Buku Saku: Pencegahan Prilaku Bunuh Diri
Buku Saku: Pencegahan Prilaku Bunuh Diri
Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri
sendiri.Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang
disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, schizophrenia,
adanya penyakit Kronik, ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988).Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptif.Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul
secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri.Oleh karena itu,
diperlukan perhatian dari lingkungan, pengetahuan dan keterampilan perawatan yang
cukup dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri atau usaha bunuh diri, agar
pasien tidak melakukan usaha tindakan bunuh diri kembali.
Di Inggris ada lebih dari 3000 kematian yang di akibatkan oleh bunuh diri tiap
tahun.Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan
merupakan penyebab kematian kesebelas.Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab
kematian kedua. (Susanto, 2010)
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena
laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain
dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita
lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka
lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara
menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain
Masih Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian, pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981) (dikutip
oleh Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi
remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah dengan orang tua, 30%
masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan 16% masalah dengan saudara.
1. Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan
tidak perlu dianggap serius.
Fakta: Delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku
sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
Fakta: Tidak ada data dan hasil riset yang menyokong pendapat ini karena pola
perilaku bunuh diri bersifat individual.
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”Pada kondisi ini pasien mungkin
sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri.Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah
/ sedih / marah / putusasa/tidak berdaya.Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini pasien
belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan.Kesempatan
sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.
Rentang respon
a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya
b. Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kencendrungan atau beresiko mengalami prilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangan bekarja
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat ( mal adaftif ) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karna pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seseorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekarja seenaknya dan
tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akaibat
hilangnya harapan akibat situsasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Prilaku bunuh diri menurut stuart dan sundeen, 1995 di bagi menjadi tiga
kategori sebagai berikut:
a. Upaya bunuh diri (scucide attempt )
Sengaja melakukan kegiatan bunuh diri dan bila kegiatan itu sampai tuntas
akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau di abaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya
bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati m
ungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak di ketahui tepat pada
waktunya.
b. Isyarat bunuh diri (scucide gesture)
Bunuh diri yang di rencanakan untuk usaha mempengaruhi prilaku orang
lain.
c. Ancaman bunuh diri (scucide threat)
Suatu peringatan baik secara langsung perbal atau nonperbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara perbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi
atau juga mengungkapkan secara nonperbal berupa pemberian hadiah,
wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat
di persepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri
Beberaa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif diri
(bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995).
2. Petunjuk gejala
a. Keputusasaan.
3. Penyakit psikiatrik
4. Riwayat psikososial
b. Hidup sendiri.
5. Faktor-faktor kepribadian
c. Keputusasaan.
6. Riwayat keluarga
Faktor Predisposisi
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut :
1. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa.Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko
penting untuk perilaku destruktif.
5. Faktor biokimia
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut (Cook
dan Fontaine, 1987).
d. Gagal sekolah.
f. Keadaan fisik.
h. Masalah seksual.
i. Depresi.
Faktor Presipitasi
1. Psikososial dan klinik
a. Keputusasaan
e. Hidup sendiri
2. Riwayat
3. Diagnostis
b. Psikosis
c. Penyalahgunaan zat
Koping
Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan prilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri.Prilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak fakto, baik
faktor sosial maupun budaya.Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong
atau bahkan mendorong klaien melakukan prilaku bunuh diri.Isolasi sosial dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh
diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress
dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan bunuh diri
Mekanisme Koping
Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan
kultural.Durkheim membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri.Ada tiga subkategori
bunuh diri berdasarkan motivasi seseorang, yaitu sebagai berikut.
Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku pengerusakan
diri tak langsung adalah pengingkaran (denial).Sementara, mekanisme koping yang
paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
DIAGNOSIS
Diagnosis
RENCANA INTERVENSI
1. Tujuan
2. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka Anda
dapat melakukan tindakan berikut :
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang.
c. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
1. Tujuan
2. Tindakan
1. Tujuan
2. Tindakan
1. Tujuan
2. Tindakan
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul
pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien
berisiko bunuh diri.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain sebagai berikut.
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien.
3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunakannya, dan benar waktu penggunaannya
EVALUASI
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan
selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh
diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan
serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan hal berikut.