Farmakologi
Farmakologi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa keperawatan S1 non – reguler STIKes
Dharma Husada Bandung dapat memahami mengenai obat uterotonika dan
uterotokolitik.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa keperawatan S1 non – reguler STIKes
Dharma Husada Bandung dapat menjelaskan :
a. Pengertian obat uterotonika dan uterotokolitik.
b. Klasifikasi obat uterotonika dan uterotokolitik.
c. Indikasi obat uterotonika dan uterotokolitik.
d. Efek samping obat uterotonika dan uterotokolitik.
e. Kontra indikasi obat uterotonika dan uterotokolitik.
f. Dosis obat uterotonika dan uterotokolitik.
g. Bentuk sediaan obat uterotonika dan uterotokolitik.
h. Interaksi obat uterotonika dan uterotokolitik.
i. Penyimpanan obat uterotonika dan uterotokolitik.
D. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini tersusun atas beberapa bab dan subbab
diantaranya bab I pendahuluan yang terdiri subbab latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup penulisan, sistematika penulisan. Bab
II merupakan isi yang terdiri dari beberapa subbab obat uterotonika dan obat
uterotokolitik yang terdiri dari pengertian, klasifikasi, indikasi obat, efek
samping, kontra indikasi, dosis obat, bentuk sediaan, interaksi obat,
2
penyimpanan obat. Bab III penutup yang terdiri dari beberapa subbab
kesimpulan dan saran.
BAB II
ISI
A. Obat Uterotonika
1. Pengertian
Uterotonika adalah zat zat yang meningkatkan kontraksi uterus .(,
Ganiswara Sutistia.2007)
3
Oksitoksik ialah obat yang merngsang kontraksi uterus. (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI)
2. Klasifikasi
a. Alkaloid Ergot
Sumber alkaloid ergot adalah Claviceps purpurea, suatu jamur
yang hidup parasit dalam butir rye dan gandum. Banyak terdapat di
Eropa dan Amerika.
Ergot mengandung zat yang penting yaitu alkohol ergot dan
zat lain seperti zat organik, karbohidrat, gliserida, steroid, asam
amino, amin, dan basa amonium kuatener .
1) Indikasi
Oksitosik.
Sebagai stimultan uterus pada perdarahan post persalinan atau
pasca abortus.
2) Efek Samping
Dapat menimbulkan keracunan akut dan kronik.
Keracunan akut terjadi pada percobaan menggugurkan
kandungan dengan dosis besar, gejalanya mual, muntah, diare,
gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat tingling, bingung dan
tidak sadar.
Pada keracunan kronik terdapat gejala angina pectoris,
takikardia, bradikardia, peninggian atau penurunan tekanan
darah.
3) Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan sepsis.
Penyakit pembuluh darah seperti arteritis sifilitika,
arteriosklerosis, penyakit pembuluh darah koroner,
tromboplebitis dan sindroma Raynaud atau Buerger.
Hipertensi.
Fungsi paru menurun.
Fungsi hati dan ginjal menurun.
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil.
4) Dosis Obat
4
Oral : bekerja bereaksi setelah 10 menit. Dosis : 0,2 - 0,4
mg, 2 – 4 mg kali sehari selama 2 hari.
Injeksi : Intra vena, bereaksi setelah 40 detik. Intra muscular
bereaksi setelah 7 – 8 menit.Dosis IV dan IM : 0.2 mg boleh
diulang 2 – 4 jam bila perdarahan hebat.
5) Bentuk sediaan obat
Ergotamin tartrat
Merupakan kristal yang lartu dalam air dan alkohol. Terdapat
dalam bentuyk tablet oral 1 mg, tablet sublingual 2 mg dan
dalam bentuk larutan obat suntik 0,5 mg/mL dalam 1 ampul 1
mL.
Ergonovin maleat
Merupakan kristal berwarna putih atau kuning, tidak berbau,
sensitif terhadap cahaya dan mudah larut dalam air. Terdapat
dalam bentuk suntikan ergonovin maleat berisi 0,2 mg/mL dan
dalam bentuk tablet berisi 0,2 mg. Sebaiknya disimpan pada
sushu antara 0 – 12 oC dan terlindung dari cahaya.
Metilergonovin maleat (Methergin)
Terdapat dalam ampul 0,2 mg/mL dan tablet oral 0,2 mg.
