Anda di halaman 1dari 18

HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS

TENAGA KESEHATAN DAN PASIEN

BAB 1
PENGERTIAN

1.1 Puskesmas

Sebelum membahas hak dan kewajiban Puskesmas, diperlukan


pemahaman yang mendalam mengenai pengertian Puskesmas. Berikut ini
beberapa pengertian Puskesmas:

1. Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kab/kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu
atau sebagian wilayah kecamatan (Kepmenkes No.128 th 2004).
2. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di
suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004).

3. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah : suatu kesatuan


organisasi Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terintegrasi di masyarakat disuatu wilayah kerja
tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok (Departemen Kesehatan RI
1981).

4. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat


serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat
dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan
terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah suatu unit organisasi
fungsional yang secara profesional melakukan upaya pelayanan kesehatan
pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk
dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI,
1987).

5. Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan


pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Dengan perkataan lain puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerjanya (Departemen Kesehatan RI, 1991).

6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota


yang bertangungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


BAB 2
HAK DAN KEWAJIBAN PUSKESMAS

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar (PKD)


kepada seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, memiliki hak dan
kewajiban dalam penyelenggaraan kesehatan. Namun, hingga saat ini belum ada
undang-undang yang secara khusus mengatur tentang hak dan kewajiban
puskesmas, sebagaimana undang-undang tentang Rumah Sakit.

Perlu bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengatur tentang


Puskesmas secara khusus. Pada KMK no. 128 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat hanya mengatur tentang tujuan dan fungsi, upaya dan
azas penyelenggaran, dan manajemen puskesmas.

2.1 Hak Puskesmas

Hak puskesmas belum di atur secara khusus dalam perundang-undangan.


Namun ada beberapa hal yang hampir merujuk kepada hak puskesmas, yaitu
puskesmas berhak untuk diperkuat oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling, Posyandu, dan Poskesdes dalam melaksanakan tugas di wilayah
kerjanya.

2.2 Kewajiban Puskesmas

Seperti halnya hak, kewajiban puskesmas pun belum diatur secara jelas dalam
undang-undang. Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 128 tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi dan
tugas, dan azas penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip
dengan kewajiban puskesmas, yakni:

1. Menggerakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Kesehatan

1) Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah


kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,
2) Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
3) Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan


masyarakat :

1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri


dan masyarakat
untuk hidup sehat

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaan

3) Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan


program kesehatan

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara


menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan mencakup:

1) Pelayanan kesehatan perorangan


2) Pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian pelayanan


kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Posyandu, Polindes dan jaringan
pelayanan kesehatan lain dan dalam fungsi pembinaan (Dinkes Kabupaten
dan Kantor Kecamatan);
5. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya;

6. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan


pemerataan kesehatan yang diselenggarakan;

7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan


masyarakat beserta lingkungannya;

8. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi


setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya;

Program kesehatan yang telah dilaksanakan oleh puskesmas untuk masyarakat


sekitar sudah banyak dilaksanakan. Dampak positifnya pun sudah banyak
terlihat, sehingga semakin dekat langkah kita menuju masyarakat yang sehat.
Akan tetapi, meskipun banyak hal yang telah dapat dicapai, masih ada
permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan puskesmas. Masalah tersebut
diantaranya adalah belum adanya undang-undang yang khusus mengatur
mengenai hak dan kewajiban puskesmas.

Selama ini, penyelenggaraan puskesmas belum bisa dioptimalkan sebagaimana


yang tercantum dalam tugas pokok dan fungsi puskesmas itu sendiri. Tidak
adanya undang- undang yang secara resmi mengatur hak dan kewajiban
puskesmas menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini perlu dipertanyakan kepada
pemerintah mengenai alasan ketiadaan undang- undang tersebut. Padahal,
puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan juga memiliki andil
yang sama dalam memajukan kesehatan masyarakat, di samping rumah sakit.

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama seharusnya


mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Mengingat puskesmas
sebagai instansi kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, dimana
keduanya merupakan upaya kesehatan wajib bagi masyarakat. Oleh karena itu,
sudah semestinya pemerintah membuat peraturan yang lebih terperinci
termasuk mengenai hak dan kewajiban puskesmas dalam bentuk undang-
undang. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menguatkan memperjelas posisi

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


puskesmas dalam kedudukannyan sebagai pusat layanan kesehatan.Selama ini
peraturan yang menjadi dasar penyelenggaraan puskesmas hanyalah
Permenkes, yakni Permenkes No.128 tentang kebijakan dasar puskesmas.

Perundang- undangan tersebut sebaiknya dibuat sebelum muncul isu di kalangan


masyarakat yang mengganggu stabilitas kesehatan nasional. Undang- undang
tersebut dapat digunakan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan di
kemudian hari. Selain itu, undang- undang juga dapat menjadi acuan mengenai
hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam penyelenggaraan puskesmas.

Dengan adanya undang- undang yang mengatur tentang puskesmas, maka


diharapkan program kesehatan yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai,
seperti Indonesia Sehat 2010. Salah satu kendalanya adalah belum adanya
peraturan tertinggi yang diakui pemerintah, yakni undang- undang yang dapat
mendukung permenkes mengenai hal ini.

BAB 3

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
Pada pusat pelayanan kesehatan ada tenaga kesehatan yang mempunyai hak
dan kewajiban. Tenaga kesehatan yang dibahas dalam subbab ini meliputi
dokter, dokter gigi, bidan, ahli gizi dan sanitarian. Pengaturan hak dan kewajiban
telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan antara lain Undang-
Undang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan
Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien,
Dokter dan Rumah Sakit.

Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut, maka sudah


seharusnya petugas pelayanan kesehatan mengetahui hak dan kewajibannya
masing-masing. Berikut ini adalah uraian mengenai hak dan kewajiban tenaga
kesehatan:

4.1 Kewajiban Ahli Gizi

Kewajiban ahli gizi diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 374 tahun
2007 tentang standar profesi gizi. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:

a. Kewajiban Umum

1) Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat

2) Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri
sendiri

3) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar


profesi yang telah ditetapkan.

4) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur,


tulus
dan adil.

5) Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip


keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya
objektif
tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang
benar.

6) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami


keterbatasannya
sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila
diperlukan.

7) Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan


masyarakat
dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


masyarakat yang sebenarnya.
8) Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang
kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang
sebaik-
baiknya.

b. Kewajiban terhadap klien

1) Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara


dan
meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi
atau di
masyarakat umum.

2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau


masyarakat
yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3) Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku,
agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan
pelecehan seksual.

4) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat,


dan akurat.

5) Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.

6) Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam


memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

c. Kewajiban terhadap masyarakat

1) Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang


penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis
berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. ahli
gizi
hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi
faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2) Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi


sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.

3) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat


untuk

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi
masyarakat.
4) Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan
aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang
baik.

5) Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi


berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.

6) Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan


tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan
salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat

d. Kewajiban terhadap teman seprofesi dan rekan kerja

1) Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan


meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban
senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra
kerja di masyarakat.

2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang


harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang
terkait
dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat.

3) Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan


keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.

e. Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri

1) Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi


ketentuan
yang dicanangkan oleh profesi.

2) Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya


pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya
sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap
perubahan lingkungan.

3) Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan
berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan
hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.

4) Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh


dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain
imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


5) Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum,
dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.

6) Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar


dapat bekerja dengan baik.

7) Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang


keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.

8) Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan


mengharumkan
organisasi profesi.

4.2 Kewajiban Sanitarian (Ahli Kesehatan Lingkungan)

Kewajiban sanitarian diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 373


tahun 2007 tentang standar profesi sanitarian. Berbagai kewajiban tersebut
antara lain:

a. Kewajiban umum

1) Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.

2) Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya


sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

3) Dalam melakukan pekerjaan atau praktik profesi sanitasi, seorang sanitarian


tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan
dan kemandirian profesi.

4) Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat


memuji diri sendiri.

5) Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap


penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

6) Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu
proses analisis secara komprehensif.

7) Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan


pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.

8) Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien


atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk
mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
kebohongan dalam Menangani masalah klien atau masyarakat.

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


9) Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-
hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan klien atau masyarakat.

10) Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan


kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-
benarnya.

11) Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

b. Kewajiban terhadap klien / masyarakat

1) Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala


ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien
atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan
atau merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai
keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.

2) Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung


jawab.

3) Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara


tuntas dan keseluruhan.

4) Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas


pelayanan yang diberikannya.

5) Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktik pemberian


pelayanan.

c. Kewajiban terhadap teman seprofesi

1) Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari


penyelesaian masalah.

2) Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman
seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.

d. Kewajiban terhadap diri sendiri

1) Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktikan hidup bersih


dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik.

2) Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-
bidang lain yang terkait.

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


4.3 Kewajiban Bidan

Kewajiban bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 369 tahun
2007 tentang standar profesi bidan. Berbagai kewajiban tersebut antara lain:

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat


dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada


peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.

4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan


klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.

5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan


kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan


pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.

b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,


keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

2) Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan


kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi
dan atau rujukan.

3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat


dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk


menciptakan suasana kerja yang serasi.

2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik


terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


d. Kewajiban bidan terhadap profesinya

1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi
dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan


kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan


kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan


tugas profesinya dengan baik

2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai


dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

4) Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan


ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan
Keluarga.

6) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan


pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

4.4 Kewajiban Dokter dan Dokter Gigi

Kewajiban dokter pada dasarnya terdiri dari kewajiban yang timbul akibat
profesinya atau sifat layanan medisnya yang diatur dalam sumpah dokter, etika
kedokteran dan berbagai standar dan pedoman, kewajiban menghormati hak
pasien dan kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan
kesehatan. Penyelenggaraan praktik kedokteran diatur dalam Undang-
Undang 29 Tahun 2004 Pasal 51 bahwa dokter dan dokter gigi memiliki
kewajiban sebagai berikut:

a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar


prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;

c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga


setelah pasien itu meninggal dunia; Merahasiakan keadaan pasien
diwajibkan dalam sumpah dokter, kode etik dokter atau dokter gigi dan
perundangan. Sebagian ini mengatakan absolut dan sebagian mengatakan
relatif. Maksud dari relatif sendiri adalah rahasia ini dapat dibuka untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak
hukum, permintaan pasien sendiri, atau ada ketentuan perundangan yang
mengkondisikan rahasia tersebut harus diungkap.

d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia


yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran


atau kedokteran gigi.

Kewajiban dokter dan dokter gigi juga diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan
Praktik Dokter dan Dokter Gigi dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran. Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi mengatur kewajiban dokter dan dokter gigi antara lain:

a. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran pada
sarana pelayanan kesehatan atau praktik perorangan wajib memiliki Surat
Izin Praktik (SIP).

Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 12
Tentang Rumah Sakit yang berisi bahwa setiap tenaga kesehatan yang
melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib memiliki SIP sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

b. Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran didasarkan


pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam
upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan

c. Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib


membuat rekam medis.

d. Pada pasal 20 mengatur tentang pemasangan papan nama praktik


kedokteran.

Pasal 20

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan
praktik perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran.

(2) Papan nama sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memuat nama dokter
atau dokter gigi dan nomor registrasi sesuai dengan SIP yang diberikan.

(3) Dalam hal dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (2)
berhalangan melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter dan dokter gigi
pengganti.

(4) Dokter dan dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud ayat (3) harus
dokter dan dokter gigi yang memiliki SIP atau sertifikat Kompetensi peserta
PPDS dan STR

(sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1419/MENKES/PER/X/2005 Tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi)

Setiap penyelenggaraan praktik kedokteran pasti akan terdapat tindakan


kedokteran baik bersifat praventif, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif atau
berupa tindakan invasif maupun tindakan yang berisiko tinggi bagi kehidupan
pasien. Terkait tindakan kedokteran di atas, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 mengatur tentang
persetujuan tindakan kedokteran. Dalam kebijakan ini ada beberapa hal yang
wajib untuk dilakukan dokter atau dokter gigi saat tindakan kedokteran
diaplikasikan yaitu:

a. Dokter atau dokter gigi harus meminta persetujuan atas semua tindakan
kedokteran yang dilakukan kepada pasien baik secara tertulis atau lisan.

Hal ini diatur dalam pasal 2 ayat 1 dan 2. Kemudian pada ayat 3 dijelaskan
bahwa persetujuan diberikan setelah dokter atau dokter gigi menjelaskan
perlunya tindakan kedokteran tersebut.

Pada pasal 3 ditegaskan kembali bahwa dokter atau dokter gigi yang
melakukan tindakan kedokteran berisiko wajib meminta persetujuan secara
tertulis yang ditandatangani oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan.
Namun pada keadaan darurat, tindakan kedokteran dilakukan tanpa meminta
persetujuan lebih dahulu seperti yang diatur dalam pasal 4 ayat 1.

b. Dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan tentang tindakan


kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan atau keluarga
terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.

Penjelasan tentang tindakan kedokteran setidaknya mencakup:

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


1) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
2) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
3) Altematif tindakan lain, dan risikonya;
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
6) Perkiraan pembiayaan.

4.5 Kewenangan dan Hak Ahli Gizi, Sanitarian, Bidan, Dokter dan
Dokter Gigi

a. Kewenangan

Kewenangan ahli gizi dan sanitarian tidak diatur khusus dalam suatu peraturan.
Secara umum kewenangan tenaga kerja diatur dalam UU no. 36 tahun 2009
pasal 22 yaitu tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud dilakukan sesuai
bidang keahlian yang dimiliki.

