B[r[$1fi3
Sitnah Aisyah Marasabessy
B"nAHAILMU
Itr:";- rroiirisiJmia.Tiirur - !t
ffiffiv7^'r
sitnah Aisyah Marasabessy
PENJADWALAI{ PRODUKSI Bll*IA SLAB' oteh
Hak CiPta O 2015 Pada Penulis
lElcneHa
l-
tl,uu
Fiko Jambusari 7A Yoryakarta 55283 id
i;6, dtil-s asssa ; r"; oC t i -aago sz ; E-mail : inf@grahailmu' co'
lhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala rahmat dan hidayah
yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku dengan judul
Penjadwalan Produksi Baja Slab.
Buku ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan dalam rangka penyelesaian
studi 52. Penyusunan buku ini dimaksudkan sebagai referensi bagi praktisi, dan akademisi,
khususnya bidang Teknik lndustri mengenai implementasi penjadwalan produksi dalam industri
baja, yang merupakan industri hulu dengan berbagai produk yang bermanfaat bagi manusia di
hampir segala bidang kehidupan. Meski buku ini tidak secara lengkap menjelaskan mengenai teori,
konsep, dan model-model penjadwalan, tetapi secara kontekstual memaparkan tentang salah satu
bentuk aplikasi penjadwalan dalam sebuah sistem produksi yang bersifat kompleks dan multi-
objektif. Buku ini juga secara metodologis mengurai langkah-langkah atau metodologi yang biasa
diterapkan dalam bidang Teknik Industri.
Buku ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan-kekurangan
tersebut, penulis berharap bermanfaat bagi pengembangan industri baja nasional dan pe-
ngembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Teknik lndustri.
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI v!l
DAFTAR GAMBAR IX
DAFTAR TABEL xt
DAFTAR SINGKATAN xilt
BAB I PENDAHULUAN 1
97
BAB V PENUTUP
97
5.1 Formalisasi Model Usulan 9B
5.2 ProsPektus
99
DAFTAR PUSTAKA
101
DAFTAR ISTILAH
105
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rangkaian Operasi pada Hot Strip Mitt
(HSM) 1o7
Lampiran 2 perhitungan Penalti Total Perbedaan Dimensi slab untuk Pengujian Numerik 19?
dan Left Capacity untuk 111
Lampiran 3 eerhitunlan Penalti Total Perbedaan De/ivery Time
Pengujian Numerik
113
Lampiran 4 Contoh Perhitungan
Lampiran 5 FungsiMinimasiPenaltiTotaldenganJumlahOrderl0slabl29
131
perhitungan Fungsi Minimasi Penalti Total dengan Jumlah order 20 slab
Lampiran 6
perhitungan Fungsi Minimasi Penalti Total dengan Jumlah Batch 1
133
Lampiran 7
perhitungan Fungsi Minimasi Penalti Total dengan Jumlah Batch 2
135
Lampiran B
Lampiran 9 PengaruhPerubahanSekuenTerhadapNilaiFungsiTujuanl3T
Lampiran 10 fenlaruh perubahan
139
Posisi Antarbatch Terhadap Fungsi Tujuan
Lampiran 11 penlaruh perubahan Sekuen S/ab Terhadap Penalti PerbedaanDimensi 141
Penalti Delivery Time 143
Lampiran
'12 eenlaruh Perubahan Posisi S/ab Antarbatch Terhadap
Lampiran 13 penlaruh Perubahan Posisi S/ab Antarbatch Terhadap Penalti LeftCapacity 145
147
Lampiran 14 Foto-foto Proses Produksi S/ab
-oo0oo-
DAFTAR GAMBAR
-oo0oo-
DAFTAR TABEL
90
Tabel 4.8 Hasil Skenario 6 90
Tabel 4.9 Hasil Skenario 7 91
Tabel 4.10 Hasil Skenario B 109
untuk Pengujian Numerik
Tabel 1.2 perhitungan Penalti Total Perbedaan Dimensi Slab
111
Tabel 1.3 PerhitunganPenaltiTotalPerbedaanDe/iveryTimedanLeftCapacity
untuk Pengujian Numerik 129
dengan Jumlah Order 10 Slab
Tabel 1.5 Fungsi Minimasi Penalti Total 131
Tabel 1.6 PerhitunganFungsiMinimasiPenaltiTotaldenganJumlahorder20slab 133
Tabel 1.7 PerhitunganFungsiMinimasiPenaltiTotaldenganJumlahBatchl 135
Penalti Total dengan Jumlah Batch
2
Tabel L.B Perhitungan Fungsi Minimasi 137
Tuiuan
pungaruf, perubahan Sekuen Terhadap Nilai Fungsi
Tabel 1.9 Tuiuan 139
e"nlrrun Posisi Antarbatch Terhadap Fungsi
Perubahan
Tabel 1.10 141
Tabel 1.11 PengaruhPerubahanSekuenSlabTerhadapPenaltiPerbedaanDimensi Time 143
Penalti Delivery
Tabel 1.12 pengaruh Perubahan Posisi slab Antarbatch Terhadap
Penalti Left capacity 145
Tabel L'13 pengaruh Perubahan Posisi Slab Antarbatch Terhadap
-oo0oo-
DAFTAR SINGKATAN
-oo0oo-
BAB I
PENDAHULUAN
(3lrl satu permasalahan kritis dalam produksi baja adalah penjadwalan, dan penjadwalan pada
r-,lkegiatan produksi baja telah dikenal sebagai sebuah permasalahan yang sulit (Cowlirrg
and
Rezig [2000]; Tang, et al.[2OO2]; Cowling t20031). penjadwalan produksi baja melibatkan
berbagai
proses dengan teknologi yang kompleks, yaitu pada setiap proses memiliki
banyak pembatas yang
cenderung saling bertentangan antara satu proses dengan proses yang lain sebelum
dihasilkannya
sebuah produk akhir.
Secara umum, industri baja menghasilkan dua ben-tuk produk setengah jadi, yaitu
s/ab dan
billet. S/ab digunakan dalam produksi baja lembaran untuk kebutuhan konstruksi kapal, pipa,
bangunan, konstruksi Llmum, aplikasi bagian dalam dan luar kendaraan bermotor, kaleng, peralatan
rumah tangga, dan sebagainya. Sementara billet digunakan dalam produksi batang kawat
untuk
aplikasi senar piano, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain. Buku ini memaparkan
tentang
sistem dan proses produksi slab karena dibandingkan dengan bentuk produk baja yang
lain seperti
billet, slab mempunyai tahapan proses yang lebih dominan dan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keseluruhan proses produksi baja. Proses produksi s/ab terdiri atas proses peleburan
(steelmaking), pencetakan (casting), pemotongan, penyimpanan
sementara (piling), pemanasan
ulang (reheating), pengerolan (rolling), dan penyelesaian akhir (finishing). peleburan, pencetakan,
dan pemotongan dilakukan di Continuous Caster (CC). Penyimpanan sementara s/ab dilakukan di
SlabYard (SY), pgrrrasan ulang di Reheat Furnace (RF), serta proses pengerolan dan penyelesaian
akhir dilakukan dalam Hot Strip Mil/ (HSM).
Sistem produksi s/ab mesti mempertimbangkan adanya production push yang mengharuskan
pencetakan semua baja cair meniadi s/ab, sebab baja cair tidak dapat
disimpan, dan production
pul/ yaitu kualifikasi produk akhir di HSM harus sesuai dengan permintaan konsumen.
Jumlah
produksi s/ab di CC sangat ditentukan oleh status persediaan di Sy, serta permintaan
dari RF dan
HSM' Persediaan di SY harus memenuhi persyaratan produksi yang dibutuhkan oleh RF
dan HSM.
Penjodwolan Produksi Baja Slob
RF memproses s/ab berdasarkan kualifikasi yang ditentukan oleh HSM. Meski antar satu proses
dengan proses lain saling berhubungan, namun masing-masing memiliki fungsi tujuan dan
pembatas yang berbeda. Operasi pada setiap mesin dilaksanakan untuk mencapai fungsi tujuan
dari masing-masing mesin, dan seringkali fungsi-fungsi tujuan tersebut saling bertentangan satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan sinkronisasi penjadwalan produksi untuk meng-
hasilkan sequencing dan batching yang memaksimalkan utilisasi di setiap tahap, memaksimalkan
fungsi tujuan terintegrasi di keempat tahap, sekaligus meminimalkan konflik tujuan antara ke empat
tahap tersebut.
Metode-metode yang terdapat pada berbagai literatur mengenai penjadwalan produksi baja
didominasi oleh penjadwalan pada CC, SY, RF, maupun HSM secara terpisah, seperti pada
Bellabdaoui dan Teghem [2005], Dohn dan Clausen [2008], Mathirajan, et.al l20O7l, dan Zhao,
et.a/ [2008]. Metode-metode tersebut belum menghasilkan alat atau perangkat yang efektif untuk
memenuhi berbagai persyaratan yang dibutuhkan di dalam suatu lingkungan real-world dari
produksi baja. Bellabdaoui dan Teghem t20051 mengajukan sebuah model perencanaan CC
dengan kriteria minimasi total completion tirne. Dohn dan Clausen [2008] membuat sebuah
metode penjadwalan yang terdiri dari perencanaan SY dan penjadwalan Crane SY. Penjadwalan
untuk RF dibuat oleh Mathirajan, Chandru, dan Sivakumar L2OO7\ dengan kriteria maksimasi
utilisasi. Untuk penjadwalan di RM, Zhao, Wang, Liu, Wang, dan Shi [2008] mengajukan sebuah
metode penjadwalan dengan kriteria maksimasi unit capacity dan minimasi biaya penalti. Belum
ada riset yang secara khusus meneliti proses penjadwalan terintegrasi untuk CC, SY, RF, dan RM.
Carcia l1gg7l sudah mulai secara eksplisit membuat penjadwalan untuk RF dan di HSM, walau
tidak menjadwalkan CC dan SY. Sementara Wang dan Tang t2008l sudah memasukkan parameter-
parameter CC dan SY dalam pembatasnya.
Secara lebih spesifik, terdapat beberapa kesulitan dalam penjadwalan produksi baja yaitu:
2. Ketidaklayakan atau tidak maksimalnya jadwal yang telah dibuat akibat terjadinya konflik
antara tujuan penjadwalan pada satu proses dengan tujuan penjadwalan pada proses lainnya.
Pendahuluan
3. Kesulitan pelaksanaan maintenance dan rekonfigurasi problem yang muncul di lantai produksi.
4. Tingginya biaya handling material pada steelmaking.
Dengan berbagai kesulitan tersebut, dibutuhkan suatu model penjadwalan produksi s/ab
yang mengintegrasikan CC, SY, RF, dan HSM (RM) serta memberikan hasil yang maksimal.
Pembahasan di dalam buku ini diorientasikan pada model penjadwalan produksi yang
mengintegrasikan penjadwalan di Continuous Caster, Slab Yard, Reheat Furnace, dan Hot Strip
Mill.
Dengan berbagai kompleksitas dan batasan yang ada pada sebuah sistem produksi baja, buku
ini ditujukan untuk:
1. Memberikan deskripsi spesifik mengenai situasi sistem produksi slab baja dengan berbagai
tujuan dan batasannya
2. Memberikan identifikasi terhadap parameter-parameter yang terlibat dalam penjadwalan
produksi slab baja
3. Menghasilkan sebuah model penjadwalan terintegrasi pada CC, SY, RF, dan RM untuk
meminimalkan penalti total.
Untuk melakukan pengembangan model, perlu ditetapkair beberapa batasan, yaitu:
1. Sistem yang menjadi obyek utama pembahasan adalah sebuah sistem produksi baja, yang
dalam hal ini produksi s/ab
2. Produk yang menjadi obyek pengembangan model penjadwalan produksinya adalah slablkoil.
3. Sumber daya mesin yang menjadi obyek penjadwalan adalah Continuous Caster (CC), Slab
Yard (SY), Reheat Furnace (RF), dan Rotling Mil/ (RM).
4. Penjadwalan dimulai dari proses peleburan slab, penyimpanan sementara, pemanasan ulang,
hingga pengerolan.
Mengingat sistem penjadwalan dengan begitu banyak komponen-komponen yang bersifat tak
pasti, buku ini menetapkan beberapa asumsi berikut:
-oo0oo-
a
BAB II
2.I BAJA
2.1.1 Definisi Baja
Baja merupakan logam perpaduan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon (C) sebagai unsur
paduan utamanya. Komposisi karbon di dalam baja adalah berkisar O,2 olo sampai 2,1 olo berat yang
disesuaikan dengan grade-nya. Karbon tersebut berfungsi sebagai unsur pengerasan dengan men-
cegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai
baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan
cangkul. Baja karbon adalah baja dengan kandungan karbon lebih kecil dari 1,7 %, sedangkan besi
kadar karbonnya lebih besar dari 1.7 'lo. Selain karbon, baja juga mengandung unsur-unsur lain
yang dapat memengaruhi sifat baja. Penambahan unsur-unsur dalam baja karbon dengan satu unsur
atau lebih, tergantung dari pada karakteristik baja karbon yang akan dibuat. Unsur-unsur yang
terdapat di dalam baja yaitu: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen,
nitrogen dan aluminium. Untuk membedakan karakteristik antara berbagai jenis baja, maka
ditambahkan unsur-unsur lain antara lain: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium,
vanadium dan niobium. Variasi perpaduan kandungan unsur-unsur baja akan menentukan jenis
kualitas baja. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness)
dan kekuatan tariknya (tensi/e strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
men urunkan keuletann ya (ducti I ity).
Baja dapat diklasifikasikan menurut komposisi, proses, bentuk produk, struktur mikro, dan
kegunaannya. Berdasarkan klasifikasi-klasifikasi tersebut, maka berikut adalah jenis-jenis baja
berdasarkan masing-masi ng klasifi kasi :
1. Berdasarkan komposisi: Baja karbon , Baja paduan rendah, Baja tahan karat
2. Berdasarkan proses pembuatan: Tanur baja terbuka, Dapur listrik, Proses oksidasi dasar
Penjadwalon Produksi Bajo Slob
Blaat furnace
Qokq oyen
f,oll.r pt3 lron
Baslc orvoon furnaca
Elsctrlg
arc ftIrnace
lleuid rtqrl
Rolllnq mlll
thmt ln sorh
Produksi baja melalui beberapa fasilitas produksi yaitu B/ast Furnace (BF), Basic
Oxigen
Furnace (BoF) dan E/ectric Arc Furnace (EAF), instalasi Metalurgi Laddle, Continuous
Caster, SIab
Penjadwalan Produksi Baja Slab
Yard, Reheat Furnace, dan Rolling/Finishing Mill. Adapun aliran material dalam produksi baja
dapat dilihat pada Cambar 2.2.
r
i
n
I
s
h
i
n
c
Bijih besi, kokas, gas dan kapur, dicampur di BF untuk menghasilkan besi cair, sementara
besi tua (scrap) dimasukkan ke EAF. Besi cair ditambah gas dan scrap dilebur dalam fasilitas
metalurgi laddle menjadi baja cair yang kemudian dicetak menjadi slab. Slab-.s/ab yang diproduksi
akan diproses lebih lanjut di HSM, Section Mill, dan Tube Mill menjadi berbagai produk akhir.
