Anda di halaman 1dari 10

Rizky Lumalessil

406162075

1. Deskripsikan:
a. Atelektasis: Pengurangan volume udara paru disertai volume paru yang berkurang, atau disebut
juga kolaps paru.
Tanda langsung:
Penarikan fisura interlobaris.
Peningkatan densitas.
Tanda tak langsung:
Penarikan diafragma, hilus, mediastinum.
Hiperinflasi kompensasi.
Penyempitan sela iga.

b. Pneumonia : Peradangan paru


 Udara dalam alveoli digantikan oleh cairan dan sel radang bayangan homogen densitas tinggi
pada satu segmen, lobus atau segmen lobus yang berdekatan.
 Gambaran konsolidasi radang
 Air bronchogram (+)
c. Bronkopneumonia : Bercak-bercak kesuraman sekitar bronkus dan alveoli
d. TB anak (primer) : Lokasi bisa dimana saja. Sering disertai pembesaran kelenjar limfe regional.
Gambaran Radiologi:
 Limfadenopati hilus dengan atau tanpa konsolidasi parenkimal
 Komplek Ranke : kalsifikasi pada kelenjar limfe hilus dengan granuloma parenkimal (focus
Ghon)
e. TB paru dewasa (sekunder): Reinfeksi pada seseorang yang dimasa kecilnya pernah menderita
tuberkulosis primer. Biasanya di lapangan atas dan segmen apikal lobus bawah. Jarang disertai
pembesarankelenjar limfe. Gambaran radiologis:
 Kesuraman berupa bercak.
 Kesuraman berupa awan.
 Kavitas.
 Kalsifikasi.
 Fibrosis.

f. Bronkiektasis : Bronkus/bronkiolus melebar akibat hilangnya elastisitsas dinding bronkus (e.c.:


obstruksi, peradangan kronis, atau sindrom kartagener). Gambaran radiologis :
 Corakan bronkovaskuler kasar terutama dilapangan bawah paru
 Garis2 translusen panjang menuju hilus dengan bayangan konsolidasi disekitarnya akibat
peradangan sekunder
 Bulatan2 translusen (Honey Comb appearance) . Bulatan2 ini berupa kista translusen dan
kadang2 berisi cairan (air fluid level)

g. Pneumothorax : Udara dalam rongga pleura. Gambaran radiologis :


 Bayangan radioluscent tanpa struktur jaringan paru (avascular patern)
 Batas paru berupa garis radioopaq tipis (Pleural line)
 Sela iga melebar, diafragma mendatar
 Jika luas  menekan jaringan paru kearah hilus, paru kolaps didaerah hilus, mediastinum
terdorong ke kontralateral
h. Emfisema : Suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara sehingga ukuran paru
bertambah baik antero-posterior atau secara vertical kea rah diafragma. Gambaran radiologis:
 Bentuk thorax kifosis
 Diafragma letak rendah dan datar
 Bayangan lebih radiolusen, corakan jaringan paru lebih jelas
 Pendorongan mediastinum ke kontralateral, sela iga melebar
i. Efusi pleura:
 Perselubungan homogen menutupi struktur paru bagian bawah, permukaan atas cekung,
berjalan dari lateral atas kemedial bawah (meniscus sign).
 Sudut costophrenicus menumpul
 Jaringan paru terdorong ke sentral/hilus.
 Mendorong mediastinum ke kontralateral.

j. Edema paru:
Fase cephalisasi : meningkatnya tekanan PD, pulmonary veins terdilatasi
Fase intertisisal : Cairan leakage dari vena yang terdilatasi  Kerley line A, B, C, D
Fase alveolar : Bat wing/ angle wing/ cotton wool appearance

k. Pneumoperitoneum: udara dalam cavum peritoneum. Gambaran radiologis:


 Doges cap sign (udara dalam morrison’s pouch)

 Riggler’s sign
 Football’s sign
 Falciforme’s sign
 Cupula’s sign
 Continuous diaphragm sign
 Decubitus abdomen sign, urachus sign (ligamentum umbilicalis medialis), triangle sign,
inverted v sign(ligamentum umbilicalis lateralis)
l. Obstruksi usus halus:
 Distensi usus halus (Gambaran: coil spring, herring bone) letak di sentral abdomen
 Udara kolon sedikit/tidak ada.
 Tak tampak gambaran rektum.
 String of pearls sign
Obstruksi usus besar:
 Dilatasi kolon.  letak di perifer abdomen
 Udara sigmoid/rektum (tidak ada/sedikit)
 Udara usus halus (tidak ada/sedikit), jika valvula ileocecal kompeten.

m. Ileus obstruktif :
 Multiple air fluid level pendek2
 Dilatasi pada proksimal obstruksi
 Kolaps pada distal obstruksi
n. Ileus paralitik :
 Multiple air fluid level panjang2
 Sentinel loop
o. Gambaran meteorismus :
 Resting small intestinal loop
 Gambaran udara usus meningkat, usus melebar (dilatasi) tetapi tidak sampai meregang
(distensi)
 Tidak ada multiple air fluid level
p. Bronchitis kronis
q. Tumor paru
r. Tumor mediastinum

2. Gambaran metastase pada paru


 Coin lesion (1-2cm), gambaran opaq homogen, bulat, batas regular, ukuran bervariasi diseluruh
lapang paru  sel tumor  sirkulasi (hematogen)  tersangkut di pemda kecil  berkembang
 Coarse ball (2-3 cm)
 Cannon ball (3-4 cm)
 Golf ball (4-5 cm)

3. Macam proyeksi foto cranium dan kegunaannya:


a. Proyeksi Waters (occipitomental view), dagu menyentuh film, sinar dari belakang/occipital 
sinus maxillaris, frontalis, ethmoid. Open mouth: untuk sinus sphenoid
b. Proyeksi Caldwell (occipitofrontal view), hidung dan dahi (forehead) menempel di film, sinar dari
belakang (15-25o) terbaik untuk sinus frontal, banyak superposisi
c. Lateral view  maxillaris, ethmoidalis, sphenoidalis, tidak bisa hanya foto lateral saja
d. Submentovertikal view  sphenoidalis
e. Panoramic xray  gigi geligi rahang atas dan bawah
f. Schullers, Law, Towne  mastoid
4. Gambaran radiologi invaginasi :
 FPA
 Dilatasi usus, empty iliac fossa, kadang2 tampak outline dari udara pada kaput intususepsi
 Kontras (barium/udara): coiled spring tunggu sampai 2 jam: reduksi
Cupping pada tempat invaginasi
 USG : target, pseudokidney, crescent in doughnut sign
 Colon in loop : meniscus sign, coiled spring
5. Gambaran HPS dan atresia duodenum pada FPA
 HPS :
 Caterpillar sign  gaster yang melebar dengan incisura yang lebar-lebar
 Contras:
 Tertundanya pengosongan lambung
 Filling defect pada antrum yang diciptakan oleh prolaps dari otot yang hipertrofik
 Mushroom atau umbrella sign (yaitu, penebalan otot yang menonjol ke dalam
duodenum)
 Double tract sign yaitu, mukosa berlebihan dalam lumen pylorus yang sempit,
menghasilkan pemisahan kolom barium menjadi 2 saluran
 String sign : barium melewati saluran menyempit, menciptakan satu garis yang tipis dan
memanjang
 Atresia duodenum:
 Double Bubble Sign (dilatasi lambung dan duodenum)
 Tidak ada udara pada distal duodenum
6. Macam-macam probe usg dan kegunaannya
 Transducer Linier (7-12 mHz): Di aplikasikan pada pemeriksaan seperti organ yang kecil (small
part: tiroid, skrotum) agar gambaran lebih terfokus pada organ yang diperiksa. dan ada juga
transducer linier yang berukuran sedang yang biasanya digunakan untuk pemeiksaan
Ortopedic, Breast
 Transducer Convex (3-5 mHz) : Di aplikasikan pada pemeriksaan seperti Abdomen, GYN,
Urologi.
 Transducer Micro Convex : Transducer jenis ini ada yang berukuran kecil dan sedang yang
biasanya diaplikasikan pada pemeriksaan perdiatric, cardiac.
 Trasducer Endocavity : Transducer ini digunakan untuk pemeriksaan organ dalam yang
dimasukan ke dalam tubuh pasien baik secara endorectal maupun endovaginal
7. Cara pemeriksaan esofagografi, OMD, follow through, apendicogram, bipolar uretrografi, MCU
 Oesofagografi
 Kontras yang digunakan ialah larutan barium dengan kontras 70-80% sebanyak 600-800ml
 Teknik pemeriksaan:
 Tahap pengisian: Pengisian larutan barium kedalam lumen esophagus dengan meminum
kontras
 Tahap pelapisan: Tunggu 1-2 menit agar barium melapisi mukosa esophagus
 Tahap pengosongan :
 Jika dengan double contrast  tahap pengembangan : dipompakan udara kedalam lumen
esophagus
 Tahap pengambilan foto: umumnya dilakukan pemotretan dengan metode lapangan
terbatas (spot-view)/ lapangan menyeluruh (overall-view)
 OMD
 Persiapan pasien :
 2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat
 Pasien dipuasakan 8-9 jam sebelum pemeriksaan
 Diberikan zat laxative agar kolon bebas dari feal dan udara
 Prosedur pemeriksaan:
 Single contrast :
- Pasien diberi media kontras (1 gelas)
- Kemudian diinstruksikan u/ minum 2-3 gelas media kontras
- Pasien diminta memutar badan kekanan dan kekiri agar kontras dapat melapisi lambung
dan duodenum
- Foto diambil 3-5 menit kemudian setelah meminum kontras
 Double contrast :
- Setelah pasien meminum contras, pasin diberi pil effervescence untuk menghasilkan efek
gas
 Follow Through
 Pasien diberi makanan rendah serat
 Pasien dipuasakan
 Pemberian pencahar
Prosedur:
 Pasien meminum kontras + 400 ml kemudian diposisikan supine
 Foto pertama 15 menit setelah minum kontras, kedua 30 menit, foto terakhir menit ke 60
setelah kontras mencapai ileocaecal
8. Macam-macam pembesaran jantung dan deskripsinya pada cxr posisi AP/lateral
9. Cara membedakan tumor jinak dan ganas pada kolon
10. Pemeriksaan BNO sonde dan HSG
 BNO Sonde
 Dengan sonde uterus
 Foto AP, lateral
 Tujuan: untuk mengetahui apakah IUD masih di dalam rongga uterus/ diluar uterus
 Pasien diharuskan untuk mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
 HSG
 Tujuan untuk melihat anatomi dan irigasi uterus dan tuba uterin
 Pemeriksaan dengan kontras untuk melihat defek pengisian pada uterus dan sumbatan pada
tuba fallopi
 Pasien melakukan pemeriksaan pada hari ke 7 s/d 10 post menstruasi
11. Deskripsikan CT scan kepala pada kasus
 EDH
 Hiperdens biconveks, tidak bisa melewati sutura, bisa melewati tentorium dan falx cerebri
 SDH
 Hiperdens berbentuk crescent (bulan sabit), bisa melewati sutura, namun tidak bisa melewati
falx cerebri dan tentorium
 SAH
 Hiperdens pada sisterna basalis, fissure sylvii, fissure interhemisfer, dan mengikuti sulcus otak
 Gambaran meningitis
 Leptomeningeal enhancement (peningkatan corakan leptomeningeal) (Note:
pachymeningeal/keras : duramater; leptomeningeal/lunak: arachnoidmater dan piamater)
 Abses cerebri: patogen berkembang di parenkim otak cerebritis  lama2 terbentuk abses
 Terdapat daerah sentral yang hipodens (sentral abses) yang dikelilingi dengan kontras-ring
enhanchment (kapsul abses)
 Contusio Cerebri
 Gambaran hiperdens dengan batas yang tidak jelas pada korteks cerebri, bisa dengan edema di
tempat terjadinya cedera atau diarah berlawanan (countre coup lesion)

12. Cara mengukur CTR dan PEI


 CTR : perbandingan diameter transversal jantung dengan diameter transversal rongga thorax

Garis M: garis di tengah-tengah kolumna vertebra torakalis.

Garis A: jarakantara M dengan batas kanan jantung yang terjauh.

Garis B: jarakantara M dengan batas kiri jantung yang terjauh.

Garis C: garis transversal dari dinding toraks kanan ke dinding toraks sisi kiri.
 PEI
Pleural effusion index adalah perbandingan antara tebal maksimal efusi pleura dan lebar
maksimal hemitoraks yang didapatkan dari pemeriksaan foto toraks posisi RLD

13. Tanda-tanda kematian janin secara radiologis:


 Spalding sign  disalignment dan overriding tulang2 cranial (hari ke 4-15)
 Robert’s sign  translusi gas pada pemda dada, abdomen, dan jantung janin (12 jam setelah
ke+, menghilang setelah beberapa hari)
 Sikap fleksi ekstrim  kolapsnya kepala dan thorax maserasi janin( beberapa hari – 4minggu)
 Halo deuel’s sign (xray)  garis lemak translusen dekat cranium mengalami pengangkatan ok
terangkatnya lemak pericranial ok edema jar. Lunak
 Kegagalan tumbuh  perlu 2x pemeriksaan
 Posisi janin yang konstan
 Cairan amnion yang ekogenik
14. Stadium HMD beserta gambarannya

 Stage I : Ground glass granular pattern; small lung volume


 Stage II : Patchy opaque areas with bronchograms (areas of atelectasis) adjacent to areas of
dark translucency (areas of hyperinflation)
 Stage III : Circular or cyslike areas of hyperlucency, surrounded by patches of irregular
density caused by atelectasis
 Stage IV : increased size and numbers of cystlike areas of hyperlucency, surrounded by
thinner stands of radiodensity
Gambaran rontgen HMD dapat dibagi jadi 4 tingkat :
 Stage I : gambaran reticulogranular (ground glass pattern)
 Stage II : Stage I disertai air bronchogram di luar bayangan jantung
 Stage III : Stage II disertai kesukaran menentukan batas jantung.
 Stage IV : Stage III disertai kesukaran menentukan batas diafragma dan thymus.
Gambaran white lung.

15. Cara membedakan massa kistik atau padat pada usg


Kista : struktur anekoik batas tegas
Padat : hipo atau hiperekoik batas jelas

Anda mungkin juga menyukai