Abstrak
Alor adalah sebuah pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur, di areal Tutiadigae, Kamot,
Irawuri, serta Probur sebagai habitatnya burung paruh bengkok dipilih untuk lokasi
penelitian struktur dan komposisi vegetasi tumbuhannya. Seluruh pohon yang ada dalam
petak 100 x 20 meter dicatat diameter batangnya, termasuk tinggi total tutupannya.. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa struktur, komposisi jenis, dan kerapatan tumbuhannya
lebih rendah dari hutan tropis (28 jenis, 23 marga, 16 suku, dan 268 individul). Jenis
dominan di Tutiadigae adalah Naucle orientalis L. sementara di Kamot dan Probur
adalah jenis Canarium commune L. dan jenis Alstonia scholaris (L.) R.Br. adalah jenis
dominan di Irawuri.
Abstract
Alor is an island within the Nusa Tenggara Timur Province, where the Tutiadigae, Kamot,
Irawuri, and Probur are selected as the birds understudy habitats covering their plant
structures and species composition. All tree found inside a plot of 100 x 20 square
meters were recorded including their bark diameter, and total height canopy. The result
indicates that the plant structure, species composition, and density are evidently lower
than in the ordinary tropical forests (28 species, 23 genus, 16 famili, and 268 individul).
Naucle orientalis L. is the dominant plant species found in Tutiadigae, while in Kamot
and Probur is Canarium commune L., Alstonia scholaris (L.) R.Br. is the dominant
species in Irawuri.
Gambar 1. Lokasi kajian pada habitat jenis-jenis burung di pulau Alor, NTT (Sumber: Dep. Pendidikan
dan Kebudayaan 2008 dan dimodifikasi)
Lokasi
No. Jenis Nama lokal Tutiadigae Kamot Irawuri Probur
DR KR FR INP DR KR FR INP DR KR FR INP DR KR FR INP
1 Canarium Kanal 4.07 8.16 9.76 21.99 61.12 54.90 53.19 169.21 60.80 44.44 43.10 148.35
commune L.
2 Inocarpus fagiferus Kayang 14.26 6.12 7.32 27.70 28.28 31.37 31.91 91.56 1.65 3.17 3.45 8.27
(Parkison) Fosberg.
3 Syzygium javanica Jambu air 6.46 16.33 17.07 39.86 2.58 3.92 4.26 10.76 4.83 6.33 7.35 18.51 8.51 7.94 8.62 25.07
Miq.
4 Albizia lebbeck (L.) Sengon 13.75 6.12 4.88 24.75 8.88 8.86 8.82 26.57 1.96 3.17 3.45 8.58
Benth.
5 Mangifera laurina Mangga utan 4.32 4.08 4.88 13.28 4.73 6.33 7.35 18.41 1.38 4.76 5.17 11.31
Blume
6 Schleichera oleosa Kusambi 3.98 4.08 4.88 12.94 5.88 3.80 4.41 14.09
(Lour.) Oken.
7 Dysoxylum - 1.23 4.08 4.88 10.19 0.30 1.27 1.47 3.03
acutangulum Miq.
8 Barringtonia Ketapang air 1.12 2.04 2.44 5.60 4.14 8.86 7.35 20.35
racemosa Roxb.
9 Ficus racemosa L. Ara 0.68 2.04 2.44 5.16 11.94 11.39 11.76 35.09
10 Nauclea orientalis Jati hutan 29.48 22.45 19.51 71.44 13.53 7.59 7.35 28.48
L.
11 Alstonia scholaris Taduk 6.76 6.12 4.88 17.76 17.80 13.92 11.76 43.48
(L.) R.Br.
12 Tamarindus Pina 3.60 2.53 2.94 9.08 0.17 1.59 1.72 3.48
indica L.
13 Aleurites Waile 4.71 3.92 4.26 12.89 18.82 20.63 20.69 60.15
moluccana (L.)
Willd.
14 Artocarpus Lopore 0.96 1.96 2.13 5.05 3.71 4.76 5.17 13.64
communis
J.R.Forst.&G.Forst.
15 Ceiba pentandra Kepok 1.69 1.96 2.13 5.78
Gaertn.
16 Ficus variegata Pohon lilin 0.64 1.96 2.13 4.73
Blume
17 Celtis hildebrandii Kayu klereng 0.32 1.27 1.47 3.06
E.Soepadmo
18 Moringa oleifera kokol 0.55 1.27 1.47 3.29
19 Aegle marmelos Dilak 0.47 2.53 2.94 5.94
(L.) Correa ex
Roxb.
20 Canarium Kenay 3.02 3.80 4.41 11.23
decumanum
Gaertn.
21 Toona sureni Merr. Kayu beo 3.63 3.80 4.41 11.84
22 Casuarina Kasuari 16.38 16.46 14.71 47.55
equisetifolia L.
Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 101
23 Drypetes neglecta Kayu merah 12.08 10.20 7.32 29.60
(Kds.) Pax &
Hoffm.
24 Drypetes longifolia Iwingdeh 0.17 4.08 4.88 9.13
Pax & K.Hoffm.
25 Sterculia foetida L. Nitas 1.47 2.04 2.44 5.95
26 Ficus benjamina L. Sameboy 0.17 2.04 2.44 4.65
27 Artocarpus Ton 1.56 7.94 6.90 16.39
heterophyllus Lam.
28 Erythrina sp Danbong 1.44 1.59 1.72 4.75
Tabel 3. Nilai indek keanekaragaman jenis tumbuhan (H’) pada habitat jenis burung di pulau Alor, NTT.
No. Lokasi Indek Keanekaragaman (H’)
1 Tutiadagae 3.49
2 Kamot 1.70
3 Irawuri 3.60
4 Probur 2.49
Rata-rata 2.82
Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 103
atau kondisi lingkungan habitat yang dikaji
berbeda. Pada lokasi Kamot yang terendah
jumlah jenisnya disebabkan oleh pohon
kenay (C. decumanum Gaertn.) yang hidup
lebih rapat dengan tegakan sangat tinggi,
sehingga sinar matahari kurang masuk ke
lantai hutan untuk merangsang jenis-jenis
lain dapat tumbuh (seed bank). Sedangkan
untuk lokasi yang mempunyai jumlah
jenis tertinggi seperti lokasi Irawuri kondisi
tanahnya cukup berair karena berdekatan
Gambar 5. Sebaran tajuk pohon pada habitat dengan aliran sungai yang relatif besar.
jenis-jenis burung di pulau Alor, NTT. Jenis-jenis komoditi buah-buahan,
yang tercacah pada habitat burung ini, untuk
Dari beberapa jenis tumbuhan liar indek nilai pentingnya cukup rendah. Jenis
pada lokasi Irawuri tercatat jenis yang tersebut ada yang tumbuh liar dan ada
dikatagorikan sebagai tumbuhan langka pula yang ditanam seperti waile (Aleurites
(Rifai dkk., 1992), jenis tersebut adalah molucana (L.) Willd.) untuk diambil buahnya
taduk [Alstonia scholaris (L.) R.Br]. Jenis yang ditanam masyarakat sebagai komoditi
taduk ini mendominasi tetapi nilai pentingnya perdagangan disamping jenis kopi, coklat
masih di bawah jenis kasuari (Casuarina dan kelapa khususnya dilokasi sekitar
equisetifolia L.). Kaho (2006) menyatakan Probur.
untuk jenis taduk dan kasuari merupakan
jenis dominan dikawasan hutan padang 3.3. Stratifikasi Tajuk Pohon.
rumput savana sekitar Nusa Tenggara Timur
, disamping jenis gewang (Corypha utan Tajuk pohon dibeberapa kawasan
Lam.) dan jenis nitas (Sterculia foetida L.). hutan yang dikaji umumnya digunakan
Keadaan nilai indek penting pada untuk melihat pola pemanfaatan cahaya
suatu kawasan akan menggambarkan oleh jenis-jenis dominan di bawah naungan
pola dominansi suatu jenis utama dalam yang dibagi menjadi beberapa strata 9).
suatu tegakan hutan, yaitu menujukan Namun pada kawasan hutan di Alor ini selain
suatu tegakan hutan hanya dikuasai oleh melihat pola pemanfaatan cahaya oleh jenis-
satu jenis saja atau terjadi pemusatan jenis dominan, tajuk pohon digunakan juga
pada satu jenis pohon (Odum, 1971). untuk aktivitas jenis-jenis burung sehari-hari
Kemudian Soerianegara dan Indrawan seperti untuk bertengger, bermain, mencari
(1998) menjelaskan, salah satu penentu pakan, lokasi transit, berlindung dan lain
dalam kajian tegakan dari seluruh jenis sebagainya.
yang ada pada kawasan hutan yakni Data tajuk yang dikaji berupa pohon
dihasilkannya indek nilai penting (INP). tegakan cukup tinggi, dan didukung oleh
Dari hasil analisis setiap lokasi kajian pada informasi masyarakat setempat, bahwa
tabel 2 menujukan berbeda-beda, tertinggi jenis burung-burung biasanya singgah
dimiliki jenis kenay (Canarium decumanum atau bermain pada ranting-ranting pohon
Gaertn.) sebesar 169,21 (INP) yang berada yang diinginkan (tidak spesifik), kecuali
di lokasi Kamot, dan terendah adalah jenis untuk jenis burung kakatua jambul kuning
jati utan (Nauclea orientalis L.) sebesar (Cacatua sulphurea parvula) yang selalu
39.97 (INP) di lokasi Tutiadigae. Dengan beraktifitas pada permukaan tajuk tertinggi.
adanya perbedaan jenis utama dari setiap Kemudian jenis perkici kepala kuning
lokasi kajian diprediksi karena keadaan (Trichoglossus euteles) berstatus endemik
Kajian Sturktur Tegakan,... Edisi Khusus “Hari Lingkungan Hidup”: 97 - 106 105
9. Misra K. 1973. Ecological Work Book. Ekologi. Fakultas Kehutanan IPB.
Oxford & IBH Publishing Ltd. New Bogor.
Delhi.
15. White CMN dan MD Bruce. 1986. The
10. Odum PW. 1971. Fundamental of Birds of Wallacea (Sulawesi), The
Ecologycal 3rd ED.W.B. Sounder. Coy. Moluccan & Lesser Sunda Island,
Philadelphi. London Toronto. Indonesian An Annotated Checklist.
Checklist 7. Britis Ornithologist’s Union.
11. Rifai MA, Rugayah dan EA Widjaya
(Peny.). 1992. Tiga Puluh Jenis 16. Widodo W. 2009. Population Status
Tumbuhan Obat Langka Indonesia. of Cacatua sulphurea parvula and
Sisispan Floribunda 2 . Bogor. Trichoglossus euteles in Alor East Nusa
Tenggara. Biodiversitas. 10 (2). 81-87.
12. Sadili A, K Kartawinata, A Kartonegoro,
H Soedjito dan A Sumadijaya. 2009. 18. Yusup R. 2003. Penelitian Ekologi Jenis
Floristic composition and structure Pohon Di Kawasan Hutan Bulungan,
of subalpine summit habitats on Mt. Kabupaten Bulungan–Kalimantan
Gede Pangrango Complex, Cibodas Timur. Berita Biologi. 6 (6). 767-780.
Biosphere Reserve, West Java.
Indonesia. Reinwardtia. 12 (5). 391- 18. Dep. Kehutanan, 2007. Direktorat Jendral
404. Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam, Balai Konservasi Sumber daya
13. Smith RL and TM Smith. 2000. Alam Nusa Tenggrara Barat. Laporan
Elements of Ecology. Community Kajian Sebaran habitat Burung Paruh
Science Publising, San Fransisco. Bengkok di Suaka Margasatwa Gn.
Tambora. bksda-ntb@dephut.go.id.
14. Soerianegara I dan A Indrawan. 1998. com. Diakses tanggal 19 Juli 2012.
Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium