Anda di halaman 1dari 3

ANALISA PERBANDINGAN TRANSPORTASI PUBLIK INDONESIA DENGAN

SINGAPURA

Transportasi publik merupakan salah satu indikator utama untuk menilai kualitas suatu
negara, kota atau suatu wilayah. Di Jakarta sendiri transportasi publik masih belum diminati. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya kendaraan pribadi yang lalu-lalang setiap harinya. Kualitas
dari transportasi publik tersebut mungkin menjadi alasan masyarakat lebih memilih kendaraan
pribadi. Salah satu cara untuk menilai kualitas transportasi publik di negara berkembang yaitu
melakukan studi banding transportasi publik pada negara maju. Pada makalah ini, transportasi
publik yang akan dibandingkan adalah bus pada kota Jakarta dan Singapore.
Enam tahun sejak Singapore merdeka tahun 1965, Singapore mempunyai konsep
pembangunan secara menyeluruh untuk jangka panjang yang direview setiap 10 tahun sekali. 1973
Singapore membentuk transportasi publik massal angkatan darat dengan nama Singapore Bus
Serices (SBS) yang diatur oleh pemerintah. Rute, jumlah armada, jumlah halte, tarif maupun
kualitasnya diatur langsung oleh pemerintah. Tetapi karena tidak memenuhi kebutuhan yang ada,
pemerintah Singapura membangun Mass Rapid Transport (MRT) yang selesai pada tahun 1982
dengan total biaya pembangunan sebesar lima milyar dollar amerika dimana proyek tersebut
merupakan proyek transportasi termahal dijaman itu. Pada tahun yang sama, Singapura juga
membuat layanan bus khusus untuk melayani rute kompleks perumahan menuju jantung kota yang
disebut sebaga Trans-Island Bus Service (TIBS). TIBS berubah namanya menjadi Singapore Mass
Rapid Transportation (SMRT) pada tahun 2001. Pada tahun 2004 sampai sekarang SBS dan SMRT
mempunyai system terintegrasi dengan MRT dimana rute SBS dan SMRT akan selalu melewati
stasiun MRT.
Berbeda dengan Singapure, Jakarta baru mempunyai transportasi massal bus pada tahun
2004 dengan nama Bus Rapid Transit (BRT) atau yang lebih dikenal dengan transjakarta.
Transjakarta terinspirasi dari system TransMilenie yang suskses di Bogota, Kolombia. Ide tersebut
sudah muncul sekitar tahun 2001. Pada pembangunannya, pihak swasta dan beberapa pihak lain
seperti badan bantuan Amerika (USAID) dan pihak universitas (The University of Indonesia’s
Center for Transportaion Studies atau UI-CTS) juga ikut ambil bagian.
Selain dari sejarahnya, terdapat beberapa aspek penting yang perlu dibandingankan.
Berikut perbandingan transportasi perkotaan bus Jakarta dan Singapore.
Aspek Transjakarta (Jakarta) SBS (Singapore)
Manajemen Pengelola: PT. Transportasi Jakarta Pengelola: SBS Transit (pemerintah)
Biaya operational dari pemerintah Biaya operational dari pemerintah
Keuntungan atau profit untuk negara Keuntungan atau profit untuk negara
Demand Total penduduk Jakarta: 10,18 Juta (2016) Total penduduk Singapore: 5,607 Juta (2016)
Total pengguna perhari: 340.000 (rata-rata 2016) Total pengguna perhari: 3,9 Juta (rata-rata 2016)
Luas Jakarta: 661,5 km Luas Singapore: 719,9 km
Safety - Masuk keluar dari pintu yang sama - Tidak boleh masuk dari pintu belakang. Pintu
- Terdapat 1 karyawan yang mengatur dan menjaga belakang hanya untuk keluar
bus di badan bus - Mengangkut dan menurunkan di halte. Membayar
- Mengangkut dan menurunkan di halte. Membayar juga di halte
di bus - Rute bis terpampang, tidak diumumkan secara
- Rute terpampang, tetapi akan diumumkan kembali lisan
untuk nama perhentian selanjutnya
Fasilitas Total Rute: 80 Total Rute: 12
Total Bus: 669 Total Bus: 3.246
Total Karyawan: - Jumlah Karyawan: 10.239
Biaya Operational Rp. 3.500 Tarif rata-rata S$ 1 (tiap rute berbeda) atau setara
Rp 10.000
Dapat memakai uang tunai tetapi tidak diberikan
kembalian.
Dapat juga memakai kartu MRT Ez-Link
Pada artikel diatas, dapat diketahui perbedaan yang sangat mencolok. Walaupun kedua
transportasi perkotaan tersebut sama-sama dikelola oleh pemerintah tetapi BRT Jakarta belum
mempunyai system yang terintegrasi dengan transportasi publik lainnya seperti commuter line atau
KRL Jakarta. Selain itu, karwayan yang bekerja pada transjakarta juga masih banyak, dapat di
minimalisir dengan cara pembayaran langsung di bus sehingga tidak memerlukan penjaga loket di
halte. Alur masuk keluar penumpang di transjakarta pun belum teratur (keluar masuk 1 pintu). Bila
melihat luas kota Jakarta dibandingkan dengan Singapore, jumlah armada pun masih jauh dibawah
SBS yang dimiliki Singapore.

Anda mungkin juga menyukai