Anda di halaman 1dari 10

Edisi Khusus

J. Tek. Ling Hal. 97 - 106 Jakarta, Juni 2012 ISSN 1441-318X


“Hari Lingkungan Hidup”

KAJIAN STRUKTUR TEGAKAN VEGETASI DAN


KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN PADA HABITAT
JENIS BURUNG PARUH BENGKOK (PSITTACIDAE)
DI PULAU ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR
Asep Sadili

Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
e-mail; asep.sadili@gmail.com

Abstrak

Alor adalah sebuah pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur, di areal Tutiadigae, Kamot,
Irawuri, serta Probur sebagai habitatnya burung paruh bengkok dipilih untuk lokasi
penelitian struktur dan komposisi vegetasi tumbuhannya. Seluruh pohon yang ada dalam
petak 100 x 20 meter dicatat diameter batangnya, termasuk tinggi total tutupannya.. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa struktur, komposisi jenis, dan kerapatan tumbuhannya
lebih rendah dari hutan tropis (28 jenis, 23 marga, 16 suku, dan 268 individul). Jenis
dominan di Tutiadigae adalah Naucle orientalis L. sementara di Kamot dan Probur
adalah jenis Canarium commune L. dan jenis Alstonia scholaris (L.) R.Br. adalah jenis
dominan di Irawuri.

Kata kunci: Vegeasi, komosisi, habitat, burung, burung Alor. NTT.

Abstract

Alor is an island within the Nusa Tenggara Timur Province, where the Tutiadigae, Kamot,
Irawuri, and Probur are selected as the birds understudy habitats covering their plant
structures and species composition. All tree found inside a plot of 100 x 20 square
meters were recorded including their bark diameter, and total height canopy. The result
indicates that the plant structure, species composition, and density are evidently lower
than in the ordinary tropical forests (28 species, 23 genus, 16 famili, and 268 individul).
Naucle orientalis L. is the dominant plant species found in Tutiadigae, while in Kamot
and Probur is Canarium commune L., Alstonia scholaris (L.) R.Br. is the dominant
species in Irawuri.

Key Words: Vegetation, composition, habitat, birds, Alor. NTT.

Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 97


1. PENDAHULUAN hutan tersebut yang dijadikan sebagai
habitat paling utama 1, 18).
1.1. Latar belakang
1.2. Tujuan
Tegakan jenis-jenis tumbuhan adalah
masyarakat penghuni kawasan hutan yang Tujuan kajian ini adalah untuk
menjadikan komponen utama dan tidak mengetahui keadaan struktur vegetasi
bisa digantikan oleh komponen lain bagi tumbuhan dan komposisi jenis dibeberapa
jenis-jenis fauna terutama jenis-jenis burung. lokasi pulau Alor yang menjadi habitat utama
Kawasan hutan pulau Alor, Nusa Tenggara jenis burung tersebut, sehingga diharapkan
Timur (NTT) merupakan salah satu habitat dapat berguna untuk mendukung program-
dan daerah persebaran beberapa jenis-jenis program pengembangan konservasi ek-situ
burung di Indonesia bagian timur yang khas atau in-situ jangka panjang selanjutnya, yang
dan unik 16). akhirnya akan mendukung kelangsungan
Di Alor tercatat dua jenis burung paruh hidup jenis-jenis burung terutama bagi jenis
bengkok, yaitu kakatua kecil jambul kuning yang endemik, khususnya di pulau Alor dan
(Cacatua sulphurea parvula) dan perkici umumnya di NTT.
kepala kuning (Trichoglossus euteles). Jenis
perkici kepala kuning statusnya termasuk 2. METODOLOGI
katagori endemik pulau Alor, sedangkan
kakatua kecil jambul kuning sebarannya 2.1. Lokasi penelitian
relatif luas hingga menyeluruh di wilayah
Nusa Tenggara Timur terkadang di pulau Pulau Alor adalah salah satu wilayah
Sumba. Kajian mengenai keragaman jenis- Kabupaten di NTT dengan luas ± 2.125
burung telah banyak dilakukan diwilayah km2. Posisi geografinya terletak diantara
ini, yakni ditandai dengan adanya laporan- 123.4o-125.8o bujur timur dan 8.8o-8.36o
laporan kegiatan ekspedisi diwilayah Nusa lintang selatan dengan ketinggian tempat
Tenggara dan Maluku. Namun untuk kajian dari 0-400m dpl. Kondisi alamnya secara
terhadap kawasan hutannya sebagai habitat umum terdiri dari daerah perbukitan dan
utama bagi kehidupan burung masih jarang berlereng, mulai dari curam sampai sangat
dilakukan khususnya dikawasan hutan di curam terutama pada daerah berkarang
pulau Alor 15, 16, 7). pinggiran pantai. Iklim di Alor tidak berbeda
Jenis burung paruh bengkok dengan pulau-pulau lainnya di NTT, yaitu
mempunyai mobilitas relatif tinggi dan beriklim kering katagori tipe D. Musim hujan
cepat dari kawasan hutan ke hutan lainnya. biasanya dimulai pada bulan Nopember
Kesehariannya aktif pada pagi dan siang sampai Pebruari dengan rata–rata curah
hari, berpasangan atau dalam kelompok hujan kurang dari 1.000mm/tahun. Pada
kecil. Umumnya ditemui di kawasan hutan bulan Maret sampai Oktober dikenal sebagai
primer atau sekunder tua di puncak tajuk musim kering, sehingga banyak tumbuhan
pohon yang rapat. Karena mobilitasnya tinggi yang daunnya berguguran dan hanya
itu, maka hidupnya itu akan bergantung pada beberapa jenis tumbuhan yang dapat hidup
keadaan struktur tegakan pohon-pohon yang masih berdaun terutama pada daerah-
ada disekitarnya dengan dukungan iklim daerah yang keadaan airnya cukup tinggi
mikro yang sangat berperan penting bagi seperti pada pinggiran aliran sungai atau
kehidupannya itu, sehingga burung tersebut di tempat yang cekungannya relatif luas.
akan merasa betah bermain, bertengger, Di pulau Alor Sinar Matahari siang sangat
mencari pakan, bersarang, berkembang terik (panas), tetapi pada malam hari cukup
biak serta beraktivitas lainnya pada kawasan menyejukan dan saat menjelang pagi terasa

98 Sadili, A., 2012


cukup dingin 7). diletakan memanjang dari pinggiran hutan
Type kawasan hutan dipulau Alor ke arah bagian dalam kawasan yang sering
mengacu pada definisinya Kaho 5) dan Smith dijumpai beberapa jenis burung dengan
13)
termasuk kawasan hutan savana terbuka masing-masing satu petak cuplikan. Setiap
berbelukar dan kawasan hutan savana petak cuplikan dibagi menjadi petak-petak
padang rumput berbelukar yang dipengaruhi kecil berukuran 10 m x 10 m. Kemudian
oleh kelembaban. Lokasi yang dipilih untuk jenis-jenis tumbuhan yang berdiameter
dijadikan kajian sebagai habitat burung ≥10 cm diukur pada lingkar batang pohon
yaitu Tutiadigae, Kamot, Irawuri dan Probur. setinggi ±1.3 m (dbh). Setiap jenis yang
Lokasi kajian tersebut secara administrasif diukur dicatat nama lokalnya dan ditaksir
pemerintahan termasuk Kabupaten Alor, tinggi total pohon (tt). Jenis-jenis tumbuhan
Kecamatan Alor Timur, Desa Persiapan Air yang tercatat dan belum teridentifikasi nama
Mancur untuk lokasi Tutiadigae dan Kamot, ilmiahnya sebagian ranting dengan daun,
dan Desa Tanglapui untuk lokasi Irawuri. dan jika ada bunga serta buah dikumpulkan
Untuk lokasi Wormanem termasuk Desa untuk dibuat herbarium, yang selanjutnya
Probur, Kecamatan Alor Barat (Gambar 1). diidentifikasi nama jenis ilmiahnya sebagai

