Anda di halaman 1dari 20

Buku Saku

Pencegahan Prilaku Bunuh Diri

Kesedihan yang berkepanjangan yang ahirnya di ikuti dengan perasaan depresi


dan keputusaasan adalah awal dari munculnya ide akan perilaku bunuh diri. Depresi
dapat mengacu pada suasana-perasaan atau sindrom klinis, yaitu kombinasi simtom
emosional, kognitif, dan perilaku.Meskipun kesedihan adalah pengalaman universal,
tetapi depresi berat tidak.Tidak seorang pun dapat mengidentifikasi titik tepat di mana
perasaan muram dan sedih, melintasi batas dan menjadi depresi.Seseorang mengalami
satu nuansa ke nuansa terjadi sedikit demi sedikit.Selain itu dalam banyak penelitian
yang telah di lakukan di dunia terhadap banyak kasus depresi berat yang berujung pada
upaya percobaan bunuh diri atau bunuh diri ini juga tidak dapat di lepaskan dari
pengalaman budaya seseorang, factor linguistic, pendidikan dan sosial,ini memiliki peran
penting dalam membentuk cara mengapresiasikan dan mengatasi derita depresi. Variasi
lintas-budaya seharusnya juga di ingat ketika klinisi berusaha mengidentifikasi fitur
sentral atau fitur penentu depresi.

Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri
sendiri.Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang
disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, schizophrenia,
adanya penyakit Kronik, ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.

Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988).Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptif.Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul
secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri.Oleh karena itu,
diperlukan perhatian dari lingkungan, pengetahuan dan keterampilan perawatan yang
cukup dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri atau usaha bunuh diri, agar
pasien tidak melakukan usaha tindakan bunuh diri kembali.

Di Inggris ada lebih dari 3000 kematian yang di akibatkan oleh bunuh diri tiap
tahun.Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan
merupakan penyebab kematian kesebelas.Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan
wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia remaja, bunuh diri merupakan penyebab
kematian kedua. (Susanto, 2010)

Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena
laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain
dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita
lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka
lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih sering memilih cara
menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan


Dunia tahun 2015 bunuh diri di sejumlah negara merupakan penyebab kematian nomor
dua pada penduduk usia 15-29 tahun. Data WHO tahun 2015 mencatat, setiap tahunnya
terdapat 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri. Setiap 40 detik terdapat 1
orang di dunia yang meninggal, karena bunuh diri dengan rasio 11,4 per 100.000 populasi
( Kemenkes RI ).

Di Indonesia, berdasarkan laporan kepolisian tahun 2012 terdapat 981 kasus


kematian karena bunuh diri dan 921 kasus pada tahun 2013. Angka tersebut belum
termasuk kasus yang tidak dilaporkan.Berdasarkan data estimasi WHO tahun 2012,
angka bunuh diri di Indonesia mencapai 4,3 per 100.000 populasi. Kasus bunuh diri di
Indonesia ini cenderung di persepsi sebagai aib bagi keluarga, sehingga di yakini banyak
sekali kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan oleh pihak keluarga untuk menjaga nama
baik keluarga dimata sosial.Perwakilan WHO Indonesia mengungkapkan, kasus
kematian bunuh diri bahkan lebih tinggi jika dibandingkan jumlah korban perang dan
pembunuhan dengan persentase mencapai 57 persen.Dan di wilayah SEARO, termasuk
Indonesia menyumbang 39 persen angka kejadian bunuh diri di seluruh dunia.Sebanyak
75 persen bunuh diri berada di negara berpenghasilan rendah dan menegah.

Beberapa alasan individu berniat mengahiri kehidupan adalah karna kegagagalan


beradaptasi, sehingga tidak dapat mengatasi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi
karna kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti,
perasaan marah /bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri,
cara untuk mengakhiri keputusasaan ( stuart, 2006 ).

Masih Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor penyebab bunuh diri adalah
perceraian, pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981) (dikutip
oleh Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi
remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah dengan orang tua, 30%
masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan 16% masalah dengan saudara.

MITOS TENTANG BUNUH DIRI

1. Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan
tidak perlu dianggap serius.

Fakta: Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.

2. Mitos: Bunuh diri tidak memberi tanda.

Fakta: Delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku
sebelum melakukan percobaan bunuh diri.

3. Mitos: Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada pasien.

Fakta: Hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah


pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri pasien.
4. Mitos: Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan.

Fakta: Tidak ada data dan hasil riset yang menyokong pendapat ini karena pola
perilaku bunuh diri bersifat individual.

KLASIFIKASI BUNUH DIRI

Jenis Bunuh Diri

1. Bunuh diri egoistik

Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.

2. Bunuh diri altruistik

Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.

3. Bunuh diri anomik

Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu.

Pengelompokan Bunuh Diri

1. Isyarat bunuh diri

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”Pada kondisi ini pasien mungkin
sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri.Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah
/ sedih / marah / putusasa/tidak berdaya.Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri

Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini pasien
belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan.Kesempatan
sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3. Percobaan bunuh diri

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.

Tanda dan gejala

a. Mempunyai ide ubtuk bunuh diri


b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusaasaan
d. Impulsive
e. Menunjukkan prilaku yang mencurigakan (menjadi sangan patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian)
h. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
i. Status emosional (harapan, cemas meningkat, panik, marah, mengasingkan diri
j. Kesehatan mental (secara klinis klayen terlihat sangat depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alkohl)
k. Kesehatan fisik ( biasanya pada klayen dengan penyakit kronis atau terminal )
l. Pengangguran
m. Kehilangan pekerjaan atau kegagalan dalam karir
n. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahaun
o. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan )
p. Pekerjaan
q. Konplik interpersonal
r. Latar belakang keluarga
s. Orientasi seksual
t. Sumber- sumber personal
u. Menjadi korban prilaku kekerasan saat kecil
v. Mandi / hygiene

Rentang respon

a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya
b. Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kencendrungan atau beresiko mengalami prilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangan bekarja
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat ( mal adaftif ) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karna pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seseorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekarja seenaknya dan
tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akaibat
hilangnya harapan akibat situsasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

Prilaku bunuh diri menurut stuart dan sundeen, 1995 di bagi menjadi tiga
kategori sebagai berikut:
a. Upaya bunuh diri (scucide attempt )
Sengaja melakukan kegiatan bunuh diri dan bila kegiatan itu sampai tuntas
akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau di abaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya
bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati m
ungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak di ketahui tepat pada
waktunya.
b. Isyarat bunuh diri (scucide gesture)
Bunuh diri yang di rencanakan untuk usaha mempengaruhi prilaku orang
lain.
c. Ancaman bunuh diri (scucide threat)
Suatu peringatan baik secara langsung perbal atau nonperbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara perbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi
atau juga mengungkapkan secara nonperbal berupa pemberian hadiah,
wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat
di persepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri
Beberaa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif diri
(bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995).

1. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.

a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.

b.Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur rencana,


membicarakan tentang bunuh diri, memberikan barang berharga sebagai hadiah,
catatan untuk bunuh diri.

c. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan.

d. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.

e. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.

2. Petunjuk gejala

a. Keputusasaan.

b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga.

c. Alam perasaan depresi.

d. Agitasi dan gelisah.

e. Insomnia yang menetap.

f. Penurunan berat badan.

g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.

3. Penyakit psikiatrik

a. Upaya bunuh diri sebelumnya.


b. Kelainan afektif.

c. Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.

d. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.

e. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.

f. Kombinasi dari kondisi di atas.

4. Riwayat psikososial

a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.

b. Hidup sendiri.

c. Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami.

d. Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti,


masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).

e. Penyakit medis kronis.

f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.

5. Faktor-faktor kepribadian

a. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.

b. Kekakuan kognitif dan negatif.

c. Keputusasaan.

d. Harga diri rendah.

e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.

6. Riwayat keluarga

a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.


b. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduanya.

Faktor Predisposisi

Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri?Banyak pendapat


tentang penyebab dan atau alasan termasuk hal-hal berikut.

1. Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

2. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti.

3. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

5. Tangisan minta tolong.

Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut :

1. Diagnosis psikiatri

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa.Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.

2. Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.

4. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko
penting untuk perilaku destruktif.

5. Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik


menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri.

Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut (Cook
dan Fontaine, 1987).

1. Penyebab bunuh diri pada anak

a. Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.

b. Situasi keluarga yang kacau.

c. Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.

d. Gagal sekolah.

e. Takut atau dihina di sekolah.

f. Kehilangan orang yang dicintai.

g. Dihukum orang lain.

2. Penyebab bunuh diri pada remaja.

a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.

b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.

c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.


d. Perasaan tidak dimengerti orang lain.

e. Kehilangan orang yang dicintai.

f. Keadaan fisik.

g. Masalah dengan orang tua.

h. Masalah seksual.

i. Depresi.

3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.

a. Self ideal terlalu tinggi.

b. Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.

c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang


tua.

d. Kompetisi untuk sukses.

4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.

a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.

b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.

c. Perasaan tidak berarti di masyarakat.

d. Kesepian dan isolasi sosial.

e. Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.

f. Sumber hidup bergantung.

Faktor Presipitasi
1. Psikososial dan klinik

a. Keputusasaan

b. Ras kulit putih

c. Jenis kelamin laki-laki

d. Usia lebih tua

e. Hidup sendiri

2. Riwayat

a. Pernah mencoba bunuh diri.

b. Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.

c. Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.

3. Diagnostis

a. Penyakit medis umum

b. Psikosis

c. Penyalahgunaan zat

Koping

Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan prilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri.Prilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak fakto, baik
faktor sosial maupun budaya.Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong
atau bahkan mendorong klaien melakukan prilaku bunuh diri.Isolasi sosial dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh
diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress
dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan bunuh diri

Mekanisme Koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang


berhubungan dengan prilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan
megical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak di tentang tanpa
memberikan koping alternatif.

Sumber Koping

Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan
kultural.Durkheim membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri.Ada tiga subkategori
bunuh diri berdasarkan motivasi seseorang, yaitu sebagai berikut.

1. Bunuh diri egoistik

Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.

2. Bunuh diri altruistik

Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.

3. Bunuh diri anomik

Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu.

Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku pengerusakan
diri tak langsung adalah pengingkaran (denial).Sementara, mekanisme koping yang
paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

DIAGNOSIS

Risiko bunuh diriGangguan konsep diri: harga diri rendah

Diagnosis

Risiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.

RENCANA INTERVENSI

Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosis keperawatan risiko bunuh diri.

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan

Pasien tetap aman dan selamat.

2. Tindakan

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka Anda
dapat melakukan tindakan berikut :

a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat yang


aman.

b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang.
c. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.

d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan

Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam


atau mencoba bunuh diri.

2. Tindakan

a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan


pernah meninggalkan pasien sendirian.

b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-


barang berbahaya di sekitar pasien.

c. Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri.

d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara


teratur.

ISYARAT BUNUH DIRI DENGAN DIAGNOSIS HARGA DIRI RENDAH

Tindakan Keperawatan untuk Pasien Isyarat Bunuh Diri

1. Tujuan

a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.


c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.

d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

2. Tindakan

a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan


meminta bantuan dari keluarga atau teman.

b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara berikut.

1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.

2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.

4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien.

5) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.

Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara berikut :

1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.

2) Mendiskusikan dengan pasien efektivitas masing-masing cara penyelesaian


masalah.

3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan Pasien Isyarat Bunuh Diri

1. Tujuan

Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.

2. Tindakan
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.

1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul
pada pasien.

2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien
berisiko bunuh diri.

b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.

1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien


memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain sebagai berikut:

a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang


mudah diawasi.Jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
meninggalkan pasien sendirian di rumah.

b) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.


Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri,
seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam
lainnya, serta zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.

c) Selalu mengadakan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan


gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan,
walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.

c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain sebagai berikut.
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.

2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan


bantuan medis.

d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien.

1) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.

2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara


teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.

3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunakannya, dan benar waktu penggunaannya

EVALUASI

1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan
selamat.

2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh
diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan
serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.

3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
ditandai dengan hal berikut.

a. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya.

b. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.

c. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.


4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan risiko
bunuh diri, sehingga keluarga mampu melakukan hal berikut.

a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.

b. Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota


keluarga yang berisiko bunuh diri.

c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam


merawat anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai