Anda di halaman 1dari 45

Status Ujian

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN PANIK TANPA AGORAFOBIA

Oleh :

Novita Limbu Tasik

15014101309

Masa KKM: 30 Oktober 2017 26 November 2017

Penguji :

dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN UJIAN

Seorang Pasien dengan Diagnosis Gangguan Panik tanpa Agorafobia

Nama : V. L

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Ujian pada November 2017

Mengetahui,

dr. Frida Agu, SpKJ

i
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Novita Limbu Tasik

NRI : 15014101309

Masa KKM : 30 Oktober 2017 26 November 2017

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar benar telah melakukan

Wawancara psikiatri terhadap pasien ujian saya.

Manado, 14 November 2017

Novita Limbu Tasik

i
LEMBAR PENGESAHAN

Status Ujian dengan judul

Seorang Pasien dengan Diagnosis Gangguan Panik tanpa Agorafobia

Oleh :

Novita Limbu Tasik

15014101309

Masa KKM: 30 Oktober 2017 26 November 2017

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal November 2017.

Pembimbing :

dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ

i
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK JADI PASIEN..............................i

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN....iii

DAFTAR ISI.......iv

LAPORAN KASUS ................................................................................................ 1

I. Identitas Pasien .............................................................................................. 1

II. Riwayat Psikiatrik .......................................................................................... 1

III. Riwayat Kehidupan Pribadi ........................................................................... 5

IV. Pemeriksaan Status Mental........11

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut 14

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna.......16

VII. Formulasi Diagnostik...17

VIII. Diagnosis Multiaksial...18

IX. Problem.18

X. Rencana Terapi.19

XI. Prognosis..20

XII. Diskusi..20

XIII. Kesimpulan ..24

XIV. Wawancara Psikiatri ...24

i
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. VL

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Manado, 24 Januari 1971

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan terakhir : S-1

Pekerjaan : Pendeta

Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Pantekosta

Alamat sekarang : Jalan Rawasari, Winangun I

Tanggal pemeriksaan : 14 November 2017

No. Telepon : 08539832xxxx

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh dari :

Autoanamnesis dengan pasien di rumahnya di jalan Rawasari, Winangun I pada

tanggal 14 November 2017, pukul 18.10 WITA

i
A. Keluhan utama

Dada berdebar-debar sejak 2 hari yang lalu

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang sendiri ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

dengan keluhan dada berdebar-debar. Pasien mengatakan bahwa rasa berdebar-

debar yang dialaminya ini sejak 2 hari yang lalu berlangsung selama kurang lebih

10 menit. Keluhan ini dirasakan sekali sebulan atau tidak sama sekali sejak tahun

2009. Keluhan ini tidak selalu muncul sepanjang hari tetapi sering muncul secara

tiba-tiba, terutama jika pasien merasa cemas dan khawatir. Serangan ini mulai

muncul lagi satu bulan yang lalu. Serangan yang terjadi tergantung dengan keadaan

pasien, saat pasien stress serangan paniknya lebih sering terjadi. Awalnya pasien

badan terasa keram, nyeri dibagian belakang leher dan terasa tercekik. Keluhan ini

timbul di pagi hari saat beraktivitas di rumah. Setelah diperiksakan ke dokter

didapatkan tekanan darah pasien dalam batas normal, namun setelah konsultasi

kembali ke dokter, pasien lebih mengeluhkan dada yang berdebar-debar. Akhirnya

pasien dikonsultasikan ke dokter spesialis jantung kemudian dilakukan treadmill

dan pemeriksaan laboratorium namun hasilnya dalam batas normal. Pasien

mengatakan sudah berkeliling ke berbagai dokter spesialis karena merasa kurang

puas, sampai akhirnya disarankan untuk pergi konsultasi ke psikiater.

Selain rasa berdebar-debar pasien juga mengeluhkan asam lambung naik, sesak

nafas, dan berkeringat dingin. Saat ini pasien merasa cemas akan anaknya yang

akan rencana dioperasi karena mengalami kecelakaan lalu lintas dan asam

i
lambungnya naik disusul dengan dada berdebar-debar. Saat serangan ini datang

pasien selalu ke tempat praktek maupun dirumah dokter, sudah beberapa kali pasien

datang ke rumah dokter pada malam hari karena merasa dirinya akan mati. Menurut

pasien saat serangan itu berlangsung, pasien merasa sedikit tenang saat melihat

dokter. Pada keluarga pasien ditemukan ada anggota keluarga yang menderita

keluhan yang sama yaitu ibu pasien.

Pasien mengatakan bahwa tidurnya terganggu, pasien kadang-kadang gelisah saat

tidur. Pasien bisa tidur kalau minum obat alprazolam. Nafsu makan pasien juga

sedikit berkurang namun pasien tidak merasakan penurunan berat badan. Pasien

takut untuk makan, karena takut asam lambungnya naik jika dia makan

sembarangan, dan mulai datang serangan itu lagi. Saat terjadi serangan, pasien

mengaku sulit untuk berkonsentrasi saat bekerja. Serangan panik ini cukup

mengganggu konsentrasi pasien sebagai pendeta yang akan melayani di setiap

pelayanan gereja. Tetapi serangan panik ini belum terlalu mempengaruhi aktivitas.

Belakangan ini pasien sudah dapat mengatasi sendiri serangan paniknya tanpa

harus segera mencari pertolongan medis. Pasien masih bisa keluar rumah sendiri

tanpa minta diantar ataupun ditemani. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari

dengan baik tanpa bantuan keluarga atau orang lain. Pasien bisa makan, minum,

mandi, BAB, dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain.

Pada saat wawancara, pasien tampak kooperatif. Sikap tubuh pasien terlihat

gelisah tetapi bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

i
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1) Riwayat Gangguan Psikiatrik

Pada tahun 2009 pasien mulai merasakan cemas yang berlebihan, dada

berdebar-debar, dan sesak nafas. Karena merasa masalahnya karena dada yang

berdebar-debar, pasien mengira dia menderita sakit jantung. Selain itu, pasien

merasakan tegang di bagian belakang leher. Setelah diperiksa ke dokter,

didapatkan tekanan darah normal dan hasil treadmill juga normal, bahkan dokter

hanya tersenyum melihat hasilnya.

Pasien juga sudah berulang-ulang datang ke tempat praktik dokter tanpa

mengenal waktu seperti pada malam hari karena pasien mengira akan mati saat

serangan panik itu datang dan dadanya mulai berdebar-debar, sesak napas dan juga

berkeringat dingin. Semua hasil pemeriksaan pasien dalam batas normal, cuman

nadi dan tekanan darahnya yang sedikit meningkat karena pasien merasa takut.

Pasien tidak mengingat dengan jelas berapa kali dia pergi ke praktik dokter

malam-malam. Pasien cuman mengatakan dia merasa tenang saat melihat dokter.

Pada tahun 2011, pasien datang ke dokter penyakit jiwa dan didiagnosis

dengan anxietas pasien diberikan diazepam tapi menurut pasien obatnya kurang

cocok dan keluhannya masih sering muncul, kemudian obatnya diganti dengan

alprazolam 0.5 mg 2x1. Pasien minum obat teratur dan kontrol teratur ke tempat

praktek dokter, namun saat ini pasien lebih dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik

jiwa.

i
2) Riwayat Gangguan Medis

Pada tahun 2015, pasien pernah di rawat di RS Bhayangkara Manado selama

1 bulan. Saat itu pasien dirawat karena mengalami radang kronik pada lambung,

infeksi saluran kemih, dan demam tifoid. Saat ini, penyakit tekanan darah tinggi,

ginjal, jantung, asma, asam urat, infeksi saluran kemih, demam tifoid disangkal

pasien.

3) Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol sejak SMA, setiap

hari pasien boleh menghabiskan 1 bungkus rokok namun berhenti pada tahun

2012. Pasien suka berhura-hura sampai mabuk. Pasien suka minum kopi, sehari

boleh 3 kali, tetapi berhenti pada tahun 2009. Pasien mengatakan tidak pernah

menggunakan narkoba.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien dilahirkan secara normal di rumah dan ditolong oleh bidan. Lahir

cukup bulan namun dalam letak sungsang. Pasien merupakan anak kelima dari 5

bersaudara. Pasien memiliki 2 orang saudara laki-laki dan 2 orang saudara

perempuan.

B. Riwayat masa kanak awal (usia 0 3 tahun)

Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar, pasien

dibesarkan dan diasuh dengan penuh kasih sayang oleh orangtuanya. Pasien

i
mendapatkan ASI eksklusif sejak usia 0 - 6 bulan, setelah itu ditambah minum

susu formula namun pasien berhenti minum ASI sejak usia 24 bulan. Pasien

mengatakan bahwa ibunya pernah bercerita tentang perkembangannya dalam batas

normal. Pasien pada usia 2 bulan sudah mulai tertawa dan beceloteh. Pasien

pertama kali membalik usia 3 bulan, tengkurap usia 4 bulan, mulai memanggil

mama dan belajar duduk usia 6 bulan, memanggil papa usia 7 bulan, merangkak

usia 8 bulan. Makanan PASI diberikan pada usia 6 bulan, bubur susu usia 6 8

bulan, bubur halus usia 8 18 bulan, makan nasi lembek usia 20 bulan. Pasien

kadang menangis bila ditinggal pergi oleh ibunya. Pasien selalu tampak senang

bila bermain dengan teman-temannya, dan tidak pernah mengganggu. Serta selalu

mengikuti perintah orang tuanya.

Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu, pasien mulai berdiri

usia 9 bulan, berjalan usia 12 bulan. Sejak lahir hingga usia 12 bulan pasien masih

BAK dan BAB di celananya, usia dua tahun pasien sudah bisa mengatakan ingin

BAB, pasien diajarkan BAB di toilet oleh ibunya.

C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 11 tahun)

Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 4-5 tahun) pasien merupakan

anak yang aktif bermain dengan teman dan saudaranya. Mulai belajar mengenal

huruf dan angka. Pasien sudah menyadari bahwa dirinya berjenis kelamin

perempuan. Pasien dekat dengan kedua orangtuanya, terutama ibunya.

Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6-11 tahun), pasien usia 5 tahun

sudah mulai sekolah di SDN 1 Manado, senang dalam hal belajar, melakukan

i
tugas kelas dengan baik. Pasien berangkat ke sekolah berjalan kaki bersama

kakaknya. Pasien merupakan anak yang selalu juara dikelas. Pasien menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar tanpa ketinggalan kelas. Pasien menyelesaikan Sekolah

Dasar selama 6 tahun. Pasien sering untuk keluar bermain bersama teman-

temannya Pasien sangat keras saat kecil dan gampang tersinggung sehingga

membuat pasien sering bertengkar dengan temannya.

D. Riwayat masa kanak akhir dan remaja

Pada stadium identitas lawan difusi peran (11 tahun akhir remaja), Pasien

melanjutkan pendidikannya di SMP Elfata Manado. Sejak SMP pasien adalah

orang yang kasar dan keras kepala, namun pasien mendapat prestasi yang baik

dikelas. Setelah 3 tahun pasien tamat SMP dan melanjutkan ke tingkat SMA di

SMA Negeri Kairagi, saat di SMA pasien sering terlibat perkelahian dengan teman

sekolahnya. Orang tua pasien sering dipanggil ke sekolah karena hal itu. Pasien

juga sempat dikeluarkan dari SMA kelas tiga karena memukul teman sekelasnya.

Pada masa ini pasien mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan mulai berpacaran.

Pasien sering bergonti-ganti pacar.

E. Masa dewasa

Pada stadium keintiman lawan isolasi (21 tahun - 40 tahun) pasien suka

berhura-hura dan pergi ketempat hiburan gelap. Pasien menikah di umur 24 tahun

pada tahun 1995. Pasien menikah karena MBA (married by accident) dan

dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Pasien pada usia 41 tahun tepat di tahun 2012

i
mulai kuliah di ST3I mengambil jurusan ilmu theologia dan selesai kuliah di tahun

2016.

F. Riwayat masa dewasa

a. Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah di SDN 1 Manado pada umur 5 tahun. Pasien mengatakan

bahwa waktu duduk di bangku sekolah dasar, pasien sangat keras saat kecil dan

gampang tersinggung sehingga membuat pasien sering bertengkar dengan

temannya. Namun diluar kenakalannya pasien selalu naik kelas dan lulus tepat

waktu. Setelah tamat SD pasien melanjutkan pendidikannya di SMP Elfata

Manado dan pasien dan dengan prestasi yang baik karena pasien sering mendapat

juara di kelasnya, pasien merupakan orang yang kasar dan keras kepala.

Setelah itu pasien melanjutkan pendidikan SMA Negeri Kairagi. Pasien

sewaktu duduk dibangku kelas dua sempat dikeluarkan dari sekolah karena

memukuli teman sekelasnya. Ibu pasien pernah dipanggil ke sekolah karena

kenakalannya dan sempat dikeluarkan dari sekolah. Pasien menyelesaikan

pendidikannya dalam jangka waktu 3 tahun. Setelah selesai SMA pasien

melanjutkan kuliah di ST3I mengambil jurusan ilmu theologia pada tahun 2012

dan tamat pada tahun 2016. Pasien menikah di umur 24 tahun pada tahun 1995.

Pasien menikah karena MBA (married by accident) dan dikaruniai 2 orang anak

laki-laki.

i
b. Riwayat pekerjaan

Setelah menikah, pasien hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien merupakan

pemabuk berat yang suka berhura-hura ke tempaat hiburan gelap, perokok berat,

dan menjadi juragan togel.

c. Riwayat psikoseksual.

Orientasi pasien baik (menyukai lawan jenis). Pasien mulai pacaran sejak

duduk dibangku SMA.

d. Riwayat perkawinan.

Pasien sudah menikah, usia perkawinannya sekarang sudah 22 tahun. Pasien

mengaku menikah dengan suamninya karena MBA (married by accident), terjebak

pergaulan bebas. Tetapi sampai sekarang hubungan rumah tangga mereka baik-

baik saja walau sering kali ada sedikit bersitegang. Hal yang selalu membuat

pasien bertengkar dengan suaminya adalah masalah keuangan. Suami pasien

adalah seorang tukang ojek dengan penghasilan tiap harinya hanya pas-pasan

sedangkan anak pertama mereka akan rencana di operasi. Hal ini membuat pasien

menjadi stress dan banyak pikiran.

e. Kehidupan beragama

Pasien beragaman Kristen Pantekosta. Saat ini pasien menjadi pelayan gereja

di GPDI Betlehem Winangun Atas.

f. Aktifitas sosial

Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya semasa hidup baik. Pasien sangat

dekat dengan ibunya setelah ayahnya meninggal. Hubungan pasien dengan suami

dan akan-anaknya baik-baik saja. Menurut pasien walaupun mereka sering

i
bertengkar soal keuangan, tapi pasien tidak pernah melakukan kekerasan. Setelah

menjadi seorang pendeta hubungan mereka dalam keluarga semakin harmonis.

Hubungan pasien dengan tetangga, baik-baik saja. Pasien mengenali para

tetangganya, kalau ada waktu sering berkumpul dengan para tetangga.

g. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

h. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal di rumah permanen milik sendiri, pasien tinggal bersama ibu,

suami, 2 orang anak laki-laki, dan seorang kakak laki-laki. Anak pertama pasien

berusia 23 tahun dan bekerja sebagai kuli bangunan namun saat ini sudah tidak

bekerja karena mengalami kecelekaan dan harus kaki pasien harus dioperasi

karena mengalami patah tulang. Anak kedua pasien sudah kelas 2 SMA. Rumah

pasien beratapkan seng, berdinding beton, berlantaikan beton. Terdiri dari 5 kamar

tidur, 1 kamar mandi dan wc, 1 ruang tv dan keluarga, dan 1 dapur.

i
Denah rumah pasien

Kamar Dapur
mandi

Kamar Ruang
Tidur Makan
Utama

Kamar
Ruang TV
Tidur
/Keluarga
Kamar Kamar
Tidur Tidur

Pintu Kamar
Tidur

Teras rumah Halaman

i. Riwayat keluarga

Pasien tinggal di jalan rawasari, Winangun satu bersama dengan ibunya, suami,

kedua putranya, dan seorang saudara laki-lakinya. Ayah pasien meninggal sudah

meninggal pada tahun 2009 karena serangan jantung. Walaupun pasien anak yang

nakal, tetapi dia selalu disayang oleh orang tuanya. Hubungan pasien dengan keempat

saudara kandungnya juga baik. Namun, saat ini saudara pasien tinggal di luar kota

karena tuntutan pekerjaan dan sudah berkeluarga.

i
GENOGRAM

Ket.

: Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal

: Laki-laki hidup : Perempuan hidup

: Pasien

G. Persepsi pasien terhadap diri

Pasien menyadari dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, serta ingin cepat

sembuh. Ini dibuktikan dengan rajinnya pasien datang kontrol di tempat praktek

dokter.

H. Persepsi pasien terhadap keluarga

Pasien mengatakan bahwa keluarganya masih mengharapan kesembuhannya.

Ibu dan suami pasien mendorong pasien untuk berobat ke dokter ahli jiwa.

i
I. Persepsi keluarga terhadap pasien

Keluarga pasien yaitu ibu pasien mengharapkan kesembuhan pasien, ibu

pasien berharap agar anaknya bisa fokus untuk melayani jemaat di gerejanya.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS

A. Deskripsi umum

a. Penampilan

Pasien adalah seorang perempuan berusia 46 tahun, tampak sesuai

usianya. Berkulit sawo matang, rambut warna hitam, berpostur tubuh

pendek, memakai kaos dan celana pendek rapid an bersih. Perawatan dan

kebersihan diri pasien baik. Tampak rileks dan tangan lembab.

b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien merespon saat

diucapkan salam dari pemeriksa. Pasien tidak menghindari kontak mata

dan perhatian pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

c. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif pada wawancara dan menjawab setiap pertanyaan

yang diberikan oleh pemeriksa.

B. Mood dan Afek

a Mood : Eutimia

b Afek : Luas

i
c Keserasian : Serasi

d Emosi lain : Kecemasan antisipatorik

C. Karakteristik bicara

a. Kualitas : spontan, artikulasi jelas, dan volume sedang. Pasien

menjawab dengan suara dan intonasi yang jelas

b. Kuantitas : pasien dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai dan tepat

c. Hendaya berbahasa: tidak ada hendaya dalam berbahasa

D. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi (-) : Pasien tidak pernah mendengar suara bisikan dari orang-

orang yang tidak dia kenal yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu

ataupun menyuruhnya untuk marah-marah. Pasien juga tidak melihat

adanya hal-hal yang aneh. Seperti hal-hal yang hanya dapat dilihat oleh

pasien dan tidak dapat dilihat oleh orang lain

b. Ilusi (-) : Tidak ada persepsi yang keliru

c. Depersonalisasi (-) : Pasien tidak merasa ada yang aneh atau tidak nyata

tentang dirinya

d. Derealisasi (-) : Pasien tidak merasa lingkungan di sekitarnya tidak

nyata atau aneh

i
E. Pikiran

a. Proses pikir : Koheren, pasien menjawab sesuai pertanyaan, jawaban

pasien relevan

b. Isi pikir : Tidak ditemukan adanya waham, obsesi, kompulsi ataupun

fobia

F. Kesadaran dan fungsi kognitif

a. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan

Compos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan, dan

memusatkan perhatiannya dengan baik

b. Orientasi

Orientasi waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat pemeriksaan

Orientasi tempat : Baik, pasien mengetahui jika dia sedang berada di

rumah

Orientasi orang : Baik, pasien dapat mengenali dokter yang

mewawancarainya

c. Daya Ingat

Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat menceritakan masa

kecilnya, meliputi tempat lahir, tempat

tinggal, dan tempat ia bersekolah

i
Daya ingat jangka sedang : Baik, pasien tahu kapan pasien terakhir kali

memeriksakan diri ke dokter

Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat apa yang ia

lakukan dari pagi sampai sore saat

wawancara berlangsung

Daya ingat segera : Baik, pasien dapat mengingat kembali hal

yang baru saja dibicarakan dan kegiatan

yang baru saja pasien lakukan seperti makan

dan minum obat

d. Konsentrasi dan Perhatian

Baik. Pasien dapat memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan

pemeriksa saat wawancara berlangsung

e. Kemampuan Membaca dan Menulis

Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik.

f. Intelegensi dan Daya Informasi

Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

G. Daya nilai

Daya nilai sosial : Baik

Uji daya nilai : Baik

Penilaian realitas : Baik

Pasien mampu melakukan aktivitas dan merawat dirinya sendiri

i
g. Tilikan

Tilikan 6. Pasien sadar bahwa dirinya sakit, pasien mengerti bahwa penyebab

penyakitnya adalah dari dirinya sendiri dan pasien berusaha untuk mencari

pengobatan penyakitnya

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital : T : 130/80 mmHg, N : 98x/m, R : 20x/m,

S : 36,5C

Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-)

Thoraks : Cor: S I-II reguler, bising (-)

Pulmo: Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal Hepar/Lien :

tidak teraba

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat

B. Pemeriksaan Neurologis

GCS : E4M6V5

TRM : Tidak ada

Mata : Gerakan normal, pupil isokor +/+, refleks cahaya +/+

i
Pemeriksaan Nervus Kranialis

a. Nervus Olfaktorius (N.I)

Dilakukan untuk menilai fungsi penciuman pasien. Pasien diinstruksikan

untuk menutup mata dan menyebutkan nama bahan yang tercium. Hasilnya

memberi kesan normal

b. Nervus Optikus (N.II)

Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Kedua mata pasien

diperiksa secara bergantian dan pasien diinstruksikan untuk menyebutkan

nama barang atau tulisan di sekitar ruangan. Hasilnya visus normal

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus

Abducens (N.VI)

Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki

gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke

kiri dan ke kanan)

d. Nervus Trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum dan wajah

simetris

e. Nervus Facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat tersenyum dan

wajah simetris

i
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)

Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab

pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien

normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh

g. Nervus Glossofaringeus (N.IX) dan Nervus Vagus (N.X)

Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal

h. Nervus Aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus

Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

i. Nervus Hipoglosus (N.XII)

Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.

Fungsi sensorik : tidak terganggu

Fungsi motorik : kekuatan otot 5

Refleks fisiologis : (+) normal

Refleks patologis : (-)

C. Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Ny. VL 46 tahun, suku Minahasa, agama Kristen Pantekosta, sudah

menikah, pendidikan terakhir S-1 Theologia, pekerjaan sebagai pendeta, tinggal

di Winangun. Datang ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

i
pada tanggal 4 November 2017.

Pasien datang dengan keluhan dada berdebar-debar disertai sesak napas,

berasa seperti tercekik. Hal ini dialami jika merasa stress, saat ini pasien lagi

memikirkan kondisi anaknya yang akan menjalani operasi patah tulang kaki.

Jika hal ini terjadi pasien merasa seperti akan mati. Keadaan ini muncul tiba-

tiba dan bertahan kurang lebih 10 menit. Kondisi ini dirasakannya pasien

sebulan yang belakangan ini, tetapi serangan ini akan bertambah banyak

frekuensinya jika pasien banyak pikiran.

Keluhan ini dirasakan pasien sejak tahun 2009, secara berulang tak

menentu hingga membuat dirinya merasa khawatir bahwa ia akan mengalami

lagi keadaan tersebut. Pasien sudah beberapa kali ke dokter untuk mencari

pertolongan medis, awalnya pasien berpikir dia sakit jantung, tetapi setelah

memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung dan melakukan treadmill

dinyatakan bahwa jantung pasien dalam keadaan normal dan tidak ada

kelainan. Pada tahun 2011 pasien pergi ke dokter penyakit jiwa dan

didiagnosis dengan anxietas dan diberikan diazepam.

Penampilan tampak sesuai usia. Perilaku yang ditunjukkan baik dan

pasien sangat kooperatif dan aktivitas psikomotor tampak tenang. Mood

eutimia dengan afek yang luas dan serasi. Kesadaran pasien compos mentis.

Orientasi waktu, tempat dan orang baik.

i
VII.FORMULASI DIAGNOSTIK

Dari berbagai pemeriksaan fisik, menunjukkan keadaan baik, sedangkan

keluhan pasien tentang penyakitnya masih tetap ada. Keluhan ini

menimbulkan hendaya yang cukup bermakna. Oleh karena itu, maka gejala ini

dapat dimasukkan dalam kategori gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan

kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara

fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa

yang diderita selama ini.

Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental menurut

DSM V dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan panik,

didapatkan adanya dada berdebar-debar, kecemasan, sesak napas, asam

lambung naik, beberapa menit, ditambah kecemasan akan serangan berulang,

dan mengganggu keseharian pasien.

Diagnosis pada pasien ini diformulasikan dalam diagnostik multiaksial.

A. Pada aksis I, didapatkan gejala klinik bermakna yaitu adanya serangan panik

tak terduga berulang, yang mulai terjadi sejak sebulan yang lalu, ditandai

dengan dada berdebar-debar sejak 2 hari yang lalu dengan onset 10 menit.

Serangan muncul sebulan sekali atau bahkan tidak sama sekali sudah

dikeluhkan sejak tahun 2009. Pasien kadang merasakan cemas, gelisah, terasa

tercekik, dan asam lambung meningkat. Adanya rasa takut atau tidak nyaman

memuncak dalam beberapa menit, disertai empat atau lebih gejala diantaranya

palpitasi, jantung berdebar kuat atau kecepatan jantung bertambah cepat,

i
berkeringat, rasa nafas sesak atau tertahan, perasaan tercekik, serta adanya

rasa takut mati, tanpa adanya rasa takut yang berlebihan dan irrasional

terhadap tempat yang ramai. Didiagnosis dengan gangguan panik tanpa

agorafobia.

B. Pada aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian antisosial. Pada umur 17 tahun

pasien pernah dikeluarkan dari sekolahnya di bangku kelas tiga SMA karena

memukul teman sekelasnya. Pasien sering melakukan pergaulan bebas, suka

hura-hura ditempat hiburan gelap sampai mabuk. Pasien juga marriage by

accident dengan suaminya.

C. Pada aksis III, tidak ditemukan keluhan medis. Pasien sudah memeriksakan

dirinya ke rumah sakit tetapi hasil laboratorium dan hasil treadmillnya dalam

batas normal dan tidak ada kelainan.

D. Pada aksis IV, masalah berhubungan dengan kondisi anak. Anak pertama

pasien akan menjalani operasi pada tulang tibia dan femur kaki kanan, operasi

ini sudah untuk kedua kalinya.

E. Pada aksis V, GAF Current Scale : 80-71 = gejala sementara dan dapat

diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjan, sekolah, dll

GAF scale High Level Past Year (HLPY) : 80-71 = gejala sementara dan

dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjan, sekolah, dll.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Panik tanpa agorafobia

Aksis II : Ciri kepribadian antisosial

i
Aksis III : Tidak ada gangguan

Aksis IV : Masalah anak

Aksis V : GAF Current : 80-71 = gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjan dan sekolah,dll.

GAF HLPY : 80-71 = gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjan dan sekolah,dll.

IX. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Tidak terdapat kelainan atau gangguan pada keadaan biologis atau jasmani

yang dapat menghambat perkembangan pribadi, seperti kelainan gen dan

kekurangan gizi.

2. Psikologi

Tidak terdapat waham dan halusinasi.

3. Lingkungan dan sosial ekonomi

Pasien takut akan serangan berikutnya. Pasien mengalami sedikit gangguan

dalam melakukan pekerjaannya.

X. TERAPI

Penanganan pasien dibagi secara garis besar menjadi:

1. Psikofarmaka

Alprazolam 1 mg 2x1

Fluoxetin 20 mg - 0 - 0

i
2. Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi:1

Terapi kognitif perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali

distorsi kognitif pasien dan pendekatan perilaku, mengenali gejala

somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan adalah

relaksasi.

Terapi keluarga

Keluarga pasien dengan gangguan panik juga mungin telah dipengaruhi

oleh gangguan anggota keluarga. Dalam kasus ini, pasien merasa stress

dengan masalah keuangan di rumah tangganya ditambah dengan

permintaan istri pasien yang banyak dan tidak dapat dipenuhi semua

oleh pasien. Terapi keluarga yang ditujukan pada edukasi dan dukungan

sering bermanfaat.

Terapi berorientasi tilikan

Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik

bawah sadar, memiliki egostrength, relasi objek, serta keutuhan self

pasien.

XI. PROGNOSIS

1. Ad vitam : dubia ad bonam

2. Ad fungsionam : dubia ad bonam

i
3. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. DISKUSI

A. DIAGNOSIS

Gangguan panik ditandai dengan serangan panik yang spontan dan tidak

dapat diduga. Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang

kuat dan relatif singkat, yang disertai dengan gejala somatik tertentu seperti

palpitasi dan takipnea. Frekuensi terjadinya serangan panik biasanya

bervariasi misalnya terjadi beberapa kali serangan dalam sehari atau hanya

beberapa serangan dalam setahun.1

Berdasarkan PPDGJ-III diagnosis gangguan panik yaitu:2

- Gangguan panik ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan

adanya gangguan anxietas fobik.

- Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan

anxietas berat dalam kira-kira satu bulan:

a. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada

bahaya

b. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat

diduga sebeumnya

c. Dalam keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada

periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian,

umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik yaitu anxietas

i
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan

akan terjadi).

Berdasarkan DSM-V kriteria diagnostik untuk serangan panik adalah sebagai

berikut :3

A. Serangan panik tak terduga berulang. Adanya rasa takut atau tidak nyaman

memuncak dalam beberapa menit, selama itu disertai empat atau lebih gejala

berikut ini:

1) Palpitasi, jantung berdebar kuat atau kecepatan jantung bertambah

cepat

2) Berkeringat

3) Gemetar atau bergoncang

4) Rasa nafas sesak atau tertahan

5) Perasaan tercekik

6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman

7) Mual atau Gangguan perut

8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan

9) Deralisasi atau depersonalisasi

10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila

11) Rasa takut mati

12) Parestesi (Mati rasa atau sensasi geli)

13) Menggigil atau perasaan panas

B. Setidaknya salah satu serangan telah diikuti selama 1 bulan oleh salah satu

atau kedua berikut ini:

i
1. Kecemasan persisten tentang serangan panik tambahan atau

konsekuensinya

2. Perubahan signifikan maladaptif yang berhubungan dengan serangan

C. Gangguan ini tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat atau

kondisi medis lainnya

D. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental

lainnya.

Pada kasus ini dapat dilihat bahwa pasien mengalami serangan panik

pertama kali secara spontan saat beraktivitas dipagi hari pada tahun 2009.

Awalnya pasien merasakan badan terasa keram, nyeri dibagian belakang leher

dan terasa tercekik. Keluhan ini tidak selalu muncul sepanjang hari tetapi

sering muncul secara tiba-tiba, terutama jika pasien merasa cemas dan

khawatir. Serangan ini mulai muncul lagi satu bulan yang lalu dan saat pasien

datang di Poliklinik Jiwa RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang, datang dengan

keluhan dada berdebar-debar sejak 2 hari yang lalu selama 10 menit.

Pasien sudah pernah memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung dan

melakukan latihan treadmill dan laboratorium namun hasilnya dalam batas

normal. Selain rasa berdebar-debar pasien juga mengeluhkan asam lambung

naik, sesak nafas, dan berkeringat dingin. Saat ini pasien merasa cemas akan

anaknya yang akan rencana dioperasi karena mengalami kecelakaan lalu

lintas. Saat serangan ini datang pasien selalu ke tempat praktek maupun

dirumah dokter, sudah beberapa kali pasien datang ke rumah dokter pada

i
malam hari karena merasa dirinya akan mati. Serangan ini sangat

mengganggu aktivitas pasien sebagai pendeta yang akan melayani jemaatnya.

B. Terapi

Terapi gangguan panik terdapat dua kelompok yang efektif yaitu terapi secara

farmakologi dan terapi kognitif perilaku.1 Secara farmakologi, antiansietas adalah

kelompok obat yang dipergunakan terutama untuk mengatasi kecemasan dan

juga biasanya memiliki efek sedasi, relaksasi otot, amnestik, dan antiepilektik.4

Penggolongan obat antiansietas terdiri dari 4 yaitu :5

- Trisiklik contohnya imipramine dan clomipramine

- Benzodiazepine contohnya alprazolam

- RIMA (Reversible inhibitor of monoamine oxidase A) contohnya

moclobemide

- SSRI (Selective serotonin reuptake inhibitor)contohnya sertaline,

fluoxetine, paroxetine

Dimana indikasi penggunaan obat antiansietas ini yaitu :5

- Selama paling sedikit satu bulan, mengalami beberapa kali serangan

anxietas berat dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Serangan anxietas tersebut terjadi pada keadaan-keadaan dimana

sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya

2. Serangan anxietas tersebut tidak terbatas pada situasi yang telah

diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya

i
3. Terdapat keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas

pada periode diantara serangan-serangan panik demikian,

umumnya dapat terjadi juga komplikasi anxietas antisipatorik

- Gejala-gejala tersebut dapat terjadi dengan atau tanpa agoraphobia

- Gejala-gejala tersebut merupakan sumber penderitaan atau mengganggu

aktivitas sehari-hari.

Pasien diberikan alprazolam, awitan kerjanya cepat dan dikonsumsi

biasanya pada 3 hari pertama. Obat anti ansietas, benzodiazepine yang bereaksi

dengan reseptornya (benzodiazepine receptors) akan memperkuat the inhibitory

action of GABA-ergic neuron sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Efek

samping obat ini ialah sedasi berupa rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,

kinerja psikomotor menurun, dan kemampuan kognitif melemah.5 Alprazolam

harus secara perlahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya dihentikan, dan

setelah itu, individu seterusnya hanya meminum obat golongan SSRI.5

Mekanisme obat anti-panik secara umum adalah menghambat re-uptake

serotonin pada celah sinaptik antar neuron, sehingga pada awalnya terjadi

peningkatan serotonin dan sensitivitas reseptor (timbul gejala efek samping

anxietas, agitasi, insomnia), sekitar 2 sampai 4 minggu, kemudian seiring dengan

peningkatan serotonin terjadi penurunan sensitivitas reseptor. Penurunan

sensitivitas reseptor tersebut berkaitan dengan penurunan serangan panik.5

Terapi perilaku kognitif (CBT) efektif untuk gangguan panik. CBT

membantu individu dalam menemukan cara belajar metode baru untuk

menghadapi situasi yang membuat mereka cemas. CBT adalah terapi psikososial

i
yang paling sering untuk pasien dengan gangguan panik. Pengobatan terapi

kognitif-perilaku memiliki waktu terbatas (umumnya 10-15 sesi mingguan)

dengan efek tahan lama.4

Terapi CBT dapat ditambahkan untuk memudahkan penarikan dari

benzodiazepine. Obat dapat mencakup satu atau lebih jenis obat antiansietas,

banyak yang juga digunakan untuk mengobati depresi dan penyakit mental

lainnya. Penyalahgunaan zat biasanya berjalan bersama dengan gangguan

kecemasan. Mengobati penyalahgunaan zat, termasuk ketergantungan tembakau,

harus dianggap sebagai bagian dari keseluruhan manajemen gangguan

kecemasan.4

XIII. KESIMPULAN

1. Diagnosis pasien adalah gangguan panik tanpa agorafobia

2. Perhatian keluarga sangat membantu dalam penyembuhan dan pemulihan

pasien.

3. Pengobatan farmakoterapi dan psikoterapi secara rutin sangat di anjurkan

untuk kesembuhan pasien.

XIV. WAWANCARA PSIKIARI

N: Novita

V: Pasien

i
N : Selamat malam ibu, maaf so mengganggu ini. Kita dokter muda Novita neh

boleh ba bcerita sadiki?

V : Selamat malam. Iyo boleh noh

N : Maaf ibu, ibu pe nama lengkap sapa kang ?

V : Vivi Lumoindong

N : So umur berapa ibu?

V : 46 tahun

N : Tempat tanggal lahir dang ibu?

V : Oh di Manado, tanggal 24 Januari 1971

N : Maaf ibu, ini so menikah?

V : Iya sudah

N : Maaf, pernikahan pertama ini?

V : Iya dok

N : So berapa anak dang ibu?

V : Ada dua, cowok dorang dua

N : Ooo, ibu pendidikan terakhir apa kang?

V : S-1 theologia

N : Di univeristas apa itu ibu?

V : ST3I

N : Maaf ibu, kapan kote ibu datang ba periksa di poli tu hari?

V : Waktu, tu sabtu lalu tanggal 11 sto itu

N : Itu pertama kali datang di Poli kang?

V : Iyo, pertama kali itu

i
N : Waktu ibu datang di poli, ada rasa apa itu kong datang?

V : Kita kwa tu hari rasa tpe dada berdebar-debar

N : So berapa hari itu?

V : So dari 2 hari yang lalu

N : Kong tu dada rasa berdebar kira-kira ada berapa lama?

V : Yaah sekitar 10 menit kwa itu

N : Ini ibu rasa pertama kali atau so pernah sebelumnya?

V : Kita kwa so rasa bagini, so dari tahun 2009 mar ada pigi di dr. Ida p tampa

praktek salalu

N : Ini terakhir da muncul kapan?

V : So 1 bulan terakhir noh ini

N : Biasa ini datang tiap bulan?

V : Laeng kali datang, laeng kali nyanda

N : Kong, tu lalu tahun 2009, apa yang ibu pertama kali rasakan dang?

V : Kita kwa itu, ada rasa tpe badan so bkeram, so sesak, kong rasa tacekik dang

N : Itu muncul pas kapan ibu? Pagi atau?

V : Pas pagi hari, waktu itu kita lagi cabut rumput di kital. Kong ta iko pangge

tpe mama noh

N : Waktu itu apa lagi yang ibu rasa?

V : Kita le da rasa tegang dang di panta leher

N : Ibu waktu itu da pigi ba periksa dimana dang?

V : Ta pigi di dokter umum kwa itu, kita rasa kita darah tinggi, dorang kwa

bilang kalau so saki di panta leher so darah tinggi itu

i
N : Kong dokter ja iko bilang apa?

V : Dokter bilang bukan darah tinggi, pe tensi kamari normal dia noh

N : Kong itu, ibu masih tenang-tenang?

V : Iyo masih tenang, serta dp bulan berikut dapa rasa ulang noh

N : Apa yang ibu rasa dang?

V : Tpe jantung capat sekali ta da rasa, ta pigi ulang pa dokter

N : Kong dokter bilang apa?

V : Mo rujuk pa dokter spesialis jo kata, dokter jantung

N : Ibu da pigi dokter jantung, kong bagaimana kata?

V : Kita dapa suruh periksa lab for jantung, deng ada iko di rs kandou tu

treadmill ka dp nama

N : Dp hasil bagaimana kata?

V : Dokter kwa cuma da senyum-senyum. Bukan jantung kata

N : Setelah itu, kapan ibu pigi ba periksa pa dokter jiwa dang?

V : Nanti tahun 2011 dok, kong pigi pa dr. Ida

N : Jadi kalau ada keluhan langsung pa dr. Ida kang?

V : Iyo noh, biar tengah malam ta pigi toki pa dp rumah

N : Selain itu, apa yang ibu rasa lagi dang?

V : Waktu itu kita naik asam lambung le

N : Ibu ada saki apa le sebelumnya, mungkin pernah dirawat di rs?

V : Kita pernah dirawat di RS Bhayangkara tahun 2015, itu karena maag kronik

itu so satu bulan di rs kong tiba-tiba dapa bilang ISK deng demam tifoid kata

N : Setelah itu so nd pernah maso kang ibu?

i
V : Iyo so nd pernah

N : Kong kiapa ibu lat maso kuliah dang?

V : Hehehe itu kwa karena masa lalu dok

N : Maaf kita boleh tau nd itu bu?

V : Iyo nd pp noh, waktu lalu kita tukang mabo, barokok berat, kong ja ba judi

togel dang. Kita noh dp bos togel

N : Ibu dulu ba rokok dari kapan?

V : Dari kita SMA dok

N : 1 hari boleh berapa batang?

V : Doh nd pake batang, boleh 1 bungkus per hari

N : Kong berenti kapan ibu?

V : Pas kita saki itu tahun 2009

N : Kong minum alkohol le kang ibu?

V : Iyo, kita dulu suka skali pigi di pub noh, mar sekarang so nd deng tu togel.

Kita so bertobat sekarang

N : Puji Tuhan ibu, ibu ingat dulu tentang ibu p masa kecil?

V : Inga sadiki dok

N : Dulu ibu dilahirkan dimana kata?

V : Di rumah sih dok itu kwa bidan da tolong

N : Lahir cukup bulan itu?

V : Iyo, cukup bulan mar itu sungsang kata kita

N : Dulu ibu maso sekolah umur berapa?

V : SD umur 5 tahun noh

i
N : Disekolah ibu bagaimana dulu? Maksdunya apa ada gangguan dalam

belajar?

V : Nd ada sih dok, kita rajin di SD, ja beking tugas, da iko lomba. Da juara noh

kita

N : SD dimana dulu ibu?

V : SDN 1 Manado

N : Nd pernah tinggal kelas toh?

V : Iyo nd

N : Kong SMP dimana dang ibu?

V : Di SMP Elfata Manado?

N : Di SMP pernah ada masalah?

V : Nyanda, mar kita disitu so mulai bantah orang tua, so keras kepala dang

N : Kong SMA dang?

V : Nah kita SMA itu di SMA Negeri Kairagi, waktu SMA kita so mulai bnakal

noh, riki sampe tu mama dapa pangge ka skolah lantaran kita da pukul tpe tamang

N : Kiapa ba pukul dang ibu?

V : Dia kwa da maniso pa qta p cowok noh

N : Jadi ibu so mulai pacaran pas SMA ato?

V : Iyo, hehehe kita so banyak cowok le disitu

N : Terus ibu kapan dang menikah?

V : Da kaweng kwa itu tahun 1995

N : So umur berapa itu?

V : 24 sto

i
N : Maaf ibu itu memang so suka kaweng ato?

V : Itu kwa so pergaulan bebas toh, jadi so hamil lebe dulu

N : Sekarang berapa anak dang ibu?

V : 2 anak cowok dok

N : So umur berapa kang dorang?

V : Yang tua so 24 tahun, yang bungsu masih SMP kelas 2

N : Kong yang cilaka dang?

V : Yang cilaka yang tua noh, yang mo operasi. So itu ibu da rasa cemas laeng

kali karena ini smo iko operasi kadua kali

N : Iyo, so musti bsabar noh ibu. Kong da kerja apa dang?

V : Bapak tukang ojek

N : Maaf ibu, itu cukup nd for kebutuhan sehari-hari?

V : Yaah cukuplah dok

N : Menurut ibu, sadar nd kalo lagi sakit sekarang?

V : Sadar dok setelah kita bperiksa

N : Kong suka mo berobat

V : Suka noh dokter

N : Iyo dang ibu, mungkin cukup itu dulu yang kita mo tanya, makase so kase

kita waktu

V : Iyo nd pp, makase le noh smo datang kamari dok

i
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. 2010

2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari

PPDGJ III dan DSM 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Jakarta. 2013.

3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;

Washington DC. 2013.

4. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010

5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2007

i
LAMPIRAN

Gambar 1. Dokumentasi saat wawancara

Gambar 2. Dokumentasi dengan keluarga pasien

i
Gambar 3. Dokumentasi dengan pasien

Gambar 4. Dokumentasi dengan rumah pasien

i
Peta

Anda mungkin juga menyukai