Anda di halaman 1dari 5

Nama : Karin Deswita Addini

MPM : 188530099
Jurusan : Ilmu Komunikasi

UNSUR BUDAYA THAI (THAILAND)

SISTEM KESENIAN
Sastra di Thailand sudah berkembang pada abad ke-13 dimana penulisan-penulisan
tersebut bergaya serperti puisi dan biasanya berhubungan dengan Agama dan Kerajaan,
misalnya Maha Cham Kham Luang. Hal ini disebabkan karena Penulisan sastra-sastra sangat
dihargai pada Agama Buddha.
Di bidang melukis, objek-objek yang dilukiskan untuk masyarakat Thai adalah objek-
objek Buddha, seperti patung buddha, candi, istana, suasana di neraka dan surga, serta
kejadian-kejadian yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Seni melukis ini telah
berkembang sejak zaman Sukhotai (1249-1438 AD).
Selain itu, juga banyak ditemukan alat-alat instrumen-instrumen musik di Thailand
yang digunakan untuk musik tradisional dan calassical di Thailand. Alat-alat ini digunakan
oleh mayoritas masyarakat Thai dan juga etnik-etnik minoritas. Di sistem organologi,
instumen-instrumen musik tradisional Thai dikenal menjadi empat kategori berdasarkan cara
bermainnya, yakni meniup (instrumen angin) contohnya khlui (seruling yang terbuat dari
bambu), memetik (memetik senar instrumen) contohnya adalah saw duang (instrumen dengan
dua senar dan digunakan untuk musik klasik), menarik (menarik senar alat instrumen
contohnya adalah grajaphi, dan memukul atau menggetarkan (memukul alat instrumen)
contohnya adalah angklung yang dibunyikan dengan digetarkan.
Tarian Thai, seperti banyak negara-negara lainnya di Asia, dibagikan menjadi dua
kategori utama, yaitu high art (tarian klasik) dan disticnction (tarian foklore). Salah satu
tarian Thai adalah Lakhon dan Khon.
Kesenian dalam berbagai bidang yang dimiliki oleh masyarakat Thai ini memiliki
banyak kemiripan-kemiripan yang hampir sama dengan kesenian di negara-negara Asia
Tenggara lainnya, terutama negara-negara tetangga Thailand.
Selain itu, Budaya Amerika sangat mempengaruhi budaya Thai dalam bidang seni
akting. Pada mulanya, banyak pemuda-pemuda Thai mencari pendidikan di Amerika dalam
bidang seni akting. Hal ini menyebabkan banyak artis Thai yang menggunakan ide-ide atau
gaya budaya Amerika dalam bidang akting. Pada masa Sukhotai dan Ayyuthaya, orang Thai
menggunakan konsep-konsep dari Khmer dan India dalam hal design.
Pada zaman modern ini, bidang Theatre masyarakat Thai telah berkembang dengan
pesat. Salah satu bidang seni theatre yang terkenal di Thailand alalah Khon, yang bersumber
dari Indian Ramayana. Unsur-unsur kesenian budaya thai seperti drama, buku/literature,
perfilman, dan bidang seni-seni lainnya saat ini tidak sekedar hanya terbatas pada lingkungan
Kerajaan saja, tetapi saat ini telah bisa dinikmati oleh masyarakat luas dan orang-orang asing.
Orang Thai menerima westernisasi dalam semua sektor, termasuk dalam bidang seni. Hal ini
bisa dilihat dalam teknik perfilman, costum design, dll.

SISTEM MATA PENCARIAN


Sebagai negara Agraris, masyarakat Thai masih bermata pencaharian terbesar sebagai petani
yang bertani dan berkebun yakni sebesar 49%. Pertanian dan perkebunan dilakukan terutama
di Utara dan Selatan Thailand. Selain itu, 39% persen dari masyarakat Thai bekerja dalam
bidang service atau jasa. Bidang jasa ini terutama merupakan bidang pariwisata. Adapun 13%
dari masyarakat Thai yang bermata pencaharian dalam bidang industri dan sisanya
merupakan pekerja-pekerja dalam bidang lainnya. Pada tahun 2006, jumlah tenaga kerja
Thailand adalah sebanyak 36.41 juta penduduk dan hanya 1.144.688 penduduk Thailand
menganggur. Selain itu, jumlah pendapatan rata-rata orang Thai adalah sebanyak 9100$ per
tahun (capital per income). Partner utama masyarakat Thai (Thailand) dalam ekonomi adalah
dengan negara Jepang, Cina, Malaysia, dan Cina.

SISTEM BAHASA
Bahasa yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Thai adalah bahasa thai. Hampir
seluruh penduduk Thailand menguasai bahasa thai. Sebagaian kata-kata Thai banyak yang
meminjam dari bahasa Khmer, Pali (Bahasa yang digunakan oleh kaum Buddha Theravada,
atau Sangkrit (bahasa yang digunakan orang Hindu, terutatama di India.
Alpabet bahasa Thai pertama kali diperkenalkan oleh Raja Ramakamhaeng pada masa
Sukhotai pada 1283. Bahasa Thai dibaca ke arah horizontal dari kiri ke kanan. Bahasa Thai
ini terdiri dari 76 huruf, yakni 44 konsonan dan 32 vowel. Bahasa ini juga mempunya
intonasi dalam setiap kata. Intonasi di dalam Bahasa Thai di bagi menjadi lima, yaitu rendah
(ee/low), tinggi (to/high), menurun (catawa/falling), mentinggi (tri/raising), dan datar
(samak). Suatu kata yang memiliki intonasi yang berbeda akan memiliki makna yang berbeda
pula.
Selain itu, Bahasa Thai digunakan menjadi dua yaitu Bahasa Thai biasa yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat luas dan Bahasa Thai untuk Kerajaan
(Royal Language) atau dikenal dengan Rachasap yaitu dengan kata-kata yang lebih sopan dan
memiliki tingkatan yang lebih tingi. Tidak semua orang Thai menguasai bahsa ini dan
biasanya hanya sekedar keluarga dan anggota kerajaan. Rachasap ini biasanya digunakan
untuk acara-acara Kerajaan yang formal, misalnya dalam suatu pidato.
Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional mulia berkembang di masyarakat Thai pada saat
Raja Mongkhut (Rama IV) berkuasa. Bahasa Inggris dikiranya sangat diperlukan oleh Raja
Rama V, sampai bahkan dia mendatangkan guru yang bernama Anna dari Inggris. Akan
tetapi saat ini, sebagaian masyarakat Thai cenderung tidak familiar dengan bahasa Inggris.
Hanya minoritas orang Thai yaitu yang memiliki etnik Thai dan Melayu mengusai bahasa
melayu.

SISTEM RELIGI
Berdasarkan sensus yang dilakukan pada 2000, 95% dari orang Thai memiliki
kepercayaan Buddha Theravada. Kepercayaan Buddha Theravada yang diambil dan diserap
dari Sri Langka menggunakan bahasa Pali sebagai bahasa keagamaan. Keluarga Kerajaan
juga memilki kepercayaan Buddha Theravada dan melihatnya sebagai suatu hal yang suci.
Bahkan, biksu memiliki tingkatan status yang lebih tinggi daripada Raja Thailand dalam
kehidupan sosial. Seseorang laki-laki yang beragama Buddha Theravada diwajibkan untuk
menjadi seorang biksu pada usia sebelum bekerja. Akan tetapi, akibat dampak globalisasi,
nilai-nilai budaya yang semakin luntur menyebabkan semakin sedikitnya ditemukan remaja-
remaja Thai yang menjadi seorang biksu. Masyarakat Thai cenderung mendapatkan
pendidikan agama Buddha di candi-candi. Biasanya kegiatan menyembah wat-wat dilakukan
oleh masyarakat Thai dengan menyembah patung biksu dan memberikan sajian-sajian untuk
mendapatkan keberuntungan dan dikabulkan permohonannya.
Selain itu, sisanya (5%) merupakan orang Thai yang memiliki kepercayaan Hinduism,
Christianity, Taoism, animism, dan Islam. Daerah Pattani, Yala, Narathiwat dan bagaian dari
Songkhla didominasi oleh penduduk Muslim, karena terdiri dari etnik Thai dan Malay.
Pemerintahan Thai sering kali memandang Thai-Muslim sebagai teroris dan seperatis.
Sedangkan Thai-Muslim yang mengalami kecemburuan ekonomi biasanya tidak menyukai
pemerintah pusat yang korupsi dan tidak bersikap adil. Hal ini menyebabakan sering
terjadinya konflik antara dua pihak.
Terdapat taboos pula yang dipercayai oleh masyarakat Thai yaitu memeggang kepala
orang yang lebih tua itu dan menunjuk seseorang dengan menggunakan kaki merupakan
suatu hal yang melecehkan. Masyarakat Thai menganggap bahwa kepala merupakan bagian
tubuh yang paling suci dan kaki sebagai bagian tubuh yang paling kotor, sehingga menginjak
makanan dan melangkahi seseorang tidak diperkenankan

SISTEM ILMU PENGETAHUAN


Pada masa tradisional(1220–1868), masyarakat thai mendapatkan ilmu pengetahuan
di candi-candi dan ilmu yang diterima hanya sekedar ilmu agama dan sosial. Akan tetapi,
pendidikan baru pertama kali disadarkan perlu pada saat Raja Rama IV berkuasa. Dia
mendatangkan guru dari Inggris yang bernama Anna. Kedatangannya ini terutama untuk
belajar Bahasa Inggris yang dikiranya sangat diperlukan dan sangat penting oleh Raja Rama
IV. Kemudian berkembang dan timbulah lembaga-lembaga pendidikan di Thailand.
Saat ini, anak-anak sudah mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah-sekolah yang
memberikan pelajaran di segala bidang. Akan tetapi, ajaran Agama Buddha jarang bahkan
tidak diajarkan di sekolah-sekolah Thailand. Biasanya murid-murid Thailand mendapatkan
ajaran-ajaran agama di candi-candi oleh para biksu dan orang tua. Pendidikan di Thailan
mulai berkembang dengan baik pada tahun 1997 (setelah terjadi kudeta), dimana pemerintah
berprihatin untuk meningkatkan kemampuan generasi-generasi muda Thai untuk mampu
bersaing pada arena globalisasi.
Thailand merupakan suatu negara yang belum pernah dijajah oleh negara kolonial.
Oleh karena itu, Thailand tidak memiliki keuntungan dari pengaruh-pengaruh yang diberikan
negara kolonial pada sistem ilmu pengetahuann dan sosial. Masyarakat Thai bisa menikmati
pendidikan yang baik di Thailan dengan adanya sarana sekolah dari Playgroup,
Kindergarden, Sekolah Dasar (Enam Tingkat), Sekolah Menengah Pertama(Tiga Tingkat),
Sekolah Menengah Atas (Tiga Tingkat), dan berbagai universitas. Pusat pendidikan Thailand
ada di Kota Bangkok. Pendidikan di Thailand diselanggarakan oleh Menteri Pendidikan
(Ministry of Education). Hukum di Thailand menwajibkan untuk setidaknya mendapatkan
pendidikan wajib belajar 12 tahun. Orang Thai sudah memilki kesadaran penuh akan
pentingnya pendidikan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
SISTEM TEKNOLOGI
Kehidupan masyarakat Thai terutatama di Kota Bangkok tidak pernah lepas dari
teknologi yang terus berkembang. Masyarakat Thai telah menerima teknologi dalam
kehidupan mereka dan bahkan mengembangkan dan menciptakan teknologi yang lebih maju.
Berdasarkan survey mengenai teknologi dan kominikasi yang dilakukan, dari 832,043 orang
yang digunakan sebagai sampel di seluruh Kingdom Thailand, 20,5% (170,744) orang
menggunakan dan memakai komputer dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam survey
internet, dikatakan bahwa dari 831,559 unit komputer sebagai sampel di seluruh Thailand,
47,2% (7392,632) unit komputer tersebut telah menggunakan fasilitas internet. Selain itu
dalam penelitian yang dilakukan National Statistic Office, diungkapkan bahwa rumah sakit
merupakan tempat yang paling sering ditemukan komputer, yakni rata-rata sekitar 64
komputer setiap rumah sakit. Internet paling banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan
jasa yang bergerak dalam bidang travel agencies.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Thai cenderung tidak
menggunakan internet yakni karena biaya/pengeluaran yang terlalu tinggi (23,7%), merasa
tidak diperlukan untuk kegiatan bisnis dan jasa (79%), kekurangan dalam kemampuan
penggunaan internet (14,8), kurang menguntungkan (8,7), dan kekhawatiran pada sekuritas
(13,5). Dalam pemakaian web, hampir 87% orang thailand telah memiliki website sendiri dan
sisanya merupakan penggunaan web portal lainnya. Penggunaan web ini (84%) digunakan
terutama untuk marketing product.

SISTEM KEMASYARAKATAN
Struktur sosial masyarakat Thai berbentuk patembayan karena sudah cenderung
menuju modernisasi. Selain itu, Raja dan keluarga Raja merupakan orang-orang yang sangat
digemari dan dihormati oleh masyarakat Thai atas jasa-jasa keluarga raja yang telah diberikan
rakyat. Raja di Thailand dipilih berdasarkan keturunannya (The Cakri Kings), yakni dari His
Majesty King Buddha Yod Fa Chulalok the Great (King Rama I) sampai sekarang His
Majesty King Bhumibol Adulyadej (King Rama IX). Walaupun begitu, Biksu dianggap orang
yang paling suci dan memiliki status tertinggi di kalangan masyarakat Thai, bahkan melebihi
kedudukan suatu raja dan keluarga raja.
Orang Thai memiliki nasionalisme yang kuat terhadap negaranaya. Orang Thai
memiliki peradaban dimana orang Thai yang muda sangat menghormati dan menghargai
orang yang lebih tua. Saat ini (masa modern), diskriminasi gender antara kaum laki-laki dan
perempuan sudah dihapuskan dalam sistem sosial Thai.

Anda mungkin juga menyukai