Dasar Kelayakan Instalasi Biogas
Dasar Kelayakan Instalasi Biogas
Oleh
Muzayin
A 14105576
RINGKASAN
Oleh
MUZAYIN
A 14105576
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
NAMA : Muzayin
NRP : A 14105576
Menyetujui, Dosen
Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
6
PERNYATAAN
MUZAYIN
A 14105576
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 21 Februari 1982 sebagai
anak dari pasangan Bapak Podho dan Ibu Darni. Penulis adalah anak ke enam dari
enam bersaudara.
Plaosan dan lulus pada tahun 1994. Pendidikan tingkat menengah pertama di MTS
Manahijjul Ulum, Plaosan dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah
umum diselesaikan pada tahun 2001 di SMK Pragola Pati, Pati Jawa Tengah.
Pada tahun 2001 penulis diterima di Program Diploma Teknologi Industri Pakan,
bekerja di PT. Widodo Makmur Perkasa tahun 2008 sampai sekarang sebagai staff
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam senantiasa tercurah kepada teladan
terbaik sepanjang zaman yang telah membawa umat dari zaman kegelapan ke
Namun penulis berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
Penulis
9
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah
sumbangan pemikiran dan lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Bapak dan ibu penulis yang telah memberikan dorongan, motivasi dan
penulisan skripsi.
3. Muhammad Firdaus, SP, Msi, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah
4. Tintin Sarianti, SP selaku wakil penguji dari komisi pendidikan yang telah
skripsi.
5. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen evaluator pada kolokium penulis.
7. PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur yang telah memberi izin untuk
melakukan penelitian.
10
8. Bapak Hari dan Mas Ali selaku staff PT. Widodo Makmur Perkasa yang
9. Kakakqu Siti Rukmini dan mas Teguh yang telah memberikan dorongan
skripsi ini.
10. Keluargaqu tercinta kak Hadi, kak Darsuki, mba Kesi, mba Parti yang
ini.
11. Pak Bagus yang telah memberikan waktu, motifasi kepada penulis
12. Anton and keluarga yang telah memberikan semangat kepada penulis.
13. Temen-temen seperjuangan Adi, Ari, Arief, Jam’an, Wawan, Fajar, Ubay,
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 8
1.5 Batasan Penelitian .................................................................... 9
LAMPIRAN.............................................................................................. 89
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
I PENDAHULUAN
permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap
itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga
menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama
Indonesia.
kondisi yang kewalahan atas kebutuhan listrik yang terus meningkat, sedangkan
terpasang pembangkit listrik PLN pada 2003 sebesar 21,61 gigawat (GW).
Pembangunan pembangkit listrik yang baru adalah sebesar 1,2 persen per tahun,
untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, PLN perlu membeli listrik dari
mencukupi pelanggan, PLN juga membeli listrik dari captive power sehingga
membeli listrik dari PLN yang berujung pada kekurangan energi listrik, keadaan
diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber
energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah
Sumber daya tersebut, selain untuk kebutuhan pangan juga berpotensi sebagai sumber
energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Adanya isu global
teknologi yang sudah lama dikenal. Namun, upaya untuk memberdayakan semua
jenis energi yang ada dan perancangan teknologi penyimpanan energi yang
daerah Pandeglang, Cijeruk, Bogor dan Pangalengan. Instalasi biogas yang ada di
Jawa Barat pada umumnya menggunakan limbah ternak sapi perah hal ini
disebabkan sentra peternakan sapi perah banyak tersebar luas di wilayah tersebut.
Menurut data dari Dinas Peternakan Jawa Barat bahwa populasi sapi di Jawa
Barat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tahun 2006 populasi ternak sapi
di Jawa Barat mencapai 190.465 ekor, tahun 2005 hanya berjumlah 98.494 ekor
sedangkan tahun 2004 mencapai 98.958 ekor dan tahun 2003 berkisar 95.513
di Jawa Barat sehingga kotoran sapi yang merupakan bahan baku utama
di Jawa Barat mengalami penambahan populasi tiap tahunnya. Untuk sapi perah
dari tahun 2003 sampai 2007 mengalami peningkatan populasi sebesar 8,35
persen, sapi potong dari tahun 2003 sampai 2007 mengalami peningkatan sebesar
21,64 persen sedangkan untuk kerbau dari tahun 2003 sampai 2007 mengalami
peningkatan sebesar 1,54 persen. Hal tersebut secara tidak langsung akan
lingkungan sekitarnya.
salah satunya sebagai sumber energi terbarukan yaitu biogas yang dikonversi ke
energi listrik. Dengan potensi tersebut, limbah yang tadinya sebagai permasalahan
yang cukup serius dilingkungan sekitar, akan menjadi pendapatan berupa energi
sebagai komoditas andalan. Dewasa ini sebagian besar lahan pertanian mengalami
jangka panjang. Kondisi tersebut jelas memerlukan penanganan yang segera dan
tepat, sehingga perlu perbaikan kondisi tanah dengan pemakaian pupuk organik.
5
Pupuk organik merupakan pupuk yang dapat memperbaiki kondisi tanah karena
Sebagian besar mesin berbagai jenis industri, digerakkan dengan listrik dan
Produksi suatu industri dapat menjadi bahan dasar industri lain untuk menjadi
Pernahkah kita bayangkan apa jadinya jika pasokan listrik untuk sektor
industri terhenti sama sekali. Selain akan banyak pekerja yang menganggur, tentu
banyak sekali kerugian yang akan ditanggung oleh berbagai perusahaan. Terlebih lagi
untuk memulai kembali operasional mesin industri, tidak dapat dilakukan secara
langsung ketika aliran listrik kembali ada, harus menunggu beberapa saat untuk
pengoperasiannya kembali. Dari sini bisa kita hitung berapa banyak waktu produksi
terbuang sia-sia.
pakan sapi potong. Dengan pemakaian listrik lebih dari 50.000 kwh perbulan, dan
permasalahan energi listrik dari PT. PLN persero saat ini yang kekurangan
dibiarkan menumpuk. Beberapa cara pemanfaatan kotoran sapi antara lain dengan
mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik maupun biogas, yaitu suatu energi
yang dihasilkan dari proses biodegradasi dengan bantuan bakteri dalam kondisi
populasi kandang minimal 5000 ekor menghasilkan limbah (kotoran) yang perlu
Limbah peternakan yang selama ini belum ditangani dengan baik dan
sungai, bau yang tidak enak dan bibit-bibit penyakit, sehingga dapat mengganggu
perharinya.
Potensi limbah (kotoran ternak) tersebut, perlu ditangani dan dipikirkan cara
energi listrik, tetapi belum yakin akan keputusan investasi tersebut, apakah
menguntungkan atau tidak. Karena biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk
investasi tersebut, waktu yang diperlukan juga lama serta biaya investasi
dikeluarkan di awal tahun. Pada penelitian ini akan dikaji apakah layak atau tidak
didatangkan dari Jerman dengan nilai mencapai lebih dari 3 milyar. Diharapkan
perusahaan, apakah layak atau tidak untuk pembangunan instalasi biogas tersebut
dilaksanakan.
Pengolahan limbah yang tepat dapat memberikan nilai ekonomis bagi para
peternak, manfaat yang didapat tidak hanya secara finansial tetapi juga manfaat sosial.
