Anda di halaman 1dari 43

Produk Genteng Jatiwangi

Majalengka Terpuruk
Oleh: Siska Nirmala Puspitasari
9 September, 2017 - 20:35
JAWA BARAT

Jebor/ANTARA
Seorang binaragawan dari pekerja kuli pabrik genteng atau "jebor" memperlihatkan ototnya di depan juri saat
perlombaan binaraga antarjebor di Pabrik Genteng Tenang Jaya, Kampung Loji, Jatiwangi, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat, Jumat, 11 Agustus 2017 lalu.*

MAJALENGKA, (PR).- Produk genteng asal Jatiwangi, Kabupaten Majalengka


mulai terpuruk. Para pengusaha genteng Jatiwangi mengaku setelah munculnya
produk-produk baru yang menggantikan fungsi genteng, mengakibatkan produk
mereka mulai tersisih dan omzet turun.
"Kebijakan pemerintah saat ini yang membuat industri genteng turun, karena
pembangunan rusun tidak lagi pakai genteng, tapi dicor," kata pemilik pabrik
genteng (jebor) Sinar Jaya, Ajie di Majalengka, Sabtu, 9 September 2017, seperti
dilansir Kantor Berita Antara.
Dia mengatakan, perajin butuh keberpihakan dari pemerintah. Misalnya, industri
properti dapat menggunakan genteng, bukan skandal, dicor atau asbes. Menurut
Aji, keterpurukan industri genteng saat ini juga dipengaruhi oleh "suplay and
demand" yang tidak seimbang.
"Permintaan turun hingga 80 persen, padahal jebor terus memproduksi genteng
sehingga stok kita numpuk," tuturnya.

Ingin gulung tikar


Sementara itu, pelaku usaha lainnya, Ila menambahkan, dengan kondisi seperti
ini sebenarnya para pelaku usaha genteng ingin tutup, karena bahan baku yang
terus naik harganya.
Selain itu juga disulitkan dengan mencari perajin dan kurangnya keberpihakan
dari pemerintah, menjadi alasan mereka ingin menutup usahanya.
"Jebor saat ini tinggal mempertahankan pabrik warisan dari orang tua dan buruh
pabrik, satu jebor menghidupi 40 sampai 50 perajin," katanya.
Menurut Ila, saat ini pabrik genteng di Jatiwangi Majalengka tersisa 150 jebor,
padahal pada tahun 1992, jumlah pabrik genteng mencapai 630 jebor.
Ini diakibatkan pasar yang lesu dan sebagian besar dari mereka akhirnya gulung
tikar. "Industri genteng menghadapi pesaing seperti genteng spandex, yaitu
genteng berbahan metal, ditambah industri garmen dari Korea yang tumbuh di
Majalengka mengambil para pekerja perempuan di pabrik genteng," kata Ila
lagi.***

1 permasalahan genteng jatiwangi


Uu Sesalkan Banyak
Pengusaha Genteng
Jatiwangi Gulung Tikar
Senin, 21 Mei 2018 18:41

Kolase Tribun Jabar


Uu Ruzhanul Ulum dan Instagramnya

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam


TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Calon wakil gubernur Jawa Barat
pendamping Ridwan Kamil, Uu Ruzhanul Ulum, memastikan
keberpihakannya terhadap pengembangan produk lokal Jawa Barat jika
terpilih sebagai pemimpin Jawa Barat.
Uu berjanji akan selalu menggunakan produk lokal, setidaknya untuk setiap
program pembangunan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sebagai contoh, Uu berjanji akan mengoptimalkan penggunaan genteng hasil
produksi warga Jatiwangi di Kabupaten Majalengka untuk setiap
pembangunan yang dibiayai APBD Provinsi Jawa Barat.
Baca: Hati-hati Bila Makan Mangga! Tiga Orang Ini Tewas Setelah Makan
Mangga Bekas Gigitan Kelelawar

2 permasalahan genteng jatiwangi


Baca: Persib Kembali Latihan Sore, Kali Ini Bobotoh Tidak
Diperkenankan Masuk Stadion
"Pemerintah harus turun tangan. Harus mendukung perusahaan lokal, karena
ini menyangkut masyarakat banyak," kata Uu saat bertemu pengusaha dan
pekerja pembuat genteng di Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, melalui siaran
pers yang diterima Tribun Jabar, Senin (21/5/2018).
Uu merasa perihatin dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap
perusahaan lokal, khususnya berskala kecil menengah. Kurangnya perhatian
ini terlihat dari banyaknya produsen genteng di Jatiwangi yang gulung tikar.
"Mereka banyak yang tidak mampu meneruskan usahanya meski permintaan
genteng di Jawa Barat tetap tinggi. Banyak produsen genteng yang
meredup," katanya.

Selain harus selalu menggunakan produk lokal, menurut dia, pemerintah pun
harus memberi pelatihan tentang kewirausahaan khususnya tentang
manajemen pemasaran dan keuangan. Sebab, meski mampu menghasilkan
produk yang baik, menurutnya tidak akan maksimal jika pola pemasarannya
tidak baik.
"Kalau tidak di-manage dengan baik, akan kalah, akan kalah bersaing,"
katanya.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Uu Sesalkan Banyak Pengusaha Genteng
Jatiwangi Gulung Tikar, http://jabar.tribunnews.com/2018/05/21/uu-sesalkan-banyak-pengusaha-
genteng-jatiwangi-gulung-tikar.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam
Editor: Dedy Herdiana
Uu menambahkan, pemerintah pun harus lebih memberi bantuan modal kepada pengusaha lokal
yang rata-rata berskala kecil menengah.
Menurut dia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mampu memberi bantuan permodalan yang baik jika
memiliki komitmen yang baik juga. Terlebih, lanjutnya, Bank bjb sebagai bank besar milik
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sanggup memberi bantuan permodalan untuk setiap masyarakat.

"Bank bjb harus lebih banyak memberi bantuan modal kepada pengusaha-pengusaha kecil. Kalau
memberi modal untuk pelaku UKM, itu kan akan menyerap tenaga kerja. Beda dengan memberi
pinjaman ke pegawai, kebanyakan untuk hal yang konsumtif," katanya.
Uu kembali menegaskan, selain bentuk keberpihakan ke masyarakat, menurutnya dengan
memberi perhatian ke pelaku usaha lokal pun bisa menekan jumlah pengangguran. Pasalnya,
optimalisasi perusahaan kecil dan menengah akan berdampak besar terhadap serapan tenaga
kerja.
"Dan kalau terjadi krisis, perusahaan rakyat ini relatif bisa bertahan. Beda dengan perusahaan ritel,
perusahaan besar, yang hanya dimiliki 1 orang, saat ada krisis langsung tumbang," katanya. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Uu Sesalkan Banyak Pengusaha Genteng
Jatiwangi Gulung Tikar, http://jabar.tribunnews.com/2018/05/21/uu-sesalkan-banyak-pengusaha-
genteng-jatiwangi-gulung-tikar?page=2.

3 permasalahan genteng jatiwangi


Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam
Editor: Dedy Herdiana

Rabu, 28 Januari 2015

Pengaruh Industri Genteng terhadap Lingkungan Sekitarnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk


lainnya. Karena manusia diberi akal pikiran untuk melangsungkan hidupnya. Seiring
dengan perkembangan zaman pola pikir manusia terus bertambah maju dalam mencari
cara bagaimana agar dapat melangsungkan hidupnya. Dengan memanfaatkan sumber
daya alam yang tersedia manusia dapat memproduksi suatu barang yang dapat
memenuhi kebutuhannya, dari mulai cara hidup nomaden hingga lahirlah cara berfikir
yang lebih modern untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dahulu negara indosesia terkenal akan mayoritas penduduknya yang


berprofesi sebagai nelayan dan petani atau dengan kata lain Indonesia masih sangat
mengandalkan hasil alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, namun kemajuan
zaman sudah dapat mengubah pola pikir bangsa Indosesia dalam memenuhi
kebutuhannya. Sehingga saat ini muncullah pola pikir yang menghasilkan sebuah produk
yang diperoleh dari alam, hanya dengan diolah lebih lanjut dapat menambah nilai dari
suatu produk. Dengan berjalanya proses modernisasi, timbulah sebuah istilah yang
disebut industrialisasi.

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, yang dimaksud dengan


industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Industri merupakan kegiatan yang sangat erat hubungannya dengan berbagai


macam keperluan manusia, tetapi industri juga mempunyai dampak terhadap lingkungan
geosfernya, seperti air, udara, tanah, dan juga pada lingkungan sosial seperti
pendapatan.

Dari definisi industri di atas kita dapat menyimpukan bahwa Industri


merupakan salah satu kegiatan manusia yang mampu memenuhi berbagai macam
kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam kegiatan industri, jenis Usaha Kecil Menegah
(UKM) dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menciptakan lapangan kerja, serta
meningkatkan pendapatan seluruh rakyat.

4 permasalahan genteng jatiwangi


Oleh karena itu, proses pembangunan harus dilandasi dengan wawasan
lingkungan sehingga dapat terjalin relasi yang seimbang antara alam dengan kemajuan
zaman yang dinamis.

Di Indonesia sekarang sedang berlangsung penyebarluasan pembangunan


industri ke berbagai daerah. Contohnya di daerah kabupaten Majalengka. Kabupaten
Majalengka merupakan salah satu wialayah yang berpotensi untuk pengembangan
sektor industri. Salah satu dari wilayah yang dikembangkan sebagai sektor industri di
Kabupaten Majalengka adalah Kecamatan Jatiwangi.

Kecamatan Jatiwangi merupakan salah satu daerah yang termasuk kedalam


sentra industri yaitu sentra industri Genting. Keberadaaan industri tersebut sangat
dominan dikawasan kabupaten Majalengka dan merupakan andalan diantara industri-
industri yang lain. Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Majalengka. Dan tempat yang akan kami jadikan objek penelitian
untuk KTI ini adalah industri Genting didesa Sindangwasa.

Dari pemaparan diatas kami tertarik untuk meneliti tentang dampak industri
pembuatan genting dengan judul “Pengaruh Kegiatan Industri Genting Desa
Sindangwasa terhadap lingkungan sekitarnya.”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses kegiatan pembuatan Genting di Desa Sindangwasa ?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kegiatan pembuatan genting di Desa Sindangwasa ?

3. Apa saja dampak dari kegiatan pembuatan genting tersebut terhadap lingkungan?

4. Bagaimana cara menanggulangi dampak yang di sebabkan oleh kegiatan pembuatan


genting tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian meliputi :

1. Mengungkap bagaimana proses kegiatan pembuatan genting di Desa Sindangwasa

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan Genting di Desa


Sindangwasa

3. Menjelaskan bagaimana pengaruh kegiatan pembuatan genting Desa Sindangwasa


terhadap lingkungan sekitarnya

4. Membantu mencari solusi dalam memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan
pembuatan genting tersebut.

5 permasalahan genteng jatiwangi


D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat kita peroleh ialah :

1. Manfaat teoritis

a. Bagi siswa : Meningkatkan pemahaman diri terhadap kamian Karya Tulis Ilmiah dan
kesadaan akan pentingnya lingkungan.

b. Bagi Pengusaha : Meningkatkan pemahaman para pengusaha terhadap proses


pembuatan genting dan dampaknya terhadap lingkungan.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi pengusaha : Memberikan solusi penanggulangan terhadap dampak pembuatan


genting dan memperkenalkan Usaha Kecil Menengah (UKM) pembuatan genting kepada
halayak ramai.

b. Bagi Masyarakat luas : Mengubah paradigma masyarakat terhadap Industri sebagai salah
satu alternatif dalam mengupayakan penciptaan dan perluasan tenaga kerja, serta
meningkatkan pendapatan seluruh rakyat di era persaingan dunia.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kedudukan Industri dalam Sistem Biofisik dan Sistem Sosial

Manusia sebagai makhluk tuhan yang memiliki akal pikiran dalam


kesehariannya tidak dapat terlepas dengan lingkungannya, manusia juga dalam
kehidupan sehari-hari, manusia selalu berupaya untuk memecahkan masalah
disekitarnya demi melangsungkan kehidupannya, manusia dengan lingkungan tidak akan
dapat dipisahkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Adimihardja (1993:1) bahwa
“Manusia, kebudayaan dan lingkungan merupakan tiga faktor yang saling jalin menjalin
secara integral. Lingkungan tempat manusia hidup selain berupa lingkungan alam juga
berupa lingkungan sosial budayanya. Sehubungan dengan itu, maka konsep manusia
harus dipahami sebagai makhluk yang bersifat biososiobudaya”. Dengan kata lain
manusia dengan lingkungannya ialah satu kesatuan kehidupan yang saling berhubungan
satu sama lain. Manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya,
misalnya manusia dan aktifitasnya dapat mempengaruhi lingkungan biofisik berupa

6 permasalahan genteng jatiwangi


udara, air, tanah, hutan, dan satwa liar. Sebaliknya, lingkungan biofisik yang telah
mendapat perlakuan manusia itu akan mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri,
misalnya udara untuk bernafas, air untuk minum, mengairi pertanian dan perikanan,
tanah untuk pertanian dan bahan baku industri pembuatan genting, hutan untuk sumber
keperluan kayu dan juga sebagai paru-paru bumi.

Manusia sebagai kholifatul-ardh sebagaiman firman Allah SWT dalam


surat Al Baqarah: 30, yang artinya :

“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada malaikat: Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang kholifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak
menjadikan padanyaorang yang merusak didalamnya dan menumpahkan darah,
padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata:
sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Berdasarkan ayat tersebut, manusia sebagai khalifatul-ardh (pemimpin muka


bumi) menjadikan manusia sebagai pelindung dan penjaga muka bumi. Jadi dalam
kehidupan sehari-hari manusia haruslah dapat manjaga kelestarian alam sekitarnya.

Hal ini pun seharusnya dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kegiatan
perekonomiannya, dalam hal ini adalah proses pembangunan perindustrian yang
menganut konsep berwawasan lingkungan. Menurut K Wardiyatmoko (2006 : 139),
“Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas manusia
secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya,
pembangunan ini mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan ilmu pengetahuan dengan menserasikan ketiga komponen tersebut, sehingga dapat
berkesinambungan”.

B. Klasifikasi Industri

Ada bermacam-macam tipe industri sesuai dengan klasifikasinya, ada yang


berdasarkan luas dan kompleksitas kegiatannya, jumlah dan besarnya kebutuhan bahan
mentah, dan lainnya. Menurut Saleh (1995:126), bahwa “industri lokal ialah kelompok
industri kecil yang menggantungkan hidupnya ke pasar setempat yang terbatas, serta
relatif tersebar dari segi lokasinya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka industri
Pembuatan Genting di Desa Sindangwasa merupakan industri lokal karena pemasaran
hasil produksinya hanya terbatas pada daerah dekat lokasi industri yaitu wilayah 3
Cirebon (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan)

Dalam hal ini Abdurachmat dan Maryani (1997:31) mengemukakan bahwa


tipe-tipe industri diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Berdasarkan luas dan kompleksitas kegiatan dan pengorganisasiannya:

7 permasalahan genteng jatiwangi


a. Industri besar (Big Industry), ialah industri-industri dalam skala besar dengan kegiatan
dan pengorganisasian yang komplek, mempergunakan mesin-mesin yang modern
dengan jumlah buruh yang cukup besar, dan menempati areal tanah yang luas pula.

b. Industri kecil (Small Industry), ialah industri-industri yang berukuran kecil baik dilihat dari
modalnya, kegiatan, pengorganisasiannya, produksinya, maupun jumlah tenaga kerja dan
teknologinya. Termasuk ke dalam kategori ini: Industri rumah dan kerajinan.

2) Berdasarkan Jumlah dan Besarnya Kebutuhan Bahan Mentah, Sifat Produksi dan
Penggunaan Mesin-Mesin:

a. Industri Berat (Heavy Industry), ialah industri-industri yang dalam kegiatannya


mempergunakan mesin-mesin berat, mengolah bahan mentah dalam jumlah yang
sangat banyak, dan memproduksinya pun berupa barang-barang dalam kategori tahan
lama dan berat “that use bulky machinery and consume copious quantities of raw
materials”. Karena kebutuhan bahan mentah yang banyak dan penggunaan mesin-mesin
berat, maka industri-industri ini biasanya dibangun di tempat-tempat di mana sarana
lalu-lintas mudah; sepanjang jalan kereta api, di tepi sungai, kanal atau di tepi laut
(pelabuhan); industri mobil, kereta api, kapal.

b. Industri Ringan (Light Industry), ialah industri-industri yang relatif menggunakan mesin-
mesin ringan dan membutuhkan bahan mentah yang lebih sedikit “…that use
comparatively light weight machinery, or that consume small quantities of raw
material”(Alexander,1963: 407). Termasuk kategori ini: industri tekstil, industri kertas,
dan lain-lain.

3) Berdasarkan Sifat Bahan Material dan Sifat Produksinya:

a. Industri primer ialah industri yang mengolah bahan mentah hasil produksi sektor primer,
baik dari pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan maupun pertambangan. Industri-
industri ini pada umumnya telah berorienntasi kepada bahan mentah dan ditempatkan
di daerah sumber bahan mentah.

b. Industri sekunder ialah industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain
(industri primer), bahan bakunya adalah barang jadi atau barang setengah jadi yang
diproduksi industri lain. Pada umumnya ditempatkan berdasarkan dengan industri-
industri yang menghasilkan bahan bakunya. Termasuk ke dalamnya industri mobil dan
industri perakitan lainnya, industri pakaian jadi, dan lain-lain. Industri semacam ini ada
juga yang menamakannya sebagai industri satelit.

4) Berdasarkan daya serap (kemampuan tampung) tenaga kerja dan permodalan:

a. Industri padat karya (Labor Intensive), ialah industri-industri yang banyak membutuhkan
dan menggunakan tenaga kerja manusia. Termasuk kategori ini umumnya adalah industri
rumah dan kerajinan tangan (Handendicraft), dan industri-industri yang menggunakan
teknologi madya.

8 permasalahan genteng jatiwangi


b. Industri padat modal (Capital intensive), ialah industri-industri yang mempergunakan
modal yang besar dan mesin-mesin modern. Termasuk kelompok ini adalah semua
industri modern dengan teknologi tinggi.

