Tim HACCP haruslah memberikan jaminan dari setiap anggotanya memiliki keahlian spesifik dan
memiliki pengetahuan yang baik untuk mengembangkan sistem HACCP. Anggota tim haruslah
memiliki disiplin yang tinggi dan dapat bekerjasama dengan baik, karena setiap keputusan tim
HACCP adalah keputusan Manajemen.
Keahlian anggota yang dibutuhkan dalam penentuan tim HACCP antara lain ahli dalam bidang
Quality Assurance, Ahli dalam bidang Proses Produksi, Ahli dalam bidang Teknik dan Maintanance,
Ahli dalam bidang Microbiologi dan keahlian lainnya sesuai dengan kebutuhan. Tim HACCP juga
dapat terdiri dari beberapa level divisi seperti General Manager, QA Manager, Production Manager
dan lainnya.
Tim yang telah dibentuk harus sudah memahami tentang teori kemanan pangan, memahami prinsip
HACCP, mengetahui peran dan kegunaan HACCP dalam rantai makanan dan lainnya. Maka dari itu
diperlukan pelatihan bagi tim HACCP tentang penerapan HACCP dan inspeksi HACCP secara cukup.
Produk yang akan diproduksi harus dideskripsikan dan diidentifikasikan dengan jelas mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan program HACCP agar nantinya dapat memberikan petunjuk untuk
mengetahui potensi bahaya yang mungkin akan terjadi.
1. Nama Produk
2. Komposisi
3. Karakter Biologi, Fisik maupun Kimia
4. Cara Produksi
5. Jenis Bahan Pengemas
6. Informasi pada Label
7. Cara Penyimpanan
8. Umur Simpan
9. Cara Distribusi
10. Rencana Penggunaan Produk
11. Target Konsumen
12. dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan HACCP
Berikut adalah contoh tabel yang mendeskripsikan produk ;
Tabel diatas tidak menjadi acuan baku, Langkah ke 2 HACCP ini dapat ditentukan berdasarkan point-
point penting yang mengindikasikan potensi terjadinya bahaya.
Tujuan penggunaan produk haruslah didasarkan oleh kegunaan yang diharapkan produk dari
konsumen, untuk itu kita harus mengidentifikasikan tujuan penggunaan dari produk yang diproduksi.
Pada tahapan ini, kita diminta untuk menjelaskan beberapa hal, antara lain :
Penentuan kelompok konsumen menjadi sangat penting dilakukan mengingat tingkatan resiko yang
mungkin terjadi tiap-tiap kelompok konsumen berbeda-beda. Jadi, inti dari identifikasi tujuan
penggunaan adalah untuk memberikan informasi kepada konsumen, apakah produk tersebut dapat
didistribusikan kepada semua populasi atau hanya kepada populasi khusus.
Diagram alir harus disusun oleh tim HACCP. Setiap tahapan proses harus dianalisa oleh bagian
tertentu untuk memperoleh dasar evaluasi bahaya. Diagram alir harus dibuat secara jelas, akurat dan
detail. Penyusunan diagram alir dibuat dari mulai bahan baku diterima sampai dengan bahan produk
selesai dibuat dan disimpan bahkan terkadang sampai dengan tahapan pendistribusian.
Diagram alir yang telah dibuat harus diverifikasikan kesesuaian kondisinya dengan tahapan proses
yang terjadi di lapangan. Verifikasi tersebut dilakukan dengan cara pengamatan langsung tahapan
produksi, pengambilan sample, wawancara dan pengamatan operasi non rutin. Apabila diagram alir
yang telah dibuat tidak sesuai dengan yang terjadi dilapangan, maka haruslah dilakukan modifikasi
terhadap diagram alir tersebut.
Diagram alir yang telah dibuat harus sesuai dengan yang terjadi dilapangan, verifikasi dapat
dilakukan dengan memperhatikan langkah berikut ini ;
>> Diagram alir harus menjadi penjelasan aktual di setiap waktu kerja
Per shift, per hari, waktu, minggu, bulan bahkan tahunan.
Libur nasional, peek season, mount rush dan hal lain yang berhubungan dengan lonjakan
produksi harus dihitung.
>> Verifikasi harus dilakukan dari awal produksi sampai dengan akhir proses
Pastikan tidak ada proses yang terlewat
Pastikan semua parameter sudah sesuai proses
wawancara setiap personel terkait untuk memastikan tidak ada yang terlewat
>> Revisi diagram alir yang telah dibuat
jangan ragu untuk mengubah diagram alir yang sudah dibuat sesuai dengan kondisi praktek
di lapangan
Bila perlu ubah kondisi praktek di lapangan agar sesuai dengan diagram alir
>> Verifikasi yang dilakukan harus dilakukan oleh personal yang memahami proses
Manager produksi atau Supervisor produksi
Departemen terkait yang paham dengan proses (R&D,
Bahaya adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan akan
mempengaruhi penjualan secara langsung.
Analisi bahaya terdiri dari tiga tahapan, yaitu identifikasi bahaya, penentuan kategori resiko yang
mungkin terjadi dan tindakan pencegahan.
1. Identifikasi Bahaya
Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan identifikasi bahaya adalah ;
Tahapan sebelum dan tahapan sesudahnya didalam suatu proses produksi
Peralatan yang digunakan, kelengkapan, lingkungan, tingkah laku manusia dll
keterkaitan sebelum dan sesudah didalam suatu rangkaian rantai makanan
peraturan pemerintah, jangan sampai terjadi pelanggaran peraturan
rencana penggunaan, target konsumen, salah target dapat mengakibatkan potensi bahaya
persyaratan konsumen,
peninjauan langsung dilapangan terhadap proses produksi yang berlangsung, cari potensi
bahayanya
Studi literatur untuk mengidentifikasikan bahan-bahan yang berpotensi membahayakan
2. Penentuan Kategori Resiko/Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)
Penilaian bahaya dilakukan untuk mengetahui program apa yang akan dilakukan untuk mengurangi
potensi bahaya sampai dengan tingkat yang paling rendah.
Definisi
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point ) adalah suatu sistem kontrol dalam upaya
pencegahan terjadinya suatu masalah yang didasarkan atas identifikasi dari titik-titik kritis
dan tindakan pengendaliannya di dalam suatu tahapan proses produksi.
HACCP juga merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk
dapat menjamin keamanan pangan berdasarkan adanya tindakan pencegahan (preventive)
yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan produk makanan yang aman
dan bermutu bagi konsumen.
Tujuan
Tujuan dari penerapan HACCP didalam suatu industri makanan adalah untuk mencegah
terjadinya suatu bahaya yang mungkin terjadi sehingga dapat meminimalkan resiko bahaya
keamanan pangan yang mungkin terjadi.
Sistim HACCP bukanlah suatu sistem yang dapat menghilangkan semua resiko yang
mungkin terjadi tetapi sistim ini dapat meminimalkan resiko bahaya yang mungkin terjadi.
HACCP bersifat sebagai suatu sistem pengendali mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai
dengan pendistribusian produk akhir yang sudah jadi. Penerapan sistim HACCP akan
menguragi resiko complain dari customer karena adanya bahaya pada produk pangan.
Penerapan HACCP saat ini selain untuk mencegah terjadi suatu resiko bahaya keamanan
pangan, tetapi juga sangat efektif sebagai promosi perdagangan di era pasar global saat ini
dimana pada customer sudah sangat mengerti dan sangat menuntut adanya jaminan mutu
pangan.
HACCP tidaklah berdiri sendiri, dalam pelaksanaannya HACCP mempunyai sistem yang
lebih besar, dibutuhkan tim untuk melaksanakan program HACCP, selain itu dibutuhkan juga
aktifitas dasar untuk mendukung pelaksanaannya.
Pre requisite program merupakan prosedur umum yang berkaitan dengan suatu aktifitas atau
persyaratan dasar yang dibutuhkan untuk memelihara lingkungan yang higienis untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dalam suatu operasi atau tahapan pangan.
HACCP
↑
Audit Mutu - Tindakan Koreksi
↑
Release Product - Product Recall - Pengendalian
↑
Kalibrasi - Gudang dan Distribusi - GLP - Kepuasan Pelanggan
↑
Proses Produksi - Produk Allergen - Berat Produk - Indentifikasi - Mampu Telusur
↑
Informasi Label - Supplier Audit - Spesifikasi Produk - Incoming Quality Control - Kadaluarsa
↑
Peralatan - Perlengkapan - Perawatan - Sanitasi - Pest Control - Pembuangan Limbah - Produk Development
↑
Quality System Management - Document Control - Tanggap Darurat - Training - Hygine - Stuktur Bangunan - Area
HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)
(Bagian II)
Klik link dibawah ini untuk penjelasan setiap langkah pembuatan sistim HACCP
Indonesia sudah mengadopsi sistem HACCP dan menerapkannya dalan acuan SNI 01-4852-1998
mengenai Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik-Titik Kritis (HACCP) serta pedoman
penerapannya yang dituangkan dalam Pedoman BSN 1004/1999.