Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga Laporan Evaluasi Pencapaian Indikator Kinerja Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Tahun 2013 dapat diselesaikan dengan
baik.
Dengan adanya Laporan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata pencapaian kinerja Dinas Kesehatan
Kota Kendari melalui sarana kesehatan khususnya puskesmas yang ada di Kota Kendari.
Akhirnya kami menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada
semua pihak yang telah berkerja keras dalam penyusunan laporan ini baik mulai dari
pengumpulan bahan, penyusunan materi, hingga selesainya penyusunan laporan SPM
bidang Kesehatan ini.
Kami juga menyadari segala keterbatasan dan kekurangan kami dalam menyusun
laporan ini sehingga kami juga mengharapkan masukan demi penyempurnaan laporan
SPM ke depan nantinya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk-Nya dan
memberikan kekuatan kepada kita semua dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di
Kota Kendari.

Kendari, April 2014


Kepala Dinas Kesehatan
Kota Kendari,

dr. Hj. Maryam Rufiah MR, M.Kes


Pembina Utama Muda, IV/ c
NIP. 19580511 198610 2 001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Pengertian ....................................................................................... 2
1.3. Landasan Hukum ............................................................................ 3
1.4. Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal .............................. 3

BAB II PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM................................................. 7


2.1. Jenis Pelayanan ................................................................................. 7
2.2. Indikator, Nilai dan Batas Waktu Pencapaian ................................... 7
2.3. Target Pencapaian standar Pelayanan Minimal (SPM)
Kesehatan ........................................................................................... 9
A. Pelayanan Kesehatan Dasar .......................................................... 9
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan ...................................................... 27
C. Penyelidikan Epidemiologi & Penanggulangan KLB .................. 29
D. Promosi Kesehatan & Pemberdayaan masyarakat ....................... 30

BAB III PENCAPAIAN KEUANGAN ................................................................... 33

BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah


menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang harus
dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan urusan wajib oleh Daerah adalah merupakan perwujudan
otonomi yang bertanggung jawab, yang pada intinya merupakan
pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah.
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal, maka
untuk menjamin terselenggaranya urusan wajib daerah yang berkaitan dengan
hak dan pelayanan dasar kepada warga masyarakat Negara perlu ditetapkan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Pemerintah Pusat bertanggung jawab secara nasional atas keberhasilan
pelaksanaan otonomi, walaupun pelaksanaan operasionalnya diserahkan kepada
pemerintah dan masyarakat daerah yang bersangkutan. Peraturan Pemerintah
Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai daerah Otonom, menyebutkan
bahwa peran pemerintah pusat di Era Desentralisasi ini lebih banyak bersifat
menetapkan kebijakan makro, melakukan standarisasi, supervise, monitoring,
evaluasi, pengawasan dan pemberdayaan ke daerah, sehingga otonomi dapat
berjalan secara optimal.

1
B. PENGERTIAN
1. Urusan Wajib
Yang dimaksud dengan urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar
yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga Negara antara lain
perlindungan hak konstitusional, perlindungan kepentingan nasional,
kesejahteraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum dalam
kerangka menjaga keutuhan NKRI, dan pemenuhan komitmen nasional
yang berhubungan dengan perjanjian dan konvensi internasional.

2. Urusan Pilihan
Yang dimaksud dengan urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada
di Daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah.

3. Standar Pelayanan Minimal


Standar pelayanan minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu
untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis
pelayanan, Indikator dan nilai.

4. Indikator Kinerja
Yang dimaksud dengan indikator kinerja adalah variabel yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari
waktu ke waktu.

5. Jenis Pelayanan
Yang dimaksud jenis pelayanan adalah pelayanan publik yang mutlak
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak dalam
kehidupan.

2
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 55 tahun 2010 Tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional tahun 2000-2005;
4. Peraturan pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai Daerah otonomi;
5. PP Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Rencana
Kerja Pemerintah;
7. Kepmendagri No 29 tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan,
Pertanggungjawaban dan pengawasan Keuangan daerah serta tata cara
perhitungan APBD;
8. Kepmenkes Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indonesia Sehat
2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/kota
Sehat;
9. Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan : 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk
Teknis dan Definisi Operasional SPM Kab/Kota;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 741/MENKES/SK/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/Kota.

D. Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal


Pada dasarnya penetapan urusan wajib dan standar pelayanan minimal bidang
kesehatan mengacu pada kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan.
Tujuan strategis desentralisasi bidang kesehatan yang erat kaitannya dengan
penetapan kewenangan wajib dan SPM bidang Kesehatan adalah :
1. Terbangunnya komitmen antara pemerintah, legislative, masyarakat dan
stakeholder lainnya guna kesinambungan pembangunan kesehatan.

3
2. Terlindunginya kesehatan masyarakat, khususnya penduduk miskin,
kelompok rentan dan Daerah Miskin.
3. Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program kesehatan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah, daerah kabupaten dan Daerah Kota wajib menyelenggarakan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah dan daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.
Urusan wajib ditetapkan untuk melindungi hak-hak konstitusional
perorangan/masyarakat, melindungi kepentingan Nasional dalam rangka
menjaga keutuhan NKRI, kesejahteraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban
umum juga untuk memenuhi perjanjian/ konvensi internasional. Kab/Kota
melakukan urusan wajib di bidang kesehatan dengan menyelenggarakan SPM
Bidang Kesehatan. SPM Bidang Kesehatan telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan dengan Keputusan Nomor 741/Menkes/SK/XII/2008. Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian
integral dari pembangunan kesehatan yang berkesinambungan dalam
Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2005-UU RI nomor 25
tahun 2000).
2. Diberlakukan untuk seluruh daerah Kabupaten/Kota. SPM harus mampu
memberikan pelayanan kepada Publik tanpa kecuali.
3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan kesehatan dasar tanpa
mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat.
4. Merupakan Indikator kinerja bukan standar teknis, dikelola dengan
manajerial professional, sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas
penggunaan sumber daya.
5. Bersifat Dinamis
6. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar.
4
Disamping prinsip-prinsip yang tersebut di atas, departemen Kesehatan telah sepakat
menambahkan kriteria yang khusus yaitu:
1. Urusan wajib dan Standar Pelayanan Minimal hanya merupakan pelayanan yang
langsung dirasaka
2. oleh masyarakat, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan manajemen dianggap
sebagai faktor pendukung dalam melaksanakan urusan wajib.
3. Urusan wajib dan SPM harus menjadi prioritas tinggi bagi pemerintah daerah
karena melindungi hak-hak konstitusional perorangan dan masyarakat untuk
melindungi kepentingan nasional dan memenuhi komitmen nasional dan global
serta merupakan penyebab utama kesakitan/kematian.
4. Urusan wajib dan SPM berorientasi pada output yang langsung dirasakan
masyarakat.
5. Urusan wajib dan SPM dilaksanakan secara terus menerus (sustainable), terukur
(measurable), dan mungkin dapat dikerjakan (feasible).

Dalam melaksanakan SPM bidang kesehatan untuk jangka waktu tertentu


ditetapkan target pelayanan yang akan dicapai dengan berpedoman pada standar
teknis yang ditetapkan guna mencapai status kesehatan yang diharapkan.

5
BAB II
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

1. JENIS PELAYANAN DASAR


Jenis pelayanan Dasar adalah pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan. Berdasarkan
Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri dari 4 jenis
pelayanan yaitu:
a. Pelayanan Kesehatan Dasar;
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan;
c. Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB);
d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

2. INDIKATOR, NILAI DAN BATAS WAKTU PENCAPAIAN


Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan sesuai
Permenkes Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 adalah sebagai berikut:
TAHUN
NO INDIKATOR TARGET
PENCAPAIAN
1 2 3 4
I PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 93% 2015
2. Cakupan komplikasi kebidanan yang 78% 2015
ditangani
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh 90% 2015
tenaga kesehatan yang memilki
kompetensi kebidanan
4. Persentase Cakupan Pelayanan Nifas 90% 2015
5. Cakupan Neonatus Dengan 78% 2010
Komplikasi yang ditangani
6. Persentase cakupan kunjungan bayi 90% 2010
7. Persentase desa/kelurahan UCI 95% 2010
8. Persentase Pelayanan Anak Balita 90% 2010

9. Persentase cakupan pemberian MP- 2010


ASI pada Anak Usia 6-24 dari Gakin 100%
10. Persentase cakupan balita gizi buruk 100% 2010
mendapat perawatan

7
11. Persentase Cakupan Penjaringan 100% 2010
Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
12. Persentase cakupan peserta aktif KB 68% 2010
13. Persentase Cakupan Penemuan dan
Penanganan penderita Penyakit:
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) ‹2/100.000 2010
Rate Per 100.000 Penduduk < 15
Tahun
b. Penemuan penderita Pneumonia 100% 2010
Balita
c. Penemuan Pasien Baru TB BTA 70% 2010
Positif
d. Penderita DBD Ditangani 100% 2010
e. Penemuan dan penanganan 100% 2010
penderita Diare
14. Persentase Cakupan Pelayanan 100% 2015
Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat
Miskin

II PELAYANAN KESEHATAN
RUJUKAN
15. Persentase Cakupan Pelayanan 100% 2015
Kesehatan Rujukan Pasien
Masyarakat Miskin
16. Persentase Cakupan Pelayanan 100% 2015
Gawat Darurat Level 1 yang harus
diberikan Sarana Kesehatan (RS) di
Kabupaten/Kota

III PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI


DAN PENANGGULANGAN
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
17. Persentase cakupan Desa/Kelurahan 100% 2015
mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan Epidemiologi < 24 jam

IV PROMOSI KESEHATAN DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
18. Persentase Cakupan Desa Siaga Aktif 65% 2015

8
3. TARGET PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
KESEHATAN TAHUN 2013
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

Ibu hamil (K4) adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan


antenatal sesuai standard paling sedikit empat kali, dengan distribusi
pelayanan minimal satu kali pada triwulan I, satu kali pada Triwulan
II dan dua kali pada Triwulan III umur kehamilan.

Pelayanan K4 pada ibu hamil menggambarkan kualitas pelayanan


kesehatan ibu dan anak dalam suatu wilayah kerja. Pencapaian K4 di
Kota Kendari tahun 2013 ditunjukkan pada gambar dibawah ini

Gambar 2.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
di Kota Kendari Tahun 2013

Kota Kendari 95,16


Nambo 78,81
Abeli 98,02
Mokoau 120,20
Poasia 98,93
Lepo-Lepo 93,55
wua-wua 95,34
Mekar 76,61
Jati Raya 90,99
Perumnas 87,17
Puuwatu 95,49
Labibia 95,35
Kemaraya 98,82
Benu-Benua 95,90
Kandai 87,11
Mata 96,53
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00

SPM=93%

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

9
Dari gambar diatas terlihat bahwa pada Tahun 2013 persentase
cakupan kunjungan Bumil K4 Kota kendari melebihi target yang
diharapkan yakni sebesar 95,16% dari target 93% . disini terjadi
disparitas pencapaian yang sangat lebar dimana capaian tertinggi
terdapat di puskesmas Mokoau sebesar 120.20% diikuti oleh Poasia
98,93%, Kemaraya sebesar 98.82%. dan capaian terendah terjadi di
puskesmas Mekar sebesar 76.61%, diikuti Nambo (78,81%).

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu


bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu atau bayi.
Komplikasi kehamilan diantaranya Abortus, Hiperemesis
Gravidarum, perdarahan per vagina, Ketuban pecah dini. Klomplikasi
persalinan diantaranya kelainan letak janin, partus,
preeklamsia/ekalmsia, persalinan premature. Komplikasi nifas
diantaranya preeklamsia/eklamsia, infeksi nifas, perdarahan nifas.

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kota Kendari tahun


2013 mengalami kenaikan sebesar 77,8% dibandingkan tahun 2012
yakni 74,70 % .

10
Gambar 2. 2
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 77,8


Nambo 26,7
Abeli 139,4
Mokoau 127,0
Poasia 19,6
Lepo-Lepo 82,8
wua-wua 88,3
Mekar 123,1
Jati Raya 27,5
Perumnas 0,0
Puuwatu 81,5
Labibia 150,0
Kemaraya 62,4
Benu-Benua 120,6
Kandai 70,2
Mata 124,1

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0

SPM=78%

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

Dari gambar di atas terlihat bahwa capaian cakupan komplikasi yang


ditangani di Kota Kendari tahun 2013 telah mencapai target yakni
sebesar 77,79 %. Namun masih terjadi disparitas cakupan antar
puskesmas. Capaian tertinggi terdapat di puskesmas Labibia sebesar
150% diikuti oleh Abeli 139,4%, Mokoau sebesar 127%. dan capaian
terendah terjadi di puskesmas Perumnas sebesar 0%, diikuti Nambo
(26,7%).

3. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang


Memiliki Kompetensi Kebidanan

Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak dapat


dilakukan persalinan yang sehat dan aman. Hal ini dapat dicapai
melalui persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan antara lain

11
dokter, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih yang didampingi oleh
bidan.

Gambar dibawah nampak bahwa capaian pertolongan persalinan oleh


tenaga kesehatan tahun 2013 adalah sebesar 97,07%. Angka ini lebih
besar dibandingkan tahun 2012 sebesar 94,48%.

Gambar 2. 3
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 97,07


Nambo 86,9
Abeli 92,0
Mokoau 99,8
Poasia 123,0
Lepo-Lepo 105,1
wua-wua 97,0
Mekar 80,6
Jati Raya 96,0
Perumnas 94,7
Puuwatu 92,1
Labibia 90,7
Kemaraya 99,8
Benu-Benua 99,0
Kandai 90,1
Mata 86,9

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0

SPM=90%
Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

Pada gambar diatas, diketahui bahwa capaian Kota kendari telah


melebihi target tahun 2013 yakni sebesar 90%. Selain itu masih terjadi
disparitas pencapaian yang sangat lebar dimana capaian tertinggi
terdapat di Puskesmas Poasia sebesar 123%, diikuti oleh Puskesmas
Kemaraya dan Mokoau sebesar 99,8% dan Benu-benua sebesar
99,0%. Capaian terendah terdapat di Puskesmas Mekar sebesar 80,6%.

12
4. Persentase Cakupan Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-kurangnya 3
(tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu pada 6 jam sampai
dengan 3 hari pasca persalinan, padahari ke-4 sampai dengan hari ke-
28 pasca persalinan dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
pasca persalinan.

Jenis pelayanan ibu nifas yang diberikan meliputi :


a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu);
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim;
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian ASI eksklusif;
e) Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir termasuk KB;
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
Jika dilihat dari tahun 2012, capaian ibu nifas mengalami kenaikan
yakni sebesar 94,75% tahun 2012 menjadi 97,1% tahun 2013.

Gambar 2. 4
Persentase Cakupan Pelayanan Nifas
di Kota Kendari Tahun 2013

13
KOTA KENDARI 97,1 SPM=90%
Nambo 86,9
Abeli 92,0
Mokoau 99,8
Poasia 123,0
Lepo-Lepo 105,1
wua-wua 97,0
Mekar 80,6
Jati Raya 96,0
Perumnas 94,7
Puuwatu 92,1
Labibia 90,7
Kemaraya 99,8
Benu-Benua 99,0
Kandai 90,1
Mata 86,9
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

Dari gambar diatas terlihat cakupan pelayanan ibu nifas di Kota


Kendari tahun 2013 telah mencapai target sebesar 97,1%. Terdapat
beberapa Puskesmas dengan capaian diatas 90% yaitu Puskesmas
Poasia sebesar 123%, Lepo-lepo sebesar 105,12%. Sedangkan capaian
yang masih rendah terdapat di puskesmas Mekar sebesar 80,6%,
diikuti Nambo dan mata sebesar 86,9%.

5. Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi yang ditangani

Neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hr) merupakan kelompok umur
yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya
kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain
dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir. Neonatus komplikasi ada
neonatus dengan penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, BBLR,
gangguan pernapasan dan kelainan kongenital.

14
Gambar 2. 5
Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi yang ditangani
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 31,7
Nambo SPM=77%
21,1
Abeli 20,0
Mokoau 40,6
Poasia 3,1
Lepo-Lepo 96,7
wua-wua 66,7
Mekar 61,4
Jati Raya 51,1
Perumnas 5,1
Puuwatu 39,0
Labibia 0,0
Kemaraya 15,0
Benu-Benua 32,4
Kandai 32,4
Mata 17,1

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

Pada gambar diatas diketahui bahwa capaian Kota Kendari tahun 2013
adalah sebesar 31,7%. Hal ini belum mencapai target tahun 2013
sebesar 77%. Capaian tertinggi hanya terdapat di Puskesmas Lepo-
lepo sebesar 96,7%.

Rendahnya cakupan penanganan komplikasi dapat disebabkan karena


sistem pencatatan dan pelaporan yang belum mengakomodir semua
laporan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan swasta. Selain itu juga
disebabkan mash banyak tenaga kesehatan yang belum memahami
definisi operasional dari penanganan neonatus dengan komplikasi.

6. Persentase Cakupan Kunjungan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari – 11 bulan


yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan
dan perawat) minimal 4 kali.

15
Pelayanan ini mencakup pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB
1-2, Polio 1-4 dan campak, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A, penyuluhan ASI
Eksklusif, MP-ASI dan lain-lain.

Indikator cakupan pelayanan kesehatan bayi merupakan penilaian


terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau
penyakit, pemelliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta
peningkatan kualitas hidup bayi.

Cakupan kunjungan bayi Kota Kendari tahun 2013 sebesar 96,7%.


Angka ini telah mencapai target nasional sebesar 90%. Cakupan ini
juga meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 86,9%.

Gambar 2. 6
Persentase Cakupan Kunjungan Bayi
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 96,7 SPM=90%


Nambo 92,7
Abeli 102,8
Mokoau 76,7
Poasia 127,7
Lepo-Lepo 102,3
wua-wua 98,3
Mekar 82,2
Jati Raya 99,7
Perumnas 96,2
Puuwatu 96,1
Labibia 88,1
Kemaraya 100,5
Benu-Benua 100,2
Kandai 85,7
Mata 87,8

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

16
7. Persentase Desa / Kelurahan UCI

Universal Child Immunization atau disingkat UCI merupakan


gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11
bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi
dasar lengkap.

UCI (Universal Child Immunization) adalah tercapainya imunisasi


dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan). Imunisasi dasar lengkap pada
bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis
Hepatitis B, 1 dosis Campak.
Gambar 2. 7
Persentase Desa/Kelurahan UCI
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 45,3 SPM=90%


Nambo 0,0
Abeli 0,0
Mokoau 100,0
Poasia 100,0
Lepo-Lepo 100,0
wua-wua 33,3
Mekar 100,0
Jati Raya 33,3
Perumnas 0,0
Puuwatu 16,7
Labibia 50,0
Kemaraya 0,0
Benu-Benua 100,0
Kandai 75,0
Mata 20,0

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Sumber Data: Seksi Bina P2P Dinkes Kota Kendari

Dari gambar diatas terlihat capaian pelayanan UCI di Kota Kendari


tahun 2013 belum mencapai target nasional sebesar 90% yakni hanya
sebesar 45,3%. Namun terjadi disparitas Puskesmas dengan capaian
diatas 90% yaitu Puskesmas Poasia, Mokoau, Lepo-lepo, Mekar dan
Benu-benua sebesar sebesar 100%. Rendahnya cakupan ini dapat
disebabkan kekeliruan dalam pencatatan dan pelaporan.

