Anda di halaman 1dari 33

Status Ujian

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Oleh:

Apriska Debora Bassay

15014101235

Masa KKM : 27 November – 24 Desember 2017

Pembimbing:

Dr.dr.Theresia Kaunang, SpKJ (K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI

PASIEN STATUS UJIAN

Seorang pasien dengan Gangguan Cemas Menyeluruh

Nama Pasien : Tn. GT

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Status Ujian pada tanggal

13 Desember 2017

Oleh :

Apriska Debora Bassay

15014101235

Masa KKM : 27 November - 24 Desember 2017

Mengetahui,

Dokter Penanggung Jawab

dr. L.F. Joyce Kandou, SpKJ


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Apriska Debora Bassay

NRI : 15014101235

Masa KKM : 27 November - 24 Desember 2017

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan wawancara


psikiatri terhadap pasien status ujian saya

Manado, Desember 2017

Apriska Debora Bassay


LEMBAR PENGESAHAN

Status Ujian yang berjudul

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada Desember 2017

Oleh :

Apriska Debora Bassay

15014101235

Masa KKM : 27 November - 24 Desember 2017

Pembimbing

Dr.dr.Theresia Kaunang, SpKJ (K)


IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. GT

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Santilon, 23 Maret 1958

Status perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan terakhir : SMP

Perkerjaan : Petani

Suku/bangsa : Siau / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat sekarang : Santilon, Likupang

Tanggal pemeriksaan : 13 Desember 2017

Tempat pemeriksaan : Poliklnik Kejiwaan RSJ. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado

No. Telepon : 08529472****

A. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 13 Desember

2017 di Poliklnik kejiwaan RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado

1. Keluhan Utama

Sulit tidur

1
2. Riwayat Penyakit Sekarang

 Autoanamnesis
Pasien baru pertama kali datang berobat tanggal 13

November 2017 ke poliklinik RSJ Ratumbuysang , dengan keluhan

utama sulit tidur. Sulit tidur dirasakan pasien kurang lebih 4 tahun

terakhir. Pasien mengatakan, pasien paling lama tidur hanya 1 jam

saat malam hari dan terbangun, setelah itu pasien tidak bisa tidur

kembali sampai pagi. Keluhan ini dirasakan hampir setiap harinya

dan memberat 4 bulan terakhir tahun ini. Pasien mengatakan,

bahwa pasien sering merasa cemas karena sulit tidur, dan pernah

bolak-balik ke toilet hampir 10 kali, pasien mengatakan bahwa

pasien merasa gelisah, sulit berkonsentrasi, sering berkeringat

dingin, dada terasa sesak, leher seperti tercekik, merasa nyeri di

ulu hati dan merasa lemah badan.

Awalnya, pasien mulai merasa sulit tidur ketika pasien

berusia 35 tahun, pasien sering bertengkar dengan istrinya karena

masalah keuangan di keluarga yakni pendapatan perbulan yang

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga pasien sehingga

adik pasien yang bungsu sering memberikan bantuan kepada

pasien dan keluarganya. Pasien sering merasa cemas sehingga

pekerjaannya sebagai petani terganggu, pasien juga merasa kasihan

dengan dirinya dan keluarganya.

Pasien mengatakan sejak saat itu, pasien merasa sulit tidur

dan gelisah sehingga pasien mencoba untuk menghilangkan rasa

2
kegelisahannya dengan membaca Kitab Suci, Menonton, dan

sempat pergi ke dokter penyakit dalam dan pasien sudah minum

obat Diazepam selama 1 tahun tetapi pasien masih merasa gelisah

dan sulit tidur sampai saat ini. Pasien juga mengatakan, bahwa

keluhannya memberat 4 bulan terakhir, sejak adik bungsu pasien

yang sering membantu keuangan pasien meninggal bulan Juli

2017, pasien merasa tidak sanggup bila menceritakan kisah

adiknya karena menurut pasien, almarhum adiknya dan pasien

memiliki hubungan yang karib dan tidak pernah ada pertikaian.

Sejak kematian adiknya, pasien merasa lebih sulit tidur, tetapi

pasien tidak pernah memiliki riwayat mendengar suara atau bisikan

dan tidak pernah melihat bayangan-bayangan.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

a. Psikiatrik

Tidak ada riwayat psikiatrik sebelumnya.

b. Medis

Pasien pernah berobat ke Dokter penyakit dalam karena merasa sulit

tidur, jantung pasien merasa berdebar-debar, merasa nyeri di ulu hati

tetapi tidak ditemukan kelainan.

c. Riwayat alkohol dan zat lain

Pasien mulai merokok sejak pasien masih muda. Pasien

mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol, tidak mengkonsumsi

3
kopi dan tidak menggunakan zat psikoaktif lainnya, seperti obat-obat

terlarang.

B. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Pasien lahir


normal dibantu oleh bidan di rumah. Tidak ditemukan kelainan atau cacat
bawaan, tidak biru (sianosis) maupun kuning (ikterik). Selama kehamilan
kondisi kesehatan fisik dan mental Ibu pasien baik.

b. Masa anak-anak awal (usia 0-3 tahun)

Tidak di dapatkan cukup informasi pada fase ini. Pasien

mengatakan pasien lupa dan tidak pernah bertanya kepada Ibu atau

keluarga pasien.

c. Masa anak- anak pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pasien masuk sekolah dasar di SD Negeri Santilon usia 6 tahun.

Pasien pernah tinggal kelas 3 kali saat kenaikan kelas 1 ke kelas 2 SD.

Pasien mengatakan bahwa pasien adalah anak yang tidak suka belajar

dan malas untuk membuat tugas rumah yang diberikan guru kepadanya.

Prestasi pasien selama bersekolah dasar tergolong biasa saja. Pasien

merupakan anak yang mudah bergaul dengan teman-teman sekolahnya

dan tidak suka menyendiri.

d. Masa anak-anak akhir (pubertas sampai masa remaja)

4
Pasien melanjutkan sekolahnya di SMP Negeri Santilon, tetapi

pasien mengatakan ia putus sekolah, karena pasien merasa sudah

terlambat untuk sekolah kadang muncul rasa tidak layak untuk

bergabung dengan sebuah komunitas yang baru. Pasien lebih memilih

untuk langsung bekerja.

e. Masa dewasa

 Riwayat pekerjaan

Pasien bekerja sebagai petani sejak pasien masih muda. Pasien

mengatakan sejak pasien sulit tidur, merasa gelisah, sulit

berkonsentrasi, merasa lemah badan, pekerjaan pasien menjadi

terganggu. Pasien juga mengatakan sejak saat itu, ia sudah tidak

bisa mencangkul tanah lebih lama dan melakukan pekerjaan ekstra.

 Riwayat perkawinan dan hubungan

Pasien menikah dengan 1 orang istri, hubungan pasien dengan istri

saat ini baik. Pasien mengatakan, dulunya waktu pasien masih

muda sering bertengkar dengan istri karena pendapatan yang sering

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 Riwayat militer

Pasien tidak pernah memiliki riwayat militer.

 Riwayat Pendidikan

Saat SD pasien bersekolah di SD Negeri Santilon. Setelah lulus,

pasien melanjutkan sekolah di SMP Negeri Santilon Likupang,

5
tetapi, pasien tidak menyelesaikan SMPnya, pasien memilih untuk

langsung bekerja.

 Keagamaan

Pasien dibesarkan dalam keluarga yang beragama Kristen

Protestan. Pasien rajin masuk Gereja. Pasien aktif dalam kegiatan

ibadah. Pasien rajin membaca Alkitab, pasien juga mengatakan

bahwa ia tidak mengalami masalah dengan gerejanya atau

agamanya.

 Situasi hidup sekarang

Pasien saat ini tinggal dirumahnya. Rumah pasien sederhana,

rumah semen berlantai 1. Memiliki teras, ruang tamu, 2 kamar

tidur, tidak berplafon. Pasien tinggal bersama istri dan 1 anaknya

dirumah. Kegiatan pasien setiap hari adalah pergi ke kebun, setelah

itu pasien duduk-duduk dirumah dan mencoba untuk beristirahat

tapi pasien masih merasa sulit tidur.

 Riwayat hukum

Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

 Riwayat Psikoseksual

Pasien menyadari bahwa jenis kelaminnya laki-laki, dan menyukai

lawan jenis. Orientasi seksual pasien baik.

 Riwayat Keluarga

Pasien merupakan keempat dari 7 orang bersaudara. Pasien

memiliki 1 kakak perempuan dan 1 adik perempuan

6
Genogram

Keterangan:

Laki-kaki Hidup

Perempuan Hidup

Pasien

Laki-kaki meninggal

Perempuan meninggal

 Presepsi pasien tentang dirinya

Pasien mengatakan bahwa dia merasa sakit, kemudian saat ditanyakan

apakah perlu minum obat, pasien menjawab perlu karena ingin sembuh.