Gambar 1. Lokasi kajian pada habitat jenis-jenis burung di pulau Alor, NTT (Sumber: Dep. Pendidikan
dan Kebudayaan 2008 dan dimodifikasi)

2.2. Cara Kerja spesimen bukti (voucher).


Analisis data yang dilakukan pada kajian
Cara kerja yang dilakukan pada kajian ini mengacu pada Odum 10), Mueller-Ellenberg
ini yaitu membuat petak-petak cuplikan di 8)
; dan Greig-Smith 3) meliputi; kerapatan (K)
empat lokasi yang dipilih sebagai habitat yaitu jumlah individu pohon per satuan luas;
beberapa jenis burung. Petak cuplikan yang frekuensi (F) yaitu jumlah unit sampling berisi
dibuat berukuran 100x20m (2.000m2) yang suatu jenis per jumlah seluruh unit sampling;

Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 99


dan dominansi (D) yaitu jumlah basal area untuk jumlah jenisnya >150 jenis/ha. Dengan
suatu jenis. Dengan diperolehnya data-data miskinnya akan jenis dikawasan hutan
tersebut, maka dapat ditentukan jenis utama pulau Alor berkaitan erat dengan keadaan
dari hutan tersebut berupa indek nilai penting geografinya, yaitu berada pada kawasan
(INP) yang terdiri dari hasil penjumlahan hutan dataran kering dengan curah hujan
KR, FR dan DR (KR=kerapatan relative, sangat rendah <1.000mm/tahun, sehingga
FR=frekuensi relative, dan DR=dominansi lebih didominasi oleh iklim Australia yang
relatif. Untuk analis keanekaragaman jenis kurang muatan airnya dibandingkan dengan
dihitung mengunakan formula indek Shannon- iklim Asia yang kaya akan muatan air pada
Wiener (H’). saat datang musim penghujan tiba, yang
akhirnya hanya jenis-jenis tertentu saja yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dapat hidup normal dan beregenerasi 7, 17).

3.1. Keanekaragaman dan Komposisi


Jenis Tumbuhan

Keanekaragaman dan komposisi jenis


tumbuhan adalah salah satu penyusun
keberadaan banyaknya jenis tumbuhan
dalam suatu komunitas vegetasi kawasan
hutan, oleh karena itu kajian ini dapat
mengetahui jenis-jenis tumbuhan sebagai
penyusun utama pada tegakan maupun
jenis-jenis yang jarang pada komunitas
tersebut, khusunya pada habitat utama
jenis-jenis burung di pulau Alor. Berdasarkan Gambar 2. Komposisi jumlah jenis, marga dan
hasil identifikasi spesimen bukti maupun suku tumbuhan pada habitat jenis-
hasil analisisnya pada masing-masing jenis burung di pulau Alor, NTT.
lokasi kajian menunjukkan tidak bervariasi.
Komposisi jenis tertinggi terdapat dilokasi Pada kawasan hutan savana khususnya
Irawuri sebanyak 20 jenis, 16 marga dari 13 di Alor ini ada jenis yang bisa tumbuh dan
suku; di lokasi Tutiadigae sebanyak 15 jenis, berkembang dengan berbagai penyesuaian
13 marga dari 12 suku; di lokasi Probur diri untuk hidup dan berkembang secara alami
sebanyak 10 jenis 9 marga dari 6 suku; dan dengan adaptasi terhadap lingkungan sudah
untuk lokasi Kamot sebanyak 7 jenis 7 marga cukup lama, yaitu jenis pei-bata (Eucalyptus
dari 6 suku (Gambar 2). alba Reinw. Ex Blume) (Myrtaceae). Jenis ini
Total kekayaan jenis tumbuhan dari hidup dipadang savana dengan menggurkan
tabel 1 yang disajikan dari empat lokasi kajian daun pada saat musim kemarau tiba
yaitu sebanyak 28 jenis, 23 marga dari 16 dengan rantingnya merangrang, yakni untuk
suku. Dengan demikian lokasi kajian sebagai mengurangi penguapan air oleh panasnya
habitat beberapa jenis burung menunjukan sinar matahari pada waktu musim kemarau.
sangat rendah atau miskin akan jenis, Namun dalam kajian ini untuk jenis pei-bata
apabila dibandingkan dengan kekayaan jenis (Eucalyptus alba) tidak tercatat, karena pada
di hutan tropis lainnya, khususnya yang ada lokasi kajian merupakan habitat utamanya
di Indonesia, bahkan lebih rendah lagi dari yang sering digunakan sebagai tempat
komposisi jenis tumbuhan dihutan alami bermain, mencari pakan, istirahat dan yang
pegunungan 12). lainnya oleh beberapa jenis burung di pulau
Di Kalimantan sebagai pulau terkaya Alor.

