49 Si Ta 2014 PDF
49 Si Ta 2014 PDF
NAMU SIRA-SIRA
LAPORAN
oleh:
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya telah
memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan, dan kesempatan kepada
penulis, sehingga kami mampu ,menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III Politeknik Negeri Medan, dengan
judul Kajian Sistem Jaringan Saluran Irigasi Namu Sira-sira
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik
spiritual,material,maupun informasi, penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Atas bantuan yang penulis terima dengan ketulusan hati, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak M. Syahruddin, S.T. M.T, selaku Direktur Politeknik Negeri Medan;
2. Bapak Ir. Samsudin Silaen, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan;
3. Bapak Ir. Sudarto, M.T, selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil;
4. Bapak Ir. T. Simarmata, M.T, selaku Dosen Pembimbing, yang telah
meluangkan waktu kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir kami;
5. Bapak Sopar Parulian Sihombing, S.T. M.T, selaku Wali Kelas SI-6D;
6. Seluruh dosen pengajar Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan yang telah
berjasa dalam mendidik dan memberikan keterampilan kepada penulis;
7. Seluruh pihak dari Namu Sira-sira;
8. Orangtua serta keluarga penulis yang telah memberikan dorongan moral dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir;
9. Teman-teman khususnya SI-6D yang telah ikut membantu menyelesaikan
laporan ini.
iv
Penulis menyadari bahwa mungkin ada kekurangan dan kesilapan dalam
menyusun Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membacanya,
terutama yang berkecimbung di dunia pendidikan dalam bidang Teknik Sipil.
v
Abstrak
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vii
8. Jaringan Irigasi …………………………………………. 9
9. Masalah keadaan existing ………………………….…… 10
C. Data Khusus Proyek ………………………………………... 11
D. Organisasi Proyek …………………………………………...12
BAB IV PEMBAHASAN
viii
E. Saluran Tersier …………………..…………………………. 41
F. Bangunan Bagi-Sadap ……...………………………………. 42
G. Sistem Jaringan Saluran ….………………………………… 43
H. Kegiatan Operasi ………….………………………………... 45
I. Kegiatan Pemeliharaan ……………………………………... 46
J. Neraca Air ………………………………………………….. 47
K. Perhitungan Debit ……………………………………..……. 48
1. Saluran Primer Kanan …………………………………. 49
2. NU Daerah Namu Ukur ……………………………….. 49
3. NT Ka.1 Daerah Namu Tating ………………………… 50
4. MC Ka.1 Daerah Marcapada ………………………….. 50
5. LT Ka.1 Daerah Lao Tenges …………………………...51
L. Evapotranspirasi ………………………………………….… 51
M. Pola Tanam Namu Sira-Sira ………………………………... 53
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………….. 57
B. Saran ……………………………………………………………… 58
DAFTAR PUSTAKA
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Tabel
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto Dokumentasi
2. Pola Tanam
3. General Layout Of Irrigation Namu Sira-Sira Irrigation Sub-Project
4. Skema Jaringan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam suatu
pertanian untuk mengairi lahan pertanian. Oleh karena itu untuk mengairi lahan
pertanian tersebut maka perlu dilakukan suatu sistem pengairan yaitu sistem
irigasi yang baik untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman pertanian yang baik.
Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan
dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga
biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut dengan menyiram.
Salah satu yang memegang peranan sistem irigasi ini berada di wilayah
Kabupaten Langkat yaitu Bendung Namu Sira-Sira. Bendung Namu Sira-Sira
dibangun pada tahun 1979 yang mengairi wilayah seluas 6.350 ha. Jaringan irigasi
Namu sira-sira terdiri dari dua daerah irigasi yaitu, daerah irigasi kanan dan
daerah irigasi kiri. Namun tempat yang akan dibahas dilaporan ini adalah daerah
jaringan irigasi Namu Sira-Sira Kanan, yang memiliki luas sebesar 4.097,5 ha.
Daerah irigasi kanan terletak di dua kecamatan, yaitu kecamatan Sei Bingai dan
kecamatan Binjai Selatan. Air irigasi di alirkan melalui saluran induk (2.648,13
m) dan saluran sekunder (47.819,5 m). Daerah irigasi kiri terletak di tiga
kecamatan yaitu kecamatan Sei Bingai, Kuala dan Selesai, meliputi areal 2.252,5
ha. Air irigasi dialirkan melalui saluran induk (6,930 km) dan saluran sekunder
(29,026 km).
1
Didalam sistem jaringan irigasi sering timbul beberapa masalah atau
kendala didalam proses pelaksanaan jaringannya, mulai dari tempat pengambilan
air sampai penyaluran air ke petak-petak sawah pertanian, dan masalah jumlah
debit yang kurang ataupun debit yang terlalu banyak yang dialiri. Masalah ini
mempengaruhi kinerja daripada jaringan-jaringan irigasi yang berdampak buruk
bagi pertanian. Sehingga perlu dilakukan kajian-kajian di jaringan saluran primer,
sekunder, dan tersier yang akan bermanfaat untuk mengetahui mengatasi masalah-
masalah yang ada di jaringan saluran tersebut.
B. Topik Pembahasan
C. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Adapun maksud dan tujuan dilaksanakanya Tugas Akhir ini
dengan judul Kajian Sistem Jaringan Saluran Namu Sira-Sira ini sebagai
penerapan disiplin ilmu yang telah didapat selama perkuliahan, agar dapat
diterapkan dilapangan. Sekaligus sebagai tempat pembelajaran tambahan
di dunia kerja.
2
2. Tujuan Khusus
a. Agar mengetahui sumber dan pengaliran air di jaringan-jaringan
Bendungan Namu Sira Sira kanan;
b. Agar mengetahui debit air yang sampai kesaluran sekunder, saluran
tersier, dan petak sawah;
c. Agar mengetahui apakah air yang di saluran sesuai dengan yang di
terapkan di lapangan atau tidak;
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
1) Manfaat Teoritis
a) Sebagai referensi mahasiswa yang akan membahas hal yang sama
dengan laporan ini;
b) Agar dapat mengetahui system aliran di jaringan Namu Sira-sira;
c) Sebagai buku panduan bagi pembaca terkhusus untuk Kajian Sistem
Jaringan Saluran Irigasi;
2) Manfaat Praktis
a) Untuk memacu Mahasiswa untuk terus aktif dalam bidang Teknik
Sipil;
b) Terlibat secara langsung dalam dengan kegiatan proyek yang berkaitan
dengan Ilmu Teknik Sipil Bangunan Irigasi;
c) Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat
melaksanakan kegiatan yang sama ketika bekerja secara langsung
dilapangan;
3
E. Teknik Pengumpulan Data
BULAN
No. Kegiatan
Apr Mei Juni Juli Ags
A. Persiapan
Survei lokasi tempat pelaksanaan
1
T.A dan, mendapatkan Topik T.A
4
B. Pelaksanaan
5 Pengumpulan data
6 Melengkapi data
C. Pelaporan
15 Penulisan Bab V
Bimbingan tahap akhir
16 (Penyempurnaan laporan tugas
akhir)
Penyempurnaan Laporan Tugas
17
Akhir
G. Sistematika Laporan
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
6
rata 82,16%, kecepatan angin (U2) 283,5 km per hari dan pancaran sinar matahari
3,3 jam per hari.
Daerah irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah Irigasi yang
kewenangannya adalah kewenangan pemerintah pusat karena luas potensial
daerah irigasi Namu Sira-Sira mencapai 6.350 hektar, yang di perbantukan pada
Dinas PSDA Provinsi Sumatera Utara dan merupakan irigasi lintas Kabupaten
Kota:
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat
a. Desa Namu ukur utara;
b. Desa Pasar VI Kwala Mencirim;
c. Desa Emplasmen Kwala Mencirim;
d. Desa Durian Lingga;
e. Desa Pasar VIII Namu Terasi;
f. DesaPasar IV Namu terasi;
g. Desa Pasar II purwo Binangun;
Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai:
a. Kelurahan Tanah Merah;
b. Kelurahan Bakti Karya;
c. Kelurahan Tanah Seribu;
1. Lokasi Proyek
Areal Proyek Rehabilitasi Namu Sira-Sira berada di Provinsi Sumatera
Utara Kabupaten Langkat dan Kota Binjai dengan jarak 41 km dari Kota
Medan dan 20 km dari Kota Binjai yang terletak pada garis lintang 03˚ 14’
00” garis bujur 97˚ 52’ 00” yang meliputi 4 kecamatan, yaitu:
a. Kec. Sei bingai;
b. Kec. Kaula;
c. Kec. Selesai, dan;
d. Kec. Binjai Selatan;
7
2. Luas Areal proyek
Total luas areal Bendung Namu Sira-Sira ini adalah 6.350 ha, dan dibagi
menjadi 2 yaitu Namu Sira-Sira kanan (4097,5 ha) dan Namu Sira-Sira kiri
(2252.5 ha).
4. Sumber Air
Sungai Bingai melalui bendung Namu Sira-Sira yang di bangun pada
tahun 1982. Bentang bendung 42 m dengan kapasitas pengambilan kiri
1.394 m³/dtk, dan pengambilan kanan 5.999 m³/dtk.
5. Target Pencapaian :
1) Daerah irigasi 6.350 ha;
2) Copping pattern Paddy-paddy / Palawija paddy / Palawija;
3) Cropping intensity 260%;
6. Kronologis Proyek :
a. 1961 : Jaringan Namu Sira-Sira berawal dari irigasi
Nonteknis, pengambilan air dari sungai adalah
dengan free intake;
b. 1974 : Up Grading dilaksanakan dengan dana APBN dan
bantuan para petani meliputi Areal 2700 Ha;
8
c. 1974 – 1982 : SDA Sumatera Utara melaksanakan feasibility
Study, Survey, dan design untuk 6350 Ha;
d. 1982 : Pembangunan Bendung Namu Sira – Sira
termaksud sebagai tanggul banjir, rehabilitasi, dan
saluran irigasi dan bangunannya;
e. 1985 – 1990 : Detail design, pekerjaan konstruksi jaringan
utama, tersier, dan land development;
f. 2006 : Review design oleh PIRIMP (JBIC Loan No.
IP505);
7. Kondisi Saat Ini
Kondisi yang ada saat ini di Bendung Namu Sira-Sira kanan berdasarkan
data pertanian.
8. Jaringan Irigasi
1) Irrigation system : Jaringan irigasi Namu Sira-Sira terdiri dari dua
daerah irigasi, yaitu :
a. Daerah irigasi kiri yang terletak di 3 kecamatan yaitu : Kec. Sei
Bingei, Kec. Kuala, dan Kec. Selesai yang meliputi 2.182 ha
air irigasi dialirkan melalui saluran induk sepanjang 6,93 km,
dan saluran sekunder sepanjang 29,026 km;
9
b. Daerah irigasi kanan terletak di 2 kecamatan yaitu Kec. Sei
Bingei dan Kec Binjai Selatan, yang meliputi areal 4098 ha.
Air irigasi dialirkan melalui saluran induk Namu Sira-Sira
kanan sepanjang 2.648 km dan saluran sekunder 46,759 km;
c. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) : 67 P3A dan 5 Sub
P3A Gabungan;
d. O&P dibiayai oleh pemerintah pusat (APBN) Dep. PU Ditjen
SDA dalam hal ini di TPOP oleh Dinas Pengelolahan Sumber
Daya Air Prov Sumatera Utara;
9. Masalah keadaan existing
1) Bendung dan Kantong Lumpur:
a. Pintu pembilas bendung dan pintu pengambilan tidak berfungsi
dengan baik menyebabkan sedimentasi di depan pintu pengambilan
tidak terkontrol.
2) Saluran Irigasi dan bangunannya:
a. Kapasitas saluran berkurang akibat sedimentasi pada saluran;
b. Tebing saluran pada beberapa lokasi terjadi lonsor;
c. Kerusakan-kerusakan pada lining saluran;
d. Kerusakan pada jalan inspeksi;
e. Kerusakan pada bangunan-bangunan irigasi yang pada umumnya
terjadi pada sayap bangunan, lantai hilir tergerus dan pintu-pintu
banyak yang tidak berfungsi;
10
C. Data Khusus Proyek
11
f. Penjaga Pintu Air : 10 orang;
g. Pekerja Saluran : 6 orang;
D. Organisasi Proyek
12
2. Sekretaris
Sekretaris berada di bawah kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, perencanaan program, administrasi umum, kehumasan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, perlengkapan dan administrasi keuangan,
monitoring, evaluasi serta pelaporan. Penyiapan bahan koordinasi
perencanaan program, administrasi umum dan keuangan:
a. Penyiapan bahan koordinasi administrasi umum dan kepegawaian,
ketatalaksanaan, perlengkapan dan pemeliharaan, hukum dan
kehumasan serta pengaduan masyarakat;
b. Penyiapan bahan koordinasi penyusunan anggaran, perbendaharaan,
verifikasi dan akuntansi keuangan. Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya:
13
3. Bidang Tata Ruang
Bidang Tata Ruang dipimpin oleh seorang Kepada Bidang dengan
kedudukan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas:
14
e. Penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis pembangunan serta pengelolaan sumber daya air baku, rawa dan
pantai;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya;
5. Seksi Irigasi
Penyiapan dan Pengumpulan Bahan Koordinasi, Pembinaan, Pengelolaan,
Pengawasan, Pengendalian Pengembangan Peningkatan Jaringan Irigasi-
irigasi, Informasi Paket Pengadaan Kegiatan, Pengadaan Kegiatan,
Pelaksanaan Kegiatan, Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan
Keuangan, Laporan.
15
16
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Umum
17
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan
air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a) Sistem irigasi permukaan ( surface irrigation system );
b) Sistem irigasi bawah permukaan ( sub surface irrigation system );
c) Sistem irigasi dengan pemancaran ( sprinkle irrigation system );
d) Sistem irigasi dengan tetesan ( trickle irrigation / drip irrigation );
Menurut Bustomi (2000), pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi
oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis
tanaman social ekonomi dan budaya, teknologi ( sebagai masukan sistem irigasi )
serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan. Proses masukan (input) dan
keluaran (output) dapat digambarkan pada Gambar 3.1 dibawah ini:
18
2. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mengatur suhu dari tanah, mencuci
tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui
aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu
daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang
terbawa air, dan lain sebagainya.
a. Air yang dipermukaan tanah, seperti: sungai, danau, waduk, dan mata air;
b. Air hujan yang ditampung dengan waduk lapangan ( embung );
c. Air tanah ( Ground Water );
19
Tabel 2. Kelemahan dan keunggulan cara pengukuran aliran air dan
kelengkapan fasilitas jaringan irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
NO. Teknis Semiteknis Sederhana
Bangunan
Bangunan Bangunan
1 Bangunan Utama permanen atau
Permanen sementara
semi permanen
Kemampuan bangunan
2 dalam mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
Saluran irigasi
Saluran irigasi
Saluran irigasi dan pembuang
dan saluran
3 Jaringan saluran dan pembuang tidak
pembuang jadi
terpisah sepenuhnya
satu
terpisah
Belum
Belum ada
dikembangkan
Dikembangkan jaringan
4 Petak tersier atau densitas
sepenuhnya terpisah yang
bangunan
dikembangkan
tersier jarang
Tinggi 50% - Sedang 40-% - Kurang < 40%
Efisiensi secara
5 60% ( ancar – 50% ( ancar – ( ancar – ancar
keseluruhan
ancar ) ancar ) )
Tak ada Sampai 2.000 Tak lebih dari
6 Ukuran
batasan ha 500 ha
Ada ke seluruh Hanya sebagian Cenderung
7 Jalan usaha tanah
areal areal tidak ada
Ada instansi
yang
Tidak ada O &
8 Kondosi O & P menangani dan Belum teratur
P
dilaksanaka
teratur
Sumber : KP – 01 halaman 7 tabel 1.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
20
1. Sistem Irigasi Sederhana
Adapun ciri – ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah sebagai berikut:
a. Bangunan utamanya adalah bangunan sederhana;
b. Kemampuan mengukur dan mengatur debit air jelek;
c. Jaringan saluran irigasi dan saluran pembuangan menjadi satu;
d. Belum ada jaringan – jaringan irigasi yang dikembangkan;
e. Efisiensi secara keseluruhan lebih kecil dari 40%;
f. Luas daerah yang dialiri tidak lebih dari 500 ha;
21
Gambar 3.2 Jaringan Irigasi Sederhana
Sumber : KP- 01 hal 6 Gambar 1.1 jaringan irigasi sederhana
Sistem irigasi ini, seluruh bangunan yang ada didalam jaringan irigasi
setengah teknis yang maksudnya adalah konstruksinya bisa permanen atau
bisa setengah permanen, hanya tidak dilengkapi pintu air dan alat ukur debit
air.
Untuk pengaturan air cukup dipasang balok sekat saja, sehingga pegaturan
dan pembagian debitnya tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun irigsi ini
dapat ditingkatkan secara bertahap menjadi Sistem Irigasi Teknis. Pada sistem
ini pembangunannya dilakukan oleh Pemerintah Pekerjaan Umum.
22
Adapun ciri – ciri utama dari jaringan irigasi semiteknis antara lain, yaitu:
a. Bangunan utama adalah bangunan setengah permanen;
b. Kemampuan bangunan untuk mengukur dan mengatur debit air cukup
baik;
c. Jaringan saluran irigasi dan saluran pembuangan sepenuhnya tidak
terpisah;
d. Petak – petak tersier belum dikembangkan;
e. Efisiensi secara keseluruhan lebih kecil dari 40 %;
f. Luas tanah yang dialiri sampai 2000 ha;
23
3. Sistem Irigasi Teknis
Sistem irigasi ini, seluruh bangunan yang ada didalam jaringan irigasi
teknis semua konstruksinya permanen dan juga dilengkapi dengan pintu –
pintu air dan alat ukur debit air, dan dimana pembagian airnya bisa diatur dan
bisa diukur yang disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga pembagian atau
pemberian air ke sawah - sawah dilakukan dengan tertib dan merata.
Disamping itu untuk menjamin tidak ada kebanjiran, dibuat jaringan
pembuang tersier, sekunder, dan induk, yang nantinya air tersebut dialirkan
langsung ke sungai. Saluran ini juga akan berfungsi untuk membuang air sisa
pemakaian dari sawah.
Adapun ciri – ciri utama dari jaringan teknis antara lain, yaitu:
a. Bangunan utama adalah bangunan permanen;
b. Kemampuan bangunan dalam mengukur dan mengatur debit air sangat
baik;
c. Jaringan saluran irigasi dan saluran pembuang seluruhnya terpisah;
d. Petak – petak telah dikembangkan secara sepenuhnya;
e. Efisiensi keseluruhan hanya sekitar 40% - 50%;
f. Luas tanah yang dapat dialiri tak ada batasan;
24
Gambar 3.4 Jaringan Irigasi Teknis
Sumber : KP-01 hal 12 Gambar 1.3 Jaringan Irigasi Teknis
25
c. Pembuatan saluran sekunder, termasuk bangunan–bangunan
didalamnya seperti: bangunan bagi sadap, sadap, dan bangunan
pelengkap seperti yang ada pada saluran induk;
d. Pembuatan saluran tersier, termasuk bangunan–bangunan didalamnya,
seperti boks tersier, boks kuarter dan lain-lain;
e. Pembuatan saluran pembuang sekunder dan tersier, termasuk
bangunan gorong pembuang;
1. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil
langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah
disepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan
cara menyadap air dari saluran sekunder.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak disaluran primer atau sekunder. Batas – batas
petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya
saluran drainase. Luas petak sekunder dapat berbeda – beda tergantung pada
kondisi topografi yang bersangkutan.
26
Saluran sekunder pada umunya terletak pada punggung mengairi daerah di
sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran
garis tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih rendah.
3. Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing – masing seluas
kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan
pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah.
Petak tersier sebaiknya mempunyai batas – batas yang jelas, misalnya
jalan, parit, batas desa, dan batas – batas lainnya. Ukuran petak tersier
berpangaruh teerhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang
berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani,
topografi dan jenis tanaman.
D. Bangunan Irigasi
a. Bangunan utama;
b. Bangunan pembawa;
c. Bangunan bagi;
d. Bangunan sadap;
e. Bangunan pengatur muka air;
f. Bangunan pembuang dan penguras;
g. Bangunan pelengkap;
27
1. Bangunan Utama
a. Bendung
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk
meninggikan muka air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan
agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Bendung
gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat
dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan
ditutup apabila aliran kecil.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai.
c. Pengambilan dari waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu
terjadi surplus air disungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi
kekurangan air. Jadi, fungsi utama dari waduk adalah untuk mengatur
aliran sungai.
d. Stasius pompa.
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila
upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan
untuk dilakukan, baik dari segi teknis maupun ekonomis. Salah satu
karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal
yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang
sangat besar.
28
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Termasuk dalam
bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan
nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Dibangunan pembawa mempunyai 2 jenis aliran, antara lain sebagai
berikut:
a. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran superkritis diperlukan di tempat –
tempat, dimana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan
maksimum saluran.
b. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis
Bangunan pembawa dengan aliran subkritis diperlukan di tempat –
tempat, dimana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan
minimum saluran.
Berikut ini adalah penjelasan singkat berbagai saluran yang ada dalam
suatu sistem irigasi:
29
saluran tersier tersebut. Batas akhir dari saluran tersier adalah
bangunan boks tersier terakhir;
d. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak – petak sawah yang dilayani oleh saluran kuarter
tersebut. Batas akhir dari saluran kuarter adalah bangunan boks
terakhir;
3. Bangunan Bagi
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder, dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan
bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umunnya mempunyai 3
bagian utama, yaitu:
30
4. Bangunan Pengukur dan Pengatur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan. Berikut dibawah ini tabel 3 beberapa jenis dari alat ukur debit:
31
a. Di hulu saluran primer
Untuk aliran bedar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengukuran
dan pintu sorong atau radial untuk pengatur.
b. Dibangunan bagi / dibangunan sadap sekunder
Pintu Romijn dan pintu Crumpe – de Gruyter dipakai untuk mengukur
dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang
lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai seperti untuk
saluran primer.
c. Bangunan sadap tersier
Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau
jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur Crumpe – de
Gruyter. Di petak – petak tersier kecil di sepanjang saluran primer
dengan tinggi muka air yang bervariasi, dapat dipertimbangkan untuk
memakai bangunan sadap pipa sederhana.
5. Bangunan Sadap
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau saluran
sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan
bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran dibangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas – batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat member informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan.
32
6. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan pengatur muka air berfungsi sebagai mengatur/mengontrol
muka air dijaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat disetel
atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel di anjurkan
untuk menggunakan pintu (sorong, radial, atau lainnya).
33
8. Bangunan Pelengkap.
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat sebagai sarana
pendukung dan pelengkap saluran irigasi. Ada beberapa bangunan pelengkap
salah satunya adalah bangunan silang. Bangunan silang terdiri dari beberapa
tipe bangunan antara lain:
a. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran
air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya
(biasanya saluran), bawah jalan, atau dibawah tanah. Jenis aliran di
dalam gorong-gorong pada umumnya adalah aliran bebas (subkritis).
b. Talang
Talang Bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi yang
lewat diatas saluran lainnya, sungai atau cekungan, dan jalan, Jenis
aliran di dalam talang pada umumnya adalah aliran bebas (subkritis).
c. Sipon
Sipon adalah bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi
dengan menggunakan grafitasi melalui bagian bawah saluran
pembuang, cekung, anak sungai atau sungai. Siphon juga dipakai
untuk melewati air di bawah jalan-jalan kereta api atau bangunan-
bangunan yang lain. Siphon merupakan saluran tutup yang
direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat
dipengaruhi oleh tinggi tekan.
d. Got miring
Got Miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dan
umumnya mengikuti medan alamiah. Bangunan air ini berfungsi
mengalirkan air yang dibuat jika trase saluran melewati medan dengan
kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang
besar.
34
e. Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan yang dimaksud adalah jalan inspeksi dan jalan petani yang
diperlukan untuk kegiatan inspeksi, eksploitasi, pemeliharaan jaringan
irigasi dan pembuang,dan kegiatan masyarakat petani sehari-hari.
Jembatan dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi
diseberang saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan
inspeksi dengan jalan umum.
E. Kemiringan Saluran
35