Anda di halaman 1dari 11

PENDEKATAN DAN LANGKAH PENGEMBANGAN

SURVAILANCE BIDANG KEBIDANAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kasus dan Survailance
Kebidanan
Makalah
Dosen: dr. Achmad Suardi, Sp.OG(K)., SH., MH

Di Susun Oleh :

Melati Yuliandari (4007170017)


Mitsalina Durrah Judaty (4007170024)
Muayah (4007170020)
Widia Natalia (4007170013)
Yona Septina (4007170001)

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN


STIKES DHARMA HUSADA
2017–2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Surveilans Epidemiologi atau Surveilans Kesehatan Masyarakat
merupakan salah satu fungsi utama epidemiologi, sebagaimana menurut
Crooker(2014) terdapat enam fungsi utama epidemiologi yaitu: 1) Surveilans
kesehatan masyarakat; 2) Investigasi lapangan; 3) Studi analitik; 4) Evaluasi;
5) Membuat hubungan antar data kesehatan (record linkages); dan 6)
Pengembangan Kebijakan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Crooker (2014) bahwa surveilans
merupakan “batu loncatan” dalam kegiatan kesehatan masyarakat. Karena
dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang akurat tentang kejadian
kesehatan di masyarakat Surveilans juga merupakan langkah awal dalam
intervensi kesehatan masyarakat.
Sistem pendekatan epidemiologi diawali dengan kegiatan surveilans.
Tahap ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan “what’s the problem” atau
masalah apa yang dihadapi.
Selanjutnya bila permasalahan sudah dijawab, pertanyaan yang harus
dijawab adalah “what’s the cause?” atau apa penyebabnya, dengan melakukan
identifikasi faktor risiko. Setelah faktor risiko diketahui, selanjutnya adalah
melakukan evaluasi intervensi yang akan menjawab pertanyaan “what works?”
atau apa yang akan dilakukan. Dan tahap terakhir adalah
mengimplementasikan intervensi kesehatan yang akan menjawab “how do you
do it?” atau bagaimana intervensi tersebut dijalankan.1
1.2 Rumusan Masalah
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan pada latar belakang diatas
penulis menguraikan rumusan masalah:
1. Apa saja Jenis Pendekatan Survailance ?
2. Langkah Pengembangan Survailance bidang Kebidanan ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Pendekatan Survailance

Surveilans epidemiologi secara umum terbagi menjadi 3 yakni surveilans


aktif, surveilans pasif dan surveilans sentinel.
1) Surveilans aktif
Pengertiannya adalah surveilans yang aktif dalam pengumpulan data.2
Surveilans aktif yaitu pemerintah melalui petugas kesehatan secara aktif
mengumpulkan data kejadian kesehatan di masyarakat atau komunitas.1
Cirinya yaitu :
 Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga
tidak ada satupun kasus yg lepas dari pendataan.
 Unit surverilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta
data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan sehingga tidak ada
satupun sumber data yg tidak terekam datanya.2

Contoh : pemeriksaan serologi untuk penyakit malaria yang di


lakukan di daerah endemis malaria jika data yang tersedia oleh tenaga
kesehatan tidak lengkap ataupun angka insiden terlihat rendah.

Contoh lainnya, adanya wabab keracunan makanan di desa X setelah


penyelenggaraan pesta pernikahan, lalu tenaga surveilans kesehatan
melakukan pengumpulan data dengan wawancara dan mengumpulan
sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium.

Surveilans aktif pada umumnya menggunakan petugas khusus


surveilans yang akan melakukan kunjungan berkala ke lapangan, desa-
desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya meliputi
puskesmas, klinik, dan rumah sakit.

3
Tujuan kegiatan untuk mengidentifikasi kasus baru penyakit atau
kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan
kasus yang terindeks.

Beberapa kelebihan surveilans aktif yakni tingkat keakuratannya


lebih baik dibandingkan surveilans pasif dan surveilans aktif dapat
mengidentifikasi wabah/outbreak lokal.

Kelemahannya yakni membutuhkan biaya yang lebih besar serta


tingkat kesulitan untuk operasionalisasinya lebih tinggi dibandingkan
survelians pasif.3
2) Surveilans pasif
Surveilans pasif yaitu pemerintah melalui biro kesehatan (dinkes)
menerima laporan penyakit secara reguler dari pelayanan kesehatan sesuai
dengan aturan yang berlaku.1
Pengertiannya adalah surveilans yg pasif dalam pengumpulan atau
pelaporan data surveilans epidemiologi, bukan pada analisis maupun pada
diseminasi informasi epidemiologinya.2
Penderita melaporkan diri pada klinik/rumah sakit/unit pelayanan
yg berfungsi sebagai unit surveilans. - Klinik/rumah sakit/unit pelayanan
sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data yg ada ditempatnya.2

Prinsip surveilans pasif adalah memantau penyakit secara pasif,


dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable
diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
puskesmas, klinik dan rumah sakit.

Surveilans pasif memiliki beberapa kelebihan yakni relatif murah


dan mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO wajib
melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga
dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit
internasional.

Kekurangannya: kurang sensitif dalam mendeteksi


kecenderungan/trend penyakit dan data yang dihasilkan cenderung under

4
reported, serta tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya
rendah.3
3) Surveilans Sentinel

Pengertiannya adalah pemantauan yg menjangkau lingkup yg luas


dengan hanya berfokus pada pemantauan terhadap indikator kesehatan
kunci pada keseluruhan populasi atau hanya pada sebagian populasi.
Sistem surveilans sentinel diaplikasikan ketika dibutuhkan data dengan
kualitas tinggi mengenai penyakit tertentu.2

Sistem sentinel membutuhkan jaringan atau pusat titik pelaporan


kasus yang terpilih, misalnya pelaporan kasus di jaringan rumah sakit
besar yang memiliki kualitas data yang baik.3

Cirinya yaitu mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk


tindakan kesehatan masyarakat tepat waktu dengan cara yang relatif lebih
murah dari pada menggunakan data insidens atau prevalens.

Jenis surveilans sentinel:

1. Sentinel health event (berbasis dampak dari penyakit)

Melakukan pemantauan untuk mendapatkan informasi yg


dibutuhkan untuk tindakan kesehatan masyarakat tepat waktu
mengenai:

 Kejadian kesakitan atau kematian membandingkan dengan kejadian


kesakitan kematian yg lain
 Kejadian kesakitan atau kematian dengan cara mendapatkan faktor
resiko
 Kejadian kesakitan atau kematian dengan cara melihat kelemahan
sistem pelayanan kesehatan
2. Sentinel site (berbasis rumah sakit, puskesmas, wilayah khusus)

Melakukan pemantauan untuk mendapatkan informasi yg


dibutuhkan mengenai:

5
 Kejadian PD3I beberapa klinik
 Kejadian penyakit di klinik (kecenderungan, estimatis insiden atau
prevalen, perkembangan penyakit, faktor resiko)
 Survei pada kelompok atau kawasan (kecenderungan, estimasi
prevalens)
3. Sentinel providers (berbasis pada dokter praktik, bidan praktik)

Melakukan pemantauan untuk mendapatkan informasi yg


dibutuhkan dengan melakukan kegiatan:

 Beberapa provider sepakat bekerja sama membentuk jaringan


informasi surveilans
 Diperkirakan memberi pelayanan pada sejumlah masyarakat
 Laporan teratur (mingguan, bulanan)
 Biasanya pada kasus-kasus yg tidak dilaporkan dalam sistem
pelaporan rutin
 Kualitas pemeriksaan relatif lebih baik.2
2.2 Langkah Pengembangan Survailance bidang Kebidanan
Menurut WHO (1999) serta Myrnawati (2001) langkah-langkah
surveilans kesehatan masyarakat meliputi: Pengumpulan data, Pengolahan
Data, Analisis data; dan Penyebarluasan informasi.
1. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan permulaan kegiatan surveilans yang sangat
penting untuk menghasilkan data kejadian penyakit yang baik. Kegiatan
pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif (lihat sub bab
tentang jenis surveilans).
Sumber data yang bisa digunakan dalam surveilans antara lain:
Laporan penyakit, Pencatatan kematian, Laporan wabah, Pemeriksaan
laboratorium, Penyelidikan peristiwa penyakit, Penyelidikan wabah,
Survey/Studi Epidemiologi, Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir,
Penggunaan obat-serum-vaksin, Laporan kependudukan dan lingkungan,
Laporan status gizi dan kondisi pangan, dan sebagainya.

6
Sedangkan jenis data surveilans meliputi: Data kesakitan, Data
kematian, Data demografi, Data geografi, Data laboratorium, Data kondisi
lingkungan, Data status gizi, Data kondisi pangan, Data vektor dan
reservoir, Data dan informasi penting lainnya. Dilihat dari frekuensi
pengumpulannya, data surveilans dibedakan dalam empat kategori:
a. Data rutin bulanan, yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi.
Misalnya: data yang bersumber dari SP2TP, SPRS;
b. Data rutin harian dan mingguan, yang digunakan dalam Sistem
Deteksi Dini pada Kejadian Luar Biasa (SKD KLB). Misalnya: data
yang bersumber dari Laporan Penyakit Potensial Wabah (W2);
c. Data insidensil. Misalnya: Laporan KLB (W1); dan
d. Data survey.

Adapun syarat yang dibutuhkan agar data surveilans yang


dikumpulkan berkualitas adalah sebagai berikut:

1) Memuat informasi epidemiologi yang lengkap. Misalnya:


 Angka kesakitan dan angka kecacatan menurut umur, jenis
kelamin dan tempat tinggal;
 Angka cakupan program;
 Laporan Faktor Risiko Penyakit;
 Dan sebagainya
2) Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan sistematis;
3) Data kejadian penyakit yang dikumpulkan selalu tepat waktu, lengkap
dan benar;
4) Mengetahui dengan baik sumber data yang dibutuhkan, misalnya dari
Puskesmas, pelayanan kesehatan swasta, laporan kegiatan lapangan
Puskesmas, dan sebagainya; dan
5) Menerapkan prioritas dalam pengumpulan data yang diutamakan pada
masalah yang signifikan.

7
2. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan penyusunan data yang sudah
dikumpulkan ke dalam format-format tertentu, menggunakan teknik-
teknik pengolahan data yang sesuai. Dalam pengolahan data, dua aspek
perlu dipertimbangkan yaitu ketepatan waktu dan sensitifitas data.
Dalam pengolahan data, terdapat langkah yang penting yaitu
Kompilasi Data, yang bertujuan untuk menghindari duplikasi (doble) data
dan untuk menilai kelengkapan data. Proses kompilasi data dapat
dilakukan secara manual (dengan kartu pengolah data atau master table ),
atau komputerisasi (dengan aplikasi pengolah data, misalnya Epi-info).
Variabel yang dikompilasi meliputi orang, tempat, dan waktu.
Pengolahan data yang baik memenuhi kriteria antara lain:
1) Selama proses pengolahan data tidak terjadi kesalahan sistemik;
2) Kecenderungan perbedaan antara distribusi frekeuensi dengan
distribusi kasus dapat diidentifikasi dengan baik;
3) Tidak ada perbedaan atau tidak ada kesalahan dalam menyajikan
pengertian/definisi; dan
4) Menerapkan metode pembuatan tabel, grafik, peta yang benar.
3. Analisis data
Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk
membantu dalam penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi,
dan dalam upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit.Penganalisis
data harus memahami dengan baik data yang akan dianalisa. Data yang
telah diolah dan disusun dalam format tertentu umumnya lebih mudah
dipahami. Beberapa cara berikut biasanya dilakukan untuk memahami
data dengan baik, antara lain:
1) Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup
dengan mempelajari tabel saja; dan
2) Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi
dengan peta dan gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk
mempermudah pemahaman akan trend, variasi, dan perbandingan.

8
Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa data
surveilans, seperti:

a. Analisis univariat, yaitu teknik analisis terhadap satu variable saja


dengan menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan
deskripsi penyakit secara statistik (mean, modus, standar deviasi);
b. Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang
melibatkan dua variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa
digunakan tools seperti Tabel (menghitung proporsi dan distribusi
frekuensi), Grafik (menganalisis kecenderungan), dan Peta
(menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu); dan
c. Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis
statistik lanjutan terhadap lebih dari dua variable, untuk mengetahui
determinan suatu kejadian penyakit.
4. Penyebarluasan informasi
Tahap selanjutnya adalah menyebarluaskan informasi berdasarkan
kesimpulan yang didapat dari analisis data. Penyebaran informasi
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan program
kesehatan, seperti Pimpinan program, Pengelola program, atau Unit-unit
kerja yang kompeten di lintas program atau sektoral. Menurut Noor (2008)
informasi surveilans sebaiknya disebarkan kepada tiga arah yaitu:
1) Kepada tingkat administrasi yang lebih tinggi, sebagai tindak lanjut
dalam menentukan kebijakan;
2) Kepada tingkat administrasi yang lebih rendah atau instansi pelapor,
dalam bentuk data umpan balik; dan
3) Kepada instansi terkait dan masyarakat luas.

Kapan informasi disebarkan? Penyebaran dapat memanfaatkan


waktu-waktu atau kegiatan yang memungkinkan berkumpulnya para
pemangku kepentingan, misalnya pada rapat rutin, rapat koordinasi, atau
pertemuan rutin warga masyarakat.1

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jenis pendekatan survailance terbagi tiga yaitu: survailance aktif
(pemerintah melalui petugas kesehatan secara aktif mengumpulkan data
kejadian kesehatan di masyarakat atau komunitas), survailance pasif
(pemerintah melalui biro kesehatan (dinkes) menerima laporan penyakit secara
reguler dari pelayanan kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku) dan
survailance sentinel (mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tindakan
kesehatan masyarakat tepat waktu dengan cara yang relatif lebih murah dari
pada menggunakan data insidens atau prevalens).
Langkah-langkah surveilance kesehatan masyarakat meliputi:
Pengumpulan data, Pengolahan Data, Analisis data, dan Penyebarluasan
informasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Heryana A. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Materi Online


Class Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular. Universitas Esa
Unggul Jakarta. 2015.
2. Yulestari. Survailans Epidemiologi. 2017
3. Juaria H. Bahan Ajar. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Akbid Griya Husada.
Surabaya. des 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai