Anda di halaman 1dari 14

CARPAL TUNNEL SYNDROME

A. Pengertian
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan syndrome yang disebabkan karena tekanan pada
nervus median dari pergelangan tangan (Barbara C Long, 1996 : hal 333)
Penyempitan pada terowongan karpal karena edema fasia atau kelainan pada tulang – tulang
kecil tangan.
Penekanan terhadap nervus medianus. Kelemahan pada tangan disertai nyeri pada daerah
ditribusi nervus medianus
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline, Carpal Tunnel
Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari nervus medianus di tingkat pergelangan tangan,
ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi saraf
di tingkat itu. CTS dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini
ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot.
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena
penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit local. (American Academy of Orthopaedic
Surgeons. Clinical Practice Guideline On The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 2007)

B. Etiologi
Pembengkakan di terowongan karpal dapat disebabkan oleh faktor keturunan, diabetes, masalah
tiroid, patah tulang atau arthritis. Retensi cairan selama kehamilan jugaberesiko menimbulkan
gejala CTS seperti kesemutan, mati rasa atau kebas, kehilangan kekuatan genggam serta nyeri,
tetapi gejala ini biasanya akan hilang setelah melahirkan. Gerakan tangan berulang-ulang dan
kegiatan yang melibatkan menggenggam, meremas atau kliping bisa membuat gejala lebih
buruk, tetapi bagi kebanyakan orang penyebab sebenarnya tidak jelas.
Pada kasus yang lain etiologinya adalah:
-Herediter : neuropatiherediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya HMSN
(hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
-Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan.
Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangantangan.
- Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-
ulang.
- Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis
- Metabolik : amiloidosis, gout.
- Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes melitus, hipotiroidi, kehamilan.
- Neoplasma : kista ganglion, lipoma, infiltrasimetastase, mieloma.
- Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgiareumatika, skleroderma, lupus
eritematosussistemik.
- Degeneratif : osteoartritis.
- Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma,
komplikasi dari terapi anti koagulan.

C. Manifestasi Klinis
Penderita carpal tunnel syndromakan mengalami berbagai gejala. Awal gejala yang dialami oleh
penderita berupa gangguan sensorik seperti; parestesia, kurang merasa (numbness) atau merasa
seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1 sampai 3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai
dengan distribusi sensorik nervus medianus bahkan terkadang akan terasa seperti terkena seluruh
jari-jari. Akan terjadi gangguan motorik jika terjadi dalam keadaan berat.
Menurut Komar dan Ford Perlu diketahui bahwa ada dua bentUK CTS yaitu CTS akut dan CTS
kronis. CTS akut memiliki gejala seperti nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan,
tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari
rasa sakit dan perih.Sedangkan CTS kronis memiliki gejala disfungsi sensorik yang
mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan trofik.Nyeri proksimal mungkin ada
dalam CTS. Pada malam hari penderita CTS akan sering mengalami kesemutan.
Selain gejala diatas, ada gejala lainnya seperti nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat
pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri yang
dialami oleh penderita akan berkurang sedikit jika penderita memijat atau menggerak-gerakan
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Selain itu, rasa nyeri
akan berkurang juga bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Perlu diketahui
bahwa CTS harus ditangani, apabila tidak segera ditangani dengan baik akan membuat penderita
kurang terampil dalam melakukan sesuatu khususnya seperti memungut benda-benda kecil serta
kelemahan pada tangan akan terjadi seperti penderita mengalami kesulitan saat menggenggam.
D. Anatomi dan Fisiologi
Canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan.Sembilan ruas tendon
fleksor dan saraf medianus yang berjalan dalam canalis carpi dikelilingi dan dibentuk oleh tiga
sisi dari tulang–tulang carpal.Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan
pada jari–jari tangan.
Jari tangan dan otot–otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon–tendonnya berorigo
pada epicondilus medial pada region cubiti dan berinsersi pada tulang–tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol.
Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
dalam pergelangan tangan dan berlanjut kebagian lengan bawah di region cubiti sekitar 3 cm.
Pada carpal tunnel saraf medianus bercabang menjadi komponen radial dan ulna.
Komponen radial dari saraf medianus akan menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar
jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m.abductor pollicisbrevis, m.opponenspollicis,
dan bagian atas dari m.flexor pollicisbrevis.Komponen ulnaris dari saraf medianus memberikan
cabang sensorik kepermukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat.
Tertekannya saraf medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi.
Penekanan terhadap saraf medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum
carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, yaitu kelemahan pada otot fleksor
pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan
hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal
saraf medianus.
Pathway Carpal Tunnel Syndrome

Kehamilan
Autoimmune Hipotiroidisme Diabetes Melitus
Vaskular
(Rheumatoid arthritis,
Skelroderma, Lupus, Idiopatik
Sjorgen Syndrome)
↑Konsentrasi hormone &
Myxedema pada Endapan produk AGE
Tekanan pada vena cava Trombosis arteri
kanal karpal dalam jaringan ikat
inferior mengarah ke median
jaringan Edema

Penebalan Fleksor Retriakulum

↑Tekanan Internal Kanal Karpal

Tekanan terhadap nervus medianus

Nyeri ↑Tekanan Intravaskuler

Aliran darah vena intravaskuler melambat

Gangguan Sirkulasi Pembuluh darah

Suplai Nutrisi Intravaskular Terganggu

Kerusakan endotel → Kebocoran Protein

Penekanan Pembuluh Darah Edema epineural Sawar darah saraf terganggu

Ketidakefektifan perfusi Kelebihan Volume Kerusakan pada saraf


jaringan perifer cairan

Fungsi sendi pergelangan jari dan setengah sisi


radial jari menurun

Gangguan mobilitas
fisik
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis CTS dapat diketahui melalui gejala-gejala yang ada, melalui pemeriksaan fisik
menyeluruh pada penderita (dengan memperhatikan fungsi, motorik, sensorik dan otonom
tangan), pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik), pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Menegakkan diagnosa CTS dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan, seperti;
1. Pemeriksaan fisik
a) Phalen’s test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal selama 60 detik.
Jika dalam waktu tersebut muncul gejala dari CTS maka diagnosa tersebut dapat ditegakkan.

b) Tourniquet test : Pemeriksaan ini dilakukan dengan pemasangan tourniquet yang


menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam
1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
c) Tinel's sign : Tes ini akan mendukung diagnosa jika timbul parestesia (kesemutan) atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus ketika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan
posisi tangan sedikit dorsofleksi.
d) Flick's sign : Penderita diminta untuk mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-
jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang maka hal itu akan menegakkan diagnosa CTS.
Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
f) Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat
dynamometer.
g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 1
menit timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari.
Bila dalam waktu kurang dari 2 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada
botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes
dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnosa
k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnosa CTS.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pada pemeriksaan EMG menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan
berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Perlu diketahui bahwa ada beberapa kasus
tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG normal biasa pada 31% kasus CTS.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS) pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS
akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan
pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada
penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya
penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif
terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf
median di carpal tunnel proksimal yang sensitif dan spesifik untuk CTS.
4. Pemeriksaan Laboratorium
• Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan
yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon
tiroid ataupun darah lengkap (Rambe,2004).
• Test laboratorium Pemeriksaan kadar gula darah, test ini di lakukan untuk pemeriksaan
diabetes- Diabetes merupakan salah satu penyakit silent killer yang bisa menyerang siapa saja
tanpa pandang umur, bahkan anak-anak sekalipun, meskipun hal ini jarang terjadi.
Diabetes akan sangat berbahaya jika sudah menimbulkan komplikasi spesifik seperti retinopati (
disa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis ( bisa menyebabkan stroke ),
gangren,dan penyekit arteria koronaria (coronary artery disease).Maka dari itu perlunya
pemeriksaan kadar gula darah bagi yang terkena penyakit carpal tunnel sindrome (CTS) degan
tujuan agar perawat dan dokter mengetahui apakah si pasien ini terkena penyakit diabetes atau
tidak serta hasil lab ini juga dapat membantu perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada
pasien.
Laboratorium dan Data Penunjang
- Perubahan pada kulit dapat mengindikasikan masalah muskuloskeletal, seperti penyusutan pada
otot tenar (permukaan telapak tangan, di bagian dasar ibu jari) dapat mengindikasikan carpal
tunnel syndrome.