100 Sadili, A., 2012


Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan pada habitat jenis-jenis burung di pulau Alor, NTT.

Lokasi
No. Jenis Nama lokal Tutiadigae Kamot Irawuri Probur
DR KR FR INP DR KR FR INP DR KR FR INP DR KR FR INP
1 Canarium Kanal 4.07 8.16 9.76 21.99 61.12 54.90 53.19 169.21         60.80 44.44 43.10 148.35
commune L.
2 Inocarpus fagiferus Kayang 14.26 6.12 7.32 27.70 28.28 31.37 31.91 91.56         1.65 3.17 3.45 8.27
(Parkison) Fosberg.
3 Syzygium javanica Jambu air 6.46 16.33 17.07 39.86 2.58 3.92 4.26 10.76 4.83 6.33 7.35 18.51 8.51 7.94 8.62 25.07
Miq.
4 Albizia lebbeck (L.) Sengon 13.75 6.12 4.88 24.75         8.88 8.86 8.82 26.57 1.96 3.17 3.45 8.58
Benth.
5 Mangifera laurina Mangga utan 4.32 4.08 4.88 13.28         4.73 6.33 7.35 18.41 1.38 4.76 5.17 11.31
Blume
6 Schleichera oleosa Kusambi 3.98 4.08 4.88 12.94         5.88 3.80 4.41 14.09        
(Lour.) Oken.
7 Dysoxylum - 1.23 4.08 4.88 10.19         0.30 1.27 1.47 3.03        
acutangulum Miq.
8 Barringtonia Ketapang air 1.12 2.04 2.44 5.60         4.14 8.86 7.35 20.35        
racemosa Roxb.
9 Ficus racemosa L. Ara 0.68 2.04 2.44 5.16         11.94 11.39 11.76 35.09        
10 Nauclea orientalis Jati hutan 29.48 22.45 19.51 71.44         13.53 7.59 7.35 28.48        
L.
11 Alstonia scholaris Taduk 6.76 6.12 4.88 17.76         17.80 13.92 11.76 43.48        
(L.) R.Br.
12 Tamarindus Pina                 3.60 2.53 2.94 9.08 0.17 1.59 1.72 3.48
indica L.
13 Aleurites Waile         4.71 3.92 4.26 12.89         18.82 20.63 20.69 60.15
moluccana (L.)
Willd.
14 Artocarpus Lopore         0.96 1.96 2.13 5.05         3.71 4.76 5.17 13.64
communis
J.R.Forst.&G.Forst.
15 Ceiba pentandra Kepok         1.69 1.96 2.13 5.78                
Gaertn.
16 Ficus variegata Pohon lilin         0.64 1.96 2.13 4.73                
Blume
17 Celtis hildebrandii Kayu klereng                 0.32 1.27 1.47 3.06        
E.Soepadmo
18 Moringa oleifera kokol                 0.55 1.27 1.47 3.29        
19 Aegle marmelos Dilak                 0.47 2.53 2.94 5.94        
(L.) Correa ex
Roxb.
20 Canarium Kenay                 3.02 3.80 4.41 11.23        
decumanum
Gaertn.
21 Toona sureni Merr. Kayu beo                 3.63 3.80 4.41 11.84        
22 Casuarina Kasuari                 16.38 16.46 14.71 47.55        
equisetifolia L.

Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 101
23 Drypetes neglecta Kayu merah 12.08 10.20 7.32 29.60                        
(Kds.) Pax &
Hoffm.
24 Drypetes longifolia Iwingdeh 0.17 4.08 4.88 9.13                        
Pax & K.Hoffm.
25 Sterculia foetida L. Nitas 1.47 2.04 2.44 5.95                        
26 Ficus benjamina L. Sameboy 0.17 2.04 2.44 4.65                        
27 Artocarpus Ton                         1.56 7.94 6.90 16.39
heterophyllus Lam.
28 Erythrina sp Danbong                         1.44 1.59 1.72 4.75

Berdasarkan jumlah jenis anggotanya, tetapi masih ditemukan jenis-jenis tumbuhan


suku-suku terbanyak dimiliki oleh Moraceae liar lainnya seperti dilak (Aegle marmelos
dan Fabaceae masing-masing sebanyak 5 (L.) Correa ex Roxb.), kusambi (Schleichera
jenis, kemudian disusul suku Euphorbiaceae oleosa (Lour.) Oken.), jambu air (Syzygium
sebanyak 3 jenis, dan suku Burseraceae javanica Miq.), Dysoxylum acutangulum
sebanyak 2 jenis. Kemudian untuk hasil Miq., jati hutan (Nauclea orientalis L., dan
analisa indeks keanekaragaman jenis ketapang air (Barringtonia racemosa Roxb.).
menggunakan formula Shannon-Wiener (H’) Jenis jambu air (Syzygium javanica
dari masing masing lokasi kajian menunjukan Miq.) mempunyai persebaran cukup luas
tertinggi dilokasi Irawuri (H’=3,60) dan yakni terdapat di 4 lokasi kajian. Jenis
terendah di Kamot (H’=1,70) dengan rata- sengon (Albizia lebbeck (L.) Benth.), kayang
rata sebesar 2,82 (tabel 3). (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosberg.),
mangga utan (Mengifera laurina Blume)
terdapat di tiga lokasi kajian, sedangkan
jenis waile (Aleurites moluccana L.), taduk
(Alstonia scholaris (L.) R.Br.), lopore
(Artocarpus communis J.R.Forst.&G.Forst.),
ketapang air (Barringtonia racemosa Roxb.),
cempaka (Dysoxylum acutangulum Miq.),
ara (Ficus racemosa L.), jati hutan (Nauclea
orientalis L.), kusambi (Schleichera oleosa
Gambar 3. Keadaan jumlah individu (populasi) (Lour.) Oken), dan pina (Tamarindus indica
setiap lokasi kajian pada habitat L.) terdapat di dua lokasi kajian dan jenis
jenis burung di pulau Alor, NTT. lainnya hanya terdapat di satu lokasi saja.

Jenis-jenis tumbuhan pada kawasan 3.2. S t r u k t u r Te g a k a n V e g e t a s i


hutan habitat beberapa jenis burung di Tumbuhan.
Alor tersebut tercatat jenis-jenis umum
yang ditanam masyarakat sebagai komoditi Definisi struktur tegakan vegetasi
perdagangan yang telah didomestikasi dan tumbuhan pohon dalam suatu kawasan hutan
telah berproduksi. Jenis tersebut adalah waile adalah sebaran individu tumbuhan dalam
(Aleurites moluccana L.), kenay (Canarium lapisan tajuk dan dapat diartikan sebagai
decumanum Gaertn), kanal (C. commune sebaran pohon persatuan luas dengan
L.), kepok (Ceiba pentandra Gaertn.), berbagai kelas diameter 4). Kemudian individu
lopore (Artocarpus communis J.R.Forst.&G. kelas diameter batang itu dijadikan sebagai
Forst.), ton (A. heterophyllus Lam.) dan lain- salah satu indikator dalam menelaah struktur
lain. Selain jenis yang telah didomestikasi tegakan hutan tropika, yang umumnya

102 Sadili, A., 2012


sebaran kelas diameter batang jumlah individu Jenis-jenis tumbuhan dominan setiap
terbesar dicapai oleh kelompok ukuran lokasi pada tabel 2 menunjukan ada
diameter batang paling kecil, sedangkan perbedaan juga. Jenis tertingggi dimiliki
jumlah individu sedikit biasanya terdapat oleh jati hutan (Nauclea orientalis L.) dengan
pada kelas diameter batang lebih besar. Hasil nilai basal area sebesar 27,47m2/ha yang
kajian dari empat lokasi ini memperlihatkan terdapat dilokasi Tutiadigae dan terendah
pola umum hutan tropika, tetapi pada lokasi dimiliki jenis taduk (Alstonia scholaris (L.)
hutan Kamot menunjukkan ada sedikit R.Br.) dengan nilai basal area sebesar
perbedaan, dimana terdapat jumlah individu 2,27m2 yang terdapat dilokasi Irawuri.
Tabel 2. Jenis-jenis tumbuhan dominan dan subdominan pada habitat jenis burung di pulau Alor, NTT.

No. Lokasi Jenis Basal Area (m)


1 Tutiadagae Nauclea orientalis L. 27,47
Inocarpus fagiferus (Parkison) Fosb. 13.29
2 Kamot Canarium commune L. 15,09
Inocarpus fagiferus (Parkison) Fosb. 6.96
3 Irawuri Alstonia scholaris (L.) R.Br. 2,27
Casuarina equsetifolia L. 2.09
4 Probur Canarium comunne L. 9,34
Aleurites moluccana (L.) Willd. 2.89

Tabel 3. Nilai indek keanekaragaman jenis tumbuhan (H’) pada habitat jenis burung di pulau Alor, NTT.
No. Lokasi Indek Keanekaragaman (H’)
1 Tutiadagae 3.49
2 Kamot 1.70
3 Irawuri 3.60
4 Probur 2.49
Rata-rata 2.82

diameter batang >100cm menunjukan lebih


banyak (Gambar 4).
Dengan rendahnya variasi jenis
hasil kegiatan kajian ini diiringi juga oleh
rendahnya jumlah populasi pohon setiap
lokasi kajian. Pada gambar 2, menunjukan
ada perbedaan jumlah individu setiap lokasi
kajian dan tertinggi dilokasi Irawuri sebanyak
79 individu dan terendah dilokasi Tutiadigae
sebanyak 49 individu dengan rata-rata
268 individu. Populasi ini ternyata jauh
lebih rendah apabila dibandingkan dengan
populasi dikawasan hutan alami tropis
basah lainnya, yang umumnya dihuni oleh Gambar 4. Sebaran kelas diameter batang
jenis tumbuhan berkisar 500-700 individu setiap lokasi pada habitat jenis
pohon/ha burung di pulau Alor, NTT.

Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 103
atau kondisi lingkungan habitat yang dikaji
berbeda. Pada lokasi Kamot yang terendah
jumlah jenisnya disebabkan oleh pohon
kenay (C. decumanum Gaertn.) yang hidup
lebih rapat dengan tegakan sangat tinggi,
sehingga sinar matahari kurang masuk ke
lantai hutan untuk merangsang jenis-jenis
lain dapat tumbuh (seed bank). Sedangkan
untuk lokasi yang mempunyai jumlah
jenis tertinggi seperti lokasi Irawuri kondisi
tanahnya cukup berair karena berdekatan
Gambar 5. Sebaran tajuk pohon pada habitat dengan aliran sungai yang relatif besar.
jenis-jenis burung di pulau Alor, NTT. Jenis-jenis komoditi buah-buahan,
yang tercacah pada habitat burung ini, untuk
Dari beberapa jenis tumbuhan liar indek nilai pentingnya cukup rendah. Jenis
pada lokasi Irawuri tercatat jenis yang tersebut ada yang tumbuh liar dan ada
dikatagorikan sebagai tumbuhan langka pula yang ditanam seperti waile (Aleurites
(Rifai dkk., 1992), jenis tersebut adalah molucana (L.) Willd.) untuk diambil buahnya
taduk [Alstonia scholaris (L.) R.Br]. Jenis yang ditanam masyarakat sebagai komoditi
taduk ini mendominasi tetapi nilai pentingnya perdagangan disamping jenis kopi, coklat
masih di bawah jenis kasuari (Casuarina dan kelapa khususnya dilokasi sekitar
equisetifolia L.). Kaho (2006) menyatakan Probur.
untuk jenis taduk dan kasuari merupakan
jenis dominan dikawasan hutan padang 3.3. Stratifikasi Tajuk Pohon.
rumput savana sekitar Nusa Tenggara Timur
, disamping jenis gewang (Corypha utan Tajuk pohon dibeberapa kawasan
Lam.) dan jenis nitas (Sterculia foetida L.). hutan yang dikaji umumnya digunakan
Keadaan nilai indek penting pada untuk melihat pola pemanfaatan cahaya
suatu kawasan akan menggambarkan oleh jenis-jenis dominan di bawah naungan
pola dominansi suatu jenis utama dalam yang dibagi menjadi beberapa strata 9).
suatu tegakan hutan, yaitu menujukan Namun pada kawasan hutan di Alor ini selain
suatu tegakan hutan hanya dikuasai oleh melihat pola pemanfaatan cahaya oleh jenis-
satu jenis saja atau terjadi pemusatan jenis dominan, tajuk pohon digunakan juga
pada satu jenis pohon (Odum, 1971). untuk aktivitas jenis-jenis burung sehari-hari
Kemudian Soerianegara dan Indrawan seperti untuk bertengger, bermain, mencari
(1998) menjelaskan, salah satu penentu pakan, lokasi transit, berlindung dan lain
dalam kajian tegakan dari seluruh jenis sebagainya.
yang ada pada kawasan hutan yakni Data tajuk yang dikaji berupa pohon
dihasilkannya indek nilai penting (INP). tegakan cukup tinggi, dan didukung oleh
Dari hasil analisis setiap lokasi kajian pada informasi masyarakat setempat, bahwa
tabel 2 menujukan berbeda-beda, tertinggi jenis burung-burung biasanya singgah
dimiliki jenis kenay (Canarium decumanum atau bermain pada ranting-ranting pohon
Gaertn.) sebesar 169,21 (INP) yang berada yang diinginkan (tidak spesifik), kecuali
di lokasi Kamot, dan terendah adalah jenis untuk jenis burung kakatua jambul kuning
jati utan (Nauclea orientalis L.) sebesar (Cacatua sulphurea parvula) yang selalu
39.97 (INP) di lokasi Tutiadigae. Dengan beraktifitas pada permukaan tajuk tertinggi.
adanya perbedaan jenis utama dari setiap Kemudian jenis perkici kepala kuning
lokasi kajian diprediksi karena keadaan (Trichoglossus euteles) berstatus endemik

104 Sadili, A., 2012


Alor ditemukan hidup selalu bergerombol di DAFTAR PUSTAKA
lokasi Tutiadagae 16).
Tinggi total pohon hasil dari empat 1. Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa
lokasi kajian setinggi ±15m termasuk strata Liar. Jilid 1. Pusat Antar Universitas
D tercatat sebanyak 5 individu, dan tertinggi Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
±42m termasuk strata A sebanyak 7 individu,
Secara umum pada gambar 5 dari hasil 2. Dep. Pendidikan dan Kebudayaan.
kajian ini kurang relevan dengan keadaan 2008. Atlas Indonesia dan Sekitarnya.
tajuk yang diharapkan oleh burung alam untuk SD, SMP, SMA, dan Umum.
paruh bengkok tersebut, karena burung Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan
tersebut umumnya lebih banyak bermain, Menengah. CV Buana Raya.
istirahat, atau hinggap pada kanopi tertinggi
dari setiap lokasi kajian 18). Dari hasil analisis 3. Greig-Smith P. 1964. Quantitative Plant
tajuk pohon ternyata rata-rata tingginya Ekology. Second Ed. Butterworths.
±24.56m atau termasuk stratum C yakni London.
terdapat dilokasi Kamot, Irawuri dan Probur,
tetapi dilokasi Tutiadigae hampir merata dan 4. Heriyanto NM. 2003. Komposisi
jumlah pohon lebih rendah diantara lokasi dan Struktur Tegakan Hutan Bekas
lain sehingga kurang disukai oleh burung Terbakar di Berau, Kalimantan Timur.
paruh bengkok dan hanya beberapa ekor Buletin Penelitian Hutan. 22. 639:.
saja yang sering dijumpai sebagai lokasi
transit (wawancara penduduk lokal) 5. Kaho R KLM. 2005. Api dalam Ekosistem
Savana dan Pengendaliannya Melalui
4. KESIMPULAN DAN SARAN Pengaturan Waktu Membakar. Kajian
pada Savana Eucalyptus ekateta,
4.1. Kesimpulan Kabupaten Kupang. Disertasi pada
UGM Bidang Ilmu Kehutanan.
Kawasan hutan Tutiadigae, Kamot, Yogyakarta.
Irawuri, dan Probur di pulau Alor NTT
habitatnya burung paruh bengkok termasuk 6. Kaho R KLM. 2006. Studi Dampak
kawasan hutan sekunder tua yang kerapatan Program Kehutanan Multi Pihak di
pohon dan jenisnya sangat rendah. Secara Region NusaTenggara. Departemen
keseluruhan vegetasi tersebut kurang Kehutanan. Jakarta.
memadai sebagai habitat jenis burung paruh
bengkok. 7. Monk, Kathryn A, Yance De Fretes
dan Gayatri Reksodihardjo-Lilley.
4.2. Saran. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan
Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Buku
Masih adanya tegakan-tegakan pohon V. Jakarta. Prenhallindo.
sangat tinggi dengan diameter batang besar
yang sering dijadikan habitat burung paruh 8. Mueller–Dombois D & Ellenberg.
bengkok supaya dijaga keberadaanya agar 1974. Aims and Methods of Vegetation
kelangsungan hidupnya akan lestari. Ecology. John Wiley & Sons, New York.

Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 105
9. Misra K. 1973. Ecological Work Book. Ekologi. Fakultas Kehutanan IPB.
Oxford & IBH Publishing Ltd. New Bogor.
Delhi.
15. White CMN dan MD Bruce. 1986. The
10. Odum PW. 1971. Fundamental of Birds of Wallacea (Sulawesi), The
Ecologycal 3rd ED.W.B. Sounder. Coy. Moluccan & Lesser Sunda Island,
Philadelphi. London Toronto. Indonesian An Annotated Checklist.
Checklist 7. Britis Ornithologist’s Union.
11. Rifai MA, Rugayah dan EA Widjaya
(Peny.). 1992. Tiga Puluh Jenis 16. Widodo W. 2009. Population Status
Tumbuhan Obat Langka Indonesia. of Cacatua sulphurea parvula and
Sisispan Floribunda 2 . Bogor. Trichoglossus euteles in Alor East Nusa
Tenggara. Biodiversitas. 10 (2). 81-87.
12. Sadili A, K Kartawinata, A Kartonegoro,
H Soedjito dan A Sumadijaya. 2009. 18. Yusup R. 2003. Penelitian Ekologi Jenis
Floristic composition and structure Pohon Di Kawasan Hutan Bulungan,
of subalpine summit habitats on Mt. Kabupaten Bulungan–Kalimantan
Gede Pangrango Complex, Cibodas Timur. Berita Biologi. 6 (6). 767-780.
Biosphere Reserve, West Java.
Indonesia. Reinwardtia. 12 (5). 391- 18. Dep. Kehutanan, 2007. Direktorat Jendral
404. Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam, Balai Konservasi Sumber daya
13. Smith RL and TM Smith. 2000. Alam Nusa Tenggrara Barat. Laporan
Elements of Ecology. Community Kajian Sebaran habitat Burung Paruh
Science Publising, San Fransisco. Bengkok di Suaka Margasatwa Gn.
Tambora. bksda-ntb@dephut.go.id.
14. Soerianegara I dan A Indrawan. 1998. com. Diakses tanggal 19 Juli 2012.
Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium

106 Sadili, A., 2012

Anda mungkin juga menyukai