0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
172 tayangan6 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep kepemimpinan strategis Jenderal Sudirman dalam perang gerilya melawan Belanda.
2. Jenderal Sudirman mampu memprediksi serangan Belanda dan memberikan perintah kepada pasukannya untuk bersiap dengan baik.
3. Jenderal Sudirman memiliki kompetensi kepemimpinan strategis tingkat tinggi dan mampu memimpin perang gerilya melaw
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Konsep Kepemimpinan Jendral Sudirman dalam Perang Gerilya.docx
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep kepemimpinan strategis Jenderal Sudirman dalam perang gerilya melawan Belanda.
2. Jenderal Sudirman mampu memprediksi serangan Belanda dan memberikan perintah kepada pasukannya untuk bersiap dengan baik.
3. Jenderal Sudirman memiliki kompetensi kepemimpinan strategis tingkat tinggi dan mampu memimpin perang gerilya melaw
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep kepemimpinan strategis Jenderal Sudirman dalam perang gerilya melawan Belanda.
2. Jenderal Sudirman mampu memprediksi serangan Belanda dan memberikan perintah kepada pasukannya untuk bersiap dengan baik.
3. Jenderal Sudirman memiliki kompetensi kepemimpinan strategis tingkat tinggi dan mampu memimpin perang gerilya melaw
Konsep Kepemimpinan Jendral Sudirman dalam Perang Gerilya
Kepemimpinan strategis bukanlah tindakan responsif atau reaktif
tetapi lebih bersifat antisipatif dan proaktif, mampu berpikir dan bertindak mendahului “jamannya” serta memiliki kemampuan tidak hanya analisis tetapi juga kemampuan sintetis ( Letjen TNI (purn) JS. Prabowo). Kepemimpinan strategis Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam menghadapi Belanda di Agresi Militer terlihat dari cara panglima memimpin pasukannya. Disampaikan dalam upacara peringatan hari ulang tahun Polisi Tentara tanggal 27 Juni 1948, Panglima mengatakan bahwa kita wajib mempersiapkan diri, karena pasukan Belanda diperkirakan akan menyerang RI. Dalam peringatannya dikatakan “Tetapi kita bersiap tidak untuk menyerang, tetapi hanya untuk bertahan menyelamatkan nusa dan bangsa. Perjuangan kita masih lama dan penderitaan yang harus kita tanggungkan masih banyak pula. Walaupun demikian, kita wajib melanjutkan perjuangan kita dengan gembira, sehingga tercapai cita-cita bersama”. Ternyata pada tanggal 21 Juli 1947 pasukan Belanda melancarkan serangan, dan pada hari itu juga Panglima Besar Soedirman memberikan komando lewat radio kepada seluruh kekuatan bersenjata.
Kemampuan panglima besar membaca situasi dan memperkirakan
penyerangan Belanda merupakan suatu kemampuan seorang pemimpin, yaitu professional knowledge. Beliau mengetahui bagaimana harus bertindak dan memberikan perintah kepada pasukannya, terbukti saat dua hari sebelum disampaikannya nota ultimatum Belanda, Panglima Besar Soedirman memerintahkan agar seluruh prajurit kembali ke tempat kewajibannya masing-masing. Karena pergerakan pasukan Belanda telah dilaporkan terjadi di beberapa daerah.
Fungsi Komunikasi seorang pemimpin juga ditunjukkan oleh
Panglima Besar Soedirman. Perintah atau komando dari Panglima selalu didengar dan dilaksanakan oleh pasukan-pasukannya. Hal ini terlihat saat Panglima memerintahkan pasukannya untuk tetap tinggal ditempatnya setelah Dewan Keamanan PBB meminta agar Belanda dan RI menghentikan permusuhannya. Makan selaku Panglima Besar TNI, Jenderal Soedirman memerintahkan:
1. Pasukan-pasukan kita harus tetap tinggal di tempatnya masing-
masing 2. Selama tidak ada gerakan serangan dari pihak Belanda sikap kita tetap defensif 3. Jangan lengah, tetap awas, hati-hati dan waspada.
Dari kejadian tersebut diketahui bahwa Jenderal Soedirman menggunakan
fungsi komunikasi dengan baik yaitu mengontrol pasukannya, memberikan motivasi, ekspresi emosional dan informasi. Arah komunikasi dari atas kebawah hampir tidak pernah ada masalah.
standar kompetensi seorang pemimpin juga terdapat dalam diri
Panglima Besar Soedirman. Kompetensi tersebut adalah knowledge atau kecerdasan, Skills atau kemampuan, Attitude atau sikap, dan kemampuan untuk mengambangkan knowledge, skills pada orang lain. Pada Agresi Militer I diperoleh perjanjian Renville antara RI dan Belanda. Pasukan diminta kembali ke daerah RI. Meski sudah tidak berada dalam pertempuran, panglima besar selalu mengobarkan semangatnya kepada pasukannya. Beliau melakukan itu karena menyadari bahwa itu merupakan tugasnya untuk memlihara kekuatan TNI.
Pada tanggal 19 Desember pasukan Belanda menyerang kembali RI
melalui serangan udara dan pasukanpenerjun payung. Jenderal Soedirman dalam kondisi sakit dan dibawah perawatan dokter, namun beliau tetap menunjukkan sikap kepemimpinannya dan memimpin perang gerilya dan menurunkan perintah kilat. Presiden Soekarno sudah meminta Panglima Besar untuk tetap tinggal, namun beliau menolak dan lebih memilih tetap terjun langsung memimpin perang. Kita dapat melihat bahwa Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah seorang pejuang yang gigih. Ia seorang pejuang yang pantang menyerah dan rela mengorbankan kepentingan pribadi maupun keluarga demi keutuhan Angkatan Bersenjata.
Perang gerilya berlangsung selama 7 bulan. Sekembalinya
Panglima Besar ke Yogyakarta kala itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memberikan apresiasi kepada pasukannya. Beliau memparadekan seluruh pasukan dan berkeliling di setiap barisan dan mengucapkan rasa terimakasihnya. Sikap Panglima ini menunjukkan bahwa beliau sangat menghargai perjuangan anak buahnya dan membangun komunikasi yang baik.
Dalam masa kepemimpinan Panglima Besar Soedirman selama
Agresi Militer II, beliau telah mencapai level kepemimpinan strategis atau pemimpin puncak. Terbukti dari kompetensi-kompetensi yang beliau miliki yang menunjukkan kompetensi sebagai seorang pemimpin yang diklasifikasikan oleh Spencer (1993) dan Kazanas (1993), yaitu :
1. result (achievement) orientation, beliau selalu berorientasi pada hasil,
tidak pernah menyerah dan teguh pendirian.
2. relationship building, beliau menjalin hubungan baik terhadap rekan
dan sahabatnya Oerip Sumoharjo dan juga kepada anak buahnya, sehingga anak buahnya setia dan mau berjuang dengannya.
3. initiative, influence, sebagai panglima besar, beliau sangat-sangat
berpengaruh, bahkan saat Soedirman ingin mengundurkan diri sebagai Panglima, ditolak oleh Presiden Soekarno. Penjelasan presiden waktu itu “apabila Soedirman berhenti dari jabatannya sebagai Panglima Besar Angkatan Perang RI maka Bung Karno akan mengundurkan diri sebagai presiden”. 4. strategic thinking, Panglima besar sudirman memikirkan strategi- strategi perang yang memungkinkan RI untuk menang, sehingga memilih perang dengan taktik Gerilya.
5. building organizational commitment, Komitmen Panglima besar
ditunjukkan selama beliau memimpin angkatan perang dan menjadi ketua panitia khusus.
6. empowering others, dalam rangka memberdayakan pasukan,
Jenderal Soedirman selalu memberikan motivasi kepada pasukannya, dan mengobarkan semangat.
7. developing others, dan flexibilty. Panglima besar juga selalu
memberikan motivasi dan apresiasi kepada pasukannya, dan membangun kepercayaan diri pasukannya sehingga tetap mau berjuang membela RI.
Panglima Besar Jenderal Sudirman memiliki tipe kepemimpinan yang
sederhana dan dekat dengan rakyat. Beliau mampu mengembangkan kompetensi kepemimpinan strategisnya. Seorang pemimpin dan pembuat strategi ulung yang ahli dalam bernegoisasi. Kewibawaan Panglima Besar membuat anak buahnya selalu percaya dan patuh akan komando- komandonya. Karena kedekatan dengan rakyatnya sehingga beliau bisa membangun kemampuan komunikasi strategis bersama rakyatnya selama masa perjuangannya mencapai kemerdekan Indonesia. Selain membangun komunikasi dengan rakyat, beliau juga mampu membangun komunikasi yang baik dengan para pemimpin nasional pada saat itu termasuk Presiden Soekarno. Hal tersebut merupakan landasan dalam kepemimpinannya sehingga tipe kepemimpinannya sangat kuat, ia juga mampu mengeksekusi gagasan-gagasannya dalam realitas kehidupan. Semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah menjadikan beliau tetap lantang bersuara di medan pertempuran serta tetap bersuara tegas di meja diplomasi. Berkali-kali beliau menolak perundingan dengan Belanda, dan tetap ingin berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Pembelajaran strategi Kepemimpinan Jenderal Soedirman.
Saat agresi militer Belanda II, Panglima besar mengatakan bahwa
kapasitas tentara Indonesia untuk menghadapi tentara Belanda saat itu sangat kurang atau sangat sulit dilakukan jika tanpa menggunakan taktik yang jitu. Panglima besar memilih taktik Gerilya sebagai metode perang. Taktik ini berhasil diterapkan dan sangat efektif digunakan pada saat itu , mengingat kondisi RI yang masih banyak terdapat hutan dan sungai. Taktik gerilya ini dilakukan dengan cara mengelabui, menipu, menyerang secara tiba-tiba dan menghilang tanpa sempat dibalas oleh musuh.
Taktik perang gerilya memiliki ciri-ciri :
Menghindari perang terbuka
Menghantam musuh dengan cara tiba-tiba Menghilang ditengah lebatnya hutan alias kegelapan malam Menyamar sebagai rakyat biasa Taktik perang gerilya di Indonesia masih bersifat defensif, yaitu untuk menghindari musuh. Belum sampai pada tahap menghancurkan musuh bagian demi bagian. Oleh karena itu untuk menghadapi perang gerilya di masa yang akan datang, maka dibentuklah organisasi dan pendidikan perang tiga lapisan pertahanan, yaitu:
a. Perlawanan tentara b. Perlawanan partisan (gerilya rakyat) c. Pertahanan rakyat sipil
Pokok-pokok gerilya dalam buku karangan A.H Nasution :
1. Perang rakyat semesta
Dalam peperangan tidak hanya pihak bersenjata yang berperang, namun perang menjadi lebih luas dan mendalam meliputi politik, ekonomi dan psikologis. Peprangan ini melibatkan seluruh rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dan mencapai kemenangan. Segala sumber daya yan tersedia harus dipergunakan. Rakyatlah yang berperang, bukan cuma angkatan bersenjata. 2. Perang Gerilya adalah perang si lemah/ si kecil melawan si kuat/si besar 3. Perang gerilya tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir. Perang gerilya hanyalah untuk memeras darah musuh. Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang yang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan ofensif dan hanya ofensiflah yang dapat menaklukan musuh. 4. Perang gerilya biasanya adalah perang ideologi. Perang gerilya adalah perang rakyat semesta. 5. Akan tetapi perang gerilya tidaklah berarti bahwa seluruh rakyat bertempur. 6. Perang gerilya tidaklah boleh sembarangan “gerilyaisme” 7. Gerilya berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu merawat dan menyembunyikan gerilya, serta menyelidik untuk keperluannya. 8. Gudang senjata gerilya adalah gudang senjata musuh.