 Persepsi keluarga terhadap pasien

Keluarga pasien merasa kasihan dengan diri pasien. Keluarga pasien

sangat menyayangi pasien.

 Persepsi pasien terhadap keluarga

Menurut pasien keluarga sangat sayang terhadapnya dan peduli

kepadanya. Pasien juga mengatakan dia memiliki hubungan yang baik

dengan keluarga kadang pasien merasa sedih dan kasihan terhadap

7
keluarganya karena pasien sebagai tulang punggung keluarga sakit,

sehingga tidak dapat bekerja dengan ekstra.

C. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

1. Gambaran Umum

a) Penampilan

Pasien laki-laki, tampak sesuai usianya. Kulit sawo matang dan

rambut berwarna hitam pendek, memakai baju kaos kerah bergaris

berwarna biru hijau, celana panjang kain berwarna cokelat, dan

memakai sendal.

b) Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pasien duduk tenang di kursi saat wawancara. Kontak mata (+),

Pasien merespon setiap pertanyaan pemeriksa dengan baik.

c) Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif pada saat menjawab pertanyaan.

2. Mood dan Afek

a) Mood : Hipotimia

b) Afek : serasi

3. Bicara

a) Kualitas : Spontan, volume sedang, artikulasi jelas

b) Kuantitas : Menjawab dengan baik sesuai dengan

pertanyaan.

8
c) Hendaya bahasa : Tidak ada hendaya bahasa

4. Gangguan Persepsi

Halusinasi Visual : (-)

Halusinasi Auditorik : (-)

Depersonalisasi : (-)

Derealisasi : (-)

5. Pikiran

a. Proses pikir

- Asosiasi longgar : (-)

- Inkoherensia : (-)

- Flight of idea : (-)

- Sirkumstansial : (-)

- Tangensial : (-)

b. Isi pikiran

- Cemas : (+)

- Obsesif : (-)

- Kompulsif : (-)

- Fobia : (-)

6. Sensorium dan Kognisi

a) Kewaspadaan dan tingkat kesadaran

Pasien dalam kesadaran penuh, mudah diarahkan dan memusatkan

perhatian.

9
b) Daya Ingat

 Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien ingat dimana dia

bersekolah dulu.

 Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien mengingat kalau

pasien sudah makan.

 Daya ingat segera : Baik, pasien mengingat nama

pemeriksanya.

c) Konsentrasi dan Perhatian

Baik, pasien dapat memfokuskan perhatian pada pertanyaan-

pertanyaan yang dilontarkan pewawancara kepada pasien.

d) Kemampuan visuospasial

Baik.

e) Orientasi

Waktu : Baik, pasien bisa membedakan siang dan malam.

Orientasi tempat : Baik, pasien bisa menyebutkan dimana ia berada

sekarang.

Orientasi orang : Baik, pasien mengenali keluarganya.

f) Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien dapat makan dan minum sendiri serta berganti pakaian

sendiri.

7. Pengendalian impuls

10
Pengendalian impuls baik. Selama wawancara, pasien dapat duduk

dengan tenang.

8. Daya Nilai dan tilikan

1. Daya nilai sosial  Baik.

2. Uji daya nilai  Baik

3. Tilikan  Derajat tilikan 6 Penderita sadar dirinya sakit dan

mengetahui sumber penyakit yang berasal dari dalam dirinya dan

ingin melakukan pengobatan.

D. LAPORAN PSIKIATRIK

1. Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan

Keadaan umun : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD : 120/70 mmHg N:74 kali/menit

R: 20 kali/menit S: 36,2°C

Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

Toraks : Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)

Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien

tidak teraba, bising usus normal.

Ekstremitas : hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.

2. Pemeriksaan Neurologis

 GCS : E4M6V5

11
 Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat

 Pemeriksaan nervus kranialis

 N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

 N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

 N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan

bola mata yang wajar.

 N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

 N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

 N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan. Hal ini

memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan

pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

 N. glosssopharyngeus (N.IX),

Tidak dilakukan evaluasi

 N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

 N. aksesorius (N.XI)

12
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan

bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

 N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien laki-laki berusia 59

tahun, agama Kristen protestan suku siau, pendidikan SMP, belum sudah

datang ke RS Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado dengan keluhan

utama sulit tidur.

Pada saat pemeriksaan pasien berpenampilan cukup rapi. Pada saat

wawancara pasien menjawab pertanyaan dengan baik, kontak mata baik,

volume suara sedang.

Keluhan sulit tidur timbul ketika pasien ketika pasien berusia 35

tahun, pasien sering bertengkar dengan istrinya karena masalah keuangan

di keluarga yakni pendapatan perbulan yang tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarga pasien sehingga adik pasien yang bungsu sering

memberikan bantuan kepada pasien dan keluarganya. Pasien sering

merasa cemas sehingga pekerjaannya sebagai petani terganggu, pasien

juga merasa kasihan dengan dirinya yang sakit-sakitan dan keluarganya.

Pasien merasa gelisah dan cemas sehingga pasien sulit tidur sulit

berkonsentrasi, berkeringat dingin, jantung berdebar-debar, leher terasa

13
tercekik. Pasien juga mengatakan sulit tidur membuat pasien akan sakit

parah. Pasien juga sering merasa cemas ketika sedang bekerja, ia sering

merasa khawatir kalau tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya,

sehingga pasien merasa sakit didadanya, merasa sesak napas dan sering

merasa nyeri di ulu hati.

Ditemukan suasana mood hipotimia yakni suasana perasaan secara

pervasif diwarnai dengan kesedihan dan kemurungan. Afek serasi karena

keadaan ekspresi emosi pasien sesuai dengan keadaan yang dialami

pasien. Dari pertimbangan tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan

derajat 6, pasien merasa dirinya sakit dan tahu sumber penyakit berasal

dari dalam dirinya dan ingin melakukan pengobatan untuk sembuh. Pada

pemeriksaan neurologi tidak ditemukan kelainan.

F. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada aksis I, Berdasarkan autoanamnesis, didapatkan adanya gejala

klinis yang bermakna yaitu sulit tidur. pasien merasa gelisah, sulit

berkonsentrasi, sering berkeringat dingin, dada terasa sesak, leher seperti

tercekik, merasa nyeri di ulu hati dan merasa lemah badan. Keadaan ini

menimbulkan penderitaan atau distress dan kesulitan dalam kehidupan

sosial yang mengganggu pekerjaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pasien mengalami Gangguan jiwa.

14
Berdasarkan pemeriksaan status mental tidak didapatkan

halusinasi dan waham sehingga dikategorikan Gangguan jiwa non

psikotik.

Dari status internis dan neurologis tidak ditemukan kelainan

sehingga kelainan organik dapat disingkirkan dan dikategorikan sebagai

Gangguan jiwa non psikotik non organik.

Pada pasien ditemukan adanya sulit tidur yang berlangsung hampir

setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan sudah 4 tahun,

dan memberat 4 bulan terakhir, dan mencakup gejala-gejala seperti

kecemasan (gelisah, keringat dingin, sulit berkonsentrasi, tidak dapat

santai, mual, jantung berdebar-debar, sakit kepala, dsb.) Maka

berdasarkan PPDGJ III pasien ini masuk dalam kategori Gangguan

cemas menyeluruh (F 41.1)

Pada aksis II, Pasien adalah tipe orang yang pemalu, cenderung

tertutup. Pasien merasa minder jikalau harus bergabung dengan sebuah

komunitas yang baru dan terpelajar. Pasien lebih menyukai aktivitas

sendiri. Pasien lebih memilih untuk sendirian dirumah daripada harus ke

acara-acara pesta yang ada. Pada aksis II pasien mempunyai ciri

kepribadian avoidant.

Pada aksis III, pasien tidak memiliki riwayat medis sebelumnya.

Pada aksis IV Kecemasan pasien berasal dari stressor ketika usia

35 tahun pasien sering bertengkar dengan istrinya karena pendapatan yang

15
kurang tidak dapat mencukupkan kebutuhan keluarga, kemudian lebih

memberat saat adik pasien yang bungsu meninggal bulan Juli tahun 2017.

Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale,

current : 70-61 (Gejala ringan & menetap, disability ringan dalam fungsi

secara umum baik).

G. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh

Aksis II : Ciri kepribadian Avoidant

Aksis III : Tidak ada riwayat medis sebelumnya

Aksis IV :Masalah ketika sering bertengkar dengan istri karena

pendapatan kurang.

Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF) scale,current :

70-61 (Gejala ringan & menetap,disability ringan dalam fungsi secara umum

baik).

H. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologi

Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna. Namun diduga

terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien

memerlukan farmakoterapi.

2. Psikologi

16
Ditemukan adanya gejala cemas sehingga diperlukan psikoterapi

lingkungan dan sosial ekonomi.

3. Sosiologi

Pasien tidak ada masalah dengan lingkungan sosial.

I. PROGNOSIS

1. Ad vitam : dubia ad bonam

2. Ad functionam : dubia ad bonam

3. Ad sanationam : dubia ad bonam

J. RENCANA TERAPI

1. Psikofarmaka

Clobazam 10 mg 2x1 / hari

2. Psikoterapi

Terhadap pasien:

 Menyarankan agar pasien tidak terlalu memikirkan gejala yang

dihadapinya.

 Menyarankan agar pasien meminum obat secara teratur agar pasien bisa

beraktivitas sehari-hari dengan baik tanpa harus terganggu dengan

gejalanya saat ini.

 Menyarankan agar pasien mencari kegiatan yang menyibukkan diri

sebagai pengalihan agar pasien tidak terlalu banyak memikirkan

masalah kecemasannya.

17
 Menyarankan agar pasien lebih terbuka dan bercerita kepada keluarga

mengenai masalah-masalah yang mengganggu pikiran pasien atau yang

membuat pasien cemas.

 Menyarankan agar pasien tetap mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

 Menyarankan agar pasien lebih rileks dan mencari hiburan dengan

melakukan hobinya.

Terhadap Keluarga:

 Menyarankan agar keluarga mengubah cara pandang terhadap penyakit

yang dirasakan pasien, memotivasi pasien untuk tetap berpikir positif

dan mendukung pasien dalam hal dukungan moril di kesehariannya

terutama menyangkut terapi yang dia jalani.

 Menyarankan agar keluarga dapat memberikan dukungan dan perhatian

yang lebih selama masa pengobatan.

K. DISKUSI

1. Diagnosis

Gangguan cemas menyeluruh adalah kondisi gangguan yang biasanya

ditandai gangguan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak

rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa

kehidupan sehari-hari. Kecemasan tersebut sulit untuk dikendalikan dan

berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot,

iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan yang berdampak sebagai

18
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.1 Angka

prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio antara

perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Diagnosis pasien ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental. Dari anamnesis

ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan cemas

menyeluruh. Dalam kasus ini ditemukan cemas, sulit untuk tidur, sulit

berkonsentrasi, mudah lelah, sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar.

Manifestasi klinik dari gangguan cemas adalah rasa cemas, ketegangan

motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan

berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien.

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan cemas menyeluruh

adalah sebagai berikut:

a. penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa

bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan khusus

tertentu saja (sifatnya “free floating” atau mengambang)

b. gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti telur diujung

tanduk, sulit konsentrasi, dsb)

 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat

santai);

 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, mulut kering, dsb);

19
c. adanya gejala-gejala yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),

khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas.

2. Ciri Kepribadian

Kepribadian merupakan suatu keseluruhan sifat emosional dan perilaku

yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi

yang biasanya, dimana kepribadian relatif stabil dan dapat cenderung

dapatdiketahui atau diramalkan. Gangguan kepribadian merupakan salah

satu dari sifat karakter kepribadian yang cirinya berada diluar dari

kepribadian yang ditemukan pada sebagian besar orang. Disebut

gangguan kepribadian hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan

maladaptif sehingga gangguan fungsi yang bermakna dapat disebebkan

atau terjadi penderitaan subjektif. Pasien yang memiliki gangguan

kepribadian menunjukkan pola maladaptif, mendarah daging, tidak

fleksibel yang berhubungan dan mengesankan lingkungan dan dirinya

sendiri.1

Berikut ini adalah kriteria Gngguan Kepribadian Avoidant menurut

DSM-V:3

Gangguan kepribadian Avoidant merupakan sebuah pola pervasive

dari inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap

evaluasi negatif, dimulai dari awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai

konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:

20
 Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal

yang signifikan karena ketakutan kritik, ketidaksetujuan, atau

penolakan.

 Tidak ingin ikut terlibat dengan orang-orang kecuali yakin akan

disukai.

 Menunjukkan sikap menahan diri dalam hubungan dekat karena

takut dipermalukan atau ditertawakan.

 Terdapat preokupasi merasa dikritik atau ditolak dalam situasi

sosial.

 Merasa dihambat dalam situasi interpersonal yang baru karena

perasaan tidak mampu.

 Melihat diri secara sosial tidak layak, secara pribadi tidak menarik,

atau lebih rendah dari orang lain.

 Merasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat

dalam setiap kegiatan baru karena mereka khawatir merasa

memalukan

Kesan pada pasien memiliki ciri kepribadian avoidant ini

didapatkan dari autoanamnesis pasien merasa minder jikalau harus

berhadapan dengan komunitas baru. Pasien merasa tidak layak, dan

kasihan dengan diri pasien yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

keluarganya.

3. Terapi

21
Tatalaksana gangguan kecemasam terdiri atas pemberian farmakoterapi dan

psikoterapi. Terapi farmakoterapi dapat dipilih golongan Benzodiazepine

karena efektif dalam pengobatan gangguan kecemasan.

Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien ini adalah Clobazam

10mg. Clobazam termasuk dalam golongan Benzodiazepine. Hampir semua

efek benzodiazepin merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan

efek utama: sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan

emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang

merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer: vasodilatasi koroner

setelah pemberian dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV dan

blokade neuromuskular yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi.

Kerja benzodiazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor

penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino

butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat pada

membran dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor

GABAA dan reseptor GABAB. Reseptor ionotropik GABAA terdiri dari 5

atau lebih subunit (bentuk majemuk dari α, β, dan γ subunit) yang

membentuk suatu reseptor kanal ion klorida kompleks. Reseptor GABAA

berperan pada sebagian besar neurotransmitter di SSP. Sebaliknya, reseptor

GABAB, yang terdiri dari peptida tunggal dengan 7 daerah trans membran,

digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G.

Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada reseptor pada

GABAB.

22
Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit γ) reseptor

GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks), sedangkan GABA

berikatan dengan subunit α dan β. Pengikatan ini akan menyebabkan

pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida ke dalam

sel, menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel

dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.

Clobazam mengikat satu atau lebih reseptor GABA spesifik di beberapa

tempat di SSP termasuk sistem limbik dan reticulo formatio. Peningkatan

permeabilitas dari membran neuronal terhadap ion clorida menghasilkan

efek inhibit GABA yang kemudian terjadi hiperpolarisasi dan stabilisasi.

Farmakokinetik

Farmakokinetik clobazam, yaitu:

 Biovaibilitas oral 87% dengan konsentrasi maksimum didapat dalam 1-4 jam

 Absorbsi tergolong lambat tapi secara keseluruhan tidak terganggu oleh intake

makanan

 Clobazam dapat berdistribusi secara cepat melintasi sawar darah otak

 Clobazam di eksresi di urin sebagai obat yang tidak berubah dan metabolit

 Penelitian yang dilakukan pada anak-anak menunjukkan bahwa pasien muda

memetabolisme clobazam lebih cepat dibanding dewasa yaitu 53 hingga 69%

 Waktu paruh eliminasi clobazam adalah 18-42 jam

 Clobazam diserap dengan baik pada pemberian oral; dalam tubuh

dimetabolisme menjadi N-desmetil clobazam yaitu metabolit yang lebih aktif

berperan dalam pencegahan serangan epilepsi daripada bentuk asalnya. Dalarn

23
darah, bentuk N-desmetil konsentrasinya 10-20 kali Iebih tinggi daripada

bentuk aslinya

Indikasi

Clobazam ampuh digunakan sebagai anti-konvulsan dan juga baik untuk

anxiolitik. Clobazam, pada 1974 di Prancis, disetujui untuk digunakan sebagai

pengobatan anxietas dan atau pengobatan penunjang untuk epilepsi yang sekarang

tersedia di lebih dari 100 negara

Di United Kingdom (UK), clobazam diindikasikan untuk usia 3 tahun ke

atas. Biasanya digunakan untuk anxietas akut atau kronik.

Kontraindikasi

Kontraindikasi pemberian Clobazam:

1. Hipersensitivitas terhadap clobazam

2. riwayat ketergantungan obat

3. myasthaenia gravis

4. kehamilan (trimester 1)

5. laktasi

6. kerusakan hati serius

7. sindrom apnea tidur

8. gangguan fungsi pernafasan

Efek Samping

Efek samping yang dapat dijumpai kurang lebih sama dengan sediaan

benzodiazepin lain, berupa sedasi, pusing (dizziness), rasa kering di mulut,

konstipasi, mual dan kadang- kadang inenyebabkan tremor halus. Umumnya

24
muncul pada awal pengobatan dan berangsur-angsur hilang bila terapi dilanjutkan.

Pada kasus-kasus tertentu dapat timbul rasa gelisah dan kelemahan otot. Obat

tidak menyebabkan reaksi idiosinkratik ataupun alergi, juga tidak mempengaruhi

fungsi kognitif. Efek anxiolitiknya dapat memperbaiki kualitas hidup para pasien .

Beberapa efek samping lainnya adalah disuria, retensi urin, disartria, ataksia,

vertigo, pusing, depresi mental, gangguan saluran cerna, takikardia, palpitasi.

Kegagalan pernapasan dan hipotensi tidak/jarang terjadi pada dosis terapi, tetapi

dapat terjadi pada dosis tinggi. Pemberian overdosis dapat menyebabkan depresi

sistem saraf pusat dan koma. Gangguan pernapasan, keletihan, konstipasi, hilang

nafsu makan, mual, mengantuk, bingung. Reaksi kulit seperti erupsi, urtikaria.

Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan abnormalitas

yang reversibel seperti gangguan bicara, gangguan fungsi motorik, gangguan

penglihatan (penglihatan ganda, nistagmus), peningkatan berat badan.

Berkurangnya libido.

Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan untuk clobazam yaitu

Tablet : 10 mg

Dosis, Cara dan Waktu Pemberian

Dosis clobazam harus diberikan dalam dosis terbagi dua kali sehari (dosis 5

mg dapat diberikan sebagai dosis harian tunggal). Kenaikan dosis tidak boleh

25
dilanjutkan lebih cepat dari setiap 7 hari. Dosis diseuaikan masing-masing

individu tergantung berat badan. Dosis awal harian total :

 Berat badan 30 kg atau kurang: 5 mg oral setiap hari

 Berat badan 30 kg atau lebih: 10 mg oral setiap hari

Mulai hari 7 dosis harian total (14):

 Berat badan 30 kg atau kurang: 10 mg oral setiap hari

 Berat badan 30 kg atau lebih: 20 mg secara oral setiap hari

Mulai hari ke-14 dosis harian total :

 Berat badan 30 kg atau kurang: 20 mg oral setiap hari

 Berat badan 30 kg atau lebih: 40 mg oral setiap hari

Dosis untuk Geriatri :

 Dosis awal: 5 mg oral setiap hari.

 Dosis maintenance: Dosis awalnya harus dititrasi sampai 10 sampai 20 mg

secara oral setiap hari.

Dosis maksimum: Setelah titrasi awal untuk 10 sampai 20 mg oral setiap hari,

pasien dapat lebih lanjut dititrasi ke dosis maksimum (20 sampai 40 mg secara

oral harian berdasarkan berat) .

Pada pasien diberikan psikoterapi, yaitu psikoterapi kognitif perilaku dimana

pasien diajak untuk melakukan rekstrukturisasi kognitif, yaitu membentuk

kembali pola perilaku dan mengganti pikiran yang irasional. Pemilihan jenis ini

berdasarkan kondisi pasien saat itu, motivasi individu, kepribadiannya, serta

tentunya pertimbangan dokter yang akan melakukannya. Jenis terapi ini akan

26
berhasil bila motivasi pasien tinggi serta bersedia bekerja sama dengan terapis

atau dokter.

KESIMPULAN

1. Diagnosis pasien adalah gangguan cemas menyeluruh.

2. Perhatian keluarga sangat membantu dalam penyembuhan dan

pemulihan pasien.

3. Pengobatan farmakoterapi dan psikoterapi secara rutin sangat di

anjurkan untuk kesembuhan pasien.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher,

2010

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fifth Edition.

American Psychiatric Association. Edition.

3. Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunan Klinis Obat Psikotropik.

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta,2007

4. Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.

h.139

5. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010

6. American Psychiatric Association. DSM-4 diagnostic and statistical

manual of mental disorders: Fourth Edition. Washington DC: American

Psychiatric Publishing, 2000

28
LAMPIRAN

Denah rumah pasien

Dapur
KAMAR 2

RUANG TAMU

KAMAR 1
RUA

TERAS

29

Anda mungkin juga menyukai