua titik tersebut. Nilai banding 8/L
biasanya dinyatakan dalam istilah distorsi kaku (angular distortion).
Penurunan yang diizinkan dari suatu bangunan atau besarnya penurunan yang dito­
leransikan, bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi,
kekakuan, dan fungsi bangunan; serta besar dan kecepatan penurunan serta distribusinya.
Rancangan dibutuhkan untuk dapat memperkirakan besarnya penurunan maksimum dan
beda penurunan yang masih dalam batas toleransi. Jika penurunan berjalan lambat,
semakin besar kemungkinan struktur untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan yang
terjadi tanpa adanya kerusakan strukturnya oleh pengaruh rangkak (creep). Oleh karena
itu, dengan alasan tersebut, kriteria penurunan fondasi pada tanah pasir dan pada tanah
lempung berbeda.
Karena penurunan maksimum dapat diprediksi dengan ketepatan yang memadai
200 Penurunan

r---------, i r- -- -- -- -- ,
I
I
I
I
...... _ _ _ _ _ ,. .....

� I I !
L _ __ _ _ _ _ _ _ .J
T � - - ----- - -J�
Cl) IJ
� S = Smaks - Smin � S = Smaks - Smin

�s o �s o
Distorsi kaku =-- = -- Distorsi kaku = -- = --
L L L L

(a) (b) (c)

Gambar 4.33 Tip� penurunan.


(a) Penurunan seragam.
(b) Penggulingan.
(c) Penurunan tak seragam.

(namun tidak untuk penurunan tak seragam), umumnya dapat diadakan hubungan antara
penurunan diizinkan dengan penurunan maksimum. Skempton dan MacDonald (1955) me­
nyarankan nilai batas-batas penurunan maksimum, seperti yang disajikan dalam Tabel 4.9.
Dalam Tabel 4.9, maksud dari fondasi terpisah (isolated foundation) adalah fondasi yang
berdiri sendiri-sendiri di antara fondasi-fondasi yang mendukung bangunannya. Terlihat
bahwa, pembatasan nilai penurunan fondasi pada tanah pasir lebih kecil daripada fondasi
pada tanah lempung. Hal ini, karena alasan kemampuan penyesuaian bangunan terhadap
penurunan, seiring dengan berjalannya waktu di atas. Dan lagi, di alam, lapisan tanah
granuler lebih tidak homogen dibandingkan dengan lapisan tanah lempung.
Bjerrum (1963b) menyarankan hubungan antara tipe masalah struktur dan nilai distorsi
kaku (8/L), dengan 8 adalah besar penurunan total dan L adalah jarak antara 2 kolom atau
jarak 2 titik yang ditinjau. Nilai-nilainya diberikan dalam Tabel 4.10. Nilai-nilai 8/L di
dalam tabel tersebut dihubungkan dengan tipe kerusakan yang mungkin timbul untuk ber­
bagai macam distorsi kaku. Dapat dilihat bahwa kerusakan pada elemen-elemen bangunan
akan terjadi pada distorsi yang lebih besar daripada distorsi yang akan merusakkan mesin.
Tabel 4.9 Batas penurunan maksimum (Skempton dan MacDonald, 1955)

J enis fondasi B atas penurunan maksimum


(mm)

Fondasi terpisah pada tanah lemp ng u 65


Fondasi terpisah pada tanah pasir 40
Fondasi rakit pada tanah mp n le u g 65-100
Fondasi rakit pada tanah pasir 40-65
201
Teknik Fondasi 1

Penurunan tak seragam maksimum (mm)


Penurunan tak seragam maksimum (mm)
0 so 100 ISO 200 0 20 40 60 80 l OO
E

I
45 0 1 00
. 4 .s
I

1/
400
E
80
::l
. I E
"(ii
E 350
-"
Ill

I
.s I 60
E
I
• !�

c

ljI
I
E 3oo Ill
::l c
::;
::l
. I
l,-'
E
2 50 40
"(ii c

V4
' <I>
Kaku ...J FJeksibel a..
I ..
E •

200

c

20
Ill

��
c

/ 1
2

::l

,j r
! SO

a.. .
1 / 1 0 000
. /I
.
100

so -;.y 1 / 6 000

i(_ 1/4 0 00


1 /IQOOO

E
l t 6.ooo
1 / 2 0 00
E
::l
::l
E
1 /4,000 E

;;; -"
\
"(ii
-"
1 / 1 00 0
Ill
C1!
1 /2.000

g
!. •
g
E

"
1 / 750 •
E

�-
1 / 1.000

1 / 500
1 / 75 0

'

1 / 500

•'I... . 1 /4 0 0
1 / A OO

"' 1 / 3 00
1 / 300


....... ',
1 /200

1 / 2 00
so 200 0 20 40 60 80 100
I / 1 00
. 0 100 1 50

Penurunan tak seragam maksimum (mm)


Penurunan tak seragam maksimum (mm)

(b) Tanah pasir


(a) Tanah lempung

Gambar 4.34 Hubungan penurunan maksimum, penurunan tak seragam maksimum, dan distorsi kaku mak­
simum untuk tanah lempung dan pasir (Bjerrum, 1963a)

Dari hasil pengamatan di lapangan, Bjerrum (1963b) memberikan hubungan antara


penurunan maksimum, penurunan tak seragam maksimum hasil pengamatan di lapangan
dan distorsi kaku maksimum. Hubungan-hubungan tersebut, untuk fondasi pada tanah lem­
pung diperlihatkan pada Gambar 4.34a, sedang hal yang sama untuk fondasi pada tanah
pasir diperlihatkan dalam Gambar 4.34b. Prosedur menghitung batas nilai 8/L adalah
mula-mula dihitung lebih dulu besarnya penurunan maksimum bangunan yang diharap­
kan terjadi (menurut cara yang telah dipelajari). Dari nilai penurunan maksimum yang te-
202 Penurunan

lah diperoleh, dihaca harga nilai 8/L yang tertera pada G amhar 4.34a hila tanahnya lem­
pung, dan Gamhar 4.34h hila tanahnya pasir.
Tabel 4.10 Hubungan tipe masalah pada struktur dan 8/L (Bjerrum, 1963b)

Tipe masalah 8/L

Kesulitan pada mesin yang sensitif


terhadap penurunan 1 / 700
Bahaya pada rangka-rangka dengan diagonal 1 / 600
Nilai batas untuk bangunan yang
tak diizinkan retak 1 / 500
Nilai batas dengan retakan pertama diharapkan
terjadi pada dinding-dinding panel, atau
dengan kesulitan terjadi pada overhead crane 1 / 300
Nilai batas dengan penggulingan (miring)
bangunan tingkat tinggi dapat terlihat 1 / 250
Retakan yang berarti di dalam panel dan teiT\bok.
Batasan yang aman untuk dinding tembok
<
fleksibel dengan h/L 1 I4 (h tinggi dinding)
= 1 / 150

4.9 Perhatian yang Diperlukan untuk Menanggulangi Kerusakan Bangun­


an akibat Penurunan

Batuan, kerikil, dan pasir kasar adalah bahan yang baik untuk dasar fondasi. Namun, jika
bentuk lapisan tanahnya tak heraturan yang diselingi oleh lapisan tanah lunak di atasnya,
dapat herakihat kerusakan yang serius pada hangunan. Kerusakan ini timbul, karena hen­
tuk lapisan lunak yang tak beraturan, sehingga menyehahkan hesarnya penurunan konsoli­
dasi yang tak seragam terjadi pada fondasinya. Gamhar 4.35, menunjukkan contoh-contoh
kemungkinan penurunan hangunan yang diakihatkan oleh kondisi tersehut (Dunham,
1962).
(1) Gambar 4.35a. Penurunan tak seragam terjadi akihat tehal lapisan lunak yang tak sama
di hawah dasar fondasi. Bangunan harus diletakkan seluruhnya pada tanah keras
(hatu, pasir atau kerikil padat), atau samhungan (joint) harus diherikan pada garis CD
jika dimaksudkan untuk mencegah retakan di hagian D.
(2) Gambar 4.35h dan 4.35c. Di sini tanah lunak akan menyehahkan pelengkungan yang
herpusat di C. Akihatnya, memungkinkan terjadi retakan di lokasi tersehut. Samhung­
an (joint) yang dihuat pada CD mungkin tidak efektif. Bangunan yang kecil, mungkin
dapat cukup haik diletakkan di atas tanah lunak. Tetapi, untuk hangunan hesar, umum­
nya sulit mampu herkelakuan demikian. Untuk itu, dasar fondasi sebaiknya dipilih
pada lapisan yang keras.
(3) Gambar 4.35d. Penurunan dapat terjadi pada daerah CB. Untuk itu, dapat diheri sam­
hungan pada hagian ini atau dihuat hagian CB didukung sepenuhnya oleh lapisan
tanah keras.
(4) Gambar 4.35e. Di sini agak sulit menganalisis akihat adanya lapisan pasir kasar E.
Namun, dapat diharapkan hahwa lensa tanah E dapat herfungsi sehagai pelat yang
menyeharkan hehan ke lapisan lunak G. Masalahnya adalah pada hagian B, karena
Teknik Fondasi 1 203

bagian ini akan turun lebih besar dan menyebabkan retakan pada bagian D. Karena
lapisan keras terlalu dalam, kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik adalah
sebagai berikut:
(a) Bangunan digeser ke arah lapisan pasir, sehingga seluruh bangunannya terletak
pada lapisan tersebut.
(b) Bangunan dibuat lebar, rendah, dan ringan, dengan demikian dapat menghindari
penurunan yang berlebihan.
(c) Bangunan dibuat terpisah-pisah oleh sambungan. Dengan demikian, deformasi
dapat diharapkan terjadi pada tempat-tempat yang sudah diharapkan sebelumnya.
Sambungan ini harus diberi pengunci, sehingga dapat mentransfer gaya lintang
tanpa adanya perubahan letak ke arah vertikal (penurunan) pada sambungannya.

.J:::[l
Lempu � f" �
''l:l�'
- ,.Lil_

Lempu �ir
­

Lapisan keras �-MirJi'§!IIK'IIfsU� ---­


Lapisan keras Lapisan keras
(a) (b)
(c)

r-f-1

. ,.
�=
"'�
rr;:;r:­

.�fiJiOtt
Lempung
!;i ·
-Q lempoog

(d)
(e) (f)

.ell
� Le mpung
"""'""
' "'11/Slllil¥
(k)

Gambar 4.35 Kemungkinan kerusakan bangunan akibat penurunan (Dunham, 1962).


204 Penu runan

(5) Gambar 4.35£, 4.35g dan 4.35h. Gambar-gambar ini menunjukkan kondisi kemiringan
bangunan yang mungkin terjadi. Dalam Gambar 5.2£, fondasi sebaiknya didukung oleh
lapisan tanah keras. Untuk kondisi pada Gambar 4.35g dan 4.35h, sebaiknya dipakai
fondasi tiang sampai mencapai tanah keras (lapisan G).
(6) Gambar 4.35i. Di sini bahaya terbesar pada lapisan F yang mungkin bergeser ke arah H,
sehingga bangunan akan miring pada B. Untuk itu, sebaiknya, bangunan digeser ke
arah menjauhi lereng atau dengan menggunakan fondasi tiang sampai lapisan G atau
sampai di bawah G.
(7) Gambar 4.35j, 4.35k dan 4.351. Di sini ditunjukkan kasus-kasus dengan tekanan pada
bagian gedung yang tinggi lebih besar, sehingga penurunan terbesar terjadi pada
bagian ini. Keadaan tersebut, sebaiknya dihindari untuk kondisi tanah dasar yang
lunak. Bentuk struktur harus diubah, yaitu dengan sistem fondasi terapung lfloating
foundation) atau fondasi tiang.
5
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN
DALAM PERANCANGAN FONDASI

5.1 Langkah-langkah Umum Perancangan Fondasi

Langkah pertama dalam merancang fondasi adalah menghitung jumlah beban efektif yang
akan ditransfer ke tanah di bawah fondasi. Langkah kedua adalah menentukan nilai daya
dukung diizinkan (qa)· Luas dasar fondasi, dapat ditentukan dari membagi jumlah beban
efektif dengan nilai daya dukung diizinkan (qa)· Akhirnya, didasarkan pada tekanan yang
terjadi pada dasar fondasi, dapat dilakukan perancangan struktural dari fondasinya. Yaitu,
dengan menghitung momen-momen lentur dan gaya-gaya geser yang terjadi pada pelat
fondasi. Pemilihan jenis fondasi bergantung pada beban yang harus didukung, kondisi ta­
nah dasar, dan biaya pembuatan fondasi yang dibandingkan terhadap biaya struktur atas­
nya.
5.2 Penentuan Daya Dukung Diizinkan

Besarnya daya dukung diizinkan (qa) tergantung dari sifat-sifat teknis tanah, kedalaman
dan dimensi fondasi, dan besarnya penurunan yang ditoleransikan. Hitungan daya du­
kung dapat dilakukan dengan berdasarkan karakteristik kuat geser tanah yang diperoleh
dari pengujian tanah di laboratorium dan pengujian di lapangan, atau dengan cara empiris
yang didasarkan pada alat pengujian lapangan tertentu, seperti pengujian SPT dan pe­
ngujian kerucut statis (sondir), dan lain-lain.
Bila hitungan daya dukung tanah didasarkan pada karakteristik tanah dasar, besar daya
dukung ultimit untuk dimensi fondasi dan kedalaman tertentu dihitung, kemudian besar
daya dukung diizinkan ditentukan dengan membagi daya dukung ultimit dengan faktor
aman tertentu yang sesuai. Nilai yang diperoleh, masih harus dikontrol terhadap penu­
runan yang terjadi yang dihitung berdasarkan nilai daya dukung yang telah ditemukan.
Jika penurunan yang terhitung lebih besar dari syarat penurunan yang ditoleransikan, nilai
daya dukung harus dikurangi, sampai syarat besarnya penurunan terpenuhi.
Bila hitungan daya dukung didasarkan pada hasil pengujian di lapangan atau dari hasil
pengalaman yang berhubungan dengan besarnya daya dukung untuk jenis tanah yang
sama, daya dukungnya dapat diperoleh dari rumus-rumus empiris hasil pengujian di
lapangan atau dari daya dukung tanah yang diperoleh dari pengalaman di lapangan, yang
pernah dialami.
Untuk memenuhi syarat keamanan, disarankan, faktor aman terhadap keruntuhan daya
dukung akibat beban maksimum sama dengan 3. Faktor aman lebih kecil diperbolehkan
jika strukturnya kurang penting. Faktor aman 3 adalah sangat hati-hati, guna menanggu­
langi ketidaktentuan variasi kondisi tanah dasar. Bila pembebanan berupa kombinasi
206 Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan Jondasi

beban-beban permanen dan beban-beban sementara, faktor aman kurang dari 3 dapat
digunakan.
5.2.1 Fondasi pada Tanah Pasir

Perancangan fondasi pada tanah pasir dan kerikil lebih banyak dipertimbangkan terhadap
toleransi penurunan tak seragam. Umumnya, perancangan didasarkan pada cara-cara
empiris yang dikaitkan dengan hasil-hasil pengujian di lapangan, seperti pengujian SYT,
pengujian kerucut statis, dan pengujian beban pelat. Untuk tanah-tanah timbunan atau
tanah-tanah yang mengandung banyak batuan, pengujian beban pelat lebih cocok dilaku­
kan. Karena, jika tanah mengandung banyak batuan, pengujian-pengujian yang lain sulit
dilaksanakan.
Pengujian SYT untuk lokasi bangunan tertentu yang menggunakan fondasi telapak pada
pasir, harus dilakukan pada beberapa titik. Peck dkk. (1953) menyarankan untuk mengada­
kan 1 pengujian SYT untuk setiap 4 sampai 6 buah fondasi. Untuk hitungan daya dukung,
nilai N ditentukan pada tiap interval 2,5 ft (atau kira-kira 76 cm) pada arah vertikal dan
nilai N rata-rata di bawah setiap titik-titiknya ditentukan dari mulai kedalaman dasar fon­
dasi DJ sampai kedalaman DJ + B, dengan B adalah lebar fondasi. Kemudian, nilai N rata­
rata terkecil dipakai untuk menghitung besarnya daya dukung yang aman untuk seluruh
fondasi bangunannya.
Jika data pengeboran atau data pengujian lapangan menunjukkan besar kepadatan ta­
nah berbanding lurus dengan kedalaman, lebih baik kedalaman dasar fondasi diambil agak
lebih dalam untuk memperoleh daya dukung yang lebih tinggi. Biaya yang dikeluarkan
mungkin akan lebih rendah daripada bila dasar fondasinya diletakkan pada lapisan yang
kurang padat di atasnya, karena lebar fondasi menjadi lebih kecil dan stabilitas fondasi
lebih terjamin keamanannya. Namun, hal ini tidak berlaku jika lapisan tanah yang lebih
bawah dipengaruhi oleh air tanah. Penggalian tanah pasir di dalam air sulit dilaksanakan
walaupun kedalaman airnya tak begitu tinggi, karena tebing galian akan selalu longsor lagi
pula mengganggu kepadatan tanah dasarnya. Pada kenyataannya, aliran air yang tak ter­
kontrol dapat membuat tanah menjadi berongga dan mengurangi daya dukung. Stabilitas
galian fondasi pada tanah pasir dapat tercapai bila digunakan cara pemompaan yang baik.
Jika daya dukung tanah yang cukup tidak diperoleh, dapat digunakan fondasi tiang. Cara
pemompaan tidak menimbulkan risiko pada tanah yang berkerikil. Tetapi, karena perme­
abilitas kerikil sangat tinggi, biaya pemompaan menjadi besar.
Pasir yang sangat tidak padat (yaitu jika N <;; 5) dan terendam air oleh pengaruh getaran
yang kuat dapat mengakibatkan fondasi turun tajam oleh adanya liquefaction. Perubahan
muka air mendadak pada pasir tak padat yang mula-mula kering atau lembap akibat banjir
dapat pula mengakibatkan penurunan. Perhatian khusus juga harus diberikan jika fondasi
mesin terletak pada tanah pasir yang tak padat sampai berkepadatan sedang. Getaran
mesin dapat menimbulkan penurunan yang besar. Oleh karena itu, jika fondasi terletak
pada tanah pasir yang tak padat, tanah harus dipadatkan lebih dulu.
Dalam penggalian tanah fondasi, pasir lembap dan pasir yang rekat, pada kondisi alam­
nya, dapat digali dengan kemiringan tebing yang curam, bila dasar galiannya di atas muka
air tanah. Akan tetapi, penahan tebing harus diberikan bila galiannya sangat dalam dan
sempit. Sebab, longsor mendadak dapat terjadi oleh akibat pengeringan atau getaran yang
kuat.
Pasir padat dan pasir yang rekat mempunyai tahanan yang besar bila fondasi tiang
dipancangkan ke dalamnya.
Teknik Fondasi 1 207

5.2.2 Fondasi pada Tanah Lempung

Perancangan daya dukung fondasi pada tanah lempung, dilakukan pada tinjauan analisis
tegangan total atau digunakan kuat geser tanpa-drainase (cu), dengan CJlu = 0. Kuat geser
tanah yang digunakan dapat diperoleh dari pengujian triaksial atau dari pengujian tekan­
bebas. Jika lempung tidak mengandung pasir atau lanau, nilai Cu dapat diperoleh dari
pengujian geser baling-baling (vane shear test) di lapangan. Pengujian, dilakukan pada tiap­
tiap kedalaman 30 cm di sepanjang garis vertikal di bawah dasar fondasi.
Pada pengambilan contoh tanah saat pengeboran tanah, contoh tanah tak terganggu
(undisturbed sample) diambil mulai dari dasar fondasi sampai pada kedalaman minimum
(D t + 1 ,58), dengan o1 adalah kedalaman dasar fondasi dari muka tanah dan B adalah lebar
fondasinya. Contoh-contoh tanah yang diperoleh, selain dipergunakan dalam pengujian
kuat geser tanah, juga digunakan dalam pengujian konsolidasi. Nilai-nilai Cu dari pe­
ngujian di laboratorium ataupun di lapangan yang diperoleh dari contoh tanah pada tiap­
tiap lubang bor diambil nilai rata-ratanya, dan diambil nilai terkecil untuk perancangan­
nya. Nilai daya dukung ultimit dihitung, dan dibagi dengan faktor aman 3. Cara ini hanya
berlaku jika tanah pada lapisan tertekan di bawah dasar fondasi, tidak lebih lunak daripada
tanah di atasnya.
Daya dukung ultimit lempung umumnya tak banyak bergantung pada lebar fondasi.
Ha! ini kebalikan dari fondasi pada tanah pasir, yang daya dukungnya bertambah besar
bila lebar fondasinya bertambah. Analisis daya dukung diizinkan untuk fondasi terpisah
hanya dapat digunakan jika jarak fondasi besar, sedemikian hingga pengaruh penyebaran
tekanan masing-masing fondasinya tak mempengaruhi satu sama lain. Jika jarak fondasi
kecil, penyebaran tekanan ke tanah di bawahnya akan identik dengan penyebaran beban
kelompok fondasi sebagai satu kesatuan sehingga daya dukung diizinkan harus dipertim­
bangkan terhadap pengaruh tekanan kelompok fondasi tersebut. Oleh karena itu, jika satu
lapisan lunak atau lebih terletak di bawah fondasi, hitungan harus memperhitungkan apa­
kah tekanan pada tiap-tiap tanah lunak tersebut memenuhi keamanan strukturnya. Jika
tidak, hitungan ulang harus dilakukan sampai tekanan fondasi pada lapisan lunaknya
memenuhi syarat.
Mengestimasi kuat geser tanah lempung pada kedalaman yang dangkal agak sulit. Kuat
geser tanah ini, bila letaknya dekat dengan permukaan tanah, akan dipengaruhi oleh
perubahan iklim, dan dipengaruhi pula oleh akar tumbuh-tumbuhan. Untuk itu, dasar fon­
dasi sebaiknya diletakkan agak dalam, sehingga terhindar dari pengaruh tersebut. Untuk
hitungan daya dukung ultimit, sebaiknya digunakan kuat geser tanah minimum yang ter­
letak di bawah dasar fondasinya. Jika kuat geser tanah tiap-tiap lapisan dalam interval
kedalaman 2 /3 8 di bawah fondasi tidak menyimpang lebih dari ±50% dari nilai rata-rata
pada kedalaman ini, nilai rata-ratanya dapat digunakan. Namun, jika variasinya lebih dari
50%, nilai kuat geser minimum yang digunakan dalam perancangannya. Jika cara terakhir
ini yang dipilih, nilai faktor amannya dapat dikurangi dari nilai yang biasanya digunakan
(Skempton, 1951).
Tanah lempung aluvial secara geologis merupakan endapan yang baru, yang terdiri dari
material lanau dan lempung di daerah sekitar sungai, muara, dan dasar [aut. Tanah ini ter­
masuk terkonsolidasi normal (normally consolidated). Oleh karena itu, kuat gesernya bertam­
bah bila kedalamannya bertambah, yaitu lunak pada bagian permukaan, dan kaku di
bagian bawah. Pengaruh cuaca menyebabkan tanah lempung aluvial mempunyai sifat
kaku di dekat permukaan tanahnya. Daya dukung yang sedang, dengan tanpa atau sedikit
penurunan, dapat diperoleh bila dasar fondasi tak lebar, yang terletak pada lapisan kulit
208 Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi

(tanah permukaan). Pada kondisi ini, tekanan fondasi yang diberikan pada lapisan lunak di
bawahnya tidak besar. Jika fondasinya lebar dan dalam, daya dukung menjadi kecil. Untuk
hal ini, dapat digunakan tipe fondasi rakit mengapung atau fondasi tiang yang menembus
sampai lapisan keras yang dapat mendukung bebannya.
Fondasi yang dirancang pada tanah lempung, harus diperhitungkan pada kondisi ter­
jelek, yaitu pada kadar air saat jenuh.
Perhatian harus diberikan pada fondasi yang terletak pada tanah keras, di mana tanah
keras ini terletak pada lapisan lempung lunak. Jika dasar fondasi terletak dekat dengan
lapisan lunak, fondasi akan dapat melesak ke bawah sehingga dapat mengakibatkan
keruntuhan. Oleh karena itu, hitungan daya dukung tanahnya perlu diperhitungkan ter­
hadap pengaruh penyebaran beban pada lapisan lunak yang di bawahnya. Hitungan daya
dukung, dilakukan dengan menganggap beban fondasi disebarkan menurut aturan 2V : lH
(2 vertikal : 1 horizontal) pada lapisan lunaknya (lihat Persamaan 3.58). Untuk ini, tekanan
pada tanah lunak harus tidak melampaui daya dukung yang diizinkan dari lapisan lunak­
nya. Dalam anggapan tersebut, tanah kuat yang berada di atas berfungsi sebagai fondasi
pelat bagi beban fondasinya. Jika jarak fondasi telapak satu sama lainnya relatif berjauhan,
masih dimungkinkan untuk mengurangi tekanan fondasi pada tanah lunaknya, yaitu de­
ngan jalan memperlebar fondasi. Sebaliknya, jika jarak fondasi sangat dekat, penyebaran
beban masing-masing fondasinya akan saling turnpang tindih (Gambar 5.1). Untuk itu, jika
dari hitungannya nilai daya dukung yang diizinkan terlampaui, lebih baik dipakai fondasi
rakit atau fondasi memanjang (jika sumbu kolomnya satu garis). Kalau dengan cara ini
daya dukungnya masih juga tidak memenuhi, dapat dipakai fondasi tiang. Perlu diingat
bahwa pada perancangan masih harus diperhitungkan pula besarnya penurunan, terutama
penurunan konsolidasi yang terjadi harus masih dalam batas toleransinya .

... ,, ,, , , ,,... ,,,.,. "

I \ \
I
I
\
\
I
I
\
I
\
\
' I
\
I
\ I \
I
\ X
\ \
I I \ I
I
I \ I \ \
I I \ I ' \
Gambar 5.1 Tumpang tindih penyebaran tekanan akibat letak fondasi yang berdekatan.

Nilai-nilai perkiraan daya dukung aman untuk tanah lempung dapat dilihat pada Tabel
3.7. Daya dukung tanah lempung bergantung pada konsistensi atau kuat gesernya. Nilai
pendekatan hubungan antara nilai N dari SPT, konsistensi tanah, dan perkiraan daya aman
Teknik Fondasi 1 209

ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Nilai daya dukung ultimit dihitung dengan mengalikan daya
dukung aman pada Tabel 5.1 sebanyak 3 kali. Tanah dengan konsistensi sangat lunak,
penurunan fondasi yang terjadi biasanya besar.

Tabel 5.1 Hubungan nilai N, konsistensi tanah, dan perkiraan daya dukung aman untuk Jondasi pada
tanah lempung (Terzaghi dan Peck, 1948)

Daya dukung aman (q5) untuk fondasi (kg/cm2)


Konsistensi N
Bujur sangkar Memanjang

Sangat l unak 0-2 0,00- 0,30 0,00- 0,22


Lunak 2- 4 0,30- 0,60 0,22-0,45
Sedang 4- 8 0,60- 1,20 0,45-0,90
Kaku 8 - 15 1,20- 2,40 0,90- 1,80
Sangat kaku 15 - 30 2,40- 4,80 1 ,80-3,60
Keras 30 4,80 3,60

5.2.3 Fondasi pada Lanau dan Loess

Jenis tanah antara pasir dan lempung adalah lanau dan loess. Informasi awal sifat-sifat tek­
nis lanau dapat diperoleh dari pengujian SPT. Jika nilai N < 10, lanau akan berupa loess. Jika
N > 10, lanau dalam kondisi kepadatan sedang atau padat. Loess merupakan tanah yang
tidak baik untuk mendukung fondasi bangunan. Lanau, pada kondisi alamnya, sering
dijumpai dalam kondisi longgar atau tak padat, sehingga jika fondasi diletakkan di atasnya
akan mengalami penurunan yang besar. Beban yang kecil, asalkan tidak merubah susunan
tanah lanaunya, dapat tidak mengakibatkan penurunan yang besar.
Daya dukung diizinkan tanah lanau yang berbentuk tepung batu dapat diperoleh de­
ngan prosedur yang sama seperti memperoleh daya dukung tanah pasir. Sedang untuk
tanah lanau plastis, prosedurnya sama seperti tanah lempung. Hitungan daya dukung
dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai kuat geser tanah yang diperoleh dari pengujian
triaksial pada contoh tak terganggu. Kecepatan penerapan beban harus sedemikian rupa,
sehingga kecepatan berkurangnya air pori sama seperti kecepatan air pori di lapangan. Jika
kemampuan meloloskan air tanah lanau relatif kecil dan kecepatan pembebanan cepat,
pengujian triaksial pada kondisi terkonsolidasi-tanpa drainase (consolidated undrained) lebih
cocok. Sebaliknya, jika tanah lanau mudah meloloskan air, pengujian triaksial pada kondisi
terkonsolidasi-dengan drainase (consolidated drained) lebih cocok. Pada tanah lanau murni, jika
pembebanan berlangsung lambat, pembebanan dapat mempengaruhi pengurangan kadar
air, yang kemudian dapat menambah kuat geser tanah. Untuk ini, dalam hitungan daya
dukung dapat digunakan parameter kuat geser tegangan efektif.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya penurunan fon­
dasi pada tanah lanau, adalah dengan mengadakan pengujian konsolidasi. lnformasi yang
bermanfaat dapat pula diperoleh dari pengujian beban pela't (plate load test) yang dianalisis
dengan teliti.
Loess tidak tepat diklasifikasikan sebagai tanah tak kohesif. Namun, loess adalah lapisan
yang tak padat dari lanau yang tak berkohesi yang sedikit mempunyai rekatan dengan
210 Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi

kandungan lempung yang rendah. Penurunan fondasi dapat dilakukan dengan mengada­
kan pengujian konsolidasi, yaitu dari interpretasi grafik e - log p'. Bangunan statis yang ter­
letak pada tanah loess sebaiknya dirancang dengan menempatkan dasar fondasi agak
dalam agar tambahan tekanannya tak begitu besar, misalnya dibuat dengan sistem fondasi
mengapung lfloatingfoundation).
5.2.4 Fondasi pada Tanah Organik

Jika tanah fondasi mengandung banyak bahan organik, tanah tersebut harus tidak
digunakan untuk mendukung bangunan. Jika terdapat keragu-raguan, kandungan bahan
organik harus diuji di laboratorium. Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi
bila digunakan untuk mendukung beban fondasi akan menghasilkan penurunan yang
besar.
5.2.5 Fondasi pada Tanah c dan cp

Jenis tanah yang mempunyai kedua komponen kuat geser tanah c dan <p, biasanya terdiri
dari campuran dari beberapa jenis tanah, seperti: lempung berpasir, lempung berpasir
berkerikil, lanau berpasir, dan lain-lain. Pada jenis-jenis tanah tersebut, dimungkinkan
untuk mengambil contoh tak terganggu dari lapangan. Oleh karena itu, nilai-nilai kuat
gesernya dapat diperoleh dari pengujian triaksial. Nilai c dan <p yang diperoleh, dapat
digunakan untuk menghitung daya dukung ultimit dengan menggunakan persamaan-per­
samaan umum daya dukung ultimit yang telah dipelajari. Nilai daya dukung diizinkan
diperoleh dari hitungan daya dukung ultimit yang dibagi dengan faktor aman yang sesuai,
dengan pertimbangan besar penurunan harus masih dalam batas toleransi.
5.2.6 Fondasi pada Tanah Timbunan

Tanah antara lempung plastis sampai pasir dan kerikil telah banyak digunakan sebagai
tanah timbunan untuk mendukung beban bangunan. Daya dukung tanah timbunan ber­
gantung pada macam tanah dan derajat kepadatannya. Tanah pasir dan kerikil merupakan
tanah yang baik untuk mendukung bangunan, sedang tanah lempung yang dipadatkan
sembarangan akan mempunyai daya dukung yang sangat rendah. Daya dukung timbunan
yang dipadatkan ditentukan sebelum atau sesudah peletakan timbunannya.
Bila daya dukung ditentukan sebelum peletakan tanah timbunan, tanah yang akan di­
timbunkan dipadatkan hingga 90-100% berat volume kering maksimum dengan alat pe­
ngujian Proktor atau Proktor dimodifikasi. Jika tanahnya kohesif, contoh tanah yang mem­
punyai derajat kepadatan yang dikehendaki, diuji untuk ditentukan nilai c dan <p dengan
alat triaksial. Jika tanahnya berupa tanah granuler, contoh tanah dengan derajat kepadatan
yang dikehendaki, diuji dengan alat triaksial, geser langsung untuk mengetahui nilai sudut
gesek dalam (<p) tanahnya. Pengujian untuk mengetahui kerapatan relatif juga dapat diker­
jakan pada contoh tanah. Nilai-nilai kuat geser tanah yang diperoleh, kemudian digunakan
untuk mengetahui daya dukung.
Bila daya dukung ditentukan setelah pemadatan, tanah timbunan harus dibor dan diuji
seperti halnya pengeboran tanah di alam yang akan digunakan untuk mendukung fondasi
bangunan. Timbunan yang tak dikontrol kepadatannya harus tak digunakan untuk men­
dukung fondasi.
Teknik Fondasi 1 211

5.2.7 Fondasi pada Batu

Hampir semua jenis batu dapat mendukung beban bangunan dengan baik, karena mempu­
nyai kuat desak yang tinggi. Namun, jika batuan berupa batu berkapur yang berlubang­
lubang dan banyak retakan, atau batu yang banyak mengandung bidang-bidang patahan,
retakan, dan pecahan akan membahayakan stabilitas bangunan.
6
FONDASI TELAPAK TERPISAH
DAN FONDASI MEMANJANG

6.1 Pendahuluan

Fondasi telapak terpisah, umumnya, digunakan untuk mendukung sebuah kolom, sedang
fondasi memanjang digunakan untuk mendukung dinding memanjang. Kedua jenis fon­
dasi tersebut telah banyak dipakai, karena selain ekonomis juga pelaksanaannya mudah
dan tidak memerlukan peralatan khusus. Pada perancangan, biasanya beban-beban kolom
dianggap sebagai beban titik dan beban dinding dianggap sebagai beban garis per satuan
panjang. G ambar 6.1 menyajikan contoh bentuk-bentuk fondasi yang umum dipakai.

Tulangan

lffi'jJ
lml

(a) (b)

Gambar 6.1 Contoh bentuk-bentuk fondasi


(a) Fondasi memanjang
(b) Fondasi telapak terpisah
Teknik Fondasi 1 213

6.2. Perancangan

6.2.1 Daya Dukung Diizinkan

Hitungan daya dukung dan penurunan fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang
yang diperlukan untuk penentuan daya dukung diizinkan (qa) dilakukan seperti yang telah
dipelajari dalam Bab 3 dan Bab 4. Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan fondasi
menurut jenis tanah dapat dilihat pada Bab 5.
6.2.2 Perancangan Struktural

Perancangan struktur fondasi didasarkan pada momen-momen dan tegangan geser yang
terjadi akibat tekanan-sentuh antara dasar fondasi dan tanah. Oleh karena itu, besar distri­
busi tekanan sentuh pada dasar fondasi harus diketahui. Dalam analisis, dianggap bahwa
fondasi sangat kaku dan tekanan fondasi didistribusikan secara linier pada dasar fondasi.
Jika resultan beban berimpit dengan pusat berat luasan fondasi, tekanan pada dasar fon­
dasi dapat dianggap disebarkan sama ke seluruh luasan fondasi. Pada kondisi ini, tekanan
yang terjadi pada dasar fondasi adalah
p
q (6. 1 )
A

dengan
q tekanan sentuh (tekanan pada dasar fondasi).
P beban vertikal.
A Iuas dasar fondasi.
Jika resultan beban-beban eksentris dan terdapat momen lentur yang harus didukung
fondasinya, momen-momen tersebut dapat digantikan dengan beban vertikal yang titik
tangkap gayanya pada jarak e dari pusat berat fondasi (Gambar 6.2), dengan
Momen M
e =
Beban vertikal P
Bila beban eksentris 2 arah, tekanan pada dasar fondasi dihitung dengan persamaan:
p
M Y
x o M x y 0
q = - ± ± 6.2)(
A
y
IX I
dengan
q = tekanan sentuh, yaitu tekanan yang terjadi pada kontak antara dasar fondasi dan
tanah dasar pada titik (x0, y0).
P = jumlah beban vertikal.
A = luas dasar fondasi.
Mx, My = berturut-turut, momen terhadap sumbu-x dan sumbu-y.
Ix, Iy = berturut-turut m omen inersia terhadap sumbu-x dan sum bu-y.
214 Fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang

y
..
I

-- X

I
p

(b)

Gambar 6.2 Fondasi telapak dibebani momen penggulingan


(a) Beban momen
(b) Beban momen digantikan dengan beban eksentris

Pada Persamaan (6.2), titik perpotongan sumbu-x dan y, dibuat berimpit dengan pusat
berat luasan fondasinya. Untuk fondasi yang berbentuk empat persegi panjang, Persa­
maan (6.2), dapat diubah menjadi:

q =

A
[ 1
± 6e 1
L
± 6e b
B J (6.3)

dengan ex = e1 dan ey = eb berturut-turut adalah eksentrisitas searah L dan B, dengan L dan B


berturut-turut adalah panjang dan lebar fondasi. Hitungan distribusi tekanan pada dasar
fondasi dapat pula dilakukan dengan menggunakan grafik pada Gambar 6.3 (Teng, 1962).
Jika beban eksentris hanya pada arah sumbu-x saja dan ex � L/6, Persamaan (6.3) men­
jadi

q =
A
p
[ 1 ±
6e
T J ; untuk ( ex � L/6) (6.4)

dengan ex adalah eksentrisitas searah sumbu-x (lihat Gambar 6.2). Jika resultan beban P
dan momen M terletak pada ex > L/6, q dari Persamaan (6.4) menjadi negatif, atau gaya
tarik terjadi pada dasar fondasinya. Tetapi, dalam kenyataan, tegangan tarik tak dapat
berkembang dan tekanan tanah yang terjadi akan seperti pada Gambar 6.4.
Teknik Fondasi 1 215

0,5
·u;
Cl!
"C
c
'-
.E
Cl!
.c
Q)
';:::
...J
Cl!
.c

.£:

Cl!
Q)
tll
tll
Cl!

·.:::
'E
Q)
.::.:.
tll
Q)
11
CQ
Q)
-:z,


z

.������������-L����-L�-L�LU�Lll-LJ
0 0,3 0,4 0,5
- Nilai elL = eksentrisitas searah panjang/Panjang
Catatan:
(1) Kurva penuh adalah nilai K. fondasi


(2) Tekanan maksimum q...., � KPIBL (P � beban titik)

1 _ m'l.m,. Kasus n
G

8 . �L: - � = KP/BL 4H
ei:fC.:: 8
Kasus iV
.... ::.__t_

'f,mo• = �
_ _

L_
. mo1

t=-��� x dan y dari grafik


L L _J

Teng, 1 962).
r-elf
Gambar 6.3 Hitungan tekanan maksimum pada dasar fondasi untuk fondasi empat persegi panjang (dari
216 Fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang

8 X

Tidak ada tekanan

k---p--x-
antara fondasi dan tanah.
---
1
U2 - e

I
ex > U6

Gambar 6.4 Distribusi tekanan pada dasar fondasi bila ex > U6.

Dari persamaan keseimbangan arah vertikal,


x
qma ksB (6.5)
p =
2
atau
2P
q mak s =
Bx
(6.6)
dan
x / 3 = (L/ 2 - e) (6. 7a)
x = 3( L /2 - e) (6.7b)
Diperoleh, tekanan pada dasar fondasi maksimum:
4P
q maks = 3 ( L - e )
B 2 X
(6.8)
qmaks
dengan tekanan dasar fondasi maksimum pada tanah di salah satu sisi fondasinya.
Besar penurunan sangat penting dipertimbangkan hila fondasi terletak pada tanah pasir
dan mengalami pembebanan eksentris. Jika kemiringan fondasi berlebihan, dapat menye­
babkan eksentrisitas menjadi bertambah, dengan demikian menambah yang diikuti qmaks
oleh luluhnya tanah di tepi fondasi, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan bangunan.
Oleh karena itu, sering disyaratkan q ::; q a .
Teknik Fondasi 1 217

Resultan gaya aksial


dan momen dibuat
berimpit dengan pusat
luasan fondasi.

U2

! I
L

Gambar 6.5 Bentuk fondasi untuk mengusahakan resultan gaya aksial dan momen lentur pada pusat
fondasi.

Untuk hehan eksentris yang diakihatkan oleh momen lentur, kolom-kolom dapat dile­
takkan seperti pada Gambar 6.5. Dengan cara ini resultan dari gaya aksial dan momen len­
tur akan herada pada pusat fondasinya.
6.2.3 Langkah-langkah Perancangan Fondasi

Jika fondasi terletak pada tanah pasir dan tanah lempung, Peck dkk. (1953) menyarankan
perancangan sehagai herikut:
(1) Untuk fondasi pada tanah pasir, hila kriteria penurunan lehih menentukan hesar nilai
qw hehan-hehannya didasarkan pada jumlah dari hehan mati secara penuh, ditamhah
tekanan akihat hesarnya herat fondasi, dikurangi tekanan terhagi rata di sekitarnya
(Dft), dan ditamhah hehan hidup termasuk hehan angin, salju (hila ada). Behan hidup
harus diperhitungkan, karena penurunan fondasi pada tanah pasir terjadi segera se­
sudah hehan hekerja. Tetapi, hehan hidup tak holeh diestimasi terlalu herlehihan,
karena dengan hehan ini estimasi penurunan tak seragam mungkin menjadi terlalu
hesar.
(2) Perancangan fondasi pada tanah lempung harus diheri faktor aman 3 terhadap kerun­
tuhan daya dukung. Pada nilai faktor aman tersehut, tekanan pada tanah lempung di
hawah fondasi diperkirakan tidak akan mengakihatkan penurunan tak seragam mele­
hihi 3 I 4" di antara fondasi-fondasi yang herdekatan, dengan syarat jarak fondasi-fon­
dasinya sedemikian jauh sehingga tekanan fondasi ke tanah di hawahnya tidak saling
218 Fondasi telapak terpisah dan fondasi menumjang

mempengaruhi satu sama lain. Syarat lain, di bawah lapisan tanah lempung tersebut
tidak terdapat Iapisan yang lebih Iunak. Beban-beban pada fondasi yang diperhitung­
kan untuk menentukan ukuran fondasi sebaiknya didasarkan pada beban yang bekerja
dalam waktu yang panjang, karena penurunan fondasi pada tanah Iempung tak ber­
tambah banyak dalam periode pendek. Beban-beban, seperti beban hidup akibat kom­
binasi beban yang tak meyakinkan, beban angin, beban salju, atau beban gempa
sebaiknya tak diperhitungkan. Sebaliknya, faktor aman harus tak kurang dari 2 akibat
pembebanan pada kondisi-kondisi yang berat dan kombinasi pembebanan yang diten­
tukan dari peraturan muatan.
Dalam banyak ha!, penyebaran tekanan satu fondasi di dalam kelompok fondasi­
fondasi dipengaruhi oleh tekanan fondasi di dekatnya. Dalam kondisi ini, penurunan
tak seragam mungkin berlebihan, kecuali jika tanahnya berupa Iempung kaku atau
Iempung keras. Oleh karena itu, penyelidikan penurunan untuk seluruh fondasi,
sebaiknya, selalu dilakukan pada penentuan qa -
Pada prinsipnya, Iangkah-Iangkah perimcangan fondasi bangunan secara umum dapat
dilakukan menurut cara berikut:
(1) Menyiapkan denah dasar bangunan yang memperlihatkan Ietak-letak kolom, dinding,
dan letak beban-beban di mana terdapat ruang khusus, seperti ruang mesin yang dapat
menimbulkan getaran yang kuat. Selain itu, harus diketahui pula besar beban mati,
beban hidup, dan momen Ientur pada tiap-tiap kolom dan dinding.
(2) Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diper-
'v oleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya
dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman
terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus
tidak berlebihan.
(3) Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi fondasinya. Ha! ini dilakukan dengan jalan
memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya
dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap
erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah
yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang
dibutuhkan tersebut, dipertimbangkan untuk meletakkan dasar fondasi Iebih dalam
yang daya dukung tanahnya Iebih besar. Karena dengan peletakan dasar fondasi yang
sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi fondasi, dengan demikian dapat meng­
hemat biaya pembuatan pelat betonnya. Namun, ha! tersebut tak berlaku jika tanah
Iebih bawah berupa pasir yang terendam air tanah.
(4) Dengan nilai daya dukung diizinkan yang diperoleh, dihitung besar penurunan total
dan beda penurunan antara kolom satu dengan yang lain, Jika penurunannya terlalu
besar, nilai daya dukung diizinkan harus dikurangi. Jika sampai kedalaman yang dang­
kal fondasi masih juga tidak memenuhi syarat daya dukung dan penurunan, dapat
digunakan fondasi tiang atau fondasi sumuran.
(5) Dengan dimensi dan kedalaman fondasi yang telah diperoleh, dilakukan hitungan pe­
rancangan struktur fondasi (pelat fondasi). Yaitu, dengan menghitung gaya lintang dan
momen lentur serta kebutuhan tulang betonnya.
Teknik Fondasi 1 219

6.3 K edal aman Fondasi

Kedalaman fondasi harus sedemikian rupa, sehingga stabilitas fondasi terpenuhi. Untuk
itu, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan:
(1) Fondasi harus diletakkan lebih bawah daripada dasar lapisan tanah organik, dasar
bekas ternpat pembuangan sampah dan tanah jelek lainnya. Jika tanah jelek tebal, peng­
galian tanah tersebut harus dilakukan dan menggantinya dengan beton tak bertulang
(Gambar 6.6a), atau menggantinya dengan tanah pasir bercampur kerikil yang dipadat­
kan. Luas timbunan harus cukup dapat menyebarkan bebannya ke tanah kuat (Gambar
6.6b).

Tanah per- --r--:,.


mukaan a-
tau tanah
..
,_,
.,."'
...,-
..,. --1

·
. . .. . . Seton tak
1 Tanah per­
mukaan a­
tau tanah

. . .. : :.�
: ·.-· '
berdaya du­ : ' : :.i V bertulang berdaya du­
kung rendah -� : . 4
f
kung rendah

•• o
• • .• • • . ·�

' Tanah anorganik ----­ Pasir atau pasir bercampur


berdaya dukung tinggi kerikil dipadatkan.
(b)
(a)

r- r-
:1' \�Yf r ;o-\\lp
'V"'"'
' p'\, 'I
s \. 'V/

1 I
t Unt uk fondasi pada batu: h :o; s
Tanah: h :o; s/2
' I

(C)

Gambar 6 .6 Kedalaman minimum dasar fondasi.


(a) Penggantian tanah dasar dengan be ton tak bertulang.
(b) Penggantian tanah dasar dengan campuran pasir dan kerikil.
(c) Perbedaan elevasi antara 2 fondasi berdekatan agar tak terjadi tumpang tindih tekanan.

(2) Dasar fondasi harus diletakkan pada lapisan yang tak dipengaruhi kembang susut
tanah akibat pengaruh cuaca.
(3) Walaupun tanah fondasi kuat, dasar fondasi sebaiknya tidak terletak di permukaan
tanah, karena pertimbangan erosi dan penurunan.
(4) Jarak dan beda elevasi antara dasar fondasi yang satu dengan yang lainnya harus
sedemikian besar sehingga tak terdapat pengaruh tumpang-tindihnya tekanan. Untuk
ini, selisih elevasi maksimum dasar fondasi yang satu dengan lainnya diusahakan se­
tengah atau sama dengan jarak antara dua fondasi. Dengan cara ini, selain untuk meng­
hindari tumpang tindihnya tekanan, juga untuk mencegah gangguan tanah di bawah
220 Fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang

dasar fondasi yang letaknya lebih tinggi akibat penggalian tanah untuk fondasi yang
letaknya lebih rendah (Gambar 6.6c). Dalam praktek, sebaiknya fondasi yang lebih
rendah dibangun lebih dulu.
6.4 Pemilihan Dimensi Fondasi

Ukuran dan kedalaman fondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertim­
bangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung ultimit
yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi fondasi
diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat. Banyak perancang bermaksud mem­
perkecil penurunan tak seragam akibat bervariasinya beban hidup dengan mengambil pro­
porsi ukuran fondasi sedemikian hingga seluruh fondasi akan mempunyai tekanan
dukung yang sama akibat beban pelayanan (service load). Beban pelayanan adalah beban nyata
yang diharapkan bekerja pada fondasi selama pelayanan normal bangunannya. Dalam
bangunan-bangunan umum, beban ini diambil sebesar beban mati ditambah setengah dari
beban hidup. Persentase beban hidup yang lebih besar harus diberikan untuk ruang
gudang dan lantai-lantai tern pat penyimpanan yang lain.
Pada tekanan yang sama, penurunan fondasi dengan bentuk yang sama tapi dengan
ukuran yang berbeda akan bertambah jika lebar fondasi bertambah. Jika fondasi-fondasi
yang mendukung bangunan mempunyai ukuran yang sangat berbeda, penurunan tak
seragam akibat dari hal ini akan semakin nyata. Untuk kondisi tersebut, Terzaghi dan Peck
(1948) menyarankan untuk menghitung tekanan pada dasar fondasi lebih saksama. Untuk
tanah dasar yang berupa pasir, penurunan tak seragam dapat direduksi dengan me­
ngurangi ukuran fondasi-fondasi yang terkecil. Karena, walaupun ukurannya direduksi,
faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung diperkirakan masih mencukupi. Namun,
cara demikian tidak berlaku untuk tanah fondasi yang berupa lempung. Karena, oleh pe­
ngurangan dimensi fondasi-fondasi terkecilnya, faktor aman terhadap daya dukung akan
kurang dari 3. Jadi, ha! ini akan mengakibatkan persyaratan terhadap stabilitas daya
dukung tidak dipenuhi. Untuk itu, pengurangan penurunan tak seragam pada tanah lem­
pung hanya dilakukan dengan menambah ukuran fondasi yang terbesar.
6.5 Pengontrolan selama Pelaksanaan

Fondasi-fondasi dirancang dengan menganggap bahwa tanah di dasar fondasi akan


mendekati kondisi yang sama seperti contoh tanah yang diambil dari pekerjaan pengebor­
an atau dari pengujian beban yang dikerjakan. Jika tanah mengandung lensa-lensa tanah
lunak yang tak terdeteksi oleh pengeboran, atau jika tanah menjadi rusak kondisinya akibat
penggalian tanah fondasi, penurunan akan menjadi lebih besar dari yang diperhitungkan.
Untuk menghindari risiko ini, Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan untuk mengadakan
pengujian penetrasi sederhana di setiap fondasi sesudah penggalian selesai. Jika terdapat
bagian yang diperkirakan mengakibatkan penurunan yang besar, perlu diadakan peran­
cangan ulang. Pertimbangannya, ha! ini lebih ekonomis daripada bila perbaikan fondasi
diadakan setelah pembangunan struktur telah selesai.
Penggalian tanah fondasi harus dilaksanakan secara kering selama periode pelaksanaan,
karena air dapat menganggu tanah dasar fondasi. Jika tanah berupa lempung, genangan air
cenderung melunakkan permukaan galian dan dapat mengakibatkan penambahan penu­
runan fondasi. Lagi pula, kondisi tanah di bawah muka air tak dapat diperiksa secara lang­
sung. Penggalian di dalam air sangat mahal dan merusakkan struktur tanah. Pengecoran
Teknik Fondasi 1 221

beton di bawah air mengurangi mutu beton. Bila hal demikian tak dapat dihindari, harus
dilakukan sistem pemompaan yang baik.
g
6.6 Hubun an Kolom dan Fondasi

Dalam praktek, kadang-kadang diinginkan untuk memberi kebebasan ujung kolom bawah
A
berotasi terhadap permukaan atas fondasi. tau, ujung bawah kolom dibuat terjepit pada
fondasinya. Hal-hal tersebut penting diperhatikan terutama bila kolom menderita momen
atau pembebanan eksentris. Jika ujung bawah kolom dipengaruhi oleh momen lentur,
hubungan antara kolom dan fondasi harus cukup kuat untuk mentransfer tegangan­
tegangan yang timbul. Jika kolom terbuat dari beton bertulang, agar kolom terjepit pada
fondasi, dibutuhkan tulangan-tulangan yang menerus dari kolom sampai ke tubuh fon­
dasinya. Untuk kolom baja, antara kolom dan fondasi dapat dihubungkan dengan mEmg­
gunakan baut-baut yang kuat (Gambar 6.7).
Dengan tanpa memperhatikan faktor kekuatan hubungan antara kolom dan fondasi,
gerakan kolom akibat momen akan berakibat tekanan fondasi pada tanah tidak simetri.
Umumnya, distribusi tekanan fondasi pada tanah secara pendekatan dianggap linier,
walaupun kenyataannya tidak demikian. Jika fondasi pada pasir mempunyai lebar yang
kecil dan sangat dangkal, fondasi akan mudah beroi:asi akibat tanah di tepi fondasi me­
nyisih ke luar. Jika fondasi terletak pada kedalaman yang besar, pasir akan dipengaruhi
oleh tekanan keliling (confining pressure) yang besar akibat berat tanah di atasnya. Karena itu,
bahaya rotasi fondasi menjadi berkurang. Untuk fondasi dengan lebar kecil yang dangkal
dan terletak pada pasir, sebaiknya fondasi tidak dirancang untuk menjepit kolom.
Sebaliknya, jika fondasi terletak pada tanah kohesif, tanah ini mampu menahan tegang­
an terkonsentrasi pada tepi fondasi. Karena sebagian besar penurunan fondasi pada tanah
lempung adalah akibat penurunan konsolidasi, momen lentur yang terjadi hanya sesaat
tidak akan mengakibatkan penurunan yang berarti.

· :•
. .
�------· Kolom beton � Kolom baja
�(l'· ..


. .

.. ..

----� Tulang an

- � --- Tumpuan

(a) Kolom beton (b) Kolom baja

Gambar 6.7 Hubungan antara kolom dan fondasi.

Contoh soal 6.1 :


Bangunan bertingkat yang dilengkapi ruang bawah tanah berukuran 1 0 m 3 0 m akan x

dibangun di atas tanah pasir. Perancangan fondasi bangunan tersebut dipertimbangkan


222 Fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang

Tahanan kerucut qc (kg/cm2)


0 1 00 200
0

2,5
\k
Y2
c =0
t
��
cp' = 35° Pasir sedang
= 1 ,65 um•


6,0

"!

cp' = 35°
Y3 = 1 ,80 um•


Pasir sedang

>-
� �r
Y4 = 1 ,70 Um•
Pasir tak pad at
9,75
:

1 1 , 75
Pasir sangat padat

(b) Data pengujian penetrasi kerucut statis.


(a) Penampang bangunan

e = 0,2 m � h-
___,.....,.,._
.. -'

111
__

0,7 m I 0,7 m

1 12 1
Fondasi memanjang Fondasi bujursangkar
lebar 1 ,4 m 1 ,6 m x 1 ,6 m

� 'i ____V_,
82 = 1 ,6 m

(c) Pembebanan dan dimensi fondasi.

Gambar C6. 1
Teknik Fondasi 1 223

dapat diwakili oleh potongan penampang bangunan pada Gambar C6.1. Dasar fondasi ter­
letak pada kedalaman 2,5 m dari permukaan tanah. Beban-beban dinding P1 dan P3 sebesar
35 t/m' , sedang beban kolom P2 sebesar 100 t. Beban-beban tersebut sudah termasuk
beban-bebah lantai, tanah di atas pelat fondasi dan beban struktur. Garis kerja resultan
beban-beban dinding P1 dan P3 eksentris, dengan e 20 cm, ke arah dalam bangunan. Dari
=

beberapa pengujian kerucut statis yang dilakukan pada lokasi bangunan tersebut, kondisi
tanah dasar dapat diwakili oleh hasil pengujian yang ditunjukkan pada Gambar C6.1b.
Data berat volume tanah menurut kedalaman adalah sebagai berikut:
(1) Dari 0-2,5 m: y1 1 ,65 t/m
3
=

(2) Dari 2,5-6 m: y2 1,65 t/m


3
=

(3) Dari 6-9,75 m: y3 = 1,8 t/m


3
(4) Dari 9,75-1 1,75 m: y4 1,7 t/m3
=

Sudut gesek dalam tanah efektif q) di bawah dasar fondasi rata-rata adalah 35° dan c = 0.
Muka air tanah sangat dalam. Hitung dimensi fondasi yang memenuhi syarat faktor aman
terhadap daya dukung dan penurunan (disyaratkan penurunan maksimum 40 mm
dan 8/L< 1 /300). Dalam hitungan daya dukung gunakan persamaan Meyerhof (1963) .
Pen yelesaian:
(a} Hitungan dimensi fondasi dan daya dukung
Persamaan daya dukung aman:
(a)
Persamaan daya dukung ultimit neto:
q un = q u - Dfy (b)

Dalam kasus ini, kedalaman dasar fondasi yang diperhitungkan dalam hitungan daya
dukung adalah D' (Gambar C6.1a). Karena itu, persamaan umum daya dukung fondasi
memanjang menjadi
q u = eN c + D'yN + 0,5 B yNy
q

Dengan memperhatikan faktor kedalaman dan bentuk fondasi, maka


q u = s c d c cNc + s d D 'yN + s ydy 0,5 B yNy
q q q
(c)
(Karena beban vertikal, ic = iq iy = 1)
=

Substitusi Persamaan (c) ke Persamaan ( a) dan (b), diperoleh persamaan daya dukung
aman:
224 Fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang

Untuk fondasi pada tanah pasir, dengan c = 0 dan <p = 35°, maka
1
q s = - ( s d D'yN + s d 0,5 ByN - D1y) + D1y
F q q q y y y
'
Diketahui <p = 35°, dari Gambar 3.12, diperoleh:
Nq(m ) = 33 dan Ny(m) = 48

Nq(bs ) = 43 dan N)'(bs) = 60

(a.l) Untuk fondasi P2 (dibuat berbentuk bujur sangkar)


Faktor-faktor bentuk dan kedalaman fondasi untuk fondasi empat persegi panjang
yang disarankan Meyerhof (1963):
( ( )
q
B Nq ( bs)
s = 1+L -1
J = 1+1
43
-1 = 1, 3

( )
N (m)

(
q 33

y
B Ny (b s)
s = 1+-
L N ( m)
y
-1 --

J 60
= 1+1 --1
48
= 1,25

Karena B = L, maka B I L = 1 .
D'
d = d = 1 + 0,1 - t g (45° + <p/2)
q y B2
0,5 0,1
= 1 + 0,1 -tg (45° + 35°/2) = 1 + -

[ ( B-; (
B2 B2

3 1,3 X 1 +
J X 0,5 X X 33 X B-;
J J
X
100 1 0,1 0,1
1,65 + 1,25 1+ 0, 5

X B 2 X 1,65 X 48 - ( 2,5 X 1,65 ) J + ( 2,5 X 1,65 )

Diperoleh,
100 1,18
2 = 16,19 + -B2
+ 16,56 B 2
B2

Dengan cara coba-coba dan dengan sedikit dilebihkan, diperoleh B2 = 1,6 m


Jadi, ukuran fondasi kolom P2 adalah 1,6 m 1,6 m. x

(a.2) Untuk fondasi memanjang P1 dan P3


e = 0,2
Diketahui beban eksentris dengan m. Bila resultan beban diletakkan pada pusat fon­
dasi, berlaku persarnaan daya dukung dengan beban vertikal dan terpusat. Oleh karena itu,
Teknik Fondasi 1 225
/
lebar fondasi yang digunakan dalam hitungan daya dukung adalah lebar fondasi sebe-
narnya (B).
Untuk f6ndasi memanjang, sq = sy = 1
d = d = 1+-
0,1
q y B3
1
q = - (d D ' yN + d 0,5ByN - D y) + D y

35 1 [( 0,1 ( 0,1B
s F q q y y f f

B3 3 B 3 J 3J
- = - 1 + - x 0,5 x 1,65 x 33 + 1 + - x 0,5 x B 3 x 1,65 x 48 - (2,5 x 1,65)
J
+ ( 2,5 1,65) X

35 = 13,09 + - 2,24 + 13,31 B


B3 B3 3
13,31 B23 + 13,09 B 3 - 32,76 = 0
Diperoleh, B3 1,2 m=

Luasan fondasi dibuat simetris terhadap resultan beban. Jadi, tekanan pada dasar fon­
x
dasi per meter panjang terbagi rata sebesar 35/(1,2 1) = 29,2 t/m' .
(b) Hitungan tambahan tegangan vertikal
(b.1) Tambahan tegangan vertikal (L'la2) di bawah pusat fondasi P1

Fondasi P1 dan P3: qn = 29,2- (2,5 1,65) = 25,1 t/m2


x

Fondasi P2: qn = - 100 - (2,5 x 1,65). 34,94 tlm 2


=
1,6 2
Hitungan faktor pengaruh untuk fondasi memanjang dan fondasi bujur sangkar diper­
oleh dari Gambar 4.6, dengan z = kedalaman lapisan yang dihitung dari dasar fondasi, dan
x =
jarak horizontal dari pusat ke pusat luasan fondasi.
Tabel C6.1d memperlihatkan jumlah tambahan tegangan (L'lcr2) di bawah fondasi P1 oleh
pengaruh bebannya sendiri dan beban-beban fondasi P2 dan P3.
Tabel C6.1a L'lcr2 di bawah �usat fondasi P1 oleh pengaruh beban fondasi P1 (B1 = 1,2 m,
qn = 25,1 t/m )
Kedalaman z z/B1 X x! B1 L'lcrz/ qn L'lcrz
(m) (m) (m) Gb.4.6a (t/m2)
4,25 1,75 1,46 0 0 0,4 10,04
7,875 5,375 4,48 0 0 0,15 3,77
10,75 8,25 6,88 0 0 0,09 3,26
226 Fondasi telapak terpisah dan Jondasi memanjang
/
Tabel C6.1b L\a2 di bawah pusat fondasi P1 oleh pengaruh beban fondasi P2 (B2 = 1 ,6 m,
q n = 34,94 t/m )
2

Kedalaman z z / B2 X x/B2 L\azl qn L\ a


'2
(m) (m) (m) Gb. 4.6b (t/ m )

4,25 1,75 1,10 5 3,13 0,001 0,035


7,875 5,375 3,36 5 3,13 0,008 0,28
10,75 8,25 5,16 5 3,13 0,008 0,28

Tabel C6.1c L\cr2 di bawah .f_ usat fondasi P1 oleh pengaruh beban fondasi P3 (B3 = 1 ,2 m,

qn = 25,1 t/m )

Kedalaman z z / B3 X x! B 3 L\azl qn L\az


(m) (m) (m) Gb. 4.6a (t/m2)

4,25 1,75 1,46 10 8,3 0 0


7,875 5,375 4,48 10 8,3 0 0
10,75 8,25 6,88 10 8,3 0 0

Tabel C6.1d Tambahan tegangan vertikal di bawah pusat fondasi P1 akibat pengaruh
beban-beban fondasi P1, P2, P3.

L'icr2 (t/m )
Kedalaman (m) 2

4,25 10,04 + 0,035 + 0 = 10,08


7,875 3,77 + 0,28 + 0 = 4,05
10,75 2,26 + 0,28 + 0 2,54 =

(b.2) Tambahan tegangan vertikal (L\cr2) di bawah pusat fondasi P2


L\cr2 di bawah pusat fondasi P2 akibat pengaruh beban fondasi P3 (B3 = 1,2 m, q n = 25,1
t/m2) sama dengan L\cr2 akibat pengaruh beban fondasi P1, karena jarak antara kedua
dinding terhadap kolom P2 sama (x = 5 m).
Tabel C6.2c memperlihatkan jumlah tambahan tegangan (L\cr2) di bawah fondasi P 2 oleh
pengaruh bebannya sendiri dan beban-beban fondasi P 1 dan P3 .

Tabel C6.2a L\a2 di bawah.f, usat fondasi P2 oleh pengaruh beban fondasi P1 (B1 = 1 ,2 m,
qn = 25,1 t/m )

z X L'iazlqn
Kedalaman z/B1 x!B1 L'iaz
(m) (m) (m) Gb. 4.6a (t/m 2)

4,25 1,75 1,46 5 4,17 0,009 0,23


7,875 5,375 4,48 5 4,17 0,055 1,38
10,75 8,25 6,88 5 4,17 0,05 1,26
Teknik Fondasi 1 227

Tabel C6.2b L\a2 di bawah p_usat fondasi P2 oleh pengaruh beban fondasi P2 (82 = 1,6 m,
qn = 34,94 t/m2)

Kedalaman z z / B2 X x / B2 !J.azl qn !J.Gz


(m) (m) (m) Gb. 4.6b (t/m2)

4,25 1,75 1,09 0 0 0,4 13,98


7,875 5,375 3,36 0 0 0,042 1,47
10,75 8,25 5,16 0 0 0,019 0,66

Tabel C6.2c Tambahan tegangan vertikal di bawah pusat fondasi P2 akibat pengaruh
beban-beban fondasi P 1, P2,P3.

Kedalaman (m) 1\az (t/ m2)

4,25 0,23 + 0,23 + 1 3,98 = 14,44


7,875 1 ,38 + 1 ,38 + 1,47 = 4,06
10,75 1,26 + 1,26 + 0,66 = 3,18

P3
(b.3) Tambahan tegangan vertikal (!J.a2) di bawah pusat fondasi
Hitungannya sama dengan hitungan tambahan tegangan vertikal di bawah pusat fondasi
P1, karena susunan fondasinya simetris terhadap P2.
(c) Hitungan penurunan
Karena tanah fondasi berupa pasir, penurunan totalnya hanya berupa penurunan-segera.
Hitungan penurunan-segera akan dilakukan dengan cara De Beer dan Marten.
Tabel C6.3a Hitungan pen ur u na n fondasi P1 = P3

Lapis an z qc Po' !J.p c H S;


(m) (m) ( t/m2) (t/m2) (t/m2) (m ) (m)

2,5 -6 4,25 1 200 7,01 10,08 256,8 3,5 0,012


6,0 -9,75 7,875 1200 1 3,28 4,05 135,6 3,75 0,007
9,75-1 1,75 10,75 300 1 8,35 2,54 24,52 2 0,01

Hitungan penurunan fondasi Pv dapat dilihat pada Tabel C6.3a Sebagai contoh, pada
lapisan 2,5-6 m:
Jarak tengah-tengah lapisan dari dasar fondasi z = 4,25 m
Po' = (2,5 1,65) + (4,25 x 1,65) 7,01 t/m2
x =

1\p L\a2 1 0,08 t/m 2 (lihat Tabel C6.1d)


= =
228 Fondasi telapak terpisah dan fondasi memanjang

q
1, 5 X -� = 256, 8
c 1200
C = 1, 5 x ­
' 7, 01
Po

H Po ' + t'lp 3, 5 l 7,
S 1.
01 + 10, 08
= - ln
C Po
---

' 256, 8
n --

7, 01
= 0, 012 m
Penunman-segera fondasi P1 = P3, dengan
s <P ) si <P )
i 1 o , o12 + 0,007 + 0,01
3
= =

= 0,029 m = 29 mm < 40 0
mm ( K! )
Tabel C6.3b Hitungan penurunan fondasi P2

z q Po' S;
(m) (t/mc 2) (t/m2)
Lapisan t'lp c H
(m) (t/m 2) (m) (m)
2 5 -6

4,25 1 200 7,01 14,44 256,8 3,5 0,015
6,0 -9,75 7,875 1200 13,28 4,06 135,6 3,75 0,007
9,75 - 1 1,75 10,75 300 18,35 3,18 24,52 2 0,013

Penurunan fondasi P2:


s; <P =
zl
o,o15 + o,oo7 + o,o13

mm 35 mm 40 mm (OK! )
= 0,035 = <

Dari hitungan di atas diperoleh penurunan maksimum 35 mm 40 mm. Besarnya beda <

penurunan akibat penurunan tak seragam antara fondasi P1 dan P2, atau antara P3 dan P2:
8 = = t.S 35 - 29 = 6 mm
S i ( P ) - S i ( P1 )
2
=

Distorsi kaku, 8/L = 6/5000 = 1 /833< 1/300 (OK! )


Dari pertimbangan faktor aman aman terhadap daya dukung dan penurunan toleransi,
dimensi dan kedalaman ketiga fondasi memenuhi syarat. Jadi, untuk dinding P1 dan P3,
dipakai fondasi memanjang dengan lebar 1,2 m dan untuk kolom P2 dipakai fondasi bujur
sangkar dengan lebar 1,6 m (liha t Gambar C6.1c).
7
FONDASI TELAPAK GABUNGAN
DAN FONDASI TELAPAK KANTILEVER

7.1 Pendahuluan

Jika dua kolom atau lebih letaknya terlalu dekat satu sama lain, lebih baik digunakan fon­
dasi telapak gabungan yang menggabungkan kolom-kolom tersebut menjadi satu fondasi
tunggal. Beberapa alasan digunakannya fondasi telapak gabungan, antara lain:
(1) Jika jarak kolom terlalu dekat satu sama lain, sehingga bila dipakai fondasi yang ter­
pisah sisi-sisinya akan berimpit.
(2) Jika jarak kolom sedemikian dekat dengan batas tanah pemilikan, atau dibatasi oleh
fondasi bangunan yang telah ada sebelump.ya.
(3) Jika perancang bermaksud menanggulangi momen penggulingan yang terlalu besar
pada fondasi.
(4) Jika bangunan-bangunan, seperti: pilar jembatan, pilar akuaduk, terletak pada tanah ber­
daya dukung rendah, yang dengan demikian membutuhkan dasar fondasi yang lebar.
Pelebaran luas fondasi dilakukan dengan menggabungkan pilar-pilar menjadi satu fon­
dasi.

Fondasi telapak gabungan digunakan pula untuk mendukung beban-beban struktur


yang tak begitu besar, namun tanahnya mudah mampat atau lunak, dan fondasi dipe­
ngaruhi momen penggulingan. Pada Gambar 7.1 diperlihatkan contoh gambar denah fon­
dasi yang menunjukkan penempatan fondasi-fondasi telapak gabungan dan beberapa jenis
fondasi yang lain pada suatu bangunan, bila bangunan dibatasi oleh batas pemilikan.
Keuntungan dari pemakaian fondasi gabungan antara lain dapat menghemat biaya
penggalian dan pemotongan tulangan beton. Selain itu, dapat mencegah penurunan tak
seragam yang berlebihan di antara kolom-kolom akibat adanya lensa-lensa tanah lunak
dan oleh bentuk variasi lapisan tanah yang tak beraturan pada zona tertekan di bawah fon­
dasi. Dalam praktek, sangat jarang dijumpai penurunan yang benar-benar seragam pada
fondasi-fondasi yang terpisah, walaupun tekanan pada dasar fondasi-fondasinya sama.
Cara penggabungan fondasi-fondasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung
pada kondisi yang ada. Terdapat beberapa jenis fondasi telapak gabungan, yaitu fondasi
telapak gabungan (combined footing), fondasi telapak kantilever (cantilever footing), atau fondasi
telapak ikat (strap footing). Jika resultan beban-beban kolom pada fondasi telapak gabungan
tidak berimpit dengan pusat pelat fondasinya, distribusi tekanan pada dasar fondasi men­
jadi tidak seragam. Akibatnya, dapat terjadi penurunan tak seragam . Hal ini dapat dihin­
dari dengan mengusahakan pusat berat luasan fondasi berimpit dengan resultan beban­
beban, dan pelat yang menggabungkan fondasi-fondasinya dibuat betul-betul kaku.
Jika beda pembebanan pada kolom-kolomnya besar, kadang-kadang dipakai bentuk fon­
dasi trapesium agar distribusi tekanannya disebarkan merata sama atau seragam di dasar
230 Fondasi telapak gabu ngan dan fondasi telapak kantilever

fondasinya. Tetapi, pelaksanaan pekerjaan fondasi yang berbentuk trapesium relatif sulit.
Lagi pula, kesulitan juga terjadi dalam pemilihan lebar fondasi untuk analisis daya du­
kungnya. Oleh karena itu, bentuk trapesium sering diganti dengan bentuk empat persegi
panjang, dengan jalan memperpanjang lebar sisi fondasi pada bagian kolom yang me­
nerima beban lebih besar.

G G 0

G 0 G
Fondasi telapak terpisah

G 01 8
Fondasi gabungan

Fondasi rakit
0 �
� g

Batas pemilikan

Gambar 7.1 Contoh penggunaan beberapa jenis fondasi pada suatu bangunan.

7.2 Perancangan Fondasi Telapak Gabungan

Garis besar perancangan fondasi telapak gabungan, pada prinsipnya sama seperti peran­
cangan jenis fondasi telapak. Yaitu, meliputi penentuan besarnya beban-beban yang bekerja
pada fondasi, penentuan daya dukung diizinkan, dan perancangan struktur fondasi.
7.2.1 Daya Dukung Diizinkan

Hitungan daya dukung dan penurunan fondasi telapak gabungan berbentuk empat per­
segi panjang dan kantilever yang diperlukan untuk penentuan daya dukung diizinkan (qa)
dilakukan seperti yang telah dipelajari dalam Bab 3 clan Bab 4. Pertimbangan-pertimbang­
an dalam perancangan fondasi dilakukan dengan memperhatikan jenis tanah (lihat Bab 5).
7.2.2 Perancangan Struktural

Perancangan fondasi telapak gabungan dilakukan dengan anggapan-anggapan, sebagai


berikut:
Teknik Fondasi 1 231

(1) Fondasi atau pelat fondasi dianggap sangat kaku. Oleh karena itu, pelengkungan fon­
dasi tak mempengaruhi penyebaran tekanannya.
(2) Distribusi tekanan pada dasar fondasi disebarkan secara linier.

G ambar 7.2a, menunjukkan denah kolom bangunan dengan kolom bagian luar terletak
pada batas pemilikan. Dalam hal ini akan digunakan fondasi gabungan empat persegi pan­
jang yang menggabungkan kolom luar dan kolom bagian dalam. Pusat berat luasan fondasi
dibuat berimpit dengan resultan bebannya. Oleh karena itu, tekanan pada dasar fondasi
seragam. Panjang L diatur dengan memperpanjang sisi fondasi yang terletak di bagian
dalam bangunan. Lebar fondasi (B) dihitung dengan membagi resultan beban vertikal de­
ngan panjang L yang dikalikan dengan daya dukung yang diizinkan, yaitu
(7.1)

� U2
¥ U2 I r· r = fo

1----!-+H { .. I .
j -$-
� . X
-
�r-- · - · - ·

...j c:
IV

E
Q)
a.
"'
IV
1ii
ID

(a) (b)

Gambar 7.2 Perancangan fondasi telapak gabungan empat persegi panjang bila resultan beban dibuat ber­
impit dengan pusat berat /uasan fondasi.

Jika ruang bagian kanan dan kiri kolomnya terbatas, dapat digunakan fondasi telapak
gabungan trapesium. Di sini, panjang L yang terbatas ditentukan lebih dulu, dan pusat
berat luasan trapesium dibuat berimpit dengan garis kerja resultan beban-bebannya. Jika r
adalah letak resultan bebannya terhadap sisi B2, menurut Gambar 7.2b, maka
pl
( L - a l ) + P2a 2
r = (7.2)
L.P
232 Fondasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever

Bl
2: (� - 1) (7.3)

clan

B2 = c: ) - Bl (7.4)

qmaks
A
qa
clengan
r
Bv B2 = berturdt-turut lebar fonclasi, pacla sisi terpenclek clan terpanjang (lihat Gambar
jarak garis kerja resultan P1 clan P2 terhaclap sisi B2.

7.3) .
L panjang pelat fonclasi.
A luas trapesium.
a v a2 berturut-turut jarak tepi pelat ke pusat kolom P1 clan P2.
q tekanan clasar fonclasi pacla tanah.
qa claya dukung cliizinkan.

Untuk fondasi gabungan empat persegi panjang, karena B1 = B2, maka B = A IL.

I ---�t
=-� L

�fo
!______
rl--J i
Pusat berat luasan

-t_tj-- - ---o¥- t-- -l·t-1 -- - - � 82


fondasi

e r

Gambar 7.3 Perancangan Fondasi telapak gabungan berbentuk trapesium.

Langkah-langkah perancangan untuk fondasi telapak gabungan berbentuk trapesium


clapat clilakukan sebagai berikut:
(1) Menyiapkan clenah clasar bangunan yang memperlihatkan letak-letak kolom, clincling,
clan letak beban-beban cli mana terclapat ruang-ruang khusus, seperti tempat mesin
yang berat clan kemungkinan menimbulkan getaran. Selain itu, harus cliketahui besar
Teknik Fondasi 1 233

beban mati, beban hidup, momen lentur pada tiap-tiap kolom dan dindingnya. Me­
milih susunan kolom-kolom yang membutuhkan struktur fondasi gabungan.
(2) Pada dua kolom atau lebih yang membutuhkan struktur fondasi gabungan, dihitung
jumlah total dari beban-beban kolomnya ("LP).
(3) Tentukan lokasi resultan beban-beban. Jika pad a kolom-kolomnya terdapat momen len­
tur, pengaruh momen ini harus diperhitungkan terhadap resultan "LP-nya (lihat G ambar
7.3).
(4) Estimasikan nilai daya dukung diizinkan (qa) menurut jenis tanah dasar fondasi. Untuk
itu, nilai-nilai daya dukung aman dalam Tabel 3.7 dan dapat dijadikan pertimbangan.
(5) Dicoba panjang pelat fondasi L dan hitung luas pelat fondasi yang diperlukan, dengan

A = "LPq
- (7.5)
a
dengan A = luas fondasi dan qa = estimasi daya dukung diizinkan dari langkah (4).
(6) Hitung lebar fondasi, B1 dan B2, dengan

B 1 = 2AL ( 3rL _ 1) (7.6)

dengan r adalah jarak resultan "LP terhadap sisi B2.


B2 = ( 2AL ) - B 1 (7.7)

dengan
B1 = sisi trapesium pada bagian yang terbatas oleh batas pemilikan.
B2 = sisi trapesium pada bagian dalam bangunan.
Dalam Persamaan (7.6), bila r = L/3, maka B1 = 0. Pada kondisi ini, diperoleh fondasi
berbentuk segitiga untuk memenuhi tekanan pada dasar fondasi yang seragam. Untuk
itu, lebih baik jika panjang L ditambah ke arah sisi B2, bilamana r mendekati atau sama
dengan L/3.
(7) Cek daya dukung diizinkan yang diestimasikan pada langkah (4) di atas dengan daya
dukung yang diizinkan (qa) yang didasarkan pada dimensi fondasi yang ditemukan
pada langkah (6). Nilai qa yang diestimasikan harus lebih kecil daripada qa yang dihi­
tung pada langkah (7). Pada hitungan cara ini, karena resultan beban dibuat berimpit
dengan pusat berat luasan fondasi, tekanan pada dasar fondasi seragam, yaitu sama
dengan qa. Kemudian lakukan langkah (12), (13), dan (14). Jika resultan beban tidak ber­
impit dengan pusat berat luasan fondasi, maka
(8) Tentukan letak titik berat dari luasan fondasi, dengan

(7.8)

dengan r0 adalah jarak titik berat trapesium terhadap sisi B2. Titik awal sumbu-sumbu
koordinat x,y dibuat berimpit dengan r0.
234 Fondasi telapak gabu ngan dan jondasi telapak kantilever

(9) Tentukan besar momen inersia dari luasan fondasi terhadap sumbu y (yaitu ly}, dengan
mengingat
1
IB Ar 2 (7.9)
y 2
0
== -

denganJB adalah momen inersia terhadap sisi B2.


2
(10) Hitung momen 'LP terhadap sumbu-y, yaitu M = 'LP, dengan e

e == r0 - r

(11) Tentukan besarnya tekanan pada dasar fondasi, dengan


x
'LP My o
q == - ± (7.1 0)
A ly
--

dengan x0 jarak sembarang titik pada sumbu-x terhadap titik awal.


(12) Gambarkan diagram gaya lintang di sepanjang fondasi.
(13) Hitung besarnya momen lentur dan kebutuhan penulangan betonnya.
(14) Cek kedalaman fondasi berdasar hitungan dimensi (tebal) pelat fondasi.
Untuk fondasi telapak gabungan yang berbentuk empat persegi panjang, perancangan­
nya sebagai berikut (Gambar 7.4):
I L

-=_ffi_·_·-=--· �� =--m·- �- - �r
...1

J
.J
I Pusat berat luasan
-t- -

_ --
d asi
�- .

.___
+---r--
l I
I
--

Gambar 7.4 Perancangan fondasl telapak gabungan berbentuk empat persegi panjang.

Ikuti cara yang sama seperti pada butir (1) sampai (5}, pada perancangan fondasi telapak
trapesium di atas, kemudian
(6) Hitung lebar fondasinya, dengan

B (7. 1 1)
Teknik Fondasi 1 235

(7) Cek daya dukung diizinkan yang diestimasikan pada langkah (4) di atas dengan daya
dukung yang diizinkan (qa) yang didasarkan pada dimensi fondasi yang ditemukan
langkah (6). Nilai q yang diestimasikan harus lebih kecil daripada qa yang dihitung
pada langkah (7). a
(8) Hitung besar tekanan pada dasar fondasi, dengan persamaan:

q !� [ 1± 6�x } untuk ( e ::;, L/6)


== (7.12a)
clan
4LP ; (7.12b)
q
3B (L -2e) untuk ( e > L/6)
==
x

Lanjutkan langkah hitungan yang sama seperti langkah (12) sampai (14) pada fondasi
trapesium.
7.3 Fondasi Telapak Kantilever

Jika fondasi terdiri dari 2 atau lebih fondasi telapak yang diikat oleh suatu balok, fondasi
semacam ini disebutfondas i telapak kantilever (cantilever footing) atau fondasi telapak ikat (strap
footing). Fondasi telapak kantilever digunakan jika luasan fondasi yang berada di tepi luas­
an bangunan yang terbatas oleh batas pemilikan atau oleh fondasi yang sudah ada sebe­
lumnya. Yaitu, dengan jalan mengikatnya dengan fondasi yang berada di dekatnya. Dua
fondasi telapak tersebut, diikat oleh balok yang kaku agar distribusi tekanan pada dasar
fondasi ke tanah menjadi seragam.
Ikatan antara dua fondasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, dan pemilihan ca­
ranya tergantung dari kondisi yang ada. Fondasi yang berada di tepi batas pemilikan dapat
diikat ke dinding atau ke kolom yang berada di atas fondasi (Gambar 7.5). Sebaiknya, fon-

JL I
Balok ikat
ll lL !
Balok ikat
J1
\
0 [] [§0
\

@]
( a) ( b)

. . ],
� In
D md mg ·
" .
,
alok ikat
I
• I I :.

(c)

Gambar 7.5 Contoh-contoh struktur fondasi telapak kantilever.


236 Fondasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever

dasi telapak kantilever tak disusun sedemikian hingga prosedur pelaksanaannya tidak
umum dilakukan.
7.3. 1 Daya Dukung Diizinkan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan daya dukung diizinkan, sama halnya
seperti pada fondasi telapak.
7.3.2 Perancangan Struktural
Fondasi telapak kantilever terdiri dari fondasi yang terpisah satu sama lain yang
2
dihubungkan oleh suatu balok (Gambar 7.6). Luas area kedua fondasinya dapat dianggap
sebagai problem statika jika daya dukung diizinkan dan dimensi fondasi sudah dipilih atau
diasumsikan.
Titik berat luasan
fondasi

( Balok ikat

i t �
(b)

Gambar 7.6 Perancangan fondasi telapak kantilever.

Hitungan tekanan pada dasar fondasi dilakukan dengan memperhatikan Gambar 7.6.
Tekanan pada dasar fondasi terbagi rata secara sama pada fondasi kolom dan Dari P1 P2•
persamaan keseimbangan,
L l R l = ( L l + B l/2 - a l) Pl

R l = ( L l + B l /2 - al) ( P 1 / L l ) (7.13)

Tekanan pada dasar fondasi kolom P1:

(7. 14)
Dari persamaan,
Teknik Fondasi 1 237

Diperoleh,
(7.15)

Tekanan pada dasar fondasi kolom P2, dihitung dengan persamaan:


(7. 16)

dengan Av A2 berturut-turut adalah luas dasar fondasi kolom P1 dan P2, dan q v q2 berturut­
turut adalah tekanan pada dasar fondasi pada fondasi kolom P1 dan P2. Simbol-simbol
yang lain dapat dilihat pada Gambar 7.6.
Dalam perancangan, hasil akhir q1 dan q2 harus lebih kecil daripada daya dukung diizin­
kan (qa)· Dari tekanan pada dasar fondasi yang telah diperoleh, dapat dihitung besarnya
momen dan gaya-gaya lintang yang terjadi pada balok ikat dan telapak fondasinya. Dari
sini, kemudian dapat dilakukan hitungan penulangan beton.
7.4 Pemilihan Beb an-beban Kolom

Dalam praktek, lebih baik jika ukuran fondasi dibuat sedemikian rupa agar tekanan sentuh
yang terjadi besarnya seragam di bawah pengaruh beban mati ditambah beban hidup yang
memang betul-betul mempengaruhi penurunan. Yaitu, dengan membuat pusat luasan fon­
dasi berimpit dengan resultan beban-beban kolomnya. Jika fondasi terletak pada tanah
lempung, beban hidup yang diperhitungkan adalah beban yang diperkirakan akan bekerja
dalam periode beberapa tahun. Untuk fondasi pada tanah pasir, ha! ini merupakan nilai
kemungkinan beban maksimumnya.
Walaupun fondasi telapak gabungan dibuat agar tekanan pada dasar fondasi seragam
oleh pengaruh beban-beban kolomnya, namun dalam praktek, perancangan fondasi terse­
but sering didasarkan pada beban-beban kolom yang ada. Sehingga akan terdapat eksen­
trisitas resultan beban terhadap pusat luasan fondasi, dan distribusi tekanan fondasi
menjadi tidak seragam. Oleh karena itu, daya dukung diizinkan (qa) harus dihitung ber­
dasarkan pembebanan eksentris. Selanjutnya, untuk perancangan struktur fondasi, hitung­
an gaya-gaya lintang dan momen-momen lentur harus didasarkan pada tekanan pada
dasar fondasi yang tak seragam tersebut.
Contoh soal 7.1:
Dua buah kolom akan digabungkan menjadi sebuah fondasi gabungan (Gambar C7.1).
Area bangunan sebelah kiri terbatas oleh batas pemilikan. Beban pada kolom P1 80 t dan
pada kolom P22= 160 t. Fondasi terletak pada tanah lempung jenuh dengan berat volume
=

rata-rata 2 t/m dan koefisien tekanan pori A 0,9. Dari pengujian tekan-bebas diperoleh Cu2
==

=
seperti yang ditunjukkan pada Gambar C6.1 . Modulus elastis rata-rata E 200 kg/ cm
pada seluruh kedalaman lapisan lempung. Hitung dimensi fondasi yang aman terhadap
daya dukung dan penurunan.
Penyelesaian:
(a) Hitungan dimensifondasi dan daya dukung
238 Fondasi telapak gabu ngan dan fondasi telapak kantilever

Letak resultan beban-beban dari pusat kolom P1:


"f..P x y P2 x L 1
=

1 60 x 4
y 80 + 1 60 2,67 m (dari pusat kolom P1)
=

L = 6, 1 4 m

0,4 m L1 = 4 m

mv = 0,001 m2/! 8
7
11
(a) -----
mv = 0,00 1 2 m2/! 13
15
14
--
--- 16 7,5 m
mv = 0,0003 m2/! 17
19
20
*\VM\W«H\W 1 0,5 m
Lapisan kerikil berpasir sang at pad at
. -

I
Pusat berat luasan fondasi dibuat

-$- - · -
I
-- - �
(b) pada resultan beban ("LP)
B = 2,6 m

I
·

l
L = 6, 1 4 m

Gambar C7. 1

Diinginkan tekanan pada dasar fondasi seragam. Untuk !tu, panjang fondasi yang dibutuh­
kan:
= x
L 2 (2,67 + 0,4) 6,14 m =
Teknik Fondasi 1 239

Mula-mula, daya dukung diizinkan dimisalkan dengan mempertimbangkan kohesi tanah


lempung, q a = 15 t/m2.
r,p 240
Lebar fondasi yang dibutuhkan: B = -Lq a 6,14 X 15
= 2,6 m

Daya dukung neto (dihitung menurut persamaan Skempton):

Dicoba kedalaman fondasi Dt= 1,5 m. Terlihat bahwa dalam soal ini Cu di antara dasar fon­
dasi sampai 3 m di bawahnya tak banyak bervariasi (lebar fondasi maksimum diperkirakan
3 m). Untuk hitungan daya dukung, Cu rata-rata akan diambil dari kohesi rata-rata pada
kedalaman tersebut (1 ,5-4,5 m), yaitu
+
2
cu = % ( 7 + 6 + 8 7) = 7 tlm
=
Dihitung DJIB = 1,5/2,6 = 0,58. Dari Gambar 3.10, diperoleh Ne 7,2 (untuk fondasi
bujur sangkar).
x
Untuk fondasi memanjang ukuran 2,6 m 6,14 m yang akan dipakai:
2,6 )
N = (0,84 + 0,1 6 X -
c 6,14
X 7,2 = 6,53

qun = 7 X 6,53 = 45,71 t/m 2


1 2
F qun = % X 45,71 = 15,24 > q n = 15 t/m
-

dengan q n = 6,14240X 2,6 = 15 t/m 2


Jadi, dimensi fondasi memenuhi persyaratan terhadap daya dukung.
(b) Hitungan penurunan

q= -
L-P
A
+ tekanan akibat berat pelat fondasi + tekanan tanah di atas pelat

Bila berat volume beton =t/m3, dan tebal pelat fondasi 0,5 m, maka
2,4 =

240
+
2
q= ( 0,5 x 2,4 ) + ( 1 x 2) = 18,2 t/m
2,6 X 6,14

Tekanan fondasi neto q n = q- o1y = 18,2 - ( 1,5 x 2) 15,2 tlm2


(b. l) Penurunan-segera rata-rata
Karena tanahnya lempung jenuh, maka dapat diperkirakan 1.1 = 0,5. Oleh karena itu, penu­
runan-segera rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Janbu dkk (1956).
240 Fondasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever

- ll 1 1lo E
qB
Si -

LIB = 6,1 4 / 2,6 = 2,36


H/B = 9/2,6 = 3,46
D/ B = 1,5 /2,6 = 0,58

Dari G ambar 4.16, diperoleh Jl1 = 0,85, Jlo = 0,9.


Penurunan-segera rata-rata hila fondasi fleksibel terletak permukaan:
15,2 x 2,6
S . = 0,85 x 0,9 x
l
= 0,015 m = 15 mm
2000
Dengan menerapkan koreksi penurunan-segera hila fondasi kaku (Persamaan (4.16a)),
dan koreksi kedalaman fondasi, Df = 1,5; DJ IB = 0,58; = 0,5 (dari Gambar 4.15, a = 0,84),
Jl
maka besar penurunan-segera terkoreksi Sj' = (0,93)(0,84)(15) = 12 mm.
(b.2) Penurunan konsolidasi
Distribusi tekanan di bawah fondasi dihitung berdasarkan cara penyebaran 2V : 1H.
q BL
Untuk soal ini, z = �p = ___�cr n___
( B + z) ( L + z)
dengan qn = 15,2 t/m2, z = jarak dari dasar fondasi ke tengah-tengah lapisan yang ditinjau,
L = panjang fondasi = 6,14 m, dan B lebar fondasi = 2,6 m. Hitungan penurunan konsoli­
=

dasi (Se) dilakukan pada Tabel C7.1, dengan


Se(oed) = mv �p H

Tabel C7.1 Hitungan penurunan konsolidasi.

Lapis an Jarak dari dasar �Oz = �p H Se(oed)


(m) fondasi (z) (t/m2) (m) (mmv2/t) (m)
1,5-4,5 1,5 7,75 3 0,001 0,023
4,5- 7,5 4,5 3,21 3 0,0012 0,011
7,5- 10,5 7,5 1,76 3 0,0003 0,0016
Jumlah = 0,0356 m

Koreksi penurunan konsolidasi, dengan A = 0,9 dan H/ B = 9 / 2,6 = 3,36


Dari Gambar 4.24, dengan cara interpolasi antara fondasi lingkaran dan fondasi meman­
jang, diperoleh secara pendekatan p = 0,92.
Jadi, Se = P Se(oed) = 0,92 x 0,0356 = 0,033 m = 33 mm
Penurunan akhir total:
' e
S = S 1 + S = 1 2 + 33 = 45 mm < 65 mm (OK!)

Menurut Tabel yaitu untuk fondasi terpisah pada tanah lempung, penurunannya
4.9,
Teknik Fondasi 1 241

<
masih dalam batas toleransi (S 65 mm). Karena tekanan sentuh pada dasar fondasi
seragam, penurunan yang terjadi diperkirakan mendekati seragam, jika fondasi kaku. Jadi,
dari tinjauan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung dan penurunan toleransi,
x
dimensi (2,6 m 6,14 m) dan kedalaman fondasi (DJ = 1,5 m) yang dipakai, memenuhi
syarat.
Contoh soal 7.2:
Dua buah kolom digabungkan oleh sebuah fondasi telapak kantilever (Gambar C7 2). .

Ruang sebelah kiri kolom terbatas, yaitu pada jarak 0,4 m dari pusat kolom P1• Beban-beban
kolom P1 = 150 t dan P2 = 400 t dengan garis kerja beban terletak di pusat masing-masing
kolom. Tanah dasar fondasi berupa pasir, dengan berat volume yang dapat dianggap sama
di seluruh kedalamannya, yaitu y = 1,87 t/m3. Data pengujian SPT diperlihatkan pada
Gambar C7.2 . Nilai-nilai N yang tercantum pada gambar tersebut sudah merupakan N
terkoreksi. Berapakah dimensi dan kedalaman fondasi yang memenuhi syarat faktor aman
terhadap daya dukung dan penurunan?
Penyelesaian: c::
I'll

.
E
Q) N-SPT
c.
0 r-r----+
1
N = 10

q1 = 33,47 urn• f q2 = 35,27 tim•


(a)
I R2 : lij

Pasir padat
\0!�
--r---�0�0
...:.;,:.:..
0 .:...-
.:.. ------------- . �
� 5
. .

Sm Pasir tak padat


_ l N= 10

- .
.
toqw ..;:o;;lli
ifFil/liJF
iF:Jt=i/ Lapisan batu Nl04Jiifl"''lllfl
13 u__
5,275 m

82 = 3,30 m

I· 82 = 3,30 m "I
Gambar C7.2 Gambar fondasi pada pemisalan awa/ (81 = 2,25 m, 82 = 3,30 m, Dt= 1,5 m).
242 Fondasi telapak gabu ngan dan fondasi telapak kantilever

(a) Hitungan dimensi fondasi dan daya dukung


Didasarkan pada kondisi tanah pasirnya, dicoba kedalaman fondasi 1,5 m. Pada kedalam­
=
an ini, nilai N 35. Diperkirakan lebar fondasi terbesar B kira-kira 3,5 m. Nilai N yang di­
kedalaman B. Untuk ini, dipakai nilai N dari kedalaman 1,5-5 m, yaitu N = 35. Daya
pakai dalam hitungan daya dukung diizinkan adalah N dari dasar fondasi sampai
penurunan maksimum 1 inci, dengan N 35, B = 3,5 m, dari Gam­
=

bar 3.29, qa = 35 t/m2 .


dukung diizinkan untuk
(a. l ) Fondasi kolom P1:
=
Dihitung reaksi gaya di pusat fondasi P1. Dicoba B1 2,25 m. Pusat luasan fondasi kolom P2
dibuat berimpit dengan garis kerja beban P2• Diambil momen terhadap pusat fondasi
kolom P2:
L 1R 1 = (L 1 + 0,5B 1 - a 1 ) P 1
150 = 168, 2 t
R l 1L6 + (0,5 X 2, 25) - (0, 4)Jl 6
=

dengan 1 adalah reaksi gaya pada pusat dasar fondasi kolom P1.
TekananRpada dasar fondasi kolom P1:
q1 = - =
R l 168,2 33,2 t/m 2
-- =

B 12 2'25 2
Untuk N 35, B1 = 2,25 m, dari Gambar 3.29, diperoleh
=

= =
qa 38 t/m2 > q 1 33,2 t/m2 (OK! )
(a.2) Fondasi kolom P2:
Reaksi gaya di pusat kolom P2, yaitu R2:

Luas fondasi kolom P2 yang dibutuhkan:


381,8 10,91 m2
=
35
Bila fondasi dibuat bujur sangkar, lebar fondasi:
B 2 = J ( 10, 91) 3,30 m
=

x
Pada luas fondasi 3,30 m 3,30 m untuk kolom P2 terseb.ut, tekanan yang terjadi pada dasar
fondasinya terbagi rata sebesar 35 t/m2 qa-
=

Karena di bawah kedalaman 5 m terdapat lapisan pasir tidak padat yang mudah mam­
=
pat setebal 8 m (N-rata-rata 10), diperlukan pengecekan terhadap penurunan yang terjadi.
Teknik Fondasi 1 243

(b) Hitungan penurunan


Karena dasar kedua fondasi terpisah satu sama lain, dengan lebar dan tekanan pada dasar
fondasi yang berbeda, diperlukan hitungan penurunan masing-masing fondasi.
Tekanan fondasi ke tanah dasar akan dihitung dengan memperhatikan berat pelat fon­
dasi, tanah, serta berat balok pengikat kedua kolom.
Tekanan pelat fondasi tebal 0,5 m:
= 0,5 2,4 1,2 t/m2
x =

Tekanan tanah urug tebal 1,5 - 0,5 1 m: =

= 1,0 1,87 1,87 t/m2


x =

Tekanan akibat berat balok ikat pada dasar masing-masing pelat fondasi (balok dengan
panjang 6/2 3 m) sangat kecil, sehingga dapat diabaikan.
=

Jadi, tekanan neto yang diperhitungkan untuk hitungan penurunan, adalah:


(b. l ) Fondasi kolom P1:

qnl 33,2 + 1,2 + 1,87 - 1,5 X 1,87 33,47 tlm 2 q 1 33,2 tlm 2
= = = =

(b.2) Fondasi kolom P2:

qn 2 35 + 1,2 + 1,87 - 1,5 x 1, 87 35,27 t/m 2 q2 35 t/m 2


= = = =

Dalam soal ini (lihat juga Contoh soal 7.1) terlihat bahwa pengaruh tambahan tekanan, bila
berat pelat fondasi yang relatif tidak tebal diperhitungkan, sangat kecil. Sehingga, dalam
hitungan tekanan fondasi neto sering dianggap bahwa berat volume beton sama dengan
berat volume tanah.
Penurunan total kedua fondasi merupakan penurunan-segera, karena tanahnya berupa
pasir.
Hitungan tambahan tegangan vertikal di bawah pusat fondasi kolom P1, dilakukan pada
Tabel C7.2a sampai Tabel C7.2c.
Pada tabel-tabel tersebut dan tabel-tabel sesudahnya,
z = kedalaman tengah-tengah lapisan dari dasar fondasi.
x = jarak dari pusat luasan fondasi P1 ke pusat luasan fondasi P2 atau sebaliknya.
Hitungan penurunan-segera menurut cara De Beer dan Marten, dikerjakan pada Tabel C7.2d.
Dalam penyelesaiannya, dipakai hubungan tahanan kerucut stabs dan nilai N-SPT yang
disarankan Meyerhof: qc 4N. =

Prosedur hitungan penurunan, dilakukan sebagai berikut:


Misalnya pada Tabel C7.2d, untuk hitungan kompresi lapisan tanah kedalaman 1,5--5 m
(tebal lapisan mampat H 3,5 m). =

= =
Di tengah-tengah lapisan tersebut terdapat tambahan tegangan vertikal �O"z �P 16,9
t/m2 .
Tekanan overburden efektif di tengah-tengah lapisan, yaitu pada kedalaman 3,25 m dari
muka tanah: p0' 3,25 1,87 6,08 t/m2
= x =
244 Fondasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever

qc 4 N 4 x 35 = 140 kg/cm2 = 1400 tlm2


=

C = 1, 5 / p = 1, 5 x 1400/ ( 6, 08) = 345, 4


=

q 0'

3,5 ln 6,08 + 1 6,9 0,013 m


6,08
=

345,4
Tabel C7.2a bcr2 di bawah pusat fondasi kolom P1 oleh pengaruh beban P1 (B1 = 2,25 m, qn1
33,47 t/m2)

Lapisan X x/B1 z z/B1 bazlqn 1 bcr



(m) (m) (m) Gb. 4.6b (t / m )

1,5- 5,0 0 0 1,75 0,77 0,5 16,74


5,0-13 0 0 7,50 3,33 0,05 1,67

Tabel C7.2b bOz di bawah pusat fondasi kolom P 1 oleh pengaruh beban P2 (B2 = 3,30 m, qn2 =
35,27 t / m2 ) ·

Lapisan X x/B2 z z/B z bOz / qn z bOz


(m) (m) (m) Gb. 4.6b (t / m 2 )

1,5-5,0 5,275 1,59 1,75 0,53 0,005 0, 176


5,0-13 5,275 1,59 7,50 2,27 0,038 1,34

Tabel C7.2c Tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan, di bawahfondasi P1.

Lapis an Kedalaman bOz = bp


2
(m) (m) (t / m )

1,5- 5,0 3,25 1 6,74 + 0,176 = 1 6,9


5,0-13 9,00 1,67 + 1,34 = 3,01

Tabel C7.2d Hitungan penurunan-segerafondasi kolom P1.

Lapis an Kedalam- qc = 4N Po '


2
bp = bcrz
2
C= H si
(m) an (m) ( t / m 2) (t / m ) (t / m ) 1,5 qciPo' (m) (m)

1,5-5,0 3,25 1400 6,08 16,9 345,4 3,5 0,013


5,0-13 9,00 400 16,83 3,01 ' 35,65 8,0 0,037

'LS i = 0,013 + 0,037 0,05 m =


Teknik Fondasi 1 245

Penurunan total fondasi kolom adalah sama dengan penurunan-segeranya = 0,05 m =


P1
50mm > 40 mm (tidak memenuhi)
Dengan cara yang sama, tambahan tegangan vertikal di bawah pusat fondasi dan penu­
runan-segera pada fondasi dilakukan pada Tabel C7.3a sampai Tabel C7.3d.
P2

Tabel C7.3a LlO'z di bawah pusat fondasi kolom P2 oleh pengaruh beban P1 (B1 = 2,25 m, qn1 =
2
33,2 t!m J

Lapis an X x/B 1 z z/B1 Ll O'z / qnl .:10'


"2
(m) (m) (m) Gb. 4.6b (t / m )

1,5-5,0 5,275 2,34 1,75 0,77 0,001 0,033


5,0- 13 5,275 2,34 7,50 3,33 0,018 0,598

Tabel C7.3b LlO'z di bawah pusatfondasi kolom P2 oleh pengaruh beban P2 (B2 = 3,30 m, qn 2 = 35 t!m )
2

Lapis an X x/B2 z / B2 LlO'z / qnz


z LlO'z
(m) (m) (m) Gb. 4.6b (t / m 2)

1,5-5,0 0 0 1,75 0,53 0,7 24,5


5,0- 13 0 0 7,50 2,27 0,1 3,5

Tabel C7.3c Tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan, di bawah fondasi P2 .

Lapis an Kedalaman <10'z = t1p


(m) (m) ( t/ m 2)

1,5- 5,0 3,25 0,033 + 24,5 == 24,53


5,0-13 9,00 0,598 + 3,5 == 4,1

Tabel C7.3d Hitungan penurunan-segera fondasi kolom P2 .

Lapis an Kedalaman qc = 4N
2
Po
2
' !lp .:10'z
==
2
C= H S l·
(m) (m) (t / m ) (t / m ) (t/ m ) ,
q
1 5 cfpo ' (m) (m)
1,5- 5,0 3,25 1400 6,08 24,53 345,4 3,5 0,016
5,0-13 9,00 400 1 6,83 4,1 35,65 8,0 0,049

Penurunan total fondasi kolom P2:


+
LS i = 0,016 0,049 0,065 m = 65 mm > 40 mm (tidak memenuhi)
==

Penurunan maksimum fondasi telapak menurut Tabel 4.9 adalah 40 mm. Oleh karena ==

itu, fondasi yang dirancang belum memenuhi syarat. Untuk itu, tekanan pada dasar fon­
dasi harus diperkecil dengan jalan menambah lebar fondasi.
246 Fondasi telapak gabungan dan fondasi telapak kantilever

Hitungan dengan cara yang sama seperti di atas, namun dengan menambah lebar fon­
dasi harus dilakukan, sampai penurunan maksimum dan beda penurunan (3/L) lebih kecil
dari yang disyaratkan.
8
FONDASI RAKIT

8.1 Pendahuluan

Fondasi rakit (raft foundation atau mat foundation), didefinisikan sebagai bagian bawah dari
struktur yang berbentuk rakit melebar ke seluruh bagian dasar bangunan. Bagian ini ber­
fungsi meneruskan beban bangunan ke tanah di bawahnya. Fondasi rakit digunakan bila
lapisan tanah fondasi berdaya dukung rendah, sehingga jika digunakan fondasi telapak
akan memerlukan luas area yang hampir memenuhi bagian bawah bangunannya. Terzaghi
dan Peck (1948), menyarankan bahwa bila 50% luas bagian bawah bangunan terpenuhi
oleh luasan fondasi, lebih ekonomis jika digunakan fondasi rakit karena dapat menghemat
biaya penggalian dan penulangan beton.
8.2 Daya Dukung Diizinkan

Fondasi rakit hanyalah merupakan fondasi yang lebar. Oleh karena itu, hitungan-hitungan
daya dukung sama seperti hitungan daya dukung fondasi telapak. Daya dukung diizinkan
(qa), ditentukan dari daya dukung ultimit dibagi faktor aman yang sesuai dan penurunan
yang terjadi harus masih dalam batas toleransi. Analisis-analisis daya dukung telah dipela­
jari dalam Bab 3, sedang analisis penurunan telah pula dipelajari dalam Bab 4. Pertimbang­
an-pertimbangan perancangan dengan memperhatikan jenis tanah dapat dilihat pada Bab
5. Besarnya tekanan fondasi neto qn pada dasar ruang bawah tanah, adalah tekanan fondasi
total q dikurangi tekanan total akibat berat tanah yang terdapat di atas dasar fondasinya.
Pengurangan tekanan fondasi neto akibat gesekan antara dinding ruang bawah dan tanah
di sekelilingnya, sebaiknya tidak diperhitungkan dalam hitungan.
Area yang tertutup fondasi rakit adalah sama dengan atau sedikit lebih besar dari luas
bangunannya. Oleh karena itu, jika daya dukung diizinkan terlampaui, jalan keluarnya
adalah dengan memperdalam fondasi atau memperdalam ruang bawah tanahnya.
8.2. 1 Daya Dukung
(a) Fondasi Rakit pada Tanah Pasir

Karena area fondasi rakit yang sangat luas dibandingkan dengan fondasi telapak, untuk
fondasi rakit yang terletak pada tanah pasir, faktor aman terhadap keruntuhan daya du­
kungnya selalu besar. Dengan bertambahnya lebar rakit atau bertambahnya kerapatan rela­
tif tanah, maka daya dukung bertambah dengan cepat. Oleh karena itu, untuk fondasi rakit
yang terletak pada tanah pasir, kemungkinan terjadinya keruntuhan terhadap daya
dukung sangat kecil.
248 Fondasi pela t

Pada G ambar dapat dilihat, bahwa kurva daya dukung diizinkan pada penurunan
3.29
1",umumnya, tak tergantung dari lebar fondasi (B), asalkan lebar fondasi lebih besar dari
6,5m. Dengan dasar ini, Peck, dkk. (1953) menyarankan persamaan daya dukung diizinkan
(qa)untuk fondasi rakit yang lebar, sebagai berikut:
N-3
qa = -- (8.1 }
5

dengan adalah jumlah pukulan dalam pengujian SPT. Nilai qa yang diperoleh pada Per­
N
samaan (8.1) dapat agak ditambah bila terdapat lapisan batu kurang dari O,S lebar fondasi
rakit. Sebaliknya, nilai qa harus dibagi 2 jika muka air tanah pada dasar fondasi atau lebih
tinggi lagi. Untuk muka air tanah terletak di tengah-tengah antara dasar fondasi dan B di
bawah dasar fondasi, dapat dilakukan reduksi qa antara 0 sampai 50%. Perlu diperhatikan,
nilai N yang digunakan harus dikoreksi terhadap faktor pasir halus yang terletak di bawah
muka air tanah dan faktor tekanan overburden efektif.
<
Jika N 5, pasir sangat tidak padat. Oleh karena itu, tidak baik untuk mendukung fon­
dasi rakit. Jika pada tanah tersebut akan diletakkan fondasi rakit, tanahnya harus dipadat­
kan lebih dulu hingga nilai N mencapai 10, atau digunakan fondasi tiang.
(b) Fondasi Rakit pada Tanah Lempung

Hitungan daya dukung ultimit fondasi rakit pada tanah lempung jenuh homogen dapat
dilakukan dengan menggunakan Persamaan Bila tanah lempungnya berlapis, dapat
(3.31).
digunakan persamaan-persamaan daya dukung untuk tanah berlapis yang telah dipelajari
pada Bab 3. Menurut Persamaan beban fondasi yang dapat mengakibatkan keruntu­
(3.31),
han tanah tak bergantung pada lebar fondasi rakit. Pada penambahan kedalaman, daya
dukung ultimit bertambah oleh akibat beban terbagi rata {p0 = D!f). Untuk mengurangi
tekanan akibat berat bangunan pada tanah, lebar fondasi harus ditambah. Karena penam­
bahan lebar fondasi tidak mungkin karena terbatasnya luas tanah untuk bangunan, maka
hila fondasi rakit terletak pada tanah lempung yang lunak, untuk mengurangi tekanan
tanah yang besar pada tanah dasar fondasi, fondasi harus diperdalam. Untuk ini dapat
dipakai jenisfondasi mengapung (floatingfoundation).
8.2.2 Penurunan
Walaupun hal-hal yang mempengaruhi keamanan fondasi rakit dan fondasi telapak sama,
tetapi karakter penurunan kedua fondasi berbeda. Perbedaannya diperlihatkan dalam
Gambar 8.1. Zona tanah tertekan oleh fondasi rakit yang mengalami penurunan ber­
kembang ke dalam tanah lebih besar daripada fondasi telapak. Permukaan penurunan fon­
dasi rakit bila tanahnya kohesif dan homogen akan berupa cekungan dengan nilai pe­
nurunan maksimum pada bagian tengah rakit fondasinya. Sedang pada fondasi telapak,
penurunan yang terjadi relatif seragam dan besarnya penurunan kurang dari penurunan
fondasi rakit, pada tekanan fondasi persatuan luas yang sama.
(a) Fondasi Rakit pada Tanah Pasir

Karena dimensi fondasi rakit yang besar, tekanan fondasi pada tanah pasir di bawahnya
terjadi pada zona yang relatif dalam. Oleh karena itu, pengaruh adanya lensa-lensa pasir
Teknik Fondasi 1 249

yang tak padat-yang tersebar secara acak pada lapisan pasir--diperkirakan mendekati
sama pada seluruh bagian rakit. Pada tekanan yang sama, penurunan tak seragam fondasi
rakit akan lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pada fondasi telapak. Pengalaman
menunjukkan bahwa pemberian tekanan fondasi rakit 2 kali tekanan fondasi telapak, tidak
mengakibatkan penurunan tak seragam yang membahayakan.

�UTJOT"I""ln'1mTIO'J"trJll �
"' TD.l.mJllirrmn
rrm rrsynIIID·'=
Tekanan Tekanan

(a) (b)

Gambar 8.1 Perbedaan distribusi tekanan antara fondasi telapak dan fondasi rakit pada tanah di bawahnya
(a) Sekelompok fondasi telapak
(b) Fondasi rakit

Pengalaman dan teori menunjukkan bahwa penurunan dari beban yang uniform pada
tanah pasir, menghasilkan penurunan yang sama ke seluruh luasan fondasi, asalkan dasar
fondasi terletak pada kedalaman lebih dari 2,5 m dari permukaan tanah. Jika kedalaman
fondasi rakit dangkal, bagian terluar dari sisi fondasi akan turun lebih besar daripada
bagian tengahnya.
Jika qa didasarkan pada Persamaan (8.1), dan jika N > 5, penurunan tak seragam di an­
tara kolom-kolom yang berdekatan pada fondasi rakit pada tanah pasir diperkirakan akan
kurang dari 3/4", asalkan dasar fondasi terletak pada kedalaman lebih dari 2,5 m (Terzaghi
dan Peck, 1948).

(b) Fondasi Rakit pada Tanah Lempung

Jika fondasi terletak pada tanah lempung, tekanan fondasi maksimum yang diizinkan
harus memperhatikan pula persyaratan penurunan. Hitungan penurunan dapat didasar­
kan pada anggapan bahwa lapisan lempung yang dibebani dalam kondisi ditahan secara
lateral. Dari hasil hitungannya, untuk beban yang uniform, bentuk penurunan akan berupa
cekungan dengan nilai maksimum di tengah-tengah, karena tekanan konsolidasi semakin
ke tepi semakin berkurang. Tetapi, kemiringan permukaan penurunannya sangat kecil, se­
hingga perbedaan penurunan antarkolom sangat kecil dibanding dengan selisih penu­
runan antara bagian paling tepi dan pusat fondasinya. Karena luas fondasi rakit yang besar
dan penurunan bertambah hila ukuran rakitnya bertambah, maka harus selalu diketahui
apakah besar penurunan masih dalam batas toleransi.
250 Fondasi pelat

Perbedaan penurunan dari luasan yang tertutup oleh fondasi rakit, umumnya menun­
jukkan variasi dari kompresibilitas tanah. Penun.man yang tak sama dari fondasi rakit per
inci dari penurunan maksimumnya, tidak lebih dari 1h. kali penurunan fondasi telapak pada
tekanan per satuan luas yang sama. Hal ini disebabkan oleh distribusi acak dari zona
mudah mampat di bawah fondasinya, ditambah oleh pengaruh kekakuan rakit fondasi dan
rangka bangunannya (Gambar 8.2). Oleh karena itu, jika penurunan tak seragam yang
ditoleransikan pada fondasi telapak adalah 3/4", tekanan tanah yang diizinkan pada fon­
dasi rakit dapat dipilih sedemikian rupa sehingga penurunan maksimumnya 2" (tidak 1"
seperti pada fondasi telapak) (Terzaghi dan Peck, 1948).

I
I
'I
Ruang

- - - r:J
bawah tanah
�---
- - - ----� ------
\
I

� �· �/
Leooa p";'


1 tidak padat

\\ Zona mampat f

�� /
� '..... ...... __
_ _ _ _ _ .-
..... //

Gambar 8.2 Penyebaran Jensa-Jensa tanah pasir Jonggar di bawah tondasi bangunan yang sangat lebar.

8.3 Perancangan

Terdapat beberapa cara untuk merancang fondasi rakit_ Salah satu caranya adalah dengan
menganggap rakit sebagai material yang sangat kaku dan distribusi tekanan yang timbul
akibat beban fondasinya dianggap linier dengan pusat tekanan berimpit dengan resultan
beban-bebannya.
Penentuan kedalaman fondasi dilakukan dengan coba-coba. Gambar 8.3 menunjukkan
bangunan dengan memakai fondasi telapak dan fondasi rakit. Jika digunakan fondasi tela­
pak, kedalaman fondasi (Dj) diukur dari permukaan dasar rakit sebelah dalam sampai ke
dasar fondasi. Sedang bila dipakai fondasi rakit, kedalaman fondasi diukur dari permu­
kaan tanah bagian luar sampai ke dasar fondasinya. Sesudah kedalaman ditentukan, gaya­
gaya yang bekerja pada rakitnya dihitung.
Beban-beban yang harus digunakan dalam hitungan tekanan tanah yang menekan rakit
fondasi (tekanan sentuh) yang harus dicek terhadap daya dukung yang diizinkan (qa) adalah
beban mati yang benar-benar aktif, dikurangi dengan beban terbagi rata akibat berat tanah
di atas dasar fondasi. Bila tekanan pada tanah akibat bebannya terlalu tinggi, fondasi perlu
diperdalam. Setelah kedalaman fondasi sudah ditentukan, dilakukan hitungan gaya-gaya
yang bekerja pada pelat dasar rakit.
Teknik Fondasi 1 251

(a) Fondasi telapak terpisah (b) Fondasi rakit

Gambar 8.3 Kedalaman dan lebar fondasi untuk fondasi telapak dan fondasi ral<ft.

Beban kolom dan beban dinding maksimum dihitung dengan memberikan reduksi pada
beban hidup yang disesuaikan dengan peraturan muatan. Sesudah itu, ditentukan letak
resultan beban-bebannya. Berat rakit fondasi dapat tidak dimasukkan dalam hitungan
struktur rakitnya, karena di setiap titik pada rakit didukung tanah secara langsung oleh
tanah bawahnya sehingga tak menimbulkan momen lentur.
Penyebaran tekanan pada dasar fondasi, dihitung dengan persamaan:
J:.P J:.P eyy r,p ex x
q ± ± (8.2)
-

IX Iy
=

A
dengan
r,p jumlah total beban fondasi.
A = luas total rakit fondasi.
x, y berturut-turut koordinat pada sembarang titik pada rakit arah sumbu x-y yang
dibuat lewat pusat berat luasan fondasinya.
Ix, Iy = momen inersia terhadap sumbu-x dan sumbu-y.

Jika rakit berbentuk empat persegi panjang, Persamaan {8.2), menjadi:

q =
r, p (l ±
6e1 ± 6 eb ) (8.3)
BL L B
dengan
L panjang rakit.
B = lebar rakit.
eksentrisitas resultan beban arah L dan B.

Hitungan qmaks dapat d ilakukan dengan menggunakan diagram pada Gambar 6.3.
Jika fondasi terletak pada tanah lunak, beban eksentris dapat menyebabkan selisih penu­
runan pada sudut-sudut luasan fondasinya. Tekanan vertikal pada sembarang lapisan di
bawah tiap-tiap sudut rakit tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan lingkaran New­
mark (Gambar 4.12).
Dalam bentuk yang paling sederhana, fondasi rakit terdiri dari pelat beton bertulang
yang mendukung kolom-kolom dan dinding-dinding bangunannya dengan besar beban
dan jarak kolom-kolom yang relatif sama. Pelat, umumnya dirancang sebagai pelat lantai
252 Fondasi pelat

kontinu yang terbalik yang didukung oleh kolom dan dinding, dengan tanpa adanya de­
fleksi ke atas dari pelat. Tekanan tanah terhadap rakit dianggap seragam, yaitu sama de­
ngan jumlah beban-beban dibagi luas rakit. Dari sini, kemudian dihitung besar gaya lin­
tang dan m omen lentur, untuk kemudian dirancang penulangan betonnya.
Jika beban-beban kolomnya berlainan sehingga dalam tiap bagian luasan fondasinya
mendukung beban yang tak sama, sering dilakukan dengan cara membagi-bagi luasan fon­
dasi ke dalam beberapa bagian dengan tekanan tanah pada tiap-tiap bagiannya dihitung
dari berat bangunan dibagi luas masing-masing bagian. Pemisahan tiap-tiap bagiannya
dihubungkan oleh sambungan pelaksanaan (construction joint) untuk mengizinkan terjadi­
nya penurunan pada bagian tertentu, dengan tanpa membahayakan bagian bangunan yang
lain. Sambungan pelaksanaan yang melintasi bagian pelat dan bangunan atas, diberikan
pada bagian bangunan dengan beda tekanan yang besar. Cara ini terutama digunakan pad a
fondasi rakit yang terletak pada tanah pasir.
Jika beban-beban kolom kira-kira disebarkan secara sama, atau jika tanah bawahnya
diperkirakan dapat menimbulkan penurunan tak seragam yang besar, maka untuk fondasi
rakit yang lebar, pelatnya harus diperkuat guna mencegah deformasi yang berlebihan.
Kekakuan yang diberikan oleh fondasi pelat dapat mengurangi penurunan yang tak
seragam pada kolom-kolomnya. Perkuatan fondasi dapat dilakukan dengan menggunakan
balok-balok "T" yang digabungkan dengan pelat fondasi (Gambar 8.4). Atau dengan cara
lain, yaitu dengan menggunakan jenis fondasi rangka kaku (rigid frame foundation) atau de­
ngan membuat struktur atas yang kaku. Semakin luas fondasi, semakin mahal tuntutan
untuk membuat perkuatan-perkuatan struktur atasnya agar menjadi kaku. Oleh karena itu,
untuk fondasi rakit yang sangat besar, lebih baik jika digunakan fondasi tiang.
Fondasi rakit sering dirangkaikan dengan ruang bawah tanah (basement). Perluasan ba­
ngunan ke bawah akan mereduksi tekanan fondasi neto, sehingga mengurangi penurunan-

/1 Lantai 1
- - - - "4 - - - - - - �
Dinding beton bertu lang
yang kuat

"'-
Fondasi rakit
beton bertulang
(a) Perkuatan fondasi dengan balok-balok "T" .

.� Gelagar dan dinding beton bertulang yang kuat

(b) Perkuatan fondasi dengan fondasi rangka kaku.

Gambar 8.4Struktur pengaku pada fondasi rakit.


Teknik Fondasi 1 253

nya. Bangunan bawah tanah yang lantai fondasinya terletak beberapa meter di bawah
tanah, dibangun dengan cara menggali tanah sampai mencapai kedalaman dasar fondasi.
Berat tanah yang tergali untuk2 ruang bawah tanah ini, setiap pengurangan tekanan per
satuan luas sebesar 0,5 kg/cm , kira-kira setara dengan bangunan kantor berlantai 3 sam­
pai 4. Jadi bangunan sebesar ini dapat didukung oleh ruang bawah tanah yang tanah
dasarnya berupa lempung sangat lunak dan mudah mampat, yang secara teoretis beban
tersebut tak akan mengakibatkan penurunan.
Penurunan fondasi rakit dengan beban terbagi rata sama akan berbentuk cekungan de­
ngan nilai maksimum di tengah. Selisih penurunan antara tepi dan tengah fondasinya,
lh
secara kasar kira-kira dari penurunan maksimum. Jika bangunannya sendiri fleksibel,
penurunan yang tak seragam tersebut dapat dieliminasi dengan membuat bangunan ba­
wah yang kaku.
Jika area fondasi rakit luas, terletak pada tanah lempung, dan memikul beban yang ber­
beda-beda momen lentur di dalam bangunan bawah dapat menjadi masalah. Oleh karena
itu, dapat dipilih bentuk bangunan dengan kedalaman ruang bawah tanah yang bervariasi,
yang tergantung dari besar beban, sedemikian sehingga selisih antara beban bangunan dan
berat tanah yang tergali per satuan luas mendekati sama untuk setiap bagian fondasinya.
Gambar skematis yang diberikan Terzaghi dan Peck (1948), untuk merancang fondasi
rakit yang terletak pada tanah yang sangat mudah mampat, diperlihatkan pada Gambar
8.5. Di sini terdapat 3 kemungkinan yang dapat dipilih untuk perancangan fondasinya.
Gambar 8.5a menyajikan potongan vertikal dari bangunan bertingkat tinggi yang terdiri
dari 2 sayap. Muka air tanah terletak di bawah dasar rakit. Pada kondisi ini, beban-beban
yang bekerja adalah beban mati ditambah beban hidup, termasuk berat rakit. Sedang beban
neto yang digunakan untuk menghitung penurunan adalah beban hidup ditambah beban
mati dan dikurangi beban akibat berat tanah (tekanan overburden) yang tergali. Jika struk­
turnya kaku dan jumlah aljabar dari ketiga beban no!, secara teoretis tak ada beban yang
mengakibatkan penurunan.
(a) (b) (c)

m.a.t ¥' m.a.t

�!-j::�;
·

Kelebihan beban

Pengurangan tekanan
akibat penggalian

Gambar 8.5 Tiga cara untuk merancang fondasi rakit pada tanah /unak (Terzaghi dan Peck, 1 948).
(a) Struktur sangat kaku mampu memberikan penurunan yang seragam.
(b) Struktur fleksibel mampu menga/ami defleksi yang besar tanpa mengalami kerusakan.
(c) Struktur fleksibe/. Terjadi penurunan seragam ofeh variasi kedalaman ruang bawah tanah.
254 Fondasi pelat

Jika strukturnya fleksibel, reaksi tanah di seluruh rakit secara kasar akan sama dengan
besarnya beban yang bekerja padanya. Momen lentur, pada kondisi ini, akan kecil. Namun,
karena beban terkonsentrasi di bagian tengah, akan terjadi penurunan tak seragam yang
besar akibat dari beban yang terlalu besar di tengah. Beda penurunan ini tak dapat dihin­
dari walaupun, misalnya, berat bangunan sama dengan berat tanah yang digali untuk fon­
dasi. Untuk fondasi pada, tanah pasir, beda penurunan ini kecil, sehingga tak
membahayakan bangunan. Oleh karena itu, bangunannya dapat dirancang seperti Gambar
8.5b. Sebaliknya, hila bangunan terletak pada tanah lempung, penurunan tak seragam aki­
bat perbedaan pembebanan antara bagian tengah bangunan dan pinggir akan besar. Untuk
menanggulangi kondisi ini, disarankan merancang fondasi bangunan dengan meng­
gunakan fondasi tiang atau bentuk bangunan diubah seperti yang diberikan pada Gambar
8.5c. Jika dipilih seperti Gambar 8.5c, kedalaman ruang bawah tanah harus dirancang
sedemikian rupa sehingga penurunan struktur bagian tengah dan sayap mendekati sama.
8.4 Pengembangan Tanah Akibat Penggalian Tanah Fondasi
Penggalian ruang bawah tanah dap-at berakibat tanah dasar fondasi mengembang sewaktu
selesai penggaliannya. Pengembangan yang berakibat naiknya elevasi dasar galian tanah
fondasi, umumnya hilang dalam masa periode pelaksanaan. Yaitu, setelah beban struktur
yang dibangun sama atau melebihi berat tanah yang digali untuk fondasi. Penurunan ba­
ngunannya, terjadi bila beban struktur yang dibangun telah melampaui berat tanah yang
tergali. Saat berat bangunan sama dengan berat tanah yang tergali, besar penurunan adalah
sama atau sedikit lebih besar dari besarnya kenaikan elevasi tanah akibat penggaliannya.
Besarnya kenaikan dasar galian akibat pengembangan dan penurunan sesudahnya, ber­
gantung pada sifat tanah dan dimensi lubang galian. Jika tanah dasar berupa pasir yang
terletak di atas muka air tanah, kenaikan akibat pengembangannya kecil dan biasanya
dapat diabaikan. Pada tanah lempung lunak, deformasi terjadi pada kadar air konstan se­
perti halnya bahan yang bersifat elastis, tidak mudah mampat yang isotropis. Oleh karena
itu, pengembangannya dapat dihitung dengan teori elastis. Modulus elastis E dapat diten­
tukan dari pengujian triaksial tanpa-drainase (undrained), pada contoh tanah tak terganggu,
dengan penerapan tekanan keliling (cr3) yang kira-kira sama dengan besar tekanan overbur­
den efektifnya. Beban aksial diterapkan dengan tekanan sedang, kemudian direduksi sam­
pai no! beberapa kali. Nilai E diambil dari kemiringan awal kurva tegangan-regangan pada
penambahan terakhir dari beban aksialnya (Terzaghi dan Peck, 1948) . Hanya sayangnya,
nilai modulus elastis E diketahui sangat sensitif terhadap derajat gangguan contoh tanah­
nya. Bila contoh tanah terganggu, nilai hitungan pengembangan tanah akan lebih besar
dari yang sebenarnya terjadi.
8.5 Penahan Air dan Drainase pada Ruang Bawah Tanah
Jika ruang bawah tanah dibangun di bawah muka air tanah, perhatian khusus harus diberi­
kan terhadap rembesan air yang masuk ke ruang tersebut.
Jika debit rembesan kecil, drainase dapat dilakukan melalui selokan pembuang. Cara
yang umum dipakai adalah dengan memasang pipa-pipa drainase di dekat fondasi atau di
bawah lantai (Gambar 8.6).
Beton berkualitas tinggi yang padat, mempunyai derajat kekedapan air yang tinggi jika
diolah dengan baik pada waktu pengecoran. Rembesan air yang tak begitu besar, yang
meresap melalui fondasinya, dapat diuapkan dengan cara pemanasan dan ventilasi yang
baik.
Teknik Fondasi 1 255

Rembesan oleh pengaruh kapiler yang lewat tembok ruang bawah tanah dan lantai
dapat direduksi dengan memoleskan material kedap air, seperti aspal, di permukaannya.
Bermacam-macam bahan campuran kini telah banyak tersedia untuk mengurang; perme­
abilitas beton dengan jalan memoleskan pada bagian dalam bangunannya.
(b)
(a) Penutup kedap air
Penutup kedap air

Urukan kembali Urukan kembali

Lantai
Filter Filter

Pipa drainase
Lantai Pipa drainase
(c)

Gambar 8.6 Drainase pada ruang bawah tanah.

Untuk ruang bawah tanah yang bangunannya didukung oleh sekelompok fondasi tela­
pak, jika debit rembesan besar, dapat digunakan sistem penahan air seperti pada Gambar
8.7. Metode yang digunakan adalah dengan memasang membran yang kedap air di sekelil­
ing dasar fondasinya. Bahan membran, dapat berupa aspal. Penahan air harus dipasang di
seluruh bangunan yang berada di bawah muka air tanah. Untuk itu, perlu di-buatkan lan­
tai dasar untuk peletakan lapisan membran, sebelum lantai dasar bangunannya sendiri
dicor. G ambar 8.7 menunjukkan penempatan Iapisan membran bila ruang bawah tanah
dipakai fondasi telapak. Di sini, rakit lantai dasar bangunan hanya digunakan untuk mena­
han tekanan air ke atas bukan bagian dari fondasi yang mendukung bangunan.

¥-
Selama pelaksanaan Sesudah pelaksanaan
Muka air tanah pada kedalaman normal

Lantai kerja Pelat dirancang hanya


untuk menahan air
l
� ·. ,-.

Muka air tanah


selama pelaksanaan

Gambar 8.7 Detail fondasi telapak pada tanah pasir bila ruang bawah tanah terletak di bawah muka air
tanah.
256 Fondasi pelat

Contoh soal 8.1:


Bangunan bertingkat akan dirancang dengan menggunakan fondasi rakit ukuran 20 m 20 x

m. Tekanan pada dasar fondasi bangunan total 11 t/m2. Dasar fondasi pada kedalaman 3
m, dan tanah di bawah fondasi berupa lempung tidak homogen setebal 28,5 m yang terle­
tak pada lapisan pasir berkerikil sangat padat. Variasi koefisien perubahan volume mv
tanah lempung menurut kedalamannya; 3 diperlihatkan pada Tabel C8.1. Sudut gesek dalam
=
<Jlu 0 dan berat volume jenuh 2 t/m , pada seluruh kedalaman tanah lempung.

Tabel C8.1 Variasi mv menurut kedalaman.

Kedalaman mv
(m) (m2 /t)
0 - 4,5 0,002
4,5 - 10,5 0,001
10,5- 16,5 0,0005
16,5-22,5, 0,0002
22,5-28,5 0,0001
Modulus elastis untuk kedalaman 3-4,5 m adalah Eu = 400 t/m2,2sedang modulus elastis
=
rata-rata pada dari kedalaman 4,5-28,52 m adalah Eu 1000 t/m . Koefisien konsolidasi
tanah lempung rata-rata Cv = 18,25 m /tahun, dan koefisien tekanan pori A 0,8. Muka air =

tanah pada kedalaman 3 m. Selidiki apakah kedalaman dan luas fondasi bangunan tersebut
memenuhi syarat faktor aman terhadap daya dukung dan penurunan toleransi.
Penyelesaian:

. ---.MI
.....-- 1 '
Fondasi rakit 20 m x 20 m Cu (Um2)
.ra
�" D, = 3 m II .
q = 1 1 urn•
I _"2;�:!"'---�· 5
0
mv - 0, 002 m•tt 7
--------�--��-- 6
14
4,5

mv = 0,001 m•tt 11
10
12
14
1 0, 5
Lempung jenu h: 'Pu = 0 ; Ysat
10
2 Urn•
� Kedalaman
=

mv = 0, 0005 m•tt Cv = 1 8,25 m2/tahun

1
1 6, 5
mv = 0,0002 m2/t
11
10
12
13
22 ,5
mv = 0,0001 m•tt
·· 12
· .. · 10
. .... . .· . . 14
. .. .... Pasir sangat padat


.
: :- · · :.
·..
. .. . ..
.. 0 0 • •
28,5

Gambar CB. 1
Teknik Fondasi 1 2 57

(a) Hitungan daya dukung


Tekanan fondasi neto: qn = 11 - (3 2) = 5 t/m2 . Dari melihat Gambar C8.1, tanah dasar fon­
X

dasi berupa lempung berlapis. Dalam hal ini, kohesi diperhatikan sampai kedalaman B di
bawah fondasi.
(1) Dari kedalaman 3 -4,5 m, kohesi rata-rata
c1 = (1/3)(5 + 7 6) = 6 t/m2.
+

(2) Dari kedalaman 4,5-20 m, kohesi rata-rata:


c2 = (1/13)(14 + 11 + 10 + 12 + 14 10 13 11 + 13 11 10 + 12 13) = 12 t/m2.
+ + + + + +

Pada hitungan daya dukung akan digunakan persamaan daya dukung tanah lempung ber­
lapis dari Vesic (lihat Bab 3.2.11.1).
Daya dukung ultimit neto (Persamaan (3.54b)):

=
c2 /c 1 12/6; BIH = 20/ (4, 5 - 3) = 13, 33
dengan H 2adalah tebal lapisan lempung atas yang terletak di bawah dasar fondasi (dengan
c1 = 6 t/m ).
Dari Tabel 3.5b, diperoleh Nm = 7,6 (diinterpolasi, atau dengan melihat Gambar 3.20)
Daya dukung aman, dengan F = 3:
1 1 2 2
q = - (c 1 N m ) o1y
s
F +
3- (6 7, 6) (3 2) = 21, 2 tlm > q = 11 tlm (OK! )
= x + x

Fondasi aman terhadap keruntuhan daya dukung.


(b) Hitungan penurunan

(b. l) Penurunan-segera

l.l
Karena lempung jenuh, = 0,5. Untuk ini dapat dipakai persamaan penurunan-segera rata­
rata dari Janbu dkk. (1956).

Pada persamaan tersebut q = qn = 5 t/m2


(1) Penurunan lapisan lempung dari kedalaman 3-4,5 m (Eu = 400 t/m2 ):
=
LIB = 20/20 1; HIE = 1,5 /20 = 0,08; DtfB = 3/20 = 0,15
Dari Gambar 4.16, diperoleh Ill = 0,08, llo 0,97 =

5 X 20 0,0194 m
5 . = 0,08 X 0,97 X -- =
1
400
258 Fon dasi pelat, .

(2) Penurunan lapisan lempung pada kedalaman 4,5-28,5 m .

Penurunan lempung setebal H2 = 28,5 - 3 = 25,5 m , bila dianggap lapisannya mempunyai E


2
= 1000 t/m :

LIB = 1; HIB = 25,5 /20 = 1 ,3; DjB = 3/20 = 0,15


Dari Gambar 4.16, diperoleh Ill = 0,5 dan !la = o,97
'

X X
5 x 20
S l. 1 = 0,5 0,97 -- = 0,049 m
1000

Penurunan lempung setebal H1 = 4,5 - 3 = 1,5 m, bila dianggap lapisan mempunyai modu­
lus elastis E = 1000 t/m2 :
LIB = 1; HdB = 1,5 / 20 = 0,08; Dt!B = 3/20 = 0,15
Dari Gambar 4.16, diperoleh Ill = 0,08 dan !la = 0,97

S i2 = 0, 08 X 0 , 97 X
5 x 20
= 0, 0078 m
1000

Penurunan lapisan lempung sesungguhnya (dari kedalaman 4,5-28,5 m) dengan E = 1000


t/m2 :
S i = S i1 - S iz = 0,049 - 0,0078 = 0,041 m

Dengan memperhatikan koreksi kekakuan fondasi yang diambil sebesar 0,80, maka S/ =
0,80 x 0,041 = 0,033 m = 33 mm.
Kedalaman fondasi sangat kecil dibanding dengan lebarnya, maka a = 1, atau tidak ad a
reduksi penurunan-segera.

(b.2) Penurunan konsolidasi


Penyebaran beban ke tanah di bawah fondasi, dipakai metode penyebaran beban 2V : 1H.
Untuk fondasi bujur sangkar,

dengan qn = 5 t/m dan z = jarak tengah-tengah lapisan terhadap dasar fondasi. Hitungan
2
penurunan konsolidasi dilakukan dalam Tabel C8.2. Sebagai contoh, pada lapisan 3-4,5 m:

(1) Tengah-tengah lapisan terletak pada kedalaman: 3 + 0,75 = 3,75 m


2
5 x 20 2
(2) �0' -- = 4,65 t/m
z 2
( 20 + 0,75 )

(3) S e = H mv �O'z = 1,5 x 0,002 x 4,65 = 0,014 m


Teknik Fondasi 1 259

Tabel C8.2 Hitungan penurunan konsolidasi.

I Lapisan Kedalaman z i'1<J


z H mv Se
I (m2 /t)
2
(m ) (m ) (m ) (t/ m ) (m) (m )

3,0 - 4,5 3,75 0,75 4,65 1,5 0,002 0,014


4,5 - 10,5 7,5 4,5 3,33 6 0,001 0,020
1 0,5 - 16,5 13,5 10,5 2,15 6 0,0005 0,0065
16,5 - 22,5 19,5 16,5 1,50 6 0,0002 0,0018
22, 5 - 28,5 25,5 22,5 1,10 6 0,0001 0,0006

Penurunan konsolidasi:
Sc(oed) = 0,014 + 0,02 + 0,0065 + 0,0018 + 0,0006 = 0,043 m
Koreksi penurunan bila koefisien tekanan pori A = 0,8 untuk fondasi bujur sangkar,
dapat dilakukan sebagai berikut:
Diameter ekivalen fondasi bujur sangkar bila dianggap sebagai fondasi lingkaran:
2 2 �
0,25 nD = B , diperoleh D = 20 ( 4/n) = 22,56 m

HIB = 22, 5 /22, 56 = 1 , 13 ; A = 0, 8

Dari Gambar 4.24, diperoleh � = 0,83.


Maka, penurunan konsolidasi terkoreksi:

Se = � x S c(oed) = 0,83 x 0,043 = 0,036 m = 36 mm

Penurunan lapisan pasir sangat padat di bawah lapisan lempung dapat diabaikan
karena sangat kecil.

(b.3) Penurunan akhir total


Penurunan akhir total adalah jum lah dari penurunan-segera dan penurunan konsolidasi,
m aka

S = S/ + S, = 33 + 36 = 69 m m

Bil a diinginkan untuk mengetahui kecepatan penurunannya, dilakukan cara sebagai


berikut:
Beton bahan fondasi dianggap tidak kedap air, sehingga drainase terjadi pada arah atas
dan bawah, atau drainase dobel, jadi
I

H1 = H / 2 = 25,5 / 2 = 12,75 m

Untuk U = 90%, waktu penurunan konsolidasi yang dibutuhkan:

2
1 2,75 X 0,848
t = = 7,5 tahun
18,25
260 Fondasi pelat

Pada waktu 7,5 tahun, perkiraan penurunan total yang terjadi adalah
st u
S / + US C ( dengan = 90%)
=

=
33 + 0,9 x 36 65,4 mm
=

Umumnya, waktu awal terjadinya konsolidasi, yaitu t = 0, dianggap terjadi pada per-
·

tengahan masa periode pembangunan.

(c) Kesimpulan

Bila penurunan akhir total (S = 69 mm) ini dibandingkan dengan penurunan yang diizin­
kan menurut Skempton dan MacDonald (1955)(lihat Tab,•l 4.9), maka untuk fondasi rakit
di atas tanah lempung penurunan maksimum diizinkan adalah 65-100 mm, maka fondasi
rakit yang ditinjau dalam soal ini masih dalam batas-batas toleransi.
Karena dari tinjauan persyaratan faktor aman terhadap daya dukung dan penurunan
toleransi memenuhi, dimensi dan kedalaman fondasi yang dirancang memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J.E., Foundation Analysis and Design, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, Japan, 1977.
& FN
Capper, P.L., Cassie, W.F. and Geddes, J.D., Problem in Engineering Soils, E Spon, Ltd., Lon-
don, 1980.
Costet, J., Sanglerat, G., Cours Pratique de Mecanique des Sols, Dunod, Paris, 1969.
Das, B.M., Advanced Soil Mechanics, McGraw-Hill, New York, 1983.
Dunham, C.W., Foundation of Stucture, 2th eds., McGraw-Hill Book Co., Inc. Kogakusha Com­
pany, 1962.
&
�iroud, J.P., Tran-Vo-Nhiem Obin, J.P., Mecanique des Sols Tables pour Le Calcul des Fondations,
Tome-3, Ed. Dunod, Paris, 1973.
Hardiyatmo, Hary Christady, Mekanika Tanah 1, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1 992
Hardiyatmo, Hary Christady, Mekanika Tanah 2, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1 994
Holtz, R.D. and Kovacs, W.D., An Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey, 1981.
Lambe, T.W. and Withman, R.V., Soil Mechanics, John Wiley and Son, Inc., New York, 1 969.
Leonard, G.A., Foundation Engineering, McGraw-Hill, New York, 1962.
Lehr, H., Exemple De Calculs Pour Les Projets De Fondations, Editions Eyrolles, Paris, 1960.
Peck, R.B., Hanson and Thomburn, T.H., Foundation Engineering, John Wiley and Son, Inc., New
York, 1953.
Perloff, W.H. and Baron, W., Soil Mechanics: Principles and Applications, The Ronald Press Com­
pany, New York, 1976
Ramiah, B.K. and Chickagappa, L.S., Handbooks of Soil Mechanics and Foundation Engineering,
&
Mohan Primlani, Oxford IBH Publishing Co, New Delhi, 1981.
&
Simon, N.E. and Menzies, B.K., A Short Course in Foundation Engineering, Butterworth Co., Ltd.,
London, 1977.
Smith, G.N., Element of Soil Mechanicsfor Civil and Mining Engineers, Granada, London, 1982.
Sower, G.B . and Sower, G.F., An Introductory Soil Mechanics and Foundations, The Macmillan Co.,
New York, 1961.
Teng, W.C ., Foundation Design, Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey., 1962.
Terzaghi, K., Theoretical Soil Mechanics, John Wiley and Son, New York, 1943.
Terzaghi, K. and R.B. Peck, Soil Mechanics in Engineering Practice, 2th eds., Wiley, New York, 1967.
INDEKS

angka Poisson ()1), 144, 162, 162T, 182 contoh tak terganggu, 40
angka pori maksimum (emak5), 5 contoh terganggu, 42
angka pori minimum (emin ), 5
Atterberg, batas, 22G daya dukung, 25, 34, 62
aman (q5), 78, 140T
batas Atterberg, 22G pada tanah lempung, 209T
batas cair (LL), 21 dari hasil pengujian SPT, 132
batas plastis (PL), 22, 25 diizinkan ( qa), 78, 205, 213, 235
batas susut (SL), 22 fondasi yang berdekatan, 1 32
beban pelayanan, 220 Peck, 131
de Beer, analisis, 95 teori, 66
berat jenis (G5), 3 Terzaghi, 131
berat volume ultimit neto (q un), 78
basah (Yb), 3 derajat kejenuhan (5), 3
butiran padat (y5), 3 derajat konsolidasi (U), 199
kering (Yb) , 3 diagram plastisitas Casagrande, 23G
kering maksimum Ydlmaks!' 5 distorsi kaku, 199
kering minimum Ydlmin!' 5 distribusi ukuran butiran tanah, 1 1
tanah jenuh (S = 1), 4
tanah kering, 4 faktor aman (F), 78, 1 39
bor cuci, 38 faktor daya dukung
bor putar, 39 Terzaghi, 72, 73T
bor tangan, 37 Vesic, 94T, 1 20G
boring log, 46 faktor gesekan dinding (/5), 76T
Boussinesq, analisis, 150G faktor pengaruh (/), 151G, 152, 1 55G, 1 62T
butiran Lee, 161
klasifikasi, 10 Schleicher, 161
koefisien gradasi (Cc), 10 faktor waktu (Tv) , 1 99
koefisien keseragaman (Cu), 10 fondasi dalam, 62
ukuran efektif, 10 fondasi dangkal, 62
Button, analisis, 1 18 fondasi memanjang, 57, 62, 63G, 212
fondasi mengapung, 210
Caqout, analisis, 93, 95 fondasi pada lanau, 209
Casagrande, diagram plastisitas, 23G fondasi pada lereng, 1 14
contoh tanah fondasi pada /oess, 209
contoh inti batu, 36 fondasi rakit, 57, 62, 63G, 247
contoh kontinu, 36 pada tanah lempung, 249
264 Indeks

fondasi sumuran, 62, 63G kepadatan relatif (Re), 5


fondasi telapak, 57, 62, 63G, 206 kerapatan relatif (Dr), 4
gabungan, 229 Kerisel, analisis 93, 95
ikat, 229, 235 keruntuhan fondasi
kantilever, 229, 235· keruntuhan geser lokal, 48, 64, 72
terpisah, 2 12 keruntuhan geser umum, 48, 64, 72
fondasi tiang, 62, 63G keruntuhan penetrasi, 64
keruntuhan geser lokal, 48, 64, 72
gradien hidrolik kritis (ic), 16 keruntuhan geser umum, 48, 64, 72
keruntuhan penetrasi, 64
klasifikasi butiran, 10
Hansen, analisis, 95
klasifikasi tanah, 27, 28-29T
hidrometer, 1 1
sistem Unified, 27
hitungan penurunan, 160
koefisien daya dukung Mandel & Salencon,
konsolidasi, 180G
129T
konsolidasi primer, 1 78
koefisien gradasi (Cc) butiran, 10
Schmertmann, 172
koefisien keseragaman (Cu) butiran, 10
koefisien konsolidasi ( Cv)
indeks cair (LI), 24 metode akar waktu, 184, 186G
indeks pemampatan (Cc), 1 78 metode kecocokan log-waktu, 184, 186G
indeks pemampatan kembali (Cr), 1 78 kohesi efektif (c'), 13
indeks plastis (PI), 25 kohesi tanpa-drainase, 13
intensitas pembebanan kotor (q), 78 komponen penurunan
isobar tegangan, 150G penurunan konsolidasi primer, 1 60
penurunan konsolidasi sekunder, 160
Janbu, persamaan daya dukung, 109 penurunan segera, 160
jenis fondasi kompresibilitas, 24
fondasi dalam, 62 kondisi dengan-drainase, 13, 83
fondasi dangkal, 62 kondisi drainase dobel, 185G
fondasi memanjang, 62, 63G kondisi drainase tunggal, 185G
fondasi rakit, 62, 63G kondisi tanpa-drainase, 13
fondasi sumuran, 62, 63G konsistensi, 21
fondasi telapak, 62, 63G konsistensi tanah lempung, 208, 209T
fondasi tiang, 62, 63G konsolidasi, 55
jenis tanah konsolidasi tanah
tanah berbutir halus, 1 2 berlebihan, 25
tanah granuler, 1 2 normal, 25
tanah kohesif, 1 2 kuat geser
tanah non-kohesif, 12 tanah, 1 1
tanah tak kohesif, 12 tanpa-drainase, 22, 24, 177
pada tanah lempung, 207
kadar air (w), 3 kuat geser tekan-bebas (qu), 20, 21T, 48
kecepatan penurunan konsolidasi, 183, 199
primer, 185 lebar fondasi fiktif (Bf), 126
kelebihan air pori, 176 Lee, 161
kelebihan tekan pori awal, 184, 185G lempung
kondisi drainase dobel, 185G angka kompresibilitas (Cc), 177
kondisi drainase tunggal, 185G kuat geser tanpa-drainase, 177
Teknik Fondasi 1 265

terkonsolidasi berlebihan, 177, 178, 1 79 maksimum, 200


terkonsolidasi normal, 177, 1 78, 179, 207 tak seragam, 67
lingkaran Newmark, 1 56 segera, 160
lubang cobaan, 36-37 Bjerrum, 165, 1 66G
Bowles, 165G
Mandel, persamaan daya dukung, 128 dari pengujian beban pelat, 170
metode penyebaran 2V : 1H, 158 dari pengujian penetrasi kerucut statis
Meyerhof, analisis, 97, 132 (sondir), 1 71
modulus elastis (E), 144, 162, 1 63T, 1 63 dari pengujian SPT
Fox, 165G
Newmark, lingkaran, 156 Janbu, 165, 166G
nilai banding area (Ca), 41 Kjaernsli, 165, 166G
nilai banding kebebasan dalam (Ci), 41 koreksi, 1 64
nilai banding kebebasan luar (C1), 42 pada tanah pasir, 1 96
nilai N pada tanah lempung, 209T Steinbrener, 165T
nilai SPT, 47 penyelidikan dengan pencucian, 38
permeabilitas, 14
Peck, 132 persamaan daya dukung
pembebanan eksentris, 1 03 Boussinesq, 1 50G
pembebanan miring, 106 Button, 1 18
pen.gujian beban pelat, 50, 138, 139, 209 Caqout, 93, 95
pengujian geser baling-baling, 46, 48, 51 de Beer, 95
pengujian kerucut statis, 46, 50G Hansen, 95
pengujian kuat geser Kerisel, 93, 95
pengujian geser baling-baling, 13, 14G Mandel, 128
pengujian geser-langsung, 13, 14G Meyerhof, 97, 132
pengujian tekan-bebas, 13, 14G, 48 Prandtl, 93, 95
pengujian triaksial, 13, 14G Reissner, 93, 95
pengujian SPT, 46, 47, 132, 206 Salencon, 1 28
pengujian tanah Skempton, 87, 88G
pengujian beban pelat, 46, 138, 139, 209 Terzaghi, 83, 93
pengujian geser baling-baling, 46, 48, 51 Tsheng, 124
pengujian penetrasi kerucut statis, 46, Vesic, 93, 94T, 95, 1 18-1 1 9
50G plastisitas, 2 1
pengujian SPT, 46, 47, 132, 206 Prandtl, analisis, 93, 95
pengujian tekan-bebas, 13, 14G, 48, 207
penurunan, 142
Reissner, analisis, 93, 95
diizinkan, 200
ruang bawah tanah, 252
hitungan. Lihat hitungan penurunan.
komponen. Lihat komponen penurunan.
konsolidasi, 258 Salencon, persamaan daya dukung, 128
konsolidasi primer, 160, 1 76 Schleicher, 161
konsolidasi sekunder (Ca), 160, 188 sedimentasi, 11
Godlewski, 1 90 sensitivitas, 24
Mesri, 1 90 tanah lempung, 24T
Raymond, 1 90 Skempton, analisis, 87, 88G
Wahls, 1 90 sudut gesek dalam (q>'), 83
konsolidasi selama pelaksanaan, 196G efektif (q>'), 13
266 Indeks

tabung contoh, 36 tegangan efektif, 13, 16


tabung belah standar, 47 tegangan efektif (o'), 16, 17G, 18
belah, 44 tegangan netral, 16
berpiston, 43 tegangan utama mayor, 13, 20
berpiston mengapung, 44 tegangan utama minor, 13, 20
berpiston tetap, 44 tekan-bebas, 55
tekan terbuka, 42 tekanan fondasi
tambahan tegangan, 143 neto (qn), 78
tanah total (q), 78
anorganik, 23 tekanan intergranuler, 13, 16
berbutir halus, 12 tekanan keliling, 83, 131, 221, 254
gambut, 26 tekanan overburden
gradasi baik, 9 efektif (p0'), 131, 134, 135, 1 72, 1 76
gradasi buruk, 10 total (p), 77
granuler, 1 2 tekanan pori, 16
kohesif, 12 tekanan prakonsolidasi, 180
lanau, 26 tekanan sentuh, 143
lempung jenuh Terzaghi
konsistensi, 49 persamaan daya dukung, 83, 93
kuat geser tekan-bebas (q u ), 49 persamaan untuk fondasi rakit, 132
nilai N, 49 Tsheng, analisis, 124
loess, 26
non-kohesif, 12 Vesic
organik, 26 analisis, 118-119
tak kohesif, 12 faktor daya dukung, 94T
Taylor, metode untuk koefisien konsolidasi, persamaan daya dukung, 93, 94T, 95
1 84
TENT ANG PENULIS

Dr. lr. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA lahir di Surakarta


tanggal 18 Oktober 1955. la menyelesaikan studi tingkat sarjana di
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada ta­
hun 198 1 . Pada tahun 1990, ia memperoleh ijazah Master of Engineer­
ing dalam bidang Geoteknik dari Asian Institute of Technology, Bang­
kok (Thailand). Untuk memperdalam penguasaan di bidang Geotek­
nik, ia menimba ilmu di Universite Joseph Fourier, Grenoble (Prancis),
dan memperoleh Diplome d'Etude Approfondies (1992) dan ijazah
doktor (1995).
Sempat menggali pengalaman cli berbagai perusahaan nasional yang menangani
pekerjaan tanah clan penyelidikan fonclasi-pernah menjacli kepala seksi pelaksanaan
pekerjaan bangunan irigasi clan pekerjaan tanah-pacla tahun 1980-1986, kini ia menjacli
staf pengajar tetap cli Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, untuk
mata kuliah Mekanika Tanah dan Teknik Fonclasi. Selain mengajar, ia juga sibuk
menclalami penelitian cli Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik UGM.

Anda mungkin juga menyukai