Biogas yang dihasilkan akan dikonversi ke energi listrik sebagai pengganti energi
listrik dari PT. PLN Persero, sedangkan ampas biogas dapat dijadikan pupuk
organik kemasan.
merupakan kriteria yang perlu dikaji dalam menilai kelayakan proyek. Aspek-
b. Apakah proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi potong di
penelitian.
bioproses. Penelitian ini juga diharapkan memberi masukan kepada para peternak
yang dihasilkan dapat dikurangi dan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi
Jawa Barat hanya membahas instalasi biogas yang dikonversi ke energi listrik dan
satu unit instalasi pembangkit listrik biogas karena diasumsikan biaya pembuatan
biogas yang dibangun diperuntukkan bagi skala besar (industri). Gas yang
II TINJAUAN PUSTAKA
Bangsa sapi potong di dunia berasal dari sapi primitif dari Asia Tengah
yang mengalami domestikasi. Secara garis besar sapi terdiri dari tiga golongan,
yaitu: Bos indicus (Zebu: berpunuk), Bos taurus, Bos sondaicus (Bos bibos)
(Sugeng, 2006).
Jenis bakalan sapi potong yang ada di Indonesia adalah jenis sapi murni,
impor, dan jenis sapi hasil persilangan. Termasuk sapi lokal adalah sapi bali, sapi
madura, sapi ongol (sapi sumba ongol), sapi peranakan ongol (sapi PO). Jenis sapi
murni impor adalah sapi hereford, sapi shorthorn, sapi aberden angus, sapi charolais,
dan sapi brahman. Jenis sapi hasil persilangan antara lain: sapi santan gertrudis, sapi
breef master, sapi brangus, dan sapi charbray (Siregar, 1999). Menurut Sarwono
dan Arianto (2003), penghambat perkembangan industri sapi potong antara lain
terbatasnya sapi lokal sehingga belum siap mengisi kebutuhan bakalan industri
padat, cair maupun gas. Sejalan dengan definisi tersebut maka limbah peternakan
adalah semua buangan dari usaha peternakan yang bersifat padat, cair maupun
gas.
11
Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padatan atau berada
dalam fase padat. Dalam usaha peternakan limbah padat berasal dari kotoran
ternak, rumput sisa makanan ternak, ternak yang mati, isi rumen dan isi usus hasil
pemotongan (Soehardji, 1989). Komposisi dan nilai produksi urine sapi bervariasi
tergantung pada spesies, berat dan jumlah pakan serta jumlah dan jenis bedding.
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada
dalam fase cair. Dalam usaha peternakan limbah cair berasal dari air seni (urine)
ternak, air pencucian kandang, air pencucian pada rumah potong hewan, air
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam
fase gas. Limbah gas dalam usaha peternakan selalu berhubungan dengan limbah
padat dan cair. Hal ini disebabkan limbah-limbah tersebut dapat dijadikan limbah
gas sebagai fase dekomposisi dari zat kimia yang terkandung pada limbah tersebut
(Soehardji, 1989).
Biogas adalah gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran
hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam di dalam air dan disimpan di
campuran berbagai gas, biasanya metana (CH4) dan karbondioksida (CO2), juga
hidrogen sulfida (H2S) tergantung dari substrat yang dikandung oleh bahan
12
yaitu bakteri yang bekerja pada kondisi tanpa udara atau oksigen. Sebenarnya
biogas dapat terbentuk secara alami namun untuk mempercepat dan menampung
gas yang terbentuk agar dapat digunakan, diperlukan alat yang memenuhi syarat.
Gas metana tidak berwarna, tidak berbau dan mudah terbakar (Marchaim, 1992).
Volta pada tahun 1776 adalah orang pertama yang mengaitkan gas bakar
ini dengan proses pembusukan bahan sayuran dan Henry pada tahun 1806
keperluan seperti bahan bakar rumah tangga, penerangan jalan dan menggerakkan
mesin. Pada awal tahun 1896, gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi
Exeter, Inggris. Pada tahun 1897, gas metana yang dihasilkan dari dekomposisi
slogannya “Biogas untuk setiap rumah tangga”. Sebagian besar penduduk Cina
memasang digester (alat pencerna) dengan tipe Fixed Dome Digester dan Bag-
Red Mud Digester. Biogas yang dihasilkan telah memenuhi kebutuhan energi 25
juta orang untuk memasak dan penerangan, selama delapan hingga 10 bulan tiap
tahun. Di Cina Selatan, produksi gas dengan digester skala keluarga menghasilkan
300 m3 tiap tahun (selama 8 bulan). Di Cina Utara, tiap keluarga menghasilkan
yang selama ini sangat dibutuhkan oleh tiap rumah tangga (RERIC, 1990).
Teknologi biogas dengan digester terbuat dari plastik lebih disukai karena
harganya murah dan desainnya lebih sederhana. Harga digester untuk skala rumah
tangga sekitar US $ 34 pada tahun 1995 hingga 60 pada tahun 2000 (Bui, 2002).
Gas yang dihasilkan tiap rumah tangga yang memiliki enam ekor babi adalah
lahan sebagai tempat biodigester, mengingat kecilnya kepemilikan lahan oleh tiap
keluarga, sementara lahan yang dibutuhkan cukup luas. Adapun penyebab lainnya
peternak skala rumah tangga, sebagai contoh PT Mulya Tiara Nusa, Jakarta telah
mengusahakan reaktor biogas dari plastik dengan biaya pembuatannya sebesar 1,8
juta rupiah. Lain halnya dengan usaha pembuatan reaktor biogas hasil kerjasama
antara Dinas Pertanian Kota Bogor dengan Laboratorium Teknologi Hasil Ternak,
IPB telah memanfaatkan kotoran sapi dalam sistem terapung dan sistem tetap di
biaya sebesar enam juta rupiah dengan ukuran digester 200 x 200 x 200 cm3. Gas
masing tahapan didominasi oleh jenis bakteri pengurai yang berbeda. Masing-
Kotoran hewan merupakan senyawa organik yang terdiri dari berbagai komponen
hemiselulosa dan lignin, komposisi ini tidak hanya ditemukan dalam limbah pertanian
tapi juga limbah hewan, yang sukar dicerna. Untuk melarutkan bahan- bahan tersebut,
Senyawa-senyawa kompleks ini menunjukkan rasio C/N yang tinggi sehingga gas
metana yang dapat dihasilkan pada akhir proses cukup banyak (BSTDI, 1977).
organik. Fraksi terbesar bahan organik pada endapan kotoran adalah selulosa dan
jika residu tanaman dibutuhkan secara langsung, jumlah selulosa akan lebih tinggi
dalam kondisi bahan kering. Selulosa merupakan polimer glukosa rantai panjang
dengan pola percabangan yang kompleks. Bakteri selulolitik mereduksi rantai dan
15
cabang tersebut menjadi dimer dan kemudian menjadi molekul gula monomer,
digesti terjadi. Bakteri mesofilik hidup optimal pada suhu 300-400C (dalam perut
optimal kedua bakteri tersebut adalah 6.0 sampai dengan 7.0. Asam organik
kapur untuk menstabilkannya. Jadi selama proses pembentukan asam dan metana
Sinergi (kerja sama) antara bakteri selulolitik dan hidrolitik sangat penting
yang dihilangkan dengan bahan campuran lebih besar dibandingkan dengan bahan
murni oleh bakteri selulolitik. Secara tidak langsung bahwa kegiatan sinergis
diharapkan sebagai pemanfaatan hasil aktivitas bakteri selulolitik oleh bakteri non
selulolitik.
monomer sederhana menjadi batas awal tahap produksi metana, hal ini terlihat
dari kegiatan bakteri tahap pertama mulai turun. Proses hidrolisis yang terjadi
pada tahap pertama tergantung pada substrat dan konsentrasi bakteri, serta
organik yang larut terutama asam asetat merupakan substrat bagi tahap yang
metanogen dapat memproduksi metana dari gas hidrogen dan CO2, substrat ini
Proses mikrobiologi pada tahap kedua ini belum dapat dijelaskan, karena
banyak spesies bakteri yang dilibatkan, jumlah asam, H2, CO2 dan alkohol
sederhana yang diproduksi tergantung dari flora yang dikonsumsi oleh ternak dan
menghasilkan metana dalam kondisi anaerobik melalui dua jalan, yaitu fermentasi
asam asetat menjadi metana dan CO2, atau reduksi CO2 menjadi metana yang
menggunakan gas hidrogen atau asam format yang diproduksi oleh bakteri lain.
