Oleh
F24062530
2010
BOGOR
PENERAPAN SISTEM HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
PADA WARUNG TEGAL DAN PEMBUATAN MODUL PELATIHANNYA
SEBAGAI SALAH SATU BENTUK CSR (Corporate Social Responsibility)
PT BINTANG TOEDJOE, JAKARTA
Oleh
F24062530
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
2010
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NUR FATHONAH SADEK
F24062530
Menyetujui,
Bogor, Juni 2010
Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, MS. Ir. Yunawati Gandasasmita, M.Sc.
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapang
Mengetahui,
RINGKASAN
Warung tegal (warteg) merupakan salah satu jenis usaha yang berkembang
pesat di kota-kota besar, namun ternyata merupakan penyebab keracunan pangan
terbesar nomor dua di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dari kegiatan praktik
kerja magang ini adalah untuk menganalisis bahaya-bahaya yang dapat muncul di
dalamnya berdasarkan pendekatan prinsip-prinsip HACCP (Hazard Analysis and
Critical Control Point). Hasilnya akan disampaikan ke dalam bentuk pelatihan
yang merupakan salah satu bentuk CSR PT Bintang Toedjoe.
ABSTRACT
Warung tegal (warteg) is one kind of operation which grow fast in big cities,
but also become the second highest factor of foodborne diseases in Indonesia.
Because of that, the aim of this research is to analyze the hazards on warteg based on
HACCP principles, then the result will be used for making into food safety training
manual for warteg manager. This training will be the one of Bintang Toedjoe
Company’s CSR.
Warteg sampling is based on the large and total menu of warteg and also its
location. The results are analyzed to find its critical control points (CCP), its
procedures, and its corrective actions based on CODEX standards. The principles of
HACCP are applied in any kind of hazards which happened on selecting raw
materials, handling, processing, and sell waiting time. Prior to HACCP application,
warteg should have in place prerequisite program, GHP (Good Hygienic Practices).
Because of that, there are many sources of hazard from environment, water supply,
and personal hygiene must be controlled by GHP.
Foodborne diseases factors from warteg are caused especially by sell waiting
time which is too long in room temperature, environment cross contamination, and
personal unhygienic practices. Common hazards on warteg are from physical and
microbiological agent. Physical hazards are commonly from dust, the microbiological
ones are Salmonella, S. aureus, and C. perfringens, and also the chemical one is
carcinogent from over oxidized cooking oil. These conditions are caused by the lack
of managers knowledge, limitation of time and condition, and also there is no
consumers demand. The result of this analyis then be used for making a food safety
training manual base don HACCP principles for warteg managers.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesai-
kan penelitian yang berjudul Penerapan Sistem HACCP (Hazard Analysis Criti-
cal Control Point) pada Warung Tegal dan Pembuatan Modul Pelatihannya
sebagai Salah Satu Bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) PT Bintang
Toedjoe, Jakarta.
1. Keluarga tercinta, ibu, bapak, dan adikku, Moch. Sulthon Fathoni Sadek
yang senantiasa menemani, mendukung, mendoakan, dan memberikan ke-
kuatan kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, MS. sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan segala bantuan kepada penulis selama
perkuliahan, penelitian, maupun penyusunan tugas akhir.
3. Ir. Yunawati Gandasamita, M.Sc. sebagai pembimbing lapang yang telah
memberikan kesempatan, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam
melaksanakan kegiatan praktik kerja magang di PT Bintang Toedjoe, Pu-
lomas, Jakarta.
4. Dr. Suliantari, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
yang membangun.
5. Human Resources Development Manager, Bapak Leonard Luminta, yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan praktik kerja
magang selama empat bulan.
6. Seluruh staf Business Developmet, Novi, Meiry, Mas Agus, Mbak Vanie,
Asti, Mbak Rika, Mbak Verani, Mbak Sari, Mbak Erni, Mas Onter, Bu
Sien, dan Bu Mida. Terima kasih atas sambutan, kebersamaan, diskusi,
dan bantuan selama penulis melakukan magang.
iii
7. Pak Hari, Pak Rusmadi, Mas Ferdi, Pak Michael, dan para pengelola War-
Joss, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, atas kerja samanya sela-
ma penulis melakukan survei.
8. Sahabat-sahabatku di ITP 43, Della, Eri, Helen, Yua, Laras, Henni, Yogi,
Stefanus, Aan, Arius, Dzikri, Adit, Idham, Abdi, Bernand, Zaki, Sandra,
dan semua teman-teman di ITP 43 atas kebersamaannya selama tiga tahun
ini.
9. Teman satu bimbingan, Rima dan Deni. Tetap semangat teman. Sukses
selalu untuk kita bersama.
10. Keluarga kost Puri Fikriyyah dan asrama kamar 223, Indri, Tina, dan Ida.
11. Teman-teman OMDA Jember dan Banyuwangi, terutama Mas Nunus. Te-
rima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan nasihatnya.
12. Keluarga besar di Banyuwangi, Mbah Uti, Mbah Muncar, Bulik Titik, Om
Marno, Om Dar, Bulik Tutik, Bulik Tus, Om Tono, Bulik Mung, Om Da-
yat, Aci, Lia, Dita, Via, Ryaz, dan Diki. Terima kasih atas doa dan du-
kungannya.
13. A Asep Safari atas doa, dukungan, dan diskusinya.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini te-
lah membantu penulis secara langsung maupun tidak dalam menyele-
saikan pendidikan di IPB.
Penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak yang membutuhkan dan terhadap pengembangan ilmu khususnya di Depar-
temen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta, IPB.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..vii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………….....1
B. TUJUAN DAN MANFAAT………………………………………………2
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH PERUSAHAAN………………………………………………3
B. VISI, MISI, DAN CORE VALUE PERUSAHAAN………………………4
C. ORGANISASI PERUSAHAAN…………………………………………..4
D. PRODUK-PRODUK PERUSAHAAN…………………………………..19
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEAMANAN PANGAN………………………………………………...21
B. KASUS KERACUNAN PANGAN DI INDONESIA…………………...22
C. WARUNG TEGAL………………………………………………………23
D. HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)…………………24
E. GHP (Good Hygienic Practices)………………………………………...33
IV. BAHAN DAN METODE
A. BAHAN………………………………………………………………….37
B. METODE………………………………………………………………..37
V. HASIL PENGAMATAN
A. Contoh Kondisi Warteg dan Praktik Kerja para Pengelolanya………… 40
B. Menu Masakan yang Umum Ditemui di Warteg………………………..50
C. Faktor Sosial Penyebab Pengolahan Pangan Menjadi Tidak Aman……52
VI. ANALISIS HACCP
Ruang Lingkup Pembelajaran Sistem HACCP pada Warung Tegal………..53
v
VII. PEMBAHASAN
A. HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)………………64
B. GHP (Good Hygienic Practices)……………………………………...79
C. PEMBUATAN MODUL PELATIHAN KEAMANAN PANGAN….102
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN……………………………………………………….106
B. SARAN.………………………………………………………………106
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..108
LAMPIRAN……………………………………………………………………113
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
A. LATAR BELAKANG
Usaha jasa boga warung tegal (warteg) berkembang sangat pesat
terutama di daerah kota besar. BPS (2008) menyebutkan bahwa terdapat
823.936 jenis usaha ini atau sekitar 27.48% dari seluruh usaha penyediaan
makanan dan minuman di Indonesia. Menjamurnya usaha ini terjadi karena
orang-orang Tegal yang merantau tersebut memandang kota-kota besar,
seperti Jakarta dan sekitarnya, merupakan lahan bisnis yang menjanjikan.
Warteg menyediakan berbagai makanan siap santap yang disajikan secara
sederhana. Para pendatang yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan
rendah serta mahasiswa yang indekos menganggap warteg sebagi suatu solusi
tersendiri bagi mereka untuk menikmati makanan yang murah meriah.
jajanan, rumah, bahkan warteg. Namun yang perlu diperhatikan adalah materi
pelatihan harus disampaikan dengan cara yang sederhana dan mudah
dimengerti, untuk menjamin bahwa dapat menyediakan makanan yang aman
untuk dikonsumsi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari praktik kerja magang di PT Bintang Toedjoe, Jakarta
mengenai penerapan sistem HACCP pada warung tegal dan pembuatan modul
pelatihannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi proses dan praktik kerja yang dapat menjadi sumber
bahaya pada warteg beserta alasannya.
2. Mengetahui titik-titik pengendalian kritis (CCP) yang harus diperhatikan
dalam usaha jasa boga warteg sekaligus prosedur pemantauan dan
tindakan koreksinya.
3. Menyusun modul pelatihan keamanan pangan berdasarkan pendekatan
HACCP pada warteg dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
untuk menjamin keamanan pangan yang dihasilkan dari jasa boga warteg.
4. Salah satu bentuk kepedulian PT Bintang Toedjoe, Jakarta terhadap
masalah keamanan pangan sekaligus meningkatkan kapabilitas warteg itu
sendiri.
Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya praktik kerja magang di PT Bintang Toedjoe
ini, diharapkan dapat disusun sebuah modul pelatihan keamanan pangan yang
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya pada Warung Tegal.
II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH PERUSAHAAN
PT Bintang Toedjoe didirikan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 29
April 1946 oleh Tan Jun She (seorang sinshe), Tjia Pu Tjien, dan Hioe On
Tjan. Nama Bintang Toedjoe sesuai dengan jumlah anak perempuan yang
dimiliki oleh Tan Jun She, yaitu sebanyak tujuh orang. Pada waktu itu, dengan
alat-alat yang sederhana dan mempekerjakan beberapa orang karyawan, PT
Bintang Toedjoe berhasil memproduksi obat-obatan yang dijual bebas guna
memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat. Salah satu obat yang diproduksi
sejak berdirinya perusahaan ini adalah Puyer No. 16 (Obat Sakit Kepala No.
16) yang sampai saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
dan diekspor ke beberapa negara.
Empat tahun kemudian, PT Bintang Toedjoe pindah dari Garut ke
kawasan Krekot, Jakarta dan selanjutnya pada tahun 1974, PT Bintang Toe-
djoe kembali pindah ke kawasan Cempaka Putih, Jakarta. PT Bintang Toedjoe
mulai memproduksi resep dokter pada tahun 1970-an. PT Bintang Toedjoe
dibeli oleh Kalbe Group pada tahun 1985 dan berkembang dengan pesat. Ta-
hun 1990, produk-produk PT Bintang Toedjoe mulai diekspor ke mancane-
gara.
Sejalan dengan meningkatnya volume produksi menyebabkan lokasi di
Cempaka Putih tidak memadai lagi. Hal ini menyebabkan pada tahun 1993,
PT Bintang Toedjoe pindah ke kawasan industri Pulogadung, menempati area
seluas 12.000 meter persegi. Selanjutnya pada bulan Juni-Juli 2002, pabrik di
Pulomas mulai beroperasi, kemudian pada bulan September 2002, Head
Office pindah ke Pulomas dan pabrik di Pulogadung tetap beroperasi. Saat ini,
dengan mempekerjakan lebih dari seribu orang karyawan, PT Bintang Toedjoe
merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang tidak
hanya memproduksi obat-obatan, melainkan juga suplemen makanan.
4
C. ORGANISASI PERUSAHAAN
Adapun struktur organisasi PT Bintang Toedjoe dapat dilihat pada
Lampiran 1.
1. Business Development
Departemen ini bertanggung jawab terhadap ide dan pengembang-
an produk baru dan Quality System (HACCP, ISO 9001, SMK3, dll.) PT
Bintang Toedjoe. Departemen ini membawahi tiga bagian, yaitu Product
Innovation, Regulatory Affair, dan Consumer Insight.
a. Product Innovation
Bagian Product Innovation memiliki fungsi sebagai beri-kut:
1. Mendukung bagian Marketing dan Regulatory Affair untuk hal-hal
yang berkaitan dengan scientific issue.
2. Membantu pengembangan bisnis PT Bintang Toedjoe dengan
mengajukan usulan produk baru berdasarkan hasil proses New
Product Development (NPD) yang dapat dipertanggungjawabkan
5
b. Regulatory Affair
Bagian Regulatory Affair memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan proses untuk mendapatkan izin penayangan iklan
2. Melaksanakan proses pendaftaran atau registrasi produk baru
3. Memeriksa kebenaran isi atwork kemasan sesuai perundangan
yang berlaku
4. Coordinator planning produk baru
c. Consumer Insight
Bagian Consumer Insight memiliki fungsi untuk melakukan
survey terhadap konsumen yang hasilnya tersebut berkaitan dengan pe-
ngembangan produk PT Bintang Toedjoe sehingga produk yang di-
kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
6
b. Sales Management
Sales Management menetapkan target penjualan tiap produk.
Target ini ditentukan berdasarkan Target Fixed yang ditetapkan dalam
Rapat Kerja (RAKER) Triwulan antara pihak Product Management
Pusat dengan sales (cabang dan pusat) serta trend hasil atau penca-
paian tiga bulan sebelumnya.
Produk-produk PT Bintang Toedjoe didistribusikan oleh PT
Enseval Putera Megatrading (EPM), yang masih satu grup dengan PT
Bintang Toedjoe (Kalbe Group). EPM melakukan distribusi dan sales
ke agen apotek, toko obat, dan outlet-outlet di seluruh Indonesia. Dis-
tributor ini memperoleh produk farmasi langsung dari pabrik PT Bin-
tang Toedjoe dengan harga jual pabrik. EPM memiliki cabang-cabang
di seluruh Indonesia. Adapun lokasi cabang-cabang PT Bintang Toe-
djoe tersebut antara lain Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Yogya-
karta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Pekan Baru, Makassar,
Palembang, dan Banjarmasin.
Aktivitas promosi yang dilakukan oleh PT Bintang Toedjoe
bertujuan agar masyarakat aware atau sadar terhadap produk-produk
yang ditawarkan. Aktivitas promosi terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
9
3. Internal Compliance
Bagian Internal Compliance bertugas untuk mengawasi dan me-
monitor kegiatan setiap departemen dan cabang-cabang PT Bintang Toe-
djoe, serta memeriksa kebenaran laporan keuangan pusat dan cabang-
cabang PT Bintang Toedjoe.
12
6. Manufacturing
Departemen ini bertanggung jawab atas proses produksi produk-
produk PT Bintang Toedjoe serta pengembangannya. Divisi ini terbagi ke
dalam empat line produksi, yaitu Line Powder (lokasi Pulogadung), Line
Likuid (lokasi Pulogadung), Line Effervescent (lokasi Pulogadung dan Pu-
lomas), dan Line Natural Product (lokasi Pulomas). Berikut ini adalah ke-
giatan yang dilakukan oleh departemen ini
a. Produksi
Alur proses produksi adalah sebagai berikut :
Production Planning Inventory Control (PPIC) mengeluarkan KP-
BB yang diterima oleh bagian compounding yang kemudian me-
minta bahan baku sesuai dengan yang tertera pada KPBB ke gu-
dang bahan baku (IMC). Bila pada kenyataannya terjadi kekurang-
15
b. Pembelian (Purchasing)
Peranan Departemen Purchasing adalah melakukan pembelian
bahan baku, bahan kemas, serta barang teknik dan umum. Pembelian
berdasarkan permintaan dari PPIC dengan menggunakan Formulir Per-
mintaan Barang (FPB) atau untuk barang-barang teknik dan umum
yang diperlukan tiap departemen menggunakan Permintaan Pembelian
(PP). kegiatan yang dilakukan oleh Departemen Purchasing adalah
penyediaan bahan baku dan bahan kemas baru, pembelian bahan baku
atau bahan kemas rutin, penilaian vendor, dan menentukan Lead Time
(rentang waktu antara saat pemesanan hingga barang diterima)
lah bahan yang dipesan dan jadwal kedatangannya agar dapat me-
menuhi kebutuhan produksi.
Incoming material control (IMC)
Bagian IMC menangani penerimaan barang-barang, meli-
puti bahan baku atau bahan kemas dari supplier, produk toll out,
bahan toll in, produk kembalian obat jadi dari distributor, barang-
barang teknis, dan alat-alat tulis. Bagian IMC memiliki gudang ba-
han baku dan bahan kemas yang mana penyimpanannya dise-
suaikan dengan kondisi penyimpanan yang telah ditetapkan oleh
pihak Quality Control.
Outgoing material control (OMC)
Ruang lingkup kegiatan OMC meliputi penerimaan obat
jadi dari pihak produksi, pengeluaran obat jadi dari OMC ke distri-
butor (lokal/ekspor), serta pengeluaran bahan baku dan bahan ke-
mas untuk produk Toll Out.
d. Product Development
Departemen Product Development dalam mengembangkan for-
mula dan kemasan baru dilakukan berdasarkan Formulir Permintaan
Produk atau Kemasan Baru dari Marketing kemudian dilakukan koor-
dinasi antara pihak Product Development dan Marketing dengan mem-
pertimbangkan perkiraan pemasaran, rencana pembatalan (Toll Out
atau tidak), dan spesifikasi produk yang diinginkan (bentuk, ukuran,
warna, dan kemasan). Setelah tercapai kesepakatan atau persetujuan
antar kedua pihak dan direktur produksi maka dilanjutkan ke beberapa,
yakni : studi literatur, membuat formula tentative, tahap formulasi dan
trial laboratorium, tahap tes stabilitas, pembuatan master formula, dan
trial produksi.
nyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisi-
en, dan produktif.
3. HACCP, yaitu suatu sistem dalam rangka menghasilkan produk
yang aman untuk dikonsumsi, bebas dari zat-zat berbahaya dan be-
bas dari pencemaran oleh bahaya biologis, fisik, dan kimia.
4. CPOB, yaitu tata cara pembuatan obat yang baik, yang merupakan
pedoman wajib bagi semua industri farmasi, agar menghasilkan
produk yang berkhasiaat, aman, dan bermutu.
5. 5R, yaitu ringkas, rapih, resik, rawat, dan rajin. 5R merupakan pro-
gram yang diadopsi dari Jepang (di Jepang disebut 5S) dalam
rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas, kualitas, dan kesela-
matan kerja. Semua sistem manajemen yang diterapkan di PT Bin-
tang Toedjoe diterapkan secara terintegrasi.
D. PRODUK-PRODUK PERUSAHAAN
Tabel 2 menunjukkan produk-produk PT Bintang Toedjoe, yang mana
terbagi menjadi lima platform. Terdapat lima platform dari produk-produk ter-
sebut, yaitu Health & Energy, Health & Cure, Health & Balance, Health &
Beauty, dan Men’s Health.
20
A. KEAMANAN PANGAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
dan minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Anonim, 1996).
Setiap produk pangan selain harus memiliki nilai mutu fisik dan sensori yang
optimal, harus memiliki mutu keamanan pangan. Hal ini bertujuan agar pro-
duk yang dikonsumsi tidak menimbulkan resiko kesehatan bagi manusia.
Oleh karena itu cara terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah de-
ngan memasyarakatkan konsep-konsep HACCP kepada pengusaha jasa boga
warteg. Sosialisasi penerapan HACCP ini perlu dilakukan dengan cara yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh para pelakunya. Dengan adanya pe-
23
C. WARUNG TEGAL
Warung tegal adalah salah satu jenis usaha yang menyediakan
makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Biasa juga disingkat warteg,
nama ini seolah sudah menjadi istilah untuk warung makan kelas menengah
ke bawah di pinggir jalan, baik yang berada di kota Tegal maupun di tempat
lain, baik yang dikelola oleh orang asal Tegal maupun dari daerah lain. Harga
yang murah dan penyajian yang sederhana merupakan ciri khas yang menjadi
faktor utama mengapa warteg lebih melekat di kalangan masyarakat tersebut
(Budi, 2009).
seluruh usaha rumah makan tersebut di wilayah manapun diberi label warteg.
Istilah warteg itu sendiri memang betul-betul sudah menjadi brand image atau
dengan kata lain sudah menjadi istilah yang merakyat di masyarakat Indonesia
hingga saat ini. Adanya warteg menjadikan hubungan kaum perantauan dari
Tegal ini dapat terjalin dengan baik sebagai sesama pengusaha seprofesi. Oleh
karena itu, para pengusaha warteg ini pun umumnya mempunyai inisiatif un-
tuk mendirikan perhimpunan Kowarteg (Koperasi Warung Tegal) yang bertu-
juan untuk menjalin kerjasama dan membantu anggotanya melalui wadah ko-
perasi tersebut (Syaifudin, 2006).
Konsep HACCP harus dapat diterapkan dalam semua mata rantai pro-
duksi makanan. Penerapan HACCP pada pengolahan makanan siap santap
seperti warteg dapat dilakukan mulai dari pemilihan bahan mentah, pena-
nganan/penyimpanan bahan mentah, persiapan, pengolahan, sampai penjualan
dan penyajiannya. Jadi sistem pencegahan dalam program HACCP dilakukan
sedini mungkin, yaitu mulai dari pemilihan bahan mentah. Hal ini disebabkan
beberapa cemaran seperti logam berat, pestisida, dan beberapa racun yang
mungkin mencemari bahan mentah mungkin tidak dapat dihilangkan melalui
proses pengolahan yang diterapkan (Fardiaz, 1994).
Titik pengendali kritis (CCP) adalah suatu titik atau prosedur di dalam
suatu sistem penyediaan makanan yang jika tidak dikendalikan dengan baik
dapat mengakibatkan resiko bahaya yang tinggi. CCP dalam usaha jasa boga
ditetapkan mulai dari pemilihan/pembelian bahan mentah, persiapan, pengo-
lahan, penyimpanan, sampai penyajian (Ingham et al., 1994). Limit kritis ada-
lah toleransi yang ditetapkan yang harus dipenuhi untuk menjamin bahwa su-
atu CCP secara efektif dapat mengendalikan bahaya mikrobiologis, kimia, ma-
upun fisik. Limit kritis pada CCP menunjukkan batas keamanan (Fardiaz,
1994).
1. Bahaya Biologi
Bahaya biologi menurut Mortimore dan Wallace (1995) secara ga-
ris besar ada dua macam makrobiologi dan mikrobiologi. Bahaya ma-
krobiologi berhubungan dengan serangga dan lalat, yang umumnya jarang
didapati resiko bahaya yang terjadi karena penampakannya yang me-
nimbulkan penolakan sebelum dikonsumsi. Adapun bahaya mikrobiologi
mempunyai resiko sangat besar karena kasat mata. Bahaya mikrobiologi
tersebut meliputi:
jenis ini tidak tahan panas dan disebabkan kurangnya sanitasi dan hi-
gien pekerja, kontaminasi silang bahan mentah terhadap permukaan
alat, produk jadi, dan kemasan. Umumnya bakteri tersebut tidak terlalu
fatal dibandingkankan patogen gram positif, walaupun ada juga yang
berakibat fatal seperti Salmonella.
b. Bakteri patogen gram positif, meliputi Clostridium botulinum, Clos-
tridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan Lys-
teria monocytogenes. Bakteri ini umumnya menghasilkan toksin yang
berakibat fatal bagi kesehatan.
c. Emerging patogen, dahulunya patogen ini tidak dikenal sebagai agen
penyakit manusia, namun saat ini terbukti bakteri ini menimbulkan pe-
nyakit perut, seperti Yersinia enterolitica, Aeromonas hydrophila, Plei-
somonas shigelloides, dan Vibrio vulnivicus.
d. Virus, penyakit utama dari virus adalah hepatitis A yang disebabkan
oleh Norwalk virus.
e. Parasit dan protozoa, parasit yang menyebabkan penyakit meliputi
Taenia saginata, Trichinella spiralis, dan Clonorchis sinensis, sedang-
kan protozoa meliputi Toxoplamsma gondii, Giardia intestinalis (lam-
blia), dan Cryptosporidium parvum.
Bahaya Sedang,
Bahaya Besar Bahaya Sedang, Terbatas
Potensial Menyebar Penyebarannya
(Grup I) (Grup II)
(Grup III)
Ascaris lumbricoides
Cryptosporidium parvum
(ICMSF, 1992)
2. Bahaya Kimia
Menurut Cliver (1992) bahaya kimia dalam makanan dibagi men-
jadi dua macam, yaitu yang secara alami terjadi dan bahan kimia yang
ditambahkan dengan sengaja. Bahaya kimia menurut Pierson dan Corlett
(1992) dibagi menjadi lima macam, yaitu :
Skrombotoksin m (histamin)
Ciguatoksin
Toksin jamur
Alkaloid pirolizidin
Fitohemaglutinin
(Fardiaz, 1996)
3. Bahaya Fisik
Bahaya fisik didefinisikan sebagai benda asing yang berbentuk
fisik yang secara normalnya tidak terdapat dalam pangan serta dapat me-
nimbulkan penyakit (termasuk trauma psychological) atau luka terhadap
individu (Corlett, 1992). Sumber bahaya fisik antara lain bahan mentah,
31
air, gedung, peralatan, meterial gedung, dan pekerja. Bahaya yang terkait
dengan bahaya fisik dapat dilihat pada Tabel 6.
(Corlett, 1992)
32
A. BAHAN
Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian praktik kerja ma-
gang ini berupa panduan yang berisikan berbagai macam pertanyaan. Per-
tanyaan tersebut digunakan sebagai acuan untuk melakukan observasi dan
wawancara dengan para pengelola warteg. Panduan yang digunakan dapat
dilihat pada Lampiran 2.
B. METODE
Kegiatan praktik kerja magang dilakukan di PT Bintang Toedjoe, Jl.
Jend. Ahmad Yani, No. 2, Pulo Mas, Jakarta Timur 13210, selama empat bu-
lan, yaitu dari bulan Februari hingga Mei 2010. Peneliti melakukan magang di
bagian Business Development PT Bintang Toedjoe.
Metode yang dilakukan dalam melakukan penelitian praktik kerja ma-
gang ini terdiri atas enam tahapan, yaitu :
a. Sampling warteg
Survei dilakukan pada warteg dengan ukuran warteg, jumlah ma-
sakan, dan lokasi yang berbeda. Ukuran dan jumlah masakan warteg yang
berbeda bertujuan untuk memperoleh gambaran umum yang lengkap me-
ngenai pengelolaan sebuah warteg. Pengambilan sampel dengan tempat/lo-
kasi yang berbeda dilakukan untuk mengetahui tipikal warteg di berbagai
jenis lokasi. Pengambilan sampel dilakukan hingga diperoleh garis besar
pengelolaan dan tipikal warteg dari kriteria tersebut.
b. Observasi lapang
Observasi lapang dilakukan dengan cara live in, yang mana peneliti
tinggal di warteg tersebut selama satu hari, kira-kira pukul 09.00-16.30
WIB. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan gambaran yang sebe-
narnya mengenai kegiatan praktik pengelolaan warteg. Dengan dilakukan-
38
c. Wawancara
Beberapa poin dalam panduan harus dipilah mana yang bisa diobs-
ervasi dan mana yang harus diperoleh melaui wawancara. Hal ini bertu-
juan supaya pengelola tidak menjadi kesal dengan begitu banyak perta-
nyaan. Wawancara digunakan untuk mengetahui faktor sosial penyebab
pengolahan pangan menjadi tidak aman, seperti mengukur sejauh mana
pengetahuan pengelola warteg mengenai keamanan pangan, alasan praktik
kerja yang tidak aman, serta tipikal warteg di berbagai lokasi.
d. Analisis HACCP
Dari hasil pengamatan pada tahap observasi dan wawancara, ke-
mudian dilakukan analisis tahapan yang dapat menjadi sumber bahaya da-
lam pengelolaan sebuah warteg berdasarkan prinsip HACCP. Sebagai pen-
dekatan untuk melakukan pelatihan atau menyampaikan penyuluhan, pe-
nerapan HACCP dapat dilakukan berdasarkan lima prinsip saja (Fardiaz,
1994).
Analisis bahaya pada warteg berdasarkan prinsip HACCP sebagai
berikut :
1. Analisis bahaya dan penetapan resiko yang terkait dengan bahan baku,
peralatan, air, kondisi dan lokasi, fasilitas, persiapan, pemasakan, pe-
nyimpanan, menu masakan, penyajian makanan.
2. Penetapan titik pengendalian kritis (Critical Control Point/CCP) yang
dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.
3. Penetapan limit kritis (critical limit) yang harus dipenuhi untuk setiap
CCP yang telah ditentukan.
4. Penetapan prosedur untuk memantau CCP.
5. Penetapan tindakan koreksi yang harus dilakukan apabila terjadi pe-
nyimpangan selama pemantauan.
39
Lokasi
Lokasi warung bersebelahan
langsung dengan sungai yang
sangat kotor sehingga dapat
menimbulkan bau yang kurang
sedap di dalam warung
Bangunan
Bagian atap umumnya dapat
melindungi warung terutama
pada saat hujan dan kondisinya
tidak bocor.
41
Kegiatan
Pembersihan
Penyimpanan
bahan Bahan baku masakan umum-
nya juga disimpan di kolong
meja yang kotor dan tidak ter-
tutup sehingga bisa saja ada
gangguan tikus atau serangga.
lebih bagus. Oleh karena itu, dengan dipilihnya menu ini di dalam analisis
HACCP. maka diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi pengolah wa-
rung tegal dalam memilih tahu yang baik.
Gorengan
Pengolah warung hampir setiap hari selalu membuat gorengan, se-
perti tempe goreng, tahu goreng, bakwan sayur, dan bakwan jagung, Sela-
in itu juga ada orek tempe atau orek kentang yang selalu ada setiap hari-
nya. Untuk melakukan analisis HACCP, dipilihlah proses pembuatan orek
tempe/kentang karena hampir dipastikan selalu ada serta proses pembuatan
bakwan sayur karena bahan yang digunakan paling kompleks dibanding
jenis gorengan yang lain.
Untuk melakukan analisis titik kritis yang terjadi pada setiap tahapan pro-
ses di sebuah warung tegal, sebelumnya dilakukan penentuan berbagai jenis baha-
ya, bahaya potensial yang kemungkinan dapat terjadi, tingkat keakutan, dan resiko
kejadiannya. Jenis-jenis bahaya yang dapat muncul dalam ruang lingkup pem-
belajaran ini adalah bahaya biologi, kimia, dan fisik.
Identifikasi bahaya
pada makanan yang dapat menyebabkan keracunan atau wabah penyakit. Tingkat
keakutan berbagai jenis bakteri dapat dilihat pada Tabel 7.
Keakutan Resiko
Jenis Bahaya Bahaya potensial
L M H L M H
1. BIOLOGI
a. Bakteri (B)
Salmonella spp Diare, demam, kram perut,
3
<102 102-103 ≥103
muntah (≥10 sel/g) v
sel/g sel/g sel/g
Entamoeba Diare
v + ++ +++
histoyitica
Taenia saginata Cacing menyerang otak, mata,
v + ++ +++
otot, dan jaringan subkutaneus
d. Kapang (K)
Aspergillus spp. Menyebabkan kebusukan dan
Fusarium spp. menghasilkan mycotoxin v + ++ +++
Penicillium spp.
e. Khamir (KH)
Saccharomyces Menyebabkan kebusukan
v + ++ +++
cerevisiae
f. Makrobiologi (M)
Lalat Membawa penyakit dan
v + ++ +++
mengotori makanan
Serangga Membawa penyakit dan
mengotori makanan v + ++ +++
2. FISIK (F)
a. Kerikil, batu Tercekik, gigi patah v + ++ +++
b. Gabah Tercekik v + ++ +++
c. Debu Makanan menjadi tidak layak v + ++ +++
d. Tanah Makanan menjadi tidak layak v + ++ +++
e. Serpihan kulit Tercekik
v + ++ +++
telur
f. Potongan Tercekik
v + ++ +++
tulang
g. Sisik Tercekik v + ++ +++
h. Kotoran tikus Menyebabkan penyakit dan
dan serangga menjadikan makanan tidak
v + ++ +++
layak
60
diabaikan karena akan sulit sekali menelusuri sumber ikan laut yang ada
di pasar.
c. Cemaran atau residu (CR)
Sabun colek Makanan berbau dan berasa
v + ++ +++
sabun
Migrasi mono Berpotensi karsinogen
mer plastik v + ++ +++
bahaya kimia ini dapat diabaikan dalam ruang lingkup studi HACCP pada warung tegal.
f. Allergen
Senyawa allergen adalah komponen dalam makanan yang dapat menyebabkan alergi
atau respon food intolerance pada individu yang sensitif, misalnya histamin pada ikan,
protein pada kacang, dan telur. Dalam ruang lingkup pembelajaran HACCP pada warung
tegal bahasan mengenai allergen dapat diabaikan. Pengabaian allergen ini didasarkan target
konsumen warung ini adalah semua orang umum. Orang tersebut dapat menghindarinya
dengan memilih jenis makanan yang dapat menimbulkan reaksi alergi bagi tubuhnya. Selain
itu, kasus alergi makanan di populasi sangatlah jarang kurang lebih hanyalah sekitar 1-2%,
sehingga jenis bahaya kimia allergen dapat diabaikan dalam ruang lingkup studi HACCP
pada warung tegal.
g. Logam berbahaya
Logam berbahaya adalah logam yang apabila terkonsumsi dapat menyebabkan
keracunan. Yang termasuk ke dalam logam berbahaya antara lain Pb, Zn, As, Hg, dan
sianida. Dalam ruang lingkup pembelajaran HACCP pada warung tegal, adanya logam-
logam berbahaya yang ada pada bahan pangan dapat diabaikan. Hal ini didasarkan sulitnya
untuk menelusuri sumber bahan baku tersebut berasal, terlebih apabila telah sampai di
pasar. Para penjual juga kemungkinan besar tidak dapat mengetahui apakah bahan tersebut
berasal dari daerah yang tercemar atau tidak.
h. Residu obat hewan
Obat yang dimaksud dalam hal ini antara lain antimikroba, obat cacing, dan
perangsang pertumbuhan. Residu obat hewan yang terdapat pada hewan yang dikonsumsi
dapat menyebabkan bahaya pada manusia. Namun dalam cakupan pembelajaran sistem
HACCP pada warung tegal bahaya kimia dari residu obat dan hormon dapat diabaikan.
Pengabaian ini didasarkan pada sulitnya menulusuri adanya residu obat dan antibiotik pada
daging hewan yang ada di pasaran.
(WHO/ICD, 2000).
pemasakan berbagai jenis resep masakan yang umum ada di warung tegal.
Identifikasi titik kritis (critical control point) dan analisis HACCP pada setiap
tahapan proses tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
a. Pemilihan bahan
Bahan pangan yang tidak aman tentu saja dapat menjadi salah satu
sumber bahaya pada masakan yang akan diolah. Para pengolah warteg ha-
rus berhati-hati dalam memilih bahan pangan. Bahan yang dibeli haruslah
berasal dari sumber yang aman dan menunjukkan tanda-tanda organoleptik
yang bagus. Bahan dengan kualitas yang bagus bukan hanya aman dari
bahaya mikrobiologi, melainkan juga memberikan pengaruh positif
terhadap mutu organoleptik masakan yang dihasilkan, terutama dari segi
rasa dan penampakan. Bahan pangan yang akan dibahas akan dibagi ke
dalam beberapa kelompok, yaitu: ayam, daging sapi, hasil laut, telur,
sayuran, dan jenis makanan lain.
Ayam
Pengelola warteg harus memilih ayam yang segar dan tidak
menunjukkan tanda-tanda yang mencurigakan. Pengelola warung ha-
rus cermat dalam memilih untuk menghindari ayam yang telah mati
sebelum dipotong. Daging ayam yang kondisinya baik memiliki tanda-
tanda sebagai berikut: warna kulit karkas putih bersih serta agak meng-
kilap, bau agak amis sampai tidak berbau spesifik, konsistensi otot da-
da dan paha kenyal, keadaan serabut otot putih pucat, keadaan pem-
buluh darah di daerah leher dan sayap putih bersih, warna hati coklat
kemerahan sampai putih kekuningan, serta bagian dalam karkas ber-
warna putih pucat (Hermanianto, 2008).
Hermanianto (2008) juga menjelaskan ciri-ciri ayam yang mati
terlebih dahulu sebelum dipotong adalah sebagai berikut: berbau agak
anyir, terdapat bercak-bercak plak berdarah pada bagian kepala, leher,
punggung, sayap, dan dada, konsistensi otot dada dan paha lembek,
serabut otot berwarna kemerah-merahan, pembuluh darah di leher dan
sayap penuh darah, warna hati merah kehitaman, dan bagian dalam
karkas berwarna kemerah-merahan. Daging ayam yang telah mati se-
belum dipotong tidak layak untuk dikonsumsi.
67
Daging sapi
Menurut Arief (2009), daging sapi yang baik dan sehat dapat
dilihat dari warnanya yang harus merah cerah, tidak lembek dan harus
kenyal. Hermanianto (2008) menganjurkan untuk menghindari daging
sapi yang berair, berwarna hijau atau abu-abu, berlendir, dan memiliki
bau dan aroma yang busuk (NH3, H2S,N2). Hal ini disebabkan karena
adanya kontaminasi sewaktu penyembe-lihan, transportasi, pelayuan,
pengecilan, dan deboning (Eubakteria).
Ikan
Pengolah masakan haruslah memilih ikan laut yang segar se-
bagai bahan baku masakannya. Selain menberikan rasa yang lebih
enak dibanding yang sudah tidak segar lagi, ada bahaya lain yang
seringkali tidak diketahui oleh mereka. Ikan yang dibiarkan dalam
suhu ruang terlalu lama dapat terbentuk histamin di dalamnya. His-
tamin berkaitan dengan dekomposisi scromboid ikan, yang dihasilkan
oleh bakteri sebagai hasil dekarboksilasi histidin (WHO, 2000).
Histamin tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak dapat dihilangkan se-
lama proses pengolahan (Loken, 1995).
Biasanya rasa pening dan penurunan tekanan darah yang terjadi
setelah tiga puluh menit mengonsumsi racun tersebut akan menghilang
setelah tiga jam. Oleh karena itu, pengolah masakan harus memilih
ikan yang benar-benar segar supaya kandungan histaminnya tidak
terlalu banyak. Batas ambang histamin yang dapat menimbulkan kera-
cunan adalah 0.8 mg/ kg berat badan (CAC, 2003b).
Cara pemilihan ikan yang baik menurut Panai (2008) adalah
ikan tampak cemerlang mengkilap sesuai jenis, badan ikan utuh, tidak
patah, fisiknya tidak rusak, bagian perut masih utuh dan lubang anus-
nya tertutup. Bagian mata cerah (terang) selaput mata jernih, pupil hi-
tam dan menonjol, Insang berwarna merah cemerlang atau sedikit ke-
coklatan, tidak ada atau sedikit lendir. Berbau segar spesifik jenis atau
sedikit berbau amis yang lembut. Selaput lendir di permukaan tubuh-
nya tipis, encer, bening, mengkilap, cerah, tidak lengket, berbau sedikit
68
amis dan tidak berbau busuk. Tekstur dan daging ikan bila ditekan de-
ngan jari bekasnya cepat pulih kembali, sisiknya tidak mudah lepas. Ji-
ka dagingnya disayat tampak jaringan antar daging masih kuat dan
kompak dengan sayatan cemerlang menampilkan warna daging ikan
asli.
Ikan yang sudah tidak segar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
mata suram dan tenggelam, sisik suram dan mudah lepas, warna kulit
suram dengan lendir tebal, insang berwarna kelabu dengan lendir tebal,
dinding perut lembek, serta warna keseluruhan suram dan berbau
busuk. Ikan yang sudah tidak segar selain dapat menurunkan cita rasa
masakan, namun yang lebih berbahaya adalah kandungan histaminnya
yang telah tinggi. Kadar histamin yang tinggi tentu saja dapat me-
nyebabkan keracunan pangan bagi para pengunjung warteg.
Udang
Bau udang segar, masih berciri amis khas udang, namun jika
sudah dicampur dengan serbuk es, biasanya bau amis kurang tercium.
Oleh karena itu, lebih baik menggunakan indera tangan dan mata un-
tuk memilihnya. Panai (2008) menyampaikan bahwa udang segar mu-
dah bergeser di antara sesamanya, tidak ada bau busuk, daging kenyal,
berwarna putih kehijauan, dan semi transparan.
Pilih udang yang masih terlihat kekar, kaki dan kulitnya tidak
mudah lepas begitu pula dengan bagian kepalanya. Kalau bisa, hindari
memilih udang yang sudah mulai berwarna kehitaman, udang seperti
ini sudah agak lama mati, walaupun tidak busuk. hal ini disebabkan
karena adanya reaksi enzimatis yang menyebabkan terbentuknya black
spot pada udang atau yang biasa disebut dengan melanosis.
Cumi-cumi
Cumi-cumi yang masih segar memiliki badan yang kenyal dan
kokoh bila ditekan. Cumi-cumi kecil mempunyai badan berwarna keu-
nguan dengan bintik-bintik hitam, sedangkan cumi-cumi besar (beru-
kuran >20 cm) berwarna putih dengan sedikit bintik hitam. Cumi segar
69
di lapisi selaput lender yang jernih, serta mengeluarkan bau khas dan
bukan bau busuk (Panai, 2008).
Sayuran dan bahan bumbu
Sayuran dan bahan bumbu yang dibeli harus dalam keadaan
segar dan berada dalam kondisi yang baik. Bahan yang berkualitas ren-
dah tersebut bukan hanya mengandung mikroba dalam jumlah yang
tinggi, mengandung racun, tetapi juga memberikan efek yang negatif
dari segi organoleptik. Jika bahan tersebut tetap diolah, maka selain
memberikan rasa yang tidak enak (umumnya pahit), tetapi juga
memberikan penampakan yang tidak menarik pada masakan.
Pada analisis HACCP sayur asem merupakan sayur yang ham-
pir selalu ada di setiap warteg setiap harinya, perlu diperhatikan peng-
gunaan kacang tanah. Pengolah masakan hendaknya tidak meng-
gunakan kacang yang berwarna hitam. Hal ini dikarenakan kemung-
kinan adanya aflatoxin yang disebabkan oleh Aspergillus flavus. Afla-
toxin merupakan karsinogen yang tidak dapat dihilangkan selama
pengolahan. Karena aflatoxin memberikan penanda rasa yang pahit ji-
ka dikonsumsi, maka dapat disampaikan kepada para pengolah masak-
an dengan alasan untuk menjaga cita rasa masakan yang mereka saji-
kan.
Pengolah masakan juga harus berhati-hati bila menggunakan
bumbu siap pakai yang umum dijual di pasar. Hindari penggunaan
bumbu apabila memiliki rasa yang pahit. Hal ini dapat disebabkan
karena bumbu tersebut dibuat dari bahan yang telah busuk, namun
tidak terlihat karena dijual dalam bentuk halus. Akibatnya pengunjung
pun malas untuk makan di warteg tersebut.
Penggunaan bahan yang dilarang
Adakalanya untuk membuat bahan yang dijual memiliki pe-
nampakan yang lebih menarik, penjual yang nakal menggunakan ba-
han tambahan berbahaya untuk menarik selera pembeli. Bahan tam-
bahan yang berbahaya tersebut antara lain adalah pewarna tekstil. Pe-
warna tekstil akan memberikan warna yang sangat mencolok, sebenar-
70
b. Penanganan bahan
Waktu pembelanjaan warteg umumnya dilakukan pada pukul 04.00
- 06.00 WIB. Sayuran yang dibeli umumnya akan dimasak keesokan ha-
rinya, sedangkan bahan lauk pauk untuk diolah sepulang dari pasar. Bahan
lauk pauk, seperti daging ayam, daging sapi, ikan, dsb. dimasak setelah sa-
yuran karena membutukan proses yang lebih rumit. Bahan-bahan tersebut
didiamkan pada suhu ruang selama kurang lebih 1-3 jam selama proses
tunggu. Selama proses tunggu, apabila bahan-bahan tersebut tidak dita-
ngani dengan baik dapat memberikan kesempatan bagi mikroba untuk ber-
kembang ke dalam batas yang tidak aman. Berikut ini akan dibahas pe-
ngaruh proses tunggu dan cara penanganannya pada berabagai jenis bahan
pangan.
Sayuran
Umumnya di setiap warteg, penanganan sayur dilakukan lebih
awal. Dengan alasan untuk meringankan pekerjaan, sayuran disiangi
dan dipotong pada sore hari, lalu baru dicuci dan dimasak pada ke-
esokan harinya. Pengaruh waktu tunggu pada sayuran ini tidak ber-
pengaruh terhadap keamanannya dari segi mikrobiologis.
71
c. Proses pemasakan
Proses pengolahan bervariasi tergantung kebiasaan masyarakat se-
tempat. Pemanasan yang dilakukan selama pemasakan merupakan salah
satu metode dari penggunaan suhu tinggi untuk mengawetkan makanan
berdasarkan pengaruh destruktifnya pada mikroba. Pemanasan yang ku-
rang mengakibatkan mikroorganisme yang sensitif terhadap pemanasan te-
tap bertahan, dimana spora bakteri tetap bertahan terhadap perlakuan suhu
atau waktu pemasakan tertentu (Bryan, 1990). Perlakuan tersebut akan
membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme patogen yang terdapat pada
bahan mentah, sedang spora masih mampu bergerminasi. Kombinasi suhu-
waktu sering sering menjadi titik kritis yang yang harus dikontrol selama
proses, sehingga perlu ditentukan secara hati-hati (Anonim, 1986).
Penjelasan proses pemasakan akan dibagi menjadi dua bagian, ya-
itu proses pemasakan itu sendiri dan penggunaan minyak goreng sebagai
media pemasakan. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:
Pemasakan
Pemasakan merupakan titik kritis yang harus dikendalikan, ter-
utama pada produk yang menggunakan santan, yang mana biasanya se-
ring dikontaminasi oleh bakteri patogen enterik, walaupun oleh Bryan
et al. (1992) disebutkan bahwa untuk sereal, biji-bijian, beras, atau ma-
kanan yang mengandung rempah-rempah pemasakan bukan merupa-
kan titik kritis.
Pemanasan selama 70oC selama dua menit umumnya dapat
membunuh mikroba patogen. Berdasarkan lima kunci keamanan pa-
ngan dari WHO, salah satunya berisi bahwa memasak makanan de-
ngan benar, dengan cara memastikan suhu internal bahan mencapai
70oC dapat memberikan kepastian pangan aman untuk dikonsumsi.
Tanda masakan yang sudah benar-benar matang dapat diidentifikasi
secara visual, diantaranya adalah masakan berair hingga mendidih,
kuning telur memadat, daging berwarna coklat, olahan hasil laut (ikan,
udang, dan cumi-cumi) berwarna putih pucat, dan pada bagian dalam
daging ayam dipastikan tidak ada darah. Yang perlu diperhatikan ada-
73
lah daging yang diiris dengan ukuran tebal, karena harus benar-benar
matang hingga bagian dalamnya.
Proses pemasakan sendiri pada warteg umumnya sudah benar.
Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan jenis masakan sebagai berikut :
a) Sayuran
Sayur berkuah dimasak hingga benar-benar mendidih dan
sayur di dalamnya sudah cukup empuk yang menandakan suhu
minimal 70oC telah tercapai. Begitu pula dengan sayur tumis,
smoke point minyak sawit sendiri yang menunjukkan bahwa
minyak goreng telah panas adalah 230oC dan sayur juga dimasak
hingga cukup layu, sehingga dapat menjamin keamanannya.
b) Daging ayam, ikan, dan gorengan
Penggorengan ayam dilakukan dilakukan dengan cara deep
fat frying yang suhunya bisa mencapai 170oC. Penggorengan ini
dilakukan hingga tidak ada darah lagi di bagian dalam daging
ayam, yang digunakan sebagai indicator bahwa proses pemanasan
telah cukup. Apabila hal ini tercapai, maka dapat dipastikan secara
visual bahwa minimal suhu internal 70oC juga telah tercapai.
Begitu pula dengan olahan ikan yang umumnya digoreng
dengan tekhnik deep fat frying hingga dagingnya berwarna putih
pucat yang menunjukkan masakan tersbut telah aman dikonsumsi.
Jenis masakan berupa gorengan seperti tempe goreng, tahu goreng,
bakwan, dan orek tempe ataupun orek kentang juga merupakan
makanan yang aman dilihat dari segi mikrobiologisnya.
c) Daging sapi
Untuk masakan daging, tebal irisannya juga sangat mem-
pengaruhi suhu-waktu proses pemasakannya. Irisan daging sapi
yang digunakan kurang dari 5 cm supaya harganya terjangkau oleh
pembelinya yang rata-rata kelompok kelas menengah ke bawah.
Pembuatan rendang dilakukan dengan cara merebus irisan daging
dan santan secara bersamaan hingga berminyak yang memerlukan
waktu yang cukup lama.
74
sayang untuk membuang minyak goreng. Oleh karena itu, perlu dibe-
rikan edukasi kepada mereka supaya dapat menyadari betapa penting-
nya mengganti minyak goreng yang telah digunakan berulang-ulang.
Solusi yang dapat ditawarkan untuk mekanisme penggantian
minyak goreng bagi pengelola warteg adalah sebagai berikut. Tumisan
sebaiknya menggunakan minyak goreng yang masih baru supaya hasil
tumisannya juga bersih. Jika tumisan terlihat kotor akibat penggunaan
minyak goreng bekas, maka dapat mengurangi selera pembeli.
Masakan yang menggunakan minyak dalam jumlah banyak
untuk melakukan deep fat frying contohnya adalah telur dadar, tempe
dan tahu goreng, ayam goreng, dan ikan goreng. Masakan ayam dan
ikan menyebabkan minyak menjadi hitam setelah penggorengan dan
masakan selanjutnya pun menjadi amis karenanya. Solusi yang dapat
ditawarkan ialah minyak yang telah digunakan untuk menggoreng tem-
pe, tahu, telur dadar dapat digunakan lagi untuk menggoreng ayam
atau ikan, setelah dilakukan penyaringan sebelumnya dan selanjutnya
langsung dibuang. minyak tersebut secara total hanya digunakan untuk
dua jenis penggorengan saja.
Selain itu, minyak yang telah berubah dalam hal warna, asap,
dan aroma tentu saja akan sangat berpengaruh kepada mutu orga-
noleptik makanan yang diolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah
satu alasan kepada para pengelola warteg agar sesering mungkin
mengganti minyak goreng. Bisa disampaikan kepada mereka bahwa
masakan yang tidak sedap dapat mengurangi selera, sehingga pengun-
jung kurang suka untuk makan di warteg tersebut.
d. Penyajian makanan
Penyajian makanan merupakan salah satu masalah yang sering ter-
jadi pada warteg. Jenis bahaya yang muncul pada tahap ini adalah ke-
mungkinan pertumbuhan mikroorganisme akibat penyajian makanan yang
terlalu lama pada suhu ruang. Makanan yang disajikan umumnya disimpan
76
pada suhu ruang selama kurang lebih sepuluh jam, bahkan ada pula yang
lebih dari itu.
Makanan sebaiknya dikonsumsi tidak lebih dari dua jam setelah di-
masak, yang bertujuan untuk menghindari pertumbuhan mikroorganisme
yang cepat pada suhu ruang. Untuk mencegah terjadinya keracunan pa-
ngan, makanan yang disajikan seharusnya disajikan pada suhu di atas
60oC. Dengan menjaga suhu makanan di bawah 5oC atau di atas 60oC,
pertumbuhan mikroba dapat dihambat atau dihentikan (BPOM RI, 2005).
Jeda waktu antara pemasakan dan konsumsi bisa mencapai enam jam bila
makanan disimpan pada suhu di atas 60oC, dan bisa mencapai satu hari
bila disimpan pada maksimum suhu 5oC (CAC, 2001).
Bakteri yang umum berkembang pada makanan yang terlalu lama
disimpan pada suhu ruang adalah Clostridium perfringens. Bakteri yang
berbentuk batang ini bersifat anaerobik, gram positif, dan dapat memben-
tuk spora. Keracunan yang sering disebabkan oleh bakteri ini adalah diare
dan kram perut. Sel vegetatif dan spora bakteri ini dapat diinaaktivasikan
dengan pemanasan pada suhu 100oC, selama enam hingga tiga belas menit
(WHO/ICD, 2000).
Sayangnya kondisi dan keadaan warteg sendiri tidak memung-
kinkan para pengelolanya menerapkan hal tersebut, di samping pengeta-
huan mereka yang minim sekali tentang keamanan pangan. Hampir semua
warteg tidak memiliki pemanas makanan, sehingga makanan yang mereka
sajikan disimpan pada suhu ruang dalam waktu yang cukup lama. Hal ini
tentu saja sangat rawan akan terjadinya pertumbuhan bakteri patogen yang
dapat menyebabkan keracunan. Sesuai dengan (WHO/ICD, 2000) yang
menyatakan bahwa salah satu penyabab keracunan pangan pada industri
makanan jajanan adalah pertumbuhan mikroorganisme yang diakibatkan
makanan teralu lama disimpan pada suhu ruang.
Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan oleh para pengelola warteg. Penyelesaian
masalah ini didasarkan pada jenis bahan pangan, tingkat kesulitan cara
pembuatannya, serta keadaan fasilitas yang dimiliki pemilik warteg. Solusi
77
ini haruslah yang sebisa mungkin mudah untuk diterapkan pada kondisi
warteg yang memiliki banyak keterbatasan sedemikian rupa.
Bahan pangan sayur yang lebih mudah proses pemasakannya, pe-
ngolah masakan dapat mengatur volume pemasakannya. Sayur sebaiknya
tidak dibuat dalam jumlah terlalu banyak sehingga dapat cepat habis
terjual. Pengolah masakan dapat dengan mudah memasak sayur kembali
supaya masakan dapat selalu dihidangkan dalam kondisi aman dan ha-
ngat. Sayur segar sendiri dapat disimpan dalam kondisi ruang dalam waktu
yang lebih lama.
Selain sayur, jenis makanan yang dapat dengan mudah disiapkan
adalah telur dan gorengan. Olahan telur yang sangat mungkin diolah de-
ngan cepat adalah telur dadar dan telur ceplok. Pengelola dapat mengatur
jumlah telur yang dimasak pada pagi hari, kemudian memasaknya lagi saat
siang atau sore harinya. Begitu pula untuk gorengan, pengolah masakan
dapat membedakan jenis gorengan yang dibuat pada pagi, siang, dan sore
hari. Hal ini tentu saja mempunyai alasan seperti di atas, yaitu menjaga
makanan selalu hangat dan aman dari mikroba patogen.
Jenis makanan yang cepat sekali rusak bila disimpan pada suhu ru-
ang, seperti ayam, daging sapi, dan hasil laut memerlukan penyelesaian
masalah yang agak rumit. Yang perlu diperhatikan adalah apakah penge-
lola warteg memiliki kulkas atau tidak. Apabila pengelola warteg memiliki
kulkas, kita dapat menyarankan mereka untuk mengatur volume pema-
sakan dengan menyimpan sebagian bahan yang belum diolah ke dalam
kulkas. Sebagian bahan tersebut dapat dimasak kembali jika masakan
sebelumnya hampir habis atau mendekati jam-jam makan. Dapat disam-
paikan kepada mereka supaya pengunjung lebih berselera karena makanan
mereka selalu hangat,. Di balik itu alasan yang paling penting adalah ma-
kanan terhindar dari zona berbahaya pertumbuhan bakteri patogen, yaitu
5oC - 60oC (Schumann, et al., 1997).
Jika solusinya adalah menyarankan mereka untuk mengatur volu-
me pemasakan, tentu saja akan sulit sekali diterapkan. Bahan-bahan ter-
sebut tidak dapat disimpan pada suhu ruang, sedangkan mereka tidak
78
b. Bangunan
Bangunan warteg ada yang dibangun dalam bentuk permanen, na-
mun ada pula yang semi permanen. Hal ini didasarkan kepada status kepe-
milikan tanah dan bangunan sang pemilik warteg. Pembahasan mengenai
bangunan akan lebih diarahkan ke bagian dinding, atap, lantai, ventilasi,
dapur, serta kamar mandi.
Dinding
Dinding warteg harus selalu dijaga kebersihannya. Idealnya
dinding warteg harus bersih, rata, mudah dibersihkan, dan kedap air
(Jenie, 2008). Jika pengelola warteg mempunyai modal, maka dapat
disarankan untuk selalu memperbarui catnya supaya ruangan warung
selalu tampak bersih. Ruangan warteg sebaiknya dicat dengan warna
yang cerah, supaya dapat segera dibersihkan bila tampak kotor.
Atap
Warung sebaiknya memiliki atap yang tidak menjadi sarang ti-
kus dan serangga, tidak bocor, memiliki langit-langit yang rata dan
bersih, tidak terdapat lubang, dan tinggi minimal 2,4 meter (WHO
/ICD, 2000) . Atap warteg dengan bangunan permanen umumnya be-
rupa genteng, sedangkan atap warteg semi permanen umumnya terbuat
dari terpal. Bagian atap harus sesering mungkin dibersihkan dari
kotoran, terutama sarang laba-laba supaya tidak menjadi sumber kon-
taminasi. Atap tersebut apabila bocor harus segera dibenahi. Atap yang
bocor di atas area pemasakan dapat menjadi sumber kontaminasi, se-
dangkan kebocoran di tempat makan akan sangat mengganggu pe-
ngunjung.
Lantai
Lantai bangunan warteg pada umumnya sudah disemen, se-
hingga kedap air (WHO/ICD, 2000). Lantai tersebut harus selalu dija-
ga kebersihannya dari debu, tanah, dan sampah. Setiap kali pengun-
jung selesai makan, pengelola harus langsung menyapunya untuk
menjaga kebersihan war-teg. disamping juga harus dilakukan penge-
pelan sesering mungkin. Lantai yang kotor dapat mengundang lalat
81
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk proses pengolahan harus selalu
kondisi baik dan bersih. Semua peralatan yang kontak langsung dengan
makanan harus terbuat dari bahan yang tidak beracun, tidak berbau, tidak
berasa, tidak mudah mengalami korosi, serta dapat dengan mudah untuk
dibersihkan dan disinfeksi. Permukaan peralatan tersebut harus halus,
tidak berlubang dan tidak bercelah. Bahan yang cocok untuk peralatan
pengolahan adalah stainless steel, kayu sintesis, dan plastik. Penggunaan
kayu dan bahan lain yang menyebabkannya sulit untuk dibersihkan dan
disinfeksi harus dihindari, meskipun penggunaan bahan tersebut bukan
merupakan sumber kontaminasi. Penggunaan peralatan yang terbuat dari
besi yang dapat berkarat seharusnya juga dihindari (Jenie. 2008).
Peralatan pengolahan juga dapat menjadi salah satu sumber
kontaminasi silang dari peralatan ke makanan. Peralatan yang telah digu-
83
nakan untuk menangani makanan mentah harus dicuci dan disinfeksi sebe-
lum digunakan untuk makanan matang. Apabila memungkinkan peng-
gunaan peralatan untuk makanan matang dipisahkan dengan peralatan un-
tuk makanan mentah.
Pengelola warteg umumnya menggunakan peralatan yang terbuat
dari bahan kayu, plastik, besi, dan adapula sebagian yang menggunakan
stainless steel. Oleh karena itu disarankan kepada para pengelola warteg
untuk merawat peralatan dengan baik dan segera menggantinya apabila
telah rusak atau berkarat. Peralatan yang terbuat dari batu, seperti cobek
juga harus selalu diperhatikan kondisinya karena bila aus dapat terbawa
pada makanan, sehingga menjadi kontaminasi bahaya fisik.
Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan harus
selalu dijaga kebersihannya. Peralatan yang telah digunakan untuk mena-
ngani bahan mentah hendaknya dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk menangani makanan matang.
d. Fasilitas pencucian
Warteg yang ideal harus memiliki sumber air bersih dan mengalir
yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan pencucian dan pember-
sihan. Kenyataan yang ada di lapangan ternyata tidaklah demikian. Be-
berapa warteg yang tidak memiliki sumber air mengalir, harus mengambil
air bersih dari tempat lain kemudian menampungnya pada drum-drum air.
Oleh karena itu, lokasi warteg harus dekat dengan sumber air su-
paya dapat dengan mudah mengganti air yang telah kotor. Wadah atau
drum yang digunakan untuk menyimpan air pun harus tertutup, karena pe-
nyimpanan air yang tidak tertutup bisa menyebabkan terjadinya cemaran
oleh debu dan kotoran. Adapun tempat penyimpanan air tersebut harus se-
sering mungkin mungkin dibersihkan untuk menghindari tumbuhnya lu-
mut dan biofilm di dalamnya (Jenie, 2008).
Pencucian peralatan
Untuk mencuci peralatan seharusnya digunakan air yang meng-
alir, namun seperti telah dijelaskan di atas bahwa tidak semua warteg
84
ter kebersihan pencucian bagi mereka hanyalah cukup telah disiram air
satu hingga dua kali. Pekerja umumnya tidak benar-benar menggosok
dan memeriksa apakah bahan yang mereka cuci benar-benar bersih
dari kotoran atau tidak. Pada sayuran bisa saja masih terdapat tanah
yang akan mengotori masakan yang akan diolah. Sedangkan pada
ayam, daging, dan ikan juga bisa saja masih terdapat tanah, kotoran,
dan darah akibat pencucian yang kurang bersih. Oleh karena itu, proses
pencucian yang benar-benar bersih akan menjamin masakan aman dan
menjadi lebih layak untuk dikonsumsi.
Sayuran hendaknya disiangi dan dihilangkan bagian yang tidak
layak dimakan sebelum dicuci. Pengolah masakan umumnya mencuci
sayuran setelah selesai dipotong. Pengetahuan tentang zat gizi yang
minim, menyebabkan mereka tidak mengetahui bahwa sebagian vita-
min yang larut air dapat ikut terbawa ketika proses pencucian. Proses
pencucian sebelum pemotongan juga menjamin proses yang lebih ber-
sih ke depannya.
Pencucian tangan
Hampir tidak pernah ditemukan fasilitas khusus untuk mencuci
tangan, baik bagi pengolah masakan maupun pengunjung. Pengunjung
yang meminta biasanya diberikan mangkuk berisi air untuk cuci ta-
ngan. Jika tidak, pengunjung akan mencuci tangan mereka pada tempat
mencuci peralatan, seperti halnya yang dila-kukan pengolah masakan.
Tidak tersedia sabun untuk mencuci tangan. Parameter keber-
sihan tangan menurut mereka hanyalah asal tangan basah dan sudah ti-
dak ada kotoran yang terlihat menempel di tangan. Tangan yang telah
dicuci pun umumnya tidak dikeringkan menggunakan lap bersih atau-
pun tisu, melainkan dengan pakaian mereka atau lap untuk meja.
Jika memungkinkan, dapat disarankan kepada para pengelola
warteg untuk membuat tempat mencuci tangan yang sederhana, untuk
pengelola dan pengunjungnya. Jika tidak, pengelola harus menggu-
nakan air yang bersih, bukan dengan air pada ember pencucian. Begitu
86
g. Fasilitas penyimpanan
Fasilitas penyimpanan pada warteg dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu penyimpanan peralatan masak dan bahan. Penjelasan mengenai fasi-
litas penyimpanan tersebut adalah sebagai berikut :
Penyimpanan peralatan
Keterbatasan warteg yang tidak memiliki cukup banyak ruang
dan tempat menyebabkan mereka tidak dapat menyimpan peralatan
dalam tempat yang layak. Idealnya peralatan masak disimpan dalam
keadaan bersih di tempat yang bersih dan tertutup untuk menghindari
terjadinya kontaminasi. Namun pada kenyataannya, keterbatasan inilah
88
i. Suplai air
Air berfungsi untuk sebagai pelarut untuk beberapa jenis bahan, ju-
ga digunakan untuk mencuci, merendam, maupun mengolah masakan. Pe-
ranan air dalam industri makanan antara lain: sebagai bahan (ingredient),
mencuci bahan dan peralatan, melarutkan bahan makanan, dan sebagai
sarana pemanasan dan pendinginan (Thomas dan Berryman, 1986).
Masyarakat tradisional, termasuk para pengelola warteg umumnya
menggunakan air yang belum mengalami perlakuan pendahuluan untuk
mengolah makanan, sehingga perlakuan yang tidak cukup dan air yang
terkontaminasi setelah perlakuan juga diyakini sebagai penyebab sebagian
besar dari kasus keracunan. Kebutuhan untuk mengontrol secara rutin pada
air umumnya lebih banyak dilakukan untuk pengujian terhadap kemung-
kinan polusi feses manusia atau hewan dari pada pencarian secara lang-
sung terhadap keberadaan bakteri patogen secara spesifik (Thomas dan
Berryman, 1986).
Bukan merupakan hal yang mengejutkan jika pada air ditemukan
koliform, koliform fekal, bahkan E. coli yang mencemari sumber air bia-
sanya karena pengaturan sanitasi yang kurang memenuhi syarat. Kebera-
daan fekal coliform pada air merupakan indikasi adanya kontaminasi fekal
dan bakteri enterik lainnya (Brian et. al., 1992 dan Schmitt et. al., 1997).
Walaupun jumlahnya tinggi, fekal coliform akan mati beberapa waktu ke-
mudian (Schmitt et. al., 1997).
Bahaya yang dapat muncul di air tanah antara lain adalah patogen
penyebab penyakit, rembesan dari lahan pertanian dan sistem pembu-
angan, produk limbah rumah tangga yang membahayakan, bahan kimia
pertanian, dan kebocoran tanki penyimpanan bawah tanah. Kontaminasi
mikrobiologi yang dapat terjadi merupakan masalah yang serius. Patogen
tersebut antara lain bakteri (misalnya Campylobacter dan Shigella spp),
virus (Hepatitis A&E), dan parasit (Cryptosporidium parvum dan Giardia
intestinalis). Mikroba tersebut dapat masuk ketika sumber air terkontami-
nasi oleh pembuangan kotoran atau buangan hewan, atau jika sumur di-
91
bangun tapi tidak ditutup dengan sempurna. Infeksi yang diakibatkan oleh
organisme ini, seperti gastro enteritis, infeksi Salmonella, disentri, shigel-
losis, hepatitis, cryptosporidiosis, dan giardiasis adalah resiko yang paling
umum terjadi yang disebabkan oleh air minum (WHO, 2000).
Selain sumber kontaminasi di atas, ada pula sumber kontaminasi
lain yang dapat mencemari air tanah, antara lain korosi atau deposit pada
pipa dan tangki penyimpanan yang diakibatkan oleh zat besi dan bakteri
sulfur, kolonisasi mikroorganisme pada pipa, sambungan, dan lapisan non
logam, pertumbuhan mikroorganisme pada sistm distribusi, ditambah
dengan adanya zat organik karbon dalam air, dan cemaran yang diaki-
batkan adanya kehidupan hewani pada air. Beberapa organisme tidak
bermasalah bagi bagi kesehatan secara signifikan, tetapi mengakibatkan
kekeruhan, perubahan rasa dan bau (WHO, 2000).
Penggunaan air
Air yang digunakan di warung tegal umumnya dibedakan anta-
ra air untuk pencucian peralatan serta air untuk minum dan memasak.
Air tanah merupakan air yang biasa digunakan untuk mencuci per-
alatan, sedangkan untuk mencuci bahan dan memasak digunakan air
PAM. Penggunaan yang berbeda ini dikarenakan air tanah di beberapa
daerah warteg memiliki kualitas yang kurang bagus, misalnya mem-
punyai kesan berkarang (mengandung belerang atau sulfur). Adaka-
lanya beberapa warteg yang kualitas air tanahnya tidak kalah dengan
kualitas air PAM, yakni tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna.
Air yang digunakan untuk minum umumnya merupakan rebusan air
PAM atau air tanah yang bersih, ataupun air galon isi ulang.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa telah ada kesa-
daran dari para pengelola warteg untuk menggunakan air yang mereka
anggap aman untuk masakan dan air minum. Sedangkan dengan alasan
ekonomi, mereka meggunakan air dengan kualitas lebih rendah untuk
mencuci peralatan dan bahan baku. Pembagian jenis air yang mereka
lakukan tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan dari segi rasa,
bukan dari segi mikrobiologisnya. Idealnya air yang digunakan untuk
92
Penggunaan es batu
Salah satu hal yang juga perlu diperhatikan terkait dengan su-
plai air adalah penggunaan es batu. Es batu umumnya digunakan pada
penyajian minuman dingin. Es batu tersebut seharusnya terbuat dari air
matang (kualitas air minum) dan diletakkan di tempat yang bersih
untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Untuk memenuhi suplai es batu pada warteg umumnya diguna-
kan es batu dari tukang es keliling. Es batu yang mereka gunakan tentu
tidak terjamin keamanannya. Tukang es membawa dagangannya di se-
93
buah gerobak yang tidak diberi alas sehingga dapat mengotori es batu
tersebut. Es batu yang telah dibeli pun ter-kadang tidak langsung dile-
takkan di termos es jika termos tidak mencukupi, melainkan di atas
lantai tanpa diberikan alas. Es batu tersebut langsung dihancurkan tan-
pa dicuci terlebih dahulu. Memang adakalanya jika es tersebut terlihat
benar-benar sangat kotor, penjual es atau pengeloa warteg akan mem-
bilasnya terlebih dahulu. Sayangnya pembilasan tersebut tidak meng-
gunakan air bersih, melainkan air yang berasal dari ember pencucian.
Bakteri patogen yang umum terdapat pada es batu yang terbuat
dari air yang tidak aman adalah Vibrio cholerae (WHO/ICD, 2000).
Pembekuan di bawah suhu -200C memang dapat mengurangi, tetapi ti-
dak dapat menghilangkan keseluruhan mikroorganisme ini (Bryan,
1990). Lebih dari itu, penanganan yang tidak bersih juga akan semakin
menambah kontaminasi pada es batu tersebut. Bahaya yang dapat dia-
kibatkan apabila mengonsumsi es yang terbuat dari air yang tercemar
antara lain diare, muntah, dan kram otot (Rahayu dan Satiawihardja,
2007).
Selain itu, ada pula Escherichia coli, yang merupakan bakteri
yang umumnya terdapat pada air yang tercemar atau yang terkonta-
minasi kotoran manusia atau saluran pembuangan (WHO/ICD, 2000).
Bakteri ini dapat bertahan dengan baik pada suhu pembekuan, sehing-
ga dapat bertahan pada proses saat pembuatan es batu. Bahaya yang di-
akibatkan karena konsumsi es batu yang mengandung bakteri ini an-
tara lain diare akut yang selanjutnya dapat berkembang menjadi hae-
molytic uremic syndrome (HUS) (Winiati dan Satiawihardja, 2007).
Solusi yang dapat disarankan kepada para pengelola warteg
adalah memastikan es batu dibeli dari sumber yang terpercaya. Pe-
ngelola harus mendapat kepastian dari penjual bahwa es tersebut di-
buat dari air matang. Jika terdapat kulkas di warteg tersebut, pe-
ngelola dapat membuat es batu sendiri supaya dapat dipastikan bahwa
es batu terbuat dari air matang.
94
k. Penyajian makanan
Rak penyajian
Penyajian makanan biasanya dilakukan pada rak atau etalase
kaca. Letak warteg yang umumnya berada di dekat jalan besar
menyebabkannya tidak terhindarkan dari datangnya debu. Sebagian
pengelola warteg ada yang menutup rak penyajian mereka dengan
kelambu untuk mencegah masuknya debu yang dapat mengotori
makanan mereka. Namun, karena pemberian kelambu dirasa cukup
mengganggu saat melayani pembeli, maka ada sebagian pengelola
warteg yang enggan menggunakannya.
Selain bahaya fisik debu, penyajian makanan pada rak yang ti-
dak ditutup juga menyebabkan makanan tidak aman dari gangguan
lalat dan serangga. Untuk menghindari datangnya lalat dan debu dapat
digunakan kelambu pada rak penyajian. Namun sekali lagi jika
pengelola warteg merasa pemberian kelambu juga mengganggu, maka
dapat digunakan lilin atau kipas angin untuk mencegahnya. Sedangkan
supaya rak penyajian aman dari debu jalanan, maka pengelola warteg
harus memindahkan posisinya ke tempat yang tidak berada pada arah
angin, yang menyebabkannya teerekspos langsung dari sumber debu.
Rak penyajian berikut kacanya juga dapat menjadi sumber kon-
taminasi jika kondisinya kotor. Tempat penyajian harus dibersihkan
sesering mungkin untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada ma-
kanan yang dihidangkan. Pembersihan tersebut diawali dengan pem-
bersihan kotoran yang dilanjutkan dengan penyemprotan cairan anti-
bakteri. Dapat disampaikan kepada para pengelola warteg bahwa pem-
bersihan ini juga bertujuan supaya pembeli dapat melihat dengan jelas
makanan yang disajikan.
Makanan harus disajikan menggunakan wadah dan peralatan
bersih. Wadah penyajian yang kotor dapat mengontaminasi makanan
yang disajikan, menjadikan makanan jorok, kotor, dan tidak layak un-
tuk dimakan. Oleh karena itu, peralatan yang digunakan untuk menya-
jikan makanan, seperti wadah, piring, sendok dan garpu, serta kertas
96
nasi harus disimpan pada tempat yang bersih dan tertutup. Solusi lain
yang dapat disampaikan adalah tidak lupa mengelap peralatan tersebut
sebelum digunakan menggunakan lap yang bersih.
Selain itu, tempat penyimpanan uang biasanya bersatu dengan
rak penyajian makanan, yang umumnya berada di bawah rak. Tanpa
penyaji masakan sadari, bahwa uang merupakan salah satu sumber
kontaminasi pada makanan. Penyimpanan uang sebaiknya harus bera-
da jauh dari etalase atau rak penyajian makanan siap saji. Hal ini bertu-
juan untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba dari uang terse-
but ke makanan yang disajikan. Pekerja yang bertugas untuk menerima
uang (kasir), sebaiknya tidak merangkap sebagai pengolah masakan ju-
ga tidak menjadi penyaji masakan. Jika hal ini tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan, maka pekerja hendaknya mencuci tangan sebelum
menangani atau menyajikan makanan lagi.
Peralatan penyajian
Pengelola warteg banyak yang menggunakan wadah plastik
untuk menyajikan masakan mereka. Wadah plastik tersebut digunakan
untuk menyajikan masakan panas sekalipun. Mereka tidak menyadari
bahwa suhu yang tinggi dapat mengurai monomer plastik dari wadah
tersebut. Jika monomer plastik ini terbawa masuk ke dalam tubuh,
dapat menjadi karsinogen yang memicu kanker. Oleh karena itu,
wadah plastik sebaiknya tidak digunakan untuk meletakkan masakan
yang masih panas. Pengelola dapat menggunakan bahan lain yang
lebih aman, seperti stainless steel, keramik, dan kaca.
Selain keamanan wadah penyajian, satu hal yang sangat
penting adalah kebersihannya. Wadah masakan yang bersih sebaiknya
disimpan di tempat yang bersih untuk menghindari debu dan kotoran.
Jika hal ini tidak dapat dilakukan oleh pengelola warteg, maka wadah
tersebut hendaknya dicuci kembali sebelum digunakan untuk
menghilangkan debu dan kotoran.
Hal ini juga berlaku pada peralatan makan, seperti piring,
sendok, dan garpu. Peralatan ini juga sebaiknya disimpan di tempat
97
yang tertutup. Namun bila hal ini juga tidak memungkinkan untuk
diterapkan, maka pengelola harus memastikan kebersihannya dengan
cara mengelap sebelum digunakan.
d) Lap
Penggunaan lap merupakan salah satu hal yang sangat pen-
ting untuk menjaga kebersihan. Penggunaan lap di warteg umum-
nya terpisah antara lap meja, lap tangan, dan lap untuk peralatan
makan. Sayangnya, tidak semua warteg mengganti lap mereka seti-
ap hari. Lap hanya diganti bila tampak benar-benar kotor, sehingga
lap tersebut malah dapat menjadi sumber kontaminasi pada pera-
latan yang ingin dibersihkan.
Ada baiknya bila digunakan lap yang berwarna cerah supa-
ya dapat segera terlihat bila mulai kotor. Lap tersebut harus diganti
sesering mungkin kemudian dicuci hingga bersih. Pencucian lap
yang benar adalah merebus lap kotor ke dalam air mendidih supaya
dapat menghilangkan kotoran yang menempel dan dapat membu-
nuh mikroba yang terdapat pada lap tersebut.
Bila cara ini dirasa tidak mungkin dilakukan oleh pengelola
warteg, maka lap hendaknya dicuci dan digosok berkali-kali hing-
ga tidak ada kotoran yang menempel. Lap tersebut kemudian dike-
ringkan di tempat yang bersih. Seringkali pengelola mengeringkan
lap di atas panci yang digunakan untuk merebus air. Hal sebenar-
nya tidak berpengaruh terhadap air panas tersebut, namun tindakan
ini mungkin menjadi kurang sedap dilihat oleh para pengunjung.
berbagai jenis bahaya biologi, fisik, dan kimia yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, di-
sampaikan pula pengenalan mengenai jenis-jenis bahaya tersebut.
Pengenalan jenis bahaya dilakukan dengan memberikan contoh
yang dapat mudah dimengerti. Misalnya contoh bahaya biologi adalah la-
lat, serangga, serta kuman penyakit. Contoh bahaya fisik adalah staples,
debu, kerikil, sisik, rambut, serta gabah. Contoh bahaya kimia adalah ba-
han pembersih, obat pembasmi serangga, racun dari tanaman, serta peng-
gunaan bahan terlarang (pewarna tekstil, formalin, boraks).
Setelah dilakukan pengenalan berbagai jenis bahaya, selanjutnya
juga dijelaskan kepada mereka mengenai akibat yang ditimbulkan apabila
bahaya tersebut terkonsumsi. Pengenalan ini dilakukan supaya mereka da-
pat mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan muncul dan bahaya yang
diakibatkan. Hal ini menyebabkan mereka dapat lebih berhati-hati dalam
melakukan persiapan dan pengolahan makanan di sebuah warung.
b. Pemilihan bahan dan persiapannya
Supaya makanan yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi, maka
seharusnya digunakan bahan-bahan yang aman pula. Oleh karena itu,
dijelaskan kepada mereka bagaimana cara memilih bahan pangan yang
baik. Bahan pangan yang akan dijelaskan tata cara pemilihannya meru-
pakan bahan pangan yang umum digunakan sebagai bahan masakan di
warteg, yakni meliputi daging ayam, daging sapi, ikan, udang, cumi-cumi,
sayuran, dan bahan bumbu. Selanjutnya diberikan materi mengenai persi-
apan bahan pangan yang baik.yakni pencucian dan penyimpanan bahan.
Air dan es batu yang digunakan pun harus berasal dari sumber yang aman
supaya tidak menyebabkan penyakit bagi yang mengonsumsinya.
c. Pengolahan pangan
Pengolahan pangan yang akan dijelaskan mencakup persiapan pe-
ngolahan, penanganan pangan yang baik, proses pemasakan yang benar
dan aman, penggunaan minyak goreng, serta tips-tips memasak.
104
d. Kebersihan pekerja
Salah satu bahaya yang paling sering terjadi akibat praktik kerja
yang kurang benar adalah kurangnya kesadaran mereka mengenai penting-
nya mencuci tangan. Oleh karena itu disampaikan pentingnya mencuci ta-
ngan, cara mencuci tangan yang benar dan cara mengeringkannya, serta
kapan saja harus mencuci tangan.
Selama mengolah makanan, ada beberapa hal yang tidak boleh di-
lakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran pada makanan yang di-
hasilkan. Oleh karena itu, mereka perlu mengetahui apa saja praktik kerja
yang tidak benar selama mengolah makanan. Selain itu, kebersihan dan
kesehatan pekerja juga harus selalu dijaga. Berdasarkan hal tersebut, maka
tidak lupa disampaikan bagaimana cara pekerja menjaga kebersihan dan
apa saja yang harus dilakukan bila sedang sakit.
Terakhir yang tidak kalah penting adalah penerimaan uang. Se-
ringkali tidak kita sadari bahwa uang juga merupakan salah satu sumber
pencemaran. Oleh karena itu, cara-cara yang dapat dilakukan untuk men-
cegah terjadinya hal ini juga disampaikan ke dalam modul pelatihan.
e. Kebersihan peralatan dan fasilitas
Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengolahan makanan
harus selalu dijaga kebersihannya. Oleh karena itu perlu disampaikan
kepada mereka bagaimana kondisi peralatan yang baik, cara pembersihan
dan sanitasinya, hingga bagaimana cara penyimpanan peralatan yang baik
dan benar. Tata cara penggunaan lap yang benar juga penting untuk disam-
paikan karena lap juga akan bersentuhan langsung dengan peralatan. Hal
ini penting karena peralatanlah yang selanjutnya akan kontak langsung de-
ngan makanan yang diolah.
Selain peralatan, kondisi bangunan, saluran pembuangan, dan loka-
si warteg juga mempengaruhi keamanan makanan yang dihasilkan, sehing-
ga diberikan pula materi yang berisi persyaratan mengenai ketiga hal
tersebut. Manajemen sampah serta cara penanganan tikus dan serangga
yang baik juga perlu disampaikan supaya penyediaan makanan semakin
aman.
105
f. Penyajian makanan
Rak penyajian makanan harus selalu dijaga kebersihannya supaya
tidak mencemari makanan yang disajikan, begitu pula dengan tempat ma-
kan bagi bara pengunjung. tempat makan selain harus bersih, namun juga
harus nyaman, bebas dari debu. Di dalam modul dijelaskan mengenai cara
menjaga kondisi penyajian, tempat makan, wadah penyajian, dan cara pe-
nyajian makanan yang aman.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
cara-cara persiapan dan pengolahan pangan yang aman. Pengelola warteg da-
pat dilatih mengenai modifikasi praktik kerja yang tidak aman, titik kritis dan
batas kritis, serta cara perbaikan, yang tentunya disampaikan dengan cara dan
bahasa yang sederhana. Pendampingan ini juga bisa dikombinasikan dengan
sistem perjanjian dan mekanisme pemberian hadiah.
Karena bahaya yang umum terjadi pada warteg lebih banyak dari segi
GHP, yang diakibatkan banyaknya keterbatasan mereka, maka dapat diberikan
bantuan untuk menjamin HACCP dalam berjalan efektif. Bantuan yang dibu-
tuhkan terutama perbaikan fasilitas, misalnya fasilitas pencucian piring dan
tangan, membenahi design lokasi pemasakan dengan saluran pembuangan dan
kamar mandi, mengecat kembali dinding bangunan yang telah kotor, dan seba-
gainya. Bantuan berupa barang juga dapat diberikan, misalnya celemek, tirai
penutup rak makanan, penutup kepala, lap, penutup piring dan sendok. Barang
-barang tesebut hendaknya dibuat dalam warna yang cerah sehingga dapat
langsung diganti bila telah kotor.
_______. 2006. Food Safety in the Kitchen : A “HACCP” Approach (Safe Food
Handling). Food Safety and Inspection Services, USDA. USA.
Arief, II. 2009. Berbagai tips memilih daging sehat.Fakultas Peternakan IPB,
Bogor.
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2005. Kejadian luar biasa
keracunan pangan. BPOM, Jakarta.
Bryan, FL. 1990. Application of HACCP to ready to eat chilled foods. Food
Technology. 7: 70-77.
Bryan, FL., P. Teufel, S. Riaz, S. Roohi, F. Qadar, dan Z. Malik. 1992. Hazard
and critical control point of street-vended chat regionally popular food in
Pakistan. J. Food Prot. Vol 55, no. 9, pp: 701-707.
_____. 1993. Code of Hygienic Practice for Precooked and Cooked Foods in
Mass Catering. Food and Agriculture Organization of The United Nations
World Health Organization, Rome.
_____. 2001. Code of Hygienic Practice for the Preparation and Sales of Street
Foods. Food and Agriculture Organization of The United Nations World
Health Organization, Rome.
_____. 2003b. Code of Practice for Fish and Fishery Products. Food and
Agriculture Organization of The United Nations World Health
Organization, Rome.
Dept. ITP IPB. 2009. Penuntun Praktikum Terpadu Pengolahan Pangan. Fateta
IPB. Bogor.
_____. 1996. Prinsip HACCP dalam Industri Pangan. Fateta IPB, Bogor.
Hariyadi, RD. 2001. Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis
(HACCP). M-Brio Training Body, Bogor.
Ingham, SC., AL. Jill, LB. Katie, dan RB. Dennis. 2004. Growth of e. coli
O157:H7 and salmonella serovars on raw beef, pork, chicken, bratwurst,
and cured corned beef: implication for haccp plan critical limits. J. Food
Safety. Vol.24, no. 4, pp: 246-256.
Jenie, BSL. 1988. Sanitasi dalam Industri Pangan. Fateta IPB, Bogor.
Jermini, M., FL. Bryan, R. Schmitt, C. Mwande, J. Mwenya, MH. Zyuulu, EN.
Chilufya, A. Matoba, AT. Hakalima, dan M. Michael. 1997. Hazard and
critical control point of food vending operations in a city zambia. J. Food
Prot. Vol. VX, no. 3, pp: 288-299.
Kusumaningrum, H., L. Nuraida, RD. Hariyadi, NS. Palupi, dan Sumarto. 2009.
Usaha Makanan Jajanan yang Aman. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Loken, JK. 1995. The HACCP Food Safety Manual. John Willey and Sons, New
York.
Mayes, T. 1994. HACCP training. J. Food Control. Vol. 5, no. 3, pp: 190-195.
Miskiyah. 2006. Studi penerapan hazard analysis critical control point (HACCP)
pada makanan jajanan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol. 2,
no. 1, pp: 12-21.
111
Nda. 2004. Kesehatan: zat kimia masih ditemukan dalam makanan anak.
http://mediaindonesiaonline.com. [27 November 2009].
O’Brien, RD. Fats and Oils: Formulating and Processing for Applications.
Technomic Publishing Co., Inc., New York.
Panai, R. 2008. Cara memilih pangan hasil perikanan. Website Resmi Dinas
Kesehatan Kabupaten Bone Belango, Gorontalo. [29 Maret 2010].
Pierson, DM. dan DA. Corlett. 1992. HACCP Principles and Applications.
Chapman and Hall, New York.
Panisello, PJ., R. Rooney, PC. Quantick, dan RS. Smith. 2000. Application of
foodborne diseases outbreak data in the development and maintenance of
HACCP system. J. Food Maicrobiology. Vol. 53, no. 3, pp: 221-234.
Ropkins, K. dan AJ. Beck,. 2000. Evaluation of worldwide approach to the use of
HACCP to control food safety. Trends in Food Science and Technology,
11: 10-21.
112
SNI 01-4852. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Departemen Perindustrian
Indonesia, Jakarta.
Schumann, MS., TD. Schneid, BR. Schumann, dan MJ. Fagel. 1997. Food Safety
Law. Van Nostrand Reinhold, Melbourne.
Schmitt, R., FL. Bryan, M. Jermini, AN. Chilufya, AT. Hakalima, M. Zyuulu, E.
Mfume, C. Mwande, E. Mullungushi, dan D. Lubasi. 1997. Hazard and
critical control point of food preparation in homes which person had
diarrhea in zambia. J. Food. Prot. Vol. 60, no.2, pp: 161-171.
Thomas, WM. dan PM. Berryman. 1986. Water and waste water. Di dalam SM,
Herschnoefer (ed). Quality Control in Food Industry. 2nd ed. Academic
Press. London , 1p.
Winarno, FG. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Managing direktur
Sekretaris
Deputi Direktur Deputi Direktur Deputi Direktur Kepala Finance Kepala Kepala Human Kepala Internal
Marketing and Manufacturing Business and Accounting General Affair Resources Compliance
Sales Development
113
Lampiran 3. Analisis HACCP di berbagai kegiatan/tahapan
117
2 Penyimpan Biologi :
an kentang B: Penyimpanan L H Mempersingkat Y Y N Y Y Not Tahap pemanasan
dan tempe C. perfri- pada suhu waktu tunggu CCP selanjutnya (6-13
goreng ngens ruang selama pengolahan menit 1000C) dapat
satu malam kentang/tempe ke membu nuh sel
V, P, K, KH, proses selanjutnya vegetatif dan
M:- sporanya.
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia: - - - - - - - - - - - -
A.2 PENYIMPANAN PERALATAN
Keakutan Resiko Tindakan Pengontrolan
No Tahap Bahaya Penyebab Alasan
(L/M/H) (L/M/H) pencegahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 CCP
1 Penyimpan B iologi:
an B : C. Penyimpanan L H Pencucian kembali Y Y N Y N Not Tahap pemanasan
peralatan perfringens di tempat atau menyimpan CCP dapat membunuh
masak kotor dan peralatan masak di mikroba
V, P, K, KH, terbuka tempat yang bersih
M:- dan tertutup
118
Fisik :
Debu Penyimpanan L H Pencucian kembali Y Y N Y N CCP Debu pada peralatan
di tempat atau menyimpan masak dapat terbawa
kotor dan peralatan masak di hingga masakan jadi
terbuka tempat bersih dan
tertutup
Kotoran
tikus dan Penyimpanan L L Pencucian kembali Y Y N Y N CCP Kotoran tikus dan
serangga di tempat atau menyimpan serangga pada
kotor dan peralatan masak di peralatan masak
terbuka tempat bersih dan dapat terbawa hingga
tertutup masakan jadi
Kimia: - - - - - - - - - - - -
2 Penyimpan Bakteri :
an wadah B : C. Penyimpanan L H Menyimpan Y Y N Y N CCP Wadah dan peralatan
asakan dan perfringens di tempat peralatan bersih di kotor dapat menjadi
peralatan kotor dan tempat yang bersih sumber kontaminasi
makan V, P, K, KH, terbuka silang pada masakan
M:-
119
F isika:
Debu Penyimpanan L H Pencucian kembali Y Y N Y N CCP Debu pada wadah
di tempat atau menyimpan masakan dan
kotor dan peralatan masak di peralatan makan
terbuka tempat bersih dan dapat mengotori
tertutup masakan jadi.
Kimia: - - - - - - - - - - - -
120
A .2 PENYIMPANAN PERALATAN
Proses yang Critical Monitoring Tindakan Koreksi
No Bahaya
dikontrol Limit What When Who Where How
1 Penyimpan Fisik : Peralatan Kebersihan Setiap akan Pengolah Area Menyimpan Mencuci kembali
an peralatan Debu dan kotoran bebas dari peralatan memasak masakan pemasakan peralatan peralatan masak
masak debu masak yang masak di yang berdebu
akan tempat bersih sebelum digunakan
digunakan dan tertutup
Fisik : Tidak ada Kebersihan Setiap akan Pengolah Area Menyimpan Mencuci kembali
Kotoran tikus dan kotoran peralatan memasak masakan pemasakan peralatan peralatan masak
serangga tikus dan masak yang masak di yang sebelum
serangga akan tempat bersih digunakan
pada digunakan dan tertutup
peralatan
masak
121
2 Penyimpan Biologi : Wadah Kehigienisan Setiap akan Pengolah Area Menyimpan Mengganti wadah
an wadah C. perfringens masakan wadah meletakkan masakan pemasakan wadah dan peralatan
masakan serta masakan dan dan dan area masakan dan kotor dengan atau
dan peralatan peralatan menyajikan penyajian peralatan mencuci kembali
peralatan makan makan yang masakan makan bersih wadah dengan air
makan bersih dan akan di tempat bersih dan sabun
higienis digunakan bersih dan antibakteri
tertutup
Fisik : Wadah Kebersihan Setiap akan Pengolah Area Menyimpan Mengganti wadah
Debu masakan wadah meletakkan masakan pemasakan wadah dan peralatan
dan masakan dan dan dan area masakan dan kotor, mengelap
peralatan peralatan menyajikan penyajian peralatan wadah dan
makan makan yang masakan makan di peralatan yang
bebas dari akan tempat bersih akan digunakan
debu digunakan dan tertutup atau mencuci
kembali wadah dan
peralatan yang
akan digunakan
122
B. HACCP PADA TAHAP PENCUCIAN
123
2 Pencucian Biologi :
daging B: Pencucian Memastikan Y Y N Y Y Not Proses pemanasan
ayam Salmonella daging ayam M pencucian CCP selanjutnya dapat
C. jejuni yang tidak M dilakukan hingga membunuh mikroba
S. aureus bersih L M bersih dengan air tersebut
C. perfringens L mengalir (700C, 2 menit)
V, P, K, KH,
M:-
F isik:
Tanah dan Pencucian L M Memastikan Y Y N Y N CCP Tanah dan kerikil
kerikil daging ayam pencucian daging yang masih
yang tidak ayam dilakukan menempel dapat
bersih hingga bersih terus terbawa hingga
dengan air masakan jadi
mengalir
Kimia: - - - - - - - - - - - -
124
3 Pencucian B iologi:
daging B: Pencucian M Memastikan Y Y N Y Y Not Proses pemanasan
sapi C. botulinum daging sapi H daging sapi CCP selanjutnya dapat
E. coli patogen yang tidak H dicuci hingga membunuh mikroba
L. monocytoge bersih M bersih tersebut.
nes menggunakan air (1000C, 6-13 menit)
Salmonella M mengalir
C. perfringens L
S. aureus L
V, P, K, KH,
M:-
F isik:
Tanah dan Pencucian L M Memastikan Y Y N Y N CCP Tanah dan kerikil
kerikil daging sapi pencucian yang masih
yang tidak dilakukan hingga menempel dapat
bersih bersih dengan air terus terbawa hingga
mengalir masakan jadi
Kimia: - - - - - - - - - - - -
125
4 Pencucian Biologi :
ikan, B: Pencucian M Memastikan Y Y N Y Y Not Ada proses
cumi- C .botulinum yang tidak H pencucian CCP pemanasan
cumi, dan V. cholerae bersih H dilakukan hingga selanjutnya yang
udang V. parahaemoti M bersih dengan air dapat membunuh
ticus mengalir mikroba (700C, 2
menit)
V, P, K, KH,
M:-
F isik:
Tanah, kerikil Pencucian M Memastikan Y Y N Y N CCP Tanah dan kerikil
tidak dilakukan pencucian yang masih
dengan bersih L dilakukan hingga menempel dapat
bersih dengan air terbawa hingga
mengalir masakan jadi
Kimia: - - - - - - - - - - - -
126
B.2 PENCUCIAN PERALATAN
Keakutan Resiko Tindakan Pengontrolan
No Tahap Bahaya Penyebab Alasan
(L/M/H) (L/M/H) pencegahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 CCP
1 Pencucian Biologi: - - - - - - - - - - - -
peralatan Fisik : - - - - - - - - - - - -
masak, Kimia :
wadah CR : Proses Memastikan Y Y N Y N CCP Residu sabun colek
masakan, Residu sabun pembilasan peralatan dibilas pada peralatan
L H
dan colek yang tidak hingga bersih menyebabkan
peralatan bersih dengan air masakan berbau dan
makan TM, TB : - mengalir berasa sabun
127
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
128
B.2 PENCUCIAN PERALATAN
Proses yang Critical Monitoring Tindakan Koreksi
No Bahaya
dikontrol Limit What When Who Where How
1 Pencucian Kimia : Peralatan Residu sabun Setiap kali Pengolah Tempat Mematikan Membilas kembali
peralatan Residu sabun colek tidak licin colek pada mencuci masakan pencucian peralatan peralatan yang
masak, dan tidak peralatan peralatan bahan baku bebas dari masih licin dan
wadah berbau residu sabun berbau sabun.
masakan, sabun (tidak licin)
dan dan tidak
peralatan berbau sabun
makan
129
C. HACCP PADA SUPLAI AIR
130
P:
G. intestinalis M
C. parvum M
E. histolytica M
K, KH, M : -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
2 Air tanah Biologi :
untuk B: Air tanah yang M Menggunakan air Y Y N Y N CCP Wadah masakan ,
mencuci V. cholerae tercemar H dari sumber yang peralatan makan, dan
wadah Shigella spp. saluran H bersih (tidak tangan yang tercemar
masakan, E. coli pembuangan H berwarna, tidak dapat menjadi
peralatan C. jejuni atau M berasa, dan tidak sumber kontaminasi
makan, terkontaminasi berbau), serta silang pada masakan
dan V: kotoran hewan menggunakan yang disajikan
mencuci Hepatitis A&E atau manusia M sabun antibakteri
tangan Norwalk virus M untuk mencuci
Enteroviruses M peralatan dan
Rotavirus M mencuci tangan
131
P:
G. intestinalis
C. parvum M
E. histolytica M
M
K, KH, M : -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
132
Biologi :
B: Air tanah yang Memastikan air Y Y N Y Y Not Ada proses
V. cholerae tercemar H M berasal dari CCP pemanasan
Shigella spp. saluran H sumber yang selanjutnya yang
E. coli pembuangan H bersih (tidak dapat membunuh
C. jejuni atau M berwarna, tidak mikroba tersebut
terkontaminasi berasa, dan tidak
V: kotoran hewan berbau),
Hepatitis A&E atau manusia M
Norwalk virus M
Enteroviruses M
Rotavirus M
P:
G. intestinalis
C. parvum M
E. histolytica M
M
K, KH, M : -
133
C.3 PENGGUNAAN ES BATU
Keakutan Resiko Tindakan Pengontrolan Alasan
No Tahap Bahaya Penyebab
(L/M/H) (L/M/H) pencegahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 CCP
1 Pengguna Biologi :
an es batu B: Es batu terbuat H H Memastikan es Y N - - - CCP Pembekuan hingga
untuk V. cholerae dari air yang batu terbuat dari suhu -200C dapat
minuman E. coli mentah dan air matang mengurangi, tapi
tidak aman tidak dapat
menghilangkan
bakteri tersebut
sepenuhnya
Fisik :
Tanah Es batu L H Tidak meletakkan Y N - - - CCP Tanah yang
diletakkan di es batu di lantai menempel dapat
tempat yang tanpa alas terbawa hingga saat
tidak bersih es dihancurkan
Kimia : - - - - - - - - - - - -
134
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
135
V:
Hepatitis A&E
Norwalk virus
Enteroviruses
Rotavirus
P:
G. intestinalis
C. parvum
E. histolytica
136
C. 3 PENGGUNAAN ES BATU
Proses yang Critical Monitoring
No Bahaya Tindakan Koreksi
dikontrol Limit What When Who Where How
1 Penggunaan Biologi : Es batu Air yang Setiap akan Pengelola Tempat Memastikan Membeli es batu
es batu B: terbuat dari digunakan membeli es warteg pembelian es batu yang dari penjual lain
untuk V. cholerae air matang untuk es batu batu es batu dibeli terbuat yang lebih
minuman E. coli dari air terpercaya atau
matang membuat es batu
sendiri
Fisik : Es batu Tempat Setelah Pengelola Area warteg Meletakkan Mencuci kembali
Tanah tidak meletakhanckan membeli es warteg es batu di dengan air yang
diletakkan es batu sebelum batu dan tempat yang bersih
di tempat dihancurkan termos es bersih
yang kotor tidak
memenuhi
137
D. HACCP PADA PENANGANAN SAMPAH DAN AIR LIMBAH
138
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
139
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
M: Tidak ada Lalat di area Setiap kali Pengolah Area Menutup Menjauhkan
Lalat lalat di area pemasakan memasak masakan pemasakan tempat sam tempat sampah dari
pemasakan pah bertutup area pemasakan
dan
mengangkutnya
sesering mungkin
140
2 Penanganan Biologi : Saluran Saluran Saat Pengolah Area Memberikan Memindahkan area
air limbah Shigella spp. pembuangan pembuangan merancang makanan pemasakan pembatas atau saluran
air limbah air limbah pembagian supaya pembuanngan air
tidak letak saluran limbah agar tidak
berdekatan warung pembuangan berdekatan dengan
dengan area air limbah area pemasakan
pemasakan tidak
bersebelahan
langsung
dengan area
pemasakan
141
E. HACCP PADA PENYAJIAN MAKANAN
E. 1 PENGGUNAAN WADAH
Keakutan Resiko Tindakan Pengontrolan
No Tahap Bahaya Penyebab Alasan
(L/M/H) (L/M/H) pencegahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 CCP
1 Wadah Biologi : - - - - - - - - - - - -
plastik Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia :
CR : Penggunaan M H Menggunakan Y Y N Y N CCP Monomer plastik
Monomer wadah wadah keramik, dapat terbawa masuk
plastik plastik untuk kaca, atau ke dalam tubuh
masakan stainless steel
yang masih untuk masakan
panas yang masih panas
TM, TB, BB : -
2 Kertas Biologi : - - - - - - - - - - - -
pembung Kimia : - - - - - - - - - - -
-
kus
142
Fisik :
Debu Penyimpanan L M Menyimpan kertas Y Y N Y N CCP Debu dapat
kertas pembungkus di mengotori makanan
pembungkus tempat bersih dan yang dibungkus
di tempat terhindar dari debu
kotor
E. 2 PENYAJIAN DI RAK TIDAK BERTUTUP
Keakutan Resiko Tindakan Pengontrolan
No Tahap Bahaya Penyebab Alasan
(L/M/H) (L/M/H) pencegahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 CCP
1 Makanan Biologi :
tidak M : Lalat Makanan M H Menutup rak Y Y N Y N CCP Lalat dapat menjadi
bertutup tidak ditutup makanan atau penyebab
V, P, K, KH,: - mengundang menggunakan kontaminasi silang
lalat pengusir lalat pada makanan
Fisik :
Debu Debu dari L M Menutup rak Y Y N Y N CCP Debu dapat
jalanan makanan mengotori makanan
Kimia : - - - - - - - - - - - -
143
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
2 Penggunaan Fisik : Kertas Kebersihan Setiap Pengolah Area Menyimpan Mengelap kertas
kertas Debu pembungkus kertas menyimpan masakan penyajian kertas pembungkus
pembungkus bebas dari pembungkus kertas pembungkus dengan lap bersih
debu pembungkus di tempat
bersih dan
tertutup
144
E.2 PENYAJIAN DI RAK TIDAK BERTUTUP
Proses yang Critical Monitoring
No Bahaya Tindakan Koreksi
dikontrol Limit What When Who Where How
1 Penyajian di Biologi : Tidak ada Lalat di area Setiap Pengolah Area Memberikan Menggunakan
rak tidak M : Lalat lalat di area penyajian menyajikan masakan penyajian penutup pada pengusir lalat
bertutup penyajian makanan makanan rak makanan
makanan
Fisik : Area Lalat di area Setiap Pengolah Area Memberikan Memindahkan area
Debu penyajian penyajian menyajikan masakan penyajian penutup pada penyajian makanan
makanan makanan makanan rak makanan di tempat yang
terlindung lebih terlindung
dari debu dari debu
145
F. HACCP PADA PROSES PEMASAKAN BERBAGAI MASAKAN YANG UMUM DI WARUNG TEGAL
F.1 HACCP PADA PEMBUATAN AYAM GORENG
Pengupasan Pencucian
Penggorengan
Pencucian Air * Perebusan
Keterangan :
Diagaram alir pembuatan ayam goreng
Air * = air tanah yang disimpan pada wadah
tertutup
146
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
Kimia : - - - - - - - - - - - -
147
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Selanjutnya ada
menempel mencuci bawang CCP proses pengupasan
hingga bersih dan pencucian yang
dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Merica Biologi :
Kapang Merica mulai L L Menggunakan Ada pemanasan
Not
busuk merica yang bagus Y Y - - - untuk membunuh
CCP
kapang
B, V, P, KH,
M:- - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
148
4 Daging Biologi :
ayam B: Mikroba Memasak ayam Y Y - - - Not Ada proses
Salmonella patogen pada H M hingga benar-benar CCP pemanasan yang
C. jejuni daging ayam M matang dapat membunuh
bakteri tersebut
V, P, K, KH,
M:- - - - - - - - - - - -
Fisik :
Potongan Serpihan M L Mencuci dengan Y Y - - - Not Ada proses
tulang tulang pada bersih agar CCP pencucian yang dapat
daging ayam potongan tulang menghilangkan
hilang potongan tulang
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Minyak Kimia :
goreng CR : Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
bekas Asam lemak minyak menggunakan dan senyawa benzen
bebas minyak goreng dapat terbawa ke
Senyawa bekas dalam tubuh
benzen
TM, TB, BB:-
149
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Biologi : - - - - - - - - - - - -
6 Penyimpa Biologi : Mikroba
nan Kapang pembusuk L L Membuang bagian Y Y N Y Y Not Ada proses
bumbu 1-2 Khamir L yang mulai busuk CCP penghilangan bagian
hari Bakteri yang busuk
V, P, M : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
7 Daging Biologi :
ayam di B: Bakteri M H Mempersingkat Y Y N Y Y Not Ada pemanasan yang
suhu ruang Salmonella berkembang waktu pengolahan CCP dapat membunuh
± 1 jam biak dengan atau bakteri
cepat pada menyimpannya
suhu ruang dalam suhu dingin
M: Disimpan L M Menyimpan daging Y Y N Y Y Not Ada pemanasan yang
Lalat pada wadah ayam pada wadah CCP dapat membunuh
terbuka tertutup mikroba yang dibawa
lalat
150
V, P, K, - - - - - - - - - - -
KH : -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
8 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Pencucian Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Pengirisan Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Penghalus Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik :
Serpihan batu Kondisi cobek M L Memastikan cobek Y Y N Y N CCP Serpihan batu dapat
dan ulekan dan ulekan dalam terus terbawa hingga
keropos kondisi baik (tidak masakan jadi
keropos)
151
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Perebusan Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
13 Perendam Biologi : - - - - - - - - - - - -
an dalam Fisik : - - - - - - - - - - - -
bumbu Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an minyak Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
15 Penggo Biologi :
rengan B: Bakteri H M Memastikan bagian Y Y Y - - CCP Pemanasan harus
Salmonella patogen pada M dalam daging ayam dikontrol agar bakteri
C.. jejuni daging ayam matang dan tidak inaktif (suhu internal
ada darah 700C)
V, P, K, KH,
M:- - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
152
Kimia : - - - - - - - - - - - -
16 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan L H Mengatur volume Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
suhu ruang C.. dibiarkan pemasakan atau berkembang biak dan
perfringens pada suhu menyajikan menghasilkan spora
ruang terlalu masakan dalam pada makanan
lama keadaan selalu
hangat
V, P, K, KH,
M:- - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
153
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
154
4 Penjualan ± Biologi : Ayam goreng Proses tunggu Setiap kali Pengolah Area Memastikan ayam Mengatur kembali
10 jam suhu B: tidak penjualan menyajikan masakan penyajian goreng tidak volume pemasakan
ruang C.. perfringens dibiarkan ayam ayam terlalu lama ayam goreng
terlalu lama goreng goreng dibiarkan pada
pada suhu suhu ruang
ruang
155
F.2 HACCP PADA PEMBUATAN RENDANG DAGING SAPI
Bawang merah, Bawang putih, Kemiri, Ketumbar, Daun salam, daun Daging sapi
Lengkuas, Jahe, Kunyit Merica, Jintan jeruk, daun kunyit
Pencucian
Pengupasan
Pengirisan
Pencucian Air *
156
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
Kimia : - - - - - -
- - - - - -
157
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Selanjutnya ada
menempel mencuci bawang CCP proses pengupasan
hingga bersih dan pencucian yang
dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Merica Biologi :
Jintan Kapang Bahan mulai L L Menggunakan Not Ada pemilihan bahan
Y Y - - -
Ketumbar B, V, P, KH,, busuk bahan yang bagus CCP dan pemanasan untuk
Kemiri M:- membunuh kapang
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Daun Biologi :
salam B: Mikroba M Memberikan Y N - - - Not Proses pemasakan
Daun Salmonella pada sayuran H pemanasan yang CCP dapat menghilangkan
jeruk Shigella H cukup untuk mikroba tersebut
Daun V. cholerae H membunuh
kunyit ETEC H mikroba
C. botulinum H
158
V:
Hepatitis A M
Parasit M
Kapang M
KH, M : -
Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
6 Santan Biologi :
kelapa B: Patogen M Tidak menyimpan Y N - - - Not Proses pemanasan
V. cholerae yang umum H santan kelapa CCP dapat membunuh V.
di kelapa terlalu lama pada cholerae (700C, 2
V, P, K, KH, suhu ruang menit dapat
M:- membunuh 6 log)
Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
159
7 Daging Kimia : - - - - - - - - - - -
sapi
Biologi :
B: Patogen M Memastikan Y N - - - Not Ada proses
Salmonella yang umum H dilakukan CCP pencucian dan
EPEC pada daging H pencucian yang pemanasan yang
Y. enterolitica sapi M bersih dan dapat menghilangkan
L. monocytoge M pemanasan yang mikroba tersebut
nes cukup
S. aureus L
C. perfringens L
Parasit M
V. K, KH, M : -
Fisik :
Tanah, kerikil Tanah yang L L Memastikan Y N - - - Not Proses pencucian
menempel pencucian CCP dapat menghilangkan
saat pe- dilakukan hingga tanah dan kerikil
nyembelihan benar-benar bersih
160
8 Penyim Biologi :
Panan Kapang Mikroba M L Membuang bahan Y Y N Y N Not Ada proses
bahan Khamir pembusuk yang mulai busuk CCP penghilangan bagian
bumbu B, V, P, M : - yang mulai busuk
1-2 hari Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Pencucian Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pemblen Biologi : - - - - - - - - - - - -
deran Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Daging Fisik : - - - - - - - - - - -
sapi di su- Kimia : - - - - - - - - - - - -
hu ruang ±
1 jam
161
Biologi :
B: Mikroba M Mempersingkat Y Y N Y Y Not Proses pemanasan
Salmonella berkembang H waktu tunggu CCP dapat membunuh
biak dengan pengolahan atau bakteri (700C, 2
cepat pada menyimpan daging menit)
suhu ruang pada suhu dingin
M : Lalat Daging M M Meletakkan daging Y Y N Y Y Not Proses pemanasan
diletakkan di sapi pada tempat CCP dapat membunuh
tempat yang tertutup mikroba yang dibawa
terbuka oleh lalat
13 Pengirisan Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Pencam Biologi : - - - - - - - - - - - -
puran Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
15 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an hingga Fisik : - - - - - - - - - - -
berminyak Kimia : - - - - - - - - - - - -
162
16 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C.. perfringens dibiarkan masakan dalam berkembang biak dan
ruang pada suhu keadaan selalu menghasilkan spora
ruang terlalu hangat pada makanan
lama
V, P, K, KH,
M:- - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
Garam,
Gula Pemasakan Telur bumbu bali Penjualan ± 10 jam (suhu ruang)
Keterangan :
164
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
165
Kimia : - - - - - - - - - - - -
2 Cabe Biologi :
merah B: Mikroba M Memberikan Y N - - - Not Proses pemanasan
Salmonella patogen pada H pemanasan yang CCP dapat membunuh
Shigella sayuran H cukup agar dapat mikroba
V. cholerae H membunuh
ETEC H mikroba
C. botulinum H
V:
Hepatitis A M
Parasit M
KH, M : -
Fisik :
Tanah, debu Tanah dan L M Memastikan proses Y N - - - Not Proses pencucian
debu pencucian CCP dapat menghilangkan
menempel dilakukan hingga tanah dan debu yang
pada cabe benar-benar bersih menempel
merah
Kimia : - - - - - - - - - - - -
166
Biologi :
Kapang Mikroba M L Menggunakan asam Y N - - - Not Pemanasan dapat
pada asam yang kondisinya CCP membunuh kapang
B, V, P, KH, bagus (tidak
M:- berkapang)
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
3 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
4 Telur Biologi :
ayam B: Mikroba H M Menggunakan telur Y N - - - Not Proses pemanasan
S. enteridis patogen pada dengan kondisi CCP dapat membunuh
telur bagus dan memas- bakteri
V, P, K, KH, tikan pemanasan (700C, 2 menit)
M:- yang cukup
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
5 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
167
6 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR: Hasil M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
Asam lemak oksidasi menggunakan dan senyawa benzen
bebas dan se minyak minyak goreng dapat terbawa ke
nyawa benzen bekas dalam tubuh
TM, TB, BB : -
7 Penyim Biologi :
panan Kapang Mikroba M L Membuang bahan Y Y N Y Y Not Ada proses
bumbu Khamir pembusuk L yang mulai busuk CCP penghilangan bagian
1-2 hari B, V, M : - yang mulai busuk
Fisik : - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
8 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Pembuang Biologi : - - - - - - - - - - - -
an tangkai Fisik : - - - - - - - - - - - -
168
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Pencucian Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pemblen Biologi : - - - - - - - - - - - -
deran Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an minyak Fisik : - - - - - - - - - - - -
goreng Kimia : - - - - - - - - - - - -
13 Penyang Biologi : - - - - - - - - - - - -
raian Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Perebusan Biologi :
telur S. enteridis Bakteri H M Merebus telur Y Y N Y Y Not Selanjutnya ada
patogen pada hingga benar-benar CCP penggorengan yang
telur matang dapat membunuh
V, P, K, KH bakteri
M:-
169
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
15 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an telur Fisik :
Serpihan kulit Tertinggal M M Mencegah serpihan Y Y N Y N CCP Serpihan kulit telur
telur saat proses kulit telur yang dapat terbawa hingga
pengupasan tertinggal masakan jadi
Kimia : - - - - - - - - - - - -
16 Penggoren Biologi : - - - - - - - - - - - -
gan telur Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
17 Pemasak Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
18 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan di- L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
pada suhu C.. perfringens biarkan pada masakan dalam berkembang biak dan
ruang suhu ruang keadaan selalu menghasilkan spora
V, P,K, KH,M:- terlalu lama hangat pada makanan
170
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
171
3 Penjualan ± Biologi : Telur bumbu Proses tunggu Setiap kali Pengolah Area Memastikan telur Menyajikan telur
10 jam suhu B: bali tidak penjualan menyajikan masakan penyajian bumbu bali tidak bumbu bali selalu
ruang C.. perfringens dibiarkan telur bumbu telur bumbu terlalu lama dalam kondisi
terlalu lama di bali bali dibiarkan pada hangat
suhu ruang suhu ruang
172
F.4 HACCP PADA PEMBUATAN IKAN GORENG
Bawang putih, Kunyit Ketumbar Asam Ikan Tunggu ± 2 jam (suhu ruang) Minyak bekas
Keterangan :
Diagram alir pembuatan ikan goreng
Air * = air tanah yang disimpan di wadah tertutup
173
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
174
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Ketumbar Biologi :
Kapang Ketumbar L L Menggunakan Y Y - - - Not Ada pemanasan
mulai busuk ketumbar yang CCP untuk membunuh
B, V, P, KH, bagus kapang
M:-
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Asam Biologi :
Kapang Mikroba pda M L Menggunakan Y Y - - - Not Ada pemanasan
asam asam dengan CCP untuk membunuh
kondisi baik kapang
B, V, P, KH,
M:-
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
5 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
175
6 Ikan Biologi :
B: Mikroba Memasak ikan Y Y - - - Not Ada proses
C. botulinum patogen pada H M hingga benar-benar CCP pemanasan yang
V. cholerae ikan H matang dapat membunuh
V. parahaemo M bakteri tersebut
lyticus
L. moocyto M
genes
V:
Hepatitis A M
Norwalk virus M
Parasit M
K, KH, M : -
Fisik :
Sisik ikan Terdapat M H Memastikan penyi Y Y - - - Not Proses penyiangan
alami pada angan ikan dilaku CCP dapat menghilangkan
ikan kan hingga bersih sisik ikan
Kimia : - - - - - - - - - - - -
176
7 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR : Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
Asam lemak minyak menggunakan dan senyawa benzene
bebas dan se minyak berulang- dapat terbawa masuk
nyawa benzene ulang ke dalam tubuh
TM, TB, BB:-
8 Penyim Biologi :
panan Kapang Mikroba M L Membuang bahan Y Y N Y Y Not Ada proses
bumbu 1- Khamir pembusuk L bumbu yang mulai CCP penghilangan bagian
2 hari B, V, P, M : - busuk yang mulai busuk
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Ikan ± 2 Biologi :
jam di Patogen ikan Patogen ikan M H Mempersingkat Y Y N Y Y Not Pemanasan dapat
suhu berkembang waktu tunggu CCP membunuh patogen
ruang biak dengan pengolahan atau pada ikan
cepat di suhu menyimpan ikan
ruang pada suhu dingin
177
M : Lalat Ikan M H Menyimpan ikan di Y Y N Y Y Not Proses pemanasan
diletakkan di tempat tertutup CCP dapat membunuh
tempat mikroba yang dibawa
terbuka oleh lalat
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia :
TB : Dekomposisi M M Mempersingkat Y Y N Y N CCP Histamin tidak dapat
Histamin scromboid waktu tunggu dihilangkan selama
ikan, yang pengolahan ikan pengolahan
dihasilkan atau menyimpan
bakteri ikan pada suhu
sebagai hasil dingin
dekarbosilasi
histidin
CR, TM, BB: -
10 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pencuci Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
178
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Penghalu Biologi : - - - - - - - - - - - -
san Fisik :
bumbu Serpihan batu Cobek dan M L Memastikan cobek Y Y N Y N CCP Serpihan batu dapat
ulekan dan ulekan dalam terbawa hingga
kondisi baik masakan jadi
Kimia : - - - - - - - - - - - -
13 Penyiang Biologi : - - - - - - - - - - - -
an sisik Fisik :
ikan Sisik ikan Penyiangan M M Memastikan ikan Y Y N Y N CCP Sisik ikan yang
kurang telah bersih dari kurang bersih dapat
sempurna sisik menjadi bahaya fisik
pada makanan
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Penyayat Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
15 Perendam Biologi : - - - - - - - - - - - -
an ikan Fisik : - - - - - - - - - - - -
179
Kimia : - - - - - - - - - - - -
16 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
minyak Kimia : - - - - - - - - - - - -
17 Penggo Biologi :
rengan Patogen ikan Patogen alami M M Memastikan Y Y Y - - CCP Pemanasan harus
pada ikan penggorengan benar-benar
dilakukan hingga dikontrol supaya
ikan benar-benar mikroba dapat
matang diinatifkan (700C, 2
menit)
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
18 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan di- L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C.. perfringens biarkan pada masakan dalam berkembang biak dan
ruang V, P, K, KH, suhu ruang keadaan selalu menghasilkan spora
M:- terlalu lama hangat pada makanan
Fisik : - - - - - - - - - - - -
180
Kimia : - - - - - - - - - - - -
181
4 Penyiangan Fisik : Ikan cukup Ketuntasan Setiap kali Pengolah Area Memastikan ikan Membersihkan
sisik ikan Sisik ikan bersih dari proses melakukan masakan pemasakan bebas dari sisik kembali bagian
sisiknya penyiangan penyiangan yang masih
sisik ikan bersisik
5 Penggorengan Biologi : Ikan digoreng Proses Setiap kali Pengolah Area Memastikan ikan Menggoreng
Mikroba hingga benar- penggorengan menggoreng masakan pemasakan benar-benar kembali ikan yang
patogen pada benar matang ikan ikan matang (suhu kurang matang
ikan internal mencapai
700C)
6 Penjualan ± Biologi : Ikan goreng Proses tunggu Setiap kali Pengolah Area Memastikan ikan Mengatur volume
10 jam suhu B: tidak penjualan menyajikan masakan penyajian goreng tidak pemasakan ikan
ruang C.. perfringens dibiarkan ikan goreng ikan goreng terlalu lama goreng
terlalu lama dibiarkan pada
di suhu ruang suhu ruang
182
F.5 HACCP PADA PEMBUATAN CUMI MASAK HITAM
Pencucian
184
Kimia : - - - - - - - - - - - -
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Cabe Biologi :
merah, B: Mikroba M Menghilangkan Y Y - - - Not Penghilangan
tomat Salmonella patogen pada H kotoran dan CCP kotoran dan
Shigella sayuran H memastikan pencucian dapat
V. cholerae H pencucian menghilangkan
L. monocyto M dilakukan hingga mikroba
genes bersih
E. coli H
C. botulinum H
V:
Hepatitis A M
Kapang M
Parasit M
KH, M : -
Kimia : - - - - - - - - - - -
185
Fisik :
Tanah Tanah L M Memastikan Y Y - - - Not Pencucian dapat
menempel pencucian CCP menghilangkan tanah
pada sayuran dilakukan hingga yang menempel
benar-benar bersih
4 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Cumi- Mikrobiologi:
B:
cumi V. cholerae Mikroba H M Memastikan cumi- Y Y - - - Not Proses pemanasan
C. botulinum patogen pada H cumi dimasak CCP dapat membunuh
V. parahae
molyticus cumi-cumi M hingga benar-benar mikroba tersebut
L. monocyto-
genes M masak
V:
Norwalk virus M
Hepatitis A
M
P, K, KH,
M:-
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
186
6 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR :
Asam lemak Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
bebas dan minyak menggunakan dan senyawa benzen
senyawa
benzen minyak goreng dapat masuk ke
187
10 Pembuang Biologi : - - - - - - - - - - - -
an tangkai Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pencucian Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Pengirisan Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
13 Cumi- Biologi :
cumi di Patogen pada Patogen ber- M H Mempersingkat Y Y N Y Y Not Pemanasan dapat
suhu ruang cumi-cumi kembang biak waktu tunggu CCP membunuh mikroba
± 2 jam dengan cepat pengolahan atau patogen
di suhu ruang menyimpan cumi-
cumi di suhu dingin
M : Lalat Cumi-cumi M M Menyimpan cumi- Y Y N Y Y Not Pemanasan dapat
diletakkan di cumi di wadah CCP membunuh mikroba
tempat tertutup yang dibawa oleh
terbuka lalat
188
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an minyak Fisik : - - - - - - - - - - - -
goreng Kimia : - - - - - -
- - - - - -
15 Penyangra Biologi : - - - - - - - - - - - -
ian bumbu Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - -
- - - - - -
16 Pemasak Biologi :
Patogen pada
an cumi-cumi Patogen alami M M Memastikan Y Y Y - - CCP Proses pemasakan
pada ikan pemasakan harus dikontrol
dilakukan hingga supaya cumi-cumi
cumi-cumi benar- benar-benar matang
benar matang
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
189
17 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C.. dibiarkan masakan dalam berkembang biak dan
ruang perfringens pada suhu keadaan selalu menghasilkan spora
ruang terlalu hangat pada makanan
V, P, K, KH, lama
M:-
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
190
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
191
F.6 HACCP PADA PEMBUATAN UDANG ASAM MANIS
Pencucian
Pencucian Air *
Udang bersih
Penggeprekan Pengirisan Daun bawang iris
192
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
193
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Selanjutnya ada
menempel mencuci bawang CCP proses pengupasan
hingga bersih dan pencucian yang
dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Daun Biologi :
bawang B: Patogen pada M Memberikan Y Y - - - Not Pemanasan dapat
Salmonella sayuran H pemanasan yang CCP membunuh mikroba
Shigella H cukup untuk
V. cholerae H membunuh
E. coli H mikroba
C. botulinum H
L. monocyto M
genes
V:
Hepatitis A M
Kapang M
Parasit M
194
KH, M : -
- - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Cuka Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Udang Mikrobiologi:
B:
Mikroba H M Memastikan udang Y Y - - - Not Ada proses
V. cholerae
C. botulinum patogen pada H dimasak hingga CCP pemanasan yang
V. paramaemo
udang M benar-benar matang dapat membunuh
lyticus
L. monocyto- M mikroba tersebut
genes
tersebut
V:
Norwalk virus
M
Hepatitis A
M
P, K, KH,
195
M:-
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
6 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR :
Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
Asam lemak
bebas dan minyak menggunakan dan senyawa benzen
senyawa
minyak berulang- dapat masuk ke
benzen
ulang dalam tubuh
TM, TB, BB: -
7 Saos Biologi :
Kapang
tomat Penyimpanan H M Menyimpan saos Y Y - - - Not Pemanasan dapat
B, V, P, KH, saos tidak dalam kondisi yang CCP membunuh kapang
M:-
benar bersih
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia :
BB :
Pewarna M H Menggunakan saos Y N - - - CCP Pewarna tekstil dapat
Pewarna tekstil
(Rhodamin B) merah pada dari produsen terbawa masuk ke
saos murahan terpercaya dalam tubuh
CR, TM, TB :
-
196
8 Penyim Biologi :
Kapang
panan Mikroba M L Menggunakan Y Y N Y Y Not Ada proses
Khamir
bawang pembusuk L bawang putih yang CCP penghilangan bagian
B, V, P, M : -
1-2 hari tidak busuk yang busuk
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Penyiang Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pencuci Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Pengge Biologi : - - - - - - - - - - - -
prekan Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
197
13 Pengiris Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Udang Biologi :
Patogen udang
pada suhu Patogen M M Mempersingkat Y Y N Y Y Not Pemanasan dapat
ruang ± 2 udang waktu tunggu CCP membunuh mikroba
jam berkembang pengolahan udang patogen pada udang
biak dengan atau menyimpan
cepat pada udang pada suhu
suhu ruang dingin
M : Lalat Udang M M Menyimpan udang Y Y N Y Y Not Pmanasan dapat
diletakkan di di tempat yang CCP membunuh mikroba
tempat tertutup yang dibawa oleh
terbuka lalat
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Lalat : - - - - - - - - - - - -
15 Pembu Biologi : - - - - - - - - - - - -
angan Fisik : - - - - - - - - - - - -
kotoran Kimia : - - - - - - - - - - - -
198
16 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
minyak Kimia : - - - - - - - - - - - -
goreng
17 Penyang Biologi : - - - - - - - - - - - -
raian Fisik : - - - - - - - - - - - -
bumbu Kimia : - - - - - -
- - - - - -
18 Pemasak Biologi :
Patogen pada
an Patogen alami M M Memastikan Y Y Y - - CCP Pemasakan harus
udang
pada udang pemanasan cukup dikontrol supaya
untuk membunuh dapat membunuh
patogen patogen (suhu
internal mencapai
700C)
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
199
19 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C. perfringens dibiarkan masakan dalam berkembang biak dan
ruang pada suhu keadaan selalu menghasilkan spora
V, P, K, KH, ruang terlalu hangat pada makanan
M:- lama
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
200
2 Saos tomat Kimia : Warna saos Warna saos Setiap kali Pengolah Pasar Memastikan Mengganti saos
BB tomat tidak tomat akan membeli masakan warna saos tomat tomat dari sumber
Pewarna teksil merah saos tomat tidak terpercaya
(Rhodamin B) menyala mencurigakan
(merah menyala)
3 Pemasakan Biologi : Udang Proses Setiap kali Pengolah Area Memastikan ikan Memasak kembali
Patogen pada dimasak pemasakan memasak masakan pemasakan benar-benar udang yang
udang hingga udang asam udang asam matang (suhu kurang matang
berwarna manis manis internal mencapai
putih pucat 700C)
4 Penjualan ± Biologi : Udang asam Proses tunggu Setiap kali Pengolah Area Memastikan Menyajikan udang
10 jam suhu B: manis tidak penjualan menyajikan masakan penyajian udang asam manis asam manis selalu
ruang C.. perfringens dibiarkan udang asam udang asam tidak terlalu lama dalam kondisi
terlalu lama manis manis dibiarkan pada hangat
di suhu ruang suhu ruang
201
F.7 HACCP PADA PEMBUATAN SAYUR ASEM
Pencucian
Air * Pencucian
Gula
Garam
Sayur asem Penjualan ± 8 jam (suhu ruang)
Keterangan :
Air * = air tanah yang disimpan pada wadah bertutup Diagram alir pembuatan sayur asem
202
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
203
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Proses pengupasan
menempel mencuci bawang CCP dan pencucian yang
hingga bersih dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Kacang Biologi :
panjang, B: Patogen pada M Memberikan Y Y - - - Not Pemanasan dapat
Daun Salmonella sayuran H pemanasan yang CCP membunuh mikroba
belinjo, Shigella H cukup supaya dapat
Biji V. cholerae H membunuh
belinjo, E. coli H mikroba
Jagung C. botulinum H
L. monocyto M
genes
V:
Hepatitis A M
Kapang M
Parasit M
KH, M : - - - - - - - - - - - -
204
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Asam Biologi :
Kapang Mikroba pada M L Menggunakan asam Y Y - - - Not Kapang dapat
B, V, P, KH, asam yang bagus (tidak CCP dihilangkan selama
M:- berkapang) peemanasan
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Kacang Biologi :
tanah B: Mikroba M Memberikan Y Y - - - Not Ada proses
Salmonella patogen pada H pemanasan yang CCP pemanasan yang
Shigella kacang H cukup supaya dapat dapat membunuh
V. cholerae H membunuh mikroba tersebut
E. coli H mikroba tersebut
C. botulinum H
L. monocyto M
205
genes
V:
Hepatitis A M
Kapang M
Parasit M
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia :
TM :
Metabolit M L Tidak mengguna- Y Y N Y N CCP Aflatoksin stabil
Aflatoksin
kapang kan kacang yang terhadap pemanasan
(A. flavus) berwarna hitam dan
pahit
8 Penyim Biologi :
Kapang
panan Mikroba M L Menggunakan Y Y N Y Y Not Ada proses
Khamir
bahan 1-2 pembusuk L bahan yang tidak CCP penghilangan bagian
B, V, P, M : -
hari busuk yang busuk
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
206
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Pemoto Biologi : - - - - - - - - - - - -
ngan Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pencuci Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - -
- - - - - -
12 Pengha Biologi : - - - - - - - - - - - -
lusan Fisik :
bumbu Serpihan batu Cobek dan M L Memastikan cobek Y Y N Y N CCP Serpihan batu dapat
ulekan dan ulekan tidak terbawa hingga
keropos masakan jadi
Kimia : - - - - - - - - - - - -
13 Perebus Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - -
- - - - - -
207
14 Penjualan Biologi :
± 8 jam B: Makanan dibi L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C. perfringens arkan pada masakan dalam berkembang biak dan
ruang V, P, K, KH, suhu ruang keadaan selalu menghasilkan spora
M:- terlalu lama hangat pada makanan
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
208
3 Penjualan ± 8 Biologi : Sayur asem Proses tunggu Setiap kali Pengolah Area Memastikan Mengatur volume
jam suhu B: tidak dibiar penjualan menyajikan masakan penyajian sayur asem tidak pemasakan sayur
ruang C.. perfringens kan terlalu sayur asem sayur terlalu lama asem
lama di suhu asem dibiarkan pada
ruang suhu ruang
209
F.8 HACCP PADA PEMBUATAN TUMIS KACANG PANJANG
Pemotongan
Penyimpanan 1-2 hari Tahu
Minyak goreng bekas
Kacang panjang iris
Pengirisan
Pembuangan
Pengupasan tangkai Pemanasan Pencucian
Tahu iris
Keterangan :
211
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Selanjutnya ada
menempel mencuci bawang CCP proses pengupasan
hingga bersih dan pencucian yang
dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Kacang Biologi :
panjang, B: Patogen pada M Pemanasan yang Y Y - - - Not Ada pemanasan
Daun Salmonella sayuran H cukup dapat CCP untuk membunuh
belinjo, Shigella H dilakukan untuk mikroba
Biji V. cholerae H membunuh
belinjo, E. coli H mikroba
Jagung C. botulinum H
L. monocyto M
genes
V:
Hepatitis A M
Kapang M
Parasit M
212
KH, M : -
Fisik :
Tanah Tanah yang L L Memastikan pencu Y Y - - - Not Pencucian dapat
menempel cian dilakukan CCP menghilangkan tanah
hingga bersih yang menempel
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Kecap Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
6 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR : Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
Asam lemak minyak menggunakan dan senyawa benzen
bebas dan se- minyak goreng dapat terbawa masuk
nyawa benzen berulang-ulang ke dalam tubuh
213
7 Tahu Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia :
BB :
Pewarna M M Tidak Y N - - - CCP Pewarna tekstil dapat
Methanol
Yellow tekstil kuning menggunakan tahu masuk ke dalam
pada tahu dengan warna tubuh
TM, TB, CR: - kuning mencolok
8 Penyim Biologi :
Kapang
panan Mikroba M L Menggunakan Y Y N Y Y Not Ada proses
Khamir
bahan 1-2 pembusuk L bahan yang tidak CCP penghilangan bagian
hari busuk yang busuk
B, V, P, M : -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
9 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Pembuan Biologi : - - - - - - - - - - - -
gan Fisik : - - - - - - - - - - - -
tangkai Kimia : - - - - - - - - - - - -
214
11 Penyiang Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Pemoto Biologi : - - - - - - - - - - - -
ngan/ Fisik : - - - - - - - - - - - -
Pengiris Kimia : - - - - - - - - - - - -
an
13 Pencuci Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
minyak Kimia : - - - - - -
- - - - - -
goreng
15 Penyang Biologi : - - - - - - - - - - - -
raian Fisik : - - - - - - - - - - - -
bumbu Kimia : - - - - - - - - - - - -
16 Penumis Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
215
Kimia : - - - - - - - - - - - -
17 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C. perfringens dibiarkan masakan dalam berkembang biak dan
ruang pada suhu keadaan selalu menghasilkan spora
V, P, K, KH, ruang terlalu hangat pada makanan
M:- lama
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
216
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
217
F.9 HACCP PADA PEMBUATAN BAKWAN SAYUR
Pengupasan Penyiangan
Penyimpanan 1-2 hari
Pencampuran
Minyak goreng
Pemanasan Adonan bakwan
bekas
Penggorengan
Keterangan :
Bakwan sayur Penjualan ± 8 jam (suhu ruang)
Air * = air tanah yang disimpan pada wadah bertutup
218
TABEL PENENTUAN TITIK KRITIS (CRITICAL CONTROL POINT)
219
KH : - menghilangkan ulat ulat
Kimia : - - - - - - - - - - - -
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Selanjutnya ada
menempel mencuci sayur CCP proses pengupasan
hingga bersih dan pencucian yang
dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
4 Terigu Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik :
Kutu Kualitas M L Memastikan terigu Y Y - - - CCP Kutu menjadikan
terigu yang tidak berkutu makanan tidak layak
jelek
Kimia : - - - - - - - - - - - -
220
5 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR : Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
Asam lemak minyak menggunakan dan senyawa benzen
bebas dan minyak goreng dapat terbawa masuk
senyawa berulang-ulang ke dalam tubuh
benzen
221
9 Pencuci Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
10 Pengiris Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
11 Pencamp Biologi : - - - - - - - - - - - -
uran Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
12 Pemanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
minyak Kimia : - - - - - - - - - - - -
goreng
13 Penggo Biologi : - - - - - - - - - - - -
rengan Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
222
14 Penjualan Biologi :
± 8 jam B: Makanan L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C. perfringens dibiarkan masakan dalam berkembang biak dan
ruang pada suhu keadaan selalu menghasilkan spora
V, P, K, KH, ruang terlalu hangat pada makanan
M:- lama
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
223
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
224
F.10 HACCP PADA PEMBUATAN OREK KENTANG/TEMPE
Bawang merah
Bawang putih Cabe merah Lengkuas Daun jeruk Asam Air * Kentang Atau Tempe
Pembuangan Pengupasan
Pengupasan Pengirisan Air
tangkai
asam
Pengirisan bentuk korek api
Penggeprekan
Pencucian
Pencucian Minyak
goreng
bekas Kentang / tempe iris
Pemblenderan
226
Fisik :
Tanah Tanah yang L M Mengupas dan Y N - - - Not Selanjutnya ada
menempel mencuci bawang CCP proses pengupasan
hingga bersih dan pencucian yang
dapat menghilangkan
tanah
2 Air * Dianalisis tersendiri pada HACCP penggunaan air tanah
3 Cabe Biologi :
merah, B: Patogen pada M Memberikan Y Y - - - Not Ada pemanasan
Daun Salmonella sayuran H pemanasan yang CCP untuk membunuh
jeruk Shigella H cukup untuk mikroba
V. cholerae H membunuh
E. coli H mikroba
C. botulinum H
L. monocyto M
genes
V:
Hepatitis A M
Kapang M
Parasit M
227
KH, M : -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - -
4 Garam Biologi : - - - - - - - - - - - -
Gula Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
5 Kecap Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
6 Asam Biologi :
Kapang Mikroba pada M L Menggunakan asam Y Y - - - Not Kapang dapat
asam yang bagus (tidak CCP dihilangkan selama
berkapang) peemanasan
B, V, P, KH,
M:-
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
228
7 Kentang Biologi :
B: Mikroba di M Melakukan Y Y - - - Not Ada proses
E .coli tanah dan di H pencucian dan CCP pencuciaon dan
B. cereus sayuran H memberikan pemanasan yang
Salmonella M pemanasan yang dapat menghilangkan
C. perfringens M cukup mikroba tersebut
V, P, K, KH,
M:-
Fisik :
Tanah Tanah yang L H Memastikan Y Y - - - Not Pencucian dapat
menempel kentang dicuci CCP menghilangkan tanah
hingga bersih yang menempel
Kimia :
TB : Racun alami M L Memilih kentang Y Y - - - Not Penggorengan (deep
Solanin pada kentang yang tidak CCP fat frying, 1700C)
berwarna hijau dan dapat mengilangkan
TM, CR, BB: - tidak bertunas solanin
8 Tempe Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
229
Biologi :
Kapang
Mikroba pada M L Tidak Y N - - - CCP Kapang dapat
(A. flavus)
tempe menggunakan menghasilkan toksin
tempe yang yang stabil
berbintik hitam pemanasan
9 Minyak Biologi : - - - - - - - - - - - -
goreng Fisik : - - - - - - - - - - - -
bekas Kimia :
CR :
Hasil oksidasi M H Tidak Y N - - - CCP Asam lemak bebas
Asam lemak
bebas dan minyak menggunakan dan senyawa benzen
senyawa
minyak goreng dapat masuk ke
benzen
berulang-ulang dalam tubuh
230
11 Penyimp Kimia :
anan TB : Solanin Kentang M L Tidak Y Y N Y Y Not Penggorengan (deep
kentang berwarna menggunakan CCP fat frying, 1700C)
1-2 hari hijau dan kentang yang dapat mengilangkan
bertunas berwarna hijau dan solanin
bertunas
Biologi : - - - - - - - - - - - -
Fisik : - - - - - - - - - - - -
12 Penyimpa Biologi : - - - - - - - - - - - -
nan Fisik : - - - - - - - - - - - -
tempe ± Kimia : - - - - - -
- - - - - -
10 jam
13 Pengupas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
14 Penyiang Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
231
15 Pengiris Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
16 Penggep Biologi : - - - - - - - - - - - -
rekan Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
17 Pencuci Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
18 Pemblen Biologi : - - - - - - - - - - - -
deran Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
19 Permanas Biologi : - - - - - - - - - - - -
an Fisik : - - - - - - - - - - - -
minyak Kimia : - - - - - - - - - - - -
goreng
20 Penyang Biologi : - - - - - - - - - - - -
raian Fisik : - - - - - - - - - - - -
bumbu Kimia : - - - - - - - - - - - -
232
21 Penggo Biologi : - - - - - - - - - - - -
rengan Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
22 Penyimp Biologi :
anan B: Makanan L M Tidak membiarkan Y Y N Y Y Not Pemanasan dapat
tempe/ C. perfringens dibiarkan makanan terlalu CCP membunuh sel
kentang pada suhu lama dalam suhu vegetatif dan
goreng ± V, P, K, KH, ruang terlalu ruang sporanya (6-13
12 jam M:- lama menit, 1000C)
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
23 Pencam Biologi : - - - - - - - - - - - -
puran Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
24 Penjualan Biologi :
± 10 jam B: Makanan L H Menyajikan Y Y N Y N CCP Bakteri ini dapat
di suhu C. perfringens dibiarkan masakan dalam berkembang biak dan
ruang pada suhu keadaan selalu menghasilkan spora
V, P, K, KH, ruang terlalu hangat pada makanan
233
M:- lama
Fisik : - - - - - - - - - - - -
Kimia : - - - - - - - - - - - -
234
TABEL CCP (CRITICAL CONTROL POINT)
235
236
1. Alternatif 1
Keterangan
Pintu masuk
Meja makan
Rak makanan
Tempat masak
Penampungan sampah
--- Sekat
3. Alternatif 3