Metisergid maleat
Tersedia dalam bentuk tablet oral 2 mg.
Dihidroergotamin
Tersedia dalam bentuk semprotan nasal 4 mg/mL dan suntikan
parenteral 1 mg/mL
6) Interaksi obat
Keefektifan ergometrin dapat terganggu jika ibu hamil yang
menggunakannya berada dalam keadaan hipokalsemia, keadaan ini
dapat dikoreksi dengan penyuntikan intavena garam kalsium.
Nikotin, beberapa preparat oksitosik yang lain, obat – obatan
anestesi umum, penyekat beta, sumatriptan dan eritromisin akan
menguatkan kerja ergometrin. Kepada ibu hamil yang memakai
ergometrin harus disarankan untuk tidak merokok (menggunakan
nikotin) selama tiga jam sesudah pemberiannya.
7) Penyimpanan obat
Ergometrin harus disimpan di tempat yang sejuk dan gelap,
sebaiknya di dalam lemari es dan tanggal kadaluwarsanya harus
5
diperiksa secara teratur. Kehilangan potensi setelah penyimpanan
selama setahun dapat mencapai 90 %. Tablet ergometrin
merupakan preparat yang tidak stabil dalam segala keadaan,
khususnya dengan kelembaban yang tinggi, dan dengan demikian
pemakaiannya tidak dianjurkan.
b. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormon peptide yang disekresi oleh
pituitari posterior yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita
dalam masa laktasi. Oksitosin diduga berperan pada awal kelahiran.
Oksitosin merangsang otot polos, uterus, dan kelenjar mamae.
Fungsi perangsang ini bersifat selektif dan cukup kuat menstimulus
sensoris pada servik, vagina dan payudara sehingga merangsang
hipofisis posterior melepaskan oksitosin. Sensitivitas uterus terhadap
oksitosin meninggi bersaman dengan bertambahnya umur kehamilan.
1) Indikasi
Oksitosik.
Mengurangi pembengkakan payudara.
Mengontrol perdarahan dan atonia uteri pasca persalinan.
Induksi partus aterm.
Mengakhiri kehamilan.
Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan.
2) Efek Samping
Hiperstimulasi uterus membahayakan janin karena akan
mengganggu masuknya kepala janin ke dalam serviks, jika
serviks tidak melunak atau mengalami dilatasi, proses
persalinan tidak dapat berlangsung dan dalam keadaan ini,
kontraksi uterus yang keras, lama serta kuat dapat
menimbulkan konseskuensi yang serius seperti trauma pada
neonatus dan ibu serta rupture uterus.
Reaksi anafilatik.
Mual dan muntah
Dapat disebabkan oleh kontraksi otot polos usus atau kerja
langsung oksitosin pada zona pemicu kemoreseptor dan pusat
muntah dalam medula oblongata.
aritmia, anafilaksis, aplasia placenta, emboli amnion.
6
Vasokonstriksi pembuluh darah umbilikus.
Kerja anti diuretik dan SIADH (Syndromeinappropriate ADH)
Oksitosin menyebabkan retensi air sehingga terjadi penurunan
haluaran urine, peningkatan osmolaltas (dan berat jenis) urine,
pengenceran plasma, hiponatremia.
Reaksi hipersensifitas.
Reaksi hipersensitivitas yang meliputi anafilaksis sudah pernah
dilaporkan.
Ikterus neonatorum
Oksitosin akan melintasi plasenta dan memiliki kerja
antidiuretik pada janin sehinga terjadi peningkatan fragilitas
sel darah merah, hemolisis, dan hiperbilirubinemia yang
bergantumg pada takaran oksitosin.
3) Kontra Indikasi
Kontraksi uterus hipertonik.
Pemberian oksitosin merupakan kontraindikasi jika uterus
sudah berkontraksi dengan kuat atau bila terdapat obstruksi
mekanis yang menghalangi kelahiran bayi sepertiplasenta
previa atau disproporsi sefalopelvik. Jika keadaan servik masih
belum siap, pematangan serviks harus dilakukan sebelum
pemberian oksitosin.
Distress janin.
Prematurisasi.
Letak bayi tidak normal.
Disporposi sepalo pelvic.
Predisposisi lain untuk pecahnya rahim.
Obsruksi mekanik pada jalan rahim.
Ibu dengan pre eklampsia atau penyakir kardiovaskuler atau
pada ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun dikarenakan
potensi oksitosin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan
tekanan darah.
Pemberian infus oksitosin yang terus – menerus pada kasus
dengan resistensi dan insersia uterus merupakan
kontraindikasi.
4) Dosis Obat
7
Untuk induksi persalinan intra vena 1 – 4 mU/ menit,
dinaikkan menjadi 5 –10 mU/ menit sampai terjadi kontraksi
secara fisiologis.
Untuk perdarahan uteri post partum ditambahkan 10 – 40 unit
pada 1 liter dextrose 5%, dan kecepatan infuse dititrasi untuk
mengawasi terjadinya atonia uterus.
Kemungkinan lain adalah 10 units dapat diberikan secara intra
muscular setelah lahirnya plasenta.
Untuk mengiduksi pengaliran susu 1 tiupan (puff)
disemprotkan kedalam tiap lubang hidung ibu dalam posisi
duduk 2 – 3 menit sebelum menyusui.
5) Bentuk sediaan obat
Suntikan oksitosin (syntocinon) berisi 10 unit USP/mL, dapat
diberikan IM atau IV. Semua sediaan yang beredar sekarang
adalah sediaan sintetik. Sediaan alam sudah ditinggalkan
karena secara komersial tidak menguntungkan.
Oksitosin juga terdapat dalam bentuk semprot hidung berisi
40 unit USP/mL.
Sediaan sub lingual yang berisi 200 unit USP per tablet. Satu
unit USP oksitosin kira – kira setara dengan 2µg hormon
murni.
6) Interaksi obat
Jika oksitosin diberikan bersama preparat vasokontriktor
lainnya, maka akan terdapat bahaya peningkatan TD yang dapat
menyebabkan serangan stroke. Keadaan ini dapat terjadi jika
adrenalin (epinefrin) ditambahkan pada obat anestesi lokal,
misalnya anastesi blok kaudal, atau jika efedrin diberikan untuk
memperbaiki hipotensi yang ditimbulkan oleh anastesi epidural.
Ergometrin dan oksitosin bekerja secara sinergis dan kerap kali
diresepkan bersama dalam penatalaksanaan kala tiga persalinan.
Obat – obat anestesi inhalasi dapat menurunkan tekanan darah atau
menimbulkan disritmia jantung. Prostaglandin, estrogen jika
diberikan lebih dari satu preparat yang meningkatkan kontraktilitas
uterus, stimulasi berlebih uterus lebih cenderung terjadi.
8
Obat golongan opioid dan fenotiazin, retensi air dan
hiponatremia merupaka masalah yang potensial pada pemakaian
kombinasi oksitosin, opioid, dan fenotiazin ( misal :
proklorperazin) dengan memperbesar bahaya akibat pemberian
kombinasi obat – obat tersebut. Darah, plasma atau metabisulfit
akan menghilangkan aktivitas oksitosin jika diberikan lewat set
infus yang sama.
7) Penyimpanan obat
Penyimpanan oksitosin harus di tempat yang tidak terkena
cahaya dengan suhu di antara 4 – 22oC, misalnya di dalam lemari
es.
c. Prostagladin
Prostaglandin merupakan kelompok senyawa yang secara
kimiawi saling berhubungan dan dibuat secara in vivo dari fosfolipid
pada membran sel dalam pelbagai jaringan tubuh.
Prostagladin pertama kali ditemukan dari cairan semen
manusia pada sekitar tahun 1930 oleh Ulf Von Euler dari Swedia.
Oleh karena diduga berasal dari kelenjar prostat maka diberi nama
Prostagladin.
Prostagladin seperti hormone berfungsi layaknya senyawa
sinyal tetapi hanya bekerja didalam sel tempat mereka tersintesis.
Prostaglandin ditemukan pada ovarium, miometrin dan cairan
menstrual dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid.
Berlainan dengan oksitosin, prostaglandin dapat merangsang
terjadinya persalinan, pada setiap usia kehamilan. Pada saat persalinan
spontan konsentrasi prostaglandin dalam darah perifer dan cairan
amnion meningkat.
Ada empat tipe prostaglandin endogenus yang memainkan
peranan dalam proses melahirkan. Huruf yang digunakan pada
keempat tipe prostaglandin ini menyatakan struktur kimia bagian
cincin molekul senyawa tersebut :
- PGE1 : mematangkan serviks.
- PGE2 : menimbulkan kontraksi uterus mulai dari trimester kedua
lanjut dan mematangkan serviks.
9
- PGI2 : memastikan aliran darah dari ibu ke dalam janin, dan
mempertahankan paten duktus arteriosus.
- PGI2α : menimbulkan kontraksi uterus pada segala waktu 9 berbeda
dengan oksitosin). Tipe ini juga penting pada saat menstruasi ketika
menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi uterus.
1) Indikasi
Sebagai oksitosik
Mensitumulus kontraksi uterus setelah operasi caesar maupun
operasi uterus lainnya.
Induksi partus aterm dan mempercepat persalinan pada kasus
– kasus tertentu
Menghilangkan pembengkakan mamae.
Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
Induksi abortus terapeutik.
2) Efek Samping
Kontraksi otot polos – usus, uterus, pembuluh darah,
bronkiolus.
Vasodilatasi dan hipotensi.
Inflamasi.
Pireksia.
Sensitifitas terhadap rasa nyeri.
Diuresis dan kehilangan elektrolit.
Efek pada sistem saraf pusat (tremor merupakan efek samping
yang jarang terjadi)
Pelepasan hormon hipofise, renin, dan steroid adrenal.
Inhibisi respon sistem saraf otonom.
Peningkatan tekanan intraokuler.
Dapat menyebabkan kontraksi uterus.
Diare terjadi dalam 2 minggu pada terapi inisiasi dalam 14 % –
40 %, pasien dengan AINS yang menerima 800 mg / hari.
Diare biasanya akan membaik sekitar 1 minggu.
3) Kontra Indikasi
Adanya riwayat sikatrik pada uterus (sikatrika yang vertikal
merupakan kontraindikasi.
Dispropori sevalopelvik yang berat.
Plasenta previa dengan atau tanpa pendarahan.
Malpresentasi, khususnya letak lintang.
Grand multipara (melahirkan anak 4x lebih)
Kehamilan kembar.
10
Terdapat ruptur membran amnion.
Jika ada infeksi pada jalan lahir.
Pada kehamilan melintang, sungsang atau miring.
Dalam kondisi mata yang dikenal sebagai glaucoma.
Riwayat melahirkan yang sulit atau traumatik.
Polihidramnion atau oligohidramnion.
4) Dosis obat
Pemberian prostaglandin harus dijaga oleh beberapa
pembatasan, sebagai contoh, pabrik pembuatnya menyarankan
pemberian hanya dua kali saja (2x 3 mg) dinoproston dalam bentuk
tablet vaginal Prostin E2.
5) Bentuk sediaan obat
Misoprostol tablet
Gastrul tablet.
6) Interaksi obat
Oksitosin, jika dua jenis preparat stimulan uterus diberikan
sekaligus, dapat terjadi hiperstimulasi. Karena itu, oksitosin
biasanya baru diberikan 6 – 12 jam setelah pemberian
prostaglandin yangterakhir.
Aspirin dan obat – obatan anti inflamasi non steroid lainnya
merupakan antagonis prostaglandin sehingga pemberiannya
akan memperlambat atau memperpanjang proses persalinan.
Parasetamol tidak berinteraksi dengan prostaglandin. Alkohol
merupakan zat antagonis yang melawan kerja dinoproston.
7) Penyimpanan Obat’
Preparat prostaglandin harus selalu disimpan di dalam lemari es.
Ada banyak dari produk ini yang memiliki waktu paruh yang
singkat. Persyaratan yang sebenarnya antara pelbagai produk
berbeda – beda, dan perawat harus mempelajari dahulu lembaran
data dari pabrik pembuatnya yang tercantum untuk setiap preparat.
Tablet misoprostol dapat disimpan di luar lemari es dan memiliki
waktu penyimpanan yang lama
B. Obat Uterotokolitik
1. Pengertian
11
Obat Tokolitik yaitu obat yang menurunkan kontraktilitas uterus.
1) Indikasi
a) Stimulasi kardiovaskuler
b) Vasodilatasi
12
d) Inhibisi otot polos
Mulut kering
Pengeringan sekresi paru yang dapat menimbulkan infeksi
dada.
Efek samping metabolik
Hal ini dapat menyebabkan keadaan hiperglikemia.
Spasme Bronkus.
Ruam pada 3-4 persen yang menggunakan obat tersebut.
Deplesi sel – sel darah putih setelah pemberian selama
beberapa minggu.
Abnormalitas kenaikan kadar enzim hati.
3) Kontraindikasi
13
Pre eklampsia ringan merupakan kontraindikasi relatif.
4) Dosis obat
Salbutamol ampul 10 mg
6) Interaksi obat
14
Risiko disritmia jantung akan meningkat dengan penambahan
obat – obat golongan simpatomimetik yang lain seperti obat –
obat salesma yang dijual bebas, obat golongan amfetamin,
kokain, preparat anti depresan, obat – obat yang diresepkan
untuk penyakit asama seperti salbutamol atau terbutalin.
7) Penyimpanan obat
1) Indikasi
Penanganan hipertensi.
15
Obat ini akan menimbulkan dilatasi arteriole yang
menyebabkan penurunan tekanan darah. Ketika tekanan darah
menurun dan frekuensi jantung meningkat, pasien dapat nyeri
pada dada atau palpitasi karena iskemia miokard.
b) Edema paru
c) Vasodilatasi
d) Masalah gastrointestinal
f) Reaksi hipersensitivitas
16
Perbandingan dengan preparat tokolitik lainnya dalam
kaitannya dengan efek obat terhadap bayi manusia sampai
sejauh ini masih memperlihatkan hasil yang lebih
menguntungkan pada pemakaian Nifepidin.
3) Kontra indikasi
4) Dosis obat
6) Interaksi obat
17
atau depresi kardiak dan bahkan henti jantung. Karena itu,
banyak praktisi lebih suka untuk menghindari pemberian
nifedipine pada ibu hamil jika terdapat kemungkinan bahwa ibu
tersebut akan mengalami kejang eklampsia.
7) Penyimpanan obat
1) Indikasi obat
18
Terapi indomethacin yang lama dapat menyebabkan gangguan
fungsi ginajal pada ibu.
3) Kontra indikasi
4) Dosis obat
Kapsul 25 mg.
6) Interaksi obat
19
bersamaan atau segera setelah penggunaan indomethacin.
Waktu rata-rata pemulihan fungsi ginjal adalah 5 hari.
Timbulnya insufisiensi ginjal akut pada ibu mungkin
berhubungan dengan kombinasi antara perubahan aliran darah
ginjal dengan adanya restriksi cairan.
7) Penyimpanan obat
20
d. Atosiban
1) Indikasi obat
2) Efek samping
Muntah.
Hipertensi.
Sakit kepala.
Hiperglikemia.
3) Kontra indikasi
21
Perkembangan intauterus lambat dan detak jantung fetus
abnormal.
Plasenta previa.
4) Dosis obat
6) Interaksi obat
7) Penyimpanan obat
e. Magnesium Sulfat
22
MgSO4 sudah lama dikenal dan dipakai sebagai anti kejang
pada penderita preeklamsia sebagai anti kejang yang juga bersifat
sebagai tokolitik. Di Amerika Serikat obat ini dipakai sebagai obat
tokolitik utama karena murah, mudah cara pemakaiannya dan resiko
terhadap sistem kardiovaskuler yang rendah serta hanya menghasilkan
efek samping yang minimal terhadap ibu, janin dan neonatal.
1) Indikasi obat
Sebagai tokolitik
2) Efek samping
3) Kontra indikasi
4) Dosis obat
23
Larutan MgSO4 40 % 25 ml dalam flacon.
6) Interaksi obat
7) Penyimpanan obat
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
25
Blog kesehatan Putri.2014.Makalah Analgetik dan Antipiretik. September 2014.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Departemen
Farmakologi.2012.Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Jordan, Sue.2003. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Kee, Joyce L & Evelyn R. Hayes.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses
Keperawatan.Jakarta : EGC.
Sutistia, Ganiswara.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : Gaya Baru.
http://chifhalikeblue.blogspot.co.id/2010/12/tokolitik.html
https://dokmud.wordpress.com/2010/01/10/tokolitik-pada-kebidanan/
www.medicines.org.uk
26