Produksi gas metana pada tahap ketiga mengurangi ketersediaan oksigen yang
bakteri tahap pertama dan tahap kedua dalam menyediakan nutrisi, misal N-
oleh bakteri metanogen. Bakteri ini juga membutuhkan fosfat dan bahan lain yang
sedikit. Tidak hanya oksigen, tapi tingginya materi pereduksi, seperti nitrit atau
keracunan, tapi responnya tidak begitu terlihat. Biasanya penghentian gas yang
N amonium pada pH 7.4), ion amonium (>3.000 mg/l total N amonium pada
segala pH), sulfida terlarut (>50-100 mg/l, mungkin >200mg/l), dan garam
Garam logam alkali dan alkali tanah, seperti natrium, kalium, kalsium,
atau magnesium bisa sebagai perangsang atau sebagai penghambat proses yang
seperti Gambar 1.
18
4% 20 %
Kompleks Organik
Tahap 1
Hidrolisis & { 76 %
Fermentasi
Asam Organik
Tahap 2 Berantai Panjang
Asetogenesis &
Dehidrogenesi 24 % 52 %
H2 Asam Asetat
Tahap 3 Tahap 3
Metanogenesis Metanogenesis
CH4
28 % 72 %
persen CH4 dan 30-40 persen CO2, dengan sedikit H2S dan sisa gas lainnya yaitu
hidrogen, ammonium dan nitrogen oksida. Komposisi gas merupakan fungsi dari
bahan makanan. Limbah selulosa menghasilkan metana dan CO2. Limbah yang
sehingga perlu dilakukan pemurnian gas tersebut yang terkandung dalam biogas.
Gas ini dapat dipisahkan dengan berbagai metode antara lain water scrubbing,
caustic scrubbing, solid absorption, liquid absorption dan pressure separation (NRC,
1977). Water scrubbing adalah metode penggunaan air untuk melarutkan gas CO2
pada tekanan dan suhu tertentu. Hanya sedikit H2S yang dapat dihilangkan
NaOH, KOH dan Ca(OH)2. Sebagai contoh, NaOH direaksikan dengan CO2 akan
menghasilkan natrium karbonat (Na2CO3) dan air. Solid absorption adalah metode
paling sederhana dan murah, adanya ‘spon besi’ yang mengeliminasi gas H2S
dengan cara mencuci gas dalam kondisi kering tanpa unsur lainnya. Spon besi ini
dibuat dari Fe oksida yang dicampur dengan serbuk kayu. Spon besi sebanyak
yang dilibatkan pada proses digesti dapat dipengaruhi. Pertumbuhan bakteri yang
Dalam sistem biodigesti yang bekerja dengan baik, karbon adalah satu-
satunya unsur yang hilang dalam jumlah besar. Nitrogen dan fosfor akan tersisa dalam
jumlah yang sama tapi dalam konsentrasi yang lebih tinggi karena bahan lain
paling berpengaruh adalah suhu, pH, bahan baku, dan potensial redoks.
1. Suhu
terhadap perubahan suhu yang tiba-tiba, dan suhu optimum untuk stabilitas proses
perlu dikontrol dengan hati-hati dalam selang batasan yang sempit pada suhu
operasinya dan sebaiknya dilindungi dari perubahan suhu yang tiba-tiba. Tingkat
reaksi termofilik lebih besar dari pada mesofilik. Gas yang dihasilkan pada suhu
20
termofilik sebesar dua kali lebih banyak dibandingkan dengan suhu mesofilik.
Untuk itu biodigester perlu ditempatkan dalam lubang di tanah dan dibiarkan
tabung plastik yang diikat dengan tali karet, harus dilindungi dari sinar matahari
agar tidak memuai pada saat suhu meningkat sehingga memungkinkan kebocoran
gas.
2. pH
7.2 walaupun pH turun hingga 6.6, produksi gas dapat terpenuhi antara 6.6-7.6.
Dalam kondisi asam yaitu pH 6.2 memiliki sifat toksik bagi bakteri dimana
produksi asam masih berlangsung, sampai pH turun dengan cepat hingga 4.5-5.0.
Asam organik yang diproduksi selama tahap pertama melalui proses fermentasi,
selama tahap kedua. Jika asam organik volatil yang terbentuk lebih besar dari
menurun. Oleh karena itu dibutuhkan kapasitas penyangga berupa kapur atau agen
menjadi metana dan karbondioksida, yaitu pada konsentrasi alkalinitas dan asam
basa karena buffer alami disediakan oleh ion ammonium dan bikarbonat. Buffer
berikut:
Konsentrasi CO2 terlarut tergantung dari suhu dan tekanan parsial (pCO2)
yaitu volum fraksi gas CO2 di atas fermentor x tekanan total. Khususnya, pada
suhu 350C konsentrasi CO2 terlarut = 0.592 pCO2 liter/liter air. Dengan demikian,
digesti. Jika asam terbentuk pada awal proses digesti sehingga pH turun, proporsi
gas CO2 meningkat, petunjuk lebih lanjut pH turun. Dengan kata lain, sistem
kapur bereaksi dengan CO2 untuk menghasilkan kalsium karbonat dan saat
merupakan buffer yang jauh lebih baik. Pada suatu kondisi bahwa pH perlu untuk
3. Bahan baku
berupa padatan dan kadang-kadang cairan berupa urin. Seringkali kotoran sapi ini
perairan dan timbul bau yang tidak sedap. Sebagai contoh, PT. Lintas Nusa,
Tasikmalaya memiliki 3000 ekor sapi telah membuang kotoran sapinya ke sungai
Citanduy. Adapun kandungan kimia dari kotoran sapi disajikan pada Tabel 2.
anaerobik berupa effluent dengan rasio C/N paling sedikit 10. Effluent dapat
Pada tahap ketiga yaitu tahap pembentukan metana, produk padatan akan
diubah. Energi yang terlibat dalam reaksi ini adalah sedikit dan jumlah sel bakteri
yang terbentuk juga sedikit; pada kondisi lain, sejumlah ammonia terlarut hasil
dari tahap pertama dan kedua dapat dimanfaatkan oleh bakteri metanogen. Pada
bawah -330 mV dibutuhkan untuk tumbuh. Pada kultur campuran (mixed culture),
pencernaan bahan organik secara anaerobik. Adapun berbagai tipe digester secara
Dari berbagai tipe digester, Batch digester merupakan tipe yang paling
harga digester yang murah. Floating Dome digester terbuat dari bahan Fiberglass
Reinforced Plastic (FRP) untuk mengatasi masalah korosi pada bahan sebelumnya
yang terbuat dari baja. Lain halnya dengan Bag-Red Mud digester terbuat dari
plastik yang mempermudah sinar matahari masuk. Tipe ini mirip dengan Plug
Flow digester yang terdiri dari parit beton atau membrane impermeabel.
