Anda di halaman 1dari 6

e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GULA


DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE II DI RUMAH SAKIT PANCARAN
KASIH GMIM MANADO

Meivy I. Derek
Julia V. Rottie
Vandri Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : derekmeivy@gmail.com

Abstract :Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder that is marked increase in blood
glucose (hyperglycemia). People suffering from diabetes will also experience stress in it self,
especially in the urban population. Where rapid technological advances and the disease that
are in the suffering caused a decrease in a person’s condition to trigger stress. Purpose of
this study to analyze the relationship stress levels with blood sugar levels in patients with
type II diabetes mellitus in hospital Arc of love GMIM Manado. Design research use cross
sectional. Sampel use purposive sampling with total sampel of 75 people. Result of statistic
chi-square test with a significance level of 95% (α=0,05) obtained value p 0,000.
Conclusion correlation with the stress level of blood sugar levels in patients with type II
diabetes mellitus in hospital Arc of love GMIM Manado.

Keyword: Stress levels, Blood glucose levels, Type II of diabetes mellitus

Abstrak : Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang di tandai
peningkatan glukosa darah (Hiperglikemi). Orang yang menderita diabetes juga akan
mengalami stres dalam dirinya terutama pada penduduk perkotaan. Dimana kemajuan
teknologi yang semakin pesat dan berbagai penyakit yang sedang di derita menyebabkan
penurunan kondisi seseorang hingga memicu terjadinya stres. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisa hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Metode penelitian yang di gunakan
yaitu deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini yaitu purposive sampling dengan jumlah 75 sampel. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan program SPSS
dengan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian dengan
menggunakan analisis uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan tingkat stres dengan
kadar gula darah (p=0,000). Kesimpulan terdapat hubungan tingkat stres dengan kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.

Kata Kunci : Tingkat Stres, Kadar Gula Darah, Diabetes Melitus Tipe II
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN diabetes yang terdiagnosis oleh dokter


sebesar 2,1% dimana prevalensi diabetes
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat
gangguan metabolisme kronis yang di DI Yogyakarta 2,6%, DKI Jakarta 2,5%,
ditandai peningkatan glukosa darah Sulawesi Utara 2,4% dan Kalimantan
(Hiperglikemi), disebabkan karena ketidak- Timur 2,3% (Muflihatin, 2015).
seimbangan antara suplai dan kebutuhan Meningkatnya jumlah penderita
untuk memfasilitasi masuknya glukosa diabetes melitus dapat disebabkan oleh
dalam sel agar dapat di gunakan untuk banyak faktor, diantaranya adalah faktor
metabolisme dan pertumbuhan sel. Berku- keturunan/genetik, obesitas, perubahan
rang atau tidak adanya insulin menjadikan gaya hidup, pola makan yang salah, obat-
glukosa tertahan didalam darah dan obatan yang mempengaruhi kadar glukosa
menimbulkan peningkatan gula darah, darah, kurangnya aktivitas fisik, proses
sementara sel menjadi kekurangan glukosa menua, kehamilan, perokok dan stres
yang sangat di butuhkan dalam (Muflihatin, 2015).
kelangsungan dan fungsi sel (Izzati & Orang yang menderita diabetes juga
Nirmala, 2015). akan mengalami stres dalam dirinya. Stres
Diabetes Melitus terbagi menjadi 2 dan diabetes melitus memiliki hubungan
tipe yaitu tipe I dan tipe II. Individu yang yang sangat erat terutama pada penduduk
menderita diabetes melitus tipe I perkotaan. Tekanan kehidupan dan gaya
memerlukan suplai insulin dari luar (ekso- hidup tidak sehat sangat berpengaruh,
gen insulin), seperti injeksi untuk memper- ditambah dengan kemajuan teknologi yang
tahankan hidup. Tanpa insulin pasien akan semakin pesat dan berbagai penyakit yang
mengalami diabetik ketoasidosis, kondisi sedang diderita menyebabkan penurunan
yang mengancam kehidupan yang di kondisi seseorang hingga memicu terja-
hasilkan dari asidosis metabolik. Individu dinya stres (Nugroho &Purwanti, 2010).
dengan diabetes melitus tipe II resisten Stres adalah respon tubuh yang tidak
terhadap insulin, suatu kondisi dimana spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh
tubuh atau jaringan tubuh tidak berespon yang terganggu, suatu fenomena universal
terhadap aksi dari insulin. Sehingga yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
individu tersebut hanya selalu menjaga pola dan tidak dapat di hindari, setiap orang
makan, mencegah terjadinya hipoglikemi mengalaminya. stres dapat berdampak
atau hiperglikemi dan hal tersebut akan secara total pada individu yaitu terhadap
berlangsung secara menerus sepanjang fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan
hidupnya (Izzati & Nirmala 2015). spiritual, stres dapat mengancam keseim-
Menurut World Health Organi- bangan fisiologis. Hasil penelitian yang di
zation (WHO), meskipun termasuk terbesar lakukan distribusi responden menurut
dalam jumlah penderita diabetes. Diatasnya tingkat stres menunjukkan sebagian besar
adalah negara India, negara yang sedang memiliki tingkat stres dalam kategori berat
berkembang, Indonesia menempati urutan yaitu sebanyak 25 responden 52%,
keempat China dan Amerika dengan selanjutnya sedang sebanyak 20 responden
prevalensi 8,6% dari total penduduk. Pada 42%, dan ringan sebanyak 3 responden 6%
tahun 2006, di Indonesia di perkirakan (Nugroho & Purwanti, 2010).
terdapat 14 juta orang dengan diabetes, Berdasarkan uraian diatas, maka
tetapi baru 50% yang sadar mengidapnya. penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Dan diantara mereka baru sekitar 30% tentang “Hubungan Tingkat Stres Dengan
yang datang berobat secara teratur Kadar Gula Darah Pada Pasien diabetes
(Nasriati, 2013). melitus Tipe II Di Rumah Sakit Pancaran
Berdasarkan hasil riset kesehatan
Kasih GMIM Manado”.
dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

METODE PENELITIAN tertinggi x jumlah pernyataan : 3 x 14 =


4Interval yang diperoleh yaitu (42-0) : 3 =
Jenis penelitian yang digunakan adalah 14Dengankriteria :Ringan = 0-14Sedang =
penelitian observasional analitik dengan 15-28Berat = 29-42.
menggunakan rancangan Cross Sectional. Prinsip-prinsip dalam etika
Tempat penelitian dilakukan di Poliklinik penelitian ini, yaitu Informed Consent
Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran (Lembar Persetujuan), Anonymity (Tanpa
Kasih GMIM Manado pada 1 November Na-ma), Confidentiality (Kerahasiaan).
sampai 24 November 2016. Populasi pene- Data yang telah di kumpulkan selanjutnya
litian ini adalah seluruh pasien diabetes dilakukan pengolahan melalui tahap :
melitus tipe II di Rumah Sakit Pancaran Editting, Coding, Entry Data, Cleaning.
Kasih GMIM Manado. Sampel yang Analisa data dalam penelitian ini dilakukan
digunakan pada penelitian yaitu pasien melalui dua tahap, yaitu analisis univariat
yang rawat jalan di Poliklinik Penyakit dan analisis bivariat.
Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. Sampel penelitian adalah
HASIL dan PEMBAHASAN
sebagian dari keseluruhan obyek yang
Hasil Analisis Univariat
diteliti dan dianggap mewakili seluruh Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
populasi (Setiadi, 2013). Sampel yang berdasarkan umur
diambil menggunakan metode Purposive
Sampling, sampel pada penelitian ini ber- Umur n %
jumlah 75 responden. Karena jumlah < 45 Tahun 10 13,3
populasi berdasarkan data awal 92 pasien. ≥45 Tahun 65 86,7
Kriterian inklusi dalam penelitian Total 75 100
ini : Pasien diabetes melitus tipe II yang
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016 )
ada dirawat jalan, yang mengkonsumsi obat
Hasil penelitian yang dilakukan di ruangan
terkontrol, yang bersedia menjadi respon-
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit
den telah menandatangani informed con-
Pancaran Kasih GMIM Manado didapatkan
sent dan responden yang berkomunikasi
bahwa sebagian besar responden yang
dengan baik dan kooperatif. Sedangkan
menyandang diabetes melitus tipe II yaitu
kriteria inklusinya : Responden yang
responden yang berumur ≥ 45 tahun dengan
memiliki kesibukan pada saat pembagian
jumlah 65 responden (86,7%) dan umur
kuesioner dan tidak bersedia menjadi
<45 tahun dengan jumlah 10 responden
responden.
(13,3%).
Instrumen penelitian yang digu-
Damayanti (2015) memaparkan
nakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner,
bahwa faktor risiko menyandang diabetes
kuesioner ini adalah kuesioner yang baku (
mellitus tipe II adalah usia diatas 30 tahun,
di gunakan oleh peneliti sebelumnya Linda
hal ini karena adanya penurunan anatomis,
Pawsuseke 2015 tentang penelitian Hu-
fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai
bungan Dukungan Keluarga dengan
dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada
Tingkat Stres pada Mahasiswa dalam
tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat
Penyusunan Skripsi di Fakultas Kedokteran
organ yang dapat mempengaruhi
Program Studi Ilmu keperawatan Manado).
homeostasis. Ketua Indonesia Diabetes
Di dalamnya berisi pertanyaan tentang
Association menyebutkan bahwa diabetes
stres, di gunakan pertanyaan sebanyak 14,
mellitus tipe II biasanya ditemukan pada
kategori skor 0 = tidak pernah, 1 = kadang-
orang dewasa usia 40 tahun keatas.
kadang, 2 = sering, 3= sering sekali.
Hal ini sama halnya dengan
Selanjutnya untuk menentukan tingkat stres
penelitian yang dilakukan oleh Muflihatin
digunakan skala interval. Skor terendah x
(2015) mengenai tingkat stres dengan kadar
jumlah pernyataan : 0 x 14 = 0Skor
gula darah pada pasien diabetes melitus tipe
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

II menunjukkan bahwa umur yang di olahraga teratur, sehingga akan berdampak


dapatkan pada penelitian ini rata-rata 52.90 positif dalam mengontrol kadar gula darah.
tahun. Menurut peneliti sesuai dengan umur Menurut peneliti diabetes melitus tipe
pasien diabetes melitus tipe II orang II lebih banyak ditemukan pada perempuan
dewasa lebih banyak ditemukan karena karena mempunyai riwayat diabetes
semakin besar umur seseorang akan gestasional atau melahirkan bayi dengan
mengalami tingkat stres. berat badan lebih dari 4 kg sehingga
mempunyai resiko untuk menderita
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden diabetes melitus tipe II.
berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n % Table 3.Distribusi frekuensi responden
Laki-laki 28 37,3 berdasarkan observasi kadar gula darah
Perempuan 47 62,7 Kadar Gula
n %
Darah
Total 75 100
Sedang 36 48,0
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016) Buruk 39 52,0
Total 75 100
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa jenis Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
kelamin responden yang menyandang
diabetes mellitus tipe II yaitu responden Dalam penelitian ini diperoleh bahwa kadar
yang berjenis kelamin perempuan dengan gula darah diabetes mellitus tipe II yaitu
jumlah 47 responden (62,7 %) dan responden kadar gula darah buruk sebanyak
responden yang berjenis kelamin laki-laki 39 responden (52,0%) dan kadar gula darah
dengan jumlah 28 responden (37,3 %). sedang 36 responden (48,0%).
Corwin (2009) memaparkan bahwa Rendy & Margareth (2012) tujuan
diabetes mellitus tipe II lebih banyak utama diabetes melitus adalah mencoba
ditemukan pada perempuan disbanding menormalkan aktivitas insulin dan kadar
laki-laki. Pernyataan tersebut didukung glukosa darah dalam upaya mengurangi
oleh diabetes gestasional yang terjadi pada terjadinya komplikasi vaskuler serta
wanita hamil yang sebelumnya tidak neuropatik.
menyandang diabetes. Meskipun diabetes Penelitian Nugroho & Purwanti (2010)
tipe ini sering membaik setelah persalinan, di nyatakan bahwa tingkat kadar gula darah
sekitar 50% wanita yang mengalami responden yang sebagian besar buruk
diabetes tipe ini akan kembali ke status non tersebut dikarenakan memang responden
diabetes setelah persalinan berakhir, namun adalah pasien penderita diabetes melitus.
risiko untuk mengalami diabetes tipe II Namun selain faktor adanya penyakit
lebih besar dari pada wanita hamil yang diabetes melitus tersebut, faktor lain yang
tidak mengalami diabetes. mempengaruhi tingkat kadar gula darah
Penelitian Nasriati (2013) dinyatakan adalah pola makan.
bahwa hampir semua jenis kelamin Menurut peneliti kadar gula darah yang
perempuan lebih banyak melaporkan buruk di sebabkan oleh beberapa faktor
adanya gejala penyakit dan berkonsultasi diantaranya pola makan. Oleh sebab itu kita
dengan dokter lebih sering dari pada laki- harus membatasi makanan yang membuat
laki. Dengan sering berkonsultasi dengan kadar gula darah naik.
petugas kesehatan tentang kondisi sakitnya
maka pasien diabetes melitus akan
mendapatkan banyak informasi tentang
bagaimana pengelolaan penyakit diabetes
melitus diantaranya adalah monitoring
kadar gula, pengobatan, asupan makanan,
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden Hasil Analisis Bivariat


berdasarkan Stres
Stres n % Tabel 5. Hubungan Tingkat Stres dengan
Ringan 10 13,3 Kadar Gula Darah pada Pasien DM tipe II
Sedang 27 36,0 Tingkat
Kadar Gula Darah
Total
Sedang Buruk P
Berat 38 50,7 Stress
n % n % n %
Total 75 100 Ringan 10 13,3 0 0,0 10 13,1
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016) Sedang 26 43,7 1 1,3 27 36,0
0,000
Berat 0 0,0 38 50,7 38 50,7
Total 36 48,0 39 52,0 75 100
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa stres Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
pada pasien diabetes melitus tipe II yaitu
responden stres berat sebanyak 38 Dari hasil penelitian yang
responden (50,7%) stres sedang sebanyak didapatkan bahwa jumlah responden yang
27 responden (36,0%) dan stres ringan mengalami stres berat lebih banyak dari
sebanyak 10 responden (13,3%). pada stres ringan. Stres berat sebanyak 38
Damayanti (2015) stres memicu reaksi responden 50,7 % dan biasanya tidak bisa
biokimia tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural terkontrol, oleh sebab itu kita harus
dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon mempunyai manajemen stres agar
stres yaitu sekresi sistem saraf simpatis kemungkinan melihat promosi kesehatan
untuk mengeluarkan norepinefrin yang sebagai aktivitas atau intervensi/mengubah
menyebabkan peningkatan frekuensi pertukaran respon terhadap penyakit.
jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa Menurut Yosep & sutini (2014) stres adalah
darah meningkat guna sumber energi untuk tanggapan/ reaksi tubuh terhadap berbagai
perfusi. tuntutan atau beban atasnya yang bersifat
Penelitian Labindjang, Kadir, & non spesifik.
Salamanja (2015) dinyatakan bahwa stres Penelitian ini diperkuat penelitian
merupakan faktor yang berpengaruh sebelumnya yang dilakukan Labindjang,
penting bagi penyandang diabetes Kadir, & Salamanja (2015)stres merupakan
peningkatan hormon stres diproduksi dapat faktor yang berpengaruh penting bagi
menyebabkan Kadar Gula Darah menjadi penyandang diabetes peningkatan hormon
meningkat. Kondisi yang rileks dapat stres diproduksi dapat menyebabkan Kadar
mengembalikan kotra-regulasi hormon Gula Darah menjadi meningkat.
stres dan memungkinkan tubuh untuk Dari hasil penelitian yang di
menggunakan insulin lebih efektif. dapatkan bahwa jumlah responden yang
Pengaruh stres terhadap peningkatan kadar mengalami kadar gula darah buruk lebih
gula darah terkait dengan sistem banyak dari pada kadar gula darah sedang.
neuroendokrin yaitu melalui jalur 39 responden 52,0 % Kadar gula darah
Hipotalamus-Pituitary-Adrenal. buruk di akibatkan oleh pola makan.
Menurut peneliti stres yang tinggi Menurut Damayanti (2015) Dalam kondisi
dapat memicu kadar gula darah dalam normal sejumlah glukosa dari makanan
tubuh yang semakin meningkat sehingga akan bersirkulasi di dalam darah, kadar
semakin tinggi stres yang di alami oleh glukosa dalam darah di atur oