Anda di halaman 1dari 13

PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN, DAN

PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA

OLEH:

EVA HARMA
1113201614

PROGRAM STUDY
KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI


2012
PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT KUSTA

PENDAHULUAN

Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit yang menular tetapi mempunyai inkubasi
yang lama. Secara epidemiologi penyakit kusta tidak begitu diperhatikan karena tidak semua
medis dan paramedis sering terpapar dengan informasi tentang penyakit kusta, tanda dan
gejalanya, cara penularan dan masa inkubasi yang lama sehingga gejala awal dari penyakit
kusta sulit diketahui.
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang
sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang
dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial
sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari
penderita. Sebagai akibat dari masalah- masalah tersebut akan mempunyai efek atau
pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat
mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada
kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan
masyarakat.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit,
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut
sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta
adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah nasional kesehatan
masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan
permasalahan yang ditimbulkan sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari
segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan
sosial.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian
besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit
pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I). Adapun sistem
pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992, pengobatan dengan
kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya, sehingga menimbulkan
keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada
keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan
periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak
menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat diobati,
penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan
yang salah ini penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini
dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus
diantara penyakit- penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia (rasa
takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab
penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut
pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia

A. Defenisisi Kusta

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushta yang berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen,sesuai dengan
nama yang menemukan kusta yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1872
sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen (Zulkifli, 2003)
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang sifatnya menahun dan
disebabkan oleh adanya kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan
organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta merupakan salah satu
penyakit tropis yang masih menjadi suatu masalah kesehatan di dunia, khususnya di Negara-
negara berkembang seperti Indonesia.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan
pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk, baju
dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari
dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta peningkatan
hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan.

B. Klasifikasi Tipe Kusta


Penyakit kusta terdiri dari bermacam-macam tipe, berikut klasifikasi kusta menurut Ridley
Jopling (Dirjen PPM & PLP, 1998)
1. Kusta tipe interminate (I)
2. Kusta tipe tuberkuloid (TT)
3. Kusta tipe Borderline
4. Kusta Borderline Tuberculoid (BT)
5. Kusta Borderline (BB)

C. Gejala Penyakit
Bakteri penyebab kusta memiliki kemampuan yang lambat dalam menginkubasi, maka gejala
tidak akan muncul pada 1 tahun setelah seseorang terinfeksi bakteri ini. Rata-rata gejala akan
muncul pada kurun waktu 5 th – 7 th
Tanda-tanda dari penyakit kusta secara umum:
1.Lesi di kulit, adanya bercak tipis seperti panu pada badan/ tubuh manusia. Bercak putih ini
mulanya hanya sedikit tetapi lama-lama akan melebar dan banyak.
(warna kulit lebih terang dari yang normal seperti panu)
2. Mati rasa
(kulit yang berada di sekitar lesi menjadi kaku dan mati rasa yang disebabkan karena
kerusakan saraf tepi)
3. Kaku otot
(disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang otot, sehingga menyebabkan otot kaku)
4. Ada bagian tubuh yang tidak berkeringat karena kelenjar keringat tidak kerja sehingga
kulit menjadi tipis dan mengkilap.
5. Rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka. Muka berbenjol-benjol dan
tegang disebut Facies Leomina( Muka Singa)
6. Alis mata rontok.

Gejala –gejala umum pada lepra/Kusta:


1. Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil
2. Anoreksia
3. Nausea, kadang-kadang vomitus
4. Chepalgia
5. Kadang-kadang disertai iritasi
6. Kadang-kadang disertai dengan nephrosis, nepritis, hepatomegali
7. Neuritis.

D. Cara Penularan
Cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi sebuah tanda tanya, yang
diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yaitu selaput lendir hidung,
tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta melalui:

1. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering,
diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam (2-7hari)
2. Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya dibawah umur 25 tahun karena anak-anak lebih
peka daripada orang dewasa, keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun
makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang.
3. Kontak dekat dan penularan dari udara (droplet)
4. Faktor tidak cukup gizi
5. Kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat dalam jangka waktu yang
lama
6. Lewat luka
7. Saluran pernafasan/ inhalasi
8. Air susu ibu (kuman kusta dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat
dan air susu).

E. Penyebab penyakit
Penyakit kusta disebabkan oleh suatu jenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae yang
ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen. Kuman penyebab penyakit ini berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-8µ dan lebar 0,2-0,5µ yang biasanya hidup dalam sel secara
berkelompok membentuk blobus atau ada yang tersebar satu-satu serta memiliki sifat tahan
asam (BTA) karena tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap
dekolorisasi oleh asam atau alkohol.
F. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan
pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk, baju
dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari
dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta peningkatan
hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan

G. Peran Keluarga Dalam Usaha Pencegahan Penyakit


Keluarga adalah: Sekumpulan orang yang memiliki hubungan melalui ikatan perkawinan,
adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya,
perkembangan fisik, mental dan sosial serta emosional dari tiap anggota keluarga. Peranan
keluarga dalam mencegah penyakit kusta antara lain:

1. Peningkatkan hygiene sanitasi lingkungan sekitar rumah untuk menekan timbulnya


bibit penyakit, dari lingkungan keluarga yang sehat maka kemungkinan timbulnya
penyakit akan semakin kecil
2. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang empat sehat lima sempurna sebagai awal
perlindungan diri dari bibit penyakit
3. Keluarga sebagai motivator yang berperan penting secara psikologis apabila salah
satu anggota keluarga sedang sakit agar dapat pulih kembali seperti semula
4. Pendidikan kesehatan dalam keluarga merupakan tingkatan awal dalam mencegah
penyakit
5. Keluarga yang sehat mandiri ialah keluarga yang dapat mencegah, mendeteksi secara
dini dan menyelesaikan masalah kesehatannya sendiri yang timbul dalam
keluarganya.

H. Pencegahan Penyakit
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan
bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan
menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadifaktor pengobatan adalah
amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak
salah satu peranan penyuluhan kesehatankepada penderita untuk menganjurkan kepada
penderita untuk berobat secara teratur.

Terdapat 3 tingkat tahapan pencegahan penyakit yaitu: Primary prevention, Secondary


prevention dan Tertiary prevention
1. Primary prevention
a. Health promotion
1. Pendidikan kesehatan pada masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan mengenai
ciri, sebab, gejala, pencegahan serta pengobatannya agar masyarakat mengenali gejala
penyakit penyakit kusta
2. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan
3. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna sebagai awal perlindungan
diri dari bibit penyakit
4. Menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari kemungkinan timbulnya bakteri
penyebab kusta

b. Specific protection
1. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan yaitu dengan menjaga kebersihan badan
dan anggota tubuh lainnya.
2. Vaksin, namun Hingga saat ini belum ada vaksin untuk penyakit kusta, hanya
mengandalkan kekuatan imunitas dari masing-masing individu. Dengan memakan
banyak sayuran dan buah yang mangandung antioksidan sehingga dapat memperkuat
immunitas tubuh.
3. Perlindungan terhadap cedera/luka agar kuman kusta tidak dapat dengan mudah
masuk ke dalam tubuh pejamu
4. Membatasi diri kontak langsung dengan orang yang menderita kusta dalam waktu
yang cukup lama.

2. Secondary prevention
a. Early Diagnosis
1. Memeriksakan ke pelayanan kesehatan apabila ada tanda atau gejala penyakit kusta
seperti adanya lesi/bercak putih yang menyerupai panu agar mendapatkan penanganan
yang tepat
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
3. Bila sudah terdiagnosa penyakit kusta, maka penderita harus rutin melakukan
pengobatan. Pengobatan dilakukan secara cepat dan tepat agar tidak menjadi semakin
parah

b. Disability Limitation
1. Pengobatan pada penderita kusta secara tepat dan adekuat. Pengobatan dilakukan
secara rutin selama 6 bulan sampai 2 tahun agar tuntas dan kuman kusta tidak terdapat
lagi dalam tubuh penderita
2. Pengobatan yang adekuat agar tidak menimbulkan kecacatan pada penderita. Penyakit
kusta dapat menyebabkan kecacatan tubuh seperti kehilangannya kaki-tangan dari
penderita

3. Tertiary Prevention
Rehabilitation
1. Penggunaan protesa extrimitas/kaki-tangan palsu agar penderita kusta dapat
beraktifitas seperti sedia kala dan tidak bergantung pada orang lain serta dapat hidup
mandiri
2. Psikoterapi: rehabilitasi kejiwaan agar penderita tidak depresi karena penyakit yang
dideritanya dan bisa bergabung dalam kelompoknya seperti semula. Tujuan dari
psikoterapi ini ialah agar penderita lebih percaya diri dan sehat yang membuat
masyarakat yang berada di sekelilingnya dapat menerimanya kembali
3. Dukungan dari keluarga sangat penting dalam mengembalikan kepercayaan diri
penderita.

