Majalengka Terpuruk
Oleh: Siska Nirmala Puspitasari
9 September, 2017 - 20:35
JAWA BARAT
Jebor/ANTARA
Seorang binaragawan dari pekerja kuli pabrik genteng atau "jebor" memperlihatkan ototnya di depan juri saat
perlombaan binaraga antarjebor di Pabrik Genteng Tenang Jaya, Kampung Loji, Jatiwangi, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat, Jumat, 11 Agustus 2017 lalu.*
Selain harus selalu menggunakan produk lokal, menurut dia, pemerintah pun
harus memberi pelatihan tentang kewirausahaan khususnya tentang
manajemen pemasaran dan keuangan. Sebab, meski mampu menghasilkan
produk yang baik, menurutnya tidak akan maksimal jika pola pemasarannya
tidak baik.
"Kalau tidak di-manage dengan baik, akan kalah, akan kalah bersaing,"
katanya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Uu Sesalkan Banyak Pengusaha Genteng
Jatiwangi Gulung Tikar, http://jabar.tribunnews.com/2018/05/21/uu-sesalkan-banyak-pengusaha-
genteng-jatiwangi-gulung-tikar.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam
Editor: Dedy Herdiana
Uu menambahkan, pemerintah pun harus lebih memberi bantuan modal kepada pengusaha lokal
yang rata-rata berskala kecil menengah.
Menurut dia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mampu memberi bantuan permodalan yang baik jika
memiliki komitmen yang baik juga. Terlebih, lanjutnya, Bank bjb sebagai bank besar milik
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sanggup memberi bantuan permodalan untuk setiap masyarakat.
"Bank bjb harus lebih banyak memberi bantuan modal kepada pengusaha-pengusaha kecil. Kalau
memberi modal untuk pelaku UKM, itu kan akan menyerap tenaga kerja. Beda dengan memberi
pinjaman ke pegawai, kebanyakan untuk hal yang konsumtif," katanya.
Uu kembali menegaskan, selain bentuk keberpihakan ke masyarakat, menurutnya dengan
memberi perhatian ke pelaku usaha lokal pun bisa menekan jumlah pengangguran. Pasalnya,
optimalisasi perusahaan kecil dan menengah akan berdampak besar terhadap serapan tenaga
kerja.
"Dan kalau terjadi krisis, perusahaan rakyat ini relatif bisa bertahan. Beda dengan perusahaan ritel,
perusahaan besar, yang hanya dimiliki 1 orang, saat ada krisis langsung tumbang," katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Uu Sesalkan Banyak Pengusaha Genteng
Jatiwangi Gulung Tikar, http://jabar.tribunnews.com/2018/05/21/uu-sesalkan-banyak-pengusaha-
genteng-jatiwangi-gulung-tikar?page=2.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari pemaparan diatas kami tertarik untuk meneliti tentang dampak industri
pembuatan genting dengan judul “Pengaruh Kegiatan Industri Genting Desa
Sindangwasa terhadap lingkungan sekitarnya.”
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kegiatan pembuatan genting di Desa Sindangwasa ?
3. Apa saja dampak dari kegiatan pembuatan genting tersebut terhadap lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
4. Membantu mencari solusi dalam memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan
pembuatan genting tersebut.
1. Manfaat teoritis
a. Bagi siswa : Meningkatkan pemahaman diri terhadap kamian Karya Tulis Ilmiah dan
kesadaan akan pentingnya lingkungan.
2. Manfaat Praktis :
b. Bagi Masyarakat luas : Mengubah paradigma masyarakat terhadap Industri sebagai salah
satu alternatif dalam mengupayakan penciptaan dan perluasan tenaga kerja, serta
meningkatkan pendapatan seluruh rakyat di era persaingan dunia.
BAB II
KAJIAN TEORI
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada malaikat: Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang kholifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak
menjadikan padanyaorang yang merusak didalamnya dan menumpahkan darah,
padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata:
sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Hal ini pun seharusnya dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kegiatan
perekonomiannya, dalam hal ini adalah proses pembangunan perindustrian yang
menganut konsep berwawasan lingkungan. Menurut K Wardiyatmoko (2006 : 139),
“Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas manusia
secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya,
pembangunan ini mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan ilmu pengetahuan dengan menserasikan ketiga komponen tersebut, sehingga dapat
berkesinambungan”.
B. Klasifikasi Industri
b. Industri kecil (Small Industry), ialah industri-industri yang berukuran kecil baik dilihat dari
modalnya, kegiatan, pengorganisasiannya, produksinya, maupun jumlah tenaga kerja dan
teknologinya. Termasuk ke dalam kategori ini: Industri rumah dan kerajinan.
2) Berdasarkan Jumlah dan Besarnya Kebutuhan Bahan Mentah, Sifat Produksi dan
Penggunaan Mesin-Mesin:
b. Industri Ringan (Light Industry), ialah industri-industri yang relatif menggunakan mesin-
mesin ringan dan membutuhkan bahan mentah yang lebih sedikit “…that use
comparatively light weight machinery, or that consume small quantities of raw
material”(Alexander,1963: 407). Termasuk kategori ini: industri tekstil, industri kertas,
dan lain-lain.
a. Industri primer ialah industri yang mengolah bahan mentah hasil produksi sektor primer,
baik dari pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan maupun pertambangan. Industri-
industri ini pada umumnya telah berorienntasi kepada bahan mentah dan ditempatkan
di daerah sumber bahan mentah.
b. Industri sekunder ialah industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain
(industri primer), bahan bakunya adalah barang jadi atau barang setengah jadi yang
diproduksi industri lain. Pada umumnya ditempatkan berdasarkan dengan industri-
industri yang menghasilkan bahan bakunya. Termasuk ke dalamnya industri mobil dan
industri perakitan lainnya, industri pakaian jadi, dan lain-lain. Industri semacam ini ada
juga yang menamakannya sebagai industri satelit.
a. Industri padat karya (Labor Intensive), ialah industri-industri yang banyak membutuhkan
dan menggunakan tenaga kerja manusia. Termasuk kategori ini umumnya adalah industri
rumah dan kerajinan tangan (Handendicraft), dan industri-industri yang menggunakan
teknologi madya.
5) Berdasarkan jumlah modal, tenaga kerja dan teknologinya, dapat diklasifikasikan atas:
a. Industri Besar; jika kita mempergunakan modal yang cukup besar, jumlah tenaga kerja di
atas 200 orang, menggunakan mesin-mesin modern.
b. Industri menengah; dengan jumlah modal yang tidak terlalu besar, jumlah buruh antara
50-200 orang, dan menggunakan mesin-mesin sederhana.
c. Industri kecil; ialah industri-industri yang mempergunakan modal kecil, dengan jumlah
tenaga kerja umumnya kurang dari 50 orang, dan dengan teknologi yang sederhana
(Handy Industry).
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka kami
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan
2. Wawancara
3. Studi Kepustakaan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam proses pembuatan genting salah satu hal yang diperlukan adalah bahan
baku. Bahan baku pembuatan genting adalah tanah lempung, dalam hal ini tanah
lempung yang dimaksud ialah campuran tanah liat persawahan dengan pasir.
a. Iklim
Faktor intensitas sinar matahari, intensitas angin, kelembaban udara, kadar keasaman air
dan zat hara yang terkandung di tanah memiliki peranan penting dalam pembuatan
genting karena kualitas genting juga akan ditentukan oleh unsur-unsur diatas, semakin
sesuai standarnya unsur tersebut maka kualitasnya juga menjadi semakin baik.
b. Bahan baku
Sarana penunjang produksi sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas suatu
produk, karena dengan adanya sarana penunjang produksi maka efektifitas sumber daya
dan produktifitas suatu industri dapat lebih meningkat.
d. Kualitas SDM
Kualitas SDM erat pengaruhnya terhadap produksi, karena mayoritas pengerajin memiliki
pendidikan yang sangat kurang, terlebih di era persaingan global ini inovasi-inovasi baru
sangat dibutuhkan untuk mampu bertahan dalam persaingan dan memungkinkan
meningkatnya taraf pendapatan masyarakat.
Karena terciptanya lapangan kerja baru, masyarakat kini memiliki pekerjaan dengan
penghasilan yang cukup untuk membiayai hidupnya dan menekan angka pengangguran.
2. Penggunaan kayu sebagai bahan pembakaran, menjadikan kayu sebagai sumber bahan
pembakaran utama, hal ini berakibat pada kawasan pepohonan yang semakin
menggundul
Dilihat dari dampak yang diuraikan diatas maka perlu adanya upaya untuk
menanggulanginya, berupa :
Meinggikan cerobong asap pembakaran dilakukan agar asap yang keluar dari cerobong
akan berada diatas, sehingga mengurangi kontak langsung asap dengan manusia, yang
nantinya juga akan mengurangi potensi penyakit pernafasan bagi warga sekitar.
Menerapkan sistem tebang pilih dan reboisasi dapat menjadi pilihan sebagai cara
pemanfaatan alam berwawasan lingkungan, selain produksi tetap berjalan lingkungan
pun tetap terjaga.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa
kegiatan pembuatan genting di desa sindangwasa telah menerapkan sistem
perindustrian yang berwawasan lingkungan dan tetap mempertahankan cara tradisional
dalam kegiatan pembuatan genting tersebut.
B. Saran
3. Bagi para pekerja hendaknya berpartisipasi jika ada pelatihan dan penyuluhan yang
diadakan pemerintah setempat supaya dapat menambah pengetahuan tentang
pembangunan industri yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menjaga kelestarian
lingkunngan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, Idris dan Maryani, Enok. (1997). Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan
Geografi FPIPS UPI.
Adimihardja, Kusnaka. (1993). Kebudayaan dan Lingkungan: Studi Bibliography. Bandung: Ilham
Jaya.
Asmara, Adi (2010). Pendidikan Lingkugan Hidup untuk SMA/MA kelas X. Bandung: CV. Atikan
Mandiri
Asmara, Adi (2010). Pendidikan Lingkugan Hidup untuk SMA/MA kelas XII. Bandung: CV. Atikan
Mandiri
Iskandar, Johan. (2001). Manusia Budaya dan Lingkungan. Bandung: Humaniora Utama Press.
Saleh, Irsan, A. (1995). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES
Wardiatmoko, K. (2006). Geografi Jilid 2 untk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kabupaten Majalengka
Walaupun dilihat dari sisi transportasi belum menguntungkan, bukan berarti daerah ini
tanpa dinamika ekonomi. Denyut perekonomian Kabupaten Majalengka terasa di wilayah
utara. Kecamatan Kadipaten, Jatiwangi, dan Sumberjaya termasuk kecamatan yang
paling ramai karena dilewati angkutan antarprovinsi. Bus jurusan Cirebon-Bandung dan
Bandung-Semarang lalu lalang melewati jalur ini.
Pasar besar pun dijumpai di sepanjang jalan ini, terutama di Kecamatan Kadipaten dan
Jatiwangi. Hasil pertanian dari kecamatan lain banyak dipasarkan di Kadipaten dan
Jatiwangi. Bahkan, ibu kota kabupaten di Kecamatan Majalengka pun kalah ramai
dibanding dengan ketiga kecamatan tersebut.
Seperti halnya Kabupaten Kuningan dan Ciamis, pertanian masih menjadi tonggak utama
perekonomian kabupaten. Tahun 2000, total kegiatan ekonominya Rp 2,7 trilyun dengan
pertanian Rp 911 milyar. Dengan modal pertanian yang lumayan besar, kabupaten ini
berharap tahun 2010 menjadi kabupaten agrobisnis termaju di Jawa Barat.
Karena kondisi geografis kurang mendukung peningkatan produksi tanaman seperti padi,
pemerintah daerah mencari jalan lain. Salah satu upayanya adalah mencanangkan diri
sebagai Kabupaten Ternak tahun 2002 ini. Ternak seperti unggas, ternak kecil, atau
ternak besar lebih bisa diterima alam Majalengka. Penduduk pun dapat mengusahakan
ternak tersebut dalam skala rumah tangga.
Potensi industri pengolahan pun cukup menonjol di daerah ini. Pada tahun 2000,
kegiatan ekonomi di industri pengolahan mencapai Rp 398,6 milyar. Ada bermacam-
macam industri seperti bola sepak, genteng keramik, anyaman rotan, anyaman bambu,
dan makanan.
Industri pembuatan bola sepak terdapat di Kecamatan Kadipaten dan berkualitas ekspor.
Negara tujuan ekspor meliputi Jepang, Korea, Timur Tengah, dan Amerika. Satu-satunya
industri bola sepak di Majalengka ini pernah memenangkan tender untuk Piala Dunia di
Perancis tahun 1998.
***
TANGAN penduduk Majalengka ternyata terampil. Selain industri bola sepak dan
genteng, juga dihasilkan produk anyaman rotan yang berkualitas ekspor. Bahan baku
rotan berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Kerajinan anyaman rotan banyak dijumpai
di tiap-tiap rumah di Kecamatan Leuwimunding, Sindangwangi, dan Sumberjaya. Selama
ini pemasarannya sudah sampai ke Singapura, Belanda, Jerman, Timur Tengah, dan
Amerika.
Kekayaan alam yang disimpan bumi Majalengka cukup besar dan kemampuan sumber
daya manusianya ulet serta terampil. Kedua komponen ini bisa menjadi modal utama
bagi Majalengka untuk mencapai cita-cita yang sekaligus menjadi semboyannya.
Sindangkasih Sugih Mukti yang berarti Majalengka (Sindangkasih) kaya dan
bahagia. (Yuliana Rini DY/ Litbang Kompas)
Secara fungsional atap merupakan bagian yang paling besar perannya dalam memberikan
perlindungan terhadap iklim karena merupakan bagian bangunan yang paling banyak terpapar
panas dan hujan.
Sedangkan secara estetis, atap merupakan elemen yang sangat menentukan ciri atau karakter
suatu bangunan. Misalnya bentuk rumah gadang dan joglo, paling mudah dikenali dari bentukan
atapnya
Secara garis besar, atap bangunan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu jenis lembaran (roof
sheet), contohnya seng & sirap, serta jenis kepingan (roof tile) atau dikenal dengan istilah genting.
Pada tulisan kali, saya akan membahas berbagai permasalahan genting sebagai bahan penutup
atap
Dibandingkan dengan atap lembaran, atap genting mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
1.Merupakan insulasi panas yang baik, karena bahan yang tebal dan padat mampu meredam
rambatan panas. Karakter ini tentu sangat baik untuk menahan paparan terik matahari.
2. Merupakan insulasi suara yang baik, sehingga mengurangi kebisingan suara akibat terpaan air
hujan.
3.Memungkinkan pertukaran udara pada ruang di bawah atap. Ini terjadi karena atap genting
merupakan rangkaian kepingan yang memungkinkan udara lewat di antara kepingan-kepingan
atap. Dengan demikian, udara panas di bawah atap lebih leluasa berekspansi keluar.
Dari segi bahan, ada berbagai jenis genting, antara lain genting tanah liat, genting keramik dan
genting beton.
Bentuk kepingan genting beraneka ragam, gambar-gambar di atas sekedar contoh saja untuk
menggambarkan perbedaan penampilan masing-masing jenis genting. Namun yang pasti dalam
setiap kepingan pasti terdapat alur-alur untuk interlocking antar kepingan. Dan terakhir, perlu
diperhatikan juga, bahwa atap genting memerlukan asesoris-asesoris dalam pemasangan, yaitu
rabung dan genting penutup pinggir kiri dan kanan.
Demikian kira-kira plus minus dari pemakaian genting sebagai penutup atap. Pada kesempatan
selanjutnya saya akan menulis mengenai penutup atap lembaran (roof sheet). Kiranya bermanfaat
bagi teman-teman
sumber : http://rekaberu.blogspot.com
Selama Kang Emil berkunjung ke Asosiasi Pengrajin dan Jatiwangi Art Factory
(JAF) sambari ngobrol santai tentang industri kreatif berpeluang go Internasional
dengan Ketua JAF dan pengrajin.
Saat Ridwan Kamil atau lebih akrab disapa Kang Emil ke Jatiwangi Art Factory
(JAF) mengatakan, maksud kedatangan dirinya untuk mencari persoalan atau hal
yang berkaitan dengan industri genteng yang kondisi peminat dari pemakai
(konsumen) semakin menurun, dari itu ia menyarankan pada penggerak industri
genteng untuk bisa menjadi industri yang lainnya tidak hanya membuat genteng
tapi bisa di buat kerajinan ataupun yang lainnya.
â€Untuk industri genteng kita akan coba untuk pengolahan tanah liatnya
menjadi industri yang lain akan tetapi tetap tidak menghilangkan khas Jatiwangi
dengan kota produksi gentengnya." Katanya saat di JAF. Sabtu, (09/9).
Untuk itu ingin belajar persoalan tersebut sehingga setiap permasalahan akan di
selesaikan, dimana background beliau di bidang dunia kreatif dimana
permasalah yang ada di jadikan sebuah kretifitas.
Untuk itu ia berjanji nanti akan mengirimkan utusan tim kreatif terlepas dari
terpilih atau tidak terpilihnya sebagai Gubernur. ** (Sigit)
TAHAPAN AWAL
PENCETAKAN GENTENG
Output dari mesin press ini berupa genteng basah dengan bentuk yang masih belum
rapi.
Proses selanjutnya adalah perapihan dimana bagian tepi genteng diratakan dan
dibersihkan dari sisa-sisa tanah liat yang masih menempel akibat proses pengepressan.
PENGERINGAN
PROSES PENGERINGAN
PENGGLASURAN
Output dari tungku adalah genteng yang siap pakai, setelah disortir terlebih dahulu
PEMBAKARAN TAHAP II
TAHAPAN TERAKHIR
Genteng Jatiwangi
Genteng Jatiwangi menawarkan produk genteng keramik Jatiwangi dengan
kualitas terbaik dan senantiasa menjaga kualitas produk untuk kepusan
pelanggan. Produk kami sudah sangat dipercaya oleh banyak pengguna yang
sangat memperhatikan kualitas dan telah digunakan di banyak jenis bangunan
seperti hotel berbintang di Bali & Lombok, bangunan gedung pemerintahan
seperti rumah sakit, perumahan, rumah pribadi dan bangunan lainnya.
Di saat hujan daya serap genteng keramik terhadap air jauh lebih kecil dari
genteng beton, sehingga beban terhadap rangka atap tidak bertambah serta
memperpanjang umur rangka dan genteng itu sendiri. Genteng keramik juga
lebih kuat dan tahan pecah.
Wates Bermedia
Membangun Desa
19/02/2015
Add Comment
1.106 Views
9 min read
Ketika saya dan Otty, Direktur Program akumassa Forum Lenteng, datang ke
markas Jatiwangi Art Factory (JaF)—sebuah komunitas seni dan budaya yang
berada di Desa Jatisura—untuk merencanakan kegiatan workshop
akumassauntuk daerah ini, Ginggi (biasa dipanggil Pak Kuwu) dan Arief
(pendiri JaF) banyak mengulas persoalan tanah. Isu ini memang telah menjadi
perhatian utama dari para penggerak komunitas lokal di Majalengka itu.
Sebagaimana yang pernah ditulis Ismal:
Berbicara soal tanah dan kaitannya dengan pembangunan, kita tahu bahwa
sejak tahun 2006, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah merencanakan
pembangunan Bandar Udara Internasional yang baru di Majalengka dalam
rangka menyesuaikan potensi jalur lalu lintas bagi masyarakat pengguna jasa
penerbangan dan kargo.2 Realisasi dari pembangunan bandara itu kemudian
dirintis sejak tahun 2008 di Kecamatan Kertajati 3 dan ditargetkan akan dapat
beroperasi di tahun 2017.4 Agenda ini sangat didukung oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Majalengka5 dan bahkan pada Bulan Oktober
2014, pembebasan lahan Bandara Kertajati sudah mencapai 80%.6 Pembuatan
bandara tersebut, tentu saja akan berdampak juga bagi kehidupan warga di
Jatiwangi yang berjarak lebih kurang setengah jam jika ditempuh
menggunakan kendaraan bermotor dari Kertajati. Di area dekat Dusun Wates,
terdapat Lanud Sugiri Sukani yang berkemungkinan besar akan meningkatkan
kualitas lapangan udaranya untuk menyesuaikan infrastruktur demi
menyokong bandara kelas internasional. Peningkatan kualitas itu akan
berhadapan dengan persoalan sengketa tanah antara warga di beberapa
desa7 dan TNI Angkata Udara yang mengklaim daerah tersebut.
Ada yang bilang bahwa TNI AU berhak karena tanah itu adalah rampasan
perang. Tapi warga Dusun Wates, sejak dulu hingga sekarang, percaya bahwa
tanah di dusun mereka tidak pernah diduduki oleh Jepang. Dalam lirik sebuah
lagu lokal berbahasa Sunda yang dikenal masyarakat setempat pun, hanya
tujuh desa yang disebut pernah diduduki Jepang. Nama Wates tidak ada.
Namun, klaim TNI AU seakan tak bisa disangkal ketika mereka mengeluarkan
surat Kepala Staf Angkata Udara (KSAU) Nomor 1140/A/C, tanggal 29 Maret,
1951, yang menyatakan bahwa semua tanah yang disengketakan ini berasal
dari ML (singkatan dari Militaire Luchtvaart, yakni tanah penerbangan militer
peninggalan Belanda)8 meskipun Belanda juga tidak pernah menduduki tanah
di Wates. Menurut logika saya, wajar saja jika warga Wates tidak terima klaim
TNI AU tersebut.
Di depan balai kampung Dusun Wates, melintas Jalan Lanud Sukani, dan di
seberangnya terdapat petak sawah yang disebut oleh warga sebagai “tanah
segitiga”. Saya perhatikan, bentuknya mirip seperti segitiga sama kaki. Kaki
yang satu dibentuk oleh Jalan Lanud Sukani, dan kaki yang lain dibentuk oleh
sebuah jalan yang jika ditelusuri, dapat menuju Kampung Pilangsari
(Kecamatan Jatitujuh). Sedangkan sisi yang terakhir berbatasan dengan desa
tetangga. Warga telah mendirikan lumbung padi di sudut sawah itu meskipun
pada saat pembangunannya, sempat menjadi polemik di antara pihak yang
saling mengklaim tanah tersebut.10 Menurut saya, di “tanah segitiga” itu
warga Desa Jatisura—terwakili oleh warga Dusun Wates—sedang mendirikan
tonggak haknya: berdirinya sebuah lumbung padi yang pada saat musim
panen nanti akan membuktikan bahwa persoalan tanah adalah masalah hajat
hidup warga.