5) Berdasarkan jumlah modal, tenaga kerja dan teknologinya, dapat diklasifikasikan atas:

a. Industri Besar; jika kita mempergunakan modal yang cukup besar, jumlah tenaga kerja di
atas 200 orang, menggunakan mesin-mesin modern.

b. Industri menengah; dengan jumlah modal yang tidak terlalu besar, jumlah buruh antara
50-200 orang, dan menggunakan mesin-mesin sederhana.

c. Industri kecil; ialah industri-industri yang mempergunakan modal kecil, dengan jumlah
tenaga kerja umumnya kurang dari 50 orang, dan dengan teknologi yang sederhana
(Handy Industry).

Berdasarkan jumlah modal, tenaga kerja dan teknologinya, maka industri


pembuatan genting di Desa Sindangwasa Kecamatan Jatiwangi termasuk dalam
kelompok industrimenengah karena memiliki modal yang tidak terlalu besar
dengan jumlah tenaga kerja antara 60-70 orang, dan menggunakan teknologi yang
sederhana. Industri pembuatan genting di Desa Sindangwasa jika dilihat dari
berdasarkan klasifikasi luas dan kompleksitas kegiatan dan pengorganisasiannya juga
termasuk industri menengah, sedangkan berdasarkan daya serap tenaga kerja dan
permodalannya termasuk ke dalam industri padat karya.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

9 permasalahan genteng jatiwangi


Dengan dilandasi rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini
menggunakn metode deskriptif analisis. Menurut Surakhmad (1994: 139), bahwa
“metode deskriptif yaitu metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antara
fenomena yang ada di daerah penelitian”. Penelitian deskriptif tidak hanya sampai pada
pengumpulan data dan penyusunan data, namun juga mencakup analisis dan
interpretasi data itu sendiri.

Menurut Sudjana (2004: 64), bahwa “metode penelitian deskriptif adalah


penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat sekarang”. Dengan demikian, penelitian deskriptif mengangkat masalah atau
menitik beratkan perhatian kepada masalah-masalah yang aktual layaknya pada saat
penelitian dilaksanakan.

Dengan begitu, melalui metode penelitian deskriptif akan mengungkap


berbagai kondisi aktual dari industri pembuatan genting dan dampaknya terhadap
kondisi lingkungan di Desa Sindangwasa Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka.
Terlebih, dapat menggambarkan dan melukiskan keadaan layaknya di lapangan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka kami
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati,


meneliti, dan mencatat secara langsung terhadap gejala maupun fenomena yang
terdapat pada objek penelitian guna memperoleh data yang aktual dan faktual sebagai
bahan masukkan bagi analisis dan kajian penelitian yang tengah dikaji. Data yang
diinginkan kami dalam observasi lapangan diantaranya adalah seluruh proses pembuatan
genting dan dampak fisik dari proses pembuatan genting. Observasi lapangan menjadi
salah satu kegiatan dalam serangkaian penelitian yang keberadaanya tidak dapat
diabaikan sebagai penambah keakuratan dan validitas sebuah penelitian yang tengah
dilakukan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara


memberikan serangkaian pertanyaan, yang nantinya akan dijawab oleh responden guna
memperoleh data dan informasi mengenai hal yang berkaitan dengan masalah
penelitian diantaranya faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi pembuatan genting
dan dampak non fisik yang dialami penduduk sekitar. Responden pada kegiatan
penelitian ini ialah penduduk sekitar industri pembuatan genting, pengusaha pembuat

10 permasalahan genteng jatiwangi


genting dan tenaga kerja pembuatan genting di Desa Sindangwasa. Serangkaian
pertanyaan yang akan diberikan kepada responden, telah disusun berdasarkan rumusan
masalah dan tujuan penelitian yang terkait. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
adanya pertanyaan yang dinyatakan tidak valid.

3. Studi Kepustakaan

Studi ini berfungsi sebagai pembanding ataupun pendukung informasi yang


berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini dilakukan guna melengkapi data-
data dalam rangka menganalisis masalah yang tengah diteliti. Dilakukannya hal ini
bertujuan untuk mendapatkan masukkan berupa tinjauan pustaka yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan diantaranya mengenai industri, lingkungan hidup, dan
pengaruh kegiatan industri pembuatan genting terhadap lingkungan sosial.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Proses Kegiatan Pembuatan Genting

Dalam proses pembuatan genting salah satu hal yang diperlukan adalah bahan
baku. Bahan baku pembuatan genting adalah tanah lempung, dalam hal ini tanah
lempung yang dimaksud ialah campuran tanah liat persawahan dengan pasir.

Campuran tanah tersebut mula-mula dicampur secara manual dengan teknik


pengadukan tradisional dengan cangkul kemudian dimasukkan kedalam mesin pemadat
untuk mendapatkan tekstur yang lebih menyatu dan membentuk bongkahan agar
mempermudah proses penge-press-an.

Bongkahan tanah tersebut selanjutnya melewati proses penge-press-an dengan


mesin pencetak yang manual sederhana namun telah sedikit ter-modernisasi, hasil
cetakan mesin tersebut memang tidak terlalu sempurna namun kembali disempurnakan
secara manual dengan alat sederhana yang terbuat dari sebilah bambu.

Kemudian di keringkan di atas rak-rak khusus untuk mengeringkan genting.


Setelah kering dan megeras, kegiatan selanjutnya yaitu menjemur genting-genting
tersebut dibawah terik matahari untuk mengurangi kadar air sehingga genting lebih kuat
dan tidak mudah pecah.

Proses penjemuran genting-genting tersebut biasa membutuhkan waktu


sekitar tiga hari tergantung pada cuaca dan cahaya matahari.

11 permasalahan genteng jatiwangi


Untuk mendapatkan kualitas terbaik memang proses penjemuran genting
harus dengan menggunakan cahaya matahari, media ini tidak dapat digantikan dengan
media yang lain. Karena, walaupun menggunakan media lain kualitas genting tidak akan
baik dan akan mudah pecah, dan itu dapat merugikan pengusaha genting itu sendiri.

Setelah sekiranya genting kering, genting-genting tersebut dimasukkan ke


dalam tungku untuk proses pembakaran. Dalam proses pembakaran, waktu yang
diperlukan sekitar satu hari penuh. Bahan bakar yang digunakan untuk proses
pembakaran adalah kayu-kayu pohon yang dibeli dari daerah lain, karena bahan bakar
tersebut sulit ditemukan

Setelah dibakar di dalam tungku, genting-genting tersebut ternyata


menghasilkan kualitas yang berbeda-beda, ini yang nantinya akan menentukan nilai jual
genting-genting tersebut di pasaran. Kemudian dilakukan pen-sortir-an terhadap
genting-genting tersebut agar nantinya akan memudahkan proses pemasaran, tahap
yang terakhir adalah memasarkan genting-genting tersebut kepada para konsumen.

Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa ternyata proses


pembuatan genting di desa Sindangwasa masih mempertahankan cara tradisional,
walaupun dalam beberapa tahap telah menggunakan alat penunjang produksi yang lebih
modern.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pembuatan genting

Industri merupakan suatu kegiatan perekonomian yang akan memenuhi


kebutuhan hidup manusia dengan memanfaatkan lingkungannya, kegiatan industri
menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini
tentu memiliki dampak bagi lingkungan fisis dan sosial, sbebagaimana pendapat Rambo
dalam Iskandar (2001: 8) bahwa :

“faktor-faktor sistem biofisik atau ekosistem di sekitar manusia sangat beragam


bergantung pada dimana manusia itu tinggal, termasuk di dalamnya iklim, udara, air,
tanah, tanaman, dan binatang”.

Dalam kegiatan pembuatan genting di desa Sindangwasa memiliki beberapa


faktor penting, yaitu:

a. Iklim

Faktor intensitas sinar matahari, intensitas angin, kelembaban udara, kadar keasaman air
dan zat hara yang terkandung di tanah memiliki peranan penting dalam pembuatan
genting karena kualitas genting juga akan ditentukan oleh unsur-unsur diatas, semakin
sesuai standarnya unsur tersebut maka kualitasnya juga menjadi semakin baik.

b. Bahan baku

12 permasalahan genteng jatiwangi


Bahan baku utama pembuatan genting ialah campuran lempung persawahan dengan
pasir, sehingga tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kualitas genting, karena tidak
sembarang tanah dapat dibuat menjadi genting.

c. Sarana penunjang produksi

Sarana penunjang produksi sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas suatu
produk, karena dengan adanya sarana penunjang produksi maka efektifitas sumber daya
dan produktifitas suatu industri dapat lebih meningkat.

d. Kualitas SDM

Kualitas SDM erat pengaruhnya terhadap produksi, karena mayoritas pengerajin memiliki
pendidikan yang sangat kurang, terlebih di era persaingan global ini inovasi-inovasi baru
sangat dibutuhkan untuk mampu bertahan dalam persaingan dan memungkinkan
meningkatnya taraf pendapatan masyarakat.

C. Dampak kegiatan pembuatan Genting di Desa Sindangwasa terhadap lingkungan


sekitarnya

Proses Industri memang dapat menghasilkan berbagai produk yang


dibutuhkan oleh manusia, namun dalam kegiatan industri tersebut seringkali
mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia sendiri.

