Kata Triage berasal dari kata Perancis yaitu trier yang berarti to sort. Atau dapat juga
di artikan sebagai memilah-milah. Yang pertama kali melakukan Triage adalah Baron
Dominique Jean Larrey, seorang Ahli Bedah dalam tentaranya Napoleon. Ia
memperkenalkan suatu sistem cara memilah-milah tentara korban pertempuran. Adapaun
tujuan Larrey mengembangkan Triage adalah untuk kepentingan dari segi militer di mana
tentara yang lukanya tidak berat dan dapat di tanggulangi dengan sederhana dapat di kirim
kembali ke garis depan untuk bertempur lagi.
Larrey juga orang yang pertama kali memanfaatkan kereta kuda untuk mengambil
tentara yang luka-luka pada waktu pertempuran masih berkecamuk tanpa menunggu
pertempuran selesai. Kereta kuda ini di sebut Flying Ambulance.
Pada Perang Dunia I tentara Amerika memakai kata Triage untuk menyebut tempat
dilakukannya pemilahan pasien tetapi bukan sebutan untuk kegiatannya. Triage berkembang
terutama dalam bidang kedokteran militer. Pada zaman modern ini Triage banyak di pakai
sehari-hari di Unit Gawat Darurat.
TUJUAN
Tujuan dari Triage di manapun di lakukan, bukan saja supaya The Right Patient To
The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time tetapi juga To Do The
Most For The Most. Dengan catatan bahwa sarana kesehatan yang dalam keadaan
bencana/korban massal akan sangan kekurangan tidaka akan di pakai untuk korban yang
harapan hidupnya sangat tipis. Jadi Triage harus di lakukan di mana jumlah korban melebihi
jumlah maupun kemampuan personil kesehatan terlatih dan sarana kesehatan. Juga di lakukan
di mana jumlah pasien yang banyak di mana urutan penanggulangannya harus diatur supaya
efisien.
HAKEKEAT TRIAGE
Triage adalah suatu proses yang dinamik. Status/keadaan pasien dapat berubah menjadi lebih
baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai dampak dari tindakan
yang di lakukan. Karena itu Triage harus di ulang-ulang selama masih dalam
penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di Clearing Station/daerah
Triage, sebelum di lakukan evakuasi, tiba di UGD, selama resusitasi maupun sesudahnya,
sbebelum maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan. Sering di sebut Primary
Triage, Secondary Triage, Tertiary Triage dan seterusnya.
TIPE TRIAGE
Tipe Triage dapat berupa :
1. Single Patient Triage
Triage tipe ini dilakukan terhadap satu pasien pada fase Pra RS maupun pada fase RS –
UGD dalam Day to Day Emergency di mana pasien dikategorikan ke dalam True
Emergency (ada masalah dengan Airwway, Breathing, Circulation, Disability, dan
Exposure (hipotermi/hipertermi) – Potensial True Emergency dan False Emergency
(tidak ada masalah di atas).
Dasar dari cara Triage ini adalah menanggulangi pasien yang dapat meninggal bila tidak
di lakukan resusitasi segera.
Single Patient Triage dapat juga dibagi dalam tiga kategori yaitu Emergent, Urgent, dan
Non Urgenet :
a) Emergent/Immediate/Priority 1 : pasien dalam kategori ini harus mendapat prioritas
pertama. Tindakan sudah di lakukan pada fase pra RS/ di dalam ambulans, setiba di
UGD. Yang masuk ke dalam kelompok ini adalah :
Cedera berat
Infark Miokard Akut
Gangguan Airway
Syok
Anafilaksis
b) Urgent/Priority 2 : pasien dalam kategori ini harus sudah ditanggulangi dalam
beberapa jam. Termasuk pasien yang secara fisiologik stabil tetapi dapat memburuk
bila tidak di tanggulangi dalam beberapa jam :
Cedera Spinal
Stroke/Cerebral Vascular Accident
Appendisitis
Cholesistitis
c) Non Urgent/Delayed/Priority 3 : dalam kategori ini termasuk pasien-pasien yang
dapat jalan Walking Wounded. Mereka termasuk pasien yang secara hemodinamik
stabil tetapi dengan cedera yang nyata :
Laserasi kulit
Kontusi
Abrasi & luka lain
Fraktur tulang pendek dan sendi
Demam
d) Mati/nonsalvageable : sudah tidak bernafas meskipun telah di bebaskan jalan nafas.
Atau cedera berat, perdarahan Maif, luka bakar >90% dikategorikan Grey Area yang
tidak jelas dapat bertahan hidup atau tidak meskipun setelah di lakukan resusitasi &
tindakan maksimum
Demikian juga korbaan yang akan mendapat keuntungan terbesar bila dapat dioprasi lebih
cepat akan mendapat prioritas untuk Medevac (korban dengan perdarahan aktif intra
abdominal dan lain-lain). Harus tetap diingat bahawa keadaan korban dapat berubah dan
demikian juga Triage nya dapat berubah, maka prioritasya pun dapat berubah.
TRIAGE LABELLING
LABEL YANG KITA KENAL ADALAH Hijau, kuning merah, dan hitam. Dinegara-
negara Islam untuk warna hitam banyak dipakai warna putih. Sering juga dipakai warna
abu-abu untuk korban-korban yang tidak ada harapan. Sebaiknya kita hanya memakai satu
sistem yaitu hijau, kuning, nerah dan hitam.
Label harus tahan air dan mudah dilihat dalam segala cuaca maupun cahaya.
Labelling dapat dilakukan dengan spidol tahan air yang berwarna hijau<kuning<merah
dan hitam atau hanya menuis dibagian badan yang mudah dilihat dengan spidol warna
hitam yang tahan air.
Cara lain adalah:
Tipe single label – yaitu ada empat karut dengan masing-masing warna hijau, kuning,
merah dan hitam. Kartu ini harus diikat pada anggota badan pasien dan dapat ditulis
catatan mengenai pasien, obat yang diberikan dengan jamnya juga tindakan yang telah
dilakukan. Kerugian tipe ini adalah harus diganti dan di cat ulang kalau keadaan pasien
berubah. Jadi tidak dinamik.
Jenis lain dari Single Labeling adlah cara METTAG. Label ini mempunyai Strip
warna hijau, kuning, merah dan hitam yang bisa dirobek dengan mudah, tetapi juga tidak
merupakan Triage yag dinamik, Tiepe tag triage yang dinamik adalah yang dapat dilipat-
lipat. Label ini dapat dilipat-lipat seuai dengan golongan pasien hijau, kuning, merah, dan
hitam. Bila keadaan korban berubah maka lipatan dapat diubah sedangkan catatan pasien
teteap ada. Kelemahannya adalah pasoen yang sadar dapat merubah sendiri lipatannya.