17
8. Persentase Pelayanan Anak Balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan yang


dilakukan oleh tenaga kesehatan pada anak usia 12-59 bulan dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita diantaranya adalah
memantau pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh
kembang pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK,
pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah (PAUD) dan
konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku
KIA, perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun,
makanan gizi seimbang dan vitamin A.

Gambar 2. 8
Persentase Pelayanan Anak Balita
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 44,4
Nambo 127,2
Abeli 45,0
Mokoau 20,6
Poasia 63,7
Lepo-Lepo 96,8
wua-wua 29,1
Mekar 42,9
Jati Raya 32,7
Perumnas 19,9
Puuwatu 22,9
Labibia 34,7
Kemaraya 45,3
Benu-Benua 62,8
Kandai 58,1
SPM=90%
Mata 48,5

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

Dari gambar diatas terlihat capaian pelayanan anak balita di Kota


Kendari masih sangat rendah dari target yang ditentukan yakni sebesar
44,4% dari target nasional sebesar 90%.

18
Capaian tertinggi terdapat pada puskesmas Nambo sebesar 127,2%
dan Puskesmas Lepo-lepo sebesar 96,8%.

9. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan


pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi
balita dapat diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Variabel umur, BB, dan TB disajikan dalam bentuk
indikator antopometri BB/U, TB/U dan BB/TB.

Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum.


Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya
kronis. Sedangkan indikator BB/TB digunakan untuk menilai status
gizi balita.
Gambar dibawah menunjukkan capaian balita gizi buruk di Kota
Kendari tahun 2013 telah mencapai target nasional sebesar 100%.

Gambar 2. 9
Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 100,0
Nambo 100,0
Abeli 100,0
Mokoau 100,0
Poasia 100,0
Lepo-Lepo 100,0
wua-wua 100,0
Mekar 100,0
Jati Raya 100,0
Perumnas 100,0
Puuwatu 100,0
Labibia 100,0
Kemaraya 0,0
Benu-Benua 100,0
Kandai 100,0
Mata 100,0

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari

19
10. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

Penjaringan kesehatan merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan


kesehatan yang dilakukan terhadap siswa kelas 1 Sekolah Dasar atau
yang setingkat untuk memilih siswa yang mempunyai masalah
kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Kegiatan tersebut meliputi kebersihan perorangan, pemeriksaan status
gizi, pemeriksaan ketajaman indera, pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut, pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan,
pengukuran kebugaran jasmani dan deteksi dini masalah mental
emosional.
Gambar 2. 10
Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 76,0


Nambo 153,4
Abeli 80,0
Mokoau 107,0
Poasia 95,4
Lepo-Lepo 114,9
wua-wua 94,7
Mekar 3,7
Jati Raya 82,0
Perumnas 94,5
Puuwatu 124,9
Labibia 156,4
Kemaraya 46,0
Benu-Benua 63,3
Kandai 106,7
Mata 7,1

0,0 50,0 100,0 150,0 200,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari


Dari gambar diatas terlihat bahwa capaian penjaringan kesehatan
siswa SD di Kota Kendari tahun 2013 belum mencapai target nasional
sebesar 100% yakni hanya sebesar 76%. Hal ini terjadi karena
sebagian besar puskesmas tidak mencapai target yang ditentukan dan
masih sangat rendah. Namun ada beberapa Puskesmas dengan capaian

20
diatas 90% yaitu Puskesmas Labibia sebesar 156%, Puskesmas
Nambo sebesar 153%, Puskesmas Puuwatu sebesar 124,9%,
Puskesmas Lepo-lepo sebesar 114,9%.

11. Cakupan Peserta Aktif KB

Masa subur seorang wanita memilki peran penting bagi terjadinya


kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi.
Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara
15-49 tahun. Oleh karena untuk mengatur jumlah kelahiran atau
menjaringkan kelahiran, wanita /pasangan ini lebih diprioritaskan
untuk menggunakan alat/cara KB. Peserta KB aktif (Current Users
=CU) adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Gambar 2. 11
Cakupan Peserta Aktif KB
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 75,5
Nambo 59,0
Abeli 15,7
Mokoau 79,0
Poasia 184,1
Lepo-Lepo 132,6
wua-wua 14,6
Mekar 107,8
Jati Raya 36,8
Perumnas 31,3
Puuwatu 70,8
Labibia 20,2
Kemaraya 30,5
Benu-Benua 148,3
Kandai 20,8
Mata 106,7

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 180,0 200,0

Sumber : Seksi KIA dan Gizi, Dinkes Kota Kendari


Dari gambar diatas terlihat cakupan pelayanan peserta aktif KB di
Kota Kendari tahun 2013 telah mencapai target sebesar 75,5% dari
target nasional sebesar 68%. Terdapat beberapa Puskesmas dengan

21
capaian diatas 68% yaitu Puskesmas Poasia sebesar 184,1%,
Puskesmas Benu-benua sebesar 148,3%, Puskesmas Lepo-lepo
sebesar 132,6%. Sedangkan capaian yang masih rendah terdapat di
puskesmas Wua-wua sebesar 14,6% dan Puskesmas Abeli sebesar
15,7%.

