Anda di halaman 1dari 5

RELAKSASI AUTOGENIK

Oleh : Joko Wiyono, S.Kp., M.Kep., Sp. Kom

1. Pengertian
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri
sendiri berupa kata-kata/kalimat pendek ataupun pikiran yang
bisa membuat pikiran tentram.
2. Tujuan:
a. Memberikan perasaan nyaman
b. Mengurangi stress, khususnya stress ringan
c. Memberikan ketenangan
d. Mengurangi ketegangan
3. Persiapan:
a. Pasien / klien
o Beritahu pasien / klien
o Atur posisi dalam posisi duduk atau berbaring
b. Alat
o Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan. Bila diinginkan,
dapat dilakukan sambil mendengarkan musik ringan.
c. Lingkungan
o Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar
pasien / klien mudah berkonsentrasi.
4. Prosedur:
a. Pilihlah suatu kata / kalimat yang dapat membuat kita tenang
misalnya “Astaghfirullah”. Jadikan kata-kata / kalimat
tersebut sebagai “mantra” untuk mencapai kondisi rileks.
b. Perhatikan posisi. Atur posisi senyaman mungkin.
c. Tutup mata secara perlahan-lahan.
d. Lemaskan seluruh anggota tubuh dari kepala, bahu,
punggung, tangan sampai dengan kaki secara perlahan-
lahan.
e. Tarik nafas secara perlahan.
f. Fokuskan pikiran pada kata-kata “mantra” tersebut.
g. Lakukan berulang selama ± 10 menit, bila tiba-tiba pikiran
melayang, upayakan untuk memfokuskan kembali pada kata-
kata “mantra”.
h. Bila dirasakan sudah nyaman / rileks, tetap duduk tenang
dengan mata masih tetap tertutup untuk beberapa saat.
i. Langkah terakhir, buka mata perlahan-lahan sambil rasakan
kondisi rileks.

5. Perhatian:
a. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi
penuh terhadap kata-kata “mantra”yang dapat membuat rileks.
b. Lakukan prosedur ini sampai 2-3 kali agar mendapatkan hasil
yang optimal.
c. Tidak efektif untuk kondisi stress berat.

6. Evaluasi
a. Respon verbal:
1. Klien mengatakan rileks
2. Klien mengatakan ketegangan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman
b. Respon non verbal
1. Klien tampak tenang
2 Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital
KONSELING KELUARGA DENGAN MASALAH PERKAWINAN

A. Pengertian
Dukungan dan bantuan yang diberikan oleh perawat kepada pasangan suami istri
yang mengalami gangguan hubungan suami isteri, merasa tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah yang teridentifikasi.

B. Tujuan
1. Membantu pasangan suami isteri untuk mengenali masalah hubungan
perkawinan yang terjadi.
2. Membantu pasangan suami isteri untuk mengidentifikasi solusi masalah
yang ada.
3. Membantu pasangan suami isteri mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan masing-masing solusi masalah yang dipilih/ditetapkan.
4. Memberikan dukungan kepada pasangan suami isteri untuk melaksanakan
solusi masalah yang dipilih, dengan konsekwensi logis yang harus
ditanggung / dipertanggungjawabkan.

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Klien
o Sebelum memulai proses konseling hubungan perawat klien (suami
isteri) sudah mencapai trust relationship.
o Klien telah menyatakan bersedia mengikuti proses konseling
o Teridentifikasi bahwa klien berada pada kondisi yang
membutuhkan bantuan konelor untuk memfasilitasi menyelesaikan
masalah klien.
b. Lingkungan
o Diharapkan proses konseling dapat dilakukan di ruangan yang
kondusif, tenang dan privacy klien terjaga.
o Sebaiknya konseling tidak dilakukan di rumah, tetapi dilakukan di
tempat yang disepakati klien, untuk menjaga sikap netralitas klien dan
konselor.
o Jika dilakukan di rumah sebaiknya dilakukan di ruangan tertutup
untuk menjaga privacy klien dan keleluasaan klien mengekspresikan
perasaan atau menceritakan permasalahan yang dihadapinya.

2. Pelaksanaan
o Konseling dilakukan dalam tiga tahapan yaitu: 1) pertemuan
konselor hanya dengan isteri, 2) pertemuan konselor hanya dengan
suami seta 3) pertemuan konselor dengan pasangan suami isteri.
o Pada masing-masing pertemuan dengan isteri atau dengan suami,
berikan kesempatan kepada masing-masing pihak untuk:
o Menceritakan masalah yang dihadapi, mengidentifikasi
kemungkinan alternatif penyelesaian masalah.
o Konselor bersikap netral, empati, caring serta menghargai klien.
o Konselor menggali harapan klien suami / isteri terhadap
pasangannya masing-masing untuk saat ini dan masa yang akan
datang.
o Pada tahapan ketiga, konselor membantu mengidentifikasi
perubahan dan harapan yang logis (realita) dari harapan dan perubahan
yang diinginkan oleh pasangan.
o Konselor membantu klien saat mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan solusi penyelesaian masalah serta membantu menggali
kemampuan klien untuk mencari solusi lain yang lebih relevan,
terutama untuk meminimalkan resiko negatif yang akan
mempengaruhi kepentingan anggota keluarga yang lain (anak).
o Konselor memberikan dukungan kepada klien untuk melaksanakan
solusi masalah yang dipilih.

D. Evaluasi
1. Struktur
o Konselor mampu menyiapkan diri untuk bersikap empati, netral,
menghargai klien, caring serta menjaga kerahasiaan klien sebelum
memulai proses konseling.
o Tersedia ruangan yang tenang dan privacy klien terjaga.
2. Proses
o Konselor mampu menunjukkan sikap sebagi konselor yang empati,
netral, menghargai klien, caring serta meyakinkan akan menjaga
kerahasiaan klien pada saat proses konseling berlangsung.
o Klien mengikuti proses konseling sejak awal hingga selesai.
o Proses konseling dilakukan dalam ruangan yang tenang, kondusif.
3. Hasil
o Konselor mampu melaksanakan 90% dari keseluruhan tugasnya
dengan tepat.
o Proses konseling berjalan lancar, 90% dari tujuan konseling dapat
tercapai
o Klien menceritakan masalah yang dihadapi, mengidentifikasi
penyebab timbulnya masalah, mengidentifikasi kemungkinan alternatif
penyelesaian masalah.
o Klien menentukan perubahan dan harapan yang logis (realita) dari
harapan dan perubahan yang diinginkan terhadap pasangan masing-
masing.
o Klien menentukan solusi penyelesaian masalah serta yang lebih
relevan, terutama untuk meminimalkan resiko negatif yang akan
mempengaruhi kepentingan anggota keluarga yang lain (anak)
o Konseling dilaksanakan dalam ruangan yang tenang dan kondusif.

Anda mungkin juga menyukai