26
mengurangi volume reaktornya. Tipe ini digunakan untuk limbah yang terlarut,
misalnya melarutkan kotoran babi hingga mengandung padatan sebesar 2%. Tipe
Anaerobic Baffled Reactor digester merupakan tipe yang baru, bentuknya sama
dengan sistem septik tank, terdapat sekat antara atap dan dasar tangki untuk
saluran limbah cair ke atas dan ke bawah. Pada tipe Anaerobic Contract digester
memanfaatkan kembali cairan yang keluar dari sistem yang masih terdapat potensi
terdahulu dilakukan untuk melihat sejauh mana metode penelitian yang digunakan
yang terbuat dari jarak pagar dengan menggunakan analisis finansial, diperoleh
sebesar 35,52 persen, Net B/C 2,42 dan PBP selama 5 tahun 8 bulan. Keseluruhan
biodiesel dipadukan dengan pemanfaatan produk lain berupa bungkil jarak pagar
dan gliserol di kawasan Pabrik Gula Jatitujuh layak untuk didirikan oleh PT. RNI.
28
proyek biodiesel kelapa sawit pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan,
sangat baik. Dari hasil kriteria investasi yang digunakan berturut-turut sebagai
menunjukkan bahwa harga output terendah 2,2 persen, dan kenaikan harga bahan
10.000 kg.hari (standar input), dengan tingkat diskonto 13 persen nilai NPV
Positif sebesar Rp 34.453.254.998, nilai Net B/C sebesar 5,98. Nilai IRR sebesar
110 persen lebih besar dari tingkat diskonto yang ditentukan. Nilai payback
period adalah satu tahun satu bulan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial
proyek instalasi biogas dalam mengelola limbah ternak sapi perah (kasus di
B/C sebesar 1,41 pada tingkat diskonto 16 persen, IRR sebesar 24,17 persen,
payback period selama 10,5 tahun. Berdasarkan analisis finansial tersebut, maka
dilaksanakan. Penelitian Wulandari berbeda dari ketiga peneliti yang lain, yaitu
tentang instalasi biogas dari limbah sapi perah, itu pun layak untuk dilaksanakan.
tentang analisis usaha instalasi biogas ini selain menganalisis kelayakan finansial
Lebih lanjut penelitian ini dilakukan pada peternakan skala besar dengan
populasi sapi lebih dari 5000 ekor, berbeda dengan penelitian Wulandari yang
skala peternakannya rumah tangga dengan populasi sapi tiga sampai empat ekor.
Biogas yang dihasilkan, diubah menjadi energi listrik untuk kebutuhan perusahaan
sendiri dan industri disekitar lokasi proyek. Hasil sampingan dari instalasi biogas
aktivitas yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan
merupakan suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point).
perorangan.
proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis
penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittinger, 1986). Evaluasi adalah alat yang
sangat penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan
dalam beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Penilaian terhadap suatu
proyek pada dasarnya untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk
terhadap proyek. Cara paling praktis membandingkan perbedaan barang dan jasa
biaya dan manfaat. Sebagai patokan dalam analisis ekonomi ialah apa saja yang
apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik
Manfaat proyek dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu manfaat langsung
oleh:
1. Kenaikan dalam produk fisik, dalam hal ini diasumsikan bahwa permintaan
yang diminta naik sedemikian rupa sehingga hasil permintaan total meningkat.
32
2. Perbaikan mutu produk (quality improvement), dalam hal ini jumlah produk
dapat tetap, tetapi kualitasnya naik, sehingga nilai (harga rata-rata) naik dan
3. Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan. Suatu proyek pemasaran atau
pemasaran hasil produksi dengan jalan mengubah lokasi dan waktu penjualan
produk.
unit produk.
2000)
Analisis ini lebih jauh menyelidiki tentang lokasi tempat proyek, apakah
terdapat persediaan air, listrik, prasarana jalan raya. Aspek teknis juga membahas
seluruhnya) harus di datangkan dari tempat lain atau di impor. Secara teknis dari
yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Proyek harus tanggap pada keadaan
sosial dalam analisis proyek penting untuk kelangsungan proyek, sebab tidak ada
proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan
(Gittinger, 1986).
Aspek pasar perlu dilakukan melihat dari banyaknya perusahaan baru yang
muncul dan adanya kemungkinan memiliki jenis usaha yang sama. Aspek pasar
penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan proyek, baik waktu
menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek. Para pemasar
suatu proyek yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung di dalam
proyek.
Dalam analisis finansial yang di perhatikan ialah hasil untuk modal saham
(equity capital) yang ditanam dalam proyek, ialah hasil yang harus diterima oleh
atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial
sering juga disebut ”private return”. Analisis finansial ini penting artinya dalam
35
pelaksanaan proyek. Sebab, tidak ada gunanya untuk melaksanakan proyek yang
ekonomi terdapat di beberapa komponen, yaitu harga, pajak, subsidi dan bunga.
hasil. Analisis ekonomi menggunakan harga bayangan atau shadow price, ialah
harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya
pembayaran kembali hutang dari luar proyek dikurangkan dari hasil bruto
2. Bunga atas modal proyek (input or paid to entity) tidak dianggap sebagai
biaya, karena merupakan bagian dari “finansial return” yang diterima oleh
modal proyek.
sehingga pajak dalam analisis finansial harus dikurangkan dari manfaat proyek.
Perhitungan pajak dalam analisis ekonomi adalah bagian dari hasil netto proyek
menurunkan biaya proyek, jadi menambah nilai manfaat proyek. Pengaruh subsidi
harga barang-barang input, maka besarnya subsidi harus ditambah pada harga
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit and Cost Rasio (Net
B/C) dan Payback Period atau masa pengembalian investasi (MPI). Setiap kriteria
dipakai untuk menentukan diterima tidaknya suatu proyek atau dipakai untuk
Net Present Value (NPV) atau keuntungan bersih dari arus uang saat ini
merupakan jumlah nilai kini dari arus keuntungan bersih (net revenue) tahunan
komulatif mulai saat investasi dimulai (t=0) sampai dengan berakhirnya masa atau
waktu suatu proyek (t=n). NPV berkembang seiring dengan perkembangan umur
proyek. Indeks tahun perlu dilakukan untuk menunjukkan nilai NPV pada tahun
ke-n dari umur proyek. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya NPV adalah
tingkat suku bunga yang dipakai, besarnya biaya investasi, pendapatan dan biaya
produksi.
adalah perhitungannya tidak tergantung pada tingkat discount rate sosial yang
berlaku. IRR merupakan discount rate yang membuat NPV sama dengan nol,
37
tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan discount rate yang dihitung
berdasarkan data diluar proyek sebagai social opportunity cost faktor produksi
setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Kriteria investasi Net B/C merupakan
NPV. Net B/C sebagai indek efisiensi dalam penggunaan modal tidak terpengaruh
pada skala proyek. Kriteria ini merupakan keunggulan Net B/C dalam menghitung
secara tepat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah
jangka waktu yang di perlukan untuk pembayaran kembali seluruh investasi yang
dikeluarkan. MPI terjadi pada saat nilai NPV berubah dari nilai negatif menjadi
positif, dapat diartikan juga sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan
nol.
