Anda di halaman 1dari 18

LI. 1.

Memahami dan Menjelaskan Hipertensi dalam Kehamilan


LO. 1.1 Menjelaskan Definisi Hipertensi dalam Kehamilan
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan ≥ 90 mmHg (tekanan
diastolik). (JNC IV, 2003)
Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah yang dipompa keluar oleh jantung,
seangkan nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukkan fase darah kembali ke dalam
jantung.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vascular yang terjadi sebelum kehamilan atau
timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Ditandai dengan hipertensi dan sering disertai
proteinuria, edema, kejang, koma atau gejala lain.
 Hipertensi ringan = 140/90 dan 149/99
 Hipertensi sedang = 150/100 dan 159/109
 Hipertensi berat = 160/110 atau lebih (Sastrawinata,2005)

LO. 1.2 Menjelaskan Etiologi Hipertensi dalam Kehamilan


Faktor resiko:
 Primigravida, primipaternitas
 Hiperplasentosis, misal: molahidatidosa, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi
besar.
 Umur yang ekstrim.
 Riwayat keluarga pernah preeklampsia atau eklampsia.
 Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
 Obesitas
 Sosio-ekonomi yang rendah

LO. 1.3 Menjelaskan Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan


Klasifikasi yang di pakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun
2001, ialah:
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca perslinan.
2. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.
3. Eklamsia adalah preekalmpsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi kronik yang disertai
tanda-tanda atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca melahirkan atau kehamilan
dengan tanda-tanda preeklamsia tanpa proteinuria. (Prawirohardjo, 2008)

Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Preeklamsia dibedakan menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukuran darah
dilakukan sebanyak 2 kali pada selang waktu 4 jam-6 jam.
2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥1+
dipstic.
3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklamsi tetapi sekarang
edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata. Selain itu bila di dapatkan
kenaikan berat badan >0,57kg/minggu. (Prawirohardjo, 2008)

Preekalmsia ringan adalah suatu sindroma spesifik krhamilan dengan menurunnya perfusi
organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria > 5 g/24 jam. Preeklamsia berat dibagi menjadi:
a. Preeklamsia berat tanpa impending eclamsia
b. Preeklamsia berat dengan impending eclamsia, disebut impending eclamsia bila
preeklamsia disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus,
muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

Manifestasi Klinis Hipertensi dalam Kehamilan


Manifestasi preeklamsia ringan:
 Tekanan darah ≥ 140 mmHg/ 90 mmHg
 Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau ≥ 1 + dipstik
 Edema

Manifestasi preeklamsia berat:


 Tekanan darah ≥ 160 mmHg/ ≥ 110 mmHg
 Proteinuria > 5 g/ 24 jam atau 4 +
 Oliguria
 Gangguan visus dan serebral
 Nyeri epigastirum
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat
 Gangguan fungsi hepar
 Pertumbuhan janin intrauterin terhambat
 Sindrom HELLP

Diagnosis dan Diagnosis Banding Hipertensi dalam Kehamilan


Diagnosis hipertensi kronik:
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada usia
kehamilan <20 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin

Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan timbulnya hipertensi disertai


proteinuria dan/atau edema setelah kejamilan 20 minggu.
 Hipertensi: sistolik/diastolik ≥ 140 mmHg/ 90 mmHg
 Proteinuria: ≥ 300 mg/ 24 jam atau ≥ 1 + dipstik
 Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklamsia, kecuali edema pada
lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila menemukan satu atau lebih gejala sebagai
berikut:
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
 Proteinuria > 5 g/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
 Oliguria, produksi urin < 500 cc/ 24 jam
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan
kabur.
 Nyeri epigastrium, atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson).
 Edema paru-paru dan sianosis.
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat: trombosit < 100.000 sel/mm³ atau penurunan trombosit dengan
cepat.
 Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin aspartate
aminotransferase
 Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
 Sindrom HELLP

Diagnosis eklamsia:
 Didahului oleh gejala preeklamsia.
 Disertai kejang menyeluruh dan koma. Kejang tersebut dapat terjadi pada saat sebelum,
selama dan setelah persalinan.
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan
meningitis)

Diagnosis hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia:


 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20 minggu)
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria > + 1 atau trombosit < 100.000 sel/uL pada usia
kehamilan > 20 minggu

Diagnosis hipertensi gestasional:


 Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
 Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia kehamilan <12
minggu.
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin).
 Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di trombositopenia.
 Diagnosis pasti ditegakkan pasca persalinan.

Diagnosis banding:
Antiphospholipid Antibody Syndrome and Pregnancy
Antithrombin Deficiency
Aortic Coarctation
Autoimmune Thyroid Disease and Pregnancy
Penatalaksanaan Hipertensi dalam Kehamilan

Pencegahan dan tatalaksana terhadap kejang


 Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan
intravena).
 MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana
kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
 Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading
dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
 Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila
tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
Tatalaksana terhadap hipertensi

Nama Obat Dosis Keterangan


Antihipertensi Nifedipin 10-20 mg per oral Diulang setelah 30 menit;
lini pertama maksimum 120 mg dalam 24
jam.
Tidak boleh diberikan
sublingual karena efek
vasodilatasi sangat cepat
sehingga hanya boleh diberikan
peroral.
Anti hipertensi Sodium 0,25 μg i.v./kg /menit Infus ditingkatkan 0,25 μg
lini kedua nitroprusside i.v./kg /5 menit.
Diazokside 30-60 mg i.v./ 5 menit; atau i.v.
infus 10 mg/ menit/ ditirasi.
 Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat terapi antihipertensi.
 Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan ketersediaan obat.
Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan :
 Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB (misalnya valsartan),
dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
 Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk melanjutkan
terapi antihipertensi hingga persalinan
 Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.

Pemeriksaan penunjang tambahan


♥ Hitung darah perifer lengkap (DPL)
♥ Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
♥ Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
♥ Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
♥ Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
♥ USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin terhambat)

Tatalaksana sikap terhadap kehamilannya


Bedasar William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklamsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
1. Aktif (Agressive Management): Berarti kehamilannya segera diakhiri / diterminasi
bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
2. Konservatif (Ekspektatif): Berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa.
1. Perawatan aktif (agresif): sambil memberi pengobatan, kehamilan diakhiri.
Indikasi perawatan aktif adalah bila didapatkan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
Pada ibu
♥ Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paids mengambil batasan umur
kehamilan > 37 minggu untuk preeklamsia ringan dan umur kehamilan ≥ 37 minggu
untuk preeklamsia berat.
♥ Adanya tanda-tanda gejala Impending Eclampsia
♥ Kegagalan terapi pada perawtan konservatif, yaitu: keadaan klinis dan laboratorik
memburuk.
♥ Diduga terjadi solusio plasenta.
♥ Timbul onset persalinan, ketuban pecah, aatu perdarahan.
Pada janin
♥ Adanya tanda-tanda fetal distress (gawat janin)
♥ Adanya tanda-tanda Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
♥ NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
♥ Terjadinya oligohidramnion
Pada laboratorium
♥ Adanya tanda-tanda “Sindroma HELLP” khususnya menurunnya trombosit dengan
cepat.

2. Perawatan konservatif (ekspektatif): bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai


tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secara
aktif.

Pencegahan Hipertensi dalam Kehamilan


Pencegahan preeklamsia
A. Nonmedical
 Tirah baring untuk yang berisiko tinggi preeklapsia (tidak terbukti mencegah terjadinya
preeklampsia dan mencegah persalinan preterm)
 Diet ditambah suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan asam lemak
tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, antioksidan : vitamin C,E,β-karoten, CoQ10, N-
asetilsistein, asam lipoik dan elemen logam berat : zinc, magnesium, kalsium
B. Medical
 Kalsium : 1.500-2.000 mg/hari
 Zinc 200 mg/hari
 Magnesium 365/hari
 Obat anti trombotik yang dianggap dapat dapat mencegah preeklampsia adalah aspirin dosis
rendah rata-rata di bawah 100mg/hari atau dipyridamole
 Antioksidan : vit. C, vit E, β-karoten, CoQ10, N-asetilsistein, asam lipoik

Komplikasi Hipertensi dalam Kehamilan


Yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri, sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated
Liver Enzimens, Low Platelet Count), ablasi retina, DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation), gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan
kematian. Sedangkan pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
LI. 2. Memahami dan Menjeaskan Perdarahan Kehamilan
LO. 2.1 Menjelaskan Definisi Perdarahan Kehamilan
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat
terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan
yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.

Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak normal,
yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro, 2005).

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat perlekatannya yang
normal pada rahim sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2006).

Vasa previa adalah komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada
di dekat ostium uteri internum (cervical os) . Pembuluh darah tersebut berada didalam selaput
ketuban ( tidak terlindung dengan talipusat atau jaringan plasenta) sehingga akan pecah bila
selaput ketuban pecah.

LO. 2.2 Menjelaskan Etiologi Perdarahan Kehamilan


Etiologi plasenta previa:
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan
pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah
rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari
proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar,
kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi
di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko terjadinya plasenta
previa. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.

Etiologi solusio plasenta:


 Pernah solusio plasenta
 Ketuban pecah preterm/ korioamnionitis
 Sindroma preeklamsia
 Hipertensi kronik
 Merokok/ Hipertensi
 Merokok + hipertensi kronik atau preeklamsia
 Pecandu kokain
 Mioma di belakang plasenta
 Gangguan sistem pembekuan darah berupa single-gene mutation/ tombofilia
 Acquired antiphospholipid autoantibodies
 Trauma abdomen dalam kehamilan
 Plasenta sirkumvalata
Etiologi vasa previa:
Vasa previa terjadi bila pembuluh darah janin melintasi selaput ketuban yang berada di depan
ostium uteri internum. Pembuluh darah tersebut dapat berasal dari insersio velamentosa dari
talipusat atau bagian dari lobus suksenteriata (lobus aksesorius). Bila pembuluh darah tersebut
pecah maka akan terjadi robekan pembuluh darah sehingga terjadi eksanguisasi dan kematian
janin

Klasifikasi Perdarahan Kehamilan


Abortus
Iminens
Abortus
Insipiens
Abortus
Kompletus
Abortus
Abortus
Inkompletus
Kehamilan
Kehamilan
< 20 Missed Abortion
ektopik
minggu
Mola Abortus
hidatidosa Habitualis

Abortus Infeksious

Plasenta previa
totalis
Perdarahan
Plasenta previa
Plasenta parsialis
previa Plasenta previa
marginalis
Plasenta previa
letak rendah
Kehamilan
> 20
minggu Ringan

Solusio
Sedang
plasenta

Vasa previa Berat


LO. 2.3 Menjelaskan Patofisiologi Perdarahan Kehamilan
Patofisiologi plasenta previa:
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan
tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah
rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila
plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan
pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dan dinding
rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005)

Patofisiologi solusio plasenta:


Berbagai mekanisme patofisiologi yang terjadi padda solusio plasenta sudah diusulkan,
termasuk trauma vascular setempat yang menyebabkan gangguan pembuluh darah desidua
basalis, peningkatan mendadak tekanan vena uteri yang menyebabkan pembesaran dan
pemisahan ruang intervilosa, factor – factor mekanis (misal, tali pusat pendek, trauma,
kehilangan mendadak cairan amnion) dan kemungkinan permulaan ekstrinsik kaskade
koagulasi (misal, trauma dengan pelepasan tromboplastin jaringan).
Perdarahan dapat terjadi ke dalam desidua basalis atau langsung retroplasenta dari arteri
spiralis yang ruptur.Pada kedua kasus ini terjadi perdarahan, terbentuk bekuan darah, dan
permukaan plasenta tidak memungkinkan terjadinya pertukaran antara ibu dan plasenta.
Bekuan darah akan menekan plasenta yang berdekatan dan darah yang tidak membeku
mengalir dari tempat tersebut.pada perdarahan tersembunyi ataupun tampak (eksternal), darah
dapat keluar melalui selaput ketuban atau plasenta. Keadaan ini memberikan makna penting
karena mungkin menunjukkan perdarahan ibu-janin, perdarahan fetomaternal, perdarahan ibu
ke dalam cairan amnion atau emboli cairan amnion.Kadang – kadang perdarahan hebat dalam
myometrium menyebabkan uterus berwarna keunguan, ekimotik dan berindurasi (apopleksi
uteroplasenta, uterus Couvelaire) dan kehilangan kontraktilitas.
Pada pelepasan plasenta berat mungkin terjadi DIC.Secara klinis, diatesis perdarahan terdiri
atas petekie meluas, perdarahan aktif, syok hipovolemik dan kegagalan mekanisme pembekuan
darah. Meskipun tidak dapat diamati secara langsung, fibrin tertumpuk dalam kapiler kecil,
menyebabkan komplikasi yang menakutkan, misalnya: nekrosis tubular dan korteks ginjal, kor
pulmonale akut dan nekrosis hipofisis anterior (sindrom Sheehan).

Patofisiologi vasa previa:


Penyebab dari pendarahan vasa previa yakni adaya pembuluh darah janin melintasi selaput
ketuban yang berada di depan ostium uteri internum. Dimana pembuluh darah tersebut berasal
dari insersio velamentosa.
LO. 2.4 Menjelaskan Manifestasi Klinis Perdarahan Kehamilan
Manifestasi klinis plasenta previa:
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan tanpa
diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering
terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu
karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna merah
segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari
dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada
waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)

Manifestasi klinis solusio plasenta:


Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas, perdarahan
yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-tiba diperut,
kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan akhirnya berhenti.
Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.

Manifestasi klinis vasa previa:


- Dapat timbul perdarahan pada kehamilan 20 minggu
- Darah berwarna merah segar
- Tidak disertai atau dapat disertai nyeri perut (kontraksi uterus)
- Perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka
dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.

LO. 2.5 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Perdarahan Kehamilan


Diagnosis plasenta previa:
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah
plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis bandingnya
meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan prematur
dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)
• Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa
alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis,
melainkan dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)
• Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
1) Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sember terjadinya perdarahan
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis
plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta
melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).

Diagnosis solusio plasenta:


Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan perdarahan disertai
rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim.
• Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan lahir yang
sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.
• Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio plasenta, pemeriksaan
yang bisa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi, pemeriksaan dalam serta ditunjang
dengan pemeriksaan ultrasonogravi.

Diagnosis vasa previa:


• Jarang terdiagnosa sebelum persalinan namun dapat diduga bila usg antenatal dengan Coolor
Doppler memperlihatkan adanya pembuluh darah pada selaput ketuban didepan ostium uteri
internum.
• Tes Apt : uji pelarutan basa hemoglobin. Diteteskan 2 – 3 tetes larutan basa kedalam 1 mL
darah. Eritrosit janin tahan terhadap pecah sehingga campuran akan tetap berwarna merah. Jika
darah tersebut berasal dari ibu, eritrosit akan segera pecah dan campuran berubah warna
menjadi coklat.
• Diagnosa dipastikan pasca salin dengan pemeriksaan selaput ketuban dan plasenta
• Seringkali janin sudah meninggal saat diagnosa ditegakkan mengingat bahwa sedikit
perdarahan yang terjadi sudah berdampak fatal bagi janin
6. Pemeriksaan penunjang
1. USG : biometri janin, plasenta (letak, derajat maturasi, dan kelainan), ICA.
2. Kardiotokografi:kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap.
Penatalaksanaan
Segera di rujuk ke rumah sakit yang memadai yang dapat melakukan segera seksio sesar.
Diagnosis Banding

• KET
DD Abortus • Mola
• Kehamilan dengan kelainan pada serviks
• Perdarahan implantasi

• Infeksi pelvik
• Kista folikel
DD KET • Abortus biasa
• Radang panggul
• Torsi kita ovarium
• Endometriosis

• Abortus.
• Kehamilan normal.
DD Mola
hidatidosa • Hidramnion.
• Kehamilan ganda.
• Kehamilan dengan Mioma Uteri

DD • Solusio plasenta
Plasenta • Vasa previa
previa • Laserasi serviks atau vagina

DD Solusio • Plasenta previa


plasenta

• Plasenta praevia
• Solusio plasenta
• Kelainan serviks
DD Vasa • Trauma
previa • Varises vagina pecah
Diagnosis banding solusio plasenta

Solusio plasenta Plasenta previa

1.Kejadian  Hamil tua  Hamil tua


 Impartu

2.Anamnesa  Mendadak  perlahan,tampa disadari


 Dapat trauma
 Perdarahan dengan nyeri  tampa trauma

 perdarahan dengan nyeri


3.Kesadaran  Tidak sesuai dengan  sesuai dengan perdarahan yang
umum perdarahan tampak
 Anemis
 TD,nadi dan pernapasan
tidak sesuai dengan
perdarahan
 Dapat disertai dengan
preeklampsi/eklampsi  tidak ada

 Tegang ,nyeri 
4.Palpasi abdomen  Bagian janin sulit diraba  lembek,tampa rasa nyeri
 bagian janin mudah diraba

 Asfiksia sampai kemtian
janin,tergantung lepasnya
5.Denyut jantung  asfiksia – meninggal bila Hb <5
plasenta
janin gr%
 Teraba ketuban tegang
menonjol  teraba jaringan plasenta
6.Pemeriksaan 
dalam

Sumber : Manuaba,2004
LO. 2.6 Menjelaskan Penatalaksanaan Perdarahan Kehamilan
Tatalaksana plasenta previa:
1. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga
walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.·
Tujuan seksio sesarea:
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam.
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisai sehingga serviks uteri dan
segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat implantasi
plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri.
Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.

2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim
dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infuse oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton hicks ialah mengadakan temponade plasenta dengan bokong
(dan kaki) janin. Versi Braxton hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan sering kali
menyebabkan perdarahan pada kulit kepela. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang
telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

Tatalaksana solusio plasenta:


1) Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian persalinan berlangsung spontan.
Sambil menunggu berhentinya perdarahan kita berikan suntikan morfin subkutan, stimulasi
kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta transfusi darah.
2) Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera dilahirkan dan
pedarahan berhenti.
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat bersalin secara
normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
gawat janin tetapi persalinan normal tidak dapat dilaksanakan dengan segera, persiapan untuk
seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi rahim dan observasi ketat
kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan
bagian terendah didasar panggul, janin telah meninggal dan pembukaan > 2 cm (Saifuddin,
2006).

Tatalaksana vasa previa:


Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih
dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin
dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio
sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

LO. 2.7 Menjelaskan Pencegahan Perdarahan Kehamilan


Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang sehat agar tetap sehat
atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pengawasan antenatal memegang peranan yang
sangat penting untuk mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum.
Beberapa pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal yang
dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi ialah pemeriksaan kehamilan, pengobatan
anemia kehamilan, menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan
lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta dan mencegahserta mengobati
penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.
Program kesehatan ibu di indonesia menganjurkan agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya
paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1 kunjungan pada trimester pertama, 1 kunjungan pada
trimester ke dua, dan 2 kunjungan pada trimester ke tiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya
petugas kesehatan memberikan penerangan tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam
masa hamil.perlu juga memberikan penerangan tentang pengaturan jarak kehamilan, serta cara
mengenali tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan pada kehamilan,
odema, sakit kepala terus menerus, dan sebagainya.
Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan terhadap infeksi dan
perdarahan. Kematian ibu karna perdarahan juga lebih sering terjadi pada para ibu yang
menderita anemia kehamilan senelumnya. Anemia dalam kehamilan, yang pada umumnya
disebabkan oleh defisiensi besi, dapat dengan mudah diobati dengan jalan memberikan
preparat besi selama kehamilan. Oleh karna itu, pengobatan anemia dalam kehamilan tidak
boleh diabaikan untuk mencegah kematian ibu apabila nantinya mengalami perdarahan.
Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang dicurigai akan
mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan sedapat mungkin mengawasi
kehamilannya dan bersalin di rumah sakit tersebut.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki atau bagian terbawah
janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu terakhir kehamilan, dapat juga
dicurigai adanya plasenta previa.
Preeklamsia dan hiprtensi menahun sering kali dihubungkan dengan terjadinya solusio
plasenta. Apabila hal ini benar, diperlikan pencegahan dan pengobatan secara seksama untuk
mengurangi kejadian solusio plasenta.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit menjadi
semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan melakukan tindakan pengobatan yang
cepat dan tepat.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak dari
perdarahanyang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apapun penyebabnya,
penderita harus dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan oprasi.
Jangan melakukan pemeriksaan dalam di rumah atau di tempat yang tidak memungkinkan
tindakan operatif segera, karna pemeriksaan itu dapat menambah banyaknya perdarahan.
Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk menghentikan
perdarahan, tetapi akan menambah perdarahan karena sentuhan pada serviks sewaktu
pemasangannya.
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang atau boleh dikatakan tidak pernah
menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan dalam. Biasanya
masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit sebelum terjadi
perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak dari pada sebelumnya.
Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus segera di
pasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum infus kedalam
pembuluh darah sebelum syok akan jauh lebih mudah transfusi darah bila sewaktu-waktu
diperlukan.
Segera setelah tiba dirumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera dilakukan,
walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh darah penderita untuk
pemeriksaan golongan darahnya dan pemeriksaan kecocokan dengan darah donornya harus
segera dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa di tunda
karena tidak sempat dilakukan jadi terpaksa langsung mentransfusikan darah yang
golongannya sama dengan golongan darah penderita, atau mentransfusikan darah golongan O
rhesus positif, dengan penuh kesadaran akan segala bahayanya.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya kehamilan,
banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum mulainya persalinan dan
diagnosis yang ditegakan.
Apabila pemeriksaan baik perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartum,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih dibawah 2500 gram, maka
kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan ditunda sampai janin dapat hidup di luar
kandungan dengan lebih baik lagi. Tindakan medis pada pasien dilakukan dengan istirahat dan
pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesteron.
Sebaiknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung dapat
membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilannya juga telah mencapai 37 minggu, taksiran
berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka tindakan medis secara
aktif yaitu dengan tindakan persalinan segera harus ditempuh. Tindakan persalinan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan pervaginam dan persalinan perabdominal dengan
seksio cesarea.
Pada plasenta previa persalinan pervaginam dapat di lakukan pada plasenta letak
rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis anterior (janin dalam presentasi
kepala). Sedangkan persalinan perabdominal dengan secsio cesarea dilakukan pada plasenta
previa totalis, plasenta previa lateralis posterior, dan plasenta previa letak rendah dengan jain
letak sungsang.
Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominal jika pembukaan belum
lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan persalinan pervaginam dengan
amniotomi, namun bila dalam 6 jam belum lahir dilakukan seksio cesarea.
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian
plasenta yang beradarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Seksio
cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian
memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dan
untuk menghindari perlukaan serviks dari segmen bawah uterus yang rapuh.

Pencegahan tersier
Pencegahan tersier meliputi rehabilisasi (pemulihan kesehatan) yang ditukan terhadap
penderita yang baru pulih dari perdarahan antepartum meliputi rehabilitasi mental dan sosial,
yaitu dengan memberikan dukungan moral bagi penderita agar tidak berkecilhati, mempunyai
semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus asa sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang berdaya guna.

LO. 2.9 Menjelaskan Komplikasi Perdarahan Kehamilan


Komplikasi plasenta previa:
Menurut Dutta (2004) komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat
menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak
lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur.
Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan lahir, prolaps
tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya
plasenta sehingga harus dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan kuretase.
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan
rendah, munculnya asfiksia, kematian janin dalan uterus, kelainan kongenital serta cidera
akibat intervensi kelahiran.
Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain:
a.Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta dari
insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita
anemia dan syok.
b.Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan
trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab
dari kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta.
c.Servik dan segmen bawah raim yangrapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal

Komplikasi solusio plasenta:


Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan criteria :
1) Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan
syok,perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok,kesadaran
bervariasi dari baik sampai syok.
b. Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis,terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang.
d. Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi
darah ke otot rahim,sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan
karena atonia uteri,kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
e. Koagulopati konsumtif,DIC: solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati
konsumtif yang tersering pada kehamilan.
f. Utero renal reflex
g. Ruptur uteri

2) Komplikasi pada janin


a. Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin,karena perdarahan yang tertimbun
dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan
kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada beberapa
sebagian placenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.
b. Kelainan susunan system saraf pusat
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemia

Anda mungkin juga menyukai