I.Pengobatan Penyakit Kusta

Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 di Indonesia,
memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatan mono terapi ini sering
mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkan

oleh karena :

! Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra reaksi
! Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita makan obat
tidak teratur

Selain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan penderita kusta dapat menggunakan


Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan
kulit yarlg bersisik).

Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT sesuai dengan peraturan maka ia akan
menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT
dan dianggap sudah sembuh.

Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus :

1. Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secara teliti.

* Semua bercak masih nampak.

* Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.

* Semua syaraf yang masih tebal.

* Semua cacat yang masih ada.

2. Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita langsung
dinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar).

3. Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register.

Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi penjelasan
tentang arti dan maksud RFT, yaitu :

- Pengobatan telah selesai.

- Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampai luka.

- Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaan

ulang.
Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai
penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup24-48 jam dan ada yang
berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut.
Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar
matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.

Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat
menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh
kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar
petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta
kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :

a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta

b. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta c. Enam dari
tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain

d. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur

e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik

MASALAH-MASALAH YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT KUSTA

Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami trauma
psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut :

a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.

b.Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya menderita
penyakit kusta

c.Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk


keluarganya.

d.Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh terhadap
penyakitnya.

Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara lain:
1. Masalah terhadap diri penderita kusta

Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap
penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena
sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobatkarena malu, apatis, karena
kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan
dsb).

2. Masalah Terhadap Keluarga.

Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan
tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya, berusaha
menyembunyikan penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan
penderita dari keluarga karena takut ketularan.

3. Masalah Terhadap Masyarakat.

Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama,
sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat
diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis danmenyebabkan kecacatan. Sebagai
akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk
diterima di tengah-terigahmasyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa
takut dan menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya
diasingkan.

PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA

Penanggulangan penyakit kusta telah banyak diderigar dimana-mana dengan maksud


mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan
percaya diri.

Metode penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan dan pengobatan, metode
rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan
metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan
masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
KEGIATAN PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA

Kegiatan untuk memberantas penyakit tersebut yaitu:


1. Penemuan penderita
a. Penemuan penderita secara pasif( suka rela)
b. Penemuan secara aktif( pemeriksaan kontak serumah dan tetangga/
lingkungan, pemeriksaan anak sekolah, chasesurvey,rapid village survey,
survey khusus, dll
2. Pengobatan penderita
3. Pembinaan pengobatan(case holding)
4. Pencegahan cacat dan perawatan diri.
5. Pencatatan dan pelaporan.
6. Penyuluhan kesehatan dan penggerakan peran serta
7. Manajemen logistik.

Strategi:

1.MDT dilaksanakan secara intensif maupun eksentif

2Meningkatkan peran serta organisasi swasta

3.Meningkatkan peran serta sektor dan kerja sama lintas program

4.Meningkatkan kemampuan serta ketrampilan petugas yang bertanggung jawab.

KESIMPULAN

Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang sulit diketahui awal penyakitnya, maka
para medis dan medis hendaknya perlu informasi yang lebih banyak tentang penyakit kusta
ini. Agar terhindar dari penyakit kusta ini perlu dilakukan pencegahan penyakit dengan tiga
tahap pencegahan penyakit yaitu primary prevention, secondary prevention, tertiery
pervention.

Penderita penyakit kusta bisa sembuh dengan melakukan pencegahan dan pengobatan yang
teratur.
Penderita kusta tidak perlu dijauhi karena dukungan masyarakat perlu untuk usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit tersebut.

SARAN

Agar penularan penyakit kusta ini dapat diatasi dan tidak menyebar ke masyarakat
disarankan:

1.Petugas kesehatan lebih sering melakukan penyuluhan tentang penyakit kusta dan
menjelaskan bagaimana melakukan pencegahan terhadap penularan penyakit kusta.

2.Kepada penderita kusta agar melakukan pengobatan yang teratur dan sungguh-sungguh
sehingga mengurangi kecacatan akibat penyakit kusta.

3.Jangan hindari penderita kusta karena akan menambah rasa rendah diri merasa tekan batin
dan takutbterhadap penyakitnnya akan mengakibatkan kecacatan.

DAFTAR PUSTAKA:

-http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare,2004.
-www.medicalencyclopedia/leprosy/healthtopics, 2008
-www.leprosytoday.org, 2008

Anda mungkin juga menyukai