Salah satu keuntungan dari analisis proyek yang dilakukan secara cermat
adalah dapat diketahui kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal di luar
perencanaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas, yaitu meneliti
kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi
akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger, 1986). Hal ini bertujuan untuk
melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada sesuatu
38
(Kadariah, 1987).
discount rate tertentu yang mungkin terlalu besar, padahal manfaat proyek belum
dapat direalisasikan. Hal ini terjadi akibat pengaruh nilai waktu uang (time value
of money).
akan sumber energi listrik telah memicu berkurangnya pasokan listrik dari PT.
memanfaatkan biogas sebagai sumber energi alternatif yang sederhana dan ramah
lingkungan. Teknologi biogas merupakan salah satu teknik tepat guna yang
mengolah limbah biomassa dan berasal dari lingkungan yang sifatnya dapat
diperbaharui.
banyak berdiri unit instalasi biogas di berbagai daerah terutama kawasan sentra
peternakan sapi potong milik PT. Widodo Makmur Perkasa yang berlokasi di
selama ini limbah ternak langsung dibuang ke sungai yang berakibat pencemaran
sungai dan lingkungan sekitarnya. Biogas sebagai sumber energi alternatif bagi
peternak juga menjadi salah satu tujuan dari dibangunnya instalasi biogas di
kawasan ini.
serius yang harus dipikirkan oleh perusahaan. Limbah yang selama ini dibuang
kesungai, mengakibatkan pencemaran air sungai, bau yang tidak enak dan bibit-
bibit penyakit bagi masyarakat sekitar lokasi peternakan. Proyek instalasi biogas yang
dikonversi menjadi energi listrik merupakan penanganan limbah yang tepat bagi
aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek
sosial dan aspek finansial. Aspek finansial yang meliputi : NPV, IRR, Net B/C,
Payback Period, merupakan aspek yang akan di analisa dalam penelitian ini.
40
arus manfaat maupun arus biaya, dapat diantisipasi dengan melakukan analisis
Potensi Biogas
Rencana Pembangunan
Instalasi
Analisis
Sensitivitas
Dapat Diusahakan:
Saran: Investasi 1. Upaya Pengembangan
Usaha yang 2. Tujuan Usaha Mendapat
Menguntungkan Laba Maksimal
IV METODE PENELITIAN
PT. Widodo Makmur Perkasa merupakan peternakan sapi potong yang akan
memberikan data informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
wawancara langsung dengan staff dan karyawan PT. Widodo Makmur Perkasa.
Data sekunder diperoleh dari kumpulan data dan laporan pembukuan PT.Widodo
Makmur Perkasa. Selain itu, data sekunder diperoleh dari studi literatur serta hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh suatu instansi atau lembaga yang berkaitan
dengan penelitian, serta data penunjang lain diperoleh dari Badan Pusat Statistik
dalam komponen arus biaya dan manfaat, dan disajikan dalam bentuk tabulasi
43
yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta untuk mempermudah
Aspek teknis pada penelitian ini berdasarkan pada hal-hal yang bersifat
biogas dan fasilitas pendukung; konsep teknologi; kebutuhan bahan baku; bahan
akan fasilitas-fasilitas dan teknologi. Hasil penelitian terhadap aspek teknis akan
yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Pengolahan data tersebut
dilakukan berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah disusun. Selain itu,
perubahan.
44
besarnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima dalam suatu
proyek investasi untuk jangka waktu tertentu. Analisis investasi dilakukan dengan
terlebih dahulu menyusun aliran tunai. Dalam analisis finansial diperlukan kriteria
investasi yang digunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha. Sebagai kriteria
Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (NBCR) dan
Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus
pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi (Husnan dan Suwarsono, 2000). NPV
jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya
Dimana :
2. NPV=0, berarti secara finansial usaha sulit dilaksanakan karena manfaat yang
IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama
dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan internal
tahunan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger, 1986). Jika diperoleh nilai
IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang
Keterangan:
Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus
manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan
tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu
satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari
manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai Net B/C rationya sebesar
satu atau lebih jika manfaat di diskontokan pada tingkat biaya opportunities
capital (Gittinger, 1986), tetapi jika nilai Net B/C <1, maka proyek tersebut tidak
∑ B −C 〉0
t =1
t t
Net B = n
C
∑B −C 〈0
t =1
t t
Keterangan :
suatu proyek. Semakin cepat waktu pengambilan, semakin baik proyek tersebut
karena mengabaikan nilai uang terhadap waktu (present value) dan tidak
47
I
P=
A
Dimana :
I = Biaya investasi
dengan menggunakan estimasi baru dari satu atau lebih komponen biaya atau
manfaat. Makin tinggi hasil yang diperkirakan, makin sensitif proyek yang
proyek.
value). Menurut Gittinger (1986), pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat
proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol
48
(NPV = 0). NPV sama dengan nol akan membuat IRR sama dengan tingkat suku
bunga dan Net B/C sama dengan satu. Analisis dilakukan pada perubahan harga
menggunakan modal sendiri. Harga yang digunakan adalah harga pada waktu
penelitian, yaitu pada bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Juli 2008. Berikut
2. Harga seluruh peralatan dan biaya-biaya pada analisis ini bersumber dari
terkait dimana digunakan harga pada saat penelitian dilakukan yaitu Mei-Juni
2008
10. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini adalah
11. Dalam satu bulan diasumsikan 30 hari dan setahun terdiri dari 12 bulan.
12. Tanah merupakan modal investasi yang diperlukan sebagai tempat pembuatan
kelayakan usaha proyek instalasi biogas maka perlu harga jual tanah Rp
40.000 per m2
15. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan
biaya variabel diasumsikan dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan
produksi.
16. Harga jual limbah ternak sebagai output dari biogas diasumsikan sebesar Rp
25/kg.
17. Produk yang dihasilkan diasumsikan semua laku terjual dan habis terpakai
18. Produk sampingan berupa pupuk organik yang dihasilkan 15.500 kg per hari
20. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk Discount Faktor dalam analisis
21. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif berdasarkan UU No.
pedaging. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1997 di mulai di Klaten dengan
nama Koperasi Majelis Taklim Widodo Makmur. Kegiatan perusahaan pada awal
Madura untuk kebutuhan daging di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat
yang ada sehingga dibutuhkan lahan lebih luas sebagai tempat penampungan
perusahaan untuk dilanjutkan di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat pada tahun
1999.
kapasitas kandang 10.000 ekor. Sapi yang digemukkan adalah sapi impor dari
dan sebaliknya jumlah populasi sapi bakalan lokal semakin meningkat. Pada
tahun 2004 perusahaan berubah nama menjadi PT. Widodo Makmur Perkasa.
mendirikan cabang feedlot di daerah Cianjur, Jawa barat pada tahun 2007 yang
disebut PT. Pasir Tengah dengan kapasitas kandang 12.000 ekor dan luas lahan
52
kurang lebih 50 ha. Anak perusahaan ini didirikan sebagai antisipasi terhadap
penyediaan ternak untuk kota Jakarta, Bandung dan sekitarnya, karena kebutuhan
• Sebelah Utara:
o Perkebunan karet
• Sebelah Timur:
• Sebelah Selatan:
o Perkebunan karet
• Sebelah Barat:
o Kebun campuran
DIREKTUR
UTAMA
PENASEHAT PENASEHAT
BREEDING FEEDMILL
DIREKTUR DIREKTUR
KEUANGAN OPERASIONAL
BAG.