Menurut Djojodipuro (1992:203), bahwa dampak industri terhadap sosial


budaya dapat dibedakan menjadi dampak penghidupan sosial budaya, yang pertama
merupakan dampak lingkungan alam yang dirasakan secara langsung, sedangkan yang
kedua merupakan gangguan terhadap pola penghidupan dan tingkah laku masyarakat
yang melalui proses bertahun-tahun menjadi suatu yang mapan.

Tak terelakkan lagi bahwa pembangunan suatu industri memiliki dampak


positif maupun negatif terhadap lingkungan, layaknya apa yang telah dikemukakan oleh
Djojodipuro di atas. Kegiatan industri tersebut membuka kesempatan kerja baru dan
menambah pendapatan sehingga kebutuhan hidup masyarakat dapat terpenuhi, namun
disisi lain perpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan alam.

Sesuai dengan hasil observasi kami, dampak kegiatan pembuatan genting


desa Sindangwasa, berupa :

1. Terbukanya lapangan kerja baru.

Dengan dibangunnya industri tersebut, tentunya memerlukan pekerja yang ahli


dalam bidang industri pembuatan Genting, sehingga industri tersebut menciptakan
lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat.

2. Meningkatnya penghasilan dan taraf hidup masyarakat.

Karena terciptanya lapangan kerja baru, masyarakat kini memiliki pekerjaan dengan
penghasilan yang cukup untuk membiayai hidupnya dan menekan angka pengangguran.

13 permasalahan genteng jatiwangi


3. Terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat.

penghasilan yang dihasilkan dari pekerjaan industri tersebut, masyarakat dapat


memenuhi berbagai kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraanya.

4. Adanya proses interpendensi antara petani dan pengusaha genting

Kebutuhan para petani untuk menggali daerah persawahannya dimanfaatkan para


pengusaha pembuat genting untuk membeli tanah hasil pendalaman daerah
persawahan tersebut sebagai bahan baku pembuatan genting.

Namun, terlepas dari dampak-dampak di atas, kegiatan pembuatan genting di desa


Sindangwasa juga memiliki dampak yang merusak lingkungan alam, diantaranya :

1. Timbulnya penyakit-penyakit pernafasan akibat pembakaran pembuatan genting yang


menghasilkan asap, akan mencemari udara. Terlebih industri berada dekat dengan
pemukiman warga.

2. Penggunaan kayu sebagai bahan pembakaran, menjadikan kayu sebagai sumber bahan
pembakaran utama, hal ini berakibat pada kawasan pepohonan yang semakin
menggundul

3. Menyempitnya lahan penghijauan karena digunakan sebagai lahan perindustrian,


sehingga semakain berkurangnya penyaring udara alami,

D. Cara menanggulangi dampak dari pembuatan Genting di Desa Sindangwasa

Menurut K. Wardiatmoko (2006 : 137) “Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup


adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap
tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap
mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”

Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa


yang akan datang , menunjukan bahwa manusia harus bejuang untuk menyelamatkan
lingkungannya.

Dilihat dari dampak yang diuraikan diatas maka perlu adanya upaya untuk
menanggulanginya, berupa :

1. Menjauhkan lokasi industri dengan pemukiman

14 permasalahan genteng jatiwangi


Menjauhkan lokasi industri dengan pemukiman menjadi salah satu upaya untuk
meminimalisir berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri.

2. Meinggikan cerobong asap pembakaran

Meinggikan cerobong asap pembakaran dilakukan agar asap yang keluar dari cerobong
akan berada diatas, sehingga mengurangi kontak langsung asap dengan manusia, yang
nantinya juga akan mengurangi potensi penyakit pernafasan bagi warga sekitar.

3. Menerapkan sistem tebang pilih dan reboisasi

Menerapkan sistem tebang pilih dan reboisasi dapat menjadi pilihan sebagai cara
pemanfaatan alam berwawasan lingkungan, selain produksi tetap berjalan lingkungan
pun tetap terjaga.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa
kegiatan pembuatan genting di desa sindangwasa telah menerapkan sistem
perindustrian yang berwawasan lingkungan dan tetap mempertahankan cara tradisional
dalam kegiatan pembuatan genting tersebut.

Sistem perindustrian berwawasan lingkungan telah diaplikasikan oleh pengusaha


genting dengan cara memanfaatkan tanah pertanian hasil penggalian perendahan
daerah persawahan untuk dijadikan bahan baku pembuatan genting yang saling
menguntungkan antara pengusaha genting dengan para pemilik lahan persawahan
dibandingkan dengan cara lama yang harus mengeruk tanah secara langsung yang
mengakibatkan banyak terbentuknya bekas galian yang merusak lingkungan ekosistem
sekitarnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kami mencoba memberikan beberapa saran


yang dapat dipertimbangkan pelaksanaannya yang berkaitan dengan pengaruh industri
pembuatan genting terhadap lingkungan.

1. Bagi pemerintah setempat hendaknya mengadakan pengawasan dan penindaklanjutan


kepada industri pembuatan Genting yang ada di daerah setempat. Selain itu, sekiranya
pemerintah mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada para pengusaha pembuatan
genting tentang bagaimana sistem perindustrian yang berwawasan lingkungan.

15 permasalahan genteng jatiwangi


2. Bagi para pengusaha pembuatan genting sebaiknya melaksanakan pengembangan
industri dengan tidak mengesampingkan keadaan lingkungan, yaitu dengan menerapkan
sistem perindustrian berwawasan lingkungan.

3. Bagi para pekerja hendaknya berpartisipasi jika ada pelatihan dan penyuluhan yang
diadakan pemerintah setempat supaya dapat menambah pengetahuan tentang
pembangunan industri yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menjaga kelestarian
lingkunngan hidupnya.

4. Untuk masyarakat setempat hendaknya ikut berpartisipasi dalam mengawasi proses


perindustrian pembuatan genting, dan melaporkan kepada pemerintah setempat apabila
ada kegiatan pengeksploitasian lingkungan dalam industri tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, Idris dan Maryani, Enok. (1997). Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan
Geografi FPIPS UPI.

Adimihardja, Kusnaka. (1993). Kebudayaan dan Lingkungan: Studi Bibliography. Bandung: Ilham
Jaya.

Asmara, Adi (2010). Pendidikan Lingkugan Hidup untuk SMA/MA kelas X. Bandung: CV. Atikan
Mandiri

Asmara, Adi (2010). Pendidikan Lingkugan Hidup untuk SMA/MA kelas XII. Bandung: CV. Atikan
Mandiri

Djojodipuro. (1992). Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Iskandar, Johan. (2001). Manusia Budaya dan Lingkungan. Bandung: Humaniora Utama Press.

Saleh, Irsan, A. (1995). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES

Sudjana, Nana. (2004). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.

Wardiatmoko, K. (2006). Geografi Jilid 2 untk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Kabupaten Majalengka

16 permasalahan genteng jatiwangi


SEORANG petani Majalengka membobol bukit demi mendapatkan
sepercik air Sungai Cipicung untuk sawahnya. Peristiwa ini terjadi
sekitar tahun 1987. Nyi Yuyu Yusanah, warga Desa Cipeundeuy,
Kecamatan Bantarujeg memulai "kerja besarnya" hanya beralatkan
linggis, pahat batu, dan palu. Kerjanya tidak sia-sia. Terowongan
sepanjang 200 meter, tinggi sekitar satu meter, dan lebar 80
sentimeter, berhasil dibuat. Akhirnya, air pun mengalir deras ke
sawahnya. Sosok Nyi Yuyu adalah satu contoh dari 1,1 juta
penduduk Kabupaten Majalengka yang hidupnya mengandalkan
hasil sawah.Kondisi geografis Kabupaten Majalengka memang
kurang menguntungkan untuk persawahan. Sekitar 71 persen wila-
yahnya berupa pegunungan dan berbukit. Daerah pegunungan dapat dijumpai terutama
di Majalengka bagian selatan, di kaki Gunung Ciremai.

Kondisi ini tentu saja mempengaruhi kelancaran perekonomian kabupaten. Pemasaran


hasil bumi dan hasil industri dari pelosok daerah terhambat. Apalagi, sentra hasil bumi
seperti sayuran dan buah-buahan berada di selatan, daerah yang bergunung-gunung.

Walaupun dilihat dari sisi transportasi belum menguntungkan, bukan berarti daerah ini
tanpa dinamika ekonomi. Denyut perekonomian Kabupaten Majalengka terasa di wilayah
utara. Kecamatan Kadipaten, Jatiwangi, dan Sumberjaya termasuk kecamatan yang
paling ramai karena dilewati angkutan antarprovinsi. Bus jurusan Cirebon-Bandung dan
Bandung-Semarang lalu lalang melewati jalur ini.

Pasar besar pun dijumpai di sepanjang jalan ini, terutama di Kecamatan Kadipaten dan
Jatiwangi. Hasil pertanian dari kecamatan lain banyak dipasarkan di Kadipaten dan
Jatiwangi. Bahkan, ibu kota kabupaten di Kecamatan Majalengka pun kalah ramai
dibanding dengan ketiga kecamatan tersebut.

Seperti halnya Kabupaten Kuningan dan Ciamis, pertanian masih menjadi tonggak utama
perekonomian kabupaten. Tahun 2000, total kegiatan ekonominya Rp 2,7 trilyun dengan
pertanian Rp 911 milyar. Dengan modal pertanian yang lumayan besar, kabupaten ini
berharap tahun 2010 menjadi kabupaten agrobisnis termaju di Jawa Barat.

Karena kondisi geografis kurang mendukung peningkatan produksi tanaman seperti padi,
pemerintah daerah mencari jalan lain. Salah satu upayanya adalah mencanangkan diri
sebagai Kabupaten Ternak tahun 2002 ini. Ternak seperti unggas, ternak kecil, atau
ternak besar lebih bisa diterima alam Majalengka. Penduduk pun dapat mengusahakan
ternak tersebut dalam skala rumah tangga.

Untuk mewujudkannya, pemerintah daerah menjalin kerja sama dengan Lembaga


Pengabdian Masyarakat (LPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi dalam program Sinergi Pemberdayaan Potensi Masya-rakat
(Sibermas). Kebetulan salah satu programnya adalah pengembangan ternak, terutama
sapi potong, yang dipusatkan di Kecamatan Sindangwangi.

Potensi industri pengolahan pun cukup menonjol di daerah ini. Pada tahun 2000,
kegiatan ekonomi di industri pengolahan mencapai Rp 398,6 milyar. Ada bermacam-
macam industri seperti bola sepak, genteng keramik, anyaman rotan, anyaman bambu,
dan makanan.

Industri pembuatan bola sepak terdapat di Kecamatan Kadipaten dan berkualitas ekspor.
Negara tujuan ekspor meliputi Jepang, Korea, Timur Tengah, dan Amerika. Satu-satunya
industri bola sepak di Majalengka ini pernah memenangkan tender untuk Piala Dunia di
Perancis tahun 1998.

17 permasalahan genteng jatiwangi


Sepanjang perjalanan dari Cirebon ke Majalengka, industri genteng banyak terlihat di
kanan kiri jalan. Industri genteng ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Jatiwangi.
Genteng keramik Jatiwangi cukup dikenal karena kualitasnya tidak kalah dengan genteng
Sokka di Jawa Tengah dan Karangpilang di Jawa Timur.

Menjamurnya pengusaha genteng tersebut menimbulkan permasalahan yang tidak


terelakkan. Pengusaha bermodal besar menguasai pasar, sementara pengusaha
bermodal kecil kalah dalam pemasaran. Koperasi yang diharapkan dapat menengahi
masalah ini tidak berfungsi. Selain itu, penerapan manajemen dari kebanyakan
pengusaha sendiri masih sangat tradisional. Sistemnya masih bersifat kekeluargaan dan
pembukuan yang rapi jarang dilakukan oleh sebagian besar pengusaha.

***
TANGAN penduduk Majalengka ternyata terampil. Selain industri bola sepak dan
genteng, juga dihasilkan produk anyaman rotan yang berkualitas ekspor. Bahan baku
rotan berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Kerajinan anyaman rotan banyak dijumpai
di tiap-tiap rumah di Kecamatan Leuwimunding, Sindangwangi, dan Sumberjaya. Selama
ini pemasarannya sudah sampai ke Singapura, Belanda, Jerman, Timur Tengah, dan
Amerika.
Kekayaan alam yang disimpan bumi Majalengka cukup besar dan kemampuan sumber
daya manusianya ulet serta terampil. Kedua komponen ini bisa menjadi modal utama
bagi Majalengka untuk mencapai cita-cita yang sekaligus menjadi semboyannya.
Sindangkasih Sugih Mukti yang berarti Majalengka (Sindangkasih) kaya dan
bahagia. (Yuliana Rini DY/ Litbang Kompas)

juga dihasilkan produk anyaman rotan yang berkualitas ekspor. Bahan


baku rotan berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Kerajinan anyaman
rotan banyak dijumpai di tiap-tiap rumah di Kecamatan Leuwimunding,
Sindangwangi, dan Sumberjaya. Selama ini pemasarannya sudah sampai
ke Singapura, Belanda, Jerman, Timur Tengah, dan Amerika

MAJALENGKA - Asosiasi Pengusaha Genteng Jatiwangi (APEGJA)


mengharapkan pemerintah daerah setempat menyiapkan peraturan daerah
yang mengatur tentang pemanfaatan produk lokal.
"Regulasi itu khususnya bisa diterapkan untuk industri maupun properti
lainnya yang ada di Majalengka terutama yang menggunakan uang Negara
untuk menggunakan produk lokal," kata Ketua Apegja H Apip dihadapan
anggota DPRD Majalengka dapil IV serta beberapa buruh pabrik genteng di
halaman pabrik Genteng Fajar Jatiwangi, Kamis (4/8).
Menurut Apip, peraturan daerah (perda) tersebut diharapkan mampu
memperkuat perlindungan produksi domestik di tengah persaingan usaha
yang ketat seperti sekarang ini.
"Sebab tanpa kesiapan maksimal pasar domestik akan terpuruk, karena
berpotensi didominasi produk luar seperti genteng baja ringan," kata dia.
Menurut dia, upaya kongkrit perlindungan terhadap produk lokal itu
misalnya diwujudkan dengan mewajibkan setiap usaha properti serta
industri di Majalengka untuk mengisi atap menggunakan genteng lokal,
atau buatan perajin genteng di Jatiwangi.

18 permasalahan genteng jatiwangi


"Misalnya mewajibkan 40-80 persen penggunaan produk lokal bagi hotel
atau pabrik," kata dia.
Hal senada juga diutarakan ketua Dewan penasihat Apegja, Ir H Iwan
Bambang Siswanto.
Dia mengatakan, dahulu ada sekitar 600 pengusaha genteng yang
tergabung dalam asosiasi tersebut.
Namun, sekarang terdapat penurunan drastis hingga jumlahnya mencapai
150 pengusaha yang masih bertahan, itupun tidak setiap hari produksi.
Iwan berharap, ada campur tangan Pemerintah Kabupaten Majalengka agar
pengusaha genteng yang tersisa tetap bisa bertahan dari gempuran baja
ringan yang semakin pesat di pasaran.
Apabila hal itu tidak dilakukan, Iwan menilai, nama genteng Jatiwangi yang
dulu terkenal hingga ke mancanegara lambat laun akan mulai punah.
“Kalau pemerintah beralasan tidak ada retribusi ke Pemkab sebenarnya itu
kurang tepat, dulu pernah dibahas dengan Dinas terkait mereka ingin
Seratus rupiah per satu unit genteng. Jangankan seratus rupiah, seribu pun
kami kasih, asal jelas ada take and gift-nya. Misalkan Pemkab membantu
memasarkan genteng milik pengusaha,” ujarnya.
Sebenarnya tidak ada alasan bagi Pemkab untuk tidak membantu
pengusaha genteng.
Banyak hal yang bisa dilakukan. Karena usaha genteng Jatiwangi
merupakan usaha tradisional yang sudah lama dan sekarang sedang
bertahan ditengah maraknya genteng moderen.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Majalengka, Tarsono D Mardiana
Ssos menyambut baik dengan adanya masukan dari pengusaha genteng.
Dikatakan dia, masalah punahnhya pabrik genteng menjadi tanggung jawab
bersama bukan hanya pengusaha dan pekerja saja, tetapi itu merupakan
tugas pemerintah juga.
Dijelaskan Tarsono, seandainya semua pabrik genteng di Jatiwangi
terancam bangkrut, itu akan berdampak pada tingginya angka
pengangguran di Majalengka.
Apalagi, Selama ini pabrik genteng memberikan lapangan pekerjaan dengan
mudah tanpa syarat apapun.
“Mari kita samakan presepsi, Saya pribadi sangat mendukung pentingnya
Pemkab Majalengka untuk mengeluarkan Kebijakan untuk melindungi
pengusaha lokal agar tetap bisa bertahan. Namun, hal itu perlu kerjasama
dan dukungan dari semua pihak baik dari pengusaha dan pemerintah untuk
duduk bersama memecahkan permasalahan ini,” ujarnya.
Acara juga dihadiri oleh beberapa anggota DPRD dari dapil IV meliputi
kecamatan Jatiwangi, Jatitujuh, Ligung, dan Kertajati. Adapun yang hadir
diantaranya, Iif Rivandi, Asep Saepudin, Sutrisno BE.(hsn)
Sumber : http://www.rakyatcirebon.co.id/…/pemda-diminta-lindungi-pro…

19 permasalahan genteng jatiwangi


Rabu, 02 November 2011

Genting sebagai bahan penutup atap dan berbagai


permasalahannya
Atap bangunan mempunyai peran yang sangat penting baik secara fungsional maupun secara
estetis.

Secara fungsional atap merupakan bagian yang paling besar perannya dalam memberikan
perlindungan terhadap iklim karena merupakan bagian bangunan yang paling banyak terpapar
panas dan hujan.

Sedangkan secara estetis, atap merupakan elemen yang sangat menentukan ciri atau karakter
suatu bangunan. Misalnya bentuk rumah gadang dan joglo, paling mudah dikenali dari bentukan
atapnya

Secara garis besar, atap bangunan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu jenis lembaran (roof
sheet), contohnya seng & sirap, serta jenis kepingan (roof tile) atau dikenal dengan istilah genting.

Pada tulisan kali, saya akan membahas berbagai permasalahan genting sebagai bahan penutup
atap

Dibandingkan dengan atap lembaran, atap genting mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
1.Merupakan insulasi panas yang baik, karena bahan yang tebal dan padat mampu meredam
rambatan panas. Karakter ini tentu sangat baik untuk menahan paparan terik matahari.
2. Merupakan insulasi suara yang baik, sehingga mengurangi kebisingan suara akibat terpaan air
hujan.
3.Memungkinkan pertukaran udara pada ruang di bawah atap. Ini terjadi karena atap genting
merupakan rangkaian kepingan yang memungkinkan udara lewat di antara kepingan-kepingan
atap. Dengan demikian, udara panas di bawah atap lebih leluasa berekspansi keluar.

Sedangkan kekurangan dari atap genting adalah :


1. Kemiringan atap harus curam, tidak dapat dipasang pada sudut atap landai. Ini terjadi karena
atap genting tersusun dari kepingan-kepingan sehingga sudut atap yang landai dapat
mengakibatkan bocor pada saat hujan.
2. Bobotnya berat, sehingga menuntut rangka atap yang lebih kuat, yang artinya membutuhkan
material rangka atap yang lebih banyak, dan selanjutnya biaya yang lebih besar
3. Lebih rentan terhadap kebocoran. Sekali lagi karena merupakan susunan dari kepingan-
kepingan, pemasangan genting menuntut ketelitian dan ketepatan. Jika ini tidak dilakukan, maka
interlocking antar kepingan tidak sempurna dan mengakibatkan kebocoran.

Dari segi bahan, ada berbagai jenis genting, antara lain genting tanah liat, genting keramik dan
genting beton.

20 permasalahan genteng jatiwangi


Genting tanah liat adalah jenis genting yang paling merakyat. Dibuat dari tanah liat yang dibakar
sehingga berwarna terracotta. Jika pembakaran kurang baik, genting ini akan rapuh atau mudah
pecah. Selain itu permukaan genting ini mudah ditumbuhi lumut setelah terpasang beberapa tahun,
sehingga menimbulkan warna kehitam-hitaman. Untuk mengatasi masalah lumut ini, seringkali
genting dicat sebelum dipasang.

Sama dengan genting tanah liat,


genting keramik juga terbuat dari tanah liat, namun pada permukaan atasnya ditambahkan lapisan
keramik sehingga mengilap dan tahan lumut. Kualitas pembakaran genting keramik lebih baik dari
genting tanah liat karena prosesnya dilakukan di pabrik, bukan di industrik rakyat seperti genting
tanah liat. Dengan demikian genting ini lebih keras dan tidak mudah pecah.

21 permasalahan genteng jatiwangi


Selanjutnya adalah genting beton,
yang tentu saja terbuat dari beton dengan finishing cat pada permukaan atas. Dari segi kekuatan,
genting ini lebih unggul dari genting tanah liat dan genting keramik. Bobotnyapun lebih berat.
Penampilan genting beton sangat dipengaruhi oleh halusnya hasil cetakan dan kualitas cat pada
permukaannya.

Bentuk kepingan genting beraneka ragam, gambar-gambar di atas sekedar contoh saja untuk
menggambarkan perbedaan penampilan masing-masing jenis genting. Namun yang pasti dalam
setiap kepingan pasti terdapat alur-alur untuk interlocking antar kepingan. Dan terakhir, perlu
diperhatikan juga, bahwa atap genting memerlukan asesoris-asesoris dalam pemasangan, yaitu
rabung dan genting penutup pinggir kiri dan kanan.

Demikian kira-kira plus minus dari pemakaian genting sebagai penutup atap. Pada kesempatan
selanjutnya saya akan menulis mengenai penutup atap lembaran (roof sheet). Kiranya bermanfaat
bagi teman-teman

sumber : http://rekaberu.blogspot.com

Kunjungan Ridwan Kamil Bahas Industri


Genteng Khas Jatiwangi Majalengka
BERITA DAERAH Sabtu 09 September 2017 | 15:12 WIB , Oleh Admin, Johan

22 permasalahan genteng jatiwangi


Ridwan Kamil kunjungi industri genteng Jatiwangi

MEGAPOLITANPOS.COM - Majalengka - Bakal Calon Gubernur Jawa Barat


yang juga menjabat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil hari ini bertandang ketiga
kota/Kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Cirebon selama dua
hari Sabtu - Minggu 9 - 10 September 2017.

Selama Kang Emil berkunjung ke Asosiasi Pengrajin dan Jatiwangi Art Factory
(JAF) sambari ngobrol santai tentang industri kreatif berpeluang go Internasional
dengan Ketua JAF dan pengrajin.

Saat Ridwan Kamil atau lebih akrab disapa Kang Emil ke Jatiwangi Art Factory
(JAF) mengatakan, maksud kedatangan dirinya untuk mencari persoalan atau hal
yang berkaitan dengan industri genteng yang kondisi peminat dari pemakai
(konsumen) semakin menurun, dari itu ia menyarankan pada penggerak industri
genteng untuk bisa menjadi industri yang lainnya tidak hanya membuat genteng
tapi bisa di buat kerajinan ataupun yang lainnya.

”Untuk industri genteng kita akan coba untuk pengolahan tanah liatnya
menjadi industri yang lain akan tetapi tetap tidak menghilangkan khas Jatiwangi
dengan kota produksi gentengnya." Katanya saat di JAF. Sabtu, (09/9).

Untuk itu ingin belajar persoalan tersebut sehingga setiap permasalahan akan di
selesaikan, dimana background beliau di bidang dunia kreatif dimana
permasalah yang ada di jadikan sebuah kretifitas.

Kang Emil menguraikan, pembangunan yang paling penting adalah


pembangunan manusianya (Human Development) karena pembangunan
ekonomi tidak dapat di jadikan tolak ukur kemajuan kalau manusianya sendiri
tidak bahagia.

Menurutnya, beberapa program terobosannya di Wilayah Bandung sudah

23 permasalahan genteng jatiwangi


dilakukan, rencana kedepan akan memberikan pelatihan kepada pengrajin
genteng di Jatiwangi kearah yang spesifikasi karena tanah liat tidak hanya untuk
dibuat genteng saja.

Untuk itu ia berjanji nanti akan mengirimkan utusan tim kreatif terlepas dari
terpilih atau tidak terpilihnya sebagai Gubernur. ** (Sigit)

Rabu, 14 September 2011

sekilas proses pembuatan genteng

TAHAPAN AWAL

Proses pembuatan genteng diawali dengan pengolahan bahan


mentah berupa tanah
Pengambilan tanah sebagai bahan baku genteng harus berasaskan kelestarian lingkungan
Bagian lapisan paling atas dari tanah yaitu bunga tanah tidak digunakan sebagai bahan
pembuat genteng, hal ini dikarenakan kandungan humus dan unsur hara yang sangat
baik untuk tanaman.
Pengambilan tanah dilakukan dengan cara menyingkirkan lapisan bunga tanah, dan
tanah yang diambil adalah tanah dibagian bawah bunga tanah yaitu kurang lebih
kedalaman 25 cm dari permukaan tanah.
Pengambilan pun dijaga supaya tidak lebih dari kedalaman satu meter sebagai upaya
terhadap pelestarian lingkungan.
Proses selanjutnya adalah pembersihan tanah dari material-material pengotor seperti
batu, plastik, sampah dll.
Setelah cukup bersih tanah kemudian diaduk dengan menambahkan air.

24 permasalahan genteng jatiwangi


PENGOLAHAN TANAH LIAT

Setelah didapatkan tanah liat, proses selanjutnya adalah penggilingan.


Tujuan dari proses ini adalah untuk memperoleh tanah liat yang homogen dengan
partikel-partikel yang lebih halus dan merata.
Proses penggilingan dilakukan dengan cara memasukkan tanah liat ke dalam mesin
penggiling tanah atau lebih dikenal dengan nama molen,
pada proses ini juga ditambahkan sedikit pasir laut.
Tujuan penambahan pasir laut adalah supaya tanah tidak terlalu lembek sehingga
mempermudah proses penggilingan.
Penggilingan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan output berupa tanah liat
yang telah tercetak kotak-kotak sesuai dengan ukuran genteng yang akan dibuat. Kotak-
kotak tanah liat ini biasa dinamakan keweh.
Keweh inilah yang pada nantinya merupakan bahan baku sebagai pembuatan genteng.

PENCETAKAN GENTENG

Proses selanjutnya adalah pencetakan genteng.


Pencetakan genteng dilakukan dengan cara memasukkan keweh ke dalam mesin cetak
berupa mesin press ulir. Sebelum dimasukkan, pipihkan dulu kuweh dengan cara
dipukul-pukul dengan kayu atau biasa dikenal dengan gebleg. Tujuan dari gebleg adalah
mendapatkan keweh yang padat dan juga sesuai dengan ukuran mesin press.

Output dari mesin press ini berupa genteng basah dengan bentuk yang masih belum
rapi.
Proses selanjutnya adalah perapihan dimana bagian tepi genteng diratakan dan
dibersihkan dari sisa-sisa tanah liat yang masih menempel akibat proses pengepressan.

PENGERINGAN

25 permasalahan genteng jatiwangi


Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses pengeringan genteng.
Yang pertama adalah proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan. Dimana
genteng hasil pengepressan diletakan di dalam rak dalam waktu 2 hari.

Proses pengeringan selanjutnya adalah pengeringan


dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menjemur
genteng secara langsung di bawah terik matahari selama kurang lebih 6 jam.

PROSES PENGERINGAN

Pengeringan genteng selanjutnya berlangsung di dalam


tungku. Pengeringan dalam tungku berlangsung selama 2 hari atau 48 jam. Pengeringan
dilakukan dengan cara memasukkan genteng ke dalam tungku kemudian dipanaskan
dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu. Pengeringan ini merupakan
pengeringan tahap akhir. Pengeringan ini juga sebagai pra pembakaran.

Proses selanjutnya adalah pembakaran. Pembakaran berlangsung selama 12 jam dimana


suhu ditingkatkan sampai dengan kurang lebih 800 derajat celcius kemudian ditahan
pada suhu tersebut.

PENGGLASURAN

Output dari tungku adalah genteng yang siap pakai, setelah disortir terlebih dahulu

26 permasalahan genteng jatiwangi


tentunya. Untuk genteng ini biasa dinamakan genteng natural, tergantung dari jenisnya.
Pada proses kali ini adalah proses untuk pembuatan genteng morando, so dinamakan
genteng morando natural.
Untuk proses selanjutnya adalah pengglasuran. Glassur berasal dari kata glass yang
berarti kaca secara harfiah dapat juga dikatakan proses pengglasuran adalah
penambahan lapisan kaca pada permukaan genteng, relatif sama dengan proses coating.
Tujuan dari pengglasuran adalah supaya kenampakan genteng yang lebih indah dan
artistik.

Disamping itu dengan adanya lapisan glassur juga


dapat menghindarkan genteng dari lumut.
Bahan utama glassur adalah lead oksid atau pbo dengan penambahan matrik berupa
fritz atau tepung kaca, penambahan sedikit kwarsa akan meningkatkan kekerasan.
Bahan bahan glasur diaduk dengan air sebagai bahan pelarut sampai merata. Adonan
bahan glasur kemudian dituangkan ke atas permukaan genteng dengan ketebalan
tertentu.
Diamkan beberapa saat kemudian masukkan kedalam tungku untuk proses pembakaran
tahap 2.

PEMBAKARAN TAHAP II

Proses selanjutnya adalah pembakaran tahap ke 2.


Genteng natural yang telah dilapisi bahan glazur segera dimasukkan ke dalam tungku
untuk mengalami proses pembakaran. Pembakaran tahap 1 dan 2 relatif sama yang
membedakan adalah pada proses pembakaran tahap 2 tidak didahului dengan
penggarangan. Pembakaran tahap 2 berlangsung selama 13 jam dengan suhu
pembakaran dijaga supaya konstan pada suhu 900 derajat celcius.

TAHAPAN TERAKHIR

27 permasalahan genteng jatiwangi


Tahap yang terakhir
pada proses produksi genteng glasur adalah finishing. Output dari pembakaran tahap 2
berupa genteng glasur yang belum rapi, oleh karena itu diperlukan finishing sebelum
genteng siap dipasarkan. Finishing yang dilakukan meliputi pengikiran pada tepi genteng,
pengikiran bertujuan untuk merapikan permukaan genteng. Kemudian pengecatan yang
bertujuan untuk menutupi bagian samping genteng yang tidak dapat tertutup oleh
lapisan glasur. Dan yang terakhir adalah pengepakan, genteng diikat dengan striping
band dengan jumlah sepuluh, selain supaya rapi pengepakan ini juga akan memudahkan
pengangkutan genteng.

Genteng Jatiwangi
Genteng Jatiwangi menawarkan produk genteng keramik Jatiwangi dengan
kualitas terbaik dan senantiasa menjaga kualitas produk untuk kepusan
pelanggan. Produk kami sudah sangat dipercaya oleh banyak pengguna yang
sangat memperhatikan kualitas dan telah digunakan di banyak jenis bangunan
seperti hotel berbintang di Bali & Lombok, bangunan gedung pemerintahan
seperti rumah sakit, perumahan, rumah pribadi dan bangunan lainnya.

28 permasalahan genteng jatiwangi


Genteng Jatiwangi adalah produk material berkualitas yang sudah diuji oleh
zaman. Pada masanya, hampir seluruh genteng yang digunakan oleh rumah-
rumah penduduk di Jawa Barat bahkan daerah lain di sekitarnya adalah produk
Jatiwangi. Banyak keunggulan genteng keramik dibandingkan dengan genteng
beton, diantaranya warna yang beragam dan tahan lama, sistem glazur pada
genteng keramik dilakukan dengan melalui proses pembakaran dengan suhu
lebih dari 1.000 derajat celcius, berbeda dengan genteng beton yang biasanya
hanya melalui proses pengecatan. Sistim glazur ini juga menyebabkan genteng
terbebas dari lumut, warna yang mengkilap sehingga dapat memantulkan panas
serta mempercantik bangunan.

Di saat hujan daya serap genteng keramik terhadap air jauh lebih kecil dari
genteng beton, sehingga beban terhadap rangka atap tidak bertambah serta
memperpanjang umur rangka dan genteng itu sendiri. Genteng keramik juga
lebih kuat dan tahan pecah.

Untuk informasi, pertanyaan, pemesanan dan lain-lain silahkan hubungi


kami di nomor 081321536318(Telepon / WA / SMS)

Wates Bermedia
Membangun Desa
19/02/2015
Add Comment
1.106 Views
9 min read

29 permasalahan genteng jatiwangi


Saung Dusun Wates, tempat pelaksanaan workshop akumassa.

Written by Manshur Zikri


Tulisan pengantar workshop akumassa Jatiwangi [Direvisi 19 Februari, 2015,
16:08].

30 permasalahan genteng jatiwangi


D i Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Majalengka, terdapat sebuah dusun
bernama Dusun Wates. Dusun ini terletak di bagian Utara desa dan
berbatasan langsung dengan Kecamatan Ligung, diantarai oleh kali kecil dan
sawah. Kata ‘wates’ sendiri berasal dari Bahasa Sunda, berarti ‘batas’ dalam
Bahasa Indonesia.

31 permasalahan genteng jatiwangi


Peta Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, dan perbatasannya, menurut Google
Map.

Pembagian wilayah dengan batas kawasan tertentu merupakan salah satu


program pemerintah untuk menata kehidupan warga negaranya. Seiring
dengan wacana modernitas, pemekaran suatu kawasan yang dibagi menjadi
wilayah-wilayah administratif adalah bentuk dampak yang wajar dari
perkembangan kehidupan masyarakat itu sendiri: peningkatan jumlah
penduduk, taraf hidup dan pembangunan infrastruktur desa hingga
kota/kabupaten. Di tengah perkembangan ini, narasi-narasi kecil di setiap
wilayah terus ada—pada waktu tertentu juga bergesekan—berdampingan
dengan arus zaman dan kepentingan-kepentingan di sekitar konstelasi sosial,
ekonomi, politik dan budaya yang mengiringinya. Tidak terkecuali Dusun
Wates, yang sejak puluhan tahun lalu, masih berurusan dengan persoalan
sengketa tanah yang belum juga selesai hingga detik ini.

32 permasalahan genteng jatiwangi


Markas Jatiwangi Art Factory (JaF).

Ketika saya dan Otty, Direktur Program akumassa Forum Lenteng, datang ke
markas Jatiwangi Art Factory (JaF)—sebuah komunitas seni dan budaya yang
berada di Desa Jatisura—untuk merencanakan kegiatan workshop
akumassauntuk daerah ini, Ginggi (biasa dipanggil Pak Kuwu) dan Arief
(pendiri JaF) banyak mengulas persoalan tanah. Isu ini memang telah menjadi
perhatian utama dari para penggerak komunitas lokal di Majalengka itu.
Sebagaimana yang pernah ditulis Ismal:

“Sekalinya menginjak tanah di Jatiwangi maka akan


terus berurusan dengan tanah. Dua puluh tahun
lalu, urusan itu sangat serius. Tanah adalah emas
baru. Banyak orang-orang Jatiwangi yang kemudian
menjadi kaya raya dengan…membakar tanah…
untuk dijual. Jatiwangi merupakan salah satu
penghasil genteng terbesar se-Asia Tenggara.
Melambungnya bisnis properti di Indonesia pada
dekade 1980-1990-an, secara otomatis, membuat
industri genteng di Jatiwangi ikut tancap gas.…
Persaingan industri memicu kondisi sosial yang

33 permasalahan genteng jatiwangi


‘memanas’: premanisme, perang antar desa hingga
penjarahan.”1

Pabrik Genteng H. Nani yang terletak di Dusun Wates.

Jatiwangi memang terkenal dengan fenomena pabrik gentengnya. Kecamatan


Jatiwangi menghasilkan ragam model genteng, seperti palentong, mardional,
morando dan turbo. Selain Desa Jatisura, ada juga desa penghasil genteng,
bernama Desa Burujul Wetan, yang disebut-sebut sebagai penghasil genteng
Jatiwangi terbaik. Di Desa Jatisura, Dusun Wates merupakan lokasi penghasil
genteng terbesar dan kualitas terbaik, yang salah satunya diindikasi dari hasil
produksi pabrik genteng yang dikelola oleh H. Nani.

Selain fenomena genteng, isu tanah yang berkembang di Jatiwangi bukan


semata persoalan yang berkaitan dengan masalah ekonomi, tetapi juga
bersangkutpaut dengan kesadaran filosofis tentang bagaimana manusia di
masa kini menghargai warisan leluhur akan sebuah landasan di mana kita
dapat berpijak dan mengembangkan kehidupan. Bagaimana pun terjadinya
gejolak zaman, manusia tidak akan pernah lepas dari tanah.

34 permasalahan genteng jatiwangi


Terowongan Tol Cikampek – Palimanan, salah satu pembangunan yang
berdampak bagi kehidupan warga di Majalengka.

Berbicara soal tanah dan kaitannya dengan pembangunan, kita tahu bahwa
sejak tahun 2006, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah merencanakan
pembangunan Bandar Udara Internasional yang baru di Majalengka dalam
rangka menyesuaikan potensi jalur lalu lintas bagi masyarakat pengguna jasa
penerbangan dan kargo.2 Realisasi dari pembangunan bandara itu kemudian
dirintis sejak tahun 2008 di Kecamatan Kertajati 3 dan ditargetkan akan dapat
beroperasi di tahun 2017.4 Agenda ini sangat didukung oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Majalengka5 dan bahkan pada Bulan Oktober
2014, pembebasan lahan Bandara Kertajati sudah mencapai 80%.6 Pembuatan
bandara tersebut, tentu saja akan berdampak juga bagi kehidupan warga di
Jatiwangi yang berjarak lebih kurang setengah jam jika ditempuh
menggunakan kendaraan bermotor dari Kertajati. Di area dekat Dusun Wates,
terdapat Lanud Sugiri Sukani yang berkemungkinan besar akan meningkatkan
kualitas lapangan udaranya untuk menyesuaikan infrastruktur demi
menyokong bandara kelas internasional. Peningkatan kualitas itu akan
berhadapan dengan persoalan sengketa tanah antara warga di beberapa
desa7 dan TNI Angkata Udara yang mengklaim daerah tersebut.

35 permasalahan genteng jatiwangi


Lumbung Padi di Desa Jatisura.

Menurut kisah-kisah orang tua, sengketa tanah di Wates bermula dari


kedatangan penjajah Jepang ke Majalengka di tahun 1942. Saya mendengar
cerita ini dari warga dusun tersebut pada Jum’at Malam, 13 Februari, 2015,
saat kami berkumpul di saung yang baru saja mereka bangun sebagai salah
satu pusat kegiatan warga. Pak Maman (Kepala Dusun), Pak Iing dan Pak Didik
bercerita bahwa di masa perjuangan kemerdekaan, Jepang merampas tanah
milik penduduk seluas lebih kurang seribu hektar untuk dijadikan pangkalan
militer. Penduduk desa-desa di area tanah itu dipindah-pindahkan oleh tentara
Jepang, kecuali warga di Dusun Wates. Mereka justru pindah sendiri karena
ketakutan dengan aktivitas perang. Konon, warga di dusun itu sempat-
sempatnya menggotong rumah panggung milik mereka agar bisa ditempati di
area pengungsian.

Di tahun 1949, setelah Indonesia merdeka, ketika masyarakat asli tanah


tersebut belum berani kembali, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI,
sebutan TNI AU saat itu) terlanjur menempati kawasan tersebut dan
menjadikannya lapangan udara (yang kini dikenal sebagai Lanud Sugiri
Sukani). Konflik soal kepemilikan tanah pun terjadi saat penduduk desa
mencoba kembali bertempat tinggal di area itu. Begitu pula dengan warga
Dusun Wates. Area tanah di dusun mereka, tanpa ada pemberitahuan apa
pun, telah dipatok-patok oleh AURI sebagai bentuk klaim kepemilikan atas
tanah tersebut.

36 permasalahan genteng jatiwangi


Salah satu titik lokasi yang menjadi sengketa tanah.

Ada yang bilang bahwa TNI AU berhak karena tanah itu adalah rampasan
perang. Tapi warga Dusun Wates, sejak dulu hingga sekarang, percaya bahwa
tanah di dusun mereka tidak pernah diduduki oleh Jepang. Dalam lirik sebuah
lagu lokal berbahasa Sunda yang dikenal masyarakat setempat pun, hanya
tujuh desa yang disebut pernah diduduki Jepang. Nama Wates tidak ada.
Namun, klaim TNI AU seakan tak bisa disangkal ketika mereka mengeluarkan
surat Kepala Staf Angkata Udara (KSAU) Nomor 1140/A/C, tanggal 29 Maret,
1951, yang menyatakan bahwa semua tanah yang disengketakan ini berasal
dari ML (singkatan dari Militaire Luchtvaart, yakni tanah penerbangan militer
peninggalan Belanda)8 meskipun Belanda juga tidak pernah menduduki tanah
di Wates. Menurut logika saya, wajar saja jika warga Wates tidak terima klaim
TNI AU tersebut.

37 permasalahan genteng jatiwangi


Foto dokumentasi warga Dusun Wates yang berdemonstrasi ke Istana
Merdeka, milik Pak Iing.

Berbagai usaha telah dilakukan warga untuk menyelesaikan sengketa itu.


Mulai dari mengadu ke Ombudsman (yang tidak ditanggapi dengan
memuaskan) hingga mengirim kado akhir tahun kepada Jokowi di Istana
berupa surat pengaduan yang menuntut pemerintah untuk mau meninjau
ulang persoalan sengketa tanah di kampung mereka. 9 Namun, usaha-usaha
penyelesaian dari kedua belah pihak ini belum lagi mencapai titik temu, titik
terang pun belum sama sekali.

38 permasalahan genteng jatiwangi


Papan promosi usaha Kampung Kuliner Dusun Wates.

39 permasalahan genteng jatiwangi


Stok jahe yang akan siap dibagi-bagikan ke warga untuk ditanam di kebun
rumah masing-masing.

Menariknya, di tengah perhatian mereka terhadap sengketa tanah itu, warga


Dusun Wates tidak berhenti membangun wilayah lokalnya. Mereka
menyelenggarakan banyak kegiatan kolektif (gotong-royong) yang kreatif
untuk mengembangkan usaha perkebunan, perdagangan (kampung kuliner)
dan pertanian.

Lumbung Padi yang berdiri di “tanah segitiga”.

Di depan balai kampung Dusun Wates, melintas Jalan Lanud Sukani, dan di
seberangnya terdapat petak sawah yang disebut oleh warga sebagai “tanah
segitiga”. Saya perhatikan, bentuknya mirip seperti segitiga sama kaki. Kaki
yang satu dibentuk oleh Jalan Lanud Sukani, dan kaki yang lain dibentuk oleh
sebuah jalan yang jika ditelusuri, dapat menuju Kampung Pilangsari
(Kecamatan Jatitujuh). Sedangkan sisi yang terakhir berbatasan dengan desa
tetangga. Warga telah mendirikan lumbung padi di sudut sawah itu meskipun
pada saat pembangunannya, sempat menjadi polemik di antara pihak yang
saling mengklaim tanah tersebut.10 Menurut saya, di “tanah segitiga” itu
warga Desa Jatisura—terwakili oleh warga Dusun Wates—sedang mendirikan
tonggak haknya: berdirinya sebuah lumbung padi yang pada saat musim
panen nanti akan membuktikan bahwa persoalan tanah adalah masalah hajat
hidup warga.

40 permasalahan genteng jatiwangi


Sketsa lokasi “tanah segitiga” dan balai kampung Dusun Wates, berdasarkan
observasi saya di lokasi dan keterangan dari cerita Pak Iing, Pak Ujang, Pak
Didik, Mas An, Pak Maman, dan Paku Kuwu.

Forum Lenteng, bekerjasama dengan Jatiwangi Art Factory,


menyelenggarakan workshop akumassa di Dusun Wates untuk
mengembangkan jaringan kesadaran media demi kemajuan masyarakat.
Setelah apa yang dilakukan oleh JaF melalui program-program pemberdayaan
medianya untuk warga di Jatiwangi, metode yang

41 permasalahan genteng jatiwangi


dikembangkan akumassa akan menjadi pelengkap dan peluas wawasan warga
dalam memahami aksi literasi media. Program akumassa Forum Lenteng
berpeluang menjadi katalisator bagi pengembangan desa, terutama di bidang
pengelolaan media warga.

Aktivisme warga melalui media akan dapat melipatgandakan dampak positif


dari kegiatan kolektif warga tersebut sekaligus juga menjadi wadah refleksi
warga itu sendiri. Dengan mengelola media, warga akan terdorong unutuk
memahami persoalan-persoalan di wilayah lokalnya secara lebih mendalam
serta mengembangkan jaringan lebih luas ke luar wilayah Jatiwangi.

Saung Dusun Wates, tempat pelaksanaan workshop akumassa.

Melalui tulisan pengantar ini, kami, Organisasi Forum Lenteng, menyambut


hangat dan semangat warga Jatiwangi, khususnya Dusun Wates, untuk terlibat
di dalam Program akumassa. Harapannya, hasil dari workshop ini dapat
bermanfaat bagi warga Dusun Wates, Desa Jatisura, Jatiwangi dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan lokalnya.

Selamat bergabung, Kawan-kawan! Mari kita bersukacita membangun desa


dengan media!

42 permasalahan genteng jatiwangi


43 permasalahan genteng jatiwangi

Anda mungkin juga menyukai