Kewenangan bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 900 tahun
2002 tentang regristasi dan praktik bidan. Dalam keadaan tidak terdapat dokter
yang berwenang pada wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan
pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan
kemampuannya. Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi:

1) Pelayanan Kebidanan;

a) memberikan imunisasi;
b) memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas;
c) mengeluarkan placenta secara manual;
d) bimbingan senam hamil;
e) pengeluaran sisa jaringan konsepsi;
f) episiotomi;
g) penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II;
h) amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i) pemberian infus;
j) pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan
sedativa;
k) kompresi bimanual;
l) versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya
m) vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul;
n) pengendalian anemi;
o) meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu;
p) resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
q) penanganan hipotermi;
r) pemberian minum dengan sonde/ pipet;
s) pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat
t) pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


2) Pelayanan Keluarga Berencana;

a) memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat


kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom;
b) memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi;
c) melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
d) melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit;
e) memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana
dan kesehatan masyarakat.

3) Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a) pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak;


b) memantau tumbuh kembang anak;
c) melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
d) melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS),
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
serta penyakit lainnya.

b. Hak

Hak ahli gizi, sanitarian dan bidan tidak diatur khusus dalam suatu peraturan.
Hak tenaga kesehatan secara umum dijelaskan pada PP nomor 36 tahun 1996,
yaitu:

1) Pasal 10: Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk
mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.

2) Pasal 24: Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang


melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

3) Pasal 25: Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan
atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara
atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan.

4) Pasal 26: Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai


wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan, martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.

Hak dokter dan dokter gigi dijelaskan pada Undang-Undang 29 Tahun


2004 yaitu:

1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai


dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Standar profesi
dijelaskan pada penjelasan pasal 50 Undang-Undang 29 Tahun 2004 yaitu:

Yang dimaksud dengan “standar profesi” adalah batasan kemampuan


(knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya
pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
Yang dimaksud dengan “standar prosedur operasional” adalah suatu
perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan
suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional
memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus
bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan
yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar
profesi.
(sumber: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran)

Dokter yang melaksanakan standar profesi dan standar prosedur


operasional tidak dapat disalahkan karena bukan melakukan kelalaian
atau kesalahan. Cidera atau kerugian pasien dapat saja disebabkan karena
perjalanan penyakitnya sendiri atau karena risiko medis yang dapat
diterima dan telah disetujui pasien dalam informed consent.

2) Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar


prosedur operasional.
Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau keluarganya
yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan, etika, standar
profesi dan atau Standar Prosedur Operasional (SPO).

3) Menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila misalnya


hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga
kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien
kepada dokter lain.

4) Berhak atas privasi (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan


aleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau
memalukan).

5) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau


keluarganya.
Informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas dan faktor
kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit dan
penyembuhan penyakit.

6) Berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi


pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya.

7) Berhak untuk diperlakan adil dan jujur, baik oleh puskesmas maupun oleh
pasien.

8) Menerima imbalan dan jasa.

Hak yang timbul akibat hubungan dokter dengan pasien yang


pemenuhannya merupakan kewajiban pasien.

BAB 4

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Pasien sebagai pengguna sarana pelayanan kesehatan tentu mempunyai
kewajiban dan hak yang harus dipenuhi. Kepentingan dan hak pasien tersebut
terlindungi sejak diberlakukannya UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

5.1 Hak Pasien

Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari


kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti
penelantaran. Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, dan
kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak
tersebut maka konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam
keselamatan atau kesehatan.

Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan
mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana
mestinya. Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya
kepada pihak puskesmas sebagai upaya perbaikan puskesmas dalam
pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk memilih dokter yang
diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga
berhak untuk mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan riwayat
penyakit pasien.

Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan

(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam


melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan
dan keselamatan yang bersangkutan.
(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Pada ayat (2) yang dimaksud hak pasien yakni hak atas Informasi, hak atas
pendapat kedua (second opinion), hak atas kerahasiaan, hak atas persetujuan
tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.

Dalam pasal 55 UU no 23 tahun 1992 tertulis:

(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota


Telah jelas tercantum pada pasal di atas bahwa setiap pasien berhak
mendapatkan ganti rugi karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52


juga diatur hak pasien, yang meliputi:

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


sebagaimana

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);

1. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;


2. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

3. Menolak tindakan medis; dan

4. Mendapatkan isi rekam medis.

Hak Pasien dalam sebuah Puskesmas telah diatur dalam UU No 44 tahun 2009.
Pada pasal 32 disebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


Puskesmas
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar


profesi dan standar prosedur operasional;

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar


dari kerugian fisik dan materi;

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan


peraturan yang berlaku di Puskesmas

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain


yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Puskesmas

9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk


data-data medisnya;

10.Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan


medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan;

11.Memberikan persetujuan atau memo

Puskesmas Pasundan Kec.Garut Kota

Anda mungkin juga menyukai