12. Persentase Cakupan Penemuan dan Penanganan penderita


Penyakit
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate Per 100.000 Penduduk <
15 Tahun
AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami
penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian
berakhir pada kelumpuhan.

Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun


dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara
akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.

Pada gambar dibawah menunjukkan bahwa di Kota Kendari pada


tahun 2013 tidak terdapat kasus AFP.
Gambar 2. 12a
Cakupan AFP Rate Per 100.000 Penduduk
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 0,0


Nambo 0
Abeli 0
Mokoau 0
Poasia 0
Lepo-Lepo 0
wua-wua 0
Mekar 0
Jati Raya 0
Perumnas 0
Puuwatu 0
Labibia 0
Kemaraya 0
Benu-Benua 0
Kandai 0
Mata 0

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

22
Sumber : Seksi Bina P2PL, Dinkes Kota Kendari

b. Penemuan penderita Pneumonia Balita


Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun
jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena
menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan
terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun,
usia lanjut lebih dari 65 tahun. ISPA khususnya pneumonia masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
terutamna pada balita.
Gambar 2. 12b
Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 6,8


Nambo 1,4
Abeli 2,5
Mokoau 0,0
Poasia 11,4
Lepo-Lepo 16,7
wua-wua 0,0
Mekar 2,3
Jati Raya 0,0
Perumnas 7,9
Puuwatu 0,0
Labibia 0,0
Kemaraya 0,0
Benu-Benua 41,5
Kandai 0,8
Mata 0,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0

Sumber : Seksi Bina P2PL, Dinkes Kota Kendari

Dari gambar diatas terlihat bahwa capaian penemuan pneumonia


masih sangat rendah yakni sebesar 6,8% dari target nasional
sebesar 100%.

23
Kurangnya capaian ini dapat disebabkan oleh pencatatan dan
pelaporan yang masih terdapat kekeliruan. Selain itu dapat juga
disebabkan tenaga kesehatan yang belum maksimal pada
penanganan.

c. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif

Penemuan pasien baru TB BTA Positif ádalah penemuan pasien


TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS)
dan diobati di unit pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah kerja
pada waktu tertentu. Pasien baru adalah pasien yang belum
pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis) harian.
Gambar 2. 12c
Cakupan Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI 88,8


Nambo 75,0
Abeli 87,0
Mokoau 100,0
Poasia 75,4
Lepo-Lepo 65,1
wua-wua 53,3
Mekar 100,0
Jati Raya 100,0
Perumnas 100,0
Puuwatu 93,2
Labibia 100,0
Kemaraya 100,0
Benu-Benua 100,0
Kandai 92,3
Mata 100,0
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Sumber : Seksi Bina P2PL, Dinkes Kota Kendari


Pada gambar diatas terlihat bahwa terjadi disparitas pencapaian
yang sangat lebar dimana ada beberapa puskesmas dengan
capaian tertinggi yakni sebesar 100%. Dan hanya Puskesmas
Wua-wua dan Lepo-lepo saja dengan capaian terendah yakni
sebesar 53,3% dan 65,1%.

24
d. Penderita DBD Ditangani
Demam Berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue yang masuk kedalam peredaran manusia
melalui gigitan nyamuk dari genus aedes. Aedes aegypti adalah
vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini
yang dapat membawa virus setelah menghisap darah orang yang
terlah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi selama 8-
10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus
dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.
Gambar 2. 12d
Cakupan DBD Ditangani
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 100,0
Nambo 100,0
Abeli 100,0
Mokoau 100,0
Poasia 100,0
Lepo-Lepo 100,0
wua-wua 100,0
Mekar 100,0
Jati Raya 100,0
Perumnas 100,0
Puuwatu 100,0
Labibia 100,0
Kemaraya 100,0
Benu-Benua 100,0
Kandai 100,0
Mata 100,0

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Sumber : Seksi Bina P2PL, Dinkes Kota Kendari

e. Penemuan dan penanganan penderita Diare


Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Tujuan P2
Diare ini adalah untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
diare bersama program dan sektor terkait dengan sasarann Semua
umur untuk menurunkan angka kesakitan diare dan menurunkan
CFR KLB, menurunkan angka kematian diare, menurunkan
Episode kejadian diare dari 1-2 kali/tahun menjadi 1 kali/tahun.

25
Gambar 2. 12d
Cakupan DBD Ditangani
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 79,8
Nambo 64,0
Abeli 93,9
Mokoau 22,9
Poasia 102,0
Lepo-Lepo 161,7
wua-wua 70,2
Mekar 138,0
Jati Raya 71,8
Perumnas 43,3
Puuwatu 180,9
Labibia 29,6
Kemaraya 43,7
Benu-Benua 91,2
Kandai 11,2
Mata 44,1

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 180,0 200,0

Sumber : Seksi Bina P2PL, Dinkes Kota Kendari

Dari gambar diatas diketahui bahwa penanganan DBD belum


mencapai target yakni sebesar 79,8% dari target nasional sebesar
100%. Namun ada beberapa puskesmas dengan capaian tertinggi
yakni Puskesmas Puuwatu sebesar 180,9%, Puskesmas Lepo-lepo
161,7%, Puskesmas Mekar sebesar 138%. Sedangkan capaian
terendah Puskesmas Kandai sebesar 11,2%

13. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin

Pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin merupakan


pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas dan Jampersal di
Puskesmas dan jaringannya.

26
Gambar 2. 13
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 142,1
Nambo 218,0
Abeli 160,3
Mokoau 331,1
Poasia 50,4
Lepo-Lepo 101,8
wua-wua 171,5
Mekar 277,8
Jati Raya 134,2
Perumnas 89,5
Puuwatu 104,1
Labibia 191,0
Kemaraya 237,1
Benu-Benua 130,7
Kandai 113,4
Mata 156,1

0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0

Sumber : Bina Puskesmas & Komunitas Dinkes Kota Kendari

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat
Miskin
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
merupakan peserta jamkesmas yang mendapatkan pelayanan secara
komprehensif dan berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan kesehatan di Rumah
sakit.

27
Gambar 2. 14
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat
Miskin di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 9,3
Nambo 1,0
Abeli 0,3
Mokoau 10,9
Poasia 13,9
Lepo-Lepo 28,5
wua-wua 9,1
Mekar 26,0
Jati Raya 6,5
Perumnas 3,3
Puuwatu 3,6
Labibia 34,3
Kemaraya 14,0
Benu-Benua 0,7
Kandai 7,9
Mata 14,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0

Sumber : Bina Puskesmas & Komunitas Dinkes Kota Kendari

15. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan


Sarana Kesehatan (RS) di Kota Kendari

Pelayanan Gawat darurat level 1 adalah pelayanan gawat darurat di


RS yang memiliki Dokter Umum on site 24 jam dengan kualifikasi
GELS dan/atau ATLS + ACLS, serta memiliki alat trasportasi dan
komunikasi. Pelayanan unit darurat adalah pelayanan kesehatan di
unit/instalasi gawat darurat selam 24 jam sehari kepada pasien darurat
yang dating secara tiba-tiba/ mendadak karena kecelakaan atau
penyakit lain.

Pelayanan Gawat darurat di Kota Kendari juga dilaksanakan di


Puskesmas dengan fasilitas UGD dan Rumah Sakit.

28
Gambar 2. 15
Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang
harus diberikan Sarana Kesehatan (RS)
di Kota Kendari Tahun 2013

KOTA KENDARI
100

Rumah Sakit
khusus lainnya 100,0

Rumah Sakit jiwa


100,0

Rumah Sakit
Umum 100,0

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Kota Kendari

C. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN


KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
16. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan Epidemiologi < 24 jam
Cakupan Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam
adalah Desa/kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
ditangani <24 jam oleh Kab/Kota terhadap KLB periode/kurun waktu
tertentu.

29
Gambar 2. 16
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan Epidemiologi < 24 jam
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 9,3
Nambo 1,0
Abeli 0,3
Mokoau 10,9
Poasia 13,9
Lepo-Lepo 28,5
wua-wua 9,1
Mekar 26,0
Jati Raya 6,5
Perumnas 3,3
Puuwatu 3,6
Labibia 34,3
Kemaraya 14,0
Benu-Benua 0,7
Kandai 7,9
Mata 14,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0

Sumber : Bina P2PL Dinkes Kota Kendari

D. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
17. Cakupan Desa Siaga Aktif

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber


daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara
mandiri. Pengertian Desa ini dapat berarti Kelurahan atau Negeri atau
istilah-istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat
desa.

Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) yang telah berfungsi dan berada pada tahap tumbuh,
kembang dan paripurna. Pelaksanaan pengembangan desa siaga

30
didaerah merujuk kepada Kepmenkes Nomor:
546/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Kebijakan Pengembangan Desa
Siaga.

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memilki kesiapan untuk


mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan dengan memanfaatkan dan
pemberdayaan potensi lokal yang dimilikinya secara mandiri. Desa
Siaga adalah merupakan salah satu pendukung misi membuat
masyarakat mandiri untuk hidup sehat.

Gambar 2. 17
Cakupan Desa Siaga Aktif
di Kota Kendari Tahun 2013
KOTA KENDARI 29,7
Nambo 20,0
Abeli 0,0
Mokoau 50,0
Poasia 50,0
Lepo-Lepo 50,0
wua-wua 33,3
Mekar 50,0
Jati Raya 0,0
Perumnas 0,0
Puuwatu 66,7
Labibia 50,0
Kemaraya 33,3
Benu-Benua 33,3
Kandai 0,0
Mata 20,0

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

Sumber: Bidang Promkes & Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Kota Kendari

31
Pada gambar diatas diketahui bahwa capaian desa siaga aktif Kota
Kendari belum mencapai target nasional sebesar 65% yakni hanya
mencapai 29,7%.

Rendahnya cakupan desa siaga aktif ini dapat disebabkan karena


sistem pencatatan dan pelaporan yang belum mengakomodir semua
laporan fasilitas kesehatan. Selain itu juga disebabkan mash banyak
tenaga kesehatan yang belum memahami definisi operasional dari
pelayanan desa siaga aktif.

32
BAB III
PENCAPAIAN KEUANGAN

Adapun realisasi keuangan untuk mencapai SPM Dinas Kesehatan Kota


Kendari Tahun Anggaran 2013 dapat dilihat melalui pencapaian program kegiatan
bidang-bidang yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
NO PROGRAM ANGGARAN (Rp.) REALISASI (Rp.) %
1 Program Perbaikan Gizi 257.900.000,- 221.588.000,- 85,92
Masyarakat :
a. Pemberdayaan Masyarakat 10.000.000,- 0 0
Untuk Pencapaian Keluarga
Sadar Gizi
b. Pemberian Makanan Tambahan 212.900.000,- 190.788.000,- 89,61
Bagi Bayi, Balita Gizi Buruk
dan Ibu Hamil KEK
c. Pendampingan Gizi Buruk Oleh 10.000.000,- 6.850.000,- 68,50
kader dan TPG
d. Survey Penggunaan Garam 10.000.000,- 8.950.000,- 89,50
Beryodium

2 Program Peningkatan 180.712.500,- 178.720.000,- 98,90


Keselamatan Ibu Melahirkan
dan Anak :
a. Pertemuan Evaluasi Program 10.000.000,- 9.920.000,- 99,20
KIA dan Gizi dalam menunjang
MDG’s,
b. Pemantauan pelaksanaan 123.100.000,- 121.300.000,- 98,54
Program KIA dan Gizi
c. Pembinaan pelayanan 15.000.000,- 15.000.000,- 100
kesehatan reproduksi esensial
yang responsif gender
d. Pembinaan pelayanan 6.112.500,- 60.000.000,- 98,16

33
kesehatan reproduksi
e. Monev kesehatan Ibu dan Anak 16.500.000,- 16.500.000,- 100

3 Program Pencegahan dan 657.946.000,- 576.573.000,- 87,63


Penanggulangan Penyakit
Menular :
a. Penyemprotan /Fogging sarang 120.099.000,- 113.275.000,- 94,32
nyamuk
b. Pelayanan pencegahan dan 109.175.000,- 109.100.000,- 99,93
penanggulangan penyakit
menular
c. Peningkatan surveilance 34.200.000,- 34.200.000,- 100
epidemiologi dan
penanggulangan wabah
d. Penyuluhan keliling dalam 10.998.000,- 10.998.000,- 100
rangka kewaspadaan dini DBD
e. Kampanye bahaya Narkoba dan 50.000.000,- 48.360.000,- 96,72
HIV AIDS anak sekolah
f. Pembinaan kelompok beresiko 5.500.000,- 5.500.000,- 100
terhadap Narkoba dan HIV
AIDS
g. Peningkatan pelayanan dan 11.104.500,- 11.104.500,- 100
penanggulangan masalah
kesehatan remaja

3 Program Kemitraan 5.395.256.000,- 3.556.745.288,- 66,11


Peningkatan Pelayanan
Kesehatan :
a. Kemitraan pengobatan bagi 5.395.256.000,- 3.417.299.288,- 65,15
pasien kurang mampu

34
b. Pertemuan lintas sektor 10.000.000,- 10.000.000,- 100
bersama pengelola RSU swasta
dalam rangka peningkatan KIA
c. Pembinaan guru UKS SD- 11.000.000,- 11.000.000,- 100
SLTA

4 Program Promosi Kesehatan 520.077.500,- 491.077.500,- 94,42


dan Pemberdayan Masyarakat:
a. Pengembangan Media Promosi 16.550.000,- 16.550.000,- 100
dan Informasi Sadar Hidup
Sehat
b. Monitoring, evaluasi dan 11.000.000,- 11.000.000,- 100
pelaporan

35
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yakni
sebagai berikut :
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan merupakan media untuk
mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan khususnya pemerintah Kota Kendari.
2. Melalui SPM diharapkan dapat menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dari Pemerintah sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
3. Dengan melihat pencapaian SPM Kesehatan pemerintah kota Kendari, maka dapat
ditetapkan suatu kebijakan-kebijakan dari pemerintah bersama unsur-unsur terkait
dalam melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan bidang kesehatan.
4. Dalam mewujudkan Visi Pemerintah Kota Kendari, maka penjabarannya haruslah
sejalan dengan program kesehatan yang tertuang dalam Misi Kesehatan yakni
peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau sesuai
dengan SPM dalam mendukung MDGs 2015.
5. Perlunya membangun komunikasi dan komitmen bersama dari Dinas Kesehatan
Kota Kendari bersama aparat pemerintah baik tingkat Kecamatan maupun kelurahan
sehingga pencapaian indikator SPM dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

36

Anda mungkin juga menyukai