STAF
STAF STAF KESELAMATAN
PRODUKSI
UMUM PRODUKS KERJA DAN
LINGKUNGAN
ini membidangi tugas bagian lingkungan hidup (pengelolaan limbah, air bersih,
sampah/limbah padat) yang dalam operasionalnya dibantu seksi air dan limbah
berbagai berikut:
6. Pemantauan limbah padat (limbah padat berupa kotoran sapi potong, limbah
hidup berkaitan dengan aspek sosial ekonomi dan budaya serta aspek
kesehatan masyaraka.
57
2) Bagian Marketing
Bertanggung jawab atas impor sapi bakalan untuk digemukkan dan penjualan
umum, bagian data, bagian mekanik, bagian sipil, bagian air dan limbah (cair
Bertanggung jawab atas arus kas baik masuk maupun keluar, serta laporan
Sistem pengolahan yang ada hingga saat ini adalah sistem kolam terbuka.
m untuk masing-masing kolam. Terdapat saluran pemisah air hujan dari limbah
Kolam satu adalah kolam pertama dari sistem pengolahan limbah, limbah
dari saluran mengalir ke kolam ini. Kolam ini secara fisik tertutup oleh lumpur
aktivitas yang lambat, di sekeliling kolam terdapat alang-alang setinggi tiga meter.
mikrobiologis.
fisik kolam dua tidak jauh berbeda dengan kolam satu, tidak terdapat pergerakan
58
air di permukaan, namun terlihat lumpur (sludge) yang berwarna coklat serta
gelembung dari dalam kolam dengan pergerakan yang lambat. Kondisi kolam
empat tidak jauh beda dengan kolam tiga, namun volumenya tidak terlalu besar
(kolam tidak penuh). Saluran yang keluar dari kolam empat menuju kolam lima
dibatasi oleh kisi kayu yang berfungsi sebagai penyaring kotoran padat.
Kolam lima adalah titik terakhir dari sistem pengolahan limbah sebelum
kering. Tidak terdapat aktifitas gelembung udara di kolam ini. Terdapat kisi-kisi
kayu yang berfungsi sebagai penyaring limbah padat yang masih terbawa oleh air.
Kisi ini juga berfungsi sebagai tanggul penahan kelebihan volume limbah sebagai
akibat dari penambahan air hujan yang masuk ke kolam ini. Denah peternakan
sapi PT. Widodo Makmur Perkasa dan sistem pembuangan limbahnya dapat
Genset
Kantor
Pabrik
Pakan
Kantor
Mess Karyawan
Gudang Kandang
Kand Kand
ang ang
Kolam1
Kolam2
Kolam3
Kolam4
Kolam5
Sungai
proyek instalasi biogas. Arus tunai proyek energi listrik biogas terdiri dari arus
manfaat dan biaya. Manfaat yang diperhitungkan dibatasi pada manfaat yang
dapat diukur (tangible benefit). Sama halnya dengan biaya sebagai komponen
pengeluaran.
Aliran kas dalam instalasi biogas terdiri dari aliran kas masuk dan aliran
kas keluar. Aliran kas masuk (inflow) berasal dari penerimaan penjualan energi
listrik dan limbah biogas (pupuk organik) yang diusahakan. Arus kas keluar
(outflow) berasal dari pengeluaran biaya investasi dan biaya operasional. Selisih
antara arus kas masuk dengan arus kas keluar merupakan suatu keuntungan atau
energi listrik dan limbah biogas (pupuk organik) yang dihasilkan. Besarnya
bahan baku utama biogas. Energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik PT. Widodo Makmur Perkasa dan industri disekitar
lokasi proyek, maka untuk mendapatkan harga jual energi listrik didasarkan pada
tarif dasar listrik untuk industri yaitu Rp 868,3 per kwh. Arus penerimaan
61
Penerimaan untuk pupur organik tergantung dari bahan baku (feces) yang
4.650 ton untuk menghasilkan energi listrik sebesar 175.000 kwh, dengan hasil
sampingan berupa pupuk organik perbulan sebesar 465 ton, didapat dari
perhitungan bahan baku yang digunakan sebagai output, 10 persen dari output
yang digunakan merupakan limbah padat dari instalasi biogas dengan harga Rp
Arus pengeluaran dalam analisis finansial instalasi biogas terdiri dari biaya
A. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal usaha untuk
suatu proyek. Pada pengusahaan instalasi biogas, biaya investasi dikeluarkan pada
62
awal proyek secara keseluruhan. Biaya investasi secara lengkap dapat dilihat pada
40.000.000. Bangunan atau konstruksi untuk peralatan dan mesin akan dibangun
oleh pihak konsultan yang merupakan paket teknologi, perincian biaya investasi dapat
B. Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan pada proyek instalasi biogas terdiri dari
biaya gaji tetap pekerja ahli dan operasional, perawatan, dan PBB. Perincian biaya
tetap selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Pengeluaran untuk gaji tenaga kerja
ahli satu orang per tahun sebesar Rp 24.000.000, untuk gaji tenaga kerja
operasional dua orang per tahun sebesar Rp 24.000.000. Biaya perawatan untuk
mesin dan peralatan yang dikeluarkan per tahun sebesar Rp 120.000.000 dan
63
untuk PBB per tahun sebesar Rp 2.000.000. Rincian biaya tetap pada proyek
Tabel 10. Rincian Biaya Tetap Instalasi Energi Listrik Biogas (Tahunan)
No Uraian Total
1 Tenaga kerja ahli 24.000.000
2 Tenaga kerja operasional 24.000.000
3 Biaya perawatan 120.000.000
4 PBB 2.000.000
Total Biaya Tetap 170.000.000
C. Biaya Variabel
Biaya variabel dalam instalasi biogas meliputi biaya feces (bahan baku
atau limbah ternak), biaya tenaga kerja pelaksana, biaya packaging dan biaya
pemasaran. Jumlah biaya variabel pada tahun ke tahun di asumsikan sama dengan
biaya tahun pertama. Biaya variabel selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Bahan baku (feces) berupa limbah ternak yang dibutuhkan untuk energi
listrik biogas sebesar 55.800 ton per tahun dengan asumsi harga Rp 25/kg, biaya yang
dikeluarkan untuk feces (bahan baku) per tahun sebesar Rp 1.395.000.000. Tenaga
kerja pelaksana digunakan untuk memproduksi limbah biogas yang berupa ampas
atau sludge menjadi pupuk organik, dengan sistem borong untuk efisiensi biaya
biogas hingga menjadi pupuk organik siap jual, target per bulan 465 ton pupuk
organik yang siap jual dikemas dengan kemasan 25kg, biaya yang dikeluarkan
dibebankan sebesar Rp 25/kg dari total pupuk organik yang siap jual, dengan
64
target penjualan perbulan sebesar 465 ton, biaya yang dikeluarkan untuk
biaya variabel yang dikeluarkan per tahun dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rincian Biaya Variabel Instalasi Biogas Energi Listrik (Tahunan)
No Uraian Total (Rp)
1 Feces (Bahan Baku Biogas) 1.395.000.000
2 Tenaga Kerja Pelaksana 1.395.000.000
3 Packaging 267.840.000
4 Pemasaran 139.500.000
Total 3.197.340.000
suatu proyek. Dalam penelitian ini digunakan beberapa kriteria kelayakan usaha
bunga deposito sembilan persen. Tingkat suku bunga sembilan persen merupakan
tingkat suku bunga deposito rata-rata di beberapa Bank Pemerintah yang berlaku
selama tahun 2008. Kriteria ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kelayakan
melaksanakannya.
Arus tunai (cash flow) dengan tingkat suku bunga sembilan persen dapat
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Instalasi Biogas dengan Diskon
Faktor 9 %
No Indikator Kelayakan Nilai
1 NPV (Rp) 11.401.465.948
2 IRR (%) 19
3 Net B/C 2,272
4 Payback Period (tahun) 3,084
populasi sapi 5000 ekor, dengan tingkat diskonto sembilan persen nilai NPV yang
asumsi bahan baku (feces) beli Rp 25/kg, artinya bahwa nilai sekarang (present value)
dari pendapatan yang diterima bernilai positif selama 12 tahun pada tingkat diskonto
sembilan persen. Dengan hasil analisis NPV tersebut ternyata proyek instalasi
biogas dalam mengelola limbah ternak sapi ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan.
Net B/C yang dihasilkan pada tingkat diskonto sembilan persen yaitu
sebesar 2,272 dengan asumsi bahan baku (feces) beli Rp 25/kg. Nilai tersebut
manfaat bersih sebesar Rp 2,272 atau dapat disebutkan bahwa pendapatan bersih yang
Hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa nilai IRR yang diperoleh
yaitu sebesar 19 persen dengan asumsi bahan baku (feces) beli Rp 25/kg. Nilai ini
menunjukkan bahwa investor tidak akan rugi jika dana yang dimiliki digunakan untuk
digunakan yaitu sebesar sembilan persen. Dengan kata lain ditinjau dari kriteria
period. Dari hasil analisis yang dilakukan, proyek instalasi biogas akan mencapai titik
pengembalian investasi pada saat proyek telah berumur 3,08 tahun dalam asumsi
bahan baku (feces) beli Rp 25/kg. Hal ini menyatakan bahwa proyek ini dapat
diskonto sembilan persen, dapat disimpulkan bahwa proyek instalasi biogas ini layak
untuk dilaksanakan.
dalam setiap perubahan yang terjadi. Dari hasil analisis ini akan diketahui variabel
mana yang sangat peka jika terjadi perubahan dan akan memberi pengaruh yang
a. Analisis Skenario
dengan empat variabel yang mempengaruhi yaitu penurunan jumlah output (feces)
yang dapat mempengaruhi inflow, serta captive market, kenaikan biaya tetap
(tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) dan biaya variable (tenaga kerja
pelaksana dan packaging). Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV,
Net B/C dan IRR jika terjadi perubahan pada jumlah output dengan penurunan 10
persen, penurunan captive market 10 persen, kenaikan biaya tetap (tenaga kerja
67
ahli dan tenaga kerja operasional) dan biaya variabel (tenaga kerja pelaksana dan
packaging) masing-masing 20 persen. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 13.
turun yang tidak disertai penurunan captive market, biaya tetap (tenaga kerja ahli
dan operasional), biaya variabel (tenaga kerja pelaksana dan packaging) dan
penurunan captive market yang tidak dibarengi dengan perubahan ketiga variabel
lainnya serta kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan operasional) yang tidak
dibarengi dengan perubahan ketiga variabel yang lainnya, dapat dikatakan usaha
instalasi biogas ini masih layak, hal ini disebabkan karena nilai NPV masih
bernilai positif, Net B/C rasio lebih besar dari satu dan IRR masih di atas tingkat
kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan operasional) dan biaya variabel
68
dikatakan juga bahwa usaha ini masih layak karena nilai NPV masih positif, Net
B/C rasio lebih besar dari satu dan IRR masih di atas tingkat suku bunga.
Demikian juga pada penurunan captive market sebesar 10 persen yang dibarengi
dengan kenaikan biaya variabel (tenaga kerja pelaksana dan packaging) sebesar
20 persen, usaha ini masih layak karena nilai NPV, IRR dan Net B/C rasio masih
penurunan captive market sebesar 10 persen, kenaikan biaya tetap dan biaya
variabel masing-masih sebesar 20 persen dapat dikatakan usaha ini tidak layak
untuk dilaksanakan, karena nilai IRR di bawah tingkat diskonto yaitu 5 persen.
Dalam kriteria bisnis usaha ini tidak dapat memberikan keuntungan karena nilai
IRR di bawah tingkat diskon faktor, lebih baik diinvestasikan kepada proyek lain
pada jumlah output (feces) untuk mengahasilkan energi listrik dan kompos
sebagai inflow, penurunan captive market serta biaya outflow sehingga usaha
mendekati keuntungan normal, dimana IRR sama dengan tingkat suku bunga
deposito, NPV mendekati nol, dan Net B/C mendekati satu. Pada usaha pendirian
instalasi biogas ini, dari analisis switching value menunjukkan bahwa usaha ini
akan menjadi tidak layak jika penurunan jumlah output (feces) mengalami
penurunan sebesar 18,428 persen. Untuk perubahan biaya, usaha ini akan tidak
kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan tenaga kerja operasional) sebesar 30
persen dan kenaikan biaya variabel (tenaga kerja pelaksana, packaging) 26,675
persen. Perhitungan analisis switching value dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan usaha instalasi biogas ini sangat peka terhadap
Tabel 14. Nilai Switching Value pada Penurunan Jumlah Output (feces) dan
Penurunan Captive Market disertai Kenaikan Biaya Tetap dan Variabel
Uraian Perubahan Proposional
(%)
Penurunan Jumlah Output (feces) 18,428
Penurunan Captive Market 12
Kenaikan Biaya Tetap (tenaga kerja ahli dan 30
operasional
Kenaikan Biaya Variabel (tenaga kerja pelaksana, 26,675
packaging)
Satu hal penting lainnya yang dapat dilihat dari kondisi kepekaan usaha
tersebut, adalah jika perhitungan analisis kelayakan finansial didasari oleh tingkat
suku bunga pinjaman, usaha ini akan menjadi tidak layak. Hal ini akan
usaha ini tidak layak dilaksanakan pada kondisi modal yang dipakai bukan milik
8.1 Kesimpulan
yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan aspek sosial menunjukkan
bahwa usaha pendirian instalasi biogas di PT. Widodo Makmur Perkasa, Cianjur
Pada aspek teknis pengadaan input pada mesin dan peralatan semuanya
masih diimpor dari luar negeri beserta tenaga ahlinya. Hal ini dikarenakan
teknologi yang dipakai adalah adopsi dari perusaahaan PhilBIO yang berlokasi di
instalasi pembangkit listrik biogas ini sangat sederhana karena usaha ini baru akan
didirikan dan PT. Widodo Makmur Perkasa menunjuk PT. AsiaBiogas sebagai
pengawasan dan tanggung jawab oleh PT. AsiaBiogas. Untuk aspek pasar, potensi
yang cukup besar terhadap peluang pasar energi listrik dan pupuk kompos. Hasil
analisis kelayakan finansial instalasi biogas dengan populasi sapi 5000 ekor dan
menghasilkan energi listrik sebesar 2.100.000 kwh per tahun, dengan tingkat diskonto
sembilan persen nilai NPV sebesar Rp. 11.401.465.948 dengan asumsi bahan baku
(feces) beli Rp 25/kg atau lebih besar dari nol, nilai Net B/C adalah sebesar 2,272 atau
lebih dari 1. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 19 persen atau lebih besar dari
tingkat diskonto yang ditentukan. Nilai Payback Period adalah tiga tahun.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial maka usaha instalasi biogas di PT.
instalasi biogas ini akan tidak layak dilaksanakan pada kondisi jika terjadi
captive market sebesar 10 persen, biaya tetap (tenaga kerja ahli dan operasional)
persen disertai kenaikan biaya variabel dan kenaikan biaya tetap menunjukkan
Analisis Switching Value menunjukkan usaha ini akan tidak layak pada
penurunan populasi lebih dari 18,428 persen dan penurunan captive market
sebesar 12 persen disertai kenaikan biaya tetap (tenaga kerja ahli dan operasional)
yang dapat ditoleris adalah sebesar 30 persen dan kenaikan biaya variabel (tenaga
instalasi biogas ini sangat peka terhadap penurunan jumlah output (feces) dan
dilaksanakan pada kondisi modal yang dipakai adalah sepenuhnya modal sendiri.
Usaha ini bagi PT. Widodo Makmur Perkasa bukan hanya sebagai core bussines,
tapi juga sebagai upaya untuk menangani limbah peternakannya dan sebagai
masyarakat sekitar.
8.2 Saran
Melihat usaha instalasi biogas ini sangat peka terhadap penurunan jumlah
output (feces) yang akan mengakibatkan penurunan energi listrik yang dihasilkan,
72
maka disarankan usaha ini dijalankan dengan menjaga populasi sapi diatas 5000
ekor dengan cara menjadwalkan impor sapi dengan baik, serta investasi peralatan
perubahan kurs rupiah terhadap dolar, sehingga tidak terkena resiko kenaikan
harga peralatan.
PhilBIO yang berada di Manila Filipina, sehingga semua peralatan diimpor dari
terhadap perubahan biaya input dan kenaikan biaya investasi yang terlalu besar
fabrikasi. Semua material diimpor dari luar negeri dengan persentase biaya 80
persen dari total biaya investasi peralatan dan mesin yang merupakan “paket
Widodo Makmur Perkasa menindak lanjuti ke detail design dengan pelatihan dan
negeri.
Investasi usaha instalasi biogas ini cukup tinggi, agar usaha ini lebih layak
dilakukan dengan menambah populasi ternak dan menambah genset menjadi dua unit.
73
DAFTAR PUSTAKA
Bui, An, 2002. Biogas Technology in Developing Countries: Vietnam Case Study.
Proc. Biodigesti Workshop March 2002.
Centre for Policy and Implementation Studies (CPIS). 1992. Panduan Teknik
Pembuatan Kompos dari Sampah: Teori dan Aplikasi. CPIS. Jakarta.
Gray, C,. Payaman S,. Lien K,. P.F.L. Maspaitella, R.C.G. Varlcy. 1992.
Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Harahap, F., M. Apandi dan S. Ginting, 1980. Gas Bio untuk Rumah Anda. Pusat
Teknologi Pembangunan ITB.
Indah, Spektra Matrika. 1996. Laporan Akhir Studi Percontohan Biogas Limbah
Manusia di Bandung. DPE. Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi.
Jakarta.
74
Junus. Muchamad. 1987. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Kadariah, Lien K,. dan Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1.
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Marchaim, U., 1992. Biogas processes for Sustainable Development. Bull. FAO
Agriculture Services. Rome, 95.
NRC, 1977. Methane Generation From Human, Animal, and Agricultural Wastes.
Washington, D.C. 4; 95-98.
Siregar, S. 2001. Sapi Perah, Jenis Ternak, Pemeliharaan dan Analisis Usaha.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B. dan H.M. Arianto. 2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sukiaki, E. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Pilot Plan Biogas dengan Kompos
Sebagai Produk Sampingan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir
Imbun Bandung. (Studi Kasus di PT. Perusahaan Gas Negara. Jakarta).
Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Simamora, Salundik dan Sri. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar
Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 5. Cash Flow Analisis Finansial Instalasi Biogas dengan Tingkat Diskonto 9 %
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. INFLOW
Penjualan Energi Listrik 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052 1823430052
Penjualan Limbah Biogas 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000 5301000000
Nilai Sisa 1823430052
Total Inflow 0 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 7124430052 8947860104
B. OUTFLOW
Biaya Investasi
Lahan 40000000
CIGAR dan Sistem Penanganan
Gas 2001660000
Tangki Pencampur dengan Elemen
Pemanas 1179060000
Generator 3629494000
Kontraktor 1056995300
Pekerjaan Sipil 1051100000
Total Investasi (Rp) 8958309300
Biaya Tetap
Tenaga kerja ahli 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000
Tenaga kerja operasional 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000
Biaya perawatan 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000
PBB 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
Biaya Variabel
Feces 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000
Tenaga Kerja Pelaksana 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000 1395000000
Packaging 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000
Pemasaran 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000
Total Outflow 8958309300 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000 3367574000
82
Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pendapatan Sebelum Pajak -8958309300 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 3756856052 5580286104
Pajak 0 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535 1004134535
Net Benefit -8958309300 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 2752721517 4576151569
DF= 9% 1 0.917431193 0.841679993 0.77218348 0.708425211 0.649931386 0.596267327 0.547034245 0.50186628 0.46042778 0.422410807 0.38753285 0.355534725
PV -8958309300 2525432584 2316910628 2125606081 1950097322 1789080112 1641357901 1505832936 1381498107 1267429456 1162779317 1066770016 1626980790
PV Negatif -8958309300
PV Positif 20359775248
NPV 11401465948
IRR 19%
Net B/C 2.272725195
Payback Period 3.084101429
83
Tahun
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
712443005 712443005 712443005 712443005 712443005 712443005 712443005 712443005 712443005 712443005 712443005
1.Pendapatan 7124430052 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2. Penyusutan Investasi
CIGAR dan S.Penanganan Gas 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000 100083000
Tngk.Pncampur dg Elem. Pemns 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000 58953000
Generator 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700 181474700
Jumlah Penyusutan 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700 340510700
3. Biaya Tetap
Tenaga kerja ahli 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000
Tenaga kerja operasional 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000
Biaya perawatan 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000 120000000
PBB 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000 2000000
4. Biaya Variabel
139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000
Feces 1395000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000 139500000
Tenaga Kerja Pelaksana 1395000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Packaging 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000 267840000
Pemasaran 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000 139734000
336757400 336757400 336757400 336757400 336757400 336757400 336757400 336757400 336757400 336757400 336757400
Jumlah Biaya 3+4 3367574000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
370808470 370808470 370808470 370808470 370808470 370808470 370808470 370808470 370808470 370808470 370808470
Jumlah Biaya 2+3+4 3708084700 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
341634535 341634535 341634535 341634535 341634535 341634535 341634535 341634535 341634535 341634535 341634535
Rugi Laba 3416345352 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
100413453 100413453 100413453 100413453 100413453 100413453 100413453 100413453 100413453 100413453 100413453
Pajak 1004134535 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
10% 5000000
1634535.2
15% 7500000
84
30% 990000000