TUGAS AKHIR
Oleh :
Amin.
iii
MOTTO
“Bila Allah menolongmu, tidak ada yang dapat mengalahkan kamu, sebaliknya kalau
Allah meninggalkan kamu, siapa lagi yang dapat menolongmu selain Dia. Maka
“Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Hal itu sungguh sangat berat
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini
Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh untuk
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tentunya penyusun tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan dan kekurangan sehingga penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun
1. Allah SWT.
v
4. Bapak Lugman Hakim ST, Msi selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Lingkungan..
10. Bapak Tasyono, Amd dan Mas Iwan Amd selaku laboran di laboratorium
11. Ayah dan Ibu tercinta, yang telah memberi do’a, dukungan moril dan materil
yang tak terhingga, serta ketiga saudaraku dan keponakanku yang lucu
12. Teman-teman angkatan 2001, dari 01513001 sampai 01513107, dari yang
perduli sampai yang ’nggak perduli, dari yang dianggap sampai ’nggak
menganggap, dari Sabang sampai Meraoke, dari Lombok sampai Jambi atau
vi
14. GREEN HOUSE Community,”Kapan Kita Maen Futsal Lagi”
16. Sohib Baik ”Egi, ST., Laila, ST., Bank Nzul, Deni, Pandu, Zul Fiqor, Ajiz
17. Semua pihak yang telah memberi bantuan yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Akhirnya penyusun sangat berharap agar tugas akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi penyusun sendiri maupun bagi semua pihak yang menggunakan laporan ini.
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii
INTISARI................................................................................................ xiii
ABSTRACT............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah....................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................4
1.3 Tujuan Perencanaan ........................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..... ....................................................5
1.5 Batasan Masalah...............................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Air Baku.................................................. 6
2.2 Air Permukaan .....................................................…....7
2.3 Air Sungai Sebagai Air Bersih...................................... 9
2.3.1 Kuantitas........................................................... 9
2.3.2 Kualitas…………… ........................................11
2.4 Air Minum………………………………..………….. 12
2.4.1 Warna……..………………………………….. 12
2.4.2 Total Suspended Solid (TDS)………………... 14
2.4.3 DO (Disolved Oxygen)………………...…….. 14
2.5 Tanaman Enceng Gondok (Eichornia Crassipes)….… 15
2.5.1 Klasifikasi Enceng Gondok………………….. 15
2.5.2 Ciri-ciri Fisiologis Enceng Gondok…….....…. 19
2.5.3 Manfaat Enceng Gondok.................................. 20
2.5.4 Kerugian Enceng Gondok.................................21
2.5.5 Penyerapan Oleh Enceng Gondok.................... 21
2.6 Hipotesis........................................................................ 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Metode Penelitian.......……………..….. 24
3.2 Lokasi Penelitian........................................................... 25
3.3 Waktu Penelitian........................................................... 25
3.4 Parameter Penelitian......................................................25
3.5 Langkah Penelitian........................................................ 25
3.6 Variabel Penelitian........................................................ 27
3.7 Analisa warna dan TDS…………….................……... 28
3.8 Analisa Tanaman........................................................... 28
3.10 Metode Analisa Data..................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian .........................................29
4.2 Warna............................................................................ 29
4.2.1 Hasil Pengujian Warna.................................... 30
4.2.2 Pembahasan Warna…………………………. 38
4.3 Parameter TDS (Total Dissolved Solid)....................... 43
4.3.1 Hasil Pengujian TDS ……………………..... 40
4.3.2 Pambahasan TDS…………………………… 48
4.4 Analisa Tanaman Enceng Gondok............................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................... 51
5.2 Saran............................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN I Hasil Analisa Laboratorium
LAMPIRAN II Metode Penujian Warna Dan TDS
LAMPIRAN III Uji Statistik
LAMPIRAN IV PP/82/2001 dan MENKES/PER/IX/1990
ix
LAMPIRAN V Dimensi Gambar Reaktor
LAMPIRAN VI Gambar Alat Penelitian
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Analisa Warna Dan TDS ( Total Dilssolved Solid ).............. 28
Tabel 4.1 Hasil pengujian warna td 2 jam variasi tutupan tanaman
0%, 50%, dan 100%............................................................... 30
Tabel 4.2 Hasil pengujian warna td 4 jam variasi tutupan tanaman
0%, 50% dan 100%................................................................ 34
Tabel 4.3 Hasil pengujian TDS td 2 jam variasi tutupan tanaman
0%, 50% dan 100%................................................................ 40
Tabel 4.4 Hasil pengujian TDS td 4 jam variasi tutupan tanaman
0%, 50%,dan 100%................................................................ 44
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK (Eichornia Crassipes)
SEBAGAI PRE TREATMENT PENGOLAHAN AIR MINUM
PADA AIR SELOKAN MATARAM
Intisari
Air sungai merupakan air permukaan yang mempunyai sifat yang sangat
ditentukan oleh komponen penyusunnya. Adapun parameter pencemaran air
sungai seperti TDS, warna dan lain-lain. Salah satu alternatif pengolahan sebagai
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum masuk pengolahan selanjutnya.
Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan tanaman enceng gondok. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kemampuan penggunaan
Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar Warna dan TDS pada air
Selokan Mataram dengan variasi tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman), 50%, dan
100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan reaktor.
Penelitian ini menggunakan reaktor yang terbuat dari kayu yang dilapisi
plastik dengan ukuran 0,5 m x 1,0 m dan memanfaatkan tanaman enceng gondok
(Eichornia Crassipes) sebagai media untuk menurunkan warna dan TDS.
Sehingga pada akhir penelitian ini dapat diketahui besarnya kemampuan
penggunaan Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar warna dan TDS
pada air Selokan Mataram dengan variasi tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman),
50%, dan 100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan
reaktor. Analisis laboratorium menggunakan Spektrofotometri, yaitu untuk
menguji warna dengan metode pada SK SNI M-03-1989-F. Dan untuk analisis
TDS menggunakan Gravimetri dengan metode pada SK SNI 06-6989.3-2004.
Berdasarkan hasil pengujian pada tiap jam telah mengalami perubahan
sehingga tanaman enceng gondok mampu menurunkan Kadar TDS maka hasil
yang didapat dalam penelitian ini diketahui bahwa tanaman enceng gondok dapat
menurunkan TDS dengan efisiensi sebesar 15,63% dan untuk Warna efisiensinya
sebesar 23,48 %.
Kata kunci : Air Permukaan, Reaktor Kayu, Tanaman Enceng Gondok, Warna,
TDS.
1
Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan
2
Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan
3
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan
xiii
THE USING OF EICHORNIA CRASSIPES
AS A PRE TREATMENT OF DRINKING WATER
AT WATER SELOKAN MATARAM
Abstract
Irrigate the river represent the surface water having the nature of very
determined by its compiler component. As for contamination parameter irrigate
the river of like TDS, Colour and others. One of the processing alternative as
processing of early pre-treatment of before entering processing hereinafter.
Research done/conducted by exploiting thyroid crop . Target of this research is to
know the level of ability of Thyroid Crop usage in degrading rate of Colour and
TDS of at water of Selokan Mataram with the variation of cover by crop 0%
(without crop), 50%, and 100% with the time 2 hour and 4 hour and also wide
cover of reactor surface.
This research use the made reactor from wood arranged in layers by the
plastic of the size 0,5 m x 1,0 m and exploit the thyroid crop ( Eichornia
Crassipes) as media to degrade the Colour and TDS. So that by the end of this
research is knowable to level of ability of Thyroid Crop usage in degrading rate
of Colour and TDS of at water of Selokan Mataram with the variation of cover by
crop 0% ( without crop), 50%, and 100% with the time 2 hour and 4 hour and
also wide cover of reactor surface. Analyse the laboratory use the
Spektrofotometri, that is to test the colour with the method of at SK SNI M-03-
1989-F. And to analyse the TDS use the Gravimetri with the method of at SK SNI
06-6989.3-2004.
Pursuant to examination result of at every hour have experienced of the
change so that thyroid crop can degrade the Rate TDS of hence result got in this
research is known by that thyroid crop can degrade the TDS with the efficiency of
equal to15,63% and for the Colour of its efficiency equal to 23,48 %.
Key word : Irrigate The Surface, Wood Reactor, Thyroid Crop (Eichornia
Crassipes), Colour, TDS
1
Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan
2
Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan
3
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
-1-
makanan maupun minuman tidak merupakan pembawa bibit penyakit, maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi ataupun distribusi
mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara korotan sebagai
sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno dan Suciastuti,
1987).
Pengolahan adalah usaha-usaha teknik yang dilakukan untuk merubah
sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting sekali dalam air minum karena adanya
pengolahan ini, maka akan didapatkan air minum yang memenuhi standar kualitas
air minum yang telah ditentukan (Anonim, 1984).
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air
permukaan seperti sungai, danau, kolam dan sebagainya. Air sungai sebagai salah
satu sumber air baku secara kuantitatif relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan sumber air baku lain.
Partikel-partikel koloid mempengaruhi tingkat kekeruhan yang terjadi
pada air sungai, dapat disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Komposisi kimia yang terkandung dalam air permukaan sangat tergantung
daerah yang dilaluinya. Umumnya air permukaan akan memiliki kekeruhan
yang cukup tinggi ditandai dengan tingginya konsentrasi suspended solids.
Selain itu juga terdapat beberapa material organik dan plankton yang dapat
mempengaruhi kualitas air. Air permukaan juga mempunyai fluktuasi harian,
baik temperatur maupun kandungan kimia lain seperti oksigen, besi, mangan
maupun jenis logam lainnya. Tiap elemen tersebut memiliki variasi yang
berbeda-beda sepanjang tahun.
Hadirnya material berupa koioid menyebabkan air menjadi tampak keruh
yang secara estetika kurang menarik dan mungkin bisa berbahaya bagi
kesehatan. Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh partikel-partikel tanah liat,
lempung maupun lanau.
Agar air minum yang dikosumsi oleh masyarakat tidak menimbulkan
gangguan kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air
-2-
minum,sebagaiman telah disebutkan dalam Keputusan Mentri Kesehatan RI
Nomor 907/MENKES/SK/2002 tentang Syarat–Syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air Minum. Pada prinsipnya pengolahab air hanya diperlukan bagi
sumber air baku yang kurang memenuhi syarat air minum.
Tanggung jawab para ahli teknik dimulai dengan pengembangan sumber
daya air untuk memenuhi penyediaan air yang cukup dengan kualitas yang baik,
yaitu air harus bebas dari :
- Material tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan
- Warna yang berlabihan, rasa dan bau
- Material terlarut yang tidak dikehendaki
- Zat – zat yang bersifat agresif
- Dan bakteri indikator pencemaran kotoran
Untuk penyediaan air bersih, air tersebut harus secara nyata memenuhi
kebutuhan orang, yaitu dapat langsung diminum (potable), juga harus berasa enak
dan secara fisis menarik.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pertumbuhan ekonomi
yang terus dipacu, permintaan akan sumberdaya air baik kualitas maupun
kuantitasnya semakin meningkat melebihi ketersediaannya. Hal ini ditunjang lagi
oleh adanya isu kritis yang menyatakan bahwa ketersediaan air bersih untuk
kebutuhan bagi umumnya penduduk yang tinggal di perkotaan baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya, semakin sulit diperoleh ( Anonim, 1993 )
Pada pemelitian ini, sampel air baku yang digunakan adalah sample air
yang diambil dari air selokan Mataram, Yogyakarta. Tingginya kadar kekeruhan
pada air Selokan Mataram melatar belakangi digunakan air tersebut sebagai
sample air yang perlu pengolahan untuk memperbaiki kualitasnya terutama kadar
kekeruhan.
Selokan Mataram ini berupa sungai kecil yang dibuat oleh Sri Sultan
Hamangkubuono IX pada jaman pendudukan jepang. Air dari Selokan Mataram
diambil dari sungai Progo dan mengalir sepanjang 60 Km menuju sungai Opak
-3-
banyaknya wilayang yang dilewati Selokan Mataram sehingga hamparan sawah
dikawasan yang dilewati selokan mataram kelihatan subur. Inilah fungsi ekonomi
dan kultur Selokan Mataram, sebagai irigasi yang menghidupi lahan pertanian di
Jogjakarta, khususnya wilayah Kabupaten Sleman.
Secara politik, pda waktu itu, Selokan Mataram mempunyai makna Lain.
Karena Selokan Mataram dibangun dalam upaya untuk menolak kerja paksa yang
dilakukan oleh penjajah Jepang. Upaya untuk menolak itu sultan mengerahkan
rakyatnya untuk membuat Selokan Mataram, dan ini menguntungkan rakyat.
Melihat Selokan Mataram sekarang dengan Selokan Mataram yang dulu
tentu banyak yang berbeda, setidaknya dari segi kebersihan wilayah sekitar,
namun dari limbah,boleh jadi Mataram lebih kotor dibandingkan yang dulu,
karena sekarang disekitar selokan telah berdiri banyak pemukiman dan mereka
terbiasa membuang berbagai limbah keselokan, disamping itu juga kepadatan
penduduk yang terus meningkat secara nyata menyebabkan pencemaran air
permukaan yang disebabkan oleh buangan limbah domestik maupun limbah non
domestik yang masuk kebadan air. Salah satu alternatif pengolahan yang sangat
sederhana yang dapat diterapkan adalah melewatkan air permukaan tersebut
kedaerah yang terdapat tanaman Enceng Gondok.
Sebagai salah satu alternatif pengolahan yang sederhana yang dapat
diterapkan untuk menurunkan konsentrasi pencemar dengan parameter Warna dan
TDS. Zat padat terlarut (TDS) adalah dengan memanfaatkan Enceng Gondok
dimana salah satu variabel yang mempengaruhi dalam proses penurunan tersebut
waktu detensi, kedalaman media dan kecepatan tertentu.
-4-
treatment) sebelum di olah terlebih dahulu. Dan efisiensi penurunan konsentrasi
untuk kadar warna, dan TDS yang terjadi di dalam reaktor.
-5-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-
sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan
kualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut
kegunaannya digolongkan menjadi :
-6-
• Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
• Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
• Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
• Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak
memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas
air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No
416/MENKES/PER/IX/1990.
a. Jumlah zat padat tersuspensi TSS (Total Suspended Solid)
Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih kecil
dari pada molekul / ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat digolongkan
menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendap
apabila keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan;
materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapat
disaring dengan (filter) air biasa.
Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas air
karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk
kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang
-7-
butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan
terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini banyak
dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur dapat sangat mengangu
dalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukan
lumpur yang lebih sering. Apabila zat-zat ini sampai dimuara sungai dan bereaksi
dengan air yang asin, maka baik koloid maupun zat terlarut dapat mengendap di
muara muara dan proses inilah yang menyebabkan terbentuknya delta. Dapat
dimengerti, bahwa pengaruhnya terhadap kesehatan pun menjadi tidak langsung.
b. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal
dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari
lapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan
sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi,
sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula
dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan
menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba
terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan,
bila mikroba itu patogen.
-8-
berasal dari hujan, pencairan es / salju (terutama untuk wilayah Ugahari), dan
sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang
menjadi tangkapan air disebut catchment basin.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar-
kadar bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya
bersifat asam, dengan nilai pH 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-
gas yang terdapat di atsmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulphur (S)
dan nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novotny dan
Olem, 1994). Setelah jatuh kepermukaan bumi, air hujan mengalami kontak
dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam
tanah.(Effendi, 2003).
-9-
3. Air permukaan meliputi sungai, rawa-rawa dan danau.
Air sungai sangat terpengaruh oleh musim, dimana debit air sungai
pada musim hujan relatif lebih banyak dibanding dengan pada musim
kemarau. Kuantitas air sungai dipengaruhi oleh :
- Debit sumber air sungai (air hujan, air dari mata air dan sebagainya)
- Sifat dan luas area.
- Keadaan tanah.
Air permukaan adalah air yang ada di permukaan tanah, baik
keberadaannya bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil. Air permukaan
bila langsung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari perlu diperhatikan
apakah air tersebut sudah tercemar atau belum. Indikator atau tanda bahwa air
permukaan sudah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat
diamati melalui :
l. Adanya perubahan warna, bau dan rasa dalam air.
2. Adanya perubahan suhu air.
3. Adanya perubahan pH dan konsentrasi ion hidrogen.
4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktifitas dalam air
Agar air permukaan dapat digunakan sebagai sumber air bersih perlu
dilakukan pengolahan air untuk perbaikan kualitas fisika air bersih dapat
dilakukan misalnya dengan penyaringan (filtrasi).
Pada umumnya air sungai mengandung zat organik maupun anorganik,
yang terkandung dalam air sungai tergantung kadar pencemaran pada air
sungai tersebut dan jenis tanah yang dilalui oleh air sungai tersebut.
Sungai pada umumnya akan membawa zat-zat padat yang berasal dari
erosi, penghancuran zata-zat organik, garam-garam mineral sesuai dengan jenis
tanah yang dilalui. Dan pada sungai-sungai yang melalui daerah-daerah
pemukiman yang padat akan mengalami pencemaran akibat buangan rumah
- 10 -
tangga yang dapat mengakibatkan perubahan warna, peningkatan kekeruhan, rasa,
bau dan lain-lain.
2.3.2 Kualitas
Air permukaan adalah air yang ada di permukaan tanah, baik
keberadaannya bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil. Air permukaan
bila langsung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari perlu diperhatikan
apakah air tersebut sudah tercemar atau belum. Indikator atau tanda bahwa air
permukaan sudah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat
diamati melalui :
l. Adanya perubahan warna, bau dan rasa dalam air.
2. Adanya perubahan suhu air.
3. Adanya perubahan pH dan konsentrasi ion hidrogen.
4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktifitas dalam air
Agar air permukaan dapat digunakan sebagai sumber air bersih perlu
dilakukan pengolahan air untuk perbaikan kualitas fisika air bersih dapat
dilakukan misalnya dengan penyaringan (filtrasi).
Pada umumnya air sungai mengandung zat organik maupun anorganik,
yang terkandung dalam air sungai tergantung kadar pencemaran pada air
sungai tersebut dan jenis tanah yang dilalui oleh air sungai tersebut.
Sungai pada umumnya akan membawa zat-zat padat yang berasal dari
erosi, penghancuran zata-zat organik, garam-garam mineral sesuai dengan jenis
tanah yang dilalui. Dan pada sungai-sungai yang melalui daerah-daerah
pemukiman yang padat akan mengalami pencemaran akibat buangan rumah
tangga yang dapat mengakibatkan perubahan warna, peningkatan kekeruhan, rasa,
bau dan lain-lain.
- 11 -
2.4 Air Minum
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Air berperan
sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media
reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer, dan sebagainya.
Air dapat dikonsumsi sebagai air minum apabila air tersebut bebas dari
mikroorganisme yang bersifat patogen dan telah memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Untuk masyarakat awam persediaan air minum, mereka mengambil
dari sumber air sebelum dikonsumsi air tersebut harus direbus dahulu. Merebus
air sampai mendidih bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang mungkin
terkandung dalam air tersebut. Sedangkan air minum yang tersedia di pasaran luas
berupa air mineral yang berasal dari sumber air pegunungan dan telah mengalami
proses destilasi atau penyulingan di industri dalam skala besar. Penyulingan ini
juga bermaksud untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung baik
berupa mikroorganisme maupun berupa logam berat.
2.4.1 Warna
Warna akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, disamping
adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat.
Warna air permukaan menunjukkan kualitasnya, yang dimaksud zat warna adalah
senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan sehingga penampangnya
berwarna. Warna perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu warna
sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna yang
disebabkan oleh warna organik yang mudah larut dan beberapa ion logam ini
disebut warna sesungguhnya, jika air tersebut mengandung kekeruhan atau danya
bahan tersuspensi dan juga oleh penyebab warna sesungguhnya maka warna
tersebut dikatakan warna tampak (Benny Chatib, 1990). Dan juga karena adanya
- 12 -
bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk bersifat koloid (Tchobanoglous,
1985).
Zat warna adalah suatu senyawa yang komplek yang dapat dipertahankan
didalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat
organik yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai
pembawa warna dan Auksokrom sebagai pengikat antara warna dengan serat.
Chromogen adalah senyawa aromatik yang berisi chromopore yaitu zat pemberi
warna yang berasal dari radikal kimia seperti kelompok azo (N=N). Agar warna
dapat masuk dengan baik kedalam bahan yang akan diberi warna maka diperlukan
bahan dari auxochrome yaitu radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan,
misalnya kelompok pembentuk garam –NH2 atau OH (Wardana, 1994).
Kecerahan dipengaruhi oleh warna air, semakin dalam peneterasi sinar
matahari dapat menembus lapisan air, semakin produktif pula perairan tersebut.
Hal ini seiring dengan banyaknya fitoplankton diperairan tersebut. Kekeruhan
ialah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan didalam
air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan sangat
berhubungan erat dengan warna perairan, sedangkan konsentrasinya sangat
mempengaruhi kecerahan dengan cara membatasi trnsmisi sinar matahari
kedalamnya (Swingle, 1968).
Warna yang timbul pada perairan disebabkan oleh buangan industri dihulu
sungai atau dapat juga derasal dari bahan pelapukan tumbuhan oleh bakteri.
Santanniello (1971) menyatakan bahwa industri-industri yang mengeluarkan
warna adalah industri kertas dan pulp, tekstil, petrokimia dan kimia, air yang
digunakan oleh masyarakat umum diijinkan dengan kriteria bahwa air tersebut
mengandung tidak lebih dari 75 unit warna (Standar kobal-platinum), sedangkan
yang disarankan tidak lebih dari 10 warna. Hal ini penting mengingat zat-zat
warna banyak mengandung logam-logam berat yang bersifat toksik.
Disamping bersifat toksis, fotosintesis juga terhambat di perairan yang
mengandung 50 warna.
- 13 -
2.4.2 TDS ( Total Dissolved Suspended )
TDS adalah ukuran jumlah materi yang terlarut dalam air. TDS ini
menggunakan satuan mg/L dengan nilai-nilai air bersih yang pada dasarnya
berkisar dari 1-1000 mg/L. Garam-garam terlarut seperti sodium, klorida,
magnesium dan sulfat memberi kontribusi pada TDS. Konsentrasi yang tinggi
dari TDS membatasi kesesuaian air sebagai sumber air minum dan suplay irigasi.
Selain itu, konsentrasi TDS yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi
kejernihan, warna dan rasa. TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik
dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula.
Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada
spesies kimia penyebab masalah tersebut.
- 14 -
aerob. Bakteri aerob akan merubah persenyawaan organik menjadi bentuk
persenyawaan yang tidak berbahaya (yang dikehendaki manusia). Misalnya
nitrogen dirubah menjadi persenyawaan nitrat, belerang dirubah menjadi
persenyawaan sulfat, bila oksigen bebas dalam air itu habis atau sangat kurang,
maka yang bekerja atau tumbuh dan berkembang adalah bakteri anaerob. Bakteri
anaerob merubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan sederhana
(tidak dikehendaki manusia). Misalnya nitrogen dirubah menjadi amoniak,
belerang dirubah menjadi hydrogen sulfide, yang keduanya berbentuk gas dan bau.
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara kimiawi.
Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor
lain yang mempengaruhi kelrutan oksigen olakan air dan luas permukaan air yang
terbuka bagi atmosfer (Mahida, 1984).
- 15 -
Gambar Rudi, h. 2003. Enceng Gondok : Budi Daya Eceng Gondok di Indonesia
www.Google.com.(22/04/2007)
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma)
diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke
Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata
dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Dalam
perkembangannya, tanaman keluarga Pontederiaceae ini justru mendatangkan
manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan
kerajinan, dan campuran pakan ternak.
Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi
berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8
meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan
pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan
daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk
bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.
Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar
serabut.
Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan
berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah
yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas
tanaman ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang
- 16 -
tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara
biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat
seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam
persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur
tua (Widianto dan Suselo, 1977).
Adapun bagian-bagian tanaman yang berperan dalam penguraian air
limbah adalah sebagai berikut :
a) Akar
Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang
berserabut, berfungsi sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian besar
peranan akar untuk menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dari dalam air.
Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di bawah sinar matahari
kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat mengumpulkan lumpur
atau partikel-partikal yang terlarut dalam air (Ardiwinata, 1950).
b) Daun
Daun eceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan
air, yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat
pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) eceng gondok terdapat dalam sel
epidemis. Dipermukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu
daun. Rongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai
alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses
fotosintesis.
Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan dimalam
hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air (Pandey, 1980).
c) Tangkai
Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya
penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan
air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian
bawahnya terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut
- 17 -
lapisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut
(xylem dan floem). Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa
selaput tipis berwarna putih (Pandey, 1950).
d) Bunga
Eceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda.
Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan
putik tunggal.
Eceng gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, eceng gondok
merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang
mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal.
Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara
generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari
ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru.
Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000
tanaman baru dalam waktu 8 bulan, hal inilah membuat eceng gondok banyak
dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai
ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.
Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan eceng
gondok adalah sebagai berikut :
1. Cahaya matahari, PH dan Suhu
Pertumbuhan eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang
cukup, dengan suhu optimum antara 25 oC-30 oC, hal ini dapat dipenuhi dengan
baik di daerah beriklim tropis. Di samping itu untuk pertumbuhan yang lebih baik,
eceng gondok lebih cocok terhadap pH 7,0 - 7,5, jika pH lebih atau kurang maka
pertumbuhan akan terlambat (Dhahiyat, 1974).
2. Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) air
Pada umumnya jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur
hara yang tinggi. Sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor
pembatas. Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan domestik.
- 18 -
Jika pada perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses eutrofikasi.
Eceng gondok dapat hidup di lahan yang mempunyai derajat keasaman (pH) air
3,5 - 10. Agar pertumbuhan eceng gondok menjadi baik, pH air optimum berkisar
antara 4,5 – 7.
Pemilihan tanaman eceng gondok pada reaktor ini didasarkan pada
pertimbangan – pertimbangan berikut ini :
1. Tanaman eceng gondok merupakan jenis tanaman yang banyak dijumpai
di Indonesia.
2. Dari segi ekonomi tanaman eceng gondok harganya relatif murah.
3. Tidak memerlukan perawatan khusus dan pemeliharaan sangat mudah.
- 19 -
b. Fotosintesis
Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh
klorofil. Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk
tambahan.
Dalam proses fotosintesis ini tanaman membutuhkan CO2 dan H2O dan
dengan bantuan sinar matahari akan menghasilkan glukosa dan oksigen dan
senyawa-senyawa organic lain. Karbondioksida yang digunakan dalam proses ini
beasal dari udara dan energi matahari (Sastroutomo, 1991).
c. Respirasi
Sel tumbuhan dan hewan mempergunakan energi untuk membangun dan
memelihara protoplasma, membran plasma dan dinding sel. Energi tersebut
dihasilkan melalui pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi molekul gula
atau glukosa (C6H12O6) diubah menjadi zat-zat sedarhana yang disertai dengan
pelepasan energi (Tjitrosomo, 1983).
- 20 -
e. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan.
f. Sebagai bahan baku karbon aktif.
- 21 -
kedalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan
gradient elektrokimia. (Foth, 1991)
Di dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian
membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian
mengikat logam kemudian dibawa kedalam sel akar. Agar penyerapan logam
meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul rediktase di membran akar.
Sedangkan model tranportasi didalam tubuh tumbuhan adalah logam yang dibawa
masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem,
kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan
untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan
detoksofikasi, misalyna menimbun logam kedalam organ tertentu seperti akar.
Menurut Fitter dan Hay (1991), terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar
tanaman :
1. Aliran massa, ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang
disebabkan oleh transpirasi.
2. Difusi, gradient konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada
permukaan akar.
Dalam pengambilan ada dua hal penting, yaitu pertama , energi metabolik
yang diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan
dibatasi maka pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit. Dan kedua, proses
pengambilan bersifat selektif, tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi
penyerapan ion tertentu pada kondisi lingkungan yang luas. (Foth, 1991).
2.6 Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka dapat diambil beberapa
hipotesis.
Bahwa kontruksi reaktor dengan menggunkan tanaman Enceng Gondok
dapat menurunkan konsentrasi TDS dan warna. Kapasitas reaktor dengan
menggunakan enceng gondok terhadap TDS dan warna dapat dipergunakan untuk
- 22 -
pengolahan air selokan Mataram sebagai langkah awal (pre-treatment) untuk
pengolahan selanjutnya agar lebih mudah, aman dan efisien.
- 23 -
BAB III
METODE PENELITIAN
Analisis parameter
Pembuatan reaktor
Pengambilan sampel
Pengujian sampel
Penyusunan laporan
- 24 -
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel air permukaan yaitu di selokan Mataram,
Yogyakarta Pengambilan sample dilaksanakan pada laboratorium kualitas
lingkungan dan penelitian dilakukan di halaman belakang FTSP, UII, Sleman,
Yogjakarta dengan menggunakan reaktor Constructed secara Continue ( Terus
menerus ) berukuran 1 m x 0.5 m yang ditanami tanaman eceng gondok, sedang
untuk analisis parameter kualitas air permukaan dilakukan di laboratorium
kualitas lingkungan UII Yogjakarta.
- 25 -
Direncanakan dimensi :
P = 1 m , L = 0.5 m, T = 0.25 m
Kecepatan (V) = 2 m/dtk
Debit air (Q) = 1 m3/dtk
Volume = 0.125 m3
Td = 2 jam
= 4 jam
2. Pembuatan reaktor
Dalam tahap pembuatan alat, direncanakan reaktor berbentuk persegi
panjang dengan rincian sbb:
• Plastik 2 m
• Kaca
• Paku payung
• Pipa tegak
• Pompa
• Ember Plastik
3. Gambar reaktor
- 26 -
4. Proses sampling
Dalam proses ini, dilakukan pemeriksaan awal untuk parameter Warna dan
TDS. Kemudian selama 3 hari setiap 2 jam sekali dilakukan sampling
pemeriksaan parameter TDS dan Warna dengan masing – masing variasi 50 %
dan 100 % kemudian setiap 4 jam sekali dilakukan sampling pemeriksaan TDS
dan Warna dengan masing – masing variasi 50 % dan 100 %.
- 27 -
3.7 Analisa Warna dan TDS
Pengukuran
No Parameter penelitian Metode
1 Warna Spektrofotometri SK SNI M-03-1989-F
SK SNI 06-6989.3-
2 TDS (Total Dissolved Solid) Gravimetri 2004
- 28 -
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Warna
Warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan
sehingga penampangnya berwarna. Warna yang timbul pada air baku Selokan
Mataram disebabkan oleh buangan industri atau dapat juga berasal dari bahan
hancuran sisi-sisi tumbuhan oleh bakteri. Warna air baku Selokan Mataram
menunjukkan kualitasnya, air limbah yang baru akan berwarna abu-abu, dan air
- 29 -
limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna gelap (Muhida,1984). Untuk
mengatasi permasalahan diatas maka dibuat pengolahan awal (pre-treatment)
sebelum masuk ke pengolahan selanjutnya.
- 30 -
140
120
100
warna (TCU)
80 Inlet 0%
60 Outlet 0%
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
- 31 -
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung
untuk warna pada konsentrasi 0% sebesar 1,085 dengan probabilitas 0,306 > 0,05
yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna
antara inlet dan outlet.
18
16
14
12
warna (TCU)
10 Inlet 50%
8 Outlet 50%
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
Dari gambar 4.2 diatas menyatakan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan
konsentrasi pada pengambilan ke-1 terjadi peningkatan dengan konsentrasi awal
10,161 TCU menjadi 11,251 TCU. Pada pengambilan ke-2 terjadi penurunan
dengan konsentrasi awal 11,393 TCU menjadi 10,445 TCU. Saat pengambilan ke-
3 terjadi kenaikan lagi tetapi tidak terlalu besar dengan konsentrasi awal 10,730
TCU menjadi 10,777 TCU. Pada pengambilan ke-4 terjadi penurunan lagi dengan
konsentrasi awal 10,588 TCU menjadi 10,540 TCU. Pada pengambilan ke-5
terjadi kenaikan lagi denan konsentrasi 11,109 TCU menjadi 12,531 TCU.
Pengambilan ke-6 juga mengalami penurunan dengan konsentrasi awal 11,773
TCU menjadi 11,630 TCU. Pada pengambilan ke-7 terjadi kenaikan lagi dari
konsentrasi awal 12,483 TCU menjdi 13,289 TCU. Peda pengambilan ke-8, ke-9
- 32 -
dan ke-10 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 16,180 TCU menjadi
12,673 TCU, 14,142 TCU menjadi 8,834 TCU dan 14,047 TCU menjadi 12,673
TCU.
Pada konsentrasi 50% terjadi kenaikan dan penurunan, kenaikan karena
disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga warna
terlihat naik, sedangkan untuk penurunan karena di disebabkan oleh faktor waktu
tinggal air selokan mataram sehingga warna yang ada direaktor terlihat turun.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung
untuk warna pada konsentrasi 50% sebesar 0,263 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal
ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.
25
20
warna (TCU)
15
Inlet 100%
Outlet 100%
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
Gambar 4.3 Penurunan warna untuk konsentrasi 100 % dengan waktu Td 2 jam
Dari gambar 4.3 diatas terlihat ada penurunan dan kenaikan kosentrasi
pada pengambilan ke-1 terjadi penurunan dengan kosentrasi awal 13,10 TCU
menjadi 9,261 TCU. Pada pengambilan ke-2 terjadi penurunan juga tetapi tidak
terlalu besar dengan kosentrasi awal 12,436 TCU menjadi 11,393 TCU. Dan pada
pengambilan k-3, ke-4 dan ke-5 terjadi penurunan juga dengan kosentrasi awal
12,246 TCU menjadi 10,682 TCU, 11,962 TCU menjadi 11,346 TCU dan 12,531
- 33 -
TCU menjadi 11,156 TCU. Pada pengambilan ke-6 terjadi kenaikan sendiri
dibandingkan yang lain dengan kosentrasi awal 11,346 TCU menjadi 11,488
TCU. Pada pengambilan ke-7 terjadi penurunan dengan konsentrasi awal 14,284
TCU menjadi 12,957 TCU. Pada pengambilan ke-8 terjadi penurunan yang besar
dibandingkan yang lain dengan konsentrasi awal 19,071 TCU menjadi 13,905
TCU. Dan pada pengambilan ke-9 dan ke-10 juga terjadi penurunan dengan
konsentrasi awal 14,047 TCU menjadi 13,384 TCU dan 15,848 TCU menjadi
11,014 TCU.
Pada konsentrasi 100% terjadi kenaikan dan penurunan, kenaikan karena
disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga warna
yang ada direaktor terlihat naik, sedangkan untuk penurunan karena di disebabkan
oleh faktor waktu tinggal air selokan didalam reaktor sehingga warna yang ada
direaktor terlihat turun.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung
untuk warna pada konsentrasi 100% sebesar 0,08 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal
ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.
Tabel 4.2 Hasil pengujian warna td 4 jam variasi tanaman tutupan tanaman 0%,
50% dan 100%
Waktu Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet
pengambilan 0% 0% 50% 50% 100% 100%
36,93 31,11 42,436 12,531 18,028 15,706
1
28,83 76,37 30,161 10,588 29,829 14,142
2
121,15 34,9 20,019 11,962 13,289 14,284
3
65,37 42,67 46,796 13,905 21,630 15,232
4
49,73 32,01 17,697 13,289 3,763 15,185
5
161,63 36,18 28,929 9,640 12,199 10,872
6
- 34 -
64,81 61,01 82,057 11,014 14,284 13,194
7
67,74 44,43 12,957 10,588 12,199 12,768
8
44,62 43,38 19,735 11,962 17,081 14,948
9
56,98 40,30 16,464 13,668 14,095 13,384
10
69,78 44,23 31,725 11,914 15,639 13,971
Rata - rata
(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)
180
160
140
120
warna (TCU)
100 Inlet 0%
80 Outlet 0%
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.4 di atas, terlihat terjadinya penurunan
konsentrasi dan peningkatan konsentrasi. Peningkatan konsentrasi terjadi pada
pengambilan ke-2 dari 28,83 TCU menjadi 76,37 TCU. Kemudian pada
pengambilan ke-4 terjadi penurunan yang cukup besar dengan konsentrasi awal
121,15 TCU menjadi 34,9 TCU. Begitu juga dengan pengambilan ke-6 terjadi
penurunan yang cukup besar dari 161,63 TCU menjadi 36,18 TCU.
- 35 -
Pada konsentrasi 0% terjadi penurunan karena disebabkan oleh tidak
adanya faktor penggunaan tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga zat
warna yang ada direaktor tidak kelihatan kenaikan tetapi terjadi penurunan.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung
untuk warna pada konsentrasi 0% sebesar 1,688 dengan probabilitas 0,126 > 0,05
yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna
antara inlet dan outlet.
90
80
70
warna (TCU)
60
50 Inlet 50%
40 Outlet 50%
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
Menerut gambar 4.5 diatas mengatakan bahwa terjadi penurunan saja dan
tidak terjadi kenaikan, terlihat pada pengambilan ke-1 dengan konsentrasi awal
42,436 TCU menjadi 12,531 TCU.dan diikuti percobaan ke-2 dengan konsentrasi
awal 30,161 TCU menjadi 10,588 TCU. Pada pengambilan ke-7 merupakan
penurunan konsentrasi yang paling besar dibandingkan yang lain dengan
konsentrasi awal sebesar 82,057 TCU menjadi 11,014 TCU. Dan pada
pengambilan ke-8 terjadi penurunan yang paling sedikit dibandingkan yang lain
dengan konsentrasi awal 12,957 TCU menjadi 10,588 TCU. Dan pada
- 36 -
pengambilan yang terakhir ke-10 terjadi penurunan juga dengan konsentrasi awal
16,464 TCU menjadi 13,668 TCU.
Pada konsentrasi 50% terjadi penurunan karena disebabkan oleh faktor
waktu tinggal air selokan mataram didalam reaktor sehingga warna yang ada
direaktor terlihat turun.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung
untuk warna pada konsentrasi 50% sebesar 0,016 < 0,05 yaitu signifikan, hal ini
berarti terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.
35
30
25
warna (TCU)
20 Inlet 100%
15 Outlet 100%
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
Gambar 4.6 Penurunan warna untuk konsentrasi 100 % dengan waktu Td 4 jam
- 37 -
3,763 TCU menjadi 15,185 TCU. Pada pengambilan ke-6 dan ke-7 terjadi
penurunan dengan konsentrasi awal 12,199 TCU menjadi 10,872 TCU dan 14284
mg/l menjadi 13,194 TCU. Pada pengambilan ke-8 terjadi kenaikan dengan
konsentrasi awal 12,199 TCU menjadi 12,768 TCU. Pada pengambilan ke-9 dan
ke-10 perjadi penurunan dengan konsentrasi awal 17,081 TCU menjadi 14,948
TCU dan 14,095 TCU menjadi 13,384 TCU.
Pada konsentrasi 100% terjadi kenaikan dan penurunan, kenaikan karena
disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok didalam reaktor sehingga warna
yang ada direaktor terlihat naik, sedangkan untuk penurunan karena di disebabkan
oleh faktor waktu tinggal air selokan mataram didalam reaktor sehingga warna
yang ada direaktor terlihat turun.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung
untuk warna pada konsentrasi 100% sebesar 0,451 > 0,05 yaitu tidak signifikan,
hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata warna antara inlet dan outlet.
- 38 -
Untuk pengujian warna terjadi penurunan dan kenaikan yang sangat
berimbang, disebabkan oleh faktor tanaman enceng gondok Penurunan
konsentrasi warna pada reaktor yang menggunakan tanaman enceng gondok
terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena proses penyerapan akar
tanaman enceng gondok dan waktu tinggal ( Td ).
Proses kenaikan konsentrasi warna dalam reaktor dapat terjadi karena
peranan tanaman enceng gondok dan bahan–bahan organik serta mikroorganisme
yang ada direaktor. Proses yang terjadi akibat dari media tanaman enceng gondok
disebabkan oleh adanya daun-daun dari tanaman yang layu dan jatuh kedalam
reaktor serta kematian dari tanaman sehingga menghasilkan bahan organik terlarut
dalam hal ini tanaman enceng gondok memanfaatkan untuk proses fotosintesis
dan nutrien oleh tanaman. Peranan mikroorganisme dalam reaktor ini yaitu untuk
menguraikan partikel-partikel organik dalam air permukaan sebagai bahan nutrien
untuk pertumbuhan tanaman.
Dengan makin banyaknya daun–daun yang mati dan jatuh ke dalam
kolom reaktor maka bertambah pula kandungan bahan organik yang berakibat
meningkat pula konsentrasi warna. Pertumbuhan alga yang pesat terjadi karena
terpenuhinya kebutuhan dalam pertumbuhan yaitu adanya sinar matahari, nutrien
dan oksigen, dengan pertumbuhan paling tinggi pada saat keadaan temperatur
tinggi dan hangat (Jack and Lamar, 1999).
- 39 -
yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan
akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan.
- 40 -
500
450
400
350
TDS (mg/l)
300
Inlet 0%
250
Outlet 0%
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
Berdasarkan dari tabel 4.3 dan gambar 4.7 terlihat bahwa terjadinya
penurunan konsentrasi, dengan konsentrasi awal 428 mg/l menjadi 420 mg/l pada
pengambilan ke-1. Pada pengambilan ke-6 mengalami penurunan konsentrasi
dengan konsentrasi awal 392 mg/l menjadi 372 mg/l. Pada pengambilan ke-10
mengalami penurunan konsentrasi yang cukup banyak dari 300 mg/l menjadi 268
mg/l.
Pada konsentrasi 0% ini tidak terjadi kenaikan disebabkan proses
sedimentasi yang sempurna sehingga proses pemisahan materi dari air sempurna
berjalan dengan semestinya.
Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t
hitung untuk TDS pada konsentrasi 0% sebesar 7,426 dengan probabilitas 0,000 <
0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara
inlet dan outlet.
- 41 -
600
500
400
TDS (mg/l)
Inlet 50%
300
Outlet 50%
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
- 42 -
Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t
hitung untuk TDS pada konsentrasi 50% sebesar 2,832 dengan probabilitas 0,02 <
0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara
inlet dan outlet.
600
500
400
TDS (mg/l)
Inlet 100%
300
Outlet 100%
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
- 43 -
3 disebabkan oleh ada pergerakan sehingga sedimentasi tidak berjalan dengan
semestinya.
Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t
hitung untuk TDS pada konsentrasi 100% sebesar 3,646 dengan probabilitas 0,05
= 0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaan rata – rata TDS antara
inlet dan outlet.
Tabel 4.4 hasil pengujian TDS untuk td 4 jm variasi tutupan tanaman 0%,
50%,dan 100%
Waktu Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet
pengambilan 0% 0% 50% 50% 100% 100%
1 428 412 408 172 172 104
2 368 348 168 88 344 236
3 508 480 72 52 200 292
4 340 312 636 424 588 172
5 376 340 60 224 340 312
6 388 348 68 16 252 108
7 408 368 436 248 220 276
8 332 292 168 168 184 44
9 324 280 92 40 56 28
10 296 252 172 88 72 20
Rata - rata 376,8 343,2 228 152 242,8 159,2
(Sumber : Hasil Penelitian, 2007)
- 44 -
600
500
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
- 45 -
700
600
500
TDS (mg/l)
400 Inlet 50%
300 Outlet 50%
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
- 46 -
> 0,05 yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata
TDS antara inlet dan outlet.
700
600
500
TDS (mg/l)
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengambilan
- 47 -
Bedasarkan hasil uji t hitung sampel berpasangan maka didapatkan nilai t
hitung untuk TDS pada konsentrasi 100% sebesar 1,892 dengan probabilitas
0,091 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata –
rata TDS antara inlet dan outlet.
- 48 -
unsur-unsur hara oleh tanaman enceng gondok dilakukan oleh bulu-bulu akar
sehingga bulu-bulu akar inilah yang berperan dalam proses penurunan konsentrasi
padatan terlarut, ini terlihat pada lapisan biofilm pada bagian akar halus, batang
tanaman dan daun yang jatuh.
Kenaikan konsentrasi padatan terlarut oleh tanaman enceng gondok
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis tanaman, umur
tanaman, media, konsentrasi tanaman dan lamanya waktu perlakuan dan untuk
penurunan konsentrasi di sebabkan oleh proses sedimentasi yang sempurna
sehingga proses pemisahan jumlah materi dari air sempurna berjalan dengan
semestinya.
- 49 -
kandungan zat hara dalam air selokan mataram yang semakin berkurang karena
terserap oleh tanaman.
- 50 -
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan tanaman enceng gondok mampu menurunkan
konsentrasi warna dan TDS ( Total Dissolved Solid ) pada air selokan
Mataram.
2. Adanya perbedaan efisiensi antara warna dan TDS untuk td 2 dan 4
jam dan juga variai tutupan tanaman 0%, 50%, dan 100%.
3. Luas tutpan tanaman berpengaruh besar dalam penurunan kadar warna
dan TDS.
4. Efisiensi penurunan warna dan TDS sebesar 15,63 % dan 23,48 %.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian berikutnya adalah :
1. Perlunya variasi waktu kontak yang lebih lama dan memperbanyak
jumlah tanaman untuk menyempurnakan dalam proses penurunan
kadar parameter yang diuji.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran
terhadap temperatur, pH serta penelitian fisik pertumbuhan tanaman
enceng gondok seperti panjang akar, batang, lebar daun.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan sebagai
alternatif untuk pengolahan pendahuluan pada air Selokan Mataram.
- 51 -
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts G., dan S.S Santika., 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional,
Surabaya, Indonesia
Sutrisno, dan Suciati., 1987, Teknologi Penyediaan Air Bersih., Penerbit Rineka
Cipta Karya, Jakarta
Chatib B, Diktat Pengolahan Air Minum, ITB, Bandung
Effendi Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya
Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Kodoatie, dan Sjarief, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi
Offset, Yogyakarta
Marianto, Lukito Adi. SP. 2003, Tanaman Air, Agro Media Pustaka
Pandey.B.P.,1980, Plant Anatomi, S Chard dan Co, Ltdramnage, New Delhi
Widianto. L.S, 1986, The Effect Of Heavy Metal On The Growth Of
WaterHyacinth, Proceed Syimposium on Pest Ecology and Pest
management, Seameo-Biotrop, Bogor, Indonesia.
Ardiwinata.R.O., 1985 , Musuh Dalam Selimut di Rawa Pening, Kementrian
Pertanian, Vorking, Bandung
Slamet, J,S., 1994, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Fardiaz, Srikandi, 1992, Polusi Udara dan Air, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Effendi, H, 2003, “ Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan
Mahida, U.N, 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah industri,
Rajawali, Jakarta
Crites, R. W, and G. Tchobanoglous, 1998, “Small and Decentralized
Wastewater
Management System”, Mc Graw Hill, New York
Sastroutomo, 1991, Ekologi Gulma, Gramedia, Jakarta
Tjitrosomo.S.S., 1983, Botani Umum II, Angkasa Bandung
Tjokrokusumo, 1995, Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengolahan
dan Pengolahan Air, STTL, Yogyakarta
Uchi, 2006, Tugas Akhir, tingkat penurunan kromium total (Cr total) dari limbah
cair laboratorium kualitas lingkungan UII dengan Countructed Wetland
menggunakan tanaman enceng gondok (Eichornia Craipe), Teknik
Lingkungan, FTSP, UII, Yogyakarta