Selain dengan BF, pembuatan besi kasar (pig iron) dapat pula
dilakukan dengan metode
reduksi langsung (direct reduction). Di dalam proru, reduksi
langsung ini, bijih besi direaksikan
dengan gas alam sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan
besi spons. Besi spons
kemudian diolah lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang
bernama dapur listrik (E/ectric Arc
Furnace). Di sini besi spons akan dicampur dengan lresi tua (scrap),dan
paduan fero untuk diubah
menjadi batangan baja, biasa disebut biltet.
dan panjang 10-20 m dan digunakan untuk membuat produk-produk plat, dan sebagainya. Bloom
dan billet memiliki dimensi tebal dan lebar yang lebih kecil dan digunakan untuk membuat
produk-produk seperti pipa.
Bloom Billet
Baja cair yang diproduksi dalam satuan heat yang umumnya memiliki ukuran tetap untuk
pabrik tertentu (Misalnya 300 ton), dan setiap heat menghasilkan sejumlah s/ab (sebuah heat
dengan kapasitas 300 ton dapat menghasilkan 16 slab) di dalam CC, dan semua hasil cetakan slab
akan memiliki grade yang sama. Pada CC, /adle diangkat dengan sebuah crane ke sebuah turret
yang memiliki /adle kosong pada posisi berlawanan'lB0 derajat. Ladle yang penuh berputardi atas
cetakan sementara /adle yang kosong kembali ke tempat pembuatan baja. Sebuah mulut pipa dari
bahan keramik dan sebuah gerbang luncur dipasang pada dasar ladle" Ladle tersebut dibuka dan
baja cair kemudian mengalir ke dalam tundish. Tundish mampu menampung bertonton baja cair
dan bertindak sebagai buffer antara ladle baja dan mesin pencetak (casting machine), yang me-
mungkinkan proses pencetakan berlangsung secara terus menerus dari ladle yang datang secara
berurutan. Baja cair mengalir dari tundish melalui sebuah saluran ke dalam cetakan stasioner
tembaga yang berpendingin air, mendinginkannya, kemudian menggerakkannya ke depan. Strand
yang baru selesai dicetak dengan hati-hati disemprot dan didinginkan dengan air. Strand tersebut
juga harus disanggah oleh rol-rol di semua sisinya hingga benar-benardingin. Refractory Liningdan
pipa saluran pada tundish memiliki umur yang terbatas dan harus diganti setelah beberapa heat.
Order-order yang akan dicetak harus dikelompokkan dalam beberapa heat lot, karena baja cair
disuplai ke mesin casting dengan menggunakan ladle dan setiap /adle memuat t heat penuh
dengan grade tertentu. Terdapat beberapa grade tertentu yang memiliki derajat kompatibilitas dan
dapat dicetak secara berurutan, sehingga memungkinkan s/ab yang dihasilkan memiliki beberapa
paduan komposisi kimia. Beberapa gradejuga mengakibatkan baja dengan grade teftentu lebih aus
daripada baja lainnya. Selain itu kelebaran dari masing-masing order juga harus dipertimbangkan
dalam proses pengelompokkan untuk memastikan bahwa transisi-transisi dimensi dapat di-
akomodasi dalam sekuen pencetakan. Cetakan s/ab biasanya mempunyai kelebaran yang dapat
disesuaikan dan dapat diperlebar secara gradual selama proses casting sebuah range order dengan
dimensi yang berbeda-beda. Secara umum, kelebaran cetakan akan berkurang, sedangkan sekuen
order dicetak menurut potensi masalah yang berhubungan dengan pelebaran dari lebar yang
Sistem Penjodwolan produksi Boja
11
sejumlah operasi yang bertugas memastikan produk agar sesuai dengan spesifikasi dimensi akhir,
penyelesaian permukaan, sifat-sifat mekanis, dan coating yang diinginkan konsumen. Co/d Rolling
dilakukan untuk membentuk produk hingga memiliki dimensi tertentu, memiliki penyelesaian
permukaan yang lebih baik, atau memperbaiki sifat-sifat mekanis.
01.) Slab roller table 09) Roughing train 'I7.) Coil weighting machine
02.) Deburring device 10.) Crop shear
18.) Walking beam conveyer
03.) Reheating furnace No. 5, walking beam furnace I 1.) High-pressure water desca!ing 1 9.) V-plate conveyer
04.) Reheating furnace No.4, pusher-type furnace 1 2 ) Finishing train 20.) Shear for cropping and sampling
05.) Reheatini furnace No. 3, pushertype furnace 1 3 ) Runout tabldstrip cooling 21.) Outer coil binding
06.) Waste gai heat recovery furnaces 3, 4, 5 14 ) Downcoilers
22.) Binding through the coil eye
07.) High-pressure water descaling
"
1 5 ) Transverse transport of coils
'l 23.) Finished coil weighting machine
08.) Sizingpress 6.1 Longitudinal transport of coils
Liquid rtsel
Ligrid ckt!
f"
uqtr -
,,,d a:'#'
.iiq
.
ffi
Hot Strry Mitl
SY berperan sebagai sebuah linkyang mengintegrasikan CC dan HSM. Sebagai contoh, jika
HSM sedang rusak, selain menghentikan produksi, maka CC dapat terus memproduksi s/ab selama
perawatan/perbaikan HSM.
2.3.1 Definisi
secara umum, masalah penjadwalan dikarakterisasi oreh tiga set: set T :
{Tr, Tz,...,Tn) dari n task,
set P : {Pt, P2,...,P,) dari m prosesor (mesin) p, dan set R : (Rr, Re,".., R,) dari s tipe sumber-
14 Penjodwalan Produksi Baja Slob
Proses ada yang parallel, yaitu menjalankan fungsi-fungsi yang sama, atau dedicated, yaitu
khusus untuk melaksanakan task tertentu. Tiga jenis mesin paralel dibedakan menurut ke-
cepatannya. ika semua mesin dari B memiliki kecepatan pemrosesan task yang sama, maka mesin
.f
itu adalah identik. Apabila mesin-mesin yang ada memiliki kecepatan yang berbeda, tetapi
kecepatan bi dari setiap mesin adalah konstan dan tidak tergantung pada task di T, maka disebut
uniform. Apabila kecepatan mesin tergantung pada task yang diproses, maka disebut unrelated.
Untuk mesin yang dedicated, ada tiga model pemrosesan task: flow shop, open shop, dan 1ob
shop. Untuk menjelaskan ketiga model ini, diasumsikan bahwa beberapa task membentuk n subset
(disebut rantai atau /chain dalam kasus f/ow shop dan job shop), setiap subset disebut job. lobli
dibagi dalam task ni, Tri, Tzi, ..., Tnii, dan dua task yang berurutan diproses pada mesin-mesin yang
berbeda. Satu set iob dinyatakan dengan /. Pada open shop jumlah task adalah sama untuk setiap
job dan sama dengan m, yaituni : tn, i : 1,2, ..., fr.
Tii harus diproses pada Pr, Tzi pada Pz, dan seterusnya. Situasi yang sama juga terjadi di flow
shop, tetapi dengan tambahan, bahwa pemrosesan li-r; harus mendahului Tii untuk semua i :
1, ...,
ni dan untuk semua i : l,2, ..., n. Pada sistem 1ob shop umumnya jumlah ni berubah-ubah.
Biasanya dalam sistem tersebut, diasumsikan bahwa buffer antara mesin-mesin mempunyai
kapasitas yang terbatas dan sebuah lob setelah penyelesian pada satu mesin harus menunggu
sebelum pemrosesannya dimulai di mesin berikutnya. )ika buffer-buffer tersebut memiliki kapasitas
nol, maka iob-iob tidak dapat menunggu antara dua mesin yang berurutan, sehingga diasumsikan
dengan karakteristi k no-wait.
,,, =,l'::{p,,, _
(2.1)
r,_,,,}
Dengan mempertimbangkan contoh tiga
iob tiga mesin sebagai ilustrasi. processing times
ditetapkan sebagai matriks Tii, yang menghasilkan sebuah matriks
delay asimetris Dii:
I[e"hi.es
3
a
I
Tiue
du=l &r-t
Pada forrnulasi tersebut, selain total jumlah waktu proses, delay yang terdapat pada mesin 1
Untuk satu sekuen di Continuous Caster (CC) 1, satu sekuen di Continuous Caster (CC) 2,
dan sebuah kondisi awal (kondisi BOF dan CC), dibuat sebuah perencanaan serta penjadwalan
untuk memaksimasi produktifitas dengan memenuhi semua pembatas.
Notasi
i indeks charge sekuen CC 1, ie {1, 2, ..., nr\, di mana nr adalah jumlah total charge untuk
CCl
i indeks charge sekuen CC 2, i. {'1,2, ..., nz\, di mana nzadalah jumlah total charge untuk
CC2
k indeks CV, ke {1,2 \
rnt indeks posisi charge dalam CV 1 , mre {1,2, ..., M,\
m2 indeks posisi charge dalam CV 2, mze {1,2, ..., Mz\
Dengan
Mr:Mz:(r,r+nr)12
Dan jika jumlah total charge adalah ganjil, maka:
Variabel Keputusan
Variabel Biner
zi.k,. = {t,1ika charge idiproses diCV k dalam posisi m
0, jika sebaliknya
untuk i : 1,..., t1r) m : 1,..., M,,jikak : 1 dan m : 1,.... Mrjikak : 2
Pembatas
\r,,r,^,
m1
*Zr,,r,^,
frz=
=1 vi, Q.4\
M1 M,
l.r',,r,^,*\z'i,2,*,=1 vi,
mr='l mz=1
(2.5)
Pembatas Q'q) dan (2.5) berarti bahwa setiap charge dapat diproses
hanya pada satu mesin
CVl atau CV2 dan hanya pada satu posisi m.
' )1 r
il
.,,*%ii*:j.3_:+
r*-
18 Penjadwalan Produksi Baja Slab
fr,,u,* +f z',,0,* = 1
(2.6)
i='l
Ym=1,...,M, if k=1,
Vm = 1,..., M, ff k=2,
zt,t,ttz\,r,.,=1.
pembatas (2.6) menyatakan bahwa untuk CV k dan untuk posisi m, suatu charge yang unik
dapat diproses dan hanya charge i 1 atau chargei : :
1 yang dapat menempati posisi pertama di
cvl.
21 + 1,1,r + 1 < fr,,r,^, + fz,,,^,
ll11 mz=1
z
f ,'i,,,*, *f (2.e)
i+t,t,r+.r = mt=l mz=1 '',,r*,
(2.10)
vl = 1,.'.... ,fr, -1, Yr =1,...,M2.
pembatas (2.9) dan (2.10) adalah sama dengan pembatas (2.7) dan (2.8) untuk charge i+ 1 .
M1
tvl1
Pembatas (2.25) dan (2.26) mendefenisikan interval waktu dimulainya charge pertama di
sebuah mesin CC:
Ukuran Model Mixed lnteger Linear Programming Model; dengan formulasi ini, diperoleh (nr
+ nz)* (nr + nz + 4) variabel:
tn, + nz)2 variabel biner,
4 * (nr + nz) variabel kontinyu
(nr .+ nz)2 + 7 * (nr + n;)+ 2 pembatas
Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan model adalah meminimasi total completion time dari semlla sekuen yang ada seperti
pada Persam aan (2.24) yang didefenisikan sebagai berikut:
Obyek dari Model Dohn dan Clausen adalah untuk meminimasi maksimum tardiness (delay).
Alasan untuk ini adalah sebagai berikut: misalnya semua s/ab meninggalkan SlabYard dalam suatu
horison penjadwalan. Ketika sebuah s/ab tidak dipindahkan ke meja roller table sebelum Aim
Leave Time-nya, maka akan menyebabkan terjadnya delay dalam produksi. Apabila proses
produksi tersebut tidak langsung menghentikan de/ay tersebut (s/ab tidak segera diproses), maka
slab-slab yang berikutnya akan nrembutuhkan waktu yang lebih Iama daripada jangka waktu yang
telah ditentukan untuk slab-slab tersebut. Lebih jauh lagi, hal ini menyebabkan produksi akan di-
delay, jika s/ab-s/ab tersebut juga mengalami de/ay. Slab yang paling lama di-de/ay menentukan
kualitas dari solusi penjadwalan.
Operasi
Sebuah operasi di S/ab Yard mengandung beberapa informasi:
Slab : slab yang diangkut
Tujuan : tumpukan dimana s/ab tersebut ditempatkan pada posisi teratas.
Prioritas : seberapa penting untuk memasukkan operasi ini ke schedu/e akhir
Kriteria Kelayakan
Agar sebuah solusi perencanaan layak, maka dibutuhkan beberapa kriteria yaitu:
Sistem Penjadwalon produksi Bajo
21
Kriteria Pengujian
Beberapa kriteria pengujian digunakan untuk melihat kualitas dari sebuah perencanaan, yaitu:
Set
ieI Tumpukan
ial Slab
f*e I slab-stab dengan satu due date dalam horison penjadwalan saat ini
22 Penjadwalon Produksi Bajo Slab
Parameter
i dipindahkan
t,=t [t, slabo,sebaliknya
, : [,, slab dengan due dat lebih awal ada dibawah slab i diakhir hari
bi
L o, sebaliknya
Model
Pembatas untuk model ini menggambarkan posisi setiap s/ab dalam satu tumpukan.
Iri,=l vj Q'29)
i
\*,,<d vi (2.30)
i
Vr
ffi i = 1- ,,,1 (2.31 )
x,,train=o vi (2.35)
xii 1 ; berarti:
- slab i tidak dijadwalkan, sehingga dikenakan penalti pii pada fungsi tujuan.
- panjang w tidak di-roll
xii 0 ; berarti:
- slab i dijadwalkan
- panjang widi-roll, sehingga y menunjukkan panjang yang tidak di-ro//, sehingga
adalah panjang yang di-ro//.
Z*;Z*,*,,:
ieN ieN
panjang yang di-ro//
Fungsi Tujuan
Yang menjadi fungsi tujuan adalah minimasi penalti total untuk slab-slab yang dijadwalkan di
dalam sekuen tertentu.
Model Matematika
Dengan formulasi tersebut, maka HSMPSP dapat dimodelkan sebagai berikut:
tvtinlLr,,*, (2.36)
i=1 i=1
Dengan pembatas:
t
= I wixii< l,J Q.3g)
per:oleh
f*,*,,< U. Batasan ini ditunjukkan dalam persamaan (2.3g)dan dapat diinterpretasikan
i=1
sebagai sebuah limitasi terhadap jumlah slab dalam sebuah product btock atau /ine-up. pembatas
(2.41)-(2.44) adalah pembatas-pembatas yang tidak dapat diformulasikan dalam bentuk matematis.
Pada bagian berikutnya dari penelitiannya, Garcia mengembangkan sebuah simulator untuk
RF. Tujuan utama dari pengembangan simulator ini adalah untuk mendapatkan sebuah metode
yang efisien untuk mengevaluasi sekuen atau batch produksi yang berbeda-beda. Simulator ini juga
digunakan untuk memvalidasi model matematika yang dibangun. Simulator ini mempertimbangkan
sembilan kejadian yaitu:
1. S/ab dimasukkan ke RF 1
2. S/ab dimasukkan ke RF 2
3. Slab'berjalan' di RF1
4. S/ab 'berjalan'di RF2
5. S/ab dikeluarkan dari RF1
6. S/ab dikeluarkan dari RF2
7. S/ab diproses di RM
B. S/ab diproses di FM
9. Akhir simulasi
Parameter
N serangkaian koil, N : {0,1 ,2,...,fr|, di mana 0 menunjukkan koil dummy. Dua koil
yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i, j).
V serangkaian turnyangdihasilkan, V :{J ,2,...,fr}, di mana m adalah bilangan tetap.
Tc waktu yang dibutuhkan untuk mengganti working roller.
26 Penjodwolan Produksi Baja Slob
Penalti
d,1,,, penalti untuk perbedaan stee/ grade untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu turn
) -^ _ [o,1ika slab i dan i memiliki steel grade yang sama
uY/ii - fw,, jika sebaliknya
i,ieN
dbii penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu turn
fo,lika slab i dan i memilikilebar yang sama
,^ -,1w, jikao<bibj <61
"": 1w,jika o < u,b, < ofr
Ioo, sebaliknya
ds,, penalti pergantian ketebalan untuk s/ab i dan iyang berdekatan dalam satu turn
[0, jika slab i dan i memiliki tebal yang sama
as,: ]wo,iika o. ls
g,l. q
[co, sebaliknya
di mana 69menunjukkan perubahan ketebalan maksimum yang diizinkan
dhii penalti pergantian kekerasan untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu turn
[o,1ika slabii dan i memilikekerasan yang sama
dh,i: jikao? < hi h,l. un
]w, |
[m, sebaliknya
di mana 6n menunjukkan perubahan kekerasan maksimum yang diizinkan
Sistem Penjadwalan Produksi Baja
27
Model Matematika
Pembatas
(2.46)
lv,o < 1,i e N{o}
keV
I=,
keV
(2.47)
(2.48)
I*o* = ,1,k ev
ien(0) ien(0)
(2.4e)
I',,u = I*,,u =Yik'i e N{o}' k eV
uen vEN
( ly,ul,L^uu,,k eV (2.s1)
L.in
ieN
(2.s2)
Zl,*1,< L, +(1-yi*)M,i e N{o}.k e v
jes i*
(2.s3)
b, -bi< r;(1 -x,,u)M,ie N{0},k e V
k ev} (2.s4)
b, - b, < 6o'fr - *,,uN,i e N{0,
(2.ss)
lh, - h,l - *,n N,, .N{o},k e v
. ,n * (,
jadwalan CC dan HSM untuk mencapai performansi yang lebih baik dalam produksi baja
modern.
7. Penjadwalan terintegrasi bertujuan pada sinkronisasi tahapan-tahapan produksi yang berbeda
yang tidak hanya memperhitungkan batasan-batasan produksi dalam setiap tahap, namun juga
batasan-batasan dalam downstream stages.
B. Penjadwalan produksi baja yang terintegrasi dapat memperbaiki permesinan yang capital-
intensive, memperpendek waiting-time antara operasi, mengurangi konsumsi material dan
energi, inventori yang banyak dan mahal, serta memotong biaya produksi (cheng et a/. [1998];
Cowling dan Rezig [2000]; Tang, er al.l2OOOl; Tang, er a/. t20011).
9. Penjadwalan koil pada HSM adalah untuk mencapai tujuan maksimisasi kualitas produk,
maksimisasi produktivitas, dan maksimisasi on-time delivery, dengan batasan-batasan:
a. Roller harus diganti pada interval reguler. Rolling dibagi menjadi beberapa sekuen yang
disebut dari turns dengan panjang yang terbatas. Unit penjadwalan pada HSM adalah turn.
b. Harus ada lompatan yang perlahan (smooth iumps) dalam lebar dan gauge antara koil
dalam sebuah turn. Perubahan yang perlahan ini dibutuhkan karena RM dan FM harus
menyesuaikan tekanan yang diberikan pada setiap slab.
c. On-time delivery. Pilihan penjadwalan koil di dalam turn tidak hanya tergantung pada
sifat-sifat teknis, namun juga pertimbangan-pertimbangan komersial, khususnya due date
dari koil.
-oo0oo0-
BAB III
3. Uji Numerik
Pengujian numerik digunakan untuk melihat prilaku dan karakteristik model. pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh ke dalam model.
34 Penjadwalan Produksi Baja SIab
4. Verifikasi Model
Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model sesuai dengan logika
diagram alur. Kalimat sederhananya, apakah ada kesalahan dalam program? (Hoover dan Perry
tl9B9l); verifikasi adalah pemeriksaan apakah model bekerja sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, verifikasi terdiri dari:
1) Pemeriksaan parameter-parameter model dan konsistensi dari semua dimensi persamaan di
dalam model.
2) Periksa untuk keluaran yang masuk akal
5. Validasi Model
Validasi model bermanfaat untuk melihat prilaku model pada berbagai kondisi atau perubahan
parameter dan variabel. Validasi ini dilakukan dengan implementasi beberapa skenario yang terdiri
dari:
6. Analisis Model
Analisis model dilakukan terhadap hasil dan solusi yang diperoleh dari hasil uji coba. Tujuan dari
analisis model adalah untuk melihat perilaku model dalam penjadwalan CC, SY, RF, dan RM.
H(
-rrrr.+,
dl
Rahrrt tuinaca
(Rrl r
/ ,o, Fcllrttl
Osnthsour
Crlfi
f sirinl MrI
f rnhEnSMill
ifMI
Prara
lFlrll
tsiP,
Rlbrtch Fwarre
(nfl I
1. Bellabdaoui dan Teghem [2004], yang mengembangkan model penjadwalan untuk Baslc
Oxygen Furnace atau Converter (C\4, Refining Stand (R5), dan CC dengan kriteria minimasi
total completion time.
2. Dohn dan Clausen [2008] mengembangkan model penjadwalan 5Y dengan membagi metode
penjadwalan dalam dua bagian yaitu perencanaan SYdan penjadwalan Crane.
3. Carcia l'19971 mengembangkan model untuk masalah penjadwalan produksi HSM atau Hot
Strip Mill Production Scheduling Problem (HSMpSp) dan pemodelan matematika untuk RF.
Dalam HSMPSP, Carcia menggunakan variabel-variabel yang menentukan sekuen setiap slab
dan mengenakan penalti untuk pelanggaran pembatas-pembatas model.
4. Wang dan Tang [2008], yang mengembangkan model untuk sequencing dan batching pada
pengerolan di RM dengan kriteria minimasi total cost penalties.
36 Penjadwalan Produksi Bajo Slab
Tabel 3.1. menun.iukkan posisi dari model yang diusulkan terhadap dasar-dasar model tadi.
Tabel 3.1 Posisi Penelitian
Flow mesin Tahap 1, dengan mesin tahap 1 mesin mesin Tahap 1,2, 4,
Shop 1 mesin Tahap proses identik pada dan 2 mesin Tahap 3
2,2 mesin penumpukan Tahap 1 dan
Tahap 3 dan pe- 1 mesin
ngangkutan Tahap 2
pada tabel tersebut terlihat bahrva model usulan memiliki perbedaan dengan model-model
sebelumnya baik dalam proses yang menjadi obyek literatur, kategori penjadwalan, kriteria
performansi hingga tipe flow shop yang diterapkan. Jika Model Bellabdaoui dan Teghem [2004],
Model Dohn dan Clausen [2008], Model Garcia 119971, dan Model Wang dan Tang [2008]
memodelkan jadwal produksi CC, SY, RF, dan RM secara terpisah-pisah untuk satu horison waktu,
maka model usulan mencoba untuk menjadwalkan keempat tahap tersebut dalam satu model
penjadwalan. Untuk kategori penjadwalan, semua model dasar tersebut melakukan sequenclng dan
batching produksi slablkoil pada tahap proses yang berbeda-beda. Sementara, model usulan
melakukan sequencing dan barching untuk slab-slab pada keempat tahap dalam satu model.
penelitian ini mengadopsi metode penjadwalan Wang dan Tang t2008l yang menggunakan total
cost penalties sebagai kriteria performansinya, dan merangkaikan semua proses produksi slab baia
mulai dari saat peleburan dan pencetakan s/ab, hingga pengerolan slab menjadi koil.
Variabel Keputusan
Variabel Biner
7
Li'k'm _ fl, iifa benar ch arge i diproses di CV k dalam posisi m
-
lo,;it, sebaliknya
untuk i : 1,..., t1r) m : 1,..., M,,jikak : 1 dan m : 1,.... Mrjikak : 2
Parameter
[or; oz](resp.t9,; Frl) : segmen variasi xr(3) (resp. yi(3)) startin g time dari charge pertama pada
CC/ (resp. CC 2)
[p,"',p1")(resp.[gi('),ql''J) r segmen variasi pi(3) (resp. qi(3)) variabel processing time dari charge i
(resp. il pada CC / (resp. CC 2)
Dr (resp. Dz) : waktu tinggal maksimal charge antara akhir CV dan awal CCl(resp.
CC2)
Pembatas
Pembatas (3.1)-(3.4) menjamin bahwa untuk dua operasi yang berurutan pada charge yang
sama, operasi kedua pada charge hanya dapat dimulai ketika operasi sebelumnya selesai dan
charge tersebut telah diangkut ke mesin.
pembatas (3.5) dan (3.6) menjamin kontinyuitas dari semua sekuen pada fase CC. Charge
kedua langsung dimulai pada akhir pemrosesan charge pertama:
pembatas (3.2) dan (3.8) mendefenisikan interval waktu yang dibutuhkan sebuah charge di
mesin CC:
Y',tt -(Y))*p"')3D, vi
(3.10)
Pembatas (3.9) and (3.10) menunjukkan waktu tinggal untuk setiap tipe charge.
(3.12)
0, 3 *\tt s 0,
pembatas (3.11) dan (3.12) mendefenisikan interval waktu dimulainya charge pertama di
sebuah mesin CC.
Semua slab dengan deadline dalam suatu horison penjadwalan diangkut ke tumpukan keluar
(exit stack) dalam urutan yang tepat.
Pemodelan Sistem Produksi Slab
Kriteria Pengujian
Beberapa kriteria pengujian digunakan untuk melihat kualitas dari sebuah perencanaan, yaitu:
Parameter
Variabel
[t,slabidipindahkan
-tt
7.. =1
I O, sebaliknya
lTl . =1[t,slabidipindahkan
' L 0, sebaliknya
_ -J- fl, slab dengan due date lebih awal ada di bawah slab i di akhir hari
o
bi' t I
0, sebaliknya
40 Penjadwalan Produksi Baja Slab
Model
minffciixii*"ZE, (3.1 3)
iii
Pembatas
m,:ffty-xiil Vj (3.16)
vi,ili;;'n*t'" + e (3.1 B)
fi, i + m,,*r,, 2 X i;
x,,train =O Vi (3.20)
Pembatas (3.17) menunjukkan bahwa apabila sebuah s/ab dipindahkan, maka semua slab yang
berada di atas tumpukan juga harus dipindahkan.
Pembatas (3.18) memastikan bahwa s/ab berakhir pada posisi yang salah
pembatas (3.19) menunjukkan bahwa semua s/ab harus dipindahkan ke roller table
Pembatas (3.20) menunjukkan bahwa slab-slab yang masuk harus disimpan terlebih dahulu di ke
5v.
model ini, Carcia mempertimbangkan kebutuhan untuk menjadwalkan slab-slab secara bersamaan
vang mempersyaratkan adanya residence time (RT) yang sama. Di sisi lain, s/ab-s/ab dengan RT
yang singkat (/ast s/abs) harus tetap berada dalam RF lebih lama dari yang diharuskan. Residence
time dari slab i tergantung pada slab terlama yang ada pada RF; sehingga jika dikombinasikan slab-
slab dengan RT yang berbeda (yaitu s/ab yang lebih cepat (residence time lebih singkat) maka akan
mengalami overheated, dan berada dalam RF lebih lama dari yang semestinya, dan hal ini akan
memboroskan energi. Jika slab-slab dengan residence time yang hampir sama dijadwalkan, maka
semua s/ab dalam RFakan berada dalam residence time yang dipersyaratkan (tidak mengalami
overheated).
xii :0;berarti:
- slab i dijadwalkan
- panjang widi-roll, sehingga y menunjukkan panjang yang tidak di-ro//, sehingga
adalah panjang yang di-ro//.
Z*,
ieN
total panjang "yang tersedia"
\w;lw,x,,
ieN ieN
panjang yang di-roll
Batas atas dan batas bawah dari jumlah panjang slab yang dapat di-roll sebelum pergantian
roller, dapat diimplementasikan sebagai: w, S Ii.,r r,-I,.r, iX,i
lw,,yan1 berarti bahwa
panjang total yang di-rollharus berada di antara kedua batas tersebut.
Fungsi Tujuan
Yang menjadi fungsi tujuan adalah minimasi penalti total untuk slab-slab yang dijadwalkan di
dalam sekuen tertentu.
Model Matematika
Dengan formulasi di atas, maka HSMPSP dapat dimodelkan sebagai berikut:
42 Penjadwalan Produksi Baio Slab
*,nffo,,r,, (3.21)
i=l i=1
Dengan pembatas:
i=r
i=1
i=1r....,n (3.22)
i=r
i=l
i ='l ,... ,n (3.23)
(3.2s)
x,, e {o,t} i,i=1,....,n
C(x) adalah tepat satu siklus panjang > 2 (3.26)
demikian diperoleh Batasan ini ditunjukkan dalam persamaan (3'24) dan dapat
f*,*"<tl.
i='l
diinterpretasikan sebagai sebuah limitasi terhadap jumlah s/ab dalam sebuah product b/ock atau
line-up. Pembatas (3.26)-$.29) adalah pembatas-pembatas yang tidak dapat diformulasikan dalam
bentuk matematis.
Pada RF, ada delapan kejadian yang dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:
Baja cair yang dimuat oleh /adle mengandung 1 grade tertentu, kemudian dituangkan ke dalam
tundish. Dari tundish baja cair tersebut dituangkan ke cetakan yang kelebarannya dapat disesuaikan
dengan order. Setelah melalui proses pencetakan, pada bagian akhir, strand kemudian dipotong-
potong menjadi beberapa s/ab (Cambar 3.2),
hlltrt*n sr*el
pr.rured irrto----
the tundish
S/ab dari CC, kemudian dibawa oleh crane ke tempat penyimpanan sementara yang disebut 5/ab
Yard (SY. Crane menempatkan slab-slab tersebut dalam tumpukantumpukan. Slab-slab tersebut
berada di SY hingga dibutuhkan untuk diproses di RF. S/ab dipindahkan ke area RF juga dengan
bantuan crane (Cambar 3.4 dan 3.5).
Raihvay trsd
(tncorning rlabsi
lrowx4columns
aF*"-'.*'.*
Roller Table
IOr.rtgoing s]abr]
SY memiliki beberapa crane yang beroperasi secara terus menerus untuk memindahkan slab.
Pemindahan tersebut meliputi: pemindahan slab dari CC ke tumpukan di SY dan pemindahan s/ab
dari SY ke area RF. Satu tumpukan terdiri dari 16-20 slab dengan range panjang, lebar, dan grade
yang sama. Jika s/ab yang ditumpuk lebih dari batas maksimum, maka s/ab-slab yang berada di
bagian bawah berpotensi rusak atau tumpukan tersebut akan roboh. Sementara dalam satu
tumpukan, urutan penyimpanan slab juga harus memperhatikan perbedaan dimensi agar tidak
melebihi batas maksimum dan minimum yang diizinkan. Karena slab di SY harus memenuhi
persyaratan proses pada RF, maka perbedaan dimensi antar s/ab dalam satu tumpukan seharusnya
Penjadwolon Produksi Boja Slab
46
Reheat Funxe
Jumlah siab yang dapat dipanaskan oleh sebuah RF tergantung pada dimensi RF. Demikian
juga dengan dimensi s/ab. Pada saat dimasukkan ke RF, Panjang
s/ab tidak boleh melebihi lebar
internal RF, yaitu 12 m, dan juga tidak terlalu pendek sehingga akan terdapat ruang kosong yang
akan menyebabkan overheat dan pemborosan energi. Jumlah slab yang dipanaskan ulang di RF
juga tidak boleh melebihi panjang efektif RF yang mencapai 45
m. Lama waktu pemanasan ulang
s/ab tergantung pada 4 karakteristik slab: tebal, grade, temperatu r charging, dan temperatui
discharging. Dengan kata lain, setiap s/ab memiliki waktu proses (residence time) serta ,kecepatan
slab'yang tergantung pada dimensi s/ab tersebut. Kecepatan I batch s/ab dalam sekali pemanasan
ulang adalah kecepatan dari s/ab dengan residence time atau processing time paling singkat
di
dalam batch tersebut, sehingga jika ada s/ab-slab Iain dengan selisih residence tlme yang lebih
lama maka akan menyebabkan slab-slab tersebut tidak cukup panas untuk di-roll. Di sisi lain,
ketika
pemanasan dilakukan mengikuti residence time slab-slab yang lebih lama,
maka s/ab-s/ab dengan
residence time terkecil mengalami overheat hingga melampaui temperatur discharging,
dan juga
temperatur pengerolanyang dibutuhkan. Dengan demikian, slab-slab yang dimasukkan dalam l
batch harus memiliki range dimensi yang sama, serta pada saat yang sama utilisasi RF juga
maksimal.
Dalam 1 batch reheating terjadi perbedaan dimensi tebal, grade, temperatu r charging, dan
temperatur discharging s/ab melebihi batas maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan.
Dalam 1 batch reheating terjadi perbedaan completion time dengan delivery time melebihi
batas maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan.
Dalam l batch reheating terjadi perbedaan pemakaian kapasitas RF melebihi batas maksimum
dan minimum yang diizinkan.
3.3.5.4 Rolling Mill
Setelah dipanaskan ulang di RF, s/ab harus segera dimasukkan ke HSM. Operasi pengerolan terdiri
dari 2 sesi yaitu sesi primer (primary Operation) dan sesi penyelesaian (Finishing Operation).
Operasi primer memproduksi produk-produk baja dari bahan mentah dan operasi penyelesian yang
mengontrol spesifikasi akhir agar sesuai dengan order. Operasi primer dilakukan di Roughin g miit
yang mempunyai serangkaian rolling stand yang mengurangi ketebalan s/ab. pada Cambar
3.8.
terlihat bahwa setiap rolling stand terdiri dari dua pasang roller: work roller dan backup roller.
Work roller menggunakan tekanan secara langsung ke baja slab panas, sementara backup roller
menggunakan tekanan pada work rol/er untuk mengulur panjang baja. S/ab panas tersebut
seringkali harus melewati roller, maju dan mundur beberapa kali. Setiap kali melewati roller,
bentuk dan dimensi baja tersebut berubah secara gradual hingga mencapai dimensi teftentu
untuk
dapat menghasilkan koil-koil baja dengan dimensi dan sifat-sifat mekanis yang diinginkan. pada
operasi penyelesaian (finishing mil/) ketebalan s/ab tersebut dikurangi hingga ketebalan
1 .39 dan
6.19 milimeter. Sesudah itu, slab yang sudah menjadi strip baja dikirim ke coiler untuk
menghasilkan koil baja.
48 Penjadwolan Produksi Boia Slab
slab
a
Coller
Finishing Mill
Roughing Mill
Sumber: Carcia (l997)
Work roller melakukan kontak langsung dengan lembaran baja panas dan roller tersebut.iuga
cepat panas karena tekanan dan temperatur. Karena terjadi aus dan retak, maka work
roller diganti
dalam interval tetap dan proses pengerolan dibagi dalam shift di mana
jumlah s/ab per shift
terbatas. Apabila rol/er tidak sering diganti, maka rol/er yang aus dan retak akan
merusak dua s/ab
yang di-ro// berurutan sehingga menyebabkan kualitas koil menurun. Harga rol/er sendiri mahal
serta time /ost dalam produski akibat penggantian roller juga mahal, sehingga
perlu me-
kualitas koil
maksimalkan throughpr-rt antara 2 pergantian roller dengan tetap mempertahankan
(dalam industri disebut
yang dihasilkan. Sekuen slab yang di-ro// dalam shifr tertentu disebut batch
program atau turn atau product btock). order di mana koil-koil diproses secara bersama dalam
satu
Deskripsi dari berbagai proses dan parameter yang terlibat pada CC, SY, RF, dan RM adalah
seperti pada Tabel 3.2.
Slab dicetak
Slab ditumpuk/
Slab dipotong
Slab disimpan
Slab di-ro//ing
Slab dipanaskan
Slab di-finishing
ulang
Slab di-coillng
o
tr99
P -
f
tr
6;s c
=o o o19 o 6
d
!6q 6 o
o 60
)z
q)
6
o
o-
6
+q
!
E loE
:& EEE
d 6 Mo
u ^" io
AJ
Lts
.-E ._o
e 6E g3
E=* tsbEE
OJ E
o
!!o o,: o o o,:
LJV
!!
FESE€E€ EEEE€EEE€
E
G
(s a
o-
,t LO
:
-^oet!tb.*
:u
^"
EE!
s sepg
u e",q@s.:99p
EE
= H3 BI h E.q-6 r.=
a.) C A,
E E.q-6 ts
q.) EL !!; E.q-6
c F !-o c F = =.9 =*
!EFSEEE€El
(!
{
6 -9e80 -9eCe !EESE€E€ rrl
(|0
6 E
o-
GI O
CB
OG
Gtr
c
o o
N
G
E J?
o
@
6
o N
6e O N
o 6
l N
o a
V u
-o 3o c
oo 6
(^
G
p!
-=6
4.-
Ca - do oE
rq
q
6C
oA
E> t.9
.Y ';!; - d<
i.E
6=
e.! Ho @-
Bo oY c;
o60i ood= *=+ii GA
c;
o_ 6
5r qo
*9 tr
a.) 6 .ld 6ti !E
6O
ic=@
L q_
o c EtZ-
o fc
cP :E
S=
o_ J
o
+ S*
=ad<o
iio=cxT 3
lE =6
<i
fG
o- o 9EES:
E
-Y E
d
E E t @
AJ
o
o ,TE 6
(\t
aa L o
o
=
E F
o 6
? AE f - a
r
-a
(g
E6
d =s
c
o E =
=
FEHE
,:,i s _:
!
a
@
6 c @
6
u
c u
'E
Eo =o
d E d
3.3.5 PengembanganModel
3.3.6.1 ldentifikasi Parameter, Variabel Keputusan, dan Penalti
Parameter-parameter tersebut adalah input yang menentukan besar kecilnya nilai penalti. Secara
ringkas, parameter-parameter yang digunakan dalam model ini sebagaimana pada Tabel 3.2.
1. Continuous Caster
Model penjadwalan CC dapat ditetapkan sebagai penjadwalan n slab dengan variasi grade, lebar,
dan bobot, hingga jumlah m heat minimum dengan kapasitas yang identik untuk meminimasi
earliness dan tardiness dari penalti delivery time. Penjadwalan tersebut juga harus menjamin
bahwa bobot total dari semua slab dalam satu heat tidak melebihi kapasitas maksimum, dan tidak
ada heat yang menghasilkan slab dengan lebar dan grade yang tidak sesuai. Semua heat memiliki
kapasitas yang sama, dan slab dari setiap heat yang diproduksi untuk persediaan (made to stock),
akan lebih sulit untuk terjual.
Berdasarkan penjelasan pada Bagian 3.3.5.1, maka proses pada CC beserta parameter-
parameter yang berperan dapat didefenisikan sebagai berikut:
Parameter
t/v jumlah batch yangdihasilkan, V: {1,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
N jumlah s/abyang dihasilkan per batch (slab), N : {0,1 ,2,...,n\, di mana 0 menunjukkan
slab dummy.
w serangkaian penalti
Kmaks volume maksimum dalam satu batch di CC
K-i, volume minimum dalam satu batch di CC
vi bobot s/ab i
tPi steel grade slab i
Ii: panjang slab i
bi lebar s/ab i
Oi
D' ketebalan s/ab i
Tr waktu yang dibutuhkan untuk mengganti tundish
&,i delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
du, i delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i
Penalti
dbii : penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan iyang berdekatan dalam satu batch
O, j i kasl abi d an j mem i I i ki lebary angs am a
w, . b, - b, <6;
jikaO
6bii =
wr, jikaO . b, - b, <5;
a, jikasebaliknya
Cii penalti transisi untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam 1 batch
dbii
Penjadwalan Produksi Baia Slob
Dalam sistem riilnya, untuk sekali pemanasan (1 batch), grade dan lebar slab-slab yang
dihasilkan adalah sama. Dengan demikian, maka penalti perbedaan dimensi dalam penjadwalan
terjadi karena kesalahan posisi sebuah slab pada sebuah batch'
Auxiliary Variabel
Di : penalti untuk earliness of delivering slab i
: ws x max{dt'- ci,O}
Di : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: w6 x max{ ci- duri,0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
: *'(r"u' -;r'u'')
Variabel Keputusan
2. Slab Yard
Parameter
V jumlah batchyangdihasilkan, y: {1 ,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
N jumlah slabyangdihasilkan perbatch (slab), N : {0,1 ,2,...,n\, di mana0 menunjukkan
(i,j).
slab dummy. Dua slab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge
Pemodelan Sistem Produksi Slob 53
W : serangkaian penalti
Pmaks : jumlah s/abmaksimum dalam satu batch di Sy
Pmin : jumlah s/ab minimum dalam satu batch di Sy
LPi : stee/ grade slab i
li - panjang s/ab i
bi : lebar s/abi
gi : ketebalan s/abi
pi : processing timeslabi
ri : waktu kedatangan s/abi
Tr : lama waktu s/ab berada di Sy
d'' i : delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
Penalti
drlt,, penalti untuk perbedaan steel gradeuntuk s/abi dan iyangberdekatan dalam satu batch
_,t = IlO,jika slab idan imemilikisteelgrade yang sama
tt
dro..
w1, jika sebaliknya
I
i,ieN
dbii : penalti untuk pergantian lebar untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu batch
iit<a slab idan jmemilikilebar yang sama
[0,
* 2, )ikao . bi - b; = ul
' =]
db,,
w.r,iikao. bj-b, 5i
I =
oo, jika sebaliknya
I
dlii : penalti untuk perbedaan panjang untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu batch
Auxiliary Variabel
Dr : penalti untuk earliness of delivering slabi
wo x max{dLri- ci,O}
D'i : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: wz X max{ ci- duri,0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
: w ,(PMM5 -Zy,ug,)
leN
Variabel Keputusan
i,i eN, k ev
ll, iika slab i dipilih untuk disimpan dalam batch
Yip = 1
0, iika sebaliknYa
t
i e N, k ev
[t,1ika batch idiproses sebelum batch j
-'t I
7.. =1
o, jika sebaliknya
i,iev
Bk : start time batchk (k e V)
Ck : completion time batchk(k e V)
ci : completion time slab i(k e V). Untuk slab yang tidak dipilih, maka
ci : cend+ Tl
Formulasi matematis untuk jumlah penalti di SY sebagaimana Persamaan 3.31:
TIi TI TI TiI TI TiI
3. Reheat Furnace
Parameter
V : jumlah batch yang dihasilkan, V: {1,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
N : jumlah s/ab yang dihasilkan per batch (slab), N : {0,1 ,2,...,11\, di mana 0 menunjukkan
slab dummy. Dua slab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i,j).
W : serangkaian penalti
Penalti
dv,i penalti untuk perbedaan steel grade untuk slab i dan i yang berdekatan dalam satu
batch
slab idan jmemilikisteelgrade yang sama
r.tn
-'t'tt=JO,1it<a
I w,, jika sebaliknya
i,jeN
dg,, : penalti pergantian ketebalan untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu batch
*,1 : w o, jikao.lt'Il r,
=
a,iika sebaliknya
Penjadwalan Produksi Baja Slab
di mana 6ra menunjukkan perubahan discha rge temperature maksimum yang diizinkan
C,i : penalti transisi untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam 1 batch
: dpii+ dgii+dT'ii + dP,i
Coi : Cio:0 untuk semua i e N\{0}.
Auxiliary Variabel
Di : penalti untuk earliness of delivering slab i
: Ws X max{dL'i- ci,O}
D'r : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: Wo X max{ cr- du1i,0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
/\
= wzl B^r*, \-,, A I
\ frtikvi )
Variabel Keputusan
fl, iika stab j diproses tepat sete/ah slab i dalam batch k, i*i
x,iu =
t o, jika sebaliknya
i,i e N,k e y
fl, iika slab i dipilih untuk diproses dalam batch k,
/;t =
o, iika sebaliknya
{
4. Rolling Mill
Parameter
V jumlah batch yang dihasilkan, v: {1,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
jumlah s/ab yang dihasilkan per batch (slab), N :
{0,1 ,2,...,n1, di mana 0 menunjukkan
slab dummy. Dua s/ab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i,j).
W serangkaian penalti : {wr,wz,...wzo}
L-aks jumlah panjang s/ab maksimum dalam satu batch di RM
Lmin panjang total maksimum yang diizinkan untuk seksi material pokok dari sebuah batch
L, panjang total maksimum yang diizinkan dari koil yang berdekatan yang mempunyai
lebar yang sama dalam seksi material utama.
LlJi
steel grade slab i
li panjang s/ab i
bi lebar s/abi
gi ketebalan s/ab i
hi kekerasan s/ab i
pi processing time slab i
ri waktu kedatangan s/ab i di RM
Ts waktu yang dibutuhkan untuk mengganti working roller.
To rata-rata statistik waktu proses dari seksi material warm-up.
toi temperatur pengerolan s/abi
tti temperatur finishing slab i
t2i temperatur koiling slab i
dL,i : delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
du 'i : delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i
Penalti
d$,i penalti untuk perbedaan steel grade untuk s/abi dan iyangberdekatan dalam satu batch
, lO, jika slab idan j memiliki steel gradeyang sama
O(D,, = I
t tt
lw.r, iika sebaliknya
iieN
dbii : penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan iyang berdekatan dalam satu batch
dg,, penalti pergantian ketebalan untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu batch
lO, iika slab i dan i memiliki disch arge temperature yanT sama
d,; = wu, iikao. l,i
]
-,il = e'
I oo, sebaliknya
lO,ii*a
slab i dan i memiliki temperatur koiling yang sama
dtl =
]w,,iikao. l,i - ,il= u'
la,sebaliknya
Pemodelan Sistem Produksi Slab 59
='"([-,* -
]'-',)
Variabel Keputusan
Parameter
Penalti
d,lt,i :penalti untuk perbedaan steel grade untuk slab idani yang berdekatan dalam satu batch
iika slab i dan j memilikistee/ grade yang sama
-'t'ii: [0,
rtrn
lw' jika sebaliknya
i,jeN
dbii penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan
iyangberdekatan dalam satu batch
lO,
ii*a i dan i memiliki lebar yang sama
slab
db, =)
w,iikao'b,-b,<61
I w,iika0. b, -b, < 6i
I o, iika sebaliknya
dg,, penalti pergantian ketebalan untuk s/ab i dan yang berdekatan dalam satu batch
i
lO, ii*a
slab i dan j memilikitebalyang sama
dg,i= *o,iikaO.ls, - S,l< 6,
1
I co, sebaliknya
lO, ii*a
slab i dan i memilikikeker asan yang sama
dh,, =1 w,jikao.ln, -h,l=an
I oo, sebaliknya
lO, iit<a
slab i dan j memilikitemperatur yang sama
dti, =1 wu,iikao.lri-,il <4.
[ * , sebaliknya
lO, iika
slab i dan j ntemiliki disch arge temperatur yang sama
dt; = j wu,iikao.l,: -,il a'
=
I m, sebaliknya
=i
I
I co, sebaliknya
Czii penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch tumpukan
drltii+ dlii
Cti penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch pemanasan ulang
dpii+ dgii+dt'ii + dtdii
Ctii penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch pengerolan
dtltii+ dbii+ dgii+dhii +dt1ii +dttii + dt2ii
Coi Cro: 0 untuk semua i e N\{0}.
Auxiliary Variabel
Dri penalti untuk earliness of delivering slab i
wrr x max{dl'l- ci,0}
Dz'i penalti untuk tardiness of delivering slab i
wr+ x max{ ci- du'i,0}
Rrr penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
)
= w ts = -(, --\'LV ,rv,
[K,,,,,, 1
Rzr penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
=w16 =( ,.
-tA, = --t"LY*8t^)
[.r.rr' )
R:r penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
=w17 =[u-,u,-Ir-0,)
R+r penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch di RM
Variabel Keputusan
|l, iika stab i dipro.ses tepat sesudah slab i dalam batch k CCk,* i
X1,', =
1t o ,iikasebaliknya
i ditumpuk dibawah slab i dalam tumpukan k SY, i * i
*',u = fl, iika
slab
t o, iika sebaliknya
fl, iika slab i dipro.ses tepat sesudah slab i dalam batch k RF, i * I
=
',,,^ t o, iika sebaliknya
fl, iika slab i diproses tepat sesudah slab i dalam batch k RM,i *i
Xo,* = 1
t O,iika sebaliknYa
l i,
*,* =
leN, k ev
l"t, iika slab i dipilih untuk diproses dalam batch k
t O, jika sebaliknya
Penjadwalon Produksi Baia Slab
=
^,if Fc.
k=l
Lt
i=0 l=0
l;i
x.lqt
*)'rlfg_
k=l
LLr,,Xr,u
i=0 l=0
2m
* \2> it.,,,*,,,
F=l k=1 i=0 l=0
mn nrflDp
(3.34)
+2.5.t ZC
1 /-t l-l o,,X o,,o *,e"r\lto1, + D2,)y,r, + AuZRrr
k=l i=0 l=0 k=1 i=l k=l
2m
+ t,ix,r + luzlR,_
k=1 F=1 k=1
+ s",iao,
Penjelasan Model
)'t, )uz,7"t, )v, )"s, )"0,luz, ?"a, )"se [0, 1] adalah konstanta awal dengan:
9
Z1' =l
i=0
1;, )'2, )"t, )'+, adalah konstanta awal untuk penalti perbedaan dimensi pada CC, Sy, RF, dan
RM. l"s, adalah konstanta awal untuk penalti perbedaan earliness dan tardine.ss. Sedangkan \rs, ),.0,
)a,lua, l"s, adalah konstanta awal untuk penalti untuk left capacity. Persamaan tersebut juga
menunjukkan bahwa untuk setiap nilai l,r : 1, ie{0,1 ,2,...,9}, akan dihasilkan nilai penalti yang
sesuai dengan parameter-parameter yang ingin diminimalkan penaltinya. Misalkan untuk 7"r : 1,
maka minimasi Penalti Total adalah:
66 Penjadwalan Produksi Bojo Slab
=
^,Lf;:c,,,*,,,0
k=l i=0 i=0
dan seterusnya. Model ini terdiri dari tiga jenis cost yaitu:
mnn
IIIC,,,,,,n
k=] ,=0 i=0
adalah total penalti transisi untuk perbedaan dimensi antar slab dalam setiap batch di CC.
LfLr,,,*,,,r
i=0 i=0
k=1
adalah total penalti untuk perbedaan dimensi antar slab dalam setiap batch di SY'
irt.,,*,,,,
k=l i=0 i=0
adalah total penalti untuk perbedaan dimensi antars/ab dalam setiap batch di RF.
iri..,,,.,,
k=l i=0 i=0
adalah total penalti untuk perbedaan dimensi antar s/ab dalam setiap batch di RM.
Nilai Ctii,Czii, C:r;, dan Cni; tergantung pada parameter-parameter utama yang menjadi input
pada masing-masing tahap. Sebagaimana telah dijelaskan, parameter-parameter utama untuk
perhitungan penalti di CC adalah grade dan lebar, sementara untuk SY adalah grade, lebar, dan
panjang. Hal ini juga berlaku untuk RF dan RM (lihat penjelasan 3.3.5. dan 3.3.7.1). Dengan
demikian, nilai penalti transisi (Cii) untuk setiap tahap berbeda menurut tujuan minimasi penaltinya.
juga
Secara matematis, untuk Nrte,asi, nilai Cri;, Czii, Cti1, dan Caii tetap, karena nilai parameternya
tetap untuk setiap kali running. Sementara xliik, x2iik, x3ijk, x+r;r, adalah variabel bebas yang nilainya
berubah-ubah untuk setiap Nrterasi. Dengan demikian fungsi obyektif minimasi penalti total adalah
mencari kombinasi x1ijk, x2ijk, x3ijk, x4ijk yang menghasilkan fungsi obyektif minimal.
iitr,,
k=1 i=l
+ DZ,)Yi*
adalah total cost penalti untuk earliness dan tardiness terhadap delivery time slab/koili. Drr dan Dzi
adalah variabel tetap yang nilainya ditentukan berdasarkan order sehingga dalam meminimasi
penalti total produksi, yang dicari adalah nilai y yang meminimalkan fungsi obyektif tersebut.
adalah total penalti untuk left capacity. Nilai penalti left capacity untuk setiap tahap berbeda-beda.
Hal ini berhubungan dengan karakteristik setiap mesin dan pembatas-pembatas di setiap tahap
proses (lihat bagian 3.3.5. dan 3.3.7.1). Di antara ketigatujuan tersebut, makayang paling penting
adalah minimasi total penalti transisi untuk dua slab yang berurutan dalam satu batch.
Pembatas-pembatas
ZYo* = m (3.36)
KeV
I*o* =ieN{o}
ien{o}
I*,ru =1,kev (3.37)
(3.s2)
lrl -tll< dJ *(1-xiir )M,i eN{o},k e V
xi* )M,i eN{o},k e v (3. s 3)
l,i -,il < 6! *(1-
(3.s4)
B, SCri+I, + (1-zii)M,i,i eV
Bri l Cri+ I, + (2,, -1)M,i,i eV (3.s5)
(3.s6)
Bri 1 Cr, + (1 - 2,,)M,i, j eV
) ev (3.s7)
Bri Cr, +(z,i -1)M,i,i
(3.s8)
Bri 1 Cr, + (1 - 2,,)M,i,j eV
) eV (3.se)
Bri Cr, + (2,, -1)M ,i , i
Bo, 1 Co, + (- 2,,)M,i, 1 ev (3.60)
) (zii -1)M,i, i eV
+ (3.61)
Boi C o,
(3.62)
Bri 1 Cr, + I, + (1- zii)M,i, i eV
) +T, +(2,, -1)M,i,i eV (3.63)
Bri Cu,
(3.64)
It,ro,u < Bl * To,k eV
ieNe{0}
(3.6s)
Bu - Pi + (1 - xo,)M,i e N{0},k
+To 3 c, eV
(3.66)
Bu +To 2 c, - pi * (Xo;r. -1lM,i e N{0},k eV
(3.67)
r,ac,+(1-x,,u)M,i,ie N{0},k e V
c, < (c, - p, )+ ('l- xiir )M,i,ie N{o},k eV I (3.68)
(3.6e)
c, ) (c, - p, ) + (xiir, -1)M,i,ie N{o},k eV
e{0,1\,i,ie Nrk e V (3.70)
Xtii*,Xziik,xziik,x+iik
(3 '71)
y,u e{0,1},ieN,keV
(3.72)
Z.rii,zzii,z3;i,z+ii,zsii € {0,1\,i,i eV
(3.73)
By,Cx,ci) O,i e N, k eV
pembatas (3.35) menjamin bahwa setiap koil hanya dapat di-ro// sekali. Pembatas (3.36)
menjamin bahwa jumlah batch yangdihasilkan adalah m. Pembatas (3.37) menjamin bahwa setiap
(3.38) adalah
barch yang dimulai dari koil dummy juga diakhiri dengan koil dummy. Pembatas
persamaan yang memastikan kontinyuitas produksi dari setiap batch. Pembatas (3.39) meng-
eliminasi subtur dari setiap batch. Pembatas (3.40) menjamin bahwa volume baja yang dicetak
tidak melebihi kapabilitas produksi. Pembatas (3.41)menjamin bahwa jumlah ketebalan slab-slab
dalam satu tumpukan tidak melebihi batas maksimum ketinggian tumpukan yang diizinkan.
pembatas (3.42) menjamin bahwa jumlah lebar s/ab-s/ab dalam sekali proses pemanasan ulang
tidak melebihi kapabilitas produksi. Pembatas (3.43) menjamin bahwa slab-slab dengan panjang
Pemodelan Sistem Produksi Slab 69
yang sesuai dengan yang ditentukan dari sesi material utama diroll dan tidak melampaui
kapabilitas produksi. Pernbatas {3.44) menjamin bahwa panjang total dari slab yang berdekatan
yang memiliki lebar yang sama pada seksi material utama tidak melampaui batas; dengan M adalah
bilangan yang sangat besar. Pembatas (3.45) dan (3.46) adalah persyaratan untuk perubahan lebar
dari koil yang berdekatan" Pembatas (3.47) sampai (3.53) adalah persyaratan untuk koil yang ber-
dekatan dalam perubahan kekerasan, ketebalan, temperatur charging, temperatur discharging,
temperatur pengerolan, temperatur finishing, dan temperatur koiling. Pembatas (3.54) sampai (3.63)
menjamin bahwa batch yang berdekatan diproses secara sekuensial dan bahwa tidak ada per-
bedaan waktu antara batch-batch tersebut kecuali waktu untuk penggantian tundish dan roller.
Pembatas (3.64) menjamin bahwa s/ab pertama yang disusun dalam seksi material utama dari
setiap batch sudah ada di SY sebelum start time dari seksi material utama. Pembatas (3.65) dan
(3.66) mencrnjukkan start time dari setiap batch sebagai start time dari koil pertama dalam batch
tersebut. Pembatas (3.67) menunjukkan hubungan antara waktu kedatangan (arrival time) dan
waktu penyelesaian (completion time) dari koil yang berdekatan. pembatas (3.6g) dan (3.69) men-
jamin bahwa koil-koil yang berdekatan di-ro// secara sekuensial dan tidak ada waktu menunggu
antara keduanya. Pembatas (3.7O) sampai (3.73) adalah kondisi integralitas dan nonnegatif pada
variabel keputusan.
Set data
gi, fu li,pi,ri, 7!tToin7,t T2iS,W
Sumber: PTKS,2010
72 Penjadwalon Produksi Baja Slab
2000 CM
Jumlah kelebaran maksimum/reheating
Bmaks 1
1000 CM
lumlah kelebaran mi nimum/reheating Bmin 1
11000 m
J umlah panjang maksimum/turn Lmaks
L^in 0000 m
Jumlah paniang minimum/turn
1
0 999 60 100
3 ds,, 1
4 dLlii 0 1
999 3 5
5 dhii 0 1
dtcii 0
,l
999 91 60
6
0 999 92 80
7 dtdii 1
999 27 30
8 dt)ii 0 1
999 30 20
9 dtl ii 0
0 999 BO 40
10 dt2ii
1l Dli
't2 D2i 1
13 Rrt 1
14 Rzt I
r5 R:t 1
16 R.+l 1
Pemodelon Sistem Produksi Slab 73
1 ) Tentukan slab terbaik dari N slab: xr iir,, x2ijk, x3ijk, x+i;r e { 1 0,1 }
2) Hitung ci
- Jika slab i adalah slab yang dipilih untuk diproses di batchk, maka ci : Tr +
pti+p2i+p3i
- Jika slab i adalah slab yang tidak dipilihuntuk diproses di batch k, maka ci :
Cend * Tr + Ts + Tt + pti + p2i + p3i
3) Kembali ke sub algoritma a.1) hingga semua slab telah dijadwalkan dan
diperoleh m batch.
Hasil sub algoritma a) sebagaimana pada Tabel 3.2.
1-2 0 1 0 0 1
2-4 0 1 0 1 1
4-9 1 1 1 0 "l
9-10 1 0 1 0 1
2 3 2 1 5
SIa Xr ijk X2iik X3ijk X4ijk yik
3-5 0 1 0 1 1
'l
5-6 1 1 0 0
6-7 1 0 0 1 1
7-B 0 1 1 1 1
2 3 1 3 5
Dari Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa slab 1,2,4,9, dan 10 dikelompokkan pada Batch 1
sedangkan slab 3,5,6,7, dan B pada Batch 2. Slab-slab dalam satu batch memiliki sekuen yang
berbeda pada setiap tahap. Misalnya pada Tahap 1, slab 2 diproses sebelum slab l, sedangkan
pada Tahap 2, slab 2 diproses tepat setelah slab 'l diproses, dan seterusnya.
74 Penjadwalan Produksi Baja Slab
Langkah 4-7 Perincian perhitungan untuk Langkah ini dapat dilihat pada (Lampiran 1.2)
Perhitungan Penalti perbedaan dimensi antarslab
1-2 0 2 0 0
2-4 0 2 0 4
4-9 1 2 3 0
9-1 0 0 0 3 0
1 6 6 4
Slab Criixriil Cziixziil Csiixsiil C,ri;xri;t
3-5 0 2 0 4
5-6 0 1 0 0
6-7 0 0 0 3
7-8 0 1 3 3
0 4 3 10
Dari tabel 3.8 terlihat bahwa penalti transisi Batch 1 Tahap 1 adalah 1, sedangkan penalti
transisi Batch 2 Tahap 1 adalah 0. Nilai "0" menunjukkan bahwa perbedaan dimensi antarslab
dalam Batch 2 Tahap 1 masih berada dalam batas maksimum dan minimum yang diizinkan dan
tidak terjadi penalti pada batch tersebut. Sementara untuk urutan sekuen yang sama, pada Tahap
2,3,dan 4, penalti perbedaan dimensinya masing-masingadalah 10 (6 + 4),9 (6 + 3), dan 14 (4
+ 10).
Dari Tabel 3.9. dapat dilihat bahwa Penalti Delivery flmeuntuk Batch I adalah 117,
sedangkan Batch 2 adalah 320.
Dari tabel tersebut, nilai penalti left capacity Batch 2 lebih besar daripada Batch 1.
Perhitungan Penalti Total.
PenaltiTotal
1"1 :1 1
x2 :1 10
)"3 :1 9
x4 :1 14
1.5 :1 437
7"6 :1 215.554
x7 :1 6.460
7.8 :'l 11 .421
1.9 :1 11.173
76 Penjodwalan Produksi Baja Slab
Nilai total cost penalties terkecil adalah pada perbedaan dimensi antarslab dalam satu batch
pada tahap pencetakan. Sedang nilai penalti perbedaan dimensi antars/ab terbesar adalah pada
tahap pengerolan yang terjadi karena pada Batch 2 terdapat slab-slab berdekatan yang tidak
memenuhi batas maksimum dan batas minimum yang diizinkan.
Tabel 1.12 Hasil Perhitungan Penalti Total untuk Beberapa Kali lterasi
PenaltiTotal Iterasi ke-I Iterasi ke-2 Iterasi ke-3 Iterasi ke-4
l.l :l 1 2 3 4
:1 10 't0 6 8
7"2
1"3 :1 9 23 12 26
L4 :1 14 17 1B 1.021
).5 :1 437 435 126 125
)"6 :1 2't5.554 215.554 215.554 215.554
x7 :l 6.460 6.460 6.460 6.460
:1 11 .421 11.421 11.421 't1.421
1.8
x9 :1 11.173 11 .173 11 .173 11.173
Dari diperoleh Penalti Total minimal adalah pada lterasi ke-1, meskipun
Nrt",u,i
nilai Penalti Delivery Time-nya paling besar.
Langkah 14 selesai
Pemodelon Sistem Produksi Slab 77
Dari hasil perhitungan, diperoleh fungsi tujuan yang minimal adalah pada lterasi 1. Nilai }"i
: 1 terkecil adalah l"r : 1, sedangkan nilail,i : 1 terbesar adalah ),a : '1, dengan penalti Total:
215.554.
Untuk penalti left capacity, dengan nilai x dan y yang sama, maka penaltl terbesar adalah
pada pemakaian kapasitas di CC (Rr), yakni sebesar 215.554 satuan. Hal ini dimungkinkan karena
slab yang diproduksi sebanyak 10 buah, sementara untuk satu batch pemanasan di CC maksimal
(K."rc) adalah 120 ton atau sekitar 120000 kg. Telah diketahui bahwa jumlah bobot
s/ab yang akan
diproduksi.
78 Penjadwalan Produksi Bojo Slab
10
I,, =
1
24446 kg = 24,446ton
Sementara kapasitas maksimum (K,".rc) untuk satu batch pemanasan/heat adalah 120 ton,
sehingga ada kelebihan kapasitas tersedia yaitu (120 ton x 2 heat) - 24,446 ton
:215,554 ton.
Dengan demikian, order yang dicetak harus ditambah sebesar 215,554 ton. Di sisi lain, masih
untuk nilai x dan y yang sama, maka cost pena/ties terkecil adalah pada perbedaan dimensi
antardua s/ab berurutan dalam satu batch. Untuk ?v, ?"2,7,t, )"a,l,s sama dengan 1, semakin besar
nilai penalti Totat, menunjukkan semakin besarnya penalti (cost) akibat perbedaan dimensi dan
Penalti Perbedaan Delivery Time koil i dan j dalam satu batch k pada tahap n.
Dari tabeltersebut dapat dilihat bahwa completion time setiap s/ab i (cD adalah jumlah waktu
yang dibutuhkan untuk memproses slab i, mulai dari tahap pencetakan hingga tahap pengerolan.
Completion timeslab j (cil adalah completion time slab i ditambah jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk memproses slab j, dan seterusnya. Dengan demikian , completion timeBatch 1 adalah jumlah
kumulatif dari completion time slab-slab dalam Batch 1, dan completion timeBatch 2 adalah
completion time Batch 1 (c"na) ditambah jumlah kumulatif slab-slab dalam Batch 2.
Pemodelan Sistem Produksi Slab
79
Untuk mengetahui carnpletian tirne setiap batch pada setiap tahap, maka dapat
dihitung
dengan cara sebagai berikut:
I-G,r6lE
r
t-?rrl
25
27 28 35 42
Conpletiontime botch 7 45,19
Conpletion time botch 2 85,15
Mesin tidak melakukan proses lebih dari satu operasi pada saat yang bersamaan.
- Tidak ada operasi yang diproses oleh lebih dari satu mesin pada saat yang bersamaan.
Proses berlangsung kontinyu, dan hal ini dapat dilihat dari:
. Completion timebatch i pada tahap ke-n, adalah Starting Time batch j pada tahap ke-n
(i,jeV).
. Completion timebatch i pada tahap ke-n, adalah Starting Time batch i pada tahap ke-n + 1
(i,ieV. i
Tidak adanya menunggu (no wait) maupun interupsi antarproses (no pre-emption), kecuali
waktu untuk penggantian tundish dan roller.
7,"2 :1 12 45
1"3 :1 36 B4
x4 :1 39 109
Dari skenario ini terlihat bahwa jumlah order mempengaruhi Penalti Total:
Semakin bertambah jumlah order, semakin bertambah nilai penalti perbedaan dimensi dan
Penalti perbedaan Delivery Time.
Ketika jumlah order bertambah, semakin 'berkurang' nilai penalti untuk left capacity, namun
pada saat yang bersamaan terjadi kekurangan kapasitas (over capacity).
x2 :1 45 28
1.3 :1 84 70
x4 :1 109 BO
I9 :1 (20s.s60) (194.560)
Dari skenario ini terlihat bahwa jumlah batch memengaruhi Penalti Total:
Semakin bertambah jumlah batch, semakin berkurang
jumlah penalti perbedaan dimensi dan
penalti perbedaan DeliverY Time.
Ketika jumlah batch ditambah, penalti untuk left capacitv-nya bertambah.
ar)
o
L
qJ
-Y
La
G
-L
ao
o
G
-oo0oo-
BAB IV
Jahap ini dilaksanakan untuk menelaah secara lebih jauh tentang pengaruh perubahan
I parameter terhadap fungsi tujuan. Skenario untuk pengujian model sebagaimana digambarkan
pada Tabel 4.1.
Set
sk. Deskripsi Notasi Specia! Case Hipotesis
Data
3 Pengaruh x)Cx 1 Ntterasi : 5 Perubahan urutan slab
perubahan Cii untuk setiap Nte'asi dalam 1 batch
sekuen terhadap sama memengaruhi nilai
penalti penalti perbedaan
xlijk, x2iik, x3ijk, x2iik€
perbedaan dimensi
{0,1}
dimensi yire{1},m:1
4 Pengaruh yt(Dl +D2)y 1 Y11 , Perubahan posisi slab
pergantian y21 ty41 ,ys1 ,yror e { 1 } memengaruhi
posisi earliness dan tardiness
Yl1t y21t Y41ty61 ,YU e
antarbatch {1}
terhadap penalti
earliness dan
tardiness
5 Pengaruh y)Rk 1 Y11, Perubahan posisi slab
pergantian Y21 ,Y41 ,Ys1 tYr or e{ 1 } memengaruhi
posisi y't1, y21, y41 pemakaian kapasitas
ty61 ,yU e.
antarbatch oleh suatu batch
{1}
terhadap penalti
left capacity
6 Pengaruh Cx 1 Ntterasi : 5 Perubahan nilai
penalti I Penalti Cii untuk setiap Ntt"'u'i penalti perbedaan
perbedaan Total sama dimensi memengaruhi
dimensi x1ijk, x2i,k, x3ijk/ x2ijk€
nilai fungsi tujuan
terhadap fungsi
{0,1}
tujuan
yire{1},m:1
7 Pengaruh (Dl + D2)y 'l
Ntterasi : 5 Perubahan nilai
penalti i Penalti yire {0,'l\,m:2 penalti earliness dan
perbedaan Total tardiness
earliness dan memengaruhi nilai
tardiness fungsi tujuan
terhadap fungsi
tuiuan
B Pengaruh RK 1 Ntt"rasi : 5 Jumlah penalti /eft
penalti /eft ) Penalti yire {0,1\,m:2 capacity untuk semua
capacity Total batch adalah sama
terhadap fungsi
tujuan
Analisis lvlodel Penjodwalan produksi Slab
87
Skenario 1: Pengaruh Perubahan Sekuen Slab terhadap Fungsi Tujuan (x ) penatti Total)
Skenario ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan sekuen s/ab pada
masing-masing batch di setiap tahap terhadap nilai fungsi tujuan. Apakah perubahan sekuen s/ab
memengaruhi nilai penalti? x adalah variabel untuk memutuskan apakah slab segera diproses
i
setelah slab i, ataukah sebaliknya. Cii adalah jumlah penalti perbedaan dimensi antara dua s/ab
yang berurutan (Cambar 4"1).
x,io : I
Cri : b,i+Vi_1+g,
Xyi* : l
Skenario ini dijalankan dengan merubah-rubah nilai x,ir setiap slab yangdijadwalkan dengan
3 kasus yaitu:
211 1-8 o 5 11
I
!
3
26
3
152,67
79,57
101 .384
114.170
2.144
4.316
2.30s
9.116
2.461
8.712
212 9,10 2 0
).1 :1 3 5
:,1 4 12
x2
1"3 :1 9 25
)"4 :1 '11 29
x7 :1 6.460 6.460
DariTabe|4.3.danTabel4.4.dapatdilihatbahwaketikaposisis/abldanslab2berada
dalamBatchl,kemudianslab3,4,5,6,T,B,gdanl0dimasukkankeBatch2'nilaiPenaltiTotal
,- L . -J:-^-,,1,1,^^
1 dan s/ab 2 dimasukkan
ter.iadi ketika slab
pada penalti perbedaan dimensi adalah 3. Perubahan
ke-9 dan 10 dimasukkan ke Batch 2'
ke Batch 'l bersama slab 3,4,5,6,7, dan B, sementara slab
adarah 5. perbedaan juga terjadi pada
Nirai penarti rotar pada penalti perbedaan dimensi
kapasitas untuk kedua batch pada kedua kasus
pemakaian kapasitas oleh tiap-tia p btatch meski total
pada Kasus 1, kapasitas yang dipakai untuk pencetakan Batch 1 adalah
tersebut adalah sama. 99.686 ton. Pada
1 15.868 ton, sedangkan kapasitas
yang dipakai untuk pencetakan Batch 2 adalah
Analisis lAodel Penjadwolan Produksi Slab 89
Kasus 2, kapasitas yang d ipakai untuk pencetakan Batch 1 adalah 1 01 .384 ton, sedangkan kapasitas
yang dipakai untuk pencetakan tsatch 2 adalah 114.170 ton.
Skenario 3: Pengaruh Perubahan Sekuen SIab terhadap Penalti Perbedaan Dimensi (x ) Cx)
Untuk melihat pengaruh perubahan sekuen terhadap nilai penalti perbedaan dimensi, maka
dijalankan skenario seperti pada Tabel 4.1. Perhitungan untuk skenario ini pada Lampiran 12
dengan hasil sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Dari hasil tersebut, terbukti bahwa perubahan urutan s/ab dalam 1 batch memengaruhi nilai
penalti perbedaan dimensi.
Didugabahwapenaltitransisitotalmemengaruhinilaifungsitujuan.Darihasilskenariotersebut
perbedaan dimensi akan selalu
transisi untuk
(Taber 4.8) terrihat bahwa setiap perubaharipenarti
nirai penarti transisi perbedaan dimensi semakin
memengaruhi nirai fungsi tujuan. Semakin besar
besar pula penalti totalnYa'
Tabel 4.8 Hasil Skenario 6
Penalti
Cziixziit Criixriit C+iix+i,t
Iterasi Criixriit Total
1B 43
1 3 4 1B
19 25 61
2 5 12
29 17 17
3 2 6
1 20 14 42
4 J 5
17 15 41
5 4 5
Skenario 7: Pengaruh Penalti Delivery Iime terhadap Fungsi Tujuan ((Dti+ D2)*yi*)penatti
Total)
Skenario ini dijalankan untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan nilai penalti delivery time
terhadap nilai fungsi trijuan.
Dari hasil pada Tabel 4.9., terlihat bahwa penurunan nilai penalti delivery time (penalti
earliness/tardlness) juga akan mengurangi nilai fungsi tujuan.
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai fungsi tujuan untuk semua iterasi adalah sama' Yang
selalu berubah adalah penalti left capacity untuk masing-masing batch'
Left capacity
{
Applied capac:{v
ditentukan dikenakan penalti, sehingga semakin banyak pergantian antardimensi yang melebihi
batas deviasi yang ditetapkan akan berakibat pada semakin besarnya Penalti Total.
Berdasarkan hasil skenario ini ternyata posisi s/ab anlarbatch mempengaruhi total penalti transisi
perbedaan dimensi dan nilai fungsi tujuan. Jika sebuah slab i dengan dimensi tertentu ditempatkan
pada sebuah batch k, maka total penalti transisi (Ci;) juga akan berubah karena selisih (perbedaan)
dimensi slab idengan jdalam batch k akan berbeda dengan selisih (perbedaan) dimensi slab idan j
dalam Batch l. ttustrasi persoalan ini sebagaintana pada Cambar 4.3.
Batch k Batch I
Batch k Batch I
fiHffitri:fi:,,,frllil
C.,-, Cr_, C:-i Ctu cr_,0
pengaruh Perubahan Sekuen SIab terhadap Penalti Perbedaan Dimensi Antarslab dalam Satu
Batch (x ) Cx)
Cx adalah total penalti transisi untuk perbedaan dimensi antarslab i dan j dalam satu batch. Jika
urutan dalam satu batch berubah, maka dengan sendirinya nilai total penalti transisi untuk
perbedaan dimensi juga akan berubah. Untuk memperoleh nilai tota/ cost penalty perbedaan
dimensi yang minimal, maka sekuen slab dalam satu batch harus mempunyai selisih dimensi
antarslab yang tidak melampau batas deviasi maksimum dan minimum yang diizinkan.
pengaruh Perubahan Posisi SIab terhadap Penalti Earliness dan Tardiness(y ) (D1 + D2)y)
perubahan peubah mengindikasikan perubahan posisi slab i di antara batch yang dihasilkan. Slab-
slab yang ada dikelompokkan menurut persyaratan dimensi dan earlinessltardines, sekaligus
dengan memperhitungkan karakteristik dari mesin. Pada skenario 6, kasus (1) ini, apabila slab 9
dan 10 dimasukkan ke batch pertama, sedangkan slab 6 dan B di batch kedua, maka hasilnya akan
berbeda jika slab 6 dan B dimasukkan ke batch pertamasedangkan slab 9 dan slab 10 di batch
kedua. Demikian juga, pada skenario 6, kasus (2). Dengan demikian dapat dikatakan perubahan
posisi slab antarbatch memengaruh i penalti perbedaan earl inessltardiness.
Ana Ii si s lvlod e I Pen j atlw r-tI d n i) r ctd t t i,si SI ab 95
Karena slalr-slakr iet,;.:but irremilil<i rzariasi dii'nensi yang berbeda-beda, maka keputusan untuk
menempatkan setiap si;iir pada sejunrlah batch yang ada didasarkan pada range tertentu. Apabila
ada sebuah slab yang r:-i€'irlpunyai dimensi serta earllness/tardines.s yang berbeda dengan dimensi
serta earliness dan tarcirress slab-slab lain dalam satu batch maka akan menyebabkan sebuah
prociuk reject atau tidak riiemenuhi due date.
Dari skeriario yang dijalankan untuk menjadwalkan '10 slab dalam 2 batch, terlihat bahwa jika slab
1,2,4,9, dan 1il dirnasukkan dalanr 1 batcir, maka penalti untuk leftcapacity-nya adalah 107604
(kapasitas untuk sekali penianasan),3.120 (kapasitas dalam satu tumpukan),5801 (kapasitas
sekali
reheating), cJan 55lB (kapasitas roller). Sementara apabila ke dalam batch tersebut dimasukkan slab
6 dan slab 8, dan slab 9 serta slab 10 dimasukkan ke dalam batch ke,lua, maka penalti /eft
capacity-nya adalah 108926 (kapasitas untuk sekali pemanasan), 3230 (kapasitas dalam satu
tumpukan), 6 101 (kapasitas sekali reheating), dan 57gg (kapasitas roller). peubah yang
menghasilkar-r penalti left capacity terkecil adalah yt't, y21,y41,ys1,yto1 parJa Batch 1 dan yn,
ys2ty62ty72,ya: pada batch 2.
Berdasarkan hasil skenario ternyata setiap perubahan penalti transisi perbedaan dimensi akan
mempengaruhi perubahan nilai fungsi tujuan. Apabila perbedaan dimensi antardua slab dalam satu
batch lebih kecil atau sama dengan deviasi maksimum dan minimum yang diizinkan, maka penalti
Totalnya pun akan lebih kecil.
pengaruh Perubahan Penalti Lett Capacity terhadap Fungsi Tuiuan (R*)Penalti Total)
Dapat dilihat bahwa untuk jumlah order yang sama, maka jumlah left capacity untuk semua batch
adalah tetap. Hal ini terjadi karena kapasitas total adalah parameter yang nilainya adalah tetap,
sehingga yang mengalami perubahan adalah jumlah kapasitas terpakai (applied capacity) untuk
memproduksi sejumlah N slab. Selain itu, terdapat hubungan antara jumlah slab yang diproses
jumlah
dalam satu batch dengan bertambah atau berkurangnya penalti left capacitv. Semakin kecil
s/ab yang diproses dalam satu batch, maka akan semakin besar Penalti Total akibat semakin
besarnya kapasitas yang tersisa (tak terpakai), maupun sebaliknya.
-oo0oo-
BAB V
PENUTUP
1. Model usulan yang dihasilkan dalam buku ini merupakan model yang dapat mengintegrasikan
penjadwalan pada Continuous Caster, Slab Yard, Reheat Furnace, dan
Rolling Mi1.
2. Model usulan ini telah terverifikasi dengan beberapa argumen:
Mesin tidak melaksanakan lebih dari satu operasi pada saat yang sama.
Ticiak ada operasi yang diproses oleh lebih dari satu mesin pada saat yang
sama.
Tidak ada menunS8u (no wait) maupun interupsi antar proses (no pre-emption),
kecuali
waktu untuk penggantian tundish dan roller.
3. Model usulan tersebut juga telah valid, disebabkan karena:
Semakin bertambah jumlah order, semakin bertambah Penalti Total perbedaan dimensi
dan
penalti perbedaan Delivery Time.
Semakin bertambah jumlah batch, semakin berkurang Penalti Total perbedaan dimensi
dan
penalti perbedaan delivery time (earliness dan tardiness).
4. Model ini memiliki parameter-parameter dan variabel-variabel yang perubahannya
akan me-
mengaruhi fungsi tu.iuan. Perubahan-perubahan tersebut adalah:
Perubahan jumlah order dan jumlah batch berpengaruh terhadap fungsi tujuan
Perubahan sekuen s/ab dalam satu batch dan posisi slab antarbatch berpengaruh
terhadap
fungsi tujuan
Perubahan sekuen siab berpengaruh terhadap penalti perbedaan dimensi
antars/ab dalam
satu batch.
98 Penjadwalan Produksi Baja SIab
Perubahan posisi s/ab berpengaruh terhadap penalti Delivery Time (earliness dan tardiness)
dan penalti left capacity.
Perubahan nilai penalti perbedaan dimensi antars/ab berpengaruh terhadap fungsi tujuan
Perubahan penalti Delivery Time (earliness dan tardiness) berpengaruh terhadap fungsi
tujuan
Perubahan penalti left capacity berpengaruh terhadap fungsi tujuan.
5.2 PROSPEKTUS
Pada prinsipnya bukuini mengkaji sebuah permasalahan yang secara mikro berdampak besar bagi
sebuah sistem produksi baja, dan secara bersamaan secara makro merupakan kompleksasi dari
sebuah konsep sistem penjadwalan. Penjadwalan flowshop dengan mutitahap, di mana masing-
masing tahap memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda, serta cenderung saling bertentangan,
ditambah dengan banyaknya batasan pada setiap tahap menjadikan model penjadwalan ini sebagai
sebuah konsep yang masih membutuhkan banyak kajian lanjutan, sebelum dapat diimplementasi-
kan di sistem produksi nyata. Sebuah industri baja yang diharapkan sebagai user dari model usulan
dapat menjalin kerjasama dengan kalangan peneliti untuk mengkaji lebih jauh tentang performa
penjadwalan produksi yang telah dijalankan dan pada gilirannya bertujuan untuk memperbaiki
produktivitas industri baja. Dalam tataran akademik, model penjadwalan usulan ini masih bersifat
statik, sehingga masih perlu dikembangkan sebuah model penjadwalan untuk kondisi dinamis yang
lebih mengakomodasi kejadian-kejadian real time yang sering ter.iadi di lingkungan industri baja.
Sistem yang dikaji mencakup Flow Shop 4 tahap dengan 1 mesin pada Tahap 1, 2, dan 4 serla 2
mesin pada Tahap 3. Dengan demikian model usulan ini masih dapat dikembangkan untuk kondisi
di mana Tahap 1,2,3, dan 4, masing-masing terdiri dari lebih dari 1 mesin. Selain itu, lingkup dari
model penjadwalan usulan adalah proses produksi s/ab, sehingga perlu pula dikembangkan pula
penelitian untuk produksi billet. Untuk tahap selanjutnya, masih perlu pula pengembangan
program komputer yang dapat mengakomodasi penjadwalan terintegrasi Continuous Caster, Slab
Yard, Reheat Furnace, dan Ro//ing Mil/. Sistem penjadwalan ini masih membutuhkan kajian yang
lebih lama, mendetail dan cermat untuk bisa benar-benar diterapkan dalam sistem industri baja.
-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA
Baker, K.R., (1974). lntroduction to Sequencing and Scheduling, New York, John Wiley & Sons,
lnc.
Bellabdaoui, A. dan Teghem, J., QOO6). A Mixed-lnteger Linear programming Model for the
Continuous Casting Planning, lnternational lournal of Production Economics 104, pp. 260-
270.
Halinr, A. H., (1993). Batch Scheduling for Production System under lust in Time Environment.
University of Osaka Prefecture, Japan.
Ladurantaye, Cendreau dan Potvin, (2007). Scheduling a Hot Rolling Mill, Journal of the
Operational Research Society 58, pp. 2BB-300.
Lee, K., Chang, S.Y., dan Hong, Y., (2004). Continuous Slab Caster Scheduling and lnterval
Craphs, Production Planning and Control,Vol. 15, pp. 495-501.
Mathirajan, M., Chandru, V", dan Sivakumar, A.1., (2007). Heuristic Algorithms for Scheduling
Heat-Treatment Furnaces of Steel Castir,g lndustries, Sadhana, Vol. 32, pp.479-500, lndia.
Moghaddam, R. T., Vahed, A. R., dan Mirzaei, A. H., (2007). Solving a Multi-Objective No-Wait
Flow Shop Problem by a Hybrid Multi-Objective lmmune Algorithm, ltech Education and
Publishing, Vienna, Austria, pp. 436.
Ruiz, R., Allahverdi, A., (2007). No-wait Flowshop with Separate Setup Times to Minimize
Maximum Lateness, lnternational Journal of Advanced Manufacturing Technology 35. pp.
551 - 565.
Wang, X., Tang, 1., (2008). lntegration of Batching and Scheduling for Hot Rolling Production in
the Steel lndustry, lnternational Journal of Advanced ManufacturingTechnology j6. pp.43'l
-441.
Zhao, J., Wang, W., Liu, Q., Wang, 2., Shi, P., (2009). A Two Stage Scheduling Method for Hot
Rolling and its Application, Control Engineering Practice 17,629-641.
-oo0oo-
DAFTAR ISTILAH
Aim Leave Time waktu yang ditentukan bagi s/ab untuk meninggalkan SY
Basic Oxygen Furnace fasilitas untuk pencampuran besi, kokas, gas, dan kapur
Backup roller roller yang menekan work roller untuk mendorong baja panas
melalui work roller
Batch processor mesin pengolah batch
Batching pengelompokan s/ab dalam satu jadwal
Billet batangan baja
Casting pencetakan baja
Charging Temperature suhu s/ab saat dipanaskan di RF
Coil/Koil lembar baja gulungan
Coiling Temperature suhu s/ab yang dibutuhkan untuk pembuatan koil
Cold Rolling pengerolan dengan suhu koil
Continuous Caster mesin pencetak ba.ia
Crane alat pengangkut baja magnetis
Deviasi penyimpangan dari batas dimensi maksimum dan minimum untuk
setiap tahap operasi
Direct Reduction reduksi langsung dengan mereaksikan bijih besi dan gas alam
untuk pembentukan besi spons
D i sch argi n g T em pe ratu re suhu saat s/ab dikeluarkan dari RF
Electric Arc Furnace fasilitas untuk pencampuran baja dengan skrap
Finishing penyelesaian produk
Finishing Temperature suhu s/ab yang dibutuhkan untuk finishing pengerolan
Crade (W) kualitas baja berdasarkan komposisi kimiawi
Heat pernanasan atau peleburan baja
Hot Strip Mill Pabrik Baja Lembaran Panas
102
Penjodwalan Produksi Baia Slab
-oo0oo-
LAMPIRAN 1
RANGKAIAN OPERASI PADA HOT STRIP MILL (HSM)
+-ru
sLAB
*rr:?Xl|3l]:r*E
tr*'$'{EffiEg'l
srzrNc pRrss RoucHrNC MrLL FrNrsHrNc MrLL
I
L*..rkm-
I
=..* --@
f_#_
&HoTRoL'.EDco".
REC.LL'DH.TR.LLEDC.,L
_*
omh-flEEE&'d ffi
fiOur6Llrit
-D -ouuoa
TANDEM COLD M|LL l
l*-gk--- €
sur,tD RE..LLED Hor RotLtD corl
_m:
Lm t; #*o
-+'HETANDPLATE ,$
lianlu; dnt
I
ffir
lj:'EMP'LRM'LL
+l
Sumr(sqi(Otrlr6 fff I
-Y
; I
I I
qJ
!
I T
t
J uI
t
i t
.u ua
I
u
ho I
I
AJ t
o- J
-Y I
=
I I
-o
G I |t
t4 t I
t t
O
r
H
o i
(E
(6
E -
Eq) i t
--'Q
I I
AJ
a- f t
t-o I
>
-
A.)
a E
:l a a !' T * t
(s
bo
E * E B * t
a a E E
ra E
c |E
;I a L
5
=
\ fr
OJ
o- x H ;f, t€
E E =
ot
3 x E E s E x
t l E i E E E
fr
t
+E
l-
'tt F{
= a
5 FB {
F E
Z E
I
5t E
E s
=
a
H
E
E E
E
a =
d FI F € = s =
E B E + p
H = f;
1{
110 Penjodwalan Produksi BaJa Slab
I o
I o o
I I
J Li
I
I I
(E tJ
f
xt o o o
I
o
G L ut
-J t a
a
{ !
i,
o
U
a
q)
.t a
(J
I a
t,
z il t
U
(E
Q
L) o
LJ
bo
U
o_ t 6 I o
-Y I I
I I
h
I !
-o
.U
(.) {
I {i
5 I
qJ
E I a
o i' E
N
6J
t
Bo t !
€o t C
o- I q 0 I e a € I o
(!
o ! E
F-
I t
!
du I * I a I*
q
qJ
rB i8 3 E E t tr E
xt t5 a FI
(s
oo I !!
t E
E E
a
L
a)
s :t xt fi ft lq E E
o-
ot E EI s
\ E
E
: $ H
E E C E E
H H H
= E E
E E
H t E ts It E E B' c rI E
#dI ?D
E g H 3 B E E E 5
d a N =
a E E F! B
fr S E H E F
lit
H o
H
-r;o0oo-
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN PENALTI TOTAL PERBEDA AII DELIYERY TIME DAN LEFT
CAPACITT UNTI-IK PENGUJXAN NUMERIK
(E
ho
AJ
a_
-Y
q
.q
\J
.E
OJ
rJ
r!
-o
qJ
r
F
qJ
.l -v
XoJ
\lc
s
N'>
(R<
q)
-o
C)
o-
G
o
t--
(E
A.)
o-
G
oo
q,)
o-
CY)
4)
-o
r!
l-
112 Penjadwolan Produksi Baja Slab
{ Ir
-Y {
o
F
x E
( tr
g e
Fi
E e E 5 g c N
H
ho
qJ
E
a-
a Ei
-v ct E
s I t g e E
F F
U
(l
e
o_
r$ ;a .;
a,
U s
eqJ
6 e
o
-J
d H E E q E
a o @ e' E
6
;a I ;:i ts
-F tB :f 15 a
di
H q s
qJ
tr
q !-
J c ts 3 J
B
J
t-
rC
C(!
I E
d
a
d oE s <i j E
.d
6
F.
F T
E -1 q E
ar' E o
E
Y5
.('= I fr rI I E
U(!
- EI
j
q q a J I a,-t 5 o
ts
^*J E E E rl q fr f,
J J
ts' E
ra di T II :zl
J r'f
EqJ .-a
-o t-
a.) h d d d d d EJ d d E ca
o-
$
E It ;3
F-
R F
E E :8 E g l8 3
(g
sl
!l 5
AJ
o- : x ia a ft
$ R tr F tr it E p a
oo
H * f, la
L
A.)
o- E g H H H
g
T b. H H H
aa E E E I{ E
= E E f I
il g ts E FI ff EI E F' a H
o g s EI B T H El EI E
(! E E lrl IJ a E =
N E
= e
-oo000-
LAMPIRAN 4
CONTOH PERHITUNGAN
Dari hasil perhitungan ternyata Batch 1 dan Batch 2 sama-sama tidak memenuhi batas
minimum dari kapabilitas produksi. Hal ini karena jumlah order yang dicetak jauh di bawah nilai
minimum dan nilai maksimum volume per pencetakan baja atau per heat baja (K.,n dan K^"p,\.
Untuk mengatasi ini maka jumlah order yang dicetak harus ditambah hingga mencapai kapasitas
maksimum per heat.
Dari hasil perhitungan ternyata pemakaian kapasitas RF1 oleh Batch 1 dan pemakaian
kapasitas RF2 oleh Batch 2 masih jauh dari batas minimum dan maksimum dari kapabilitas
produksi RF1 dan RF2.
b, -b,< dJ * (1-xiit)M,ieN{O},K eV
Berikut adalah data lebar s/ab dan urutan s/ab dalam setiap batch:
2 1037 0 0 1
-1266 .l
4 1 0 1
9 1442 1 0 1 0
10 1442
2 3 2 I 5
3 1212 0 1 o I
5 1292 1 0 o
6 1292 0 0 1
't292 0 1 1 1
o 1292
2 3 1 3 5
116
Penjadwalan Produksi Baia Slab
Batch 1, TahaP 1
Batch 1, Tahap 4
I 1012 0 0 0 1
2 1037 0 0 1
'I
4 1266 1 1 1 0 I
I 't442 1 0 1 0
10 1442
2 3 2 1 5
Slab Batch 2 Xliit x2ii& x3iir x4iik yik
3 1212 0 1 0 1
5 1292 1 0 0 1
6 1292 0 0 1
't
7 1292 0 1 1 I I
8 1292 1
2 3 1 3 5
Batch 1, Tahap 1
Batch 2, Tahap 1
Batch 1, Tahap 2
bz - + (1 - xzrr)
br< 62r, ) 1037 _ 1012 _<230 + (1 _ 0) ) 25 <231
bc-b2<62r + (1 -xqzt) ) 1266 _ 1037 <230 + (1 _ 0) ) 229 <231
bs - bo< 62r, + (1 - Xs+r) ) 1442-1266<230 + - 1)
(1 ) 176 <230
b,o - bs< 02t, + (1 - xrosr) ) 1442 - 1442 <230 + (1 - 1) ) 0 <230
Batch 2, Tahap 2
Batch 1, Tahap 3
Batch 2, Tahap 3
Batch 1, Tahap 4
Batch 2, Tahap 4
1 I 0 1 0 0 1
2 1 0 0 1 1
4 I 1 1 1 0 1
,I
9 1 0 1 0 1
10 1 1
2 3 2 1 5
Slab Batch 2 xliik x2iik x3iik x4iil yik
3 1 0 1 0 1 1
5 1 1 1 0 0 1
6 1 1 0 0 1 1
,|
7 1 0 1 1 1
B 1 1
2 3 1 3 5
Batch 1, Tahap 1
Batch 1, TahaP 2
Batch 2,TahaP 4
)1 -1<3+(1 -1) )0<3
I h,- h'l . On+ (1 - x:sz) )0<4
lhr-trul <On+ (1 -xsoz) )1 -133+(1 -0)
('l xozz) )1 -1<3+(1 -1) )0<3
Ihu - hrl a On+ -
<6n+ (1 -xzsz) t1 -1<3+(1 -1) )0<3
lhr-hrl
Lampiran 4 121
2 382 0 1 0 1 "l
4 382 1 1 I 0 1
9 382 1 0 1 0 1
10 382 1
2 3 2 1 5
Slab Batch 2 xliik x2iik x3iit x4i;k yik
3 382 0 0 1 1
5 352 'l
1 0 0 1
6 352 0 0 1 1
7 352 0 1 1 1 1
8 352
2 3 1 3 5
Batch 1, Tahap 1
Batch 2,Tahap2
ls,-g,l <6'* (1
- xrzr) alraz -3821<oo + (1 -o) )0<61
lgr-eol <6' * - xz+r)
(1 +f:ez -3821<oo + (1 -o) )0<61
lgo-grl <o' + (l - x+sr) +l:az-3821<oo+(1-1) )0<60
lg, - g,ol< o, * (1 - xsror) >f raz -3821 <oo + (1 - 1) )0<60
Batch 2, Tahap 3
Berikut adalah data temperatur pengerolan s/ab dan urutan s/ab dalam tiap batch:
1 1255 0 1 0 0 1
2 1231 0 1 0 1 1
Lampiron 4
123
9 1226 0
1 1 0 1
10 121
2 3 2 1 5
Slab Batch 2 Xriik X2iik x3iik x4iik yik
3 1230 0 1 0 I 1
5 1229 I 0 0 1
,|
6 1230 0 o 1 1
7 1219 0
,|
1 1 1
8 1226 1
2 3 1 3 5
Batch 1, Tahap 1
Batch 1, Tahap 3
Batch 2, Tahap 3
Batch 1, Tahap 4
1 867 0 0 0 1
'l
2 868 0 1 0 1
4 870 1 1 1 0 1
9 880 1 0 1 0 1
10 866 1
2 3 2 1 5
Lampiran 4
125
5 880 I 1 0 0 1
6 877 I 0 0 1 I
7 880 0 1 1 1 1
B BB1 1
2 3 1 3 5
Batch 1, Tahap 1
Batch 2, Tahap 1
Batch 2,Tahap 2
Batch 2, Tahap 3
Batch 1, Tahap 4
Batch 2,Tahap 4
Berikut adalah data temperatur koiling s/ab dan urutan s/ab dalam tiap batch:
574 0 1 0 0
2 569 0 1 0 1 1
4 564 1
1 1 0 1
,l
9 641 0 1 0 1
.10
566 1
'l
2 3 2 5
5 637 1 1 0 0 1
6 634 1 0 0 1 I
7 637 0 1 1 1 1
8 638 1
,|
2 3 3 5
Lampiron 4 127
Batch 1, Tahap 1
Batch 2,Tahap 2
tl: - tls | < 6t' +(1-x:sz) ) lsaz - o:zl <ao + (1 -0) )55 <81
tls - t1o | < 6t' + ('l-xsoz) ) lott - 6341 <Bo + (1 -0) t3<81
tlo - trz | < 6t' + (1-xotz\ ) lot+- 63zl <Bo + (1 -0) ,3<81
tlz - tlal < 6t' + (1-xzaz) ) lott - 6:al <ao + (1 - 1) )1<80
128 Penjodwolan Produksi Baja Slab
Batch 1, Tahap 4
Batch 2,TahaP 4
) s82-OrZl<ao + (1 - 1) )55<80
tlr - tls | < 6t' +(1-x:sz)
t1s - t1o | < 6tt + (1 -xsez) , lott - 6341 <80 + (1 -0) )3<81
t'6 - t'rl< 6t'+(1-xezz) ) I o:+ - 63zl <Bo + (1 - 1) )3<80
trz - tlsl< 6t'+(1-xzsz) ) lott * o:al <ao + (1 - 1) )1<80
-oo0oo-
LAMPIRAN 5
FUNG SI MINIMASI PENALTI TOTAL DENGAN JUMLAH ORDER 10 SLAB
-o
N
(/)
o
\
'o0.)
o
N
l-
!!
oo
qJ
E
F-
G
o
o-
a
bo
LL
rn
OJ
-a
l!
-oo0oo-
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN FUNGSI MINIMASI PENALTI TOTAL DENGAN
JUMLAH ORDER
20 SLAB
-o
V)
\
BL
o
G
!J
oo
qJ
!
o
F-
qJ
a_
00
LL
N
ho
q.)
o_
\o
o
G
-oo000-
LAMPIRAN 7
PERIIITUNGAN FUNGSI MINIMASI PENAI,TI TOTAL DENGAN JUMLAH
BATCH 1
qt {
U
N
ao ls
aa
lE
F c I
a
+
$
oo
OJ I
I e
G l)
o
F-
I
i
I I
(! U
qJ I
()t
r!
I
x
: a a 3
ho h I
z t E € E a B z z
u_ ! s
.B
bo p ;d
E + E R I L a ro B
5 5 5 5 - x E ! H E E
AJ =
o-
N
{
I E
E a E E E g E =4 g E E
g eE E 3 E I
I
o 3 o o o o 3 o o t { o
5
!
o
r!
{ 3 B R il :5 Y B
3
? 6 6 5 e - 3
6
g
-oo0oo-
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN FUNGSI MINIMASI PENALTI TOTAL DENGAN JUMLAH BATCH 2
D,
I
I E
q C i
t F
U
I
a t ts
i
a t a
t H t E 5 & 6 o E E c
i
A
+ tf
i
e I
oo I !
qJ I I ,
ll
t I
a a
I i
t- J
t I
t I
AJ
u
a I
I
o
F
t , : t; xa x T t
T
tI a E
g 3 E € E
F
I
bo
c I
c T o
r E R F E F
Lt
(!
t{ F 6 x E - ;a -
0o
P I E F E E E E E F E E
E . B i E 15 E B 5 x t t x I E x E
a)
o- -
co I ! I : I t
I
E E I a
E E
n E E E
E
E E E E E I E
o
o 3 o c c c c c o
o q I I
! E a I
I E I 5 il 6
G
. 6
E E E E E -
ts ! N E
E E
E
I T E
I
E i E s q t
*
s
- t
t B
, , o tr D - o
-oo000-
LAMPIRAN 9
PENGARUH PERUBAHAN SEKUEN TERHADAP NILAI FUNGSI TUJUAN
l--
bo
t{_
oB
z
o-
od
L-
CJ
F-
a)
-v
(^
N
CE
OJ
o-
\
bo
(.)
o-
g\
o
-a
G
-oo000-
LAMPIRAN 1O
PENGARUH PERUBAIIAN POSISI ANTARBATCH TERI{ADAP FUNGSI TUJUAN
c
E
c
:a
: H
it
:
G e fr i
e
E
E t
F-
l\ {
E
i
E
d I
c g
. nl E
5 a T I
i
bo E e s e
t E E s E q u e
L^L a 6 E H
e a
c IJ E E E q a E E I E s s E ts E EI E
Ers 6 a
d d d
A a
OJ { i
ts E E q E q q q q
I E q E q E E
F- = E B t
E s s q q q q E E E E
s E E q E E
U 9
{G B E rl {, 6 E q q E
! l d
I s G
a J a
J
El E
j E E
tr
I I q E E I B E a
I d E I I E E
l I ff q i q
I
o-
E a : I I q :j i I
G
(E
! I I I - 3 i
-o
E L
!, E tJ E E E E E s E E d ts E E E E
E
a) 3
ts F
L
(!
00 I t I t
I !a
O t) uI I I
IJ
o t I I
I
()I I .l$
I I I rl
o U
I
J
, , -l =l il
.E
r I ! d
i
! -t I "l il
-l el
-l rl -t
I -l e -l , -l
-oo0oo-
LAMPIRAN 11
PENGARUH PERUBAHAN SEKUEN SLAB TERHADAP PENALTI PERBEDAAN
DIMENSI
06
-o
AJ
-o
qJ
o_
G
O
o*
o_
-o
AJ
F-
-a
(.)
o
.Y
t4
.E
AJ
o-
ho
q.)
o_
o
'!
142 Penjodwolan Produksi Baja Slob
F
I
I
E
oJ ,l
-J I
C
OJ o
I
LJ a a F
c id rl E d
.U
t: 3 oi I I s I a
E
o ;S
+
-o
L
qJ
q t o o
lr o o o
I
a
o !
o_ h o o e o I
o- u
I
B
E
x o o o o €
AJ t
F
-o
:
,
(^ x o o o o o o
:
!
-Y a
a)
(^
I
U
I
-o (J
L
(.)
o o o
o_
oo
I e c o o 6
t o o c
i
(,) t
I o c o o o o
(! I o
0 o
x
t E
-oo0oo-
LAMPIRAN 12
PENGARUH PERUBAHAN POSISI SLAB ANTARBATCH TERHADAP
PENALTI
DELIVERY TI^ITE
qJ
F- *
L
:
o
E
o g
o
:I =
N a4 lt= t
o ii la ta ro
o_ 5
o-
(!
'a a
(!
\
0.)
d-
€ I G 6 x
F I
I rl r! q a 5
U
dJ I
-o I
a
I
U
{.d I
(.) t
!
U
o-
{l
-rl ,l !T H
sl t c g
oJ
E
H EI
CJ ll sl E
a_ a E
Ei
\ tr E B E
bo EI xl rt
qJ
a_ --l -I
il iil
at fi E E H H
E E E E E
'c FI
O
fE El
=l a-<Ii =l
I -t. -l
e el
-oo000-
LAMPIRAN 13
PENGARUH PERUBAHAN POSISI SLAB ANTARBATCH TERHADAP PENALTI
LEFT CAPACITY
U
o-
(!
U
.tr
*!U
r{
^9
(E
E(E
t- OJ
(!
ta
o_
G
(!
-o
qJ
o_
.B
bo
CJ
q
CN
C)
-oo0oo-
LAMPIRAN 14
FOTO-FOTO PROSES PRODUKSI SLAB
Gambar L.'14.2 Penumput<an Otomatis Slab di Gambar t.14.3 Penyimpanan Slab di Slab
Slab Yard \rard
148 Penjadwalan Produksi Baja Stab
Gambar L.14.6 Slab Siztng Press di HSM Gambar L.14.7 Proses Pengerolan Awal di HSM