- Elektromielogram dan Uji Prosedur ini memasukkan elektrode kecil padaKonduksi Saraf
(EMG/NCT) jalur saraf dan menstimulasi saraf untuk menginervasi otot sambil mengukur
kontraksi otot sambil mengukur kontraksi otot. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi
seperti CTS

F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Bahrudin (2011) penatalaksanaan CTS tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit endokrin,
hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati (seperti dikutip dalam
Tyas, n.d.)
1.Medikamentosa
Menurut George(2009) terdapat beberapa terapi terhadap CTS yang masih dipergunakan hingga
saat ini, antara lain:
a)Injeksi Kortikosteroid Lokal, injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala
CTS secara temporer dalam waktu yang singkat. Metilprednisolon atau hidrokortison bisa
disuntikkan langsung ke carpal tunnel untuk menghilangkan nyeri.
Injeksi kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, sehingga mengurangi tekanan pada nervus
medianus. Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu yang panjang
(George, 2009).
Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg
diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum nomor 23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus
palmaris longus. Sementara suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau
empat suntikan.
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
b)Vitamin B6 (Piridoksin), beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab CTS adalah
defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mgselama 3
bulan/hari. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak
bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar.
Namun pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
c)Obat Antiinflamasi Non-Steroid (NSAID),obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi
inflamasi dan membantu menghilangkan nyeri.Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan
nyeri ringan sampai sedang.Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah ibuprofen.Pilihan
lainnya yaitu ketoprofen dan naproxen (seperti dikutip dalam Tyas, n.d.)

2.Non-medikamentosa
Menurut Bahrudin (2011), kasus ringan selain bisa diobati dengan obat anti inflamasi non-steroid
(OAINS) juga bisa menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan
dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama ada gerak
berulang. Jika tidak efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk
meringankan kompresi. Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
a)Terapi langsung terhadap CTS
1)TerapiKonservatif
I. Istirahatkan pergelangan tangan.
II. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-menerus
atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
III.Nerve Gliding yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan dari ekstremitas atas
dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan
lain dari ekstremitas atas. Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem
saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan meluncur saraf mungkin
memiliki efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran pembuluh darah dan
axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksi
singkat.
IV. Fisioterapi yang ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan
2)Terapi Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif
atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS
bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat
sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak
dilakukan bila terapi konservatif gagal (seperti dikutip dalam Tyas, n.d.)

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di
daerah distribusi nervus medianus.Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic
dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan
trofik.Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif
cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada.Bila terjadi kekambuhan,
prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulang kembali (Ashworth, 2013).

H. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Bila keadaan tidak
membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi harus dilakukan. Secara umum
prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah
lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap (Bahrudin, 2011). Bila setelah
dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali
kemungkinan berikut ini (Bahrudin, 2011):
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus
terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan,
infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. Sekalipun prognosa CTS dengan terapi
konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada.
Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
(seperti dikutip dalam Tyas, n.d.)

Pengkajian
1. Data Subyektif
Gejala yang dikeluhkan pasien adalah dari adanya kompresi syaraf median diantaranya :
a. Episode rasa nyeri yang panas atau rasa nyeri yang berdenyut pada tangan dan keluhan
berkurang bila mengguncang tangan atau dengan menggerakkan tangan
b. Hyposthesia pada ibu jari, jari telunjuk dan jari manis, lebih-lebih setelah fleksi pergelangan
yang dipaksakan, karena seperti menjahit atau memegang buku
c. Perasaan bengkak pada area yang terkena
d. Mengeluhkan kesukaran mengambil atau memegang benda yang kecil, terasa kaku.
2. Data Obyektif
a. Tidak terdapat pembengkakan tangan, pergelangan atau jari
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1 MK: nyeri TUJUAN : Setelah di NIC :
DS:mengunkapakan lakukan intervensi selama1. Kaji kualitas nyeri yang 1. Untuk menentukan tingat
secara verbal/ 1x24 jam nyeri berkurang. komprehensif, meliputi : lokasi, keparahan serta membantu
melaporkan ddengan NOC : karakteristik, durasi, kualitas, dalam pengambilan
isyarat tentang nyeri 1. Nyeri berkurang.1- 3 keparahan, dan faktor keputusan selanjutnya.
yang di rasakan. 2. Mengenali faktor presipitasinya.
P: penyebab dan 2. Berikan informasi tentang nyeri, 2. Pengetahuan pasien
Q: menggunakan tindakan seperti penyebab, seberapa lama mengenai masalah kesehatan
R : Jari tangan untuk mencegah nyeri. akan berlangsung, serta cara nyeri membantu dalam
S : 5-6 3. Melaporkan kesejahteraan mengantisipasi nyeri tersebut. menemukan cara
T : Menetap. fisik dan psikologis. mengantisipasi nyeri.
DO: gerakan 4. Menunjukkan tekhnik 3. Ajarkan penggunaan tekhnik non3. Tehnik distraksi dan
menghindari relaksasi secara individual farmakologi untuk relaksasi membantu
rangsangan nyeri yang efektif untuk mengendalikan nyeri (distraksi meredakan nyeri.
Wajah meringis mencapai kenyamanan dan relaksasi).

4. Kolaborasi pemberian analgetik. 4. Analgetik berfungsi


meredakan nyeri.
2 MK: Gangguan TUJUAN : setelah di NIC : RASIONAL:
mobilitas fisik lakukan tindakan selama 31. Ajarkan pasien tentang dan 1. Membantu pasien dalam
DS : Px mengatakan x 24 jam mobilitas fisik pantau penggunaan alat bantu melakukan aktifitas.
sukit bergerak. pasien mulai membaik. mobilitas
Do : NOC : 2. Ajarkan dan bantu pasien dalam 2. Menghindari cedera akibat
- Px kesulitan bergerak.
1. Menunjukkan penggunaan proses perpindahan. kurangnya pengetahuan
- Px dibantu keluarga alat bantu secara benar mengenai mobilisasi.
saat beraktivitas. dengan pengawasan 3. Ajarkan dan dukung pasien 3. Rom aktif dan Pasiv
Keterbatasan rentang 2. Meminta bantuan untuk dalam latihan ROM aktif / pasif. meminimalisir terjadinya
gerak (ROM) aktifitas mobilisasi jika di kekauan otot.
perlukan. 4. Kolaborasi dengan ahli terapi 4. Membantu menyusun
3. Melakukan aktivitas fisik sebagai sumber dalam rencana intervensi yang bisa
kehidupan sehari-hari perencaanaan aktivitas perawatan dilakukan.
secara mandiri dengan alat pasien.
bantu
4. ROM aktif
3 MK: kelebihan TUJUAN : Setelah di NIC : RASIONAL:
volume cairan lakukan intervensi selama1. Timbang berat badan setiap hari1. Membantu mengevaluasi
DS: Pasien 1x24jam kelebihan dan pantau kemajuannya. status cairan khususnya bila
mengatakan terjadi volume cairan berkurang. di bandingkan dengan berat
pembengkakan pada NOC : badan.
bagian jari. 1. Menyetakan pemahaman 2. Ajarkan pasien untuk 2. Membantu mengevaluasi
DO: tentang pembatasan cairan mneghentikn penyebab dan evisiennya dialisa atau
Perubahan tekanan dan dietnya secara verbal mengatasi edema , pembatasan hipervolemia.
darah 2. Menyatakan pemahaman diet,dan penggunaan dosis, dan 3. Membantu menyusun
Pasien tampak cemas. tentang pengobatan yang efek samping, pengobatan yang rencana intervensi yang
di berikan secara verbal di anjurkan. akan di lakukan.
3. Mempertahankan TTV 3. Kaji komplikasi pulmoner 4. Untuk menimalisir terjadi
dalam batas normal untuk dan/atau kardiovaskuler yang kelebihan volume cairan
pasien. diindikasikan dengan
4. Tidak mengalami meningkatnya distress
pernafasan dangkal. pernafasan, meningkatkan
frekuensi nadi, meningkatnya
tekanan darah,bunyi jantung tidak
normal,dan/atau bunyi nafastidak
normal.
4. Pantau indikasi kelebihan /
retensi cairan

Evaluasi
Evaluasi atas dasar yang diharapkan dari pasien. Pertanyaan-pertanyaannya adalah :
1. Apakah Pasien mampu menggunakan tangan dan jari-jari dengan tingkat gerakan yang normal ?
2. Apakah Pasien terbebas dari ketidaknyamana pada tangan ?
3. Apakah Pasien terbebas dari infeksi ?
K. Penatalaksanaan
Pada Carpal Tunnel Syndrome penatalaksanannya dengan pembedahan. Dekompresi dengan pembedahan mengurangi kompresiasi saraf median dari ligamen carpal tranversus dan
membuang jaringan yang menekan saraf median
Perawatan pasca bedah
1. Meningkatkan kenyamanan, sirkulasi
a. Meninggikan tangan dan lengan selama 24 jam
b. Menganjurkan gerakan aktif dari ibu jari dan jari lain sejauh yang tertahan oleh balutan
c. Bila perlu memberikan obat analgesik
2. Meningkatkan keamanan. Cek sirkulasi jari-jari, sensasi, gerakkan setiap 1-2 jam setelah 24 jam.
3. Meningkatkan perasaan mandiri

Menganjurkan pasien untuk menggunakan tangan pada kebutuhan kegiatan sehari-hari 2 sampai 3 hari setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai