Anda di halaman 1dari 145

P E ]{JADIIIIAIAil PRO D U I(SI

B[r[$1fi3
Sitnah Aisyah Marasabessy

B"nAHAILMU
Itr:";- rroiirisiJmia.Tiirur - !t

ffiffiv7^'r
sitnah Aisyah Marasabessy
PENJADWALAI{ PRODUKSI Bll*IA SLAB' oteh
Hak CiPta O 2015 Pada Penulis
lElcneHa
l-
tl,uu
Fiko Jambusari 7A Yoryakarta 55283 id
i;6, dtil-s asssa ; r"; oC t i -aago sz ; E-mail : inf@grahailmu' co'

memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi


Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang "mekanis, termasuk memfotokopi' merekam' atau
buku ini dalam bentuk apa !.,n, secara elektro"i"
;;;il;
;;;;l.k"tiip"r.t tanpa izin tertulis dari penerbit'
"*u[1"1"":i",
ISBN :978-602-262'488'2
Cetakan Pertama, tahun 2015

Code di cover belakang buku ini


Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR
KATA PENGANTAR

lhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala rahmat dan hidayah
yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku dengan judul
Penjadwalan Produksi Baja Slab.
Buku ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan dalam rangka penyelesaian
studi 52. Penyusunan buku ini dimaksudkan sebagai referensi bagi praktisi, dan akademisi,
khususnya bidang Teknik lndustri mengenai implementasi penjadwalan produksi dalam industri
baja, yang merupakan industri hulu dengan berbagai produk yang bermanfaat bagi manusia di
hampir segala bidang kehidupan. Meski buku ini tidak secara lengkap menjelaskan mengenai teori,
konsep, dan model-model penjadwalan, tetapi secara kontekstual memaparkan tentang salah satu
bentuk aplikasi penjadwalan dalam sebuah sistem produksi yang bersifat kompleks dan multi-
objektif. Buku ini juga secara metodologis mengurai langkah-langkah atau metodologi yang biasa
diterapkan dalam bidang Teknik Industri.
Buku ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan-kekurangan
tersebut, penulis berharap bermanfaat bagi pengembangan industri baja nasional dan pe-
ngembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Teknik lndustri.

Ambon, Januari 2015

Sitnah Aisyah Marasabessy


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI v!l
DAFTAR GAMBAR IX
DAFTAR TABEL xt
DAFTAR SINGKATAN xilt
BAB I PENDAHULUAN 1

BAB il STSTEM PEN|ADWALAN PRODUKST BAfA 5


2.1 Baja 5
2.2 Proses Produksi Baja 7
2.3 PenjadwalanProduksi 13
2.4 Model-model Penjadwalan Produksi Koil Baja 16

BAB III PEMODELAN SISTEM PRODUKSI SLAB 33


3.1 Pengembangan Model 33
3.2 Defenisi Sistem 34
3.3 Dasar-dasar Model 35
3.4 Algoritma Pengujian Numerik dan Metode Solusi 69
3.5 Seting Data 70
3.6 Uji Numerik 73
3.7 Verifikasi Model 78
3.8 Validasi Model BO

BAB rV ANALISTS MODEL PEN'ADWALAN PRODUKS! SIAB 85


4.1 Pengujian Model B5
4.2 Analisis Prilaku Model 92
Penjodwalan Produksi Baja SIab
viii

97
BAB V PENUTUP
97
5.1 Formalisasi Model Usulan 9B
5.2 ProsPektus
99
DAFTAR PUSTAKA
101
DAFTAR ISTILAH
105
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rangkaian Operasi pada Hot Strip Mitt
(HSM) 1o7

Lampiran 2 perhitungan Penalti Total Perbedaan Dimensi slab untuk Pengujian Numerik 19?
dan Left Capacity untuk 111
Lampiran 3 eerhitunlan Penalti Total Perbedaan De/ivery Time
Pengujian Numerik
113
Lampiran 4 Contoh Perhitungan
Lampiran 5 FungsiMinimasiPenaltiTotaldenganJumlahOrderl0slabl29
131
perhitungan Fungsi Minimasi Penalti Total dengan Jumlah order 20 slab
Lampiran 6
perhitungan Fungsi Minimasi Penalti Total dengan Jumlah Batch 1
133
Lampiran 7
perhitungan Fungsi Minimasi Penalti Total dengan Jumlah Batch 2
135
Lampiran B
Lampiran 9 PengaruhPerubahanSekuenTerhadapNilaiFungsiTujuanl3T
Lampiran 10 fenlaruh perubahan
139
Posisi Antarbatch Terhadap Fungsi Tujuan
Lampiran 11 penlaruh perubahan Sekuen S/ab Terhadap Penalti PerbedaanDimensi 141
Penalti Delivery Time 143
Lampiran
'12 eenlaruh Perubahan Posisi S/ab Antarbatch Terhadap
Lampiran 13 penlaruh Perubahan Posisi S/ab Antarbatch Terhadap Penalti LeftCapacity 145
147
Lampiran 14 Foto-foto Proses Produksi S/ab

-oo0oo-
DAFTAR GAMBAR

Cambar 2.1 Proses Produksi Baja 7


Cambar 2.2 Aliran Material dalam Produksi Baja I
Cambar 2.3 Bentuk-bentuk Hasil Cetakan t0
Cambar 2.4 Layout Hot Strip Mill 12
Gambar 2.5 Koil Baja 12
Cambar 2.6 Mode lntegrasi CC dan HSM 13
Cambar 2.7 Proses Penjadwalan Statik 14
Cambar 2.8 Jadwal Job/Mesin dengan Karakteristik Continuous Flow 15
Cambar 3.1 Flow Shop 4 Tahap 35
Gambar 3.2 Proses Casting 43
Gambar 3.3 Heat Schedule 44
Cambar 3.4 Layout Slab Yard Sederhana 45
Gambar 3.5 Proses Piling S/ab 45
Cambar 3.6 LayoutReheat Furnace 46
Cambar 3.7 Proses Reheating Slab 46
Cambar 3.8 Proses Rolling Slab 48
Gambar 3.9 Diagram Aliran Proses 49
Cambar 3.10 Algoritma Pengujian Numerik 70
Cambar 3.11 Cantt Chart 79
Cambar 4.1 llustrasi Skenario 1 87
Gambar 4.2 Penalti untuk Left Capacity 93
Cambar 4.3 Perubahan Posisi SIab Antarbatch 94
Cambar 1.1.1 Rangkaian Operasi pada Hot Strip Mill(HSM) 107
Cambar 1.14.1 Proses Casting Baja di Continuous Caster 147
Cambar L.'14.2 Penumpukan Otomatis S/ab di Slab yard 147
x Penjadwalan Produksi Baja Slab

Cambar L.14.3 Penyimpanan S/ab di Slab Yard 147


L.14.4 Pusher Type RF 148
Cambar
L.14.5 Walking Beam TYPe RF 148
Cambar
L.14.6 di HSM
Slab Sizing Press 148
Cambar
L.14.7 Proses Pengerolan Awal di HSM 148
Cambar

-oo0oo-
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Posisi Penelitian 36


Tabel 3.2 Deskripsi Proses Produksi slablKoil dan Parameter-parameter Proses 50
Tabel 3.3 Set Data 'l : Parameter-parameter untuk 10 S/ab 71
Tabel 3.4 Set Data 2: Parameter-parameter untuk 2O Slab 71
Tabel 3.5 Data Parameter Lain 72
Tabel 3.6 Data Nilai Penalti 72
Tabel 3.7 Variabel Keputusan x dan y 73
Tabel 3.8 Penalti Perbedaan Dimensi Antarslab 74
Tabel 3.9 Penalti Earliness dan Tardiness dari Delivery Time 74
Tabel 3.10 Penalti untuk Left Capacity 75
Tabel 3.1'l Penalti Total 75
Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Penalti Total untuk Beberapa Kali lterasi 76
Tabel 3.'l 3 Sekuen S/ab 77
Tabel 3.14 Processing Time dan Completion Time Batch 7B
Tabel 3.15 Skenario untuk Validasi Model Minimasi Penalti Total 80
Tabel 3.16 Hasil Skenario 1 81
Tabel 3.1 7 Hasil Skenario 2 B2
Tabel 3.18 Hasil Skenario 3 82
Tabel 4.1 Rancangan Skenario untuk Analisis Model Minimasi penalti Total B5
Tabel4.2 Hasil Skenario 1 87
Tabel 4.3 Hasil Skenario 2 BB
f abel4.4 Nilai Fungsi Tujuan dari Skenario 2 88
Tabel 4.5 Hasil Skenario 3 89
Tabel 4.6 Hasil Skenario 4 89
Tabel4.7 Hasil Skenario 5 90
Penjadwalan Produksi Baja SIab
xl,

90
Tabel 4.8 Hasil Skenario 6 90
Tabel 4.9 Hasil Skenario 7 91
Tabel 4.10 Hasil Skenario B 109
untuk Pengujian Numerik
Tabel 1.2 perhitungan Penalti Total Perbedaan Dimensi Slab
111
Tabel 1.3 PerhitunganPenaltiTotalPerbedaanDe/iveryTimedanLeftCapacity
untuk Pengujian Numerik 129
dengan Jumlah Order 10 Slab
Tabel 1.5 Fungsi Minimasi Penalti Total 131
Tabel 1.6 PerhitunganFungsiMinimasiPenaltiTotaldenganJumlahorder20slab 133
Tabel 1.7 PerhitunganFungsiMinimasiPenaltiTotaldenganJumlahBatchl 135
Penalti Total dengan Jumlah Batch
2
Tabel L.B Perhitungan Fungsi Minimasi 137
Tuiuan
pungaruf, perubahan Sekuen Terhadap Nilai Fungsi
Tabel 1.9 Tuiuan 139
e"nlrrun Posisi Antarbatch Terhadap Fungsi
Perubahan
Tabel 1.10 141
Tabel 1.11 PengaruhPerubahanSekuenSlabTerhadapPenaltiPerbedaanDimensi Time 143
Penalti Delivery
Tabel 1.12 pengaruh Perubahan Posisi slab Antarbatch Terhadap
Penalti Left capacity 145
Tabel L'13 pengaruh Perubahan Posisi Slab Antarbatch Terhadap

-oo0oo-
DAFTAR SINGKATAN

ALT Aim Leave Time


BF Blast Furnace
BOF Basic Oxygen F u rnace __.
CC Continuous Caster
CV Converter
EAF Electric Arc Furnace
FM Finishing Mill
HSM Hot Strip Mill
HSMPSP Hot Strip Mill Production Scheduling Problem
MILP M ixed-l nteger Li near Program m i ng
MIP Mixed I nteger Programming
PCTSP Price Collecting Traveling Salesman Problem
RF Reheat Furnace
RM Rolling Mill
SY Slab Yard
VRPTW Vehicle Routing Problem with Time Window

-oo0oo-
BAB I

PENDAHULUAN

(3lrl satu permasalahan kritis dalam produksi baja adalah penjadwalan, dan penjadwalan pada
r-,lkegiatan produksi baja telah dikenal sebagai sebuah permasalahan yang sulit (Cowlirrg
and
Rezig [2000]; Tang, et al.[2OO2]; Cowling t20031). penjadwalan produksi baja melibatkan
berbagai
proses dengan teknologi yang kompleks, yaitu pada setiap proses memiliki
banyak pembatas yang
cenderung saling bertentangan antara satu proses dengan proses yang lain sebelum
dihasilkannya
sebuah produk akhir.

Secara umum, industri baja menghasilkan dua ben-tuk produk setengah jadi, yaitu
s/ab dan
billet. S/ab digunakan dalam produksi baja lembaran untuk kebutuhan konstruksi kapal, pipa,
bangunan, konstruksi Llmum, aplikasi bagian dalam dan luar kendaraan bermotor, kaleng, peralatan
rumah tangga, dan sebagainya. Sementara billet digunakan dalam produksi batang kawat
untuk
aplikasi senar piano, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain. Buku ini memaparkan
tentang
sistem dan proses produksi slab karena dibandingkan dengan bentuk produk baja yang
lain seperti
billet, slab mempunyai tahapan proses yang lebih dominan dan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keseluruhan proses produksi baja. Proses produksi s/ab terdiri atas proses peleburan
(steelmaking), pencetakan (casting), pemotongan, penyimpanan
sementara (piling), pemanasan
ulang (reheating), pengerolan (rolling), dan penyelesaian akhir (finishing). peleburan, pencetakan,
dan pemotongan dilakukan di Continuous Caster (CC). Penyimpanan sementara s/ab dilakukan di
SlabYard (SY), pgrrrasan ulang di Reheat Furnace (RF), serta proses pengerolan dan penyelesaian
akhir dilakukan dalam Hot Strip Mil/ (HSM).

Sistem produksi s/ab mesti mempertimbangkan adanya production push yang mengharuskan
pencetakan semua baja cair meniadi s/ab, sebab baja cair tidak dapat
disimpan, dan production
pul/ yaitu kualifikasi produk akhir di HSM harus sesuai dengan permintaan konsumen.
Jumlah
produksi s/ab di CC sangat ditentukan oleh status persediaan di Sy, serta permintaan
dari RF dan
HSM' Persediaan di SY harus memenuhi persyaratan produksi yang dibutuhkan oleh RF
dan HSM.
Penjodwolan Produksi Baja Slob

RF memproses s/ab berdasarkan kualifikasi yang ditentukan oleh HSM. Meski antar satu proses
dengan proses lain saling berhubungan, namun masing-masing memiliki fungsi tujuan dan
pembatas yang berbeda. Operasi pada setiap mesin dilaksanakan untuk mencapai fungsi tujuan
dari masing-masing mesin, dan seringkali fungsi-fungsi tujuan tersebut saling bertentangan satu
dengan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan sinkronisasi penjadwalan produksi untuk meng-
hasilkan sequencing dan batching yang memaksimalkan utilisasi di setiap tahap, memaksimalkan
fungsi tujuan terintegrasi di keempat tahap, sekaligus meminimalkan konflik tujuan antara ke empat
tahap tersebut.
Metode-metode yang terdapat pada berbagai literatur mengenai penjadwalan produksi baja
didominasi oleh penjadwalan pada CC, SY, RF, maupun HSM secara terpisah, seperti pada
Bellabdaoui dan Teghem [2005], Dohn dan Clausen [2008], Mathirajan, et.al l20O7l, dan Zhao,
et.a/ [2008]. Metode-metode tersebut belum menghasilkan alat atau perangkat yang efektif untuk
memenuhi berbagai persyaratan yang dibutuhkan di dalam suatu lingkungan real-world dari
produksi baja. Bellabdaoui dan Teghem t20051 mengajukan sebuah model perencanaan CC
dengan kriteria minimasi total completion tirne. Dohn dan Clausen [2008] membuat sebuah
metode penjadwalan yang terdiri dari perencanaan SY dan penjadwalan Crane SY. Penjadwalan
untuk RF dibuat oleh Mathirajan, Chandru, dan Sivakumar L2OO7\ dengan kriteria maksimasi
utilisasi. Untuk penjadwalan di RM, Zhao, Wang, Liu, Wang, dan Shi [2008] mengajukan sebuah
metode penjadwalan dengan kriteria maksimasi unit capacity dan minimasi biaya penalti. Belum
ada riset yang secara khusus meneliti proses penjadwalan terintegrasi untuk CC, SY, RF, dan RM.
Carcia l1gg7l sudah mulai secara eksplisit membuat penjadwalan untuk RF dan di HSM, walau
tidak menjadwalkan CC dan SY. Sementara Wang dan Tang t2008l sudah memasukkan parameter-
parameter CC dan SY dalam pembatasnya.

Secara lebih spesifik, terdapat beberapa kesulitan dalam penjadwalan produksi baja yaitu:

1. Kesulitan ketika munculnya kejadian-kejadian real-time yang mengganggu operasi sistem,


seperti (Lee, et.a/. 119961; Schumacher, [2000]; Cowling dan Johanson, l2O02l; fang, et al.
[2001]):
a. pada tahap pembuatan baja (stee/making stage), order berubah, mesin mengalami ke-
gagalan, smelting time yang melampaui batas yang ditentukan, dan lain-lain.
b. pada tahap pencetakan, informasi tentang bobot aktual dari muatan /adle, pemanasan yang
datang secara random dan dinamis, pemanasan yang memiliki sifat kimia yang tidak sesuai
dengan persyaratan produksi, kebocoran baja yang terjadi pada CC, kegagalan mesin, dan
lain-lain.
c. pada tahap HSM, kualitas s/ab yang tidak sesuai standar, s/ab menunggu, dimasukkannya
order baru, dibatalkannya sebuah order, kegagalan mesin.

2. Ketidaklayakan atau tidak maksimalnya jadwal yang telah dibuat akibat terjadinya konflik
antara tujuan penjadwalan pada satu proses dengan tujuan penjadwalan pada proses lainnya.
Pendahuluan

3. Kesulitan pelaksanaan maintenance dan rekonfigurasi problem yang muncul di lantai produksi.
4. Tingginya biaya handling material pada steelmaking.
Dengan berbagai kesulitan tersebut, dibutuhkan suatu model penjadwalan produksi s/ab
yang mengintegrasikan CC, SY, RF, dan HSM (RM) serta memberikan hasil yang maksimal.
Pembahasan di dalam buku ini diorientasikan pada model penjadwalan produksi yang
mengintegrasikan penjadwalan di Continuous Caster, Slab Yard, Reheat Furnace, dan Hot Strip
Mill.
Dengan berbagai kompleksitas dan batasan yang ada pada sebuah sistem produksi baja, buku
ini ditujukan untuk:
1. Memberikan deskripsi spesifik mengenai situasi sistem produksi slab baja dengan berbagai
tujuan dan batasannya
2. Memberikan identifikasi terhadap parameter-parameter yang terlibat dalam penjadwalan
produksi slab baja
3. Menghasilkan sebuah model penjadwalan terintegrasi pada CC, SY, RF, dan RM untuk
meminimalkan penalti total.
Untuk melakukan pengembangan model, perlu ditetapkair beberapa batasan, yaitu:
1. Sistem yang menjadi obyek utama pembahasan adalah sebuah sistem produksi baja, yang
dalam hal ini produksi s/ab
2. Produk yang menjadi obyek pengembangan model penjadwalan produksinya adalah slablkoil.
3. Sumber daya mesin yang menjadi obyek penjadwalan adalah Continuous Caster (CC), Slab
Yard (SY), Reheat Furnace (RF), dan Rotling Mil/ (RM).
4. Penjadwalan dimulai dari proses peleburan slab, penyimpanan sementara, pemanasan ulang,
hingga pengerolan.

Mengingat sistem penjadwalan dengan begitu banyak komponen-komponen yang bersifat tak
pasti, buku ini menetapkan beberapa asumsi berikut:

1. Kedatangan order bersifat statis.


2. Semua slab yang dijadwalkan harus diproses.
3. Proses berlangsung kontinyu dan tidak diizinkan adanya menunggu (no wait), atau interupsi
antar proses (no pre-emption).
4. Kerusakan mesin diabaikan dan semua mesin selalu tersedia.
5. Penyimpanan sementara adalah proses pemindahan slab ke dan dari SY serta penyimpanan
s/ab pada satu tumpukan (Pile).
6. Semua s/ab harus melalui keempat tahap dan setiap slab dapat diproses di salah satu dari dua
RF.
7. Waktu setup tidak termasuk dalam processing time dan tidak ada setup untuk pemrosesan
semua order dalam satu schedu/e, kecuali waktu untuk penggantian tundish dan roller.
Penjadwalan Produksi Boia Slab

g. Mesin tidak memproses lebih dari satu operasi


pada saat yang bersamaan'
mesin pada saat yang bersamaan'
9. Tidak ,d. opur"si yang diproses oleh lebih dari satu

-oo0oo-
a

BAB II

srsTEM PENfADWALAN PRODUKSI BAfA

2.I BAJA
2.1.1 Definisi Baja
Baja merupakan logam perpaduan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon (C) sebagai unsur
paduan utamanya. Komposisi karbon di dalam baja adalah berkisar O,2 olo sampai 2,1 olo berat yang
disesuaikan dengan grade-nya. Karbon tersebut berfungsi sebagai unsur pengerasan dengan men-
cegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai
baja hitam karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan
cangkul. Baja karbon adalah baja dengan kandungan karbon lebih kecil dari 1,7 %, sedangkan besi
kadar karbonnya lebih besar dari 1.7 'lo. Selain karbon, baja juga mengandung unsur-unsur lain
yang dapat memengaruhi sifat baja. Penambahan unsur-unsur dalam baja karbon dengan satu unsur
atau lebih, tergantung dari pada karakteristik baja karbon yang akan dibuat. Unsur-unsur yang
terdapat di dalam baja yaitu: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen,
nitrogen dan aluminium. Untuk membedakan karakteristik antara berbagai jenis baja, maka
ditambahkan unsur-unsur lain antara lain: mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium,
vanadium dan niobium. Variasi perpaduan kandungan unsur-unsur baja akan menentukan jenis
kualitas baja. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness)
dan kekuatan tariknya (tensi/e strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
men urunkan keuletann ya (ducti I ity).

Baja dapat diklasifikasikan menurut komposisi, proses, bentuk produk, struktur mikro, dan
kegunaannya. Berdasarkan klasifikasi-klasifikasi tersebut, maka berikut adalah jenis-jenis baja
berdasarkan masing-masi ng klasifi kasi :

1. Berdasarkan komposisi: Baja karbon , Baja paduan rendah, Baja tahan karat
2. Berdasarkan proses pembuatan: Tanur baja terbuka, Dapur listrik, Proses oksidasi dasar
Penjadwalon Produksi Bajo Slob

Pita, Bentuk struktural


3. Berdasarkan bentuk produk: Pelat batangan, Tabung, Lembaran,
4. Berdasarkan Struktur mikro: Feritik, Perl itik, Martensitik, Austenitik
Non-Struktural
5. Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi: Baja Struktural, Baja

2.1.2 Proses Pembuatan Baia

Oksida besi dimasukkan ke dalam blast furnace dalam bentuk


bijih mentah, pellet atau sinter. Bijih
tersebut diambil dari dalam bumi dan dipecahkan dalam ukuran
0.5 hingga 1.5 inci. Bijih yang
besi berkisar 50% hingga 70"1o.
disebut Hematite (FezOr) atau Magnetite (Fe:O+) dan kandungan
pemrosesan lebih
Bijih Besi tersebut dapat langsung dimasukkan ke dalam blast furnace tanpa
harus diproses lebih lanjut untuk
lanjut. Bijih besi yang memili[i kandungan besi yang lebih rendah
pelet diproduksi dari bijih dengan kandungan besi yang rendah
meningkatkan kandungan besinya.
yang disebut
ini. siyh tersebut dihancurkan hingga menjadi bubuk sehingga material buangan
gangue dapat disingkirkan. Bubuk yang kaya kandungan besinya di-roll
dalam bentuk bola dan
yang kuat yang mengandung
dibakar dalam furrir" untuk menghasilkan pellet seukuran kelereng
60"lo - 65% besi. Sinter diproduksi dari bijih mentah
yang baik, kokas, batu kapur dalam bentuk
material tersebut
pasir dan sejumlah buangan lainnya yang masih mengandung besi. setiap
tersebut lalu.
memiliki komposisi kimia yang diinginkan lalu dicampur. Campuran bahan baku
belt baia, di mana pada
dibawa ke suatu rangkaian sinter, yang mirip seperti sebuah conveYor
panas yang berasal dari
rangkaian sinter tersJit dinyalakan oleh furnacegas dan difusikan oleh
kapur menjadi bentuk yang berukuran lebih besar antara 0.5 hingga 2.0
inci. Bijih besi, pellet dan
diproduksi dari campuran
sinter kemudian diubah menjadi besi cair di dalam blast furnace. Kapur
dalam oven' Ketika oven
batu bara. Batu bara dihancurkan menjadi bubuk dan dimasukkan ke
dipanaskan batu bara dimasak hingga sebagian besar bahan volatil
seperti minyak dan ter
(coke), dipindahkan dari oven setelah
disingkirkan. Batu bara yang sudah dimasak, disebut kapur
disaring sehingga menjadi
1B hingga 24 jam dari waktu reaksi. Kapur tersebut didinginkan dan
karbon 90 hingga 93%'
bagian-bagian kecil berukuran 1 - 4 inci. Kapur tersebut mengandung
kuat. Bagian-bagian kecil kapur
sedikit abu dan sulfur namun dibancling batu bara mentah sangat
gas yang dibutuhkan untuk me-
dengan nilai energl yang tinggi akan menghasilkan panas dan
terakhir dalam proses pembuatan
nguiangi dan melelentan nilin besi, pellet dan sinter. Bahan baku
besi adalah batu kapur (/imestone). Batu kapur ini diambil dari dalam bumi
dengan cara
dan disaring menjadi
meledakkan dengan bahan-bahan ledak. Batu kapur kemudian dihancurkan
furnace. Fluks ini dapat berupa
berukuran antara 0.5 hingga 1.5 inci sehingga menjadi fluks b/ast
batu kapur dengan
batu kapur dengan kadar kalsium murni yang tinggi, batu kapur dolomitik,
kapur kemudian dilelehkan
kandungan magnesia atau campuran dua jenis batu kapur. Karena batu
blast furnace dapat men-
menjadi slag yang menghilangkan sulfur dan material lain, maka operator
kandungan kimia yang
campurkan batu-batuan yang berbeda untuk menghasilkan slag dengan
diinginkan serta menghasilkin sifat-sifat slag yang optimum seperti titik
leleh yang rendah dan
fluiditas yang tinggi.
Sisfem Penjadwolon produksi Bojo

2.2 PROSES PRODUKSI BAJA


lndustri baja adalah jenis industri flow shop kontinyu yang
membuat produk non-diskrit, dengan
karakteristik khusus seperti memiliki fixed rate, ruiitit"rni,
dirancang untuk 1 macam produk,
memiliki tujuan untuk minimasi hanclling, perubahan mesin
sangat mahal, umur pakai mesin
panjang, pengadaan bahan baku harus kontinyu,
fixed costtinggi, variable cost rendah , dan break
even point (BEP) tinggi.

Produksi baja melibatkan sejumlah variasi proses (Vainola,


et a/. [1995]; Lee, et al. [1996];
Ozgu [1996]; Lopez, et al. [1998]; Cowling dan Rezig proses_proses
120001). tersebut sebagaimana
terlihat pada Cambar 2.1.

Blaat furnace
Qokq oyen
f,oll.r pt3 lron
Baslc orvoon furnaca

Elsctrlg
arc ftIrnace
lleuid rtqrl

-O.rdod- laquld ti..t


/
Continuous caetar

Rolllnq mlll

thmt ln sorh

Sumber: Ouelhadj [2003]

Gambar 2.1 Proses produksi Baja

Produksi baja melalui beberapa fasilitas produksi yaitu B/ast Furnace (BF), Basic
Oxigen
Furnace (BoF) dan E/ectric Arc Furnace (EAF), instalasi Metalurgi Laddle, Continuous
Caster, SIab
Penjadwalan Produksi Baja Slab

Yard, Reheat Furnace, dan Rolling/Finishing Mill. Adapun aliran material dalam produksi baja
dapat dilihat pada Cambar 2.2.

Biji besi, kokas, gas,

r
i
n
I
s
h
i
n
c

Sumber: Cowling, Rezig (1999)

Gambar 2.2 Aliran Material dalam Produksi Baja

Bijih besi, kokas, gas dan kapur, dicampur di BF untuk menghasilkan besi cair, sementara
besi tua (scrap) dimasukkan ke EAF. Besi cair ditambah gas dan scrap dilebur dalam fasilitas
metalurgi laddle menjadi baja cair yang kemudian dicetak menjadi slab. Slab-.s/ab yang diproduksi
akan diproses lebih lanjut di HSM, Section Mill, dan Tube Mill menjadi berbagai produk akhir.

2,2,1 Pemrosesan Besi (lron Making)


Baja merupakan paduan antara besi dengan bahan-bahan lainnya seperti karbon, krom, nikel,
mangan, fosfor, dan sebagainya. Bijih besi (/ron ore) dimasukkan ke dalam BF, yaitu tungku besar
yang berfungsi melebur biji besi dengan beberapa bahan lainnya seperti kokas (coke), batu kapur
(limestone), dan udara panas. Proses yang berlangsung pada BF adalah kontinyu dan berlangsung
sepanjang daur hidup dari BF tersebut, yaitu selama 10 tahun atau lebih. Sebuah BF beroperasi
secara konstan, dengan material yang terus-menerus dimasukkan dan produk yang dihasilkan
secara periodik. lni adalah syarat perlu (necessary condition), sebab dihentikannya furnace dapat
menyebabkan pembangunan kembali (rehabilitasi dan penggantian Refractory Lining, yang dapat
menghabiskan 70-100 juta dolar dan membutuhkan waktu hingga setahun). Oleh karena itulah,
maka hot iron yang diproduksi oleh BF dipandang sebagai sebuah continuous supply, dan
konsumsi dari contlnuous supply ini merupakan sebuah pembatas yang penting dalam pe-
rencanaan dan penjadwalan dari tahap selanjutnya.
Sistem Penjadwalon produksi Baja

Dalam proses produksi baja, BF secara kontinyu memproduksi


besi cair (liquid iron) yang
kemudian diubah menjadi baja cair (liquid stee/) di dalam
melt shop.sebagian besar dari baja yang
dilelehkan akan melalui sebuah CC untuk membentuk slab
baja, kemudian di-roll sehingga
berbentuk koil di dalam HSM.

Selain dengan BF, pembuatan besi kasar (pig iron) dapat pula
dilakukan dengan metode
reduksi langsung (direct reduction). Di dalam proru, reduksi
langsung ini, bijih besi direaksikan
dengan gas alam sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan
besi spons. Besi spons
kemudian diolah lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang
bernama dapur listrik (E/ectric Arc
Furnace). Di sini besi spons akan dicampur dengan lresi tua (scrap),dan
paduan fero untuk diubah
menjadi batangan baja, biasa disebut biltet.

2.2.2 Proses Pembuatan Baja (Steel-Making)


Ada dua prinsip dalam proses pembuatan baja, yaitu: Basic-oxygen
Furnace (BoF) dan Electric_Arc
Furnace (EAF). lnti dari proses pembuatan baja ini adalah pemurnian
besi kasar diiringi dengan
perpaduan besi dengan berbagai unsur lainnya demi mendapatkan
suatu sifat yang diinginkan. Dari
sisi input, BOF/EAF untuk pemurnian mempunyai pembatas bahwa BoF/EAF
tersebut harus meng-
konsumsi semua hot iron yang diterima dari BF, yang menghasilkan
continuous supply dengan
sedikit variasi. Sementara dari sisi output, setiap tingkat pemanasan dari
baja oleh BoF/EAF tersebut
hanya memiliki grade tunggal yang spesifik, dan pada kondisi normal
BoF/EAF dijalankan hanya
untuk pemanasan lengkap (comp/ete heat). satu tantangan dalam penjadwalan produksi
primer
adalah membuat pemakaian material yang dihasilkan oleh BOF/EAF
secara efisien yang memiliki
lot pemanasan yang penuh dan dengan grade spesifik. BOF/EAF juga dibatasi oleh beberapa
pembatas yang berhubungan dengan grade mana yang akan
dibuat, serti jumlah pemanasan untuk
grade tertentu yang dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena beberapa grade
pemanasan dapat
merusak Refractory Lining dari BOF/EAF apabila terlalu banyak pemanasan yang
dijadwalkan.
2.2.3 Fasilitas Metalurgi Ladle
Dari BOF/EAF, baja leleh (molren stee/) dipindahkan melalui ladle, yaitu kontainer yang
digunakan
untuk mengangkut dan menuangkan baja cair. Ladle tersebut mengandung satu kali pemanasan
baja yang diangkat dengan sebuah crane ke sebuah fasilitas metalurgi /adle. pada fasilitas
tersebut,
sebuah pemanasan harus melalui beberapa proses pemurnian, yang bertujuan untuk
menghasilkan
baja cair dengan kualitas dan komposisi kimiawi yang sesuai sehingga dapat mengurangi
kandungan karbonnya, serta menambahkan zat-zattambahan seperti nikel dan mangan.

2.2.4 Continuous Casfer (pencetak Kontinyu)


Baja cair dari fasilitas metalurgi /adle kemudian menuju ke tahap pencetakan (casting)
di mana baja
cair diubah ke dalam bentuk, dimensi, berat, dan grade yang setengah jadi. Terdapat
beberapa
bentuk cetakan yang umum digunakan yaitu lemba ran (slabl, semi batang an (bloom),
dan batangan
(billet) seperti terlihat pada Cambar 2.3.S/ab berukuran tebal
150-320 mm, lebar 500-3000 mm,
10 Penjodwalan Produksi Baja SIab

dan panjang 10-20 m dan digunakan untuk membuat produk-produk plat, dan sebagainya. Bloom
dan billet memiliki dimensi tebal dan lebar yang lebih kecil dan digunakan untuk membuat
produk-produk seperti pipa.

Bloom Billet

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk Hasil Cetakan

Baja cair yang diproduksi dalam satuan heat yang umumnya memiliki ukuran tetap untuk
pabrik tertentu (Misalnya 300 ton), dan setiap heat menghasilkan sejumlah s/ab (sebuah heat
dengan kapasitas 300 ton dapat menghasilkan 16 slab) di dalam CC, dan semua hasil cetakan slab
akan memiliki grade yang sama. Pada CC, /adle diangkat dengan sebuah crane ke sebuah turret
yang memiliki /adle kosong pada posisi berlawanan'lB0 derajat. Ladle yang penuh berputardi atas
cetakan sementara /adle yang kosong kembali ke tempat pembuatan baja. Sebuah mulut pipa dari
bahan keramik dan sebuah gerbang luncur dipasang pada dasar ladle" Ladle tersebut dibuka dan
baja cair kemudian mengalir ke dalam tundish. Tundish mampu menampung bertonton baja cair
dan bertindak sebagai buffer antara ladle baja dan mesin pencetak (casting machine), yang me-
mungkinkan proses pencetakan berlangsung secara terus menerus dari ladle yang datang secara
berurutan. Baja cair mengalir dari tundish melalui sebuah saluran ke dalam cetakan stasioner
tembaga yang berpendingin air, mendinginkannya, kemudian menggerakkannya ke depan. Strand
yang baru selesai dicetak dengan hati-hati disemprot dan didinginkan dengan air. Strand tersebut
juga harus disanggah oleh rol-rol di semua sisinya hingga benar-benardingin. Refractory Liningdan
pipa saluran pada tundish memiliki umur yang terbatas dan harus diganti setelah beberapa heat.
Order-order yang akan dicetak harus dikelompokkan dalam beberapa heat lot, karena baja cair
disuplai ke mesin casting dengan menggunakan ladle dan setiap /adle memuat t heat penuh
dengan grade tertentu. Terdapat beberapa grade tertentu yang memiliki derajat kompatibilitas dan
dapat dicetak secara berurutan, sehingga memungkinkan s/ab yang dihasilkan memiliki beberapa
paduan komposisi kimia. Beberapa gradejuga mengakibatkan baja dengan grade teftentu lebih aus
daripada baja lainnya. Selain itu kelebaran dari masing-masing order juga harus dipertimbangkan
dalam proses pengelompokkan untuk memastikan bahwa transisi-transisi dimensi dapat di-
akomodasi dalam sekuen pencetakan. Cetakan s/ab biasanya mempunyai kelebaran yang dapat
disesuaikan dan dapat diperlebar secara gradual selama proses casting sebuah range order dengan
dimensi yang berbeda-beda. Secara umum, kelebaran cetakan akan berkurang, sedangkan sekuen
order dicetak menurut potensi masalah yang berhubungan dengan pelebaran dari lebar yang
Sistem Penjodwolan produksi Boja
11

diinginkan' Baja yang dicetak lebih lebar rnemungkinkan


adanya cairan baja yang keluar dari
kerangka cetakan' Hal ini mengharuskan dilakukunny"
operasi pembersihan yang mahal. setelah
baja benar-benar padat, pada akhir dari proses pencetakan
semburan gas akan memotong strand
menurut ukuran panjang yang ditentukan oleh order. Karena
konsumen bi"rrny. hanya melakukan
order menurut dimensi dan sifat-sifat mekanis, hal ini membawa
pada suai, kondisi di mana
sembarang order dapat dicetak pada satu dari beberapa grade
dan sebua h range dimensi.
Fleksibilitas dimensi "s/ab sangat tergantung pada kemampuan
hot strip untuk mengulur dan
memadatkan slab menjadi koil pada dimensi yang sesuai. Fleksibilitas
grade berarti bahwa order-
orderdapat di-batch dengan lebih rnudah. Hal ini akan sangat
bermanfaat mengingat adanya order
yang hanya terdiri dari beberapa ton saja sementara
sebuah heat dengan ,"t, grade memiliki
kapasitas hingga 300 ton. setelah dipotong, s/ab lalu dibawa
ke sy.

2.2.5 Slab Yard


Ketika s/ab meninggalkan cc, temperatur slab berada di atas
900 0c dan dikatakan panas. stab dari
CC dapat langsung dibawa dalam keadaan panas ke RF. Biasanya,
slab-slab di simpan di sebuah
buffer, yang disebut S/ab Yard (sY), untuk didinginkan sebelum dibawa
ke RF" Sy terdiri dari
puluhan hingga ratusan tumpukan baja, yang masing-masing
terdiri dari hingga 20 s/ab. Saat
dibutuhkan, s/ab dipindahkan ke RF dengan bantuan ,rl^nu.Jika
sebuah s/ab dibutuhkan sementara
s/ab tersebut tidak ada pada bagian atas dari tumpukan, maka
akan ada biaya yang berkaitan
dengan dikeluarkannya slab-slab yang lain untuk mencapai s/ab
dimaksud. Hal ini mungkin tidak
terjadi pada beberapa atau semua tumpukan. Biaya yang terjadi lebih
kepada jumlah operasi gane
yang harus dibatasi dan kecepatan dari operasi-operasi
tersebut merupakan faktor pembatas dalam
proses produksi.

2.2.6 Hot Strip Mill


HSM terdiri dari serangkaian operasi (Lihat cambar 2.4 dan Lampiran
1) yang merubah s/ab ke
dalam berbagai bentuk dan ukuran produk akhir antara lain koil baja (camb
ar 2.-5).
S/ab dapat dipanaskan ke dalam RF di mana slab tersebut dipanaskan
hingga mencapai
temperatur yang ditentukan. Kadang dibutuhkan pemanasan ulang untuk
hot rolling. RF me-
manaskan setiap s/ab hingga mencapai temperatur pengerolan yang
ditentukan. Temperatur s/ab
harus berada antara 1185 0C dan 1250 0C untuk dapat diproses pada
HSM. Dibutuhkan waktu 1,5-
3 jam agar slab bisa mencapai temperatur yang ditentukan dan kemudian
dibawa ke HSM. HSM
memiliki dua tahap yaitu Roughing Mill(RM) dan Finishing Mitt (FM). RM
terdiri dari serangkaian
alat pengerolan yang mengurangi ketebalan s/ab. setiap alat pengerolan
memiliki sepasan g roller,
yaitu work roller dan backup roller. Work roller memberikan
tekanan secara langsung atas s/ab
panas, dan backup roller memberikan tekanan pada work
rol/er untuk mendorong baja panas
tersebut melalui work roller hingga mencapai ketebalan yang telah
ditentukan. s/ab baja tersebut
seringkali harus melewati rol/er beberapa kali untuk memperoleh produk
akhir yang diinginkan.
S/ab didinginkan dengan semburan air dan kemudian dibawa ke FM.
Daerah FM terdiri dari
12 Penjadwalan Produksi Baja Slab

sejumlah operasi yang bertugas memastikan produk agar sesuai dengan spesifikasi dimensi akhir,
penyelesaian permukaan, sifat-sifat mekanis, dan coating yang diinginkan konsumen. Co/d Rolling
dilakukan untuk membentuk produk hingga memiliki dimensi tertentu, memiliki penyelesaian
permukaan yang lebih baik, atau memperbaiki sifat-sifat mekanis.

01.) Slab roller table 09) Roughing train 'I7.) Coil weighting machine
02.) Deburring device 10.) Crop shear
18.) Walking beam conveyer
03.) Reheating furnace No. 5, walking beam furnace I 1.) High-pressure water desca!ing 1 9.) V-plate conveyer
04.) Reheating furnace No.4, pusher-type furnace 1 2 ) Finishing train 20.) Shear for cropping and sampling
05.) Reheatini furnace No. 3, pushertype furnace 1 3 ) Runout tabldstrip cooling 21.) Outer coil binding
06.) Waste gai heat recovery furnaces 3, 4, 5 14 ) Downcoilers
22.) Binding through the coil eye
07.) High-pressure water descaling
"
1 5 ) Transverse transport of coils
'l 23.) Finished coil weighting machine
08.) Sizingpress 6.1 Longitudinal transport of coils

Sumber: Salzgitter 5ite, 2008

Gambar 2.4 Layout Hot Strip Mill

Gambar 2.5 Koil Baja


Sisfem Penjadwalan Produksi Baja
t3

2.2.7 Mode lntegrasi Continuous casfer dan Hot strip Mill


Slab disimpan dan didinginkan setidaknya hingga minimum 5 j*r':i cli Sy
sebelum dipanaskan
kembali di dalam RF dan ditransformasikan ke bentuk koil. Selain itu, acla beberapa
CC yang
langsung dapat mensuplai HSM dengan s/ab. SY memiliki peran yang sangat penting.
Sebagaimana
telah dipaparkan bahwa untuk berbagai alasan CC dan HSM memiliki pembatas yang
sangat
berbeda, tujuan yang sangat berbeda, dan mode operasi yang juga berbeda. Karena
adanya
production pull atas persyaratan yang diinginkan konsumen atas koil baja, maka
ada production
push yang berhubungan dengan pentingnya pencetakan semua baja cair (tiquid
sreel) menja di slab,
karena baja cair tidak dapat disimpan. Jika s/ab tidak segera dibau,a ke HSM, maka
s/ab tersebut
dapat disimpan pada SY. Cambar 2.6 mengiiustrasikan integrasi antara CC dan HSM.

Liquid rtsel

Ligrid ckt!

f"
uqtr -
,,,d a:'#'
.iiq
.
ffi
Hot Strry Mitl

Sumber: Ouelhadj [2003]

Cambar 2.6 Mode lntegrasi CC dan HSM

SY berperan sebagai sebuah linkyang mengintegrasikan CC dan HSM. Sebagai contoh, jika
HSM sedang rusak, selain menghentikan produksi, maka CC dapat terus memproduksi s/ab selama
perawatan/perbaikan HSM.

2,3 PENJADWALAN PRODUKSI

2.3.1 Definisi
secara umum, masalah penjadwalan dikarakterisasi oreh tiga set: set T :
{Tr, Tz,...,Tn) dari n task,
set P : {Pt, P2,...,P,) dari m prosesor (mesin) p, dan set R : (Rr, Re,".., R,) dari s tipe sumber-
14 Penjodwalan Produksi Baja Slob

sumber tambahan R. Penjadwalan (Schedu/ing), secara umum berarti menentukan mesin-mesin P


dan resources R ke task T untuk menyelesaikan seluruh task dengan pembatas-pembatas yang
ditentukan. Terdapat dua pembatas dalam teori penjadwalan klasik:
1. Setiap task diproses oleh satu mesin pada satu waktu (dan bisa juga sejumlah resource tertentu)
2. Setiap mesin dapat memproses satu task pada satu waktu.

Proses ada yang parallel, yaitu menjalankan fungsi-fungsi yang sama, atau dedicated, yaitu
khusus untuk melaksanakan task tertentu. Tiga jenis mesin paralel dibedakan menurut ke-
cepatannya. ika semua mesin dari B memiliki kecepatan pemrosesan task yang sama, maka mesin
.f

itu adalah identik. Apabila mesin-mesin yang ada memiliki kecepatan yang berbeda, tetapi
kecepatan bi dari setiap mesin adalah konstan dan tidak tergantung pada task di T, maka disebut
uniform. Apabila kecepatan mesin tergantung pada task yang diproses, maka disebut unrelated.
Untuk mesin yang dedicated, ada tiga model pemrosesan task: flow shop, open shop, dan 1ob
shop. Untuk menjelaskan ketiga model ini, diasumsikan bahwa beberapa task membentuk n subset
(disebut rantai atau /chain dalam kasus f/ow shop dan job shop), setiap subset disebut job. lobli
dibagi dalam task ni, Tri, Tzi, ..., Tnii, dan dua task yang berurutan diproses pada mesin-mesin yang
berbeda. Satu set iob dinyatakan dengan /. Pada open shop jumlah task adalah sama untuk setiap
job dan sama dengan m, yaituni : tn, i : 1,2, ..., fr.
Tii harus diproses pada Pr, Tzi pada Pz, dan seterusnya. Situasi yang sama juga terjadi di flow
shop, tetapi dengan tambahan, bahwa pemrosesan li-r; harus mendahului Tii untuk semua i :
1, ...,
ni dan untuk semua i : l,2, ..., n. Pada sistem 1ob shop umumnya jumlah ni berubah-ubah.
Biasanya dalam sistem tersebut, diasumsikan bahwa buffer antara mesin-mesin mempunyai
kapasitas yang terbatas dan sebuah lob setelah penyelesian pada satu mesin harus menunggu
sebelum pemrosesannya dimulai di mesin berikutnya. )ika buffer-buffer tersebut memiliki kapasitas
nol, maka iob-iob tidak dapat menunggu antara dua mesin yang berurutan, sehingga diasumsikan
dengan karakteristi k no-wait.

2.3.2 Penjadwalan FIow Shop


Saatini penjadwalan produksi baja menggunakan metode klasik atau penjadwalan statik. Pada
metode ini, semua sumber daya dan aktifitas adalah given dan tidak ada ketidakpastian dalam
prilaku sumber daya dan aktivitas. Proses penjadwalan statik ini dapat dilihat pada Cambar 2.7.

Cambar 2.7 Proses Peniadwalan Statik


Sistem Penjadwalan produksi Bajo
15

Masalah penjadwalan flowshop didefenisikan oleh sejumlah n job,di mana setiap


diproses pada sebuah order identik pada sejumlah iob harus
m mesin. setiap mesin hanya dapat memproses
satu iob pada suatu waktu tersebut. parameter
tiil < i I fr,1li < m menunjukkan processing time
dari iob i pada mesin j. Untuk masalah penjadwala
n flow shop kontinyu, pemrosesan dari setiap
iob harus kontinyu, yang berarti bahwa tidak boleh ada waitingtlme antara pemrosesan
memungkinkan pemrosesan iob tanpa interupsi pada semua iob. Untuk
mesin, order di mana iob dimasukkan
ke sebuah mesin adalah sama untuk semua mesin (diasumsikan
non-zero processingtime). Jika
sebuah iob tidak harus diproses pada mesin (zero processing
time pada mesin tersebut), maka
dapat terjadi passing tanpa mengganggu proses kontinyu.
Secara umum, permasalah an flowshop
kontinyu dipahami sebagai sebuah permutasi dari masalah
flowshcp dengan karakteristik bahwa
order mesin adalah sama untuk semua
iob. Proses kontinyu clari sebuah job secara umum
menentukan suatu delay d,u,1< i < n,1< k ( m,, pada mesin pertama
antara mulainya jobi dan iob k
ketika iob k dikerjakan langsung setelah job i. Detay tersebut
dapat dihitung sebagai:

,,, =,l'::{p,,, _
(2.1)
r,_,,,}
Dengan mempertimbangkan contoh tiga
iob tiga mesin sebagai ilustrasi. processing times
ditetapkan sebagai matriks Tii, yang menghasilkan sebuah matriks
delay asimetris Dii:

, =l: : i),,,"[r=l; : ;l (2.2)


[+ 14) 6-)
Untuk sekuen job 1; 3; 2, maka diperoleh jadwal seperti pada camb ar 2.8.

I[e"hi.es
3
a

I
Tiue
du=l &r-t

Cambar 2.8 ladwal Job/Mesin dengan Karakteristik Continuous Flow

Tujuannya adalah menyusun sebuah permutasi


lI:Tt,...,1t, dari job (zr,menunjukkan iob i
yang diposisikan pada posisi ke-i pada jadwal) yang meminimalkan
fungsi tujuan. Tujuan dari
penjadwalan ini adalah untuk mem inimalkan total processing (flow-ti
time me)

FlI = Ftr.1-i)dd(,-r) *IIr, (2.3)


16 Penjadwalan Produksi Baja Slab

Pada forrnulasi tersebut, selain total jumlah waktu proses, delay yang terdapat pada mesin 1

ditambahkan tergantung pada jumlah job yang mengikuti.


Sebagai contoh, delay antara mulainya
jobyangdiletakkan pertama dan job berikutnya memengaruhi semua proses dan job pertama harus
dimasukkan dalam sebuah multiplier n - 1. Selain itu, dapat pula dihitung total processing time
sebagai jumlah dari semua waktu penyelesaian job. Untuk contoh sebelumnya, maka tota/
processingtimeadalah:F ({1,j,2}) : 2 x 2 + 1 x 6 + 21 : 7 + 13 + 11 : 31.

2.4 MODEL-MODEL PENJADWALAN PRODUKSI KOIL BAJA

2.4.1 Model Bellabdaoui dan Teghem [2004]


Bellabdaoui dan Teghem PA041 melakukan perencanaan dan penjadwalan produksi pada
Continuous Caster dengan mengajukan sebuah model MlP. Penjadwalan Continuous Caster me-
miliki beberapa pembatas yaitu: pengelompokan slab, ketergantungan penjadwalan yang ber-
hubungan dengan teknologi, tidak ada waktu berhenti di dalam satu kelompok slab yang sama,
serta waktu pemrosesan job yang dinamis. Proses-proses yang dijadwalkan terdiri dari tiga tahap
utama yaitu dua Basic Oxygen Furnace (CV) identik, dua RelriningStand dengan waktu proses yang
sama, dan dua Continuous Casting dengan waktu pemrosesan yang berbeda untuk setiap kali
pemanasan. Fungsi obyektif dalam model tersebut adalah:

Untuk satu sekuen di Continuous Caster (CC) 1, satu sekuen di Continuous Caster (CC) 2,
dan sebuah kondisi awal (kondisi BOF dan CC), dibuat sebuah perencanaan serta penjadwalan
untuk memaksimasi produktifitas dengan memenuhi semua pembatas.

Notasi

Dalam formulasi model digunakan beberapa notasi yaitu:

i indeks charge sekuen CC 1, ie {1, 2, ..., nr\, di mana nr adalah jumlah total charge untuk
CCl
i indeks charge sekuen CC 2, i. {'1,2, ..., nz\, di mana nzadalah jumlah total charge untuk
CC2
k indeks CV, ke {1,2 \
rnt indeks posisi charge dalam CV 1 , mre {1,2, ..., M,\
m2 indeks posisi charge dalam CV 2, mze {1,2, ..., Mz\
Dengan

Mr:Mz:(r,r+nr)12
Dan jika jumlah total charge adalah ganjil, maka:

M, : (n, + n2+ 1)12 charge untuk CV 1


Mz : (nr + nr- 1)12 charge untuk CV2
Sistem Penjadwaton praduksi Boja
17

Variabel Keputusan
Variabel Biner
zi.k,. = {t,1ika charge idiproses diCV k dalam posisi m
0, jika sebaliknya
untuk i : 1,..., t1r) m : 1,..., M,,jikak : 1 dan m : 1,.... Mrjikak : 2

2,,,_ ={t,litachargei0,diproses cli CV k dalam posisi m


I'K'm
|. jika sebaliknya
untuk i : 1,..., t'tz) m : 1,..., M,,jikak : 1 dan
m : 1,.... Mzjikak : 2
Variabel Kontinyu
x,(') (resp. yfi) starting time dari charge i (resp.
il pada tahap s, s e {1,2,3}, untuk i: 1,...,nr
(resp. i: 1,...,n2)

p/3) (resp. q/')) waktu proses chargei (resp.


1,...,n2)
il pada tahap ketiga, untuk i :"1,...,nr (resp. l-
Parameter

Ar(resp. Az) starting time CVl (resp. CV2), A,t <-Lz


[or; oz](resp.lB,; Fzl) segmen variasi xr(3) (resp. y,(r)) starting tlme dari charge pertama
pada CCt
(resp. CC 2)
pt" processing time dari charge (muatan) i pada CV
p(2) 1resp. q(,)) processing time dari charge (muatan) i pada Refining
Stand pertama (resp.
Refining Stand kedua)
[p,''',plt'] (resp.[g(3),ql')J) segmen variasi pi(3) (resp. q;(,)) variabe I processing time
dari charge i (resp.
il pada CC I (resp. CC 2)
Dr (resp. Dz) waktu tinggal maksimal charge antara akhir CVdan awal cCl(resp.
cc2)
trz(resp. tz: ) transportation time dari tahap t hingga tahap 2 (resp. dari tahap
2 hingga
tahap 3)

Pembatas

Beberapa pembatas dalam model ini antara lain:


M1 M,

\r,,r,^,
m1
*Zr,,r,^,
frz=
=1 vi, Q.4\
M1 M,

l.r',,r,^,*\z'i,2,*,=1 vi,
mr='l mz=1
(2.5)

Pembatas Q'q) dan (2.5) berarti bahwa setiap charge dapat diproses
hanya pada satu mesin
CVl atau CV2 dan hanya pada satu posisi m.

' )1 r

il
.,,*%ii*:j.3_:+
r*-
18 Penjadwalan Produksi Baja Slab

fr,,u,* +f z',,0,* = 1
(2.6)
i='l

Ym=1,...,M, if k=1,
Vm = 1,..., M, ff k=2,
zt,t,ttz\,r,.,=1.
pembatas (2.6) menyatakan bahwa untuk CV k dan untuk posisi m, suatu charge yang unik
dapat diproses dan hanya charge i 1 atau chargei : :
1 yang dapat menempati posisi pertama di
cvl.
21 + 1,1,r + 1 < fr,,r,^, + fz,,,^,
ll11 mz=1

Yi=1,...,frr-1, Vr=1,...,M,-1 QJ)


Pembatas (2.7) menunjukkan bahwa charge + 1 dapat diproses pada CVI i di posisi r + I
jika dan hanya jika charge i diproses pada salah satu dari dua CV pada posisi {1,...,r1

Z i*t,2,, a Z',,r,., + lz,,r,.r-2,,r,,


mt=1 mt=1

Yi =1,...,fr, =1, Yr =1,...,M2. Q.8)

i+ 1 dapat diproses pada CV2 di posisi r jika


pembatas (2.8) menunjukkan bahwa charge dan
hanya jikachargeidiprosespadaCVldi posisi {t;...,r};ataupadaCV2di posisi {1,...,r-1}.
Yi = 1,...,fr, -1, Yr =1,...,M, -1.

z
f ,'i,,,*, *f (2.e)
i+t,t,r+.r = mt=l mz=1 '',,r*,

z', + 1,2,r <| z'ii.^, * fr'i,r,^, - r'i,r,


rn1=1 mz=l

(2.10)
vl = 1,.'.... ,fr, -1, Yr =1,...,M2.
pembatas (2.9) dan (2.10) adalah sama dengan pembatas (2.7) dan (2.8) untuk charge i+ 1 .

M1

x|') = f(4, *P(') *(rnr -1))*2i,.,,^,


mt=-l Q.11\
M2

+ ltA, +P"' * (mz-1))*Zi,z,-,


mu ='l
Sistem Penjadwalan produksi Baja
t9

tvl1

vl') = I_{a, *p(') *(mr - 1))z'j,r,^,


mz=1
M2
(2.12)
+ f tl, +p(') *(m, - 1)) * Z'i,2,^, Vj.
Mz=1

Formulasi (2'11)dan (2'12) menunjukkan


waktu mulainya pemrosesan semua chargedi
cy.
*:" t,, Vi,
> x!') + p(r +
(2.13)
Y:" > ylt + p0 + t,, vi,
(2.14)
,j'' > x!'r + p\D +t, Vi,
(2.1s)
Y:t' >Y(1't +q(b +tr. vi. (2.16)
Pembatas (2'13)-(2"16) meniamin bahwa
untuk 2 operasi berurutan pada charge yang sama,
operasi kedua hanya dapat dimulai ketika operasi
sebelumnya selesai dan charge tersebut telah
diangkut ke mesin.

*1" > ptzt Vi = I ,...,fr, -1,


xl2t +
(2.17)
y:1\ > x|2) + qtzt vj=
,...,n, -1.1
(2.18)
Pembatas (2'17) dan (2.18) menjamin bahwa
untuk dua charge yang berurutan yang diproses
pada mesin RS yang sama, maka charge
kedua hanya dimulai ketika charge pertama selesai.
xlil = ,l'' * pl'' vi = I ,...,nt -1, (2.1e)
Ylll = Y',tt * q',t' vj = 1 ,...,n, -1. (2.20)
Pembatas (2'19) dan (2.20) menjamin kontinyuitas
sekuen-sekuen pada fase CC. Charge
kedua langsung dimulai pada akhir p".ror"rrn charge pertama:
p!l' < pl'' < Bl'' vi,
(2.21)
qli' < ql" < ol'' vj.
(2.22)
Pembatas (2'21) dan (2.22) mendefenisikan
interval waktu yang dibutuhkan sebuah charge di
mesin CC:

x)') - {x}') + p(')) < D, vi, (2.23)


yl'' - (v',t') * p0 s D, vj. (2.24)
Pembatas (2'23) and (2.24) menunjukkan waktu
tinggal untuk setiap tipe charge.
a', 1x\'t 1a,
(2.2s)
F, <y\" s f, (2.26)
20 Penjadwalan Produksi Baja Slob

Pembatas (2.25) dan (2.26) mendefenisikan interval waktu dimulainya charge pertama di
sebuah mesin CC:

Ukuran Model Mixed lnteger Linear Programming Model; dengan formulasi ini, diperoleh (nr
+ nz)* (nr + nz + 4) variabel:
tn, + nz)2 variabel biner,
4 * (nr + nz) variabel kontinyu
(nr .+ nz)2 + 7 * (nr + n;)+ 2 pembatas

Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan model adalah meminimasi total completion time dari semlla sekuen yang ada seperti
pada Persam aan (2.24) yang didefenisikan sebagai berikut:

MinZ = rl,i' * pl,i' *y'i,' * q'i,'. (2.27)

2.4.2 Model Dohn dan Clausen [20081


Pada penelitiannya, mereka mengajukan dua model penjadwalan yaitu masalah perencanaan S/ab
Yard dan Penjadwalan Crane. Masalah tersebut dipecah dan dimodelkan ke dalam dua menjadi
bagian yang disebut masalah perencanaan dan masalah penjadwalan. Pada masalah perencanaan,
crane dioperasikan untuk memindahkan s/ab yang datang maupun meninggalkan Slab Yard.
Sementara dalam masalah penjadwalan, untuk setiap operasi ditetapkan bagi semua crane.

Obyek dari Model Dohn dan Clausen adalah untuk meminimasi maksimum tardiness (delay).
Alasan untuk ini adalah sebagai berikut: misalnya semua s/ab meninggalkan SlabYard dalam suatu
horison penjadwalan. Ketika sebuah s/ab tidak dipindahkan ke meja roller table sebelum Aim
Leave Time-nya, maka akan menyebabkan terjadnya delay dalam produksi. Apabila proses
produksi tersebut tidak langsung menghentikan de/ay tersebut (s/ab tidak segera diproses), maka
slab-slab yang berikutnya akan nrembutuhkan waktu yang lebih Iama daripada jangka waktu yang
telah ditentukan untuk slab-slab tersebut. Lebih jauh lagi, hal ini menyebabkan produksi akan di-
delay, jika s/ab-s/ab tersebut juga mengalami de/ay. Slab yang paling lama di-de/ay menentukan
kualitas dari solusi penjadwalan.

Operasi
Sebuah operasi di S/ab Yard mengandung beberapa informasi:
Slab : slab yang diangkut
Tujuan : tumpukan dimana s/ab tersebut ditempatkan pada posisi teratas.
Prioritas : seberapa penting untuk memasukkan operasi ini ke schedu/e akhir

Kriteria Kelayakan
Agar sebuah solusi perencanaan layak, maka dibutuhkan beberapa kriteria yaitu:
Sistem Penjadwalon produksi Bajo
21

Semua s/ab dengan dead/ine dalam suatu horison penjadwalan


diangkut ke tumpukan keluar
(exit stack) dalam urutan yang tepat.
semua s/ab yang masuk harus dipindahkan ke tumpukan tetap.
Semua operasi harus valid dalam satu sekuan. Hanya slab-slab yang
berada pada puncak
tumpukan dan hanya tumpukantumpukan di mana tinggi tumpukan maksimum
tidak dicapai,
yang dapat dipindahkan.

Kriteria Pengujian
Beberapa kriteria pengujian digunakan untuk melihat kualitas dari sebuah perencanaan, yaitu:

Jumlah operasi yang rendah


Operasi-operasi yang ada tidak memiliki jeda yang terlalu jauh. Meskipuir semua operasi
belum dialokasikan pada crane, namun diharapkan adanya suatu solusi untuk mengakomodasi
alokasi tersebut.
Slab-slab yang akan segera dikeluarkan dari S/ab Yard (namun setelah horizon penjadwalan
saat ini), maka tidak dimasukkan dalam tumpukan keluar.
Jumlah kesalahan posisi rendah. S/ab yang berada pada posisi yang salah adalah slab yang
berada di tempat di mana slab-slab lain berada di bawah s/ab tersebut.

Untuk memperjelas pengujian kriteria-kriteria tersebut, maka digunakan fungsi evaluasi z1


- 24.
numoperation : jumlah operasi
disttoexit' jarak dari tumpukan dari s/ab s ke tumpukan keluar (T",it)
leavetime' Aim Leave fime slab s. Jika AtT tidak ada maka gunakan EST (Estima ted Leave
Time)
falseprob' probabilitas slab s berada pada posisi yang salah.
vertspana jangka vertikal dari operasi a.
Z1 numoperation
Z2 I 5 disttoexxit, (max, (/eavetime, | /eavetime, )
z3 \,falseprob,
z4 ),rurtrprn,
Dalam metode solusi, Bellabdaoui dan Teghem ingin meminimasi z1- z4 dengan membuat
satu fungsi tujuan multi kriteria, di mana ke empat kriteria tersebut diberi bobot dan dijumlahkan
untuk menghasilkan satu nilai kualitas solusi.

Set

ieI Tumpukan
ial Slab

f*e I slab-stab dengan satu due date dalam horison penjadwalan saat ini
22 Penjadwalon Produksi Bajo Slab

Parameter

cii : perkiraan biaya untuk memindahkan slab i ke tumpukan i.


ontopof (i, i)
_ ll ,slab jdiatas j'dan harus dipindahkan jika j'harus dipindahkan
- 1 0, sebaliknya

Pi : tumpukan awal dari slab j.


yeshurrte ': slab paling bawah di tumpukan i dengan due date sebelum slab i.
q : biaya akibat kesalahan posisi
d : tinggi maksimum dari sebuah tumpukan
Variabel

slab i pada akhir hari


-',,-I_ fl, tumpukan i terdapat
O,sebaliknya

i dipindahkan
t,=t [t, slabo,sebaliknya
, : [,, slab dengan due dat lebih awal ada dibawah slab i diakhir hari
bi
L o, sebaliknya

Model

min)\ciixii+ "lii Q.2B)


iii
Pembatas

Pembatas untuk model ini menggambarkan posisi setiap s/ab dalam satu tumpukan.

Iri,=l vj Q'29)
i

\*,,<d vi (2.30)
i

Vr
ffi i = 1- ,,,1 (2.31 )

m,2 m,, Y,,i'lontopof(i,i') Q'32)

Ei+m,,*n**2Xii v,,ilii;'n*t**e (2.33)

x,,exit=l Yielduu (2.34)

x,,train=o vi (2.35)

Persamaan (2.28) menunjukkan biaya pemindahan sebuah slab dari tumpukan.


Pembatas (2.29) menunjukkan bahwa semua s/ab harus memiliki tepat satu tumpukan akhir.
Pembatas (2.30) menunjukkan tinggi maksimum suatu tumpukan.
Sisfem Fenjadwolon praduksi Baja
23

Pembatas (2'31) menunjukkan bahwa jika sebuah


s/ab meninggalkan tumpukan awalnya maka
dianggap sebagai sebuah perpindahan dan variabel mi di_update.
Penrkratas (2.32) menunjukkan bahwa jika sebuah s/ab dipindahkan, maka semu a slab yang berada
di atas tumpukan juga harus dipindahkan.
Pembatas (2.33) menrastikan bahwa s/ab berakhir pada posisi
yang salah.
Pembatas (2.34) yaitu bahwa semua s/ab harus dipindahka
n ke roller table.
Pembatas (2.3il menunjukkan bahwa slab-slab yang masuk
harus disimpan terlebih dahulu di ke
SY.

2.4.3 Model Garcia I199Zl


Dari sisi teori penjadwaian dapat dilihat bahwa HSMPSP sebagai sebuah problem
hybrid, no wait
flowhop 2 tahap yang memiliki dua mesin paralel yang identik pada tahap pertama
di mana kedua
mesin tersebut dapat memproses lebih dari satu job pada waktu yang processing
sama. time dari
iob adalah sequence dependent dan terdapat precedence constraints. problem ini disebut hybrid
karena terdapat dua mesin paralel identik pada tahap pertama dan hanya
satu mesin pada tahap
kedua' Disebut dengan flowshop karena semua job harus diproses pada tahap pertama
kemudian
tahap kedua. Dengan demikian probtem ini adalah no-wait karena tidak diizinkan
adanya
pekerjaan yang menunggu antara proses-proses tersebut.
Jika terdapat rnenunggu (wajO antara RF
dan Roughing lvlill (RM) atau antara RM dan Finishing Milt (FM), maka
slab akan menjadi dingin
dan tidak dapat diproses pada tahap selanjutnya.

Pada model ini, Carcia mempertimbangkan kebutuhan untuk


menjadwalk an slab-slab secara
bersamaa yang mempersyaratkan adanya residence time (RT) yang
sama. Di sisi lain, slab-slab
dengan RT yang singkat (fast slabs) harus tetap berada dalam RF lebih lama
dari yang diharuskan.
Residence tlme dari slab itergantung pada s/ab terlama yang ada pada
Reheat Furnace; sehingga
jika dikombinasikan slab-slab dengan RT yarrg berbeda (yaitu
s/ab yang lebih cepat (residence time
lebih singkat) maka akan mengalami overheated, dan berada dalam RF lebih lama dari yang
semestinya, dan hal ini akan memboroskan energi.
Jika stab-stab dengan residence time yan!
hampir sama dijadwalkan, maka semu a slab dalam RF akan berada dalam residence time yang
dipersyaratkan (tidak mengalami overheated). oleh karena itu, processing timeslab
adalah
sequence dependent. Karena referensi-referensi tersebut memformulasikan problemnya
dengn Np-
Hard, maka penulis juga menetapkan problem pada tesis ini sebagai Np-Hard. Carcia
memformulasikan HSMPSP sebagai kombinasi dari sebuah model matematika dan seperangkat
aturan yang dikontrol dengan program komputer. Model matematika difomulasikan
sebagai piize
Collecting Traveling Salesman probel (PCTSp) dengan pembatas tambahan yaitu kualitas
permukaan koil, s/ab untuk wide-out (warm-up material), dan pembatas-pembatas
untuk RF.
Variabel dan parameter
xij 1; berarti s/ab j dijadwalkan tepat setelah slab i, dengan penaltipi; yang menunjukkan
jumlah pelanggaran terhadap pembatasan.
24 Penjodwalan Produksi Baja Slob

xii 1 ; berarti:

- slab i tidak dijadwalkan, sehingga dikenakan penalti pii pada fungsi tujuan.
- panjang w tidak di-roll
xii 0 ; berarti:

- slab i dijadwalkan
- panjang widi-roll, sehingga y menunjukkan panjang yang tidak di-ro//, sehingga
adalah panjang yang di-ro//.

wi : panjang (atau leba0 dari s/ab i

Z*, : total panjang "yang tersedia"


ieN

L*,*,, : panjang yang tidak di-roll


ieN

Z*;Z*,*,,:
ieN ieN
panjang yang di-ro//

jumlah panjang slab yang dapat di-rol/ sebelum pergantian


Batas atas dan batas bawah dari
roller, dapat diimplementasikan sebagai: w,3E,.*w, -X,.rw,xi,3wu,yang berarti bahwa
panjang total yang di-rollharus berada di antara kedua batas tersebut.

Fungsi Tujuan

Yang menjadi fungsi tujuan adalah minimasi penalti total untuk slab-slab yang dijadwalkan di
dalam sekuen tertentu.

Model Matematika
Dengan formulasi tersebut, maka HSMPSP dapat dimodelkan sebagai berikut:

tvtinlLr,,*, (2.36)
i=1 i=1

Dengan pembatas:

Z*,i=I i:'I,.....,n Q.37)

i*,,:1 j:1,"",n (2'38)


i=1

t
= I wixii< l,J Q.3g)

x,, e {0,1} i,i=1,...,n Q.4O)


Sistem Penjadwalan Produksi Bajo
25

C(x) adalah tepet satu sil<lus panjang > 2 (2.41)


Batasan kualitas permukaan (2.42)
fu1atei-ial untuk batasan wide-out (2.43)
Batasan Reheat furnace (2.44)
Pembatas-pentbatas untuk model di atas terdiri atas 2 kelompok yaitu pembatas-pembatas
proses pengerolan (Perrbatas (2.37)
- (2.43)) dan pembatas-pembatas RF (2.44).
Dalarn formulasi tersebut, diberikan: L=Z*,-w,,,dan u- I., -w1, sehingga di-
ieN ieN

per:oleh
f*,*,,< U. Batasan ini ditunjukkan dalam persamaan (2.3g)dan dapat diinterpretasikan
i=1

sebagai sebuah limitasi terhadap jumlah slab dalam sebuah product btock atau /ine-up. pembatas
(2.41)-(2.44) adalah pembatas-pembatas yang tidak dapat diformulasikan dalam bentuk matematis.

Pada bagian berikutnya dari penelitiannya, Garcia mengembangkan sebuah simulator untuk
RF. Tujuan utama dari pengembangan simulator ini adalah untuk mendapatkan sebuah metode
yang efisien untuk mengevaluasi sekuen atau batch produksi yang berbeda-beda. Simulator ini juga
digunakan untuk memvalidasi model matematika yang dibangun. Simulator ini mempertimbangkan
sembilan kejadian yaitu:
1. S/ab dimasukkan ke RF 1

2. S/ab dimasukkan ke RF 2
3. Slab'berjalan' di RF1
4. S/ab 'berjalan'di RF2
5. S/ab dikeluarkan dari RF1
6. S/ab dikeluarkan dari RF2
7. S/ab diproses di RM
B. S/ab diproses di FM
9. Akhir simulasi

2.4.4 Model Wang dan Tang I2008I


Wang dan Tang [2008] mengembangkan model penjadwalan yang mengintegrasikan batching dan
sequencing proses pengerolan dengan fungsi tujuan meminimasi total cost penalties.

Parameter

N serangkaian koil, N : {0,1 ,2,...,fr|, di mana 0 menunjukkan koil dummy. Dua koil
yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i, j).
V serangkaian turnyangdihasilkan, V :{J ,2,...,fr}, di mana m adalah bilangan tetap.
Tc waktu yang dibutuhkan untuk mengganti working roller.
26 Penjodwolan Produksi Baja Slob

To rata-rata statistik waktu proses dari seksi material warm-up.


w serangkaian penalty, W :
{wl ,w2, ...,w11\
Lmin panjang total maksimum yang diizinkan untuk seksi material pokok dari sebuah turn
L, panjang total maksimum yang diizinkan dari koil yang berdekatan yang mempunyai
lebar yang sama dalam seksi material utama.
t_
,t panjang koil I
-
b; kelebaran koil i
at,
b' ketebalan koil i
hi kekerasan koil i
pi processing time koil i
r!; stee/ grade koil I
(,
10.
temperatur pengerolan koil i
rl
tt temperatur fi nishing koil i
i.LI temperatur koili ng koil i
tt - waktu kedatangan koil i
dLi delivery time tercepat yang diizinkan dari koil i.
dui delivery time terlama yang diizinkan dari koil i.

Penalti

d,1,,, penalti untuk perbedaan stee/ grade untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu turn
) -^ _ [o,1ika slab i dan i memiliki steel grade yang sama
uY/ii - fw,, jika sebaliknya
i,ieN
dbii penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu turn
fo,lika slab i dan i memilikilebar yang sama
,^ -,1w, jikao<bibj <61
"": 1w,jika o < u,b, < ofr
Ioo, sebaliknya
ds,, penalti pergantian ketebalan untuk s/ab i dan iyang berdekatan dalam satu turn
[0, jika slab i dan i memiliki tebal yang sama
as,: ]wo,iika o. ls
g,l. q
[co, sebaliknya
di mana 69menunjukkan perubahan ketebalan maksimum yang diizinkan
dhii penalti pergantian kekerasan untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu turn
[o,1ika slabii dan i memilikekerasan yang sama
dh,i: jikao? < hi h,l. un
]w, |
[m, sebaliknya
di mana 6n menunjukkan perubahan kekerasan maksimum yang diizinkan
Sistem Penjadwalan Produksi Baja
27

dtoii penalti pergantian temperatur pengerolan untuk koil i dan


iyangberdekatan dalam satu
turn

^= lo,jika slab idan i memirikidischarge temperatur yang sama


drrY jikao. -til <o t'
iwu l,l
[co, sebaliknya
di mana 6t0 menunjukkan perubahan temperatur pengerolan maksimum yang diizinkan
dt'ii penalti pergantian temperatur finishing untuk koil i dan yang berdekatan
i dalam satu
turn

. lO,jika slab i dan i memilikitemperatur finishing yang sama


dr,l = jw, jikao.l,J -tll
< at,
Io, sebaliknya
di mana 6t'menunjukkan perubahan temperatur finishing maksimum yang diizinkan
dt2ii penalti pergantian temperatur koiling untuk koil i dan
iyangberdekatan dalam satu turn
slab i dan i memiliki temperatur koiling yang sama
dri = ^[O,1it<a
jika r.
lwu l,i -tfl
< a t,
sebal i knya
lco,
di mana 6t2 menunjukkan perubahan temperatur koiling maksimum yang
diizinkan.
C,i penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch
dv,i+ db,i+ dg,i+dh,i +dt)ii +dt,ii + dt2ii
Coi Cro: 0 untuk semua i e N\{0}.
Auxiliary Variabel
D; : penalti untuk earliness of delivering slab i
: Ws X max{dlti- ci,0}
D'i : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: wro x max{ c,- duli,0}
Rr. : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap turn
(_\
wr rl f.,r, - ).v,^1, I
\ i.rv )
Variabel Keputusan

*.., ,jika slab i diproses setelah slab i dalam


^i;t -= {1 jika sebaliknya
turn k, i* j
10,
i, je N,k e v
x.., slab i dipilih untuk diproses dalam turn k,
- [1-,jika
^,it =
10,
jika sebaliknya
i e N,k e v
28 Penjadwalan Produksi Baia Slab

.. - fl, jika slab i diproses sebelum turn i,


xilr jika sebaliknya
f0,
i,iev
Bk start time turn k (k e V)
Ck comPletion time turn k(k e V)
ci completion time slab , (k e V). Untuk slab yang tidak dipilih, maka
ci : cend+ Pi +Tg +T0

Model Matematika

* t,it(rl, + D2,)v,u + t,i,nu (2.4s)


^,LfIc,,*,n
i=0 i=0
k=1 t=t i=t k=1

Pembatas
(2.46)
lv,o < 1,i e N{o}
keV

I=,
keV
(2.47)

(2.48)
I*o* = ,1,k ev
ien(0) ien(0)
(2.4e)
I',,u = I*,,u =Yik'i e N{o}' k eV
uen vEN

lsl- 1vs c N{o},2 < lsl < n;k ev


(2.s0)
I*,n
l,leS
<

( ly,ul,L^uu,,k eV (2.s1)
L.in
ieN
(2.s2)
Zl,*1,< L, +(1-yi*)M,i e N{o}.k e v
jes i*

(2.s3)
b, -bi< r;(1 -x,,u)M,ie N{0},k e V
k ev} (2.s4)
b, - b, < 6o'fr - *,,uN,i e N{0,
(2.ss)
lh, - h,l - *,n N,, .N{o},k e v
. ,n * (,

('- *,nfu,i k ev (2.s6)


lr, - r,l < ,J * 'N{o},
(2.s7)
|tl -,il< d,o *(,-*,nW,i.-{o},k e v
(2.58)
l,l -,ll < dJ + (, - r,n fu,, . N{o}, k ev

l,i -,il < 6! +(, - *,nW,i .{o},k e v Q.5e)


Sistem Penjadwalon Produksi Boja
29

Bi . C, +Ts +(- r,,lu,ii ev (2.60t

8,, C, +Trlz,, -1N,i, jeV (2.61)


Xi.ntu{o}4Xoi u 3 Bu +To,k eV (2.62)
Bu +To - p, + (1 - xo,u)M,i e N{0}, k. eV
s c, (2.63)
Bu +To I c, - p, + (xo,r -1)M,i e N{0}, k eV (2.64)
r, 3c,+ (t -x,n N,i,ie N{0}, k eV (2.65)
c, s (ci - p,)+(1- *,n lv,i, i . N (2.66)
c, ) (ci - p,)+ (r,n - 1N,i,/ e N{o}, k ev (2.67)

x,,u e{0,1},i, jeN,keV (2.68)


y,oe{O,1},ieN,keV (2.6e)
Z,ie {0,1}, ij eV (2.70)
B1r,C1,,Ci) O,i e N, k eV (2.71)
Pembatas-pembatas di atas meliputi pembatas variabel keputusan, pembatas untuk sekuen
slab-slab dalam satu turn, dan pembatas untuk sekuen batch. Pembatas (2.46) menjamin bahwa
setiap koil hanya dapat diroll sekali. pembatas (2.47) menjamin bahwa jumlah rurn yang dihasilkan
adalah m. Pembatas (2.48) menjamin bahwa setiap turn yangdimulai dari koil dummy juga diakhiri
dengan koil dummy. Pembatas (2.49) adalah persamaan konservasi yang memasikan kontinyuitas
produksi dari setiap turn. Pembatas (2.50) mengeliminasi subtur dari setiap turn. pembatas (2.5.l)
menjamin bahwa panjang yang memadai untuk seksi material utama di-roll dan tidak melebihi
kapabilitas produksi. Pembatas (2.52) menjamin bahwa panjang total dari koil yang berdekatan
yang memiliki lebar yang sama pada seksi material utama tidak melampaui batas; dengan M adalah
bilangan yang sangat besar. Pembatas (2.53) adalah persyaratan perubahan lebar dari koil yang
berdekatan. Pembatas (2.54) - (2.59) adalah persyaratan untuk koil yang berdekatan dalam
perubahan kekerasan, ketebalan, temperatur pengerolan, temperatur finishing, dan temperatur
koiling. Pembatas (2.60) dan (2.61) menjamin bahwa turn yang berdekatan diproses secara
sekuensial dan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara turn-turn tersebut kecuali waktu untuk
penggantian roller. Pembatas (2.62) menjamin bahwa koil pertama yang disusun dalam seksi
material utama dari setiap turn harus dilepaskan ke S/ab Yard sebelum start time dari seksi material
utama. Pembatas (2.63) dan (2.64) menunjukkan start time dari setiap turn sebagai start time dari
koil pertama dalam turn tersebut. Pembatas (2.65) menunjukkan hubungan antara waktu
kedatangan (arrival time) dan waktu penyelesaian (completion time) dari koil yang berdekatan.
Pembatas (2.66) dan (2.67) menjamin bahwa koil-koil yang berdekatan di-ro// secara sekuensial dan
tidak ada waktu menunggu antara keduanya. pembatas (2.68) - {2.71) adarah kondisi integraliras
dan non negative pada variabel keputusan.
30 Penjadwolan Produksi Bojo Slob

2.4.5 Beberapa Masalah Peniadwalan pada Produksi Bafa


Berikut adalah beberapa masalah penjadwalan yang ditemukan dari beberapa literatur:
1. Masih sedikit literatur yang membahas tentang penjadwalan produksi baja yang didominasi
oleh penjadwalan statis yang hanya mempertimbangkan proses produksi single step: yaitu CC
atau HSM. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki produktifitas individual dengan
mengurangi operating costs dan menjamin on-time delivery. Mode operasi ini yang pada
kenyataannya banyak digunakan di sebagian perusahaan baja, sangatlah mahal karena
membutuhkan konsumsi energi yang tinggi dan membutuhkan inventori baja yang banyak dan
mahal (Lee et a|.11996); Cowling dan Rezig [2000]; Tang, et a/. [2001]).
2. Pada kebanyakan perusahaan baja, teknik dasar untuk perencanaan dan penjadwalan produksi
dilakukan secara manual dengan sedikit atau tidak adanya dukungan keputusan ter-
komputerisasi (computerised decision support (Cowling dan Rezig [2000]; Tang, et a/. [2000]).
Teknik manual ini didasarkan pada pengalaman dari para ahli yang telah bekerja selama
bertahun-tahun
3. Pendekatan yang digunakan untuk penjadwalan Hot Strip Mill dan Continuous Caster adalah
Operationa/ Research dan teknik artificial intelligence (Cowling dan Rezig [2000]; Tang, et a/.
t20001; Tang, et a/. [2001]). Teknik-teknik tersebut mencari optimal, atau near-optimal, solusi-
solusi yang menggunakan algoritma-algoritma heuristik, metaheuristik (tabu search, simulated
annealing, dan genetic algorithm), serta knowledge-based system.
a. Jacobs dan Wright [1988]; model dan algoritma program matematika untuk penjadwalan
HSM.
b. Balas [1989]dan Balas dan Martin [1991]; model pemrograman matematika-knapsack
problem-the Prize Collecting (TSP).
c. Petersen, et.a/. [1992]; multi objective mathematical programming model
d. Kosiba et al. [1992]; Hot Strip Mill scheduling problem sebagai Asymmetric TSP,
e. Assaf et a|.119971; optimisasi berbasis enumerasi
f. Wright dan Houck [1985]; local search heuristic, dan lain-lain.
4. Terdapat beberapa faktor yang membatasi penjadwalan (schedu/ing) produksi koil: yaitu
kualitas produk, efisiensi produk, efisiensi proses, dan target delivery due date (Wright dan
Houck t1985l; Kosiba, et a/. [1992]; Cowling [1995]; Lopez, et al.l1998l; Tang, et a/. [2000];
Cowling dan Rezig [2000]; Cowling, t20031).
5. Penjadwalan Continuous Caster berkaitan dengan pengelompokan (grouping) slab ke dalam
beberapa heat, dan memproses heat untuk memaksimisasi utilisasi kapasitas, target delivery
due date, dan minimisasi operating cost. Slab yang dijadwalkan dalam heat yang sama harus
mempunyai batasan kelebaran (width) dan grade yang kompatibel (Box dan Herbe [1988];
Harjunkoski dan Crossmann [2001]; Tang, et al.12O021).
6. Beberapa survei tentang produksi baja (Dorn 119961; Lee, et al. l'19961; Cowling dan Rezig
[2000]; Tang, et al. [2001]) menyebutkan kurangnya koordinasi antara sistem-sistem
penjadwalan yang ada dan kebutuhan akan integrasi yang lebih baik antara sistem pen-
Sistem Penjodwalan Produksi Boja 31

jadwalan CC dan HSM untuk mencapai performansi yang lebih baik dalam produksi baja
modern.
7. Penjadwalan terintegrasi bertujuan pada sinkronisasi tahapan-tahapan produksi yang berbeda
yang tidak hanya memperhitungkan batasan-batasan produksi dalam setiap tahap, namun juga
batasan-batasan dalam downstream stages.
B. Penjadwalan produksi baja yang terintegrasi dapat memperbaiki permesinan yang capital-
intensive, memperpendek waiting-time antara operasi, mengurangi konsumsi material dan
energi, inventori yang banyak dan mahal, serta memotong biaya produksi (cheng et a/. [1998];
Cowling dan Rezig [2000]; Tang, er al.l2OOOl; Tang, er a/. t20011).
9. Penjadwalan koil pada HSM adalah untuk mencapai tujuan maksimisasi kualitas produk,
maksimisasi produktivitas, dan maksimisasi on-time delivery, dengan batasan-batasan:
a. Roller harus diganti pada interval reguler. Rolling dibagi menjadi beberapa sekuen yang
disebut dari turns dengan panjang yang terbatas. Unit penjadwalan pada HSM adalah turn.
b. Harus ada lompatan yang perlahan (smooth iumps) dalam lebar dan gauge antara koil
dalam sebuah turn. Perubahan yang perlahan ini dibutuhkan karena RM dan FM harus
menyesuaikan tekanan yang diberikan pada setiap slab.
c. On-time delivery. Pilihan penjadwalan koil di dalam turn tidak hanya tergantung pada
sifat-sifat teknis, namun juga pertimbangan-pertimbangan komersial, khususnya due date
dari koil.

-oo0oo0-
BAB III

PEMODELAN SISTEM PRODUKSI SLAB

3.1 PENGEMBANGAN MODEL


pengembangan model yang digunakan dalam buku ini adalah dengan menggunakan model
I matematis untuk penjadwalan terintegrasi pada Continuous Caster, Slab yard, dan Reheat
Furnace dan Ro//ing Mill. Pengembangan model matematis dimulai dengan pendefenisian faktor-
faktor penalti untuk setiap tahap, variabel keputusan, penentuan ukuran performansi, penetapan
fungsi-fungsi pembatas serta pendefenisian seluruh komponen yang digunakan dalam pemodelan
tersebut.

1. Algoritma Pengujian dan Analisis Metode Solusi


Yang dimaksudkan dengan tahap ini adalah membangun algoritma solusi dan prosedur pengujian,
sefta menentukan jenis software yang digunakan dalam uji coba model.

2. Data untuk Penjadwalan Produksi


Data yang digunakan untuk model penjadwalan produksi adalah data-data yang merupakan
parameter-parameter model. Data-data tersebut terdiri dari: data dimensi order, data Delivery Time
order, dan data kapasitas setiap batch pada masing-masing tahap. Data ini nantinya akan digunakan
sebagai input pada proses uji coba, verifikasi dan validasi model, dan sebagai bahan untuk arralisis.
Data-data tersebut diambil dari Data Wang dan Tang t2008l dan Data PTKS t2010].

3. Uji Numerik
Pengujian numerik digunakan untuk melihat prilaku dan karakteristik model. pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh ke dalam model.
34 Penjadwalan Produksi Baja SIab

4. Verifikasi Model
Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model sesuai dengan logika
diagram alur. Kalimat sederhananya, apakah ada kesalahan dalam program? (Hoover dan Perry
tl9B9l); verifikasi adalah pemeriksaan apakah model bekerja sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, verifikasi terdiri dari:
1) Pemeriksaan parameter-parameter model dan konsistensi dari semua dimensi persamaan di
dalam model.
2) Periksa untuk keluaran yang masuk akal

5. Validasi Model
Validasi model bermanfaat untuk melihat prilaku model pada berbagai kondisi atau perubahan
parameter dan variabel. Validasi ini dilakukan dengan implementasi beberapa skenario yang terdiri
dari:

1) Pengaruh perubahan parameter terhadap model


2) Pengaruh perubahan variabel keputusan terhadap model

6. Analisis Model
Analisis model dilakukan terhadap hasil dan solusi yang diperoleh dari hasil uji coba. Tujuan dari
analisis model adalah untuk melihat perilaku model dalam penjadwalan CC, SY, RF, dan RM.

3.2 DEFENISI SISTEM


Sistem yang dibahas adalah sistem yang memiliki 3 stasiun utama: Continuous Caster, Slab Yard,
dan Hot Strip Mill (terdiri atas Reheat Furnace dan Ro//ing Mill), dengan 4 tahap utama (Cambar
3.1), yaitu:

Tahap'l pencetakan di Continuous Caster (CC)


Tahap 2 penyimpanan sementara di Slab Yard (SY)
Tahap 3 pemanasan ulang di Reheat Furnace (RF-H5,\4)
Tahap 4 pengerolan di Ro//ing Mill (RM-HSM)
Sistem ini juga merupakan sebuah flow shop di mana tahap 1,2, dan 4 masing-masing terdiri
dari 1 mesin yang dedicated, yaitu sebuah CC, sebuah 5Y, dan sebuah RollingMill (RM). Tahap 3
terdiri dari 2 mesin paralel identik yaitu RF1 dan RF 2, dengan kecepatan proses yang sama. Setiap
slab/coil (7ob) harus melalui setiap tahap dalam satu sekuen tertentu batch tertentu. Khusus untuk
RF, maka setiap batch hanya diproses pada salah satu dari kedua RF. Setiap batch terdiri dari slab-
slab dengan due date yang berbeda. Berdasarkan formulasi tersebut, maka masalah yang diteliti
adalah: Penjadwalan Terintegrasi Continuous Caster, Slab Yard, Reheat Furnace, dan Rolling Mill
untuk Meminimasi Penalti Total.
Pemodelon Sistem Produksi Slab 35

H(
-rrrr.+,
dl
Rahrrt tuinaca
(Rrl r

/ ,o, Fcllrttl
Osnthsour
Crlfi
f sirinl MrI
f rnhEnSMill
ifMI
Prara
lFlrll
tsiP,
Rlbrtch Fwarre
(nfl I

llr Crdr Idlr Pllnr Tirp hhi.[l| Irlrrr iollq

Gambar 3.1 Flow Shop 4 Tahap

3.3 DASAR.DASAR MODEL


Pada tahap ini, model dikembangkan dengan terlebih dahulu melihat serta mempertimbangkan
faktor-faktor yang terdapat pada model dasar yang relevan dengan tujuan pengembangan model.
Faktor-faktor tersebut kemudian diformulasikan menjadi parameter dan variabel model. Penelitian
ini secara lebih spesifik bertujuan untuk menghasilkan model yang:
Mampu menjadwalkan produksi di CC, SY, RF, dan RM
Mampu meminimasi penalti total produksi slab
Pada bagian ini terlebih dulu dilakukan perbandingan model yang diusulkan dengan
beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa literatur yang menjadi dasar pe-
ngembangan adalah sebagai berikut:

1. Bellabdaoui dan Teghem [2004], yang mengembangkan model penjadwalan untuk Baslc
Oxygen Furnace atau Converter (C\4, Refining Stand (R5), dan CC dengan kriteria minimasi
total completion time.
2. Dohn dan Clausen [2008] mengembangkan model penjadwalan 5Y dengan membagi metode
penjadwalan dalam dua bagian yaitu perencanaan SYdan penjadwalan Crane.
3. Carcia l'19971 mengembangkan model untuk masalah penjadwalan produksi HSM atau Hot
Strip Mill Production Scheduling Problem (HSMpSp) dan pemodelan matematika untuk RF.
Dalam HSMPSP, Carcia menggunakan variabel-variabel yang menentukan sekuen setiap slab
dan mengenakan penalti untuk pelanggaran pembatas-pembatas model.
4. Wang dan Tang [2008], yang mengembangkan model untuk sequencing dan batching pada
pengerolan di RM dengan kriteria minimasi total cost penalties.
36 Penjadwalan Produksi Bajo Slab

Tabel 3.1. menun.iukkan posisi dari model yang diusulkan terhadap dasar-dasar model tadi.
Tabel 3.1 Posisi Penelitian

Dohn, Wang, Tang


State of Bellabdoui, Carcia Model Usulan
Clausen
the Art Teghem [2005] 119e7l [2008]
t200BI
Steel Making Penyimpanan Pemanasan Pengerolan Pencetakan,
Obyek
dan sementara ulang dan penyimpanan
Proses
pencetakan pengerolan sementara,
pemanasan ulang,
pengerolan

Kategori Penjadwalan Perencanaan Penjadwalan Batching dan Batching dan


Penjadwal pencetakan SY dan RF dan HSM scheduling scheduling di CC,
an slab di CV- CC penjadwalan -s/ab di HSM SY, RF, RM
crane

Kriteria Minimasitotal Minimasi Minimasi Minimasi Minimasi Penalti


Performa completion tardiness total penalti Total Total
nsi time sekuen maksimum Penalties
dari schedule
Kategori Flow shop2 Flow shop Flow shop 2 Flow shop 1 Flow shop dengan 1

Flow mesin Tahap 1, dengan mesin tahap 1 mesin mesin Tahap 1,2, 4,
Shop 1 mesin Tahap proses identik pada dan 2 mesin Tahap 3
2,2 mesin penumpukan Tahap 1 dan
Tahap 3 dan pe- 1 mesin
ngangkutan Tahap 2

pada tabel tersebut terlihat bahrva model usulan memiliki perbedaan dengan model-model
sebelumnya baik dalam proses yang menjadi obyek literatur, kategori penjadwalan, kriteria
performansi hingga tipe flow shop yang diterapkan. Jika Model Bellabdaoui dan Teghem [2004],
Model Dohn dan Clausen [2008], Model Garcia 119971, dan Model Wang dan Tang [2008]
memodelkan jadwal produksi CC, SY, RF, dan RM secara terpisah-pisah untuk satu horison waktu,
maka model usulan mencoba untuk menjadwalkan keempat tahap tersebut dalam satu model
penjadwalan. Untuk kategori penjadwalan, semua model dasar tersebut melakukan sequenclng dan
batching produksi slablkoil pada tahap proses yang berbeda-beda. Sementara, model usulan
melakukan sequencing dan barching untuk slab-slab pada keempat tahap dalam satu model.
penelitian ini mengadopsi metode penjadwalan Wang dan Tang t2008l yang menggunakan total
cost penalties sebagai kriteria performansinya, dan merangkaikan semua proses produksi slab baia
mulai dari saat peleburan dan pencetakan s/ab, hingga pengerolan slab menjadi koil.

3.3.1 Dasar untuk Peniadwalan Continuous Casfer


Logika dasar untuk penjadwalan CC diambil dari model yang dikembangkan oleh Bellabdaoui dan
Teghem l2OO4t. Penjelasan tentang model ini telah dipaparkan pada Bab ll. Penjadwalan CC
Pemodelan Sistem Produksi Slob
37

memiliki beberapa pembatas yaitu: pengelompokan s/ab, ketergantungan penjadwalan


yang ber-
hubungan dengan teknologi, tidak ada waktu berhenti di dalam satu kelompot
,trO yung ,rrr,
serta waktu pemrosesan job yang dinamis. Dengan tujuan penjadwalan pencetakan
s/ab dalam
pengembangan model ini, maka digunakan beberapa pertimbangan
sebagai berikut:
i indeks sekuen charge (selanjutnya disebut heat) di CC, ie {1, 2, ..., D}, di mana nadalah
jumlah hear yang diproses pada CC.

Variabel Keputusan
Variabel Biner

7
Li'k'm _ fl, iifa benar ch arge i diproses di CV k dalam posisi m
-
lo,;it, sebaliknya
untuk i : 1,..., t1r) m : 1,..., M,,jikak : 1 dan m : 1,.... Mrjikak : 2

-, _- fl, ii*a ch arg e i diproses diproses di CV k dalam posisi m


Li'k'm
lo,1iL, sebaliknya
untuk i : 1,..., t1z) m : 1,..., M,,jikak : 1 dan m : 1,.... Mrjikak : 2
Variabel Kontinyu
x,(') 1resp. yr(')) : starting time charge i (resp. il pada tahap s, s € {1,2,3), untuk
dari i:
1,...,nr (resp. i:
1,...,n2)
p{il (resp. qlil) : waktu proses charge I (resp. fi pada tahap ketiga, untuk i :
'1,...,nr (resp.
j: '1,...,n2)

Parameter

[or; oz](resp.t9,; Frl) : segmen variasi xr(3) (resp. yi(3)) startin g time dari charge pertama pada
CC/ (resp. CC 2)
[p,"',p1")(resp.[gi('),ql''J) r segmen variasi pi(3) (resp. qi(3)) variabel processing time dari charge i
(resp. il pada CC / (resp. CC 2)
Dr (resp. Dz) : waktu tinggal maksimal charge antara akhir CV dan awal CCl(resp.
CC2)

Pembatas

Beberapa pembatas yang digunakan adalah:

*:" >x)') +P(') +t,, Vi, (3.1 )

*1" >Y',t' + p(') +t,, Yj, (3.2)


x|3) > ,xtzt+t,+ Pt't Vi, (3.3)
Y'," 2Y'," +q(D +t* vi. (3.3)
38 Penjadwolan Produksi Baja Slob

Pembatas (3.1)-(3.4) menjamin bahwa untuk dua operasi yang berurutan pada charge yang
sama, operasi kedua pada charge hanya dapat dimulai ketika operasi sebelumnya selesai dan
charge tersebut telah diangkut ke mesin.

,l:l = *j'' Pl''


+ vi = 1,""',rl - (3.s)

= Yl'' * ql'' vj = 1 ,"",1, -1' (3.6)


Y'iln',

pembatas (3.5) dan (3.6) menjamin kontinyuitas dari semua sekuen pada fase CC. Charge
kedua langsung dimulai pada akhir pemrosesan charge pertama:

pl'' < pl <P;" vi, (3.7)

ql'' < ql'' < ql" vi. (3.8)

pembatas (3.2) dan (3.8) mendefenisikan interval waktu yang dibutuhkan sebuah charge di
mesin CC:

xj') -{x}') +p('))< vi, D, (3.e)

Y',tt -(Y))*p"')3D, vi
(3.10)

Pembatas (3.9) and (3.10) menunjukkan waktu tinggal untuk setiap tipe charge.

ar l x\t\ 1ar, (3.11)

(3.12)
0, 3 *\tt s 0,
pembatas (3.11) dan (3.12) mendefenisikan interval waktu dimulainya charge pertama di
sebuah mesin CC.

3.3.2 Dasar untuk Peniadwalan Slab Yard


Dasar untuk penjadwalan SY diambil dari Model Dohn dan Clausen [2008]. Semua s/ab me-
ninggalkan SY dalam suatu horison penjadwalan. Operasi di Slab Yard mengandung beberapa
informasi:

Slab : s/ab yang diangkut


Tujuan di mana s/ab tersebut ditempatkan pada posisi teratas.
: tumpukan
Prioritas : seberapa penting untuk memasukkan operasi ini ke schedu/e akhir
Kriteria Kelayakan
Agar sebuah solusi perencanaan layak, maka dibutuhkan beberapa kriteria yaitu:

Semua slab dengan deadline dalam suatu horison penjadwalan diangkut ke tumpukan keluar
(exit stack) dalam urutan yang tepat.
Pemodelan Sistem Produksi Slab

Semua slab yang masuk harus dipindahkan ke tumpukan tetap.


Semua operasi harus valid dalam satu sekuan. Hanya slab-slab yang berada pada puncak
tumpukan dan hanya tumpukantumpukan di mana tinggi tumpukan maksimum tidak dicapai,
yang dapat dipindahkan.

Kriteria Pengujian
Beberapa kriteria pengujian digunakan untuk melihat kualitas dari sebuah perencanaan, yaitu:

Jumlah operasi yang rendah


Operasi-operasi yang ada tidak memiliki jeda yang terlalu jauh. Meskipun semua operasi
belum dialokasikan pada crane, namun diharapkan adanya suatu solusi untuk mengakomodasi
alokasi tersebut.
Slab-slab yang akan segera dikeluarkan dari SY (namun setelah horizon penjadwalan saat ini),
maka tidak dimasukkan dalam tumpukan keluar.
Jumlah kesalahan posisi rendah. S/ab yang berada pada posisi yang salah adalah s/ab yang
berada di tempat di mana slab-slab lain berada di bawah s/ab tersebut.
Set
ieI Tumpukan
je) Slab
Jd'"c J Slab-slab dengan satu due date dalam horison penjadwalan saat ini

Parameter

cii : perkiraan biaya untuk memindahkan slab I ke tumpukan i.


slab j di atas j'dan harus dipindahkan jika j'dipindahkan
ontopof(j, j,,
- = Ir,
t 0, sebaliknya
ioi : tumpukan awal dari slab i.
ireshurrte,, : slab paling bawah di tumpukan i dengan due date sebelum slab i.
o : biaya akibat kesalahan posisi
d : tinggi maksimum dari sebuah tumpukan

Variabel

[t,slabidipindahkan
-tt
7.. =1
I O, sebaliknya

lTl . =1[t,slabidipindahkan
' L 0, sebaliknya

_ -J- fl, slab dengan due date lebih awal ada di bawah slab i di akhir hari
o
bi' t I
0, sebaliknya
40 Penjadwalan Produksi Baja Slab

Model

minffciixii*"ZE, (3.1 3)
iii
Pembatas

f,x,, < d vij (3.1 4)


i

Z*,, < d vi (3.1s)


i

m,:ffty-xiil Vj (3.16)

ffii) ffir V;,.i'lontoPof (i,i') (3.17)

vi,ili;;'n*t'" + e (3.1 B)
fi, i + m,,*r,, 2 X i;

x,,exit=1 Yield" (3.1e)

x,,train =O Vi (3.20)

Persamaan (3.13) berhubungan dengan biaya untuk memindahkan sebuah s/abdari


tumpukan.
pembatas (3.14) menunjukkan bahwa semua s/ab harus memiliki tepat satu tumpukan akhir

Pembatas (3.15) menunjukkan tinggi maksimum suatu tumpukan


pembatas (3.16) menunjukkan bahwa jika sebuah s/ab meninggalkan tumpukan awalnya maka
dianggap sebagai sebuah perpindahan dan variabel mi di-update

Pembatas (3.17) menunjukkan bahwa apabila sebuah s/ab dipindahkan, maka semua slab yang
berada di atas tumpukan juga harus dipindahkan.

Pembatas (3.18) memastikan bahwa s/ab berakhir pada posisi yang salah
pembatas (3.19) menunjukkan bahwa semua s/ab harus dipindahkan ke roller table

Pembatas (3.20) menunjukkan bahwa slab-slab yang masuk harus disimpan terlebih dahulu di ke
5v.

3.3.3 Dasar untuk Peniadwalan Reheat Furnace


Dasar untuk penjadwalan RF diadopsi dari Model Carcia U99n. Model ini merupakan sebuah
model nowaitflowhop2tahapyangmemiliki duamesinparalel yangidentikpadatahappertama
di mana kedua mesin tersebut dapat memproses lebih dari satu iob pada waktu yang sama. Pada
Pemodelan Sistem Produksi Slab 41

model ini, Carcia mempertimbangkan kebutuhan untuk menjadwalkan slab-slab secara bersamaan
vang mempersyaratkan adanya residence time (RT) yang sama. Di sisi lain, s/ab-s/ab dengan RT
yang singkat (/ast s/abs) harus tetap berada dalam RF lebih lama dari yang diharuskan. Residence
time dari slab i tergantung pada slab terlama yang ada pada RF; sehingga jika dikombinasikan slab-
slab dengan RT yang berbeda (yaitu s/ab yang lebih cepat (residence time lebih singkat) maka akan
mengalami overheated, dan berada dalam RF lebih lama dari yang semestinya, dan hal ini akan
memboroskan energi. Jika slab-slab dengan residence time yang hampir sama dijadwalkan, maka
semua s/ab dalam RFakan berada dalam residence time yang dipersyaratkan (tidak mengalami
overheated).

Variabel dan parameter


xij 1; berarti s/abi dijadwalkan tepat setelah slab i, dengan penalti piiyang menunjukkan
jumlah pelanggaran terhadap pembatasan.
Xir 1 ; berarti:
- slab i tidak dijadwalkan, sehingga dikenakan penalti pir pada fungsi tujuan.
- panjang w tidak di-roll

xii :0;berarti:
- slab i dijadwalkan
- panjang widi-roll, sehingga y menunjukkan panjang yang tidak di-ro//, sehingga
adalah panjang yang di-ro//.

wi Panjang (atau lebar) dari slab i

Z*,
ieN
total panjang "yang tersedia"

panjang yang tidak di-roll


Z*,*,,
ieN

\w;lw,x,,
ieN ieN
panjang yang di-roll

Batas atas dan batas bawah dari jumlah panjang slab yang dapat di-roll sebelum pergantian
roller, dapat diimplementasikan sebagai: w, S Ii.,r r,-I,.r, iX,i
lw,,yan1 berarti bahwa
panjang total yang di-rollharus berada di antara kedua batas tersebut.

Fungsi Tujuan

Yang menjadi fungsi tujuan adalah minimasi penalti total untuk slab-slab yang dijadwalkan di
dalam sekuen tertentu.

Model Matematika
Dengan formulasi di atas, maka HSMPSP dapat dimodelkan sebagai berikut:
42 Penjadwalan Produksi Baio Slab

*,nffo,,r,, (3.21)
i=l i=1

Dengan pembatas:

i=r
i=1
i=1r....,n (3.22)

i=r
i=l
i ='l ,... ,n (3.23)

L <\w,x,, < lJ (3.24)


i=l

(3.2s)
x,, e {o,t} i,i=1,....,n
C(x) adalah tepat satu siklus panjang > 2 (3.26)

Batasan kual itas permukaan (3.27)

Material untuk batasan wide-out (3.28)

Batasan Reheat furnace (3.2e)

Dalam formulasi tersebut, diberikan: [ = I,., wi-wutdan U=L=, wi-wi. Dengan

demikian diperoleh Batasan ini ditunjukkan dalam persamaan (3'24) dan dapat
f*,*"<tl.
i='l

diinterpretasikan sebagai sebuah limitasi terhadap jumlah s/ab dalam sebuah product b/ock atau
line-up. Pembatas (3.26)-$.29) adalah pembatas-pembatas yang tidak dapat diformulasikan dalam
bentuk matematis.
Pada RF, ada delapan kejadian yang dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:

1. S/ab dimasukkan ke RFl


2. S/ab dimasukkan ke RF2
3. Slab'bergerak' dalam RF1
4. S/ab'bergerak' dalamRF2
5. S/ab dikeluarkan dari RF1
6. S/ab dikeluarkan dari RF2
7. S/ab diproses di RM
8. S/ab diproses di FM
Pemodelan Sistem Produksi Slab 43

3.3.4 Dasar untuk Penjadwalan Hot Strip MilllRolling Mill


Wang dan Tang [2008] mengembangkan sebuah konsep penjadwalan pada proses rolling di HSM
dengan menggunakan ['otal Cost Penaltles sebagai fr-rngsi obyektif. Model ini telah dijelaskan pada
Bab ll. Pada prinsipnya, Wang dan Tang membagi penalti biaya pada tiga komponen yaitu:

Penalti perbedaan dimensi antar s/ab dalam satu batch pengerolan


Penalti perbedaan completion time setiap slab dengan delivery, time slab dalam satu batch
pengerolan.
Penalti perbedaan pemakaian kapasitas roller yang diidentifikasikan dengan panjang
maksimum slab yang dapat di-ro// sebelum rol/er diganti.
Untuk pengembangan model, pinaliti menggunakan ketiga komponen tersebut untuk meng-
hitung secara terintegrasi penalti total di ke empat tahap dengan mempertimbangkan karakteristik
proses dari masing-masing tahap tersebut serta pembatas-pembatasnya.

3.3.5 Analisis Proses


Dalam analisis ini, akan dijabarkan parameter-parameter proses untuk CC, SY, RF, dan RM.
3.3.5.1 Continuous Caster

Baja cair yang dimuat oleh /adle mengandung 1 grade tertentu, kemudian dituangkan ke dalam
tundish. Dari tundish baja cair tersebut dituangkan ke cetakan yang kelebarannya dapat disesuaikan
dengan order. Setelah melalui proses pencetakan, pada bagian akhir, strand kemudian dipotong-
potong menjadi beberapa s/ab (Cambar 3.2),

hlltrt*n sr*el
pr.rured irrto----
the tundish

l{t{ten str'el .i}ohd dilwn kr !,*'!rme


\uzzle ------ solid str'cl pite callixl slilh
undrr tl:r tunilsh

Sumber: Lee, Chang, Hong [2004]

Cambar 3.2 Proses Casting


Penjadwalan Produksi Baja Slab
44

(1 heat). Satu muatan penuh ladle yang


Ladle memuat baja cair untuk sekali pemanasan
dicetak dengan 1 ukuran lebar dan tebal'
berisi baja cair terdiri dari 1 grade tertentu, kemudian
slab dengan lebar dan tebal yang sama' Baja yang
sehingga dalam t heat menghasilkan beberapa
s/ab dengan panjang yang telah ditetapkan
selesai dicetak, kemudian dipotong menjadi beberapa
order.
(kadang-kadang hanya beberapa ton saja),
Order konsumen memiliki volume yang bervariasi
memanaskan hingga 120 ton per heat' order-
sementara untuk sekali pemanasan /adle mampu
dan grade yang berbeda-beda' oleh karena itu'
order tersebut juga memiliki panjang, lebar, tebal ,
dalam range dimensi panjang, lebar, tebal' dan
order-order tersebut harus dikelompokkan menurut
kapasitas sekali pemanasan (Heat) (Cambar
grade yang diizinkan, namun juga memperhitungkan
penggantian tundish. Tundish harus diganti
3.3). Selain itu, sekuen heat juga memiliki limitasi
pemakaian t heat tidak penuh, maka akan
setelah beberapa kali pemanasan (heat /ots). Apabila
penuh.
menghabiskan biaya yang besar karena pemrosesan bahan tidak

Sequmce of heats Steb: scheduled rn the heats

Sumber: Ouelhadj [2003]

Gambar 3.3 Heat Schedu/e

Pembatas Pada CC adalah:


memiliki grade Yang sama
1. Kompatibilitas grade di mana s/ab pada heatyang sama harus
perubahan yang kecil dalam
2. Kompatibilitas kelebaran, di mana hanya dibolehkan terjadinya
kelebaran antara s/ab pada heat yang sama'
harus tersedia tePat waktu
3. Waktu, di mana slab yangdibutuhkan untuk diproses pada HSM
penalti dikenakan apabila:
Dengan berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, maka
batas maksimum dan
Dalam 1batch (heat) terjadi perbedaan dimensi lebar s/ab melebihi
minimurn deviasi Yang diizinkan'
delivery time melebihi batas
Dalam 1 batch (heat) terjadi perbedaan completion time dengan
maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan
batas maksimum dan
Dalam 1 batch (heat) terjadi perbedaan pemakaian kapasitas melebihi
minimum yang diizinkan.
Pemodelan Sisfem Produksi Slab 45

3.3.5.2 Slab Yard

S/ab dari CC, kemudian dibawa oleh crane ke tempat penyimpanan sementara yang disebut 5/ab
Yard (SY. Crane menempatkan slab-slab tersebut dalam tumpukantumpukan. Slab-slab tersebut
berada di SY hingga dibutuhkan untuk diproses di RF. S/ab dipindahkan ke area RF juga dengan
bantuan crane (Cambar 3.4 dan 3.5).

Raihvay trsd
(tncorning rlabsi

lrowx4columns
aF*"-'.*'.*
Roller Table
IOr.rtgoing s]abr]

Sumber: Dohn dan Clausen [2008]

Cambar 3.4 Layout Slab Yard Sederhana

Cran Slab yang


dibutuhkan
d ikel uarkan
dari tumpukan

Gambar 3.5 Proses Piling Slab

SY memiliki beberapa crane yang beroperasi secara terus menerus untuk memindahkan slab.
Pemindahan tersebut meliputi: pemindahan slab dari CC ke tumpukan di SY dan pemindahan s/ab
dari SY ke area RF. Satu tumpukan terdiri dari 16-20 slab dengan range panjang, lebar, dan grade
yang sama. Jika s/ab yang ditumpuk lebih dari batas maksimum, maka s/ab-slab yang berada di
bagian bawah berpotensi rusak atau tumpukan tersebut akan roboh. Sementara dalam satu
tumpukan, urutan penyimpanan slab juga harus memperhatikan perbedaan dimensi agar tidak
melebihi batas maksimum dan minimum yang diizinkan. Karena slab di SY harus memenuhi
persyaratan proses pada RF, maka perbedaan dimensi antar s/ab dalam satu tumpukan seharusnya
Penjadwolon Produksi Boja Slab
46

s/ab dari tumpukan


memenuhi rangedimensi s/ab untuk pemrosesan di RF. Crane bisa mengambil
terdapat pada bagian
mana saja yang diperlukan oleh RF. Namun jika s/ab yang dibutuhkan tidak
atas tumpukan maka Crane terpaksa harus membongkar tumpukan
untuk mencapai s/ab tersebut'

Dengan demikian, penalti dikenakan apabila:


grade s/ab melebihi
Dalam l batch (pile) terjadi perbedaan dimensi panjang, lebar, tebal ,dan
batas maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan'
time melebihi batas
Dalam l batch (pile) terjadi perbedaan completion time dengan delivery
maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan
batas maksimum dan
Dalam I batch (pile) terjadi perbedaan pemakaian kapasitas melebihi
minimum yang diizinkan.
3.3.5.3 Reheat Furnace
menghasilkan koil (cambar 3'6 dan
Setiap s/ab harus dipanaskan ulang di RF sebelum di-rolluntuk
3.7).

Gambar 3.6 Layout Reheat Furnace

Reheat Funxe

Gambar 3.7 Proses Reheating Slab


Pemodelan Sistem Produksi Slab
47

Jumlah siab yang dapat dipanaskan oleh sebuah RF tergantung pada dimensi RF. Demikian
juga dengan dimensi s/ab. Pada saat dimasukkan ke RF, Panjang
s/ab tidak boleh melebihi lebar
internal RF, yaitu 12 m, dan juga tidak terlalu pendek sehingga akan terdapat ruang kosong yang
akan menyebabkan overheat dan pemborosan energi. Jumlah slab yang dipanaskan ulang di RF
juga tidak boleh melebihi panjang efektif RF yang mencapai 45
m. Lama waktu pemanasan ulang
s/ab tergantung pada 4 karakteristik slab: tebal, grade, temperatu r charging, dan temperatui
discharging. Dengan kata lain, setiap s/ab memiliki waktu proses (residence time) serta ,kecepatan
slab'yang tergantung pada dimensi s/ab tersebut. Kecepatan I batch s/ab dalam sekali pemanasan
ulang adalah kecepatan dari s/ab dengan residence time atau processing time paling singkat
di
dalam batch tersebut, sehingga jika ada s/ab-slab Iain dengan selisih residence tlme yang lebih
lama maka akan menyebabkan slab-slab tersebut tidak cukup panas untuk di-roll. Di sisi lain,
ketika
pemanasan dilakukan mengikuti residence time slab-slab yang lebih lama,
maka s/ab-s/ab dengan
residence time terkecil mengalami overheat hingga melampaui temperatur discharging,
dan juga
temperatur pengerolanyang dibutuhkan. Dengan demikian, slab-slab yang dimasukkan dalam l
batch harus memiliki range dimensi yang sama, serta pada saat yang sama utilisasi RF juga
maksimal.

Dengan berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, maka penalti dikenakan apabila:

Dalam 1 batch reheating terjadi perbedaan dimensi tebal, grade, temperatu r charging, dan
temperatur discharging s/ab melebihi batas maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan.
Dalam 1 batch reheating terjadi perbedaan completion time dengan delivery time melebihi
batas maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan.
Dalam l batch reheating terjadi perbedaan pemakaian kapasitas RF melebihi batas maksimum
dan minimum yang diizinkan.
3.3.5.4 Rolling Mill
Setelah dipanaskan ulang di RF, s/ab harus segera dimasukkan ke HSM. Operasi pengerolan terdiri
dari 2 sesi yaitu sesi primer (primary Operation) dan sesi penyelesaian (Finishing Operation).
Operasi primer memproduksi produk-produk baja dari bahan mentah dan operasi penyelesian yang
mengontrol spesifikasi akhir agar sesuai dengan order. Operasi primer dilakukan di Roughin g miit
yang mempunyai serangkaian rolling stand yang mengurangi ketebalan s/ab. pada Cambar
3.8.
terlihat bahwa setiap rolling stand terdiri dari dua pasang roller: work roller dan backup roller.
Work roller menggunakan tekanan secara langsung ke baja slab panas, sementara backup roller
menggunakan tekanan pada work rol/er untuk mengulur panjang baja. S/ab panas tersebut
seringkali harus melewati roller, maju dan mundur beberapa kali. Setiap kali melewati roller,
bentuk dan dimensi baja tersebut berubah secara gradual hingga mencapai dimensi teftentu
untuk
dapat menghasilkan koil-koil baja dengan dimensi dan sifat-sifat mekanis yang diinginkan. pada
operasi penyelesaian (finishing mil/) ketebalan s/ab tersebut dikurangi hingga ketebalan
1 .39 dan
6.19 milimeter. Sesudah itu, slab yang sudah menjadi strip baja dikirim ke coiler untuk
menghasilkan koil baja.
48 Penjadwolan Produksi Boia Slab

slab
a

Coller
Finishing Mill
Roughing Mill
Sumber: Carcia (l997)

Gambar 3.8 Proses Rolling Slab

Work roller melakukan kontak langsung dengan lembaran baja panas dan roller tersebut.iuga
cepat panas karena tekanan dan temperatur. Karena terjadi aus dan retak, maka work
roller diganti
dalam interval tetap dan proses pengerolan dibagi dalam shift di mana
jumlah s/ab per shift
terbatas. Apabila rol/er tidak sering diganti, maka rol/er yang aus dan retak akan
merusak dua s/ab
yang di-ro// berurutan sehingga menyebabkan kualitas koil menurun. Harga rol/er sendiri mahal
serta time /ost dalam produski akibat penggantian roller juga mahal, sehingga
perlu me-
kualitas koil
maksimalkan throughpr-rt antara 2 pergantian roller dengan tetap mempertahankan
(dalam industri disebut
yang dihasilkan. Sekuen slab yang di-ro// dalam shifr tertentu disebut batch
program atau turn atau product btock). order di mana koil-koil diproses secara bersama dalam
satu

batch dibatasi oleh pembatas-pembatas batching dan sequencing. Pergantian dimensi


yang
rol/er. oleh
signifikan antara dua s/ab yang berurutan dapat berpotensi pada terjadinya keausan
kualitas terbaik,
karena itu dibutuhkan pergantian dimensi slab secara gradual. Untuk mencapai
(decreasing order\'
koil harus di-rotl dengan pergantian ukuran panjang s/ab secara menurun
(shape) tertentu. Salah satu
Karena pembatas teknis ini, maka setiap batch harus memenuhi bentuk
(peti mati). Coffin ini
bentuk umum dalam penjadwalan Hot Strip Mill adalah bentuk coffin
panjang keseluruhan
mendefenisikan s/ab-slab mana yang harus di-roll, ukuran profil s/ab, serta
yaitu pengerolan s/ab (koil) yang
dari koil dalam satu batch. Mula-mula dilaksanakan sesi warm-up
,mudah, (sempit, tebal, kurang keras). Kemudian pengerolan koil-koil yang 'sulit' (lebar, tebal,
keras), dari s/ab dengan kelebaran terbesar hingga kelebaran terkecil. Bentuk
coffin ditentukan
dengan mempertimbangkan kapabilitas produksi Hot Strip Mitt dan tujuan-tujuan
komersial.

Dengan berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, maka penalti dikenakan apabila:


pengerolan,
Dalam 1 batch pengerolan terjadi perbedaan dimensi tebal, grade, temperatur
temperatur finishing, dan temperatur koiling slab melebihi batas maksimum dan
minimum
deviasi yang di izinkan.
Dalam 1 batch pengerolan terjadi perbedaan completion time dengan delivery time melebihi
batas maksimum dan minimum deviasi yang diizinkan'
Dalam .l batch pengerolan terjadi perbedaan pemakaian kapasitas rol/er melebihi batas
maksimum dan minimum yang diizinkan'
Pemodelan Sistem Produksi Slab 49

Deskripsi dari berbagai proses dan parameter yang terlibat pada CC, SY, RF, dan RM adalah
seperti pada Tabel 3.2.

3.3.5.5 Kefadian-kejadian di dalam Sistem


Dari hasil analisis proses, maka beberapa kejadian dalam sistem ini adalah:
1) Baja dilebur di CC
2) S/ab dicetak di CC
j) S/ab dipotong di CC
4) S/ab dibawa ke SY
5) S/ab ditumpuk di SY
6. S/ab diangkut ke RF
7. S/ab dimasukkan ke RF
8. S/ab dipanaskan di RF
9. S/ab dikeluarkan dari RF
10. Slab langsung dibawa ke RM
1 L Slab di-rolldi RM

12. Slab di-finishing di RM


13) Slab dikoilingdi RM
Kejadian-kejadian dalam sistem tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk Diagram Aliran
Proses sebagaimana pada Cambar 3.9.

Slab dicetak
Slab ditumpuk/
Slab dipotong
Slab disimpan

Slab di-ro//ing
Slab dipanaskan
Slab di-finishing
ulang
Slab di-coillng

Gambar 3.9 Diagram Aliran Proses


Penjadwalan Produksi Baia Slab
50

o
tr99
P -
f
tr
6;s c
=o o o19 o 6
d
!6q 6 o
o 60
)z
q)
6
o
o-
6
+q
!
E loE
:& EEE
d 6 Mo
u ^" io
AJ
Lts
.-E ._o
e 6E g3
E=* tsbEE
OJ E
o
!!o o,: o o o,:
LJV
!!
FESE€E€ EEEE€EEE€
E
G
(s a
o-
,t LO
:
-^oet!tb.*
:u
^"
EE!
s sepg
u e",q@s.:99p
EE
= H3 BI h E.q-6 r.=
a.) C A,
E E.q-6 ts
q.) EL !!; E.q-6
c F !-o c F = =.9 =*
!EFSEEE€El
(!
{
6 -9e80 -9eCe !EESE€E€ rrl
(|0
6 E
o-
GI O
CB
OG
Gtr
c
o o
N
G

E J?
o
@
6
o N
6e O N
o 6
l N
o a
V u
-o 3o c
oo 6
(^
G
p!
-=6
4.-
Ca - do oE
rq
q
6C
oA
E> t.9
.Y ';!; - d<
i.E
6=
e.! Ho @-
Bo oY c;
o60i ood= *=+ii GA
c;

o_ 6
5r qo
*9 tr
a.) 6 .ld 6ti !E
6O
ic=@
L q_
o c EtZ-
o fc
cP :E
S=
o_ J
o
+ S*
=ad<o
iio=cxT 3
lE =6
<i
fG

o- o 9EES:
E
-Y E
d
E E t @
AJ
o
o ,TE 6
(\t
aa L o
o
=
E F
o 6
? AE f - a
r
-a
(g
E6
d =s
c
o E =
=
FEHE
,:,i s _:
!
a

@
6 c @
6
u
c u
'E

Eo =o
d E d

3.3.5 PengembanganModel
3.3.6.1 ldentifikasi Parameter, Variabel Keputusan, dan Penalti

Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa pemodelan


dengan minimasi total cost penalties
adalah pemodelan yung *"rinimumkan perbedaan nilai-nilai parameter antardua job yang
perbedaan kapasitas dalam 1 batch'
berdekatan dalam ,uiu bat.h, perbedaan de:livery time, dan
Pemodelon Sistem Produksi Slob 51

Parameter-parameter tersebut adalah input yang menentukan besar kecilnya nilai penalti. Secara
ringkas, parameter-parameter yang digunakan dalam model ini sebagaimana pada Tabel 3.2.

1. Continuous Caster
Model penjadwalan CC dapat ditetapkan sebagai penjadwalan n slab dengan variasi grade, lebar,
dan bobot, hingga jumlah m heat minimum dengan kapasitas yang identik untuk meminimasi
earliness dan tardiness dari penalti delivery time. Penjadwalan tersebut juga harus menjamin
bahwa bobot total dari semua slab dalam satu heat tidak melebihi kapasitas maksimum, dan tidak
ada heat yang menghasilkan slab dengan lebar dan grade yang tidak sesuai. Semua heat memiliki
kapasitas yang sama, dan slab dari setiap heat yang diproduksi untuk persediaan (made to stock),
akan lebih sulit untuk terjual.
Berdasarkan penjelasan pada Bagian 3.3.5.1, maka proses pada CC beserta parameter-
parameter yang berperan dapat didefenisikan sebagai berikut:

Parameter
t/v jumlah batch yangdihasilkan, V: {1,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
N jumlah s/abyang dihasilkan per batch (slab), N : {0,1 ,2,...,n\, di mana 0 menunjukkan
slab dummy.
w serangkaian penalti
Kmaks volume maksimum dalam satu batch di CC
K-i, volume minimum dalam satu batch di CC
vi bobot s/ab i
tPi steel grade slab i
Ii: panjang slab i
bi lebar s/ab i
Oi
D' ketebalan s/ab i
Tr waktu yang dibutuhkan untuk mengganti tundish
&,i delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
du, i delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i

Penalti

dbii : penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan iyang berdekatan dalam satu batch
O, j i kasl abi d an j mem i I i ki lebary angs am a

w, . b, - b, <6;
jikaO
6bii =
wr, jikaO . b, - b, <5;
a, jikasebaliknya
Cii penalti transisi untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam 1 batch
dbii
Penjadwalan Produksi Baia Slob

Dalam sistem riilnya, untuk sekali pemanasan (1 batch), grade dan lebar slab-slab yang
dihasilkan adalah sama. Dengan demikian, maka penalti perbedaan dimensi dalam penjadwalan
terjadi karena kesalahan posisi sebuah slab pada sebuah batch'

Auxiliary Variabel
Di : penalti untuk earliness of delivering slab i
: ws x max{dt'- ci,O}
Di : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: w6 x max{ ci- duri,0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch

: *'(r"u' -;r'u'')
Variabel Keputusan

fl,iika slab i dipro.ses tepat sete/ah slab i dalam batch k,i *i


*,n =
t o, jika sebaliknya

fl,iika stab i dipilih untuk diproses dalam batch k,


rtt -I o,iikasebaliknya
i e N, k av
- 'ii -
Z7
fl, iika batch i diproses sebelum batch i
t
I o, iika sebaliknya
i,iev
& :start time batch k (k e Y)
Cr, :completion time batch kk e V)
ci :completion time slab i (k e U. Untuk slab yang dipilih diproses pada batch i, maka
Ci -Cend* pi + Tr
Maka jumlah penalti untuk penjadwalan di CC dapat diformulasikan pada Persamaan 3.30:
Til ri ri Tii ri Til

= LrrLC,,*,,u + t\1o1, + D2,ly,u * AIR* (3.30)


k=l ,=0 /=0 k=l ,=1 k=l

2. Slab Yard

Parameter
V jumlah batchyangdihasilkan, y: {1 ,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
N jumlah slabyangdihasilkan perbatch (slab), N : {0,1 ,2,...,n\, di mana0 menunjukkan
(i,j).
slab dummy. Dua slab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge
Pemodelan Sistem Produksi Slob 53

W : serangkaian penalti
Pmaks : jumlah s/abmaksimum dalam satu batch di Sy
Pmin : jumlah s/ab minimum dalam satu batch di Sy
LPi : stee/ grade slab i

li - panjang s/ab i

bi : lebar s/abi
gi : ketebalan s/abi
pi : processing timeslabi
ri : waktu kedatangan s/abi
Tr : lama waktu s/ab berada di Sy
d'' i : delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i

duti : delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i

Penalti
drlt,, penalti untuk perbedaan steel gradeuntuk s/abi dan iyangberdekatan dalam satu batch
_,t = IlO,jika slab idan imemilikisteelgrade yang sama
tt
dro..
w1, jika sebaliknya
I
i,ieN
dbii : penalti untuk pergantian lebar untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu batch
iit<a slab idan jmemilikilebar yang sama
[0,
* 2, )ikao . bi - b; = ul
' =]
db,,
w.r,iikao. bj-b, 5i
I =
oo, jika sebaliknya
I
dlii : penalti untuk perbedaan panjang untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu batch

[0, .iita slab idan jmemilikipanjang yang sama


wo,iikao.li -l,,
' =]I
d/ =uJ
wr, iika o <lj-li < 6i
L *, jika sebaliknya
Penalti perbedaan dimensi slab-slab dalam satu batch adalah penalti kesalahan posisi slab i
dalam batch k.
C,i : penalti transisi untuk s/abi dan iyang berdekatan daram 1 batch
: dw'i+ dlii
:
Coi Cio:0 untuksemua ie N\{0}.
54 Penjadwalon Produksi Bojo Slab

Auxiliary Variabel
Dr : penalti untuk earliness of delivering slabi
wo x max{dLri- ci,O}
D'i : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: wz X max{ ci- duri,0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
: w ,(PMM5 -Zy,ug,)
leN

Variabel Keputusan

[t,1ika slab jdiproses tepat setelah slab idalam batch k,i *j


X,it = I
t 0, jika sebaliknYa

i,i eN, k ev
ll, iika slab i dipilih untuk disimpan dalam batch
Yip = 1
0, iika sebaliknYa
t
i e N, k ev
[t,1ika batch idiproses sebelum batch j
-'t I
7.. =1
o, jika sebaliknya

i,iev
Bk : start time batchk (k e V)
Ck : completion time batchk(k e V)
ci : completion time slab i(k e V). Untuk slab yang tidak dipilih, maka
ci : cend+ Tl
Formulasi matematis untuk jumlah penalti di SY sebagaimana Persamaan 3.31:
TIi TI TI TiI TI TiI

= l,rtt C,iX,iu * lrZl,tor, + D2ily,u + )"r\Ru (3'31)


*=r i=o i=o k=l i=l k=1

3. Reheat Furnace

Parameter
V : jumlah batch yang dihasilkan, V: {1,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
N : jumlah s/ab yang dihasilkan per batch (slab), N : {0,1 ,2,...,11\, di mana 0 menunjukkan
slab dummy. Dua slab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i,j).
W : serangkaian penalti

Bmaks : iumlah lebar s/ab maksimum dalam satu batch di RF


Pemodelan Sistem Produksi Slob 55

B^in : jumlah lebar s/ab minimum dalam satu batch di RF


Vi : stee/ grade slab i
li : panjang s/ab i
bi : lebar s/ab i
gi : ketebalan s/ab i

pi : processin g time slab i

ti : waktu kedatangan s/ab i


t'i : charging temperature slab i
tdi : discharging temperature slab i
dL'i : delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
du'i : delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i

Penalti

dv,i penalti untuk perbedaan steel grade untuk slab i dan i yang berdekatan dalam satu
batch
slab idan jmemilikisteelgrade yang sama
r.tn
-'t'tt=JO,1it<a
I w,, jika sebaliknya
i,jeN
dg,, : penalti pergantian ketebalan untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu batch

lO, ii*a slab i dan i memilikitebalyang sama


dg,i = jikaO.ls, - e,l< 5,
]w,
I o, sebaliknya
di mana Sgmenunjukkan perubahan ketebalan maksimum yang diizinkan
dt'ii penalti pergantian charging temperature untuk s/abi dan I yang berdekatan dalam satu
batch
fO,lika grup idan jmemilikitemperatur charging yang sama
u ii
dT?={
lw,iika.lr,'r,l = ,r.
'l

di mana drcmenunjukkan perubahan charg ingtemperature maksimum yang diizinkan


dtdii penalti pergantian discharge temperature untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam satu
batch

*,1 : w o, jikao.lt'Il r,
=
a,iika sebaliknya
Penjadwalan Produksi Baja Slab

di mana 6ra menunjukkan perubahan discha rge temperature maksimum yang diizinkan

C,i : penalti transisi untuk s/abi dan i yang berdekatan dalam 1 batch
: dpii+ dgii+dT'ii + dP,i
Coi : Cio:0 untuk semua i e N\{0}.
Auxiliary Variabel
Di : penalti untuk earliness of delivering slab i

: Ws X max{dL'i- ci,O}
D'r : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: Wo X max{ cr- du1i,0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
/\
= wzl B^r*, \-,, A I

\ frtikvi )
Variabel Keputusan

fl, iika stab j diproses tepat sete/ah slab i dalam batch k, i*i
x,iu =
t o, jika sebaliknya
i,i e N,k e y
fl, iika slab i dipilih untuk diproses dalam batch k,
/;t =
o, iika sebaliknya
{

-',,-_ fl, iika batch i diproses sebelum batch i


1 o,sebaliknya
i,iev
B* : time batch k(k e Y)
start
C* : completion time batch k (k A V)
ci : completion time slab i(k e U. Untuk slab yang tidak dipilih, maka
Ci : Cend* Pi

Dengan menggunakan notasi-notasi serta variabel-variabel tersebut, maka formulasi jumlah


penalti untuk RF adalah sebagaimana pada Persamaan 3.32:
TIi TI TI TiI TI TiI

= I,ZII C,iX,iu + lrZf,tot, + D2iV,t + Lrlno (3.32)


k=1 i=o i=o k=l i='t k=l
t
Pemodelon Sistem Produksi Slab 57

4. Rolling Mill

Parameter
V jumlah batch yang dihasilkan, v: {1,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap
jumlah s/ab yang dihasilkan per batch (slab), N :
{0,1 ,2,...,n1, di mana 0 menunjukkan
slab dummy. Dua s/ab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i,j).
W serangkaian penalti : {wr,wz,...wzo}
L-aks jumlah panjang s/ab maksimum dalam satu batch di RM
Lmin panjang total maksimum yang diizinkan untuk seksi material pokok dari sebuah batch
L, panjang total maksimum yang diizinkan dari koil yang berdekatan yang mempunyai
lebar yang sama dalam seksi material utama.
LlJi
steel grade slab i
li panjang s/ab i
bi lebar s/abi
gi ketebalan s/ab i
hi kekerasan s/ab i
pi processing time slab i
ri waktu kedatangan s/ab i di RM
Ts waktu yang dibutuhkan untuk mengganti working roller.
To rata-rata statistik waktu proses dari seksi material warm-up.
toi temperatur pengerolan s/abi
tti temperatur finishing slab i
t2i temperatur koiling slab i
dL,i : delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
du 'i : delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i

Penalti
d$,i penalti untuk perbedaan steel grade untuk s/abi dan iyangberdekatan dalam satu batch
, lO, jika slab idan j memiliki steel gradeyang sama
O(D,, = I
t tt
lw.r, iika sebaliknya
iieN
dbii : penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan iyang berdekatan dalam satu batch

slan i dan i memiliki lebar yang sama


liika
1bii = )w,iikaO<b, -b,<61
fw, iika0 . b, - b, < 6i
[ -,jikasebaliknya
Penjodwalan Produksi Baja Slab

dg,, penalti pergantian ketebalan untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu batch

lo, iika slab i dan j memilikitebalyang


I
sama
dg,i = ]wo, iikao < ls, - c,l< 6,
[ *, sebaliknya

di mana 69menunjukkan perubahan ketebalan maksimum yang diizinkan


dhii penalti pergantian kekerasan untuk koil i dan I yang berdekatan dalam satu batch

fo, ii*a slab i dan i memilikike ker asan yang sama


6hii =
)w, iikao . ln, - h,l= 5n
I o, sebaliknya
di mana 6r, menunjukkan perubahan kekerasan maksimum yang diizinkan
dtoii penalti pergantian temperatur pengerolan untuk koil i dan i yang berdekatan dalam satu
batch

lO, iika slab i dan i memiliki disch arge temperature yanT sama
d,; = wu, iikao. l,i
]
-,il = e'
I oo, sebaliknya

di mana 6t0 menunjukkan perubahan temperatur pengerolan maksimum yang diizinkan


dttii penalti pergantian temperatur finishing untuk koil i dan i yang berdekatan dalam satu
batch

slab idan jmemilikitemperatur finishing yang sama


[o,1it<a
dt; =Iw,,iikao.l,l -,;l .e'
I o , sebaliknya

di mana 6t1 menunjukkan perubahan temperatur finishing maksimum yang diizinkan


Or',, penalti pergantian temperatur koiling untuk koil i dan i yang berdekatan dalam satu
batch

lO,ii*a
slab i dan i memiliki temperatur koiling yang sama

dtl =
]w,,iikao. l,i - ,il= u'
la,sebaliknya
Pemodelan Sistem Produksi Slab 59

di mana 6t2 menunjukkan perubahan temperatur koiling maksimum yang diizinkan.


C,i penalti transisi untuk slab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch
dp,i+ dbii+ dg,i+dh,i +dPii +dTtii + dT2ii
Coi Cio: 0 untuk semua i e NVO).
Auxiliary Variabel
Di : penalti untuk earliness of delivering slabi
: Ws X max{dllr ci,0}
D'i : penalti untuk tardiness of delivering slab i
: wro x max{ ci- dulir0}
Rr : penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch

='"([-,* -
]'-',)
Variabel Keputusan

_ _ ft,iika slab j diprosestepat sete/a h stab i dalam batch k,i * i


^,/r -
Io,iik a sebaliknya
i,jeN,k e v
., _- fl,iika batch i diproses sebelum batch j
''u 10, jika sebaliknya
ie N,k ev
batch i diproses sebelum batch j
2.. =1fl,iika
-
" 10,
jika sebaliknya
i,iev
Bk start time batch k (k e V)
Ck : completion time batchk(k e V)
ci : completion time slab i(k e U. Untuk slab yang tidak dipilih, maka
ci : cend+ pi +Tg
Dengan menggunakan notasi-notasi serta variabel-variabel tersebut, maka model pen-
jadwalan untuk RM, dapat diformulasikan dengan Persamaan 3.33:
Tti il Tt Tit Tt Til
= A,ZIZ C,,x,,u + l"rl\tol, + D2,ly,u + ).r\Rk (3.33)
k=1 i=0 i=0 k=t i=l k=l
Penjadwalan Produksi Baja SIab

3,3.6.2 Model Usulan

Dengan menggunakan parameter-parameter dan persamaan-persamaan (3.30), (3.31), (3.32), dan


(3.33) sebelumnya, maka dikembangkan model usulan yang mengintegrasikan penjadwalan pada
CC, SY, RF, dan RM.

Parameter

V jumlah batchyangdihasilkan, y: {1 ,2, ..., m}, di mana m adalah bilangan tetap


N jumlah slab yangdihasilkan per batch (slab), N : {0,1 ,2,...,n\, di mana 0 menunjukkan
slab dummy. Dua s/ab yang berurutan i dan i ditunjukkan oleh sebuah edge (i,l).
Dalam model ini, jumlah batch yang dihasilkan pada masing-masing Tahap l,Iahap 2,
Tahap 3, dan Tahap 4 adalah sama (Vr:Vz:V::V+:m). Jumlah s/ab n dalam satu
batch k pada setiap tahap adalah sama (Nrr:Nu:Nn:Nr.+ untuk 1,2, 3,4 adalah
indeks tahap atau mesin).
W serangkaian penalti
K-aks volume maksimum dalam satu batch di CC
Kmi, volume minimum dalam satu batch di CC
P-aks jurnlah s/ab maksimum dalam satu batch di SY '
P-in jumlah s/ab minimum dalam satu batch di SY
Bmaks jumlah lebar s/ab maksimum dalam satu batCh di RF
B^in jumlah lebar s/ab minimum dalam satu batch di RF
Lmaks jumlah panjang s/ab maksimum dalam satu batch di RM
Lmin panjang total maksimum yang diizinkan untuk seksi material pokok dari sebuah batch
L, panjang total maksimum yang diizinkan dari koil yang berdekatan yang mempunyai
lebar yang sama dalam seksi material utama.
vi bobot s/ab i
LPi steel grade slab i
li : panjang s/ab i
bi lebar s/ab i
gi ketebalan s/ab i
hi kekerasan s/ab i
pti processing time slab i di CC
p2i processing time slab i di RF
p3i processing time slab i di RM
rti waktu kedatangan s/ab i di SY
r2i waktu kedatangan s/ab i di RF
rii waktu kedatangan s/ab i di RM
Tr rata-rata waktu yang ditetapkan untuk penyimpanan slab, yaitu waktu transportasi s/ab
dari CC ke SY dan SY ke RF, serta waktu penyimpanan s/ab di tumpukan.
Tr waktu yang dibutuhkan untuk mengganti tundish.
Pemodelon Sistem Produksi Slab
61

Te waktu yang dibutuhkan untuk mengganti working roller.


To rata-rata statistik waktu proses dari seksi material warm_up.
t'i temperatur charging slab i
tdi temperatur discharging slab i
toi temperatur pengerolan s/ab i
tti temperatur finishing slab i
t2i temperatur koiling slab i
d", delivery time tercepat yang diizinkan dari s/ab i
du,, delivery time terlama yang diizinkan dari s/ab i

Penalti

d,lt,i :penalti untuk perbedaan steel grade untuk slab idani yang berdekatan dalam satu batch
iika slab i dan j memilikistee/ grade yang sama
-'t'ii: [0,
rtrn
lw' jika sebaliknya
i,jeN
dbii penalti untuk pergantian lebar untuk s/ab i dan
iyangberdekatan dalam satu batch

lO,
ii*a i dan i memiliki lebar yang sama
slab

db, =)
w,iikao'b,-b,<61
I w,iika0. b, -b, < 6i
I o, iika sebaliknya
dg,, penalti pergantian ketebalan untuk s/ab i dan yang berdekatan dalam satu batch
i
lO, ii*a
slab i dan j memilikitebalyang sama
dg,i= *o,iikaO.ls, - S,l< 6,
1
I co, sebaliknya

di mana 69menunjukkan perubahan ketebalan maksimum yang diizinkan


dhii penalti pergantian kekerasan untuk koili dan i yangberdekatan dalam satu batch

lO, ii*a
slab i dan i memilikikeker asan yang sama
dh,, =1 w,jikao.ln, -h,l=an
I oo, sebaliknya

di mana 6r,menunjukkan perubahan kekerasan maksimum yang diizinkan

dt' ii : penalti pergantian chargingtemperature untuk slab idan


i yang berdekatan dalam satu
batch
Penjadwalan Produksi Baja Slab

lO, iit<a
slab i dan j memilikitemperatur yang sama
dti, =1 wu,iikao.lri-,il <4.
[ * , sebaliknya

di mana 6tc menunjukkan perubahan charging temperature maksimum yang diizinkan


dtd,i penalti pergantian discharge temperature untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam satu
batch

. , lO, iika slab i dan i memilikidisch arg e temperatur yang sama


dt; =
1 ,,,iikao.l,,o -,,91=4,
di mana 6ta menunjukkan perubahan dlscha rge temperature maksimum yang diizinkan
dtoii penalti pergantian temperatur pengerolan untuk koil i dan I yang berdekatan dalam satu
batch

lO, iika
slab i dan j ntemiliki disch arge temperatur yang sama
dt; = j wu,iikao.l,: -,il a'
=
I m, sebaliknya

di mana 6t0 menunjukkan perubahan temperatur pengerolan maksimum yang diizinkan


dt'ii penalti pergantian temperatur finishing untuk koil i dan i yang berdekatan dalam satu
batch

lO,iika slab i j memilikitemperatur yang sama


dan

=i
I

a,i w,,iikao.l,; -r;l=&'


I

I co, sebaliknya

di r.nana 6trmenunjukkan perubahan temperatur l'inishing maksimum yang diizinkan


dt2ii penalti pergantian temperatur koiling untuk koil I dan i yang berdekatan dalam satu
batch

slab i dan i memilikitemperatur koiling yang sama


lO, iit<a
dti, =1 wu,iikao.lr,'-r;l
=e'
I oo, sebaliknya

di mana 6t2 menunjukkan perubahan temperatur koiling maksimum yang diizinkan.


Crii penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch pencetakan
dbii
Pemodelan Sistem Produksi Slob

Czii penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch tumpukan
drltii+ dlii
Cti penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch pemanasan ulang
dpii+ dgii+dt'ii + dtdii
Ctii penalti transisi untuk s/ab i dan i yang berdekatan dalam 1 batch pengerolan
dtltii+ dbii+ dgii+dhii +dt1ii +dttii + dt2ii
Coi Cro: 0 untuk semua i e N\{0}.

Auxiliary Variabel
Dri penalti untuk earliness of delivering slab i
wrr x max{dl'l- ci,0}
Dz'i penalti untuk tardiness of delivering slab i
wr+ x max{ ci- du'i,0}
Rrr penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch
)
= w ts = -(, --\'LV ,rv,
[K,,,,,, 1
Rzr penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch

=w16 =( ,.
-tA, = --t"LY*8t^)
[.r.rr' )
R:r penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch

=w17 =[u-,u,-Ir-0,)
R+r penalti untuk kapasitas tersisa dari setiap batch di RM

= w 1s= (,,,* - Ir,-,,)

Variabel Keputusan

|l, iika stab i dipro.ses tepat sesudah slab i dalam batch k CCk,* i
X1,', =
1t o ,iikasebaliknya
i ditumpuk dibawah slab i dalam tumpukan k SY, i * i
*',u = fl, iika
slab

t o, iika sebaliknya

fl, iika slab i dipro.ses tepat sesudah slab i dalam batch k RF, i * I
=
',,,^ t o, iika sebaliknya
fl, iika slab i diproses tepat sesudah slab i dalam batch k RM,i *i
Xo,* = 1
t O,iika sebaliknYa
l i,

*,* =
leN, k ev
l"t, iika slab i dipilih untuk diproses dalam batch k
t O, jika sebaliknya
Penjadwalon Produksi Baia Slab

ll, iika heat i diproses sebe/um heat i di CC


z''i =
\ o, iika sebaliknya
ll, iika batch i diproses sebelum batch i di SY
z,i, = o, iika sebaliknya
\
fl, iika batch i diproses sebelum batch i di Rf
4ii = o, iika sebaliknya
\
zqii =
fl, iika batch idiproses sebelum batch i di RF
\ o, jika sebaliknya
i,iav
ft, iit<a batch i dipilih untuk diproses di RF2
- -)
t'i - iika batch i dipilih untuk diproses di RF2
10,
81k start time batch k di CC (k e V)
B2k start time batch k di SY (k e V)
B3k start time batch k di RFl (k e V)
B4k start time batch k di RF2 (k e V)
B5k : start time batch k di RM (k e V)
C1k : completion time batchkdi CC (k e V)
C2k : comPletion time batch k di SY (k e V)
C3k completion time batch k di RF1 (k e V)
C4k : completion time batch k di RF2 (k e V)
C5k : completion time batch k di RM (k e V)
ci completion time slab i (k e U.

untuk indeks batch satu (k : 1);

ci: Tl+ p'li + P2i + P3i, dan


cj: ci+Tl+ P1j + P2j +P3j
Untuk batch sebelum penggantian tundish;
ci: cend+Tg +Tl+ P1i + P2i +P3i, dan
cj: cend+Tg +Tl+ P1j + P2j +P3j
Pemodelan Sfstem Produksi Slab

Untuk batch saat penggantian tundish, k e {4, g, 12, ...\;

ci: cend+TT +Tg +Tl+ p1i + p2i +p3i, dan


cj: cend+TT +Tg +Tl+ p'tj + p2j +p3j
Perlu diperhatikan bahwa model ini menggunakan 2 mesin RF pada Tahap ke-3, sehingga
completion time slab i pada batch kedua (ciz) adalah completion time slab tersebut dikurangi
dengan jumlah processing time slab-slab di batch pertama pada RF. Penjelasan lebih rinci dapat
dilihat pada Langkah 4 - Z Sub Bab 3.6.
Model penjadwalan untuk CC, SY, RF, dan RM, diformulasikan sebagai berikut:

Model Minimasi Penalti Total

=
^,if Fc.
k=l
Lt
i=0 l=0
l;i
x.lqt

*)'rlfg_
k=l
LLr,,Xr,u
i=0 l=0
2m
* \2> it.,,,*,,,
F=l k=1 i=0 l=0
mn nrflDp
(3.34)
+2.5.t ZC
1 /-t l-l o,,X o,,o *,e"r\lto1, + D2,)y,r, + AuZRrr
k=l i=0 l=0 k=1 i=l k=l
2m
+ t,ix,r + luzlR,_
k=1 F=1 k=1

+ s",iao,

Penjelasan Model

)'t, )uz,7"t, )v, )"s, )"0,luz, ?"a, )"se [0, 1] adalah konstanta awal dengan:
9

Z1' =l
i=0

1;, )'2, )"t, )'+, adalah konstanta awal untuk penalti perbedaan dimensi pada CC, Sy, RF, dan
RM. l"s, adalah konstanta awal untuk penalti perbedaan earliness dan tardine.ss. Sedangkan \rs, ),.0,
)a,lua, l"s, adalah konstanta awal untuk penalti untuk left capacity. Persamaan tersebut juga
menunjukkan bahwa untuk setiap nilai l,r : 1, ie{0,1 ,2,...,9}, akan dihasilkan nilai penalti yang
sesuai dengan parameter-parameter yang ingin diminimalkan penaltinya. Misalkan untuk 7"r : 1,
maka minimasi Penalti Total adalah:
66 Penjadwalan Produksi Bojo Slab

=
^,Lf;:c,,,*,,,0
k=l i=0 i=0

dan seterusnya. Model ini terdiri dari tiga jenis cost yaitu:
mnn
IIIC,,,,,,n
k=] ,=0 i=0

adalah total penalti transisi untuk perbedaan dimensi antar slab dalam setiap batch di CC.

LfLr,,,*,,,r
i=0 i=0
k=1

adalah total penalti untuk perbedaan dimensi antar slab dalam setiap batch di SY'

irt.,,*,,,,
k=l i=0 i=0

adalah total penalti untuk perbedaan dimensi antars/ab dalam setiap batch di RF.

iri..,,,.,,
k=l i=0 i=0

adalah total penalti untuk perbedaan dimensi antar s/ab dalam setiap batch di RM.
Nilai Ctii,Czii, C:r;, dan Cni; tergantung pada parameter-parameter utama yang menjadi input
pada masing-masing tahap. Sebagaimana telah dijelaskan, parameter-parameter utama untuk
perhitungan penalti di CC adalah grade dan lebar, sementara untuk SY adalah grade, lebar, dan
panjang. Hal ini juga berlaku untuk RF dan RM (lihat penjelasan 3.3.5. dan 3.3.7.1). Dengan
demikian, nilai penalti transisi (Cii) untuk setiap tahap berbeda menurut tujuan minimasi penaltinya.
juga
Secara matematis, untuk Nrte,asi, nilai Cri;, Czii, Cti1, dan Caii tetap, karena nilai parameternya
tetap untuk setiap kali running. Sementara xliik, x2iik, x3ijk, x+r;r, adalah variabel bebas yang nilainya
berubah-ubah untuk setiap Nrterasi. Dengan demikian fungsi obyektif minimasi penalti total adalah
mencari kombinasi x1ijk, x2ijk, x3ijk, x4ijk yang menghasilkan fungsi obyektif minimal.

iitr,,
k=1 i=l
+ DZ,)Yi*

adalah total cost penalti untuk earliness dan tardiness terhadap delivery time slab/koili. Drr dan Dzi
adalah variabel tetap yang nilainya ditentukan berdasarkan order sehingga dalam meminimasi
penalti total produksi, yang dicari adalah nilai y yang meminimalkan fungsi obyektif tersebut.

...+ tuk-J * LiRr,


k=l
* l"rlintr * xgt^.,
k=1
^,- F=1 k=1
Pemodelan Sfstem Produksi Slab 67

adalah total penalti untuk left capacity. Nilai penalti left capacity untuk setiap tahap berbeda-beda.
Hal ini berhubungan dengan karakteristik setiap mesin dan pembatas-pembatas di setiap tahap
proses (lihat bagian 3.3.5. dan 3.3.7.1). Di antara ketigatujuan tersebut, makayang paling penting
adalah minimasi total penalti transisi untuk dua slab yang berurutan dalam satu batch.

Pembatas-pembatas

Pembatas-pembatas dalam model usulan menggunakan Pembatas-pembatas (3..l)-(3.20). pembatas


(3.29\, dan semua pembatas pada Model Wang dan Tang [2008], yaitu sebagai berikut:

ZYo* = m (3.36)
KeV

I*o* =ieN{o}
ien{o}
I*,ru =1,kev (3.37)

Ir,,u = Irro =y,,,i eN{O},keV (3.38)


uen ieN{O}

-1,v5 c N{o},2 < lsl < n;k ev (3.3e)


I*,* = lsl
K,in( ly,uv, 3 K^^r,,,k eV (3.40)
ieN
(
P*in lY,o8, 1P.^*,,k eV (3.41)
ieN

B.in ( Zy,ub, 3 B*^*,,k ev (3.42)


ieN

L,in Slv,J,3L,4,,keV (3.43)


ieN

I/, *1,<1,+(1-yi*)M,i eN{0},k eV (3.44)


iei*

b, - b, < dJ * (1- xi,,)M,i e N{0},k e V (3.4s)

b, - b, < 6i * (1- xi,r )M,i e N{0},k e V (3.46)

ln, - n,lt 6n + (1- x ii*)M ,i eN{o}, k e v (3.47)

lr,- r,l < rJ * 0-xi,,)M,i eN{o},k e v (3.48)

lr: -r;l= r,'*


(1-xiir)M,i eN{0},k e v (3.49)

Iti -til= r,'+(1-x,n )M,i eN{o},k e V (3.s0)

lrl -rl< d,o(1 -x,,1)M,i e N{o},k e v (3.s1)


68 Penjodwolan Produksi Baia Slab

(3.s2)
lrl -tll< dJ *(1-xiir )M,i eN{o},k e V
xi* )M,i eN{o},k e v (3. s 3)
l,i -,il < 6! *(1-
(3.s4)
B, SCri+I, + (1-zii)M,i,i eV
Bri l Cri+ I, + (2,, -1)M,i,i eV (3.s5)
(3.s6)
Bri 1 Cr, + (1 - 2,,)M,i, j eV
) ev (3.s7)
Bri Cr, +(z,i -1)M,i,i
(3.s8)
Bri 1 Cr, + (1 - 2,,)M,i,j eV
) eV (3.se)
Bri Cr, + (2,, -1)M ,i , i
Bo, 1 Co, + (- 2,,)M,i, 1 ev (3.60)

) (zii -1)M,i, i eV
+ (3.61)
Boi C o,
(3.62)
Bri 1 Cr, + I, + (1- zii)M,i, i eV
) +T, +(2,, -1)M,i,i eV (3.63)
Bri Cu,
(3.64)
It,ro,u < Bl * To,k eV
ieNe{0}
(3.6s)
Bu - Pi + (1 - xo,)M,i e N{0},k
+To 3 c, eV
(3.66)
Bu +To 2 c, - pi * (Xo;r. -1lM,i e N{0},k eV
(3.67)
r,ac,+(1-x,,u)M,i,ie N{0},k e V
c, < (c, - p, )+ ('l- xiir )M,i,ie N{o},k eV I (3.68)
(3.6e)
c, ) (c, - p, ) + (xiir, -1)M,i,ie N{o},k eV
e{0,1\,i,ie Nrk e V (3.70)
Xtii*,Xziik,xziik,x+iik
(3 '71)
y,u e{0,1},ieN,keV
(3.72)
Z.rii,zzii,z3;i,z+ii,zsii € {0,1\,i,i eV
(3.73)
By,Cx,ci) O,i e N, k eV
pembatas (3.35) menjamin bahwa setiap koil hanya dapat di-ro// sekali. Pembatas (3.36)
menjamin bahwa jumlah batch yangdihasilkan adalah m. Pembatas (3.37) menjamin bahwa setiap
(3.38) adalah
barch yang dimulai dari koil dummy juga diakhiri dengan koil dummy. Pembatas
persamaan yang memastikan kontinyuitas produksi dari setiap batch. Pembatas (3.39) meng-
eliminasi subtur dari setiap batch. Pembatas (3.40) menjamin bahwa volume baja yang dicetak
tidak melebihi kapabilitas produksi. Pembatas (3.41)menjamin bahwa jumlah ketebalan slab-slab
dalam satu tumpukan tidak melebihi batas maksimum ketinggian tumpukan yang diizinkan.
pembatas (3.42) menjamin bahwa jumlah lebar s/ab-s/ab dalam sekali proses pemanasan ulang
tidak melebihi kapabilitas produksi. Pembatas (3.43) menjamin bahwa slab-slab dengan panjang
Pemodelan Sistem Produksi Slab 69

yang sesuai dengan yang ditentukan dari sesi material utama diroll dan tidak melampaui
kapabilitas produksi. Pernbatas {3.44) menjamin bahwa panjang total dari slab yang berdekatan
yang memiliki lebar yang sama pada seksi material utama tidak melampaui batas; dengan M adalah
bilangan yang sangat besar. Pembatas (3.45) dan (3.46) adalah persyaratan untuk perubahan lebar
dari koil yang berdekatan" Pembatas (3.47) sampai (3.53) adalah persyaratan untuk koil yang ber-
dekatan dalam perubahan kekerasan, ketebalan, temperatur charging, temperatur discharging,
temperatur pengerolan, temperatur finishing, dan temperatur koiling. Pembatas (3.54) sampai (3.63)
menjamin bahwa batch yang berdekatan diproses secara sekuensial dan bahwa tidak ada per-
bedaan waktu antara batch-batch tersebut kecuali waktu untuk penggantian tundish dan roller.
Pembatas (3.64) menjamin bahwa s/ab pertama yang disusun dalam seksi material utama dari
setiap batch sudah ada di SY sebelum start time dari seksi material utama. Pembatas (3.65) dan
(3.66) mencrnjukkan start time dari setiap batch sebagai start time dari koil pertama dalam batch
tersebut. Pembatas (3.67) menunjukkan hubungan antara waktu kedatangan (arrival time) dan
waktu penyelesaian (completion time) dari koil yang berdekatan. pembatas (3.6g) dan (3.69) men-
jamin bahwa koil-koil yang berdekatan di-ro// secara sekuensial dan tidak ada waktu menunggu
antara keduanya. Pembatas (3.7O) sampai (3.73) adalah kondisi integralitas dan nonnegatif pada
variabel keputusan.

3,4 ALGORITMA PENGUJIAN NUMERIK DAN METODE SOLUSI


Algoritma pengujian numerik untuk Model Minimasi Penalti Total adalah sebagaimana pada
Cambar 3.11. Algoritma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langkah 1 inisiasi jumlah slab yang akan diproduksi dan jumlah iterasi
Langkah 2 siapkan data awal yang merupakan parameter-parameter penjadwalan cc, sy, RF,
dan RM.
Langkah 3 tetapkan variabel-variabel x, y, dan z
Langkah 4-7 hitung persamaan (3.3) sampai persamaan (3.73)
Langkah I apakah solusi layak (pembatas-pembatas sudah terpenuhi?
Jika belum, ulangi Langkah 3 sampai Langkah Z
Jika sudah, maka lanjutkan ke Langkah 9
Langkah 9 ulangi hingga Niterasi
Langkah 10 apakah sudah memenuhi Niterasi?
Jika belum, ulangi Langkah 3 sampai Langkah 9
Jika sudah, maka lanjutkan ke Langkah 10
Langkah 1 1 tetapkan Penalti Total nrinimal
Langkah 1 2 ingin merubah jumlah dan urutan batch?
Jika ya, ulangi Langkah 3 hingga Langkah 1 0
Jika tidak, lanjutkan ke langkah selanjutnya
Langkah 1 3 tetapkan solusi akhir
Langkah 14 berhenti
70 Penjadwalan Produksi Baja Slab

Set data
gi, fu li,pi,ri, 7!tToin7,t T2iS,W

l(re, l(4, x3Btu x4*. lt*

Hltur€ pemhi perbedaan dirneirsl sr*arEIEt9@S$


batch untuk CC,Sf,R F,RM

Hlturq pmlti tardinss/eaif, id


{Dr- Dx}Y*

Htturg penalti kapasitas tersi= dl CC,S


i11lr,;:.rr,,,,,,,, .. €g, B"+' ff35' F*

lrein merubah iumlah


ihn uutan betch/

Gambar 3.10 Algoritma Penguiian Numerik

3.5 SETING DATA


Dalam buku ini digunakan Data Wang dan Tang t2008l seperti pada Tabel 3.3. dan Data PTKS

t20101 seperti Tabel 3.4.


Pemodelan Sisfem Produksi Slob
71

Tabel 3.3 Set Data 1: Parameter-parameter untuk l0 Stab


I li bi gi Wi hi vi Tti Tdi Toi Tri T2r p1i p2i p3i
I 1 059 10'.12 382 APO740D5 998 779 1235 1255 867 574
1
1,40 1,60 1.33
2 1104 lo37 382 APO740Ds 1 2134 750 1243 1231 868 569 1,34 1,42 '1.35
3 1 094 1212 382 AP1 s50E5 2502 739 189 1230 880 582
1 1 1,45 1,58 1,48
4 1031 1266 382 AP0740Ds I 2434 772 180 1219 870
1 564 1,54 1,30 1,38
5 1124 1292 352 AP1 550E5 2524 750 1207 1229 880 637
1
1,50 1,58 1,37
6 885 1292 352 APl 550E5 1 1 988 759 1217 't230 877 634 1,30 1,37 1,58
7 1 120 1292 352 AP1 550E5 '|
2516 711 1 194 1219 637 1,58
BBO 1,30 1,33
8 "t122 1292 3s2 AP1 5soEs 1 2520 745 1 183 1226 BB,I 638 1,54 1,30 1,39
9 1122 1442 382 APO740Ds -1241
I 2520 728 1226 BBO 641 1,50 1,34 1,48
10 1't66 't442 382 APO740D5 3310 791 1166 1211 866 566 1 ,36 1,53 1,32
Sumber: Wang dan Tang, 2008

Tabel 3.4 Set Data 2: Parameter-parameter untuk 20 Slab

li bi ti {r; hi vi T'; Tdi Toi T,; T2i pri


Keterangan
P2i P3i
Konsumen
1 1868 1 000 rB0 oA0603 100 707 1236 704 616
1
547 01 1,13 1.27 ALBA
2 11751 1 200 200 oA0603 200 729 I 158 701
1 603 543 14 1.21 1,27 ALBA
3 11951 1200 250 oA0603 I 100 715 1234 717 609 506 1,24 1 ,14 1,01 ALBA
4 11404 r 200 280 oA0603 I 100 799 r88 732 616 549 47 1,25 |,24 ALBA
5 11419 r 200 300 oA0603 100 790 211 716 612 524 1,19 1,07 1,28 ALBA
6 'I 1808 I 200 200 oA0603 100 749 220 731 610 523 r,60 1.13 1,03 ALBA
7 8947 1B l0 800 oA0B04 300 703 I 201 710 615 534 1,54 1,06 1,15 ALBA
8 11406 1 200 280 oA0603 50 782 1237 734 608 549 I,30 1,25 1,26 ALBA
9 1 0928 1 200 300 o40603 50 727 I 168 715 618 532 1,60 1,03 1,06 ALBA
t0 I 1061 1 200 320 oA0603 50 799 1217 726 616 540 1,02 1,00 1.11 ALBA
'l 11639
1 I 200 280 oA0503 50 772 'I 155 713 608 .41
5 3.5 1 | .14 1,26 ALBA
12 9250 181 0 800 oA0804 1 50 798 1238 701 60s 531 1,29 1,11 1 .14 ALBA
13 91 78 'I
810 1 000 oA0804 1 50 741 1 230 713 608 500 t,5l 1,30 ALBA
14 1086r 1219 340 o40503 50 772
1 124., 728 608 512 1,32 1.29 1,26 ALIM
r5 9.t74 12'tO 185 0A0603 70 786 1178 725 612
1
521 1,30 1,27 1,01 ALIM
l6 11545 1210 250 0A060l I 200 759 I 231 716 606 543 1 ,14 1,28 1,10 ALIM
17 I 0750 1 180 2so oA0603 I loo 774 I 185 716 602 518 1.35 1.15 1,12 ALIM
18 r 1380 1219 2't5 oA0603 I 200 718 185 713 617 516 1.3s 1,-16 1,12 ALIMS
19 9494 r 000 180 0A0603 300 787 I 186 732 603 546 1,40 1,05 t,30 ALIMS
20 10746 1219 265 oA0603 50 760 1218 720 610 542 1,49 1,19 l,t3 ALIMS

Sumber: PTKS,2010
72 Penjadwalon Produksi Baja Slab

Tabel 3.5 Data Parameter Lain

Parameter Simbol Nilai Satuan

Bobot maksimum/heat Kmaks 1 20000 kg

Bobot minimum/heat K^in 11 0000 ke

Tinggi maksimum/Pile Pmaks 5080 cm

Tinggi minimum/Pile P^in 4064 CM

2000 CM
Jumlah kelebaran maksimum/reheating
Bmaks 1

1000 CM
lumlah kelebaran mi nimum/reheating Bmin 1

11000 m
J umlah panjang maksimum/turn Lmaks

L^in 0000 m
Jumlah paniang minimum/turn
1

Waktu penggantian tundish Tt I Jam


0,5 jam
Waktu penggantian roller Te

Waktu rata-rata di SY Tt 5 Jam

Earliness yang diizinkan untuk slab i dLi 1-2 ,am

Tardiness yang diizinkan untuk slab i dui 3-5 Jam

Tabel 3.6 Data Nilai Penalti


N=10 N=20
Penalti Deviasi (6) Deviasi (6)
No Nilaipenalti(W) Deviasi (6) Deviasi (6)
perbedaan Min Maks
Min Maks

dl,i 0 999 250 550


1

0 999 30 230 30 230


2 dbii 1

0 999 60 100
3 ds,, 1

4 dLlii 0 1

999 3 5
5 dhii 0 1

dtcii 0
,l
999 91 60
6
0 999 92 80
7 dtdii 1

999 27 30
8 dt)ii 0 1

999 30 20
9 dtl ii 0
0 999 BO 40
10 dt2ii
1l Dli
't2 D2i 1

13 Rrt 1

14 Rzt I

r5 R:t 1

16 R.+l 1
Pemodelon Sistem Produksi Slab 73

3.6 UJI NUMERIK


Hasil dari algoritma sebelumnya adalah sebagai berikut:
Langkah'l : inisiasijumlah slabyangakan diproduksi (N : 10, Nrt",,,i:4)
Langkah 2 : siapkan data awal yang merupakan parameter-parameter penjadwalan CC, Sy, RF,
dan RM. Untuk Pengujian numerik ini digunakan Set Data 1.
Langkah 3 : tetapkan x,y, danz
Sub algoritma a:

1 ) Tentukan slab terbaik dari N slab: xr iir,, x2ijk, x3ijk, x+i;r e { 1 0,1 }
2) Hitung ci
- Jika slab i adalah slab yang dipilih untuk diproses di batchk, maka ci : Tr +
pti+p2i+p3i
- Jika slab i adalah slab yang tidak dipilihuntuk diproses di batch k, maka ci :
Cend * Tr + Ts + Tt + pti + p2i + p3i
3) Kembali ke sub algoritma a.1) hingga semua slab telah dijadwalkan dan
diperoleh m batch.
Hasil sub algoritma a) sebagaimana pada Tabel 3.2.

Tabel 3.7 Variabel Keputusan x dan y

Slab Xliik X2iik X3iik X4i,k yik

1-2 0 1 0 0 1

2-4 0 1 0 1 1

4-9 1 1 1 0 "l

9-10 1 0 1 0 1

2 3 2 1 5
SIa Xr ijk X2iik X3ijk X4ijk yik

3-5 0 1 0 1 1

'l
5-6 1 1 0 0
6-7 1 0 0 1 1

7-B 0 1 1 1 1

2 3 1 3 5

Dari Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa slab 1,2,4,9, dan 10 dikelompokkan pada Batch 1
sedangkan slab 3,5,6,7, dan B pada Batch 2. Slab-slab dalam satu batch memiliki sekuen yang
berbeda pada setiap tahap. Misalnya pada Tahap 1, slab 2 diproses sebelum slab l, sedangkan
pada Tahap 2, slab 2 diproses tepat setelah slab 'l diproses, dan seterusnya.
74 Penjadwalan Produksi Baja Slab

Langkah 4-7 Perincian perhitungan untuk Langkah ini dapat dilihat pada (Lampiran 1.2)
Perhitungan Penalti perbedaan dimensi antarslab

Tabel 3.8 Penalti Perbedaan Dimensi Antarslab

Slab Criixriit Czi;xzi1. Crijxrijl C,ri;xli;*

1-2 0 2 0 0
2-4 0 2 0 4
4-9 1 2 3 0
9-1 0 0 0 3 0
1 6 6 4
Slab Criixriil Cziixziil Csiixsiil C,ri;xri;t

3-5 0 2 0 4
5-6 0 1 0 0
6-7 0 0 0 3

7-8 0 1 3 3

0 4 3 10

Dari tabel 3.8 terlihat bahwa penalti transisi Batch 1 Tahap 1 adalah 1, sedangkan penalti
transisi Batch 2 Tahap 1 adalah 0. Nilai "0" menunjukkan bahwa perbedaan dimensi antarslab
dalam Batch 2 Tahap 1 masih berada dalam batas maksimum dan minimum yang diizinkan dan
tidak terjadi penalti pada batch tersebut. Sementara untuk urutan sekuen yang sama, pada Tahap
2,3,dan 4, penalti perbedaan dimensinya masing-masingadalah 10 (6 + 4),9 (6 + 3), dan 14 (4
+ 10).

Perhitungan penalti untuk tardiness dan earliness

Tabel 3,9 Penalti Earliness dan Tardiness dari Delivery Time

Slab dti dui Dli D2t (D1i+ D2i)*yir


1 2,10 4,20 0,00 5 5

2 1,50 4,3O 0,00 14 14


4 1,20 4,20 0,00 23 23
9 1,30 4,20 0,00 33 33
10 1,20 4,40 0,00 42 42
117
Slab dti d'r Dli D2, (D1 i+ D2) *yir
3 2,10 5,00 0,00 44 44
.l,30
5 3,20 0,00 55 55
6 2,00 3,'l 0 0,00 65 65
7 1,30 3,40 0,00 74 74
8 2,00 3,50 0,00 83 83
320
Pemodelan Sistem Produksi Slob 75

Dari Tabel 3.9. dapat dilihat bahwa Penalti Delivery flmeuntuk Batch I adalah 117,
sedangkan Batch 2 adalah 320.

Perhitungan penalti untuk kapasitas tak terpakai.

Tabel 3.10 Penalti untuk Left Capacity


slb yik vi yik 8i yil bi yil li Rrl Rzl R:l R*
1 1 998 382 1012 1 059
2 2134 382 1037 1 104
4 2434 382 1266 1 031
9 2520 382 1442 1122
10 331 0 382 1442 1166
12396 1910 6199 5482 107604 3170 5801 551 8
Slab yik vi yik 8i yir b, yil li Rrr Rzr. Rrt R+r

3 2502 382 1212 1094


5 2524 3s2 1292 1124
6 1 9BB 352 1292 885
7 2516 352 1292 1 120
8 2520 352 1292 1122
1 2050 1790 6380 5345 107950 3290 5620 s655

Dari tabel tersebut, nilai penalti left capacity Batch 2 lebih besar daripada Batch 1.
Perhitungan Penalti Total.

Tabel 3.11 Penalti Total

PenaltiTotal
1"1 :1 1

x2 :1 10
)"3 :1 9

x4 :1 14
1.5 :1 437
7"6 :1 215.554
x7 :1 6.460
7.8 :'l 11 .421
1.9 :1 11.173
76 Penjodwalan Produksi Baja Slab

Nilai total cost penalties terkecil adalah pada perbedaan dimensi antarslab dalam satu batch
pada tahap pencetakan. Sedang nilai penalti perbedaan dimensi antars/ab terbesar adalah pada
tahap pengerolan yang terjadi karena pada Batch 2 terdapat slab-slab berdekatan yang tidak
memenuhi batas maksimum dan batas minimum yang diizinkan.

Langkah 8 : apakah solusi layak? (diasumsikan sudah layak)


Langkah 9 : ulangi hingga Nrtu,",i
Langkah 10 : apakah sudah memenuhi Nrt",",i? (sudah memenuhi 4 kali iterasi)' Hasil dari
Langkah I hingga Langkah 10 sebagaimana terlihat pada Tabel 3.12.

Tabel 1.12 Hasil Perhitungan Penalti Total untuk Beberapa Kali lterasi
PenaltiTotal Iterasi ke-I Iterasi ke-2 Iterasi ke-3 Iterasi ke-4
l.l :l 1 2 3 4
:1 10 't0 6 8
7"2
1"3 :1 9 23 12 26
L4 :1 14 17 1B 1.021
).5 :1 437 435 126 125
)"6 :1 2't5.554 215.554 215.554 215.554
x7 :l 6.460 6.460 6.460 6.460
:1 11 .421 11.421 11.421 't1.421
1.8
x9 :1 11.173 11 .173 11 .173 11.173

Langkah 11 tetapkan Penalti Total minimal

Dari diperoleh Penalti Total minimal adalah pada lterasi ke-1, meskipun
Nrt",u,i
nilai Penalti Delivery Time-nya paling besar.

Langkah 1 2 ingin merubah jumlah dan urutan batch ? (tidak)


Langkah 1 3 solusi akhir adalah sekuencing dan batching ke sepuluh slab dengan Nilai Penalti
Total pada:
perbedaan dimensi antars/ab Tahap 1 adalah 1 satuan
'10 satuan
perbedaan dimensi antars/ab Tahap 2 adalah
perbedaan dimensi antars/ab Tahap 3 adalah 9 satuan
perbedaan dimensi antars/ab Tahap 4 adalah 14 satuan
perbedaan delivery time batch adalah 437 satuan
perbedaan left capacitv Tahap 1 adalah 215.554 satuan
perbedaan left capacity Tahap 2 adalah 6.460 satuan
perbedaan leftcapacityTahap 3 adalah 11.412 satuan
perbedaan left capacitv Tahap 4 adalah 11 .173 satuan

Langkah 14 selesai
Pemodelon Sistem Produksi Slab 77

Dari hasil perhitungan, diperoleh fungsi tujuan yang minimal adalah pada lterasi 1. Nilai }"i
: 1 terkecil adalah l"r : 1, sedangkan nilail,i : 1 terbesar adalah ),a : '1, dengan penalti Total:
215.554.

Di setiap Nrterasi, untuk l.i : '1,


memiliki nilai x dan y yang sama, sehingga untuk lterasi ke-1,
nilai x dan y yang meminimalkan fungsi tujuan adalah sebagaimana pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Sekuen Slab

Xliik Sekuen I Xziir, Sekuen


xr 121 0 2 diproses sebelum 1 X2121 1 2 diproses setelah 1

Xl241 0 4 diproses sebelum 2 X2241 1 4 diproses setelah 2


Xr49r 1 9 diproses setelah 4 X2491 1 9 diproses setelah 4
X r 9101 1 10 diproses setelah 9 x29r 01 0 10 diproses sebelum 9
X13s2 0 5 diproses sebelum 3 x23s2 5 diproses setelah 3
Xr s62 1 6 diproses setelah 5 X2s62 6 diproses setelah 5
Xl672 1 7 diproses setelah 6 x2672 0 7 diproses sebelum 6
x1782 0 8 diproses sebelum 7 X2782 1 B diproses setelah 7
Batch 1 4-9-10-2-1 Batch 1 1-2-4-10-9
Batch 2 5-6-8-7-3 Batch 2 3-5-7-8-6
i X3ilk Sekuen I x4ijk Sekuen
X3121 0 2 diproses sebelum 1 X2121 o 2 diproses sebelum 'l

X3241 0 4 diproses sebelum 2 X2241 1 4 diproses setelah 2


x1491 9 diproses setelah 4 X2491 0 9 diproses sebelum 4
,l
xr 91 01 10 diproses setelah 9 X29r o'l 0 10 diproses sebelum 9
Xr3s2 0 5 diproses sebelum 3 X2352 I 5 diproses setelah 3
Xr 562 0 6 diproses sebelum 5 x2s62 0 6 diproses sebelum 5
X1612 0 7 diproses sebelum 6 x2672 1 7 diproses setelah 6
X1782 1 8 diproses setelah 7 X2t82 1 B diproses setelah 7
Batch 1 4-9-10-2-1 Batch 1 2-10-9-4-1
Batch 2 7-8-6-5-3 Batch 2 3-6-7-B-5

Untuk penalti left capacity, dengan nilai x dan y yang sama, maka penaltl terbesar adalah
pada pemakaian kapasitas di CC (Rr), yakni sebesar 215.554 satuan. Hal ini dimungkinkan karena
slab yang diproduksi sebanyak 10 buah, sementara untuk satu batch pemanasan di CC maksimal
(K."rc) adalah 120 ton atau sekitar 120000 kg. Telah diketahui bahwa jumlah bobot
s/ab yang akan
diproduksi.
78 Penjadwalan Produksi Bojo Slab

10

I,, =
1
24446 kg = 24,446ton

Sementara kapasitas maksimum (K,".rc) untuk satu batch pemanasan/heat adalah 120 ton,
sehingga ada kelebihan kapasitas tersedia yaitu (120 ton x 2 heat) - 24,446 ton
:215,554 ton.
Dengan demikian, order yang dicetak harus ditambah sebesar 215,554 ton. Di sisi lain, masih
untuk nilai x dan y yang sama, maka cost pena/ties terkecil adalah pada perbedaan dimensi
antardua s/ab berurutan dalam satu batch. Untuk ?v, ?"2,7,t, )"a,l,s sama dengan 1, semakin besar
nilai penalti Totat, menunjukkan semakin besarnya penalti (cost) akibat perbedaan dimensi dan
Penalti Perbedaan Delivery Time koil i dan j dalam satu batch k pada tahap n.

3.7 VERIFIKASI MODEL


Model yang dikembangkan di dalam penelitian ini adalah model matematika atau model logika.
Verifikasi dilakukan dengan melihat apakah kejadian dalam model diproses dengan benar.
Untuk peneltian ini digunakan Gantt Chart.
Tabel 3.14 Processing Time dan Completion Time Batch

Slab Tr Tg Tr pli p2i p3i ci


'l
1 0 0 5 1,40 ,60 1,33 9,33

2 0 0 5 1,34 1,42 1,35 18,44

4 0 0 5 1,54 1,30 1,38 27,66


9 0 0 5 1,50 1,34 1,48 36,98
10 0 0 5 1,36 1,53 1,32 46,19

0 0 25 7,14 7,19 6,86


Tr Te Tr pri P2i P3i Ci

3 0 0,5 5 1,45 1,58 1,48 49,01

5 0 0,0 5 1,50 1,58 1,37 58,46

6 0 0,0 5 1,30 1,37 1,58 67,71

7 0 0,0 5 1,58 1,30 1,33 76,92

B 0 0,0 5 1,54 1,30 1,39 86,1 5

1 0 0,5 25 7,37 7,13 7,15

Dari tabeltersebut dapat dilihat bahwa completion time setiap s/ab i (cD adalah jumlah waktu
yang dibutuhkan untuk memproses slab i, mulai dari tahap pencetakan hingga tahap pengerolan.
Completion timeslab j (cil adalah completion time slab i ditambah jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk memproses slab j, dan seterusnya. Dengan demikian , completion timeBatch 1 adalah jumlah
kumulatif dari completion time slab-slab dalam Batch 1, dan completion timeBatch 2 adalah
completion time Batch 1 (c"na) ditambah jumlah kumulatif slab-slab dalam Batch 2.
Pemodelan Sistem Produksi Slab
79

Untuk mengetahui carnpletian tirne setiap batch pada setiap tahap, maka dapat
dihitung
dengan cara sebagai berikut:

cr : completion time padaTahap 1 : cendr


: Xpri-eatchr * Ipri-aatctr:
:7,14 + 7,37
: "14,51

c2 : completion time Tahap 2 : cendz


: Cendr * XTrisatchr + ETrisat.r,z
: 14,51 + 25 + 25
: 64,51
C:a : completion time Tahap 3 pada RFl : Cefld:a
: Cendz * Xpzt-eatcrrr
: 64,51 + 7,19
: 71,7
c3b : completion time Tahap 3 pada RF1 : cend:r
: Cendz * Xpzi-eatcrrz
: 64,51 + 7,13
: 71,64
cq : completion time Tahap 4 : cendr
: maks (cendrr, cend:u )* Xp:i-aatcrrr * Xp:i_eatcnz * Tg
: 71,64 + 6,86 + 7,15 + 0,5
:86,15
Ternyata hasil ini sama dengan perhitungan completion time untuk semua tahap.
Berdasarkan hal tersebut, maka Cantt Chart untuk masalah ini sebagaimana terlihat pada
Cambar
3.11.

I-G,r6lE
r
t-?rrl
25

27 28 35 42
Conpletiontime botch 7 45,19
Conpletion time botch 2 85,15

Gambar 3.11 Cantt Chart


80 Penjodwalan Produksi Bajo Slab

Dari Cantt Chart dapat disimpulkan bahwa:

Mesin tidak melakukan proses lebih dari satu operasi pada saat yang bersamaan.
- Tidak ada operasi yang diproses oleh lebih dari satu mesin pada saat yang bersamaan.
Proses berlangsung kontinyu, dan hal ini dapat dilihat dari:
. Completion timebatch i pada tahap ke-n, adalah Starting Time batch j pada tahap ke-n
(i,jeV).
. Completion timebatch i pada tahap ke-n, adalah Starting Time batch i pada tahap ke-n + 1
(i,ieV. i

Tidak adanya menunggu (no wait) maupun interupsi antarproses (no pre-emption), kecuali
waktu untuk penggantian tundish dan roller.

3.8 VALIDASI MODEL


Validasi model adalah usalra untuk menyimpulkan apakah model sistem tersebut merupakan
perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji di mana dapat dihasilkan kesimpulan yang
meyakinkan. Dalam tesis ini, validasi dilakukan dengan melihat arah perubahan peubah apabila
input atau parameter diganti-ganti, dan melihat nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas
parameter sistem (lihat Tabel 3.15).

Tabel 3.15 Skenario untukValidasi Model Minimasi PenaltiTotal

Skenari Deskripsi Notasi Data Special Case Hipotesis


o
Pengaruh N )Penalti N: 10,1 batch Perubahan
perubahan Total
Set
N:20, lbatch jumlah order
1 jumlah order mempengaruhi
Data 2
terhadap nilai fungsi tujuan
fungsi tujuan
Pengaruh V I Penalti N:20,1batch Perubahan
perubahan Total N:20,2batch jumlah batch
Set
2 jumlah batch mempengaruhi
Data 2
terhadap nilai fungsi tujuan
fungsi tujuan
Pengaruh Perubahan nilai
Nilai fungsi
perubahan fungsi tujuan
Penalti Total) tujuan diberikan
3 fungsi tujuan mempengaruhi
parameter nilai batas
terhadap parameter
tertentu
parameter
Pemodelon Sisfem Produksi Slab 81

3.8.1 Perubahan Parameter


Perurbahan parameter yang dilaksanakan adalah dengan merubah jumlah order dan jumlah batch
(Skenario 1 dan 2, pada Tabel 3.1 5).

Skenario 1: N ) Penalti Total


Skenario ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan jumlah order terhadap fungsi tujuan.
Ferhitungan fungsi tujuan dijalankan untuk jumlah order 1O slab dan jumlah order 20 slab.
Perhitungan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Hasil skenario ini sebagaimana pada
Tabel 3.1 6.

Tabe! 3.16 Hasil Skenario 1

PenaltiTotal N=10 N=20


).1 :1 3 45

7,"2 :1 12 45

1"3 :1 36 B4

x4 :1 39 109

)"5 :1 436 1.251


),"6 :1 1 16.890 117.730
),7 :1 (7.330) (1.99s)
)"8 :1 (100.s43) (13.487)
1.9 :,1 (101 .543) (20s.560)

Dari skenario ini terlihat bahwa jumlah order mempengaruhi Penalti Total:
Semakin bertambah jumlah order, semakin bertambah nilai penalti perbedaan dimensi dan
Penalti perbedaan Delivery Time.
Ketika jumlah order bertambah, semakin 'berkurang' nilai penalti untuk left capacity, namun
pada saat yang bersamaan terjadi kekurangan kapasitas (over capacity).

Skenario 2: Y ) Penalti Total


Skenario ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh jumlah batch terhadap nilai fungsi tujuan
(Penalti Total). Perhitungan untuk skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 7 dan B. Hasil dari
skenario ini sebagaimana pada Tabel 3.17.
82 Penjadwalan Produksi Baja Slob

Tabel 3.17 Hasil Skenario 2

PenaltiTotal ltl=1 m=2


1"1 :1 45 27

x2 :1 45 28

1.3 :1 84 70

x4 :1 109 BO

1.5 :1 1.251 582

x6 :1 117 .730 237.730


)"7 :1 (1.9es) 3.085

},8 :1 (13.487) (1.487)

I9 :1 (20s.s60) (194.560)

Dari skenario ini terlihat bahwa jumlah batch memengaruhi Penalti Total:
Semakin bertambah jumlah batch, semakin berkurang
jumlah penalti perbedaan dimensi dan
penalti perbedaan DeliverY Time.
Ketika jumlah batch ditambah, penalti untuk left capacitv-nya bertambah.

3.8.2 PERUBAHAN NILAI BATAS PEUBAH


perubahan nilai batas peubah dilaksanakan dengan menetapkan sebuah nilai tertentu pada fungsi
(Skenario 3, Tabel 3.15).
tujuan untuk melihat apakah output proses ini reasonab/e ataukah tidak
sebagai berikut:
Jika ditetapkan bahwa nilai fungsi tujuan adalah

Penalti perbedaan dimensi ltntuk semua tahap < 10,


Penalti perbedaan Delivery Time adalah < 2000,
Penalti left capacitv adalah < 1 50000,
perubahan
Maka hasilnya sebagaimana terlihat pada Tabel 3.18. Dapat disimpulkan bahwa
nilai fungsi tujuan juga memengaruhi perubahan nilai parameter'
Pemodelan Sistem Fr**uksi Slal:
83

ar)
o
L

qJ
-Y
La

G
-L

ao
o
G

-oo0oo-
BAB IV

ANALISIS MODEL PENIADWALAN


PRODUKSI SLAB

4.I PENGUJIAN MODEL

Jahap ini dilaksanakan untuk menelaah secara lebih jauh tentang pengaruh perubahan
I parameter terhadap fungsi tujuan. Skenario untuk pengujian model sebagaimana digambarkan
pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rancangan Skenario untuk Analisis Model Minimasi penaltiTotal

Pengaruh x ) Penalti Xlijk/ X2ijk/ X3ilk/ X2ilk€ Perubahan urutan slab


perubahan Total
{1} dalam 'l batch
sekuen slab
Xrijk, X2ijk, X3ijk, X2ijke memengaruhi nilai
dalam 1 batch fungsi tujuan
terhadap {0,1 }
xlilk/ x2ijk/ x3ijk/ x2ijke Perubahan urutan tidak
fungsi tujuan
{0} memengaruhi penalti
earl i ness/tard i ness dan
penalti left capacity
Pengaruh y )Cx yryzre {1\,ztz:1 Perubahan posisi slab
perubahan ylPenalti
posisi slab
yszytoze{"1}, zrz: 1
antarbatch
i Total memengaruhi nilai
antarbatch
fungsi tujuan
terhadap
Perubahan posisi slab
fungsi tujuan
antarbatch
memengaruhi penalti
perbedaan dimensi
86 Penjadwalan Produksi Bojo Slob

Tabel 4"1 Rancangan Skenario untuk Analisis Model Minimasi PenaltiTotal

Set
sk. Deskripsi Notasi Specia! Case Hipotesis
Data
3 Pengaruh x)Cx 1 Ntterasi : 5 Perubahan urutan slab
perubahan Cii untuk setiap Nte'asi dalam 1 batch
sekuen terhadap sama memengaruhi nilai
penalti penalti perbedaan
xlijk, x2iik, x3ijk, x2iik€
perbedaan dimensi
{0,1}
dimensi yire{1},m:1
4 Pengaruh yt(Dl +D2)y 1 Y11 , Perubahan posisi slab
pergantian y21 ty41 ,ys1 ,yror e { 1 } memengaruhi
posisi earliness dan tardiness
Yl1t y21t Y41ty61 ,YU e
antarbatch {1}
terhadap penalti
earliness dan
tardiness
5 Pengaruh y)Rk 1 Y11, Perubahan posisi slab
pergantian Y21 ,Y41 ,Ys1 tYr or e{ 1 } memengaruhi
posisi y't1, y21, y41 pemakaian kapasitas
ty61 ,yU e.
antarbatch oleh suatu batch
{1}
terhadap penalti
left capacity
6 Pengaruh Cx 1 Ntterasi : 5 Perubahan nilai
penalti I Penalti Cii untuk setiap Ntt"'u'i penalti perbedaan
perbedaan Total sama dimensi memengaruhi
dimensi x1ijk, x2i,k, x3ijk/ x2ijk€
nilai fungsi tujuan
terhadap fungsi
{0,1}
tujuan
yire{1},m:1
7 Pengaruh (Dl + D2)y 'l
Ntterasi : 5 Perubahan nilai
penalti i Penalti yire {0,'l\,m:2 penalti earliness dan
perbedaan Total tardiness
earliness dan memengaruhi nilai
tardiness fungsi tujuan
terhadap fungsi
tuiuan
B Pengaruh RK 1 Ntt"rasi : 5 Jumlah penalti /eft
penalti /eft ) Penalti yire {0,1\,m:2 capacity untuk semua
capacity Total batch adalah sama
terhadap fungsi
tujuan
Analisis lvlodel Penjodwalan produksi Slab
87

Skenario 1: Pengaruh Perubahan Sekuen Slab terhadap Fungsi Tujuan (x ) penatti Total)
Skenario ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan sekuen s/ab pada
masing-masing batch di setiap tahap terhadap nilai fungsi tujuan. Apakah perubahan sekuen s/ab
memengaruhi nilai penalti? x adalah variabel untuk memutuskan apakah slab segera diproses
i
setelah slab i, ataukah sebaliknya. Cii adalah jumlah penalti perbedaan dimensi antara dua s/ab
yang berurutan (Cambar 4"1).

x,io : I

Cri : b,i+Vi_1+g,
Xyi* : l

Gambar 4.1 llustrasi Skenario I

Skenario ini dijalankan dengan merubah-rubah nilai x,ir setiap slab yangdijadwalkan dengan
3 kasus yaitu:

semua s/ab diproses secara berurutan mengikuti indeks srab, xi;re


{1}
Semua s/ab diproses secara acak, xi;re {0,1}
Semua s/ab diproses dengan urutan terbalik, xare
{0}
Perhitungan untuk skenario ini ada pada Lampiran 9 dan secara ringkas hasilnya sebagai-
mana ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Skenario 1

Penalti Total xe{1} x e {0,1} xe{0}


).1 :1 2 0 0
L2 :1 2 1 0
7.3 :1 6 0 0
x4 :1 7 3 0
1"5 :,| 254 254 254
)"6 :1 95554 95554 95554
7r7 :1 1 380 1 380 1 380
i,B :1 1 0558 1 05sB 1 0558
x9 :1 173 173 173
Penjadwolan Produksi Baja Slob
88

satu batch memengaruhi nirai fungsi tujuan


Dari raber 4.2 terrihat bahwa sekuen srab daram
perubahan variaber x tidak memengaruhi nilai
terutama pada perbedaan dimensi. Sedangkan
penalti Delivery Time serta penalti leftcapacity'

skenario 2: Pengaruh Perubahan Posisi


slab Antarbatch terhadap Fungsi Tuiuan (y )Penalti
Total)
perubahan variabel posisi slab (y) terhadap fungsi tujuan'
skenario ini akan mempelajari pengaruh
hasil skenario ini sebagaimana terlihat pada
Dari perhitungan sebagaimana pada Lampiran 10,
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Skenario 2

(D1i+ D2)+yu Rrl Rzl Rrt Rrl


Kasus/ yik Criixriit Cziixziil Criix:iit Crilxnilt
Slab
Batch
4
o 'r
15.868 4.316 9.951 8.83 7
tl1 1 2
1,2 1
227 99.686 2.144 1.470 2.336
112 3-1 0 I ) 2 6 7

211 1-8 o 5 11

I
!
3
26

3
152,67

79,57
101 .384

114.170
2.144

4.316
2.30s

9.116
2.461

8.712
212 9,10 2 0

Tabel 4.4 Ni/ai Fungs i Tuiuan dari Skenario 2

Penalti Total Kasus 1 Kasus 2

).1 :1 3 5

:,1 4 12
x2
1"3 :1 9 25

)"4 :1 '11 29

)"5 :,1 666 154

)"6 :1 215.554 215.554

x7 :1 6.460 6.460

).8 :1 11.421 11.421

1.9 :1 11.173 11.173

DariTabe|4.3.danTabel4.4.dapatdilihatbahwaketikaposisis/abldanslab2berada
dalamBatchl,kemudianslab3,4,5,6,T,B,gdanl0dimasukkankeBatch2'nilaiPenaltiTotal
,- L . -J:-^-,,1,1,^^
1 dan s/ab 2 dimasukkan
ter.iadi ketika slab
pada penalti perbedaan dimensi adalah 3. Perubahan
ke-9 dan 10 dimasukkan ke Batch 2'
ke Batch 'l bersama slab 3,4,5,6,7, dan B, sementara slab
adarah 5. perbedaan juga terjadi pada
Nirai penarti rotar pada penalti perbedaan dimensi
kapasitas untuk kedua batch pada kedua kasus
pemakaian kapasitas oleh tiap-tia p btatch meski total
pada Kasus 1, kapasitas yang dipakai untuk pencetakan Batch 1 adalah
tersebut adalah sama. 99.686 ton. Pada
1 15.868 ton, sedangkan kapasitas
yang dipakai untuk pencetakan Batch 2 adalah
Analisis lAodel Penjadwolan Produksi Slab 89

Kasus 2, kapasitas yang d ipakai untuk pencetakan Batch 1 adalah 1 01 .384 ton, sedangkan kapasitas
yang dipakai untuk pencetakan tsatch 2 adalah 114.170 ton.

Skenario 3: Pengaruh Perubahan Sekuen SIab terhadap Penalti Perbedaan Dimensi (x ) Cx)
Untuk melihat pengaruh perubahan sekuen terhadap nilai penalti perbedaan dimensi, maka
dijalankan skenario seperti pada Tabel 4.1. Perhitungan untuk skenario ini pada Lampiran 12
dengan hasil sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Skenario 3

Iterasi Criixriil Czixztil, Csi;xri;r. Ceiixeiil ECrzr+ii xliit


1 3 4 1B 1B 43
2 5 12 19 25 61
3 2 6 29 "t7 17
4 3 5 20 14 42
5 4 5 17 15 41

Dari hasil tersebut, terbukti bahwa perubahan urutan s/ab dalam 1 batch memengaruhi nilai
penalti perbedaan dimensi.

Skenario 4: Pengaruh Perubahan Posisi SIab Antarbafch terhadap Penaltii"rb"duun Dimensi (y


) (D1 + D2)y)
Jika sebuah s/ab dipindahkan dari satu batch ke batch yang lain, maka hal ini akan menyebabkan
perubahan nilai Penalti Delivery Tlme. Untuk membuktikan hal ini, maka dijalankan Skenario 4.
Perhitungan untuk skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 12 dengan hasil sebagaimana pada
Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Skenario 4


Kasus yik (D1i+ D2i)*yir
Y1t, y21ty41 tyel ,y1ue 1B
1
{1}
Yu, ysz,yoztyT2tyl2 e
77
{1}
yl1t y2tI y4ttY61 ,y8te
42
2
t1)
Yn, fsz,fzz,ys2,y1o2 e
73
{1}
Hasil tersebut menunjukkan bahwa perubahan posisi slab antarbatch memengaruhi penalti
de I i ve ry tlme (pena ti e ar I i ne s s /tard i ne ss).
I
Penjadwatan Produksi Baja Slab
90

penalti Left capacity (y )R0


skenario 5:pengaruh perubahan posisi srab Antarbafch terhadap
y
Skenario ini clilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel
perhitungan untuk skenario ini dapat dilihat pada Lampiran 13
terhadap biaya penarti /efr ,upuiiry.
dengan hasil sebagaimana pada Tabel 4'7'
Tabel 4.7 Hasil Skenario 5

yik Rrr. Rzl Rrr. Rrl


Batch
e 107.604 3.170 5.801 5.51 B
1 y11 , Y21 tY41 tYsl,Yror {'l }
e 107.950 3.290 5.620 5.655
1 2 y 32, Y 52,Y 62 tY z z,Y az {O\
215554 6.460 11 .421 11.173
Penalti left caPacitY
1 y11t y21 | y4l ty61tyu e
108.926 3.230 6.101 5.799
{1}
2 2 Yn, ysz, Y72,Y92tYrc2 e
106.628 3.230 5.320 5.374
{0}
215.554 6.460 11.421 11 173
Penalti left caPacitY
antarbatch iuga merubah
Daritabeltersebut,dapatdilihatbahwaperurbahanposisis/abi
pemakaian kaPasitas.
(cx )Penalti Total)
skenario 6: pengaruh penalti perbedaan Dimensi terhadap Fungsi Tuiuan

Didugabahwapenaltitransisitotalmemengaruhinilaifungsitujuan.Darihasilskenariotersebut
perbedaan dimensi akan selalu
transisi untuk
(Taber 4.8) terrihat bahwa setiap perubaharipenarti
nirai penarti transisi perbedaan dimensi semakin
memengaruhi nirai fungsi tujuan. Semakin besar
besar pula penalti totalnYa'
Tabel 4.8 Hasil Skenario 6
Penalti
Cziixziit Criixriit C+iix+i,t
Iterasi Criixriit Total
1B 43
1 3 4 1B

19 25 61
2 5 12
29 17 17
3 2 6
1 20 14 42
4 J 5
17 15 41
5 4 5

terbesar adalah iterasi ke-2, sedangkan


Dari tabel tersebut, nilai penalti perbedaan dimensi
nilai penalti perbedaan dimensi terkecil adalah
pada iteras' o"-1:lLi1l"*li:::t:,lfr:T:::::
untuk skenario
ffirffiilJo.r" o'*"nsi terbesar adalah pada tahap pemanasan ulang' Analisis
ini akan dibahas Pada Sub Bab 4'2'
Analisis lvlodel Penjadwatart Produksi Slab 91

Skenario 7: Pengaruh Penalti Delivery Iime terhadap Fungsi Tujuan ((Dti+ D2)*yi*)penatti
Total)
Skenario ini dijalankan untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan nilai penalti delivery time
terhadap nilai fungsi trijuan.

Tabel 4.9 Hasil Skenario 7


Iterasi Batch yik (Dli+ D2)*yi* PenaltiTotal
,| 1 4 24
164
2 6 '140
1 7 78
2 206
2 3 128
'l
4 10
3 224
2 6 214
7 90
4 225
2 3 't35
1 6 64
5 209
2 4 145

Dari hasil pada Tabel 4.9., terlihat bahwa penurunan nilai penalti delivery time (penalti
earliness/tardlness) juga akan mengurangi nilai fungsi tujuan.

Skenario B: Pengaruh Penalti Left Capacify terhadap Fungsi Tujuan(Rr)penaltiTotal)


Skenario ini dijalankan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1. Hasil dari skenario ini dapat dilihat
pada Tabel 4.10.

Tabel 4.1O Hasil Skenario B

Iterasi Batch yik Rr* Rz* R* Ra* PenaltiTotal


1 4 '110.970 3.642 7.112 6.810
1 244.608
2 6 104.584 2.818 4.309 4.363
7 102.210 2.496 2.762 3.460
2 ,2 244.608
3 113.344 3.964 8.659 7.713
.t
1 4 19580 3612 6532 6.707
3 244.608
2 6 119340 284B 4889 4.466
,l
7 119250 2436 3297 3.300
4 244.608
2 J 1',t9670 4024 8124 7.873
I 6 119340 2878 4404 4.659
5 244.608
2 4 I 1 9580 3582 7017 6.514
92
Penjadwolan Produksi Baia Slab

Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai fungsi tujuan untuk semua iterasi adalah sama' Yang
selalu berubah adalah penalti left capacity untuk masing-masing batch'

4.2 ANALISIS PRILAKU MODEL


Analisis ini dilakukan dengan meninjau secara lebih mendalam tentang
prilaku model yang
(variabel keputusan)'
ditunjukkan dengarr perubahan parameter maupun perubahan peubah
pengaruh Perubahan f umlah order terhadap Fungsi Tuiuan (N)Penalti Total)
penalties. Ketika jumlah
Dari hasil skenario ini terlihat bahwa.iumlah order memengaruhi total cost
order bertambah dari N 10 menjadi N : 20, ternyata nilai cost penalties pada perbedaan
(Set Data 2) terlihat adanya variasi
dimensi juga meningkat. pada dimensi dari masing-masing order
yang cukup
order dan pad" s""idijadwalkan, order-order tersebut dapat memiliki variasi dimensi
maksimum dan
besar sehingga antara dua order (2 job) memiliki selisih yang melebihi deviasi
minimum yang ditentukan. Perbedaan dimensi antara 2 iob pada Continuous Caster, Slab
Yard,
tidak,
Reheat Furnace, dan Ro//ing Mil/ harus berada dalam ambang batas yang ditentukan. Jika
maka job yang diproses tidak akan memenuhi dimensi yang diinginkan oleh
konsumen. Di sisi
lain, tiap-tiap prosesor mempunyai karakteristik mesin dan pembatas yang berkaitan erat dengan
perubahan dimensi dari job yang diproses. Atau dengan kata lain, dimensi dari order
harus

mengikuti faktor-faktor pembatas dari mesin, di samping juga harus memenuhi


keinginan
dimensi antardua s/ab
konsumen. Dalam model Penatti Total, semakin banyak perbedaan
(panjang, lebar, tebal, dan seterusnya) dalam satu batch, semakin besar jumlah penaltinya'
pertambahan jumlah order juga memengaruhi besarnya penalti untuk earliness dan tardiness'
sebuah slab dipilih untuk
sebagaimana telah ditunjukkan pada formulasi model, bahwa setiap kali
tersebut akan di-
diproses pada satu batch, maka comp letion tlme dari seluruh slab dalam batch
update, di mana:
Ci+] :Ci +pi+1
Dari defenisi tersebut berarti bahwa semakin banyak slab yang dipilih untuk dimasukkan
untuk setiap
dalam 1 batch, maka comp letion time batch tersebut iuga semakin besar, sementara
Penalti terjadi
slab memiliki earliness maupun tardiness yang telah ditentukan oleh schedu/er.
tardiness yang
ketika completion time slab i lebih cepat atau lebih lambat dari batas earliness dan
perbedaannya
diizinkan untuk yang slab i. Semakin lama completion time, maka semakin besar
dengan earliness dantardiness. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Penalti Total 220 (N : 10) dan 1251
(N : 20).
penalti untuk left capacity terjadi apabila pemakaian kapasitas lebih kecil atau lebih besar
yang dimaksud adalah
daripada kapasitas mesin. Pada proses rolling slab misalnya, kapasitas mesin
panjang maksimum yang dapat di-ro// oleh work roller sebelum akhirnya diganti. Panjang
juga disebut turn atau
maksimum ini adalah jumlah panjang slab dalam satu kelompok, atau
program atau batch. Jika jumlah panjang slab-slab dalam satu batch lebih besar
dari paniang
Analisis A4odel penjadwalan pro*litlcsi Slab
93

maksimum (L'uk,()yili), rnaka terjadi ove,' capacitylmerebihi


kapasitas (ditunjukkan oreh nirai
penalti negatifl yang inengakibatkan rendahnya kualitas
produk. Jika jumlah panjang slab-slab
dalam satu batch lebih kecil dari panjang maksimum (L.ur,)Xyil;),
maka terjadi left capacitylkurang
dari kapasitas (ditunjLrkkan oleh nilai penalti yang positifl yang
menyebabkan rendahnya utilitas.

Left capacity
{
Applied capac:{v

Gambar 4.2 penalti untuk Left Capacity

Pada hasil skenario 1, ketika jumlah order ditambah, penalti


untuk left capacity menurun.
Hal ini teriadi karena semakin bertambah order, maka semakin
besar pemakaian kapasitas, baik itu
kapasitas dalam satu kali pemanasan di Continuous
Caster, kapasitas dalam satu tumpukan di s/ab
Yard, kapasitas dalam satu kali pemanasan ulang di
Reheat Furnace, maupun kapasitas dalam sekali
penggantian roller di Rolling Mil/. Namun jika
order terus bertambah untuk satu batch tersebut,
maka kapasitas yang terpakai akan melebihi kapasitas yang
tersedia sehingga terjadilah over
capacity.

Pengaruh Perubahan fumtah Batch terhadap Fungsi


Tujuan (V)penaltiTotal)
skenario ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh jumlah
batch terhadap nilai fungsi tujuan.
Dari hasil skenario terlihat jelas pengaruh jumlah batch
terhadap penalti Totat. Terlihat bahwa
Penalti Total karena perbedaan dimensi dan Penalti Totalear/iness
dan tardiness berkurang. pada
saat order dimasukkan dalam 1 batch, maka semakin
besar kemungkinan perbedaan dimensi
antardua slab yang bersebelahan karena variasi dimensi yang juga
besar. sementara jika order
dikelompokkan menjadi 2 batch, maka perbedaan dimensi
antardua slab jugamenjadi lebih kecil.
Di sisi lain, dengan penambahan jumlah batch, maka akan
semakin berkurang pemakaian kapasitas
(penalti left capacity bertambah, over capacity
berkurang).
Pengaruh Perubahan sekuen s/ab terhadap Fungsi Tujuan (x)penalti Total)
Variabel x menentukan urutan setiap s/ab i dalam suatu
batch pada masing-masing tahapan proses.
Urutan setiap s/ab ditentukan berdasarkan dimensi slab yang
harus sesuai dengan karakteristik
proses' Pada proses casting misalnya, penentuan
suatu slab untuk dimasukkan dalam batch yang
mana harus mengikuti perubahan lebar cetak an slab. Dengan
kata lain, pergantian antardimensi
dua s/ab haruslah secara gradual (smooth jumps), sehingga perlu
ditetapkannya batas lebar
maksimum dan minimum. Ketika pergantian antardimensi
tersebut tidak smoorh (melampau batas
deviasi yang ditentukan), maka produk yang dihasilkan
tidak akan memenuhi spesifikasi yang
diharapkan' Dalam pemodelan ini, setiap pergantian antardimensi
yang melebihi batas yang
94 Penjodwolan Produksi Bajo Slab

ditentukan dikenakan penalti, sehingga semakin banyak pergantian antardimensi yang melebihi
batas deviasi yang ditetapkan akan berakibat pada semakin besarnya Penalti Total.

Pengaruh Perubahan Posisi SIab terhadap Fungsi Tujuan (y)Penalti Total)

Berdasarkan hasil skenario ini ternyata posisi s/ab anlarbatch mempengaruhi total penalti transisi
perbedaan dimensi dan nilai fungsi tujuan. Jika sebuah slab i dengan dimensi tertentu ditempatkan
pada sebuah batch k, maka total penalti transisi (Ci;) juga akan berubah karena selisih (perbedaan)
dimensi slab idengan jdalam batch k akan berbeda dengan selisih (perbedaan) dimensi slab idan j
dalam Batch l. ttustrasi persoalan ini sebagaintana pada Cambar 4.3.

Batch k Batch I

tr-El Cr-, Cr-o C,_, Cn-, n

Batch k Batch I

fiHffitri:fi:,,,frllil
C.,-, Cr_, C:-i Ctu cr_,0

Cambar 4.3 Perubahan Posisi Slab Antarbatch

pengaruh Perubahan Sekuen SIab terhadap Penalti Perbedaan Dimensi Antarslab dalam Satu
Batch (x ) Cx)

Cx adalah total penalti transisi untuk perbedaan dimensi antarslab i dan j dalam satu batch. Jika
urutan dalam satu batch berubah, maka dengan sendirinya nilai total penalti transisi untuk
perbedaan dimensi juga akan berubah. Untuk memperoleh nilai tota/ cost penalty perbedaan
dimensi yang minimal, maka sekuen slab dalam satu batch harus mempunyai selisih dimensi
antarslab yang tidak melampau batas deviasi maksimum dan minimum yang diizinkan.

pengaruh Perubahan Posisi SIab terhadap Penalti Earliness dan Tardiness(y ) (D1 + D2)y)

perubahan peubah mengindikasikan perubahan posisi slab i di antara batch yang dihasilkan. Slab-
slab yang ada dikelompokkan menurut persyaratan dimensi dan earlinessltardines, sekaligus
dengan memperhitungkan karakteristik dari mesin. Pada skenario 6, kasus (1) ini, apabila slab 9
dan 10 dimasukkan ke batch pertama, sedangkan slab 6 dan B di batch kedua, maka hasilnya akan
berbeda jika slab 6 dan B dimasukkan ke batch pertamasedangkan slab 9 dan slab 10 di batch
kedua. Demikian juga, pada skenario 6, kasus (2). Dengan demikian dapat dikatakan perubahan
posisi slab antarbatch memengaruh i penalti perbedaan earl inessltardiness.
Ana Ii si s lvlod e I Pen j atlw r-tI d n i) r ctd t t i,si SI ab 95

Karena slalr-slakr iet,;.:but irremilil<i rzariasi dii'nensi yang berbeda-beda, maka keputusan untuk
menempatkan setiap si;iir pada sejunrlah batch yang ada didasarkan pada range tertentu. Apabila
ada sebuah slab yang r:-i€'irlpunyai dimensi serta earllness/tardines.s yang berbeda dengan dimensi
serta earliness dan tarcirress slab-slab lain dalam satu batch maka akan menyebabkan sebuah
prociuk reject atau tidak riiemenuhi due date.

Pengaruh Perr.rbahan Posisi slab terhadap penalti Left capacity (y ) Rr)

Dari skeriario yang dijalankan untuk menjadwalkan '10 slab dalam 2 batch, terlihat bahwa jika slab
1,2,4,9, dan 1il dirnasukkan dalanr 1 batcir, maka penalti untuk leftcapacity-nya adalah 107604
(kapasitas untuk sekali penianasan),3.120 (kapasitas dalam satu tumpukan),5801 (kapasitas
sekali
reheating), cJan 55lB (kapasitas roller). Sementara apabila ke dalam batch tersebut dimasukkan slab
6 dan slab 8, dan slab 9 serta slab 10 dimasukkan ke dalam batch ke,lua, maka penalti /eft
capacity-nya adalah 108926 (kapasitas untuk sekali pemanasan), 3230 (kapasitas dalam satu
tumpukan), 6 101 (kapasitas sekali reheating), dan 57gg (kapasitas roller). peubah yang
menghasilkar-r penalti left capacity terkecil adalah yt't, y21,y41,ys1,yto1 parJa Batch 1 dan yn,
ys2ty62ty72,ya: pada batch 2.

Pengaruh Perubahan Penalti Perbedaan Dimensi Antars/ab terhadap Fungsi Tujuan


(Cx )Penalti Total)

Berdasarkan hasil skenario ternyata setiap perubahan penalti transisi perbedaan dimensi akan
mempengaruhi perubahan nilai fungsi tujuan. Apabila perbedaan dimensi antardua slab dalam satu
batch lebih kecil atau sama dengan deviasi maksimum dan minimum yang diizinkan, maka penalti
Totalnya pun akan lebih kecil.

Pengaruh Perubahan Penalti Earliness dan Tardiness terhadap Fungsi Tujuan


((Dli+ D2)* yi*)penalti Total))
Dari hasil skenario ini terlihat bahwa Penalti Total yang besar terjadi akibat penalti Delivery Time
yang juga besar. Manakala sebuah order lebih cepat atau lebih lambat dari batas pemenuhan due
date order yang diizinkan, maka semakin memperbesar kemungkinan order tersebut tidak dapat
memenuhi delivery time yang ditetapkan, sehingga dikenai penalti. Apabila jumlah slab di batch
pertama lebih besar dari batch kedua, maka jumlah penaltinya akan lebih kecil dibandingkan jika
jumlah slab di batch pertama lebih kecil daripada jumlah slab di batch kedua. Hal ini terjadi
karena, ketika jumlah slab di batch pertama lebih besar daripada jumlah stab di batch kedua, maka
completion timebatch pertama adalah jumlah processing time dari semua stab di dalam batch
tersebut, sehingga kemungkinan untuk memenuhi delivery time dari order akan lebih besar.
Sebaliknya, jika jumlah s/ab dalam batch pertama lebih kecil daripada barch kedua, maka
completion time batch kedua tersebut adalah jumlah processing time dari semua s/ab dalam batch
ditambah dengan completion time dari schedule dan waktu penggantian tundish dan roller,
sehingga kemungkin an delivery tlme dari order tidak terpenuhi akan semakin besar.
96 Penjadwalan Produksi Boja Slab

pengaruh Perubahan Penalti Lett Capacity terhadap Fungsi Tuiuan (R*)Penalti Total)

Dapat dilihat bahwa untuk jumlah order yang sama, maka jumlah left capacity untuk semua batch
adalah tetap. Hal ini terjadi karena kapasitas total adalah parameter yang nilainya adalah tetap,
sehingga yang mengalami perubahan adalah jumlah kapasitas terpakai (applied capacity) untuk
memproduksi sejumlah N slab. Selain itu, terdapat hubungan antara jumlah slab yang diproses
jumlah
dalam satu batch dengan bertambah atau berkurangnya penalti left capacitv. Semakin kecil
s/ab yang diproses dalam satu batch, maka akan semakin besar Penalti Total akibat semakin
besarnya kapasitas yang tersisa (tak terpakai), maupun sebaliknya.

-oo0oo-
BAB V

PENUTUP

5.1 FORMALISASI MODEL USULAN


erdasarkan hasil kajian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
B berikut: beberapa hal sebagai

1. Model usulan yang dihasilkan dalam buku ini merupakan model yang dapat mengintegrasikan
penjadwalan pada Continuous Caster, Slab Yard, Reheat Furnace, dan
Rolling Mi1.
2. Model usulan ini telah terverifikasi dengan beberapa argumen:
Mesin tidak melaksanakan lebih dari satu operasi pada saat yang sama.
Ticiak ada operasi yang diproses oleh lebih dari satu mesin pada saat yang
sama.
Tidak ada menunS8u (no wait) maupun interupsi antar proses (no pre-emption),
kecuali
waktu untuk penggantian tundish dan roller.
3. Model usulan tersebut juga telah valid, disebabkan karena:
Semakin bertambah jumlah order, semakin bertambah Penalti Total perbedaan dimensi
dan
penalti perbedaan Delivery Time.
Semakin bertambah jumlah batch, semakin berkurang Penalti Total perbedaan dimensi
dan
penalti perbedaan delivery time (earliness dan tardiness).
4. Model ini memiliki parameter-parameter dan variabel-variabel yang perubahannya
akan me-
mengaruhi fungsi tu.iuan. Perubahan-perubahan tersebut adalah:
Perubahan jumlah order dan jumlah batch berpengaruh terhadap fungsi tujuan
Perubahan sekuen s/ab dalam satu batch dan posisi slab antarbatch berpengaruh
terhadap
fungsi tujuan
Perubahan sekuen siab berpengaruh terhadap penalti perbedaan dimensi
antars/ab dalam
satu batch.
98 Penjadwalan Produksi Baja SIab

Perubahan posisi s/ab berpengaruh terhadap penalti Delivery Time (earliness dan tardiness)
dan penalti left capacity.
Perubahan nilai penalti perbedaan dimensi antars/ab berpengaruh terhadap fungsi tujuan
Perubahan penalti Delivery Time (earliness dan tardiness) berpengaruh terhadap fungsi
tujuan
Perubahan penalti left capacity berpengaruh terhadap fungsi tujuan.

5.2 PROSPEKTUS
Pada prinsipnya bukuini mengkaji sebuah permasalahan yang secara mikro berdampak besar bagi
sebuah sistem produksi baja, dan secara bersamaan secara makro merupakan kompleksasi dari
sebuah konsep sistem penjadwalan. Penjadwalan flowshop dengan mutitahap, di mana masing-
masing tahap memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda, serta cenderung saling bertentangan,
ditambah dengan banyaknya batasan pada setiap tahap menjadikan model penjadwalan ini sebagai
sebuah konsep yang masih membutuhkan banyak kajian lanjutan, sebelum dapat diimplementasi-
kan di sistem produksi nyata. Sebuah industri baja yang diharapkan sebagai user dari model usulan
dapat menjalin kerjasama dengan kalangan peneliti untuk mengkaji lebih jauh tentang performa
penjadwalan produksi yang telah dijalankan dan pada gilirannya bertujuan untuk memperbaiki
produktivitas industri baja. Dalam tataran akademik, model penjadwalan usulan ini masih bersifat
statik, sehingga masih perlu dikembangkan sebuah model penjadwalan untuk kondisi dinamis yang
lebih mengakomodasi kejadian-kejadian real time yang sering ter.iadi di lingkungan industri baja.
Sistem yang dikaji mencakup Flow Shop 4 tahap dengan 1 mesin pada Tahap 1, 2, dan 4 serla 2
mesin pada Tahap 3. Dengan demikian model usulan ini masih dapat dikembangkan untuk kondisi
di mana Tahap 1,2,3, dan 4, masing-masing terdiri dari lebih dari 1 mesin. Selain itu, lingkup dari
model penjadwalan usulan adalah proses produksi s/ab, sehingga perlu pula dikembangkan pula
penelitian untuk produksi billet. Untuk tahap selanjutnya, masih perlu pula pengembangan
program komputer yang dapat mengakomodasi penjadwalan terintegrasi Continuous Caster, Slab
Yard, Reheat Furnace, dan Ro//ing Mil/. Sistem penjadwalan ini masih membutuhkan kajian yang
lebih lama, mendetail dan cermat untuk bisa benar-benar diterapkan dalam sistem industri baja.

-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA

Baker, K.R., (1974). lntroduction to Sequencing and Scheduling, New York, John Wiley & Sons,
lnc.

Bellabdaoui, A. dan Teghem, J., QOO6). A Mixed-lnteger Linear programming Model for the
Continuous Casting Planning, lnternational lournal of Production Economics 104, pp. 260-
270.

Blazewicz, et al, (2OO7). Handbook on Scheduling: From Theory to Application. Springer-Verlag


Berlin, Cermany.
Brucker, P. dan Knust, S., (2006). Complex Scheduling, Springer-Verlag Berlin, Cermany.
Cowling, P. dan Rezig, W., (2003). lntegration of Continuous Caster and Hot Strip Mill planning
for Steel Production, Journal of Scheduling, 3(4), pp. 1 85-208.
Cowling, P., Ouelhadj, D. dan Petrovic, S., (2003). A Multi-Agent Architecture for Dynamic
Scheduling of Steel Hot Rolling, Journal of lntelligent Manufacturing, 14, p.457-470.
Cowling, P., (2003). A Flexible Decision Support System for Steel Hot Rolling Mill Scheduling,
Computers & lndustrial Engineering 45, pp.307-321.
Dohn, A., Clausen, J., (2008). Optimizing the Slab Yard Planning and Crane Scheduling problem
Using a Two-Stage Approach, Department of Management Engineering, Technical University
of Denmark.
Carcia, L. 1., (1997). The Hot Strip Mill Production Scheduling Problem in the Sree/ lndustry: A
Heuristic Approach Using Tabu Search. Department of Mechanical and lndustrial
Engineering, University of Toronto, Canada.
1N Penjodwolon Produksi Baja Slab

Halinr, A. H., (1993). Batch Scheduling for Production System under lust in Time Environment.
University of Osaka Prefecture, Japan.
Ladurantaye, Cendreau dan Potvin, (2007). Scheduling a Hot Rolling Mill, Journal of the
Operational Research Society 58, pp. 2BB-300.
Lee, K., Chang, S.Y., dan Hong, Y., (2004). Continuous Slab Caster Scheduling and lnterval
Craphs, Production Planning and Control,Vol. 15, pp. 495-501.
Mathirajan, M., Chandru, V", dan Sivakumar, A.1., (2007). Heuristic Algorithms for Scheduling
Heat-Treatment Furnaces of Steel Castir,g lndustries, Sadhana, Vol. 32, pp.479-500, lndia.

Moghaddam, R. T., Vahed, A. R., dan Mirzaei, A. H., (2007). Solving a Multi-Objective No-Wait
Flow Shop Problem by a Hybrid Multi-Objective lmmune Algorithm, ltech Education and
Publishing, Vienna, Austria, pp. 436.

Ouelhadj, D., (2003), A Multi- Mohanty, P.P.,(2004). An Agent-Oriented Approach to Resolve


the Production Planning Complexities for a Modern Steel Manufacturing System,
lnternational Journal of Advanced Manufacturing Technology 24, pp. 199-205.
Agent System for The lntegrated Dynamic Scheduling of Stee/ Production, University of
Nottingham, United Kingdom.
Pang, Yu, Zheng, dan Chai, (2008). Complete Modification Rescheduling Method and lts
Application for Steelmaking and Continuous Casting, Proceedings of the iTth World
Congress, The lnternational Federation of Automatic Control, Korea.

Ruiz, R., Allahverdi, A., (2007). No-wait Flowshop with Separate Setup Times to Minimize
Maximum Lateness, lnternational Journal of Advanced Manufacturing Technology 35. pp.
551 - 565.

Wang, X., Tang, 1., (2008). lntegration of Batching and Scheduling for Hot Rolling Production in
the Steel lndustry, lnternational Journal of Advanced ManufacturingTechnology j6. pp.43'l
-441.

Zhao, J., Wang, W., Liu, Q., Wang, 2., Shi, P., (2009). A Two Stage Scheduling Method for Hot
Rolling and its Application, Control Engineering Practice 17,629-641.

-oo0oo-
DAFTAR ISTILAH

Aim Leave Time waktu yang ditentukan bagi s/ab untuk meninggalkan SY
Basic Oxygen Furnace fasilitas untuk pencampuran besi, kokas, gas, dan kapur
Backup roller roller yang menekan work roller untuk mendorong baja panas
melalui work roller
Batch processor mesin pengolah batch
Batching pengelompokan s/ab dalam satu jadwal
Billet batangan baja
Casting pencetakan baja
Charging Temperature suhu s/ab saat dipanaskan di RF
Coil/Koil lembar baja gulungan
Coiling Temperature suhu s/ab yang dibutuhkan untuk pembuatan koil
Cold Rolling pengerolan dengan suhu koil
Continuous Caster mesin pencetak ba.ia
Crane alat pengangkut baja magnetis
Deviasi penyimpangan dari batas dimensi maksimum dan minimum untuk
setiap tahap operasi
Direct Reduction reduksi langsung dengan mereaksikan bijih besi dan gas alam
untuk pembentukan besi spons
D i sch argi n g T em pe ratu re suhu saat s/ab dikeluarkan dari RF
Electric Arc Furnace fasilitas untuk pencampuran baja dengan skrap
Finishing penyelesaian produk
Finishing Temperature suhu s/ab yang dibutuhkan untuk finishing pengerolan
Crade (W) kualitas baja berdasarkan komposisi kimiawi
Heat pernanasan atau peleburan baja
Hot Strip Mill Pabrik Baja Lembaran Panas
102
Penjodwalan Produksi Baia Slab

lron Making pemrosesan besi


lob family kelompok-kelomPok iob
Koil gulungan lembaran baja
Ladle wadah tempat baja dilebur
Left capacity kapasitas tersisa yang terjadi karena pemakaian kapasitas yang
lebih kecil dari kapasitas terpasang
Metalurgy facility fasilitas pencampuran baja dengan karbon untuk memenuhi grade
yang diinginkan.
Penalti denda akibal kesalahan
Penalty cost biaya yang diketuarkan akibat terjadinya kesalahan atau pe-
nyimpangan dari jadwal
Pile satu tumpukan baja
Piling penumpukan dan penyimpanan baja di SY
Processing Time waktu pemrosesan baja sejak pertama dilebur di CC hingga di-roll
di HSM
Production pull tarikan produksi
Production push dorongan produksi
Program slab-slab yang di-ro// dalam satu batch
Pusher type RF RF dengan mekanisme sebuah pendorong untuk memasukkan slab
ke RF
Refractory Lining salah satu bagian dari tundish
Reheat Furnace mesin pemanasan ulang
Reheating pemanasan ulang
Roller alat untuk mengerol baja hingga mencapai dimensi ketebalan
tertentu
Roller Table meja dengan banyak roller yang berfungsi sebagai pengangkut s/ab
dari satu proses ke proses berikutnya di HSM
Rolling pengerolan baja
Rolling Mill unit pengerolan baja
Rolling Temperature suhu s/ab yang dibutuhkan untuk pengerolan
5chedu/e jadwal produksi baja
Section Mill unit pemrosesan baja ke bentuk seksional
Sequencing pembuatan urutan s/ab dalam satu kelompok
Slab lembaran baja
Slab Yard tempat penyimPanan s/ab
Strand baja hasil cetak yang belum dipotong-potong
Steel-making peleburan/pembuatan baja
Tube Mill unit pemrosesan baja ke bentuk tube
Tundish alat yang memuat baja hasil lebur kemudian mencetaknya ke
dalam bentuk slab, billet, atau b/oom
Doftor lstilah l-:

Turn : slab-slab yang di-ro// dalam satu batch


Walking beam type Rl' : RF dengan mekanisme meja rol/er untuk memasukkan s/ab ke RF
Work roller : roller yang bekerja memberi tekanan langsung pada baja panas

-oo0oo-
LAMPIRAN 1
RANGKAIAN OPERASI PADA HOT STRIP MILL (HSM)

+-ru
sLAB
*rr:?Xl|3l]:r*E
tr*'$'{EffiEg'l
srzrNc pRrss RoucHrNC MrLL FrNrsHrNc MrLL
I

L*..rkm-
I
=..* --@
f_#_
&HoTRoL'.EDco".
REC.LL'DH.TR.LLEDC.,L
_*
omh-flEEE&'d ffi
fiOur6Llrit

-D -ouuoa
TANDEM COLD M|LL l

l*-gk--- €
sur,tD RE..LLED Hor RotLtD corl

_m:
Lm t; #*o
-+'HETANDPLATE ,$
lianlu; dnt

I
ffir
lj:'EMP'LRM'LL
+l
Sumr(sqi(Otrlr6 fff I

#6 SHEET SUTTED RECOLLED


col D RotI FD co|
CCLD ROLLED COIL

Sumber: Krakatau Steel (2010)

Cambar 1.1.1 Rangkaian Operasi pada Hot Strip Mill (HSM)


LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN PENALTI TOTAL PERBEDAAJ\ DIMENSI SLAB UNTUK
PENGUJIAN NUMERIK
{ {
II
I
l

-Y
; I
I I
qJ
!
I T
t
J uI
t
i t
.u ua
I
u
ho I
I
AJ t
o- J

-Y I
=

I I
-o
G I |t
t4 t I
t t
O
r
H
o i
(E
(6
E -
Eq) i t
--'Q
I I
AJ
a- f t

t-o I
>

-
A.)
a E
:l a a !' T * t
(s
bo
E * E B * t
a a E E
ra E
c |E

;I a L
5
=
\ fr
OJ
o- x H ;f, t€
E E =
ot
3 x E E s E x
t l E i E E E
fr
t
+E
l-
'tt F{
= a
5 FB {
F E
Z E
I
5t E

E s
=
a
H
E
E E
E
a =
d FI F € = s =
E B E + p
H = f;
1{
110 Penjodwalan Produksi BaJa Slab

I o
I o o
I I
J Li
I
I I
(E tJ
f
xt o o o
I
o
G L ut
-J t a
a
{ !
i,
o
U
a

q)
.t a
(J

I a
t,
z il t
U
(E
Q
L) o
LJ
bo
U
o_ t 6 I o
-Y I I
I I
h

I !
-o
.U
(.) {
I {i
5 I
qJ

E I a
o i' E
N
6J
t
Bo t !
€o t C
o- I q 0 I e a € I o
(!
o ! E
F-
I t
!
du I * I a I*

q
qJ
rB i8 3 E E t tr E
xt t5 a FI
(s
oo I !!
t E
E E
a

L
a)
s :t xt fi ft lq E E
o-
ot E EI s
\ E
E
: $ H
E E C E E
H H H
= E E
E E
H t E ts It E E B' c rI E
#dI ?D
E g H 3 B E E E 5
d a N =
a E E F! B
fr S E H E F
lit
H o
H

-r;o0oo-
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN PENALTI TOTAL PERBEDA AII DELIYERY TIME DAN LEFT
CAPACITT UNTI-IK PENGUJXAN NUMERIK

(E

ho
AJ
a_
-Y
q

.q
\J
.E
OJ
rJ

r!
-o
qJ
r
F
qJ
.l -v
XoJ
\lc
s
N'>
(R<
q)
-o
C)
o-
G
o
t--

(E

A.)
o-
G
oo

q,)
o-
CY)

4)
-o
r!
l-
112 Penjadwolan Produksi Baja Slab

{ Ir
-Y {
o
F

x E
( tr
g e

Fi
E e E 5 g c N
H
ho
qJ
E
a-
a Ei
-v ct E
s I t g e E

F F
U
(l
e
o_
r$ ;a .;
a,
U s
eqJ
6 e
o
-J
d H E E q E
a o @ e' E
6
;a I ;:i ts

-F tB :f 15 a
di
H q s
qJ
tr
q !-
J c ts 3 J
B
J
t-
rC
C(!
I E
d
a
d oE s <i j E
.d
6
F.
F T
E -1 q E
ar' E o
E
Y5
.('= I fr rI I E

U(!
- EI
j
q q a J I a,-t 5 o
ts
^*J E E E rl q fr f,
J J
ts' E
ra di T II :zl
J r'f
EqJ .-a

-o t-
a.) h d d d d d EJ d d E ca
o-
$
E It ;3
F-
R F
E E :8 E g l8 3
(g
sl
!l 5
AJ
o- : x ia a ft
$ R tr F tr it E p a
oo
H * f, la

L
A.)
o- E g H H H
g
T b. H H H
aa E E E I{ E
= E E f I
il g ts E FI ff EI E F' a H
o g s EI B T H El EI E
(! E E lrl IJ a E =
N E
= e

-oo000-
LAMPIRAN 4
CONTOH PERHITUNGAN

Perhitungan Persamaan (3.35)

lv,u < 1,e N{o}


keV

y11 +y12:1+0:1 y31 +y32:0+1:l


Y21 +y22: 1 +0: 1 yy +ys2:0+ 1 : 1

Y41 +y42: 1 +0: 1 yil +y62:0+ 1 : 1

Ysl +ys2:'l +0:1 yt1 +y72:0+1:1


lior * y1o2:1+ 0: 1 yar t faz:0 + 1 : 1

Perhitungan Persamaan (3.40)

K.," S ZY,uv, ! K.uk,,k eV


leN

Berikut adalah data pemakaian kapasitas heat

Slab Batch 1 Slab Batch 2


1 998 3 2502
2 2134 5 2524
4 2434 6 1 988
9 2520 7 2516
10 3310 8 2520
yikvi 12396 !rkVi 1 2050
110000 > (12396+ 12050) < 120000
110000 >24446 < 120000
114 Penjadwalan Produksi Baja Slab

Dari hasil perhitungan ternyata Batch 1 dan Batch 2 sama-sama tidak memenuhi batas
minimum dari kapabilitas produksi. Hal ini karena jumlah order yang dicetak jauh di bawah nilai
minimum dan nilai maksimum volume per pencetakan baja atau per heat baja (K.,n dan K^"p,\.
Untuk mengatasi ini maka jumlah order yang dicetak harus ditambah hingga mencapai kapasitas
maksimum per heat.

Perhitungan Persamaan (3.41)

P,in ( lY,*8, 3 P.^t,,k eV


ieN

Berikut adalah data pemakaian kapasitas tumpukan:

Slab Batch 1 Slab Batch 2


I 382 3 382
2 382 5 352
4 382 6 352
9 382 7 352
10 382 8 352
yikSi 1910 yikgi 1790

4064> (1910+ 1790) < 5080


4064>3700<5080
Dari hasil perhitungan ternyata Batch 1 dan Batch 2 sama-sama tidak memenuhi batas
minimum dari kapabilitas produksi. Hal ini karena jumlah ketebalan slab dalam Tumpukan 1
(Batch 1)dan Tumpukan 2 (Batch 2) berada di bawah ketinggian maksimum dan minimum yang
diizinkan.

Perhitungan Persamaan (3.42)

B*in ( Ly,ob, 3 B,^r,,,k eV


ieN

Berikut adalah data pemakaian kapasitas RF

Slab Batch 1 Slab Batch 2


1 1012 3 1212
2 1037 5 1292
4 1266 6 1292
9 1442 7 1292
't0 1442 8 1292
yilbi 6199 yir.bi 6380
Lompiron 4 115

Dari hasil perhitungan ternyata pemakaian kapasitas RF1 oleh Batch 1 dan pemakaian
kapasitas RF2 oleh Batch 2 masih jauh dari batas minimum dan maksimum dari kapabilitas
produksi RF1 dan RF2.

Perhitungan Persamaan (3.43)

L,in s Iyn l,*uo,,k ev


ieN =

Berikut adalah data pemakaian kapasitas roller:


Slab Batch 1 Slab Batch 2
1 1 059 3 1094
2 1 104 5 '1124
4 1 031 6 885
I 1122 7 1120
10 1166 8 1122
y,r l, 5482 yu lr 5345

10000 <(s482+5345) < 12000


10000 <10827 < 12000
Terlihat bahwa pemakaian kapasitas rol/eroleh kedua batch memenuhi batas maksimum dan
batas minimum yang diizinkan.

Perhitungan Persamaan (3.45)

b, -b,< dJ * (1-xiit)M,ieN{O},K eV

Berikut adalah data lebar s/ab dan urutan s/ab dalam setiap batch:

Slab Batch 1 xlijl x2iik x3ijk x4iik yik


-t012
1 0 0 0 1

2 1037 0 0 1

-1266 .l
4 1 0 1

9 1442 1 0 1 0
10 1442
2 3 2 I 5

Slab Batch 2 xliir x2iik x3ijk x4iik yik

3 1212 0 1 o I

5 1292 1 0 o
6 1292 0 0 1

't292 0 1 1 1

o 1292
2 3 1 3 5
116
Penjadwalan Produksi Baia Slab

Batch 1, TahaP 1

br - b:< 6'o + (1 - xrzr) ) 1012-1037 330 +


-0) (1 ) - 25 <3'l
bz - bo< 6tr + (1 - xz+t) )1037_1266<30+(1-0) )-229<31
ba - bs< 6tu + (1 - X+or) )1266-1442<30+(1 -1) ) - 176< 30
bs - broi 61u + (1 - xgror) )1442-1442 <30 + (1 -1) )0<30
Batch 2, TahaP 1

b: - bs< 61n + (1 - xrsz) )1212-1292<:O + (1 -0) )0<31


bs - bo< 61u + (1 - xsoz) )1292-1292s30+(1-1) )0<30
bo - bzS 61r, + (1 - xozz) )1292-1292<30+(1 -1) )0<30
bz - bsS 61r, + (l - xtaz) )1292_1292330 + (1 _0) )0<31
Batch 1, TahaP 2

br - bz< 61u + (1 - xrzr) + 1012 + (1 - 1)


- 1037 < 30 )-25<30
bz - bq< 61r + (1 - xz+r) )1037_1266<30 + (1 -1) ) - 229 <30
ba - bs< 61r + (1 - xqsr) )1266-1442<30+(1 -1) ) -176<30
bs - bro( 61u + (1 - xsror) )1442_1442s30 + (1 _0) )0<31
Batch 2,TahaP 2

b: - bs< 61n + (1 - xrsz) )1212-1292<30+(1 -1) )0<30


bs - bo< 61n + (1 - xsoz) ) 1292-1292 < 30 + (1 - 1) )0<30
bo-bt<61n + (1 -xozz) )1292-1292<30+(1 -0) )0<31
bz - ba< 61n + (1 - xtaz) )1292-1292<30 + (1 -1) )0<30
Batch 1, TahaP 3
)1012_1037<30+(1_0) )-25<31
br - bz< 61r + (1 - xrzr)
bz - b+< 61r + (1 - xzqt) )1037_1266<30+(1 -0) ) -229<31
bo - bs< 6'r + (1 - x+sr) ) 1266- 1442 < 30 + (1 - 1) ) -176<30
bs - bro< 61u + (1 - xsror) )1442_1442<30+(1 -1) )0<30
Batch 2, TahaP 3

bE - bs< 61u + (1 - x:sz) ) 1212 _.t292 < 30 + (1 - 0) )0<31


bs - bol 6tr + (1 - xsoz) ) 1292-1292 i30 + (1 -0) )0<31
bo - bz< 61r, + (1 - xon) )1292_1292<30+(1 _0) )0<31
bz - bo< 61r + (1 - xtoz) ) 1292- 1292 < 30 + (1 - 1) )0<30
Lampiran 4 117

Batch 1, Tahap 4

br -bz<61n+ (1 -xrzr) ) 101 2-rc37 <30 + (j -0) )-25<31


bz-b+<61n + ('l -xzqi )1037-1266<30 + (1 -1) )-229<30
b+-bs<61n + -xeor)
(1 ) 1266-1442<30 + (1 -0) ) - 176<31
bg-bro<6rn + -xsror) ) 1442-1442 <30 + (1 -0)
(1 )0<31
Batch 2,Tahap 4

b: - bs< 61u + (1 - x:sz) )1212-1292<30+(1 -1) ,0<30


bs - bo< 61u + (1 - xsoz) )1292-1292<30+(1 -0) )0<31
ba - bz< 6rr + (1 - xozz) )1292-1292s30+(1 -1) )0<30
bz - ba< 61r + (l - xtez) )1292-1292<30+(1 -1) )0<30
Perhitungan Persamaan (3.46)

b, - b, < 5i *(, - *,n W,, .N{o},k e v


Berikut adalah data lebar s/ab dan urutan s/ab dalam setiap batch:

Slab Batch 1 Xriik x2iik x3iil x4iik yik

I 1012 0 0 0 1

2 1037 0 0 1
'I

4 1266 1 1 1 0 I
I 't442 1 0 1 0
10 1442
2 3 2 1 5
Slab Batch 2 Xliit x2ii& x3iir x4iik yik

3 1212 0 1 0 1

5 1292 1 0 0 1

6 1292 0 0 1
't

7 1292 0 1 1 I I
8 1292 1

2 3 1 3 5

Batch 1, Tahap 1

bz - br< 62u + (1 - xzrr) ) - 1012 s230 + (1 - 0)


1037 ) 25 <231
b+ - bz< 62u + (1 - x+zr) ) 1266 - 1037 5230 + (1 - 0) ) 229 s231
be - ba< 62u + (1 - xg+r) )1442- 1266s230 + (1 - 1) ) 176 s231
bro - bg< 62u + (1 - xrosr) ) 1442 -'t442 5230 + (1 - 1) t 0 <230
118 Penjadwolan Produksi Boio SIob

Batch 2, Tahap 1

bs * b:< 62n + (1 - xs:z) )1292_1212<230 + (1 _0) )80 <231

bo - bs< 62u + (1 - xosz) )'t292 - 1292 3230 + (1 - 1) ) 0 <230


bz - bo< 62r, + (1 - xtoz) ) 1292 - 1292 3230 + (1 - 1) ) 0 <230

be - bz< 62s + (1 - xan) ) 1292 _ 1292 <230 + (1 _ 0) ) 0 <231

Batch 1, Tahap 2

bz - + (1 - xzrr)
br< 62r, ) 1037 _ 1012 _<230 + (1 _ 0) ) 25 <231
bc-b2<62r + (1 -xqzt) ) 1266 _ 1037 <230 + (1 _ 0) ) 229 <231
bs - bo< 62r, + (1 - Xs+r) ) 1442-1266<230 + - 1)
(1 ) 176 <230
b,o - bs< 02t, + (1 - xrosr) ) 1442 - 1442 <230 + (1 - 1) ) 0 <230

Batch 2, Tahap 2

b: - b:< 62r + (1 - xs:z) ) 1292 _ 1212 <230 + (1 _ 0) )80 <231

bt - bs< 62r, + (1 - xosz) ) 1292 - 1292 <230 + - (1 1) ) 0 <230


bt -- bo< 62r, + (l - xtoz) ) 1292 - 1292 <230 + (1 - 1) , 0 <230
ba - bi< 62r, + (1 - xazz) ) 1292 _ 1292 <230 + (1 _ 0) ) 0 <231

Batch 1, Tahap 3

bz - br< 62u + (1 - xzrr) ) 1037 - 1012 <230


+ (1 - 0) ) 25 <231
b+ - bzl 62r, + (1 - x,rzt) ) 1266 _ tO37 <230 + (1 _ 0) ) 229 <231
bs - bo< 62r + (1 - xsqr) ) 1442 - 1266 <230 + (1 - 1) ) 176 <230
bro - bg< 62n + (1 - xrosr) ) 1442 - 1442 <230 + (1 - 1) ) 0 <230

Batch 2, Tahap 3

bs - b:< 62r, + (1 - xs:z) ) 1292 _ 1212 <230 + (1 _ 0) )80 <231

bo - bs< 62n + (1 - xosz) ) 1292 - 1292 3230 + (1 - 0) ) 0 <230


bz - bo< 62u + (1 - xzoz) ) 1292 - 1292 (230 + (1 - 0) ) 0 <231
bs - bz< 62u + (1 - xazz) ) 1292 - 1292 s230 + (1 - 1) ) 0 <230

Batch 1, Tahap 4

bz - br< 62u + (1 - xzrr) ) 1037 _ + (1 _ 0)


1012 <230 > 25 <231
b+ - bz< 62r, + (1 - xqzt) ) "t266- 1037 <230 + (1 - 1) ) 229 <230
bs - ba< 62u + (1 - xsar) ) 1442 _ 1266 <230 + (1 _ 0) ) 176 <231
bro - bs< 62n + (1 - xroor) ) 1442 - 1442 s230 + (1 - 0) ) 0 <231
Lampiran 4 119

Batch 2, Tahap 4

bs - b:< 62u + (1 - xs:z) ) 1292 - 1212 3230 + (1 - t) )80 <230


bo - bs< 62s + (1 - xo:z) ) 1292 - 1292 <230 + (t - 0) ) 0 <231
bz - bo3 62u + (1 - xzoz) ) 1292 - 1292 <230 + (1 - 1) ) 0 <230
ba - bz< 52r + (1 - xazz) ) 1292 - 1292 <230 + (1 - 1) ) 0 <230

Perhitungan Persamaan (3.47)

ln, - n,l! dn +(1- xi,,)M,i eN{o},k e v


Berikut adalah data kekerasan s/ab dan urutan s/ab dalam tiap batch:

SIab Batch 1 Xriik X2iik x3iik x4iik yik

1 I 0 1 0 0 1

2 1 0 0 1 1

4 I 1 1 1 0 1

,I
9 1 0 1 0 1

10 1 1

2 3 2 1 5
Slab Batch 2 xliik x2iik x3iik x4iil yik

3 1 0 1 0 1 1

5 1 1 1 0 0 1

6 1 1 0 0 1 1

,|
7 1 0 1 1 1

B 1 1

2 3 1 3 5

Batch 1, Tahap 1

hr-hzl<Or, + (1 -xrzr) )1 -1<3+(1 -0) )0<4


hz-h+l
=On
+ (1 -xz+r) )1-1<3+(1 -0) )0<4
h+-hgl aOn + (1 -xagr) ) 1 - 1 < 3 + (1 - 1) )0<3
hs-h,ol <On + (1 -xsror) )1-1<3+(1-1) )0<3
Batch 2, Tahap 1

h:-hsl <On + (1 -x:sz) )1-1<3+(1 -0) )0<4


hs-hol <On + (1 -xsoz) )1-1<3+(1-1) )0<3
ho-hzl aOn + (1 -xozz) )1-1<3+(1 -1) )0<3
hz-hal
=On
+ (1 -xzaz) )1-1<3+(1 -0) )0s4
Penjodwalan Produksi Baio SIob
120

Batch 1, TahaP 2

Itr,-hrl <On+(1 -xrzr) )1 *1(3+(1 -1) )0< 3


)1 -1<3+(1 -1) )0< 3
lh, - hrl < On+ (1 - xz+r) )0< 3
lh,' - hrl a On+ -
(1 x+sr) )1 -1<3+(1 -1)
,1 -1<3+(1 -0) )0<4
lh, - h,ol a On+ (1 - xsror)
Batch 2,TahaP2

- h'l a On+ (1 - xrsz) )1 -1<3+(1 -1) )0<3


lh, )0<3
lnr-frul <On+ ('l -xsou)
)1 -1<3+(1 -1)
)1 -1<3+(1 -0) )0<4
lhu - hrl a on+ -
(1 xozz)
)1 -1<3+(1 -1) )0<3
lh, - hul a On+ (1 - xzez)
Batch 1, TahaP 3

lh, - hrl a On+ (1 - xrzr) )1 _133+(1 -0) )0<4


hol a On+ (1 - xzqr) )1 -1<3+(1 -0) )0<4
I h, - )0<
lhr-hrl <On+ (1 -x+si) ,1 -1<3+(1 -1) 3

t1 -1<3+(1 -1) )0<3


lh, - h,ol a On+ (1 - xsror)
Batch 2, TahaP 3
)1 -1<3+(1 -0) ,0 <4
lh, - h'l < On+ (1 - xrsz)
)0<4
lhr - hul < On+ (1 - xsoz) )1 -1<3+(1 -0)
)1 _1<3+(1 _0) )0<4
lhu - hrl < On+ -
(1 xozz)
)1 -1<3+(1 -1) )0<3
lh, - hul < On+ (1 - xzaz)
Batch 1, TahaP 4
)t_1(3+(1 -0) )0<4
lh, - hrl < On+ (1 - xrzr) )0< 3
lh, - hol < On+ (1 - xz+r)
)1 -1<3+(1 -1)
I no - frrl <
On+ (1 - x+gr) )1 _1<3+(1 -0) )0<4
< 6n+ (1 - )1 -1<3+(1 -0) )0<4
I h, - h,o | xsror)

Batch 2,TahaP 4
)1 -1<3+(1 -1) )0<3
I h,- h'l . On+ (1 - x:sz) )0<4
lhr-trul <On+ (1 -xsoz) )1 -133+(1 -0)
('l xozz) )1 -1<3+(1 -1) )0<3
Ihu - hrl a On+ -
<6n+ (1 -xzsz) t1 -1<3+(1 -1) )0<3
lhr-hrl
Lampiran 4 121

Perhitungan Persamaan (3.48)

ls, - s,l = r; * (1 - x,ir )M,i eN{o},k e v


Berikut adalah data tebal tiap s/ab dan urutannya ditiap batch:

Slab Batch 1 xtiik x2iik x3iik X4iik yik


1 382 0 1 0 0 1

2 382 0 1 0 1 "l

4 382 1 1 I 0 1

9 382 1 0 1 0 1

10 382 1

2 3 2 1 5
Slab Batch 2 xliik x2iik x3iit x4i;k yik

3 382 0 0 1 1

5 352 'l
1 0 0 1

6 352 0 0 1 1

7 352 0 1 1 1 1

8 352
2 3 1 3 5

Batch 1, Tahap 1

lg,-grl =O*+(1 -xrzr) >l:az -3B2l.oo + (1 -o) )0<61


ler-gol <6r +(1 -xzer) +l:ez -3821<oo + (1 -o) )0<61
lso-gnl =6, + (1 -xqsr) +l:az-3B2l.oo+(1-1) )0<60
lBr-g,ol=6, * (1 -xsror) >l:az-3821=oo+(1-1) )0<60
Batch 2, Tahap 1

I - g'l < o, + (.1 - x:sz)


g, >l:az -3s2 l<oo + (1 -o) )30 < 61
lgr-gul .6. + (1 -xsoz) >lzsz - 3s2ls oo + (1 - 1) )0<60
leu-grl =0, +(1 -xon) +l:sz-3s2l.oo+(1-t) )0<60
lgr-gul ao, + (1 -xzaz) +f:sz -3s21<oo + (1 -o) )0<61
Batch 1, Tahap 2

ls,-grl aO, + (1 -xrzr) )0<60


lgr- gol < o, + ('t - xz+r) >l:az-3821<oo+(1-1) )0<60
Ig.,-grl =O, + (1 -xesr) >l:ez-3821<oo+(1-1) )0<60
lgr-g,ol=0, * (1 -xsror) + f:az - 3B2l <oo + (1 - o) )0<61
122 Penjadwalan Produksi Bajo Slab

Batch 2,Tahap2

$-gsl <or * - x:sz)


(1 + | :az - 3s2l <oo + (1 - 1) )30 <60
gs-g6l <6r * (1 - xsoz) + | ssz - 3s2l <oo + (1 - 1) ,0<60
g'-g7 | <6r * (1 - xozz) +f:sz -3s21 <oo + (1 -0) )0<61
g7-gsl <6r + (1 - xzaz) >ltsz - 3s2l<oo + (1 - 1) )0<60
Batch 1, Tahap 3

ls,-g,l <6'* (1
- xrzr) alraz -3821<oo + (1 -o) )0<61
lgr-eol <6' * - xz+r)
(1 +f:ez -3821<oo + (1 -o) )0<61
lgo-grl <o' + (l - x+sr) +l:az-3821<oo+(1-1) )0<60
lg, - g,ol< o, * (1 - xsror) >f raz -3821 <oo + (1 - 1) )0<60
Batch 2, Tahap 3

lg,-g'l <o' + ('l


- xisu) + | :az - 3s2l <oo + (1 -0) )30 <61
ls'-gul <6r* - xsoz)
(1 > | :sz - 3s2l <oo + (1 -0) )0<61
leu-g,l <o' * (1 - xozz) + | :sz - 3s2l <oo + (1 -0) )0<61
lg,-gul <o'+ ('l - xzaz) >f:sz -3s21 <oo + (1 - 1) )0<60
Batch 1, Tahap 4
g1-g2l <6r + (1 -xrzr) + | :az - 3B2l <oo + (1 -0) )0<61
g2-g4l a6r + (1 -xzrr) ;f:oz -3821<oo + (1 - 1) )0<60
g4-gsl <6r + (1 -x+sr) >f:oz -3821 <oo + (1 -0) ,0<61
ge - glol< Or + (1 - xsror) (1 -0) )0<61
Batch 2,Tahap 4

lg,-g,l <6, + (1 -x:sz) >l:az -3521<oo + (1 -1) )30 <60


itr-t.l <6, + (1 -xsoz) >l:sz -3521<oo + (1 -0) )0<61
lgu-grl <6. + (1 -xozz) >l:sz -3521<oo + (1 -1) )0<60
irr-gul <6, + (1 -xzsz) >l:sz -3s21<oo + (1 -1) )0<60
Perhitungan Persamaan (3.51)

l,l -,il< 4. *(t -x,,)M,i e N{o},k e N

Berikut adalah data temperatur pengerolan s/ab dan urutan s/ab dalam tiap batch:

Slab Batch 1 xriik x2iir x3iir x4iir yik

1 1255 0 1 0 0 1

2 1231 0 1 0 1 1
Lampiron 4
123

Slab Batch 1 xriik X2i,k x3iik x4iik yik


4 12'19 'l
1 1 0 1

9 1226 0
1 1 0 1

10 121

2 3 2 1 5
Slab Batch 2 Xriik X2iik x3iik x4iik yik
3 1230 0 1 0 I 1

5 1229 I 0 0 1

,|
6 1230 0 o 1 1

7 1219 0
,|
1 1 1

8 1226 1

2 3 1 3 5

Batch 1, Tahap 1

tor -tozl=Oe+(1-xrer) >lrzss- 1231l<27 + (1 -0) )24<28


toz - to+l< 6to+ (1-xzci >l rz:r - 121el|<27 + (1 -0) )12<28
to+ - togl< 6to+(1- xqsr) >l tzto - 12261<27 +(1-1) )7<27
tos - torol< 6to+(1-xsror) >ltzzo - 1 211 | <27 +(1-1) )15<27
Batch 2, Tahap l
- g,l< o,t+(1-x:sz)
Ito, )l 1230 - 122el'<27 + -0) (1 )1<28
Itos - tool< 6to+(t-xsoz) )l 1229 - l23,ol<27 +(1 -1) )1<27
f too - tozl= O*t +(1-xozz) ) 1230 - 121e1<27 +(1-1) )11<27
I toz - toa | < 6to+ (1-xzaz) ) 1219 - 1226l|<27 + (1 -0) )7<28
Batch 1, Tahap 2

tor - tozl< Oto+(1-xrzr) >lrzss- 1231l<27 +(1-1) )24<27


toz - to+l< 6to+(1-xz+r) >l tztt - 121e1<27 +(1-1) )12<27
toa - tos | < 6to+ (l-x+gr) ;l tzto - 1226I<27 +(1-1) )7<27
tos - torol< 6to+(l-xsror) >ltzzo - 1211 | <27 + (1 -0) )15<28
Batch 2,Tahap 2

I - to, | < Oe+ ('t-x:sz)


to, )l 1230 - 122e1<27 +(1 -1) )1<27
I tos - tool < Oto+(1-xsez) )l 122e l,3ol<27 + -
)l 1230 -- 12191<27 + -0)
(1 1) )1<27
I too - torl < Oe +(1-xozz) (1 )11<28
I to, - toa | < Oto + (1 -xzsz) )l 121e - 12261<27 +(1-1) )7<27
124 Penjadwalon Produksi Baja Slab

Batch 1, Tahap 3

tor -tozl <Of +(1-xrzr) ) 12ss-12311<27+(1-o) )24<28


toz - toal < 6to+(1-xzar) ) 1231-12191<27+(1-O) )12<28
toq - tog | < 6to+ (1-xasr) ) 1219-12261<27+(1-1) )7<27
tog-toro | < 6to + (1
-xgror) , 1226 - 12111 <27 + (1 - 1) )15<27

Batch 2, Tahap 3

I - tou | < 6to+ (1-x:sz)


to, ) I rz:o - 122s1 =zt + (1 - o) )1<28
I tos - too |
< 6to+ (1-xsoz) ) ltzzo - 1230|1 <zt + (1 - o) )1<28
ltou - torl< Of +
(1-xan) ) I rzao - nlsl <zt + (1 - o) )11<28
I to, - too l
a O,'+ (1-xzaz) ) ltzta - 12261 =zt + (1 - 1) )7<27

Batch 1, Tahap 4

tor - toz | < 6to+(1-xrzr) ) 12s5 - 1,31l< 27 + (1 - o) )0<61


toz - to+l< 6to+(1-xz+r) ) 1231 -12191<27+(1 -1) )0<60
toq - tosl< 6f +(1-xcsr) ) 121s-12261<27 + (1 -0) )0<61
tos -toro I Ott + (1 -xgror) ) 1226-12111<27+(1-0) )0<61
=
Batch 2,Tahap 4

tor - tosl< 6to+(1-x:sz) ) r23o - 122s1 <27 + (1 - 1) )1<27


tos - too | < 6to + (1 -xsoz) ) 122s-1?J,}l s27 + (1 -0) )1<28
too - tozl< Of + (1-xozz) ) 1230 - 12191 <27 + (1 - 1) )11<27
toz - tosl< 6to+ (1-xtaz) ) 121s - 12261 <27 + (1 - 1) )7<27

Perhitungan Persamaan (3.52)

-rll( d,, + (1-xiit)M,i eN{o},k e v


lrl
Berikut adalah data temperatur finishingslab dan urutan s/ab dalam tiap batch:

Slab Batch 1 xliik x2iik x3iik x4iil yik

1 867 0 0 0 1

'l
2 868 0 1 0 1

4 870 1 1 1 0 1

9 880 1 0 1 0 1

10 866 1

2 3 2 1 5
Lampiran 4
125

Slab Batch 2 Xriik x2iik X3iik x4iik yik


3 BBO 0 1 0 1 1

5 880 I 1 0 0 1

6 877 I 0 0 1 I
7 880 0 1 1 1 1

B BB1 1

2 3 1 3 5

Batch 1, Tahap 1

t1r - tlzl a Ott +(1-xrzr) ) 867 - 868l <30 + (1 - 0) )1<31


) 868-8701<30 + (1 -0) )2 <31
['4 - tlsl < 6t'+(1- x+sr) )l B7O- BB0l<30 + (1 - 1) )10<30
t'.r - ttrol< 6t'+(1-xsror) ) I aao - 866l <30 + (1 * 1) ) 14<30

Batch 2, Tahap 1

tr-t1sl<6t'+(1-x:sz) ) I aao - BBol <30 + (1 -0) )0<31


t1: - tlol< 6t'+(l-xsoz) t laao - B77ll:o +(1-1) )3<30
t1o - trzl< 6t'+ (1-xozz) ) latz - saol <30 +(1-1) )3<30
trz - tlal
=
Or' +(1-xzaz) ) I aao - 881 | <30 + (1 -0) )'t<31
Batch 1, Tahap 2

tlr - t1z | < 6t' + (1-xrzr) >laoz - 868l .:o + (1 - 1) )1<30


tlz - t]+l < 6t' + (1-xzar) +laoa -B7ol<:o + (1 - t) )2<30
tl+ - trsl < Ott + (1-xqsr) > lazo - 88ol< :o + (1 - 1) )10<30
t1s -- tlro | < 6t' + (1-xsror) >laao-8661=:o + 0 -o) ) 14<31

Batch 2,Tahap 2

tl: - ttsl O,' +(1-xrsz)


=
;l - Bsol <:o + (1 - 1)
aao )0<30
tls - tlol O,' +(l-xsoz) > laao - B77l<:o + (1 - 1) )3<30
=
tlo - tlzl a O,t +(1-xozz) >lazt -8Bol <go + (1 -o) )3<31
tlz * tlal < Ot' +(1-xzaz) >laao-BB1 l<30 + (1 -t) )1<30
Batch 1, Tahap 3

tlr - tlzl < Ot' +(1-xrzr) +lau-8681 <lo+(t-o) )1<31


tlz - tl+l < Ot' +(1-xz+r) +laoo -B7ol<:o+ (1 )2<31
-o)
t1+ - tlsl < O,' +(1-xrgr) +lazo-BBol.:o+(1-1) )10<30
tls-t1ro | < 6t' + (1
-xoror) ; laso - 8661= :o + (t - 1) ) 14<30
126 Penjadwalan Produksi Baja Slab

Batch 2, Tahap 3

tl: - t1s | < 6t' + (1-x:sz) ) BB0 - BB0l <30 + (1 - 0) )0<31


tls - trol< 6t'+(1-xsoz) ) 880 - 8771 30 + (1 - o) )3s31
tlo - tlz | < 6tt + (1-xozz) ) B7V - 8B0l <30 + (1 -0) )3<31
tlz - t1a | < 6tt + (1-xzoz) ) 8Bo-8811<30+(1-1) )1<30

Batch 1, Tahap 4

t1r - trzl< 6t'+(1-xrzr) ) 867 - AOal<:O+ (1 - 0) )1<31


t1z - tl,rl < 6tt + (1-xu+r) ) 868-B7ol<30+(1 -1) )2<30
t1a - trsl< 6t'+(1-x+sr) ) 870 - BB0l <30 + (1 - 0) ) 1 0<31
tls -tlro | < 6t' + (1
-xsror) ) 880 - 866l <30+ (1 - o) )14<31

Batch 2,Tahap 4

tl: - tlsl< Ot'+(1-x:sz) ) BB0 - BS0l <30 + (1 - 1) )0<30


trs - trol< 6tt+(1-xsoz) ) BBo - B77l30 + (i -0) )3<31
tlo - tlzl< 6t'+ {1-xozz) ) 877 - aaOl <:O + (1 - 1) )3<30
trz - tlal< 6t'+(1-xzaz) ) BB0 - 881 I <30 + (1 - 1) )1<30

Perhitungan Persamaan (3.53)

Iti -rll= 6,, + (1- x,,o )M,i eN{o},k e v

Berikut adalah data temperatur koiling s/ab dan urutan s/ab dalam tiap batch:

Slab Batch 1 Xlijk x2iik x3iik x4iik yik

574 0 1 0 0
2 569 0 1 0 1 1

4 564 1
1 1 0 1

,l
9 641 0 1 0 1

.10
566 1

'l
2 3 2 5

Slab Batch 2 xliik x2iik x3iik x4iik yik


'3 582 0 1 0 1 1

5 637 1 1 0 0 1

6 634 1 0 0 1 I

7 637 0 1 1 1 1

8 638 1

,|
2 3 3 5
Lampiron 4 127

Batch 1, Tahap 1

t2t -t2zl= Of +(1-xrzr) ) s74 - s6el <80 + (1 - 0) )5<81


I2z-t2claOf+(1-x:er) ) s6e - s64l <80 + (1 - 0) )5<81
tl+ - tlsl < 6t' +(1- x+sr) ) s64 - 641 l<80 + (1 - 1) >77<80
t1s - tlro|< 6t'+(l-xsror) ) 641 - s66l<80 + (1 - 1) )7s<80
Batch 2, Tahap 1

tl: - t'sl<6t'+(1-x:sz) ) 582 - 6371 <80 + (1 -0) )55<81


tls - t'ol<6t'+(1-xsoz) ) 637 - 634 | <80 +(1-1) )3<80
tlo - t'rl<6t'+(1-xozz) ) 634 - 6371 <Bo + (1 - 1) )3<80
t1 t - t'ul .6t1+(1-xzaz) ) 637 - 638 | <Bo + (1 -0) )1<81
Batch 1, Tahap 2

tlr - tlzl < Ot' +(1-xrzr) ) 574 - s6el S80 + (1 - 1) )5<80


tlz - t1+l < 6t' + (1-xzer) ) 569 - s64l (80 + (1 - 1) )5<80
t1+ - trsl < 6t' +(1-xcgr) ) -
564 6411 SB0 + (1 - 1) )77<BO
tlg - trrol < 6t' + (1-xsror) ) 641 - s66l (80 + (1 -0) >75<81

Batch 2,Tahap 2

t1: - tlsl < Ot' +(1-x:sz) ) sB2- 6371 <Bo + (1 - 1) )55<80


tls - trol a Ot' +(1-xsoz) ) 637 - 6341<80 + (1 - 1) ) 3 <830
tlo - tlzl < O,' +(1-xozz) ) 634 - 6371 <S0 + (1 - 0) )3<81
t1z - tlal a O,' +(1-xzez) ) 637-6381<Bo+(1 -1) )1<80
Batch 1, Tahap 3

t1r - tlzl = Ot'+(1-xizr) ) s74 - s69l <80 + (1 - 0) )5<81


tlz - tlcl a Ot' +(1-xz+r) ) s69 - s64l <80+ (1 - 0) )5<81
tlq - tlgl < O,' +(1-x+sr) ) s64 - 641 l<80 + (1 - 1) )77<BO
t1s-tl'o | < 6t' + ('l -xsror) ) 641 - s66l<80 + (1 - 1) )75<80
Batch 2, Tahap 3

tl: - tls | < 6t' +(1-x:sz) ) lsaz - o:zl <ao + (1 -0) )55 <81
tls - t1o | < 6t' + ('l-xsoz) ) lott - 6341 <Bo + (1 -0) t3<81
tlo - trz | < 6t' + (1-xotz\ ) lot+- 63zl <Bo + (1 -0) ,3<81
tlz - tlal < 6t' + (1-xzaz) ) lott - 6:al <ao + (1 - 1) )1<80
128 Penjodwolan Produksi Baja Slab

Batch 1, Tahap 4

tlr - trz | < 6t' + (1-xrzr) ) s74 - s6el<Bo+ (1 - 0) )5<81


trz - trql< 6t'+(1-xz+r) ) s69 - s64l <Bo + (1 - 1) )5<80
t1+ - tlgl < 6t' +(1-x+gr) ) s64 - 641 l<80 + (1 - o) )77<81
t1s -t1ro | < 6t' + (1-xsror) ) 641 - s66l <80+ (1 -o) )75<81

Batch 2,TahaP 4
) s82-OrZl<ao + (1 - 1) )55<80
tlr - tls | < 6t' +(1-x:sz)
t1s - t1o | < 6tt + (1 -xsez) , lott - 6341 <80 + (1 -0) )3<81
t'6 - t'rl< 6t'+(1-xezz) ) I o:+ - 63zl <Bo + (1 - 1) )3<80
trz - tlsl< 6t'+(1-xzsz) ) lott * o:al <ao + (1 - 1) )1<80

-oo0oo-
LAMPIRAN 5
FUNG SI MINIMASI PENALTI TOTAL DENGAN JUMLAH ORDER 10 SLAB

-o
N
(/)
o
\
'o0.)
o
N
l-

!!
oo
qJ
E

F-

G
o
o-

a
bo

LL
rn

OJ
-a
l!

-oo0oo-
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN FUNGSI MINIMASI PENALTI TOTAL DENGAN
JUMLAH ORDER
20 SLAB

-o
V)

\
BL
o
G

!J
oo
qJ
!
o
F-

qJ
a_

00

LL

N
ho

q.)
o_
\o

o
G

-oo000-
LAMPIRAN 7
PERIIITUNGAN FUNGSI MINIMASI PENAI,TI TOTAL DENGAN JUMLAH
BATCH 1

qt {
U
N
ao ls
aa

lE
F c I
a
+
$
oo
OJ I
I e
G l)
o
F-
I
i
I I
(! U
qJ I
()t
r!
I
x

: a a 3
ho h I
z t E € E a B z z
u_ ! s
.B
bo p ;d

E + E R I L a ro B

5 5 5 5 - x E ! H E E
AJ =
o-
N
{
I E
E a E E E g E =4 g E E
g eE E 3 E I
I
o 3 o o o o 3 o o t { o
5
!
o
r!
{ 3 B R il :5 Y B

3
? 6 6 5 e - 3
6
g

-oo0oo-
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN FUNGSI MINIMASI PENALTI TOTAL DENGAN JUMLAH BATCH 2

D,
I

I E
q C i
t F

U
I
a t ts

i
a t a
t H t E 5 & 6 o E E c
i
A
+ tf
i
e I
oo I !
qJ I I ,

ll
t I
a a
I i
t- J

t I
t I
AJ
u
a I
I
o
F
t , : t; xa x T t
T
tI a E
g 3 E € E
F
I
bo
c I
c T o
r E R F E F
Lt
(!
t{ F 6 x E - ;a -
0o
P I E F E E E E E F E E

E . B i E 15 E B 5 x t t x I E x E

a)
o- -
co I ! I : I t
I
E E I a
E E
n E E E
E
E E E E E I E
o
o 3 o c c c c c o
o q I I
! E a I
I E I 5 il 6
G
. 6
E E E E E -
ts ! N E

E E
E
I T E
I
E i E s q t
*
s
- t
t B

, , o tr D - o

-oo000-
LAMPIRAN 9
PENGARUH PERUBAHAN SEKUEN TERHADAP NILAI FUNGSI TUJUAN

l--
bo

t{_
oB

z
o-
od

L-
CJ
F-
a)
-v
(^
N
CE

OJ
o-

\
bo
(.)
o-
g\

o
-a
G

-oo000-
LAMPIRAN 1O
PENGARUH PERUBAIIAN POSISI ANTARBATCH TERI{ADAP FUNGSI TUJUAN

c
E
c
:a
: H

it
:
G e fr i
e
E

E t
F-
l\ {
E
i
E
d I
c g
. nl E

5 a T I
i
bo E e s e
t E E s E q u e
L^L a 6 E H
e a
c IJ E E E q a E E I E s s E ts E EI E
Ers 6 a
d d d
A a
OJ { i
ts E E q E q q q q
I E q E q E E
F- = E B t
E s s q q q q E E E E
s E E q E E
U 9
{G B E rl {, 6 E q q E
! l d
I s G
a J a
J
El E
j E E
tr

I I q E E I B E a
I d E I I E E

l I ff q i q
I
o-
E a : I I q :j i I
G
(E
! I I I - 3 i
-o
E L
!, E tJ E E E E E s E E d ts E E E E
E
a) 3
ts F

L
(!
00 I t I t
I !a
O t) uI I I
IJ

o t I I
I
()I I .l$
I I I rl
o U
I
J
, , -l =l il
.E
r I ! d
i
! -t I "l il
-l el
-l rl -t
I -l e -l , -l

-oo0oo-
LAMPIRAN 11
PENGARUH PERUBAHAN SEKUEN SLAB TERHADAP PENALTI PERBEDAAN
DIMENSI

06
-o
AJ
-o
qJ
o_

G
O
o*
o_
-o

AJ
F-
-a
(.)
o
.Y
t4

.E

AJ
o-

ho
q.)
o_

o
'!
142 Penjodwolan Produksi Baja Slob

F
I
I

E
oJ ,l
-J I

C
OJ o
I

LJ a a F
c id rl E d

.U
t: 3 oi I I s I a

E
o ;S
+

-o
L
qJ
q t o o
lr o o o
I
a
o !
o_ h o o e o I
o- u
I
B
E
x o o o o €
AJ t
F
-o
:
,
(^ x o o o o o o
:
!
-Y a
a)
(^
I
U

I
-o (J
L
(.)
o o o
o_

oo
I e c o o 6

t o o c
i

(,) t
I o c o o o o

(! I o
0 o
x

t E

-oo0oo-
LAMPIRAN 12
PENGARUH PERUBAHAN POSISI SLAB ANTARBATCH TERHADAP
PENALTI
DELIVERY TI^ITE

qJ

F- *
L
:
o
E
o g
o
:I =
N a4 lt= t
o ii la ta ro
o_ 5
o-
(!
'a a
(!
\
0.)
d-
€ I G 6 x
F I
I rl r! q a 5
U
dJ I
-o I

a
I
U
{.d I
(.) t
!
U
o-
{l
-rl ,l !T H

sl t c g
oJ
E
H EI
CJ ll sl E
a_ a E
Ei

\ tr E B E
bo EI xl rt
qJ
a_ --l -I
il iil
at fi E E H H
E E E E E
'c FI
O
fE El
=l a-<Ii =l
I -t. -l
e el

-oo000-
LAMPIRAN 13
PENGARUH PERUBAHAN POSISI SLAB ANTARBATCH TERHADAP PENALTI
LEFT CAPACITY

U
o-
(!
U
.tr
*!U

r{
^9
(E
E(E

t- OJ

(!

ta

o_

G
(!
-o
qJ
o_

.B
bo
CJ
q
CN

C)

-oo0oo-
LAMPIRAN 14
FOTO-FOTO PROSES PRODUKSI SLAB

SLrntber: Ningbo jushen Casting lndustry Co.,Ltd.

Camhar L.14.1 Proses Casting Baja di Continuous Caster

Sumber: AlSTech 20i)-1 Sumber: AISlech 200,1

Gambar L.'14.2 Penumput<an Otomatis Slab di Gambar t.14.3 Penyimpanan Slab di Slab
Slab Yard \rard
148 Penjadwalan Produksi Baja Stab

Sumber: PT. Krakatau Ste:l Sumber: PT. Krakatau Steel

Gambar L.14.4 Pusher Type RF Gambar L.14.5 Walking Beam Type RF

Sunrber: PT. Krakatau Steel Sumber: PT. Krakatau Steel

Gambar L.14.6 Slab Siztng Press di HSM Gambar L.14.7 Proses Pengerolan Awal di HSM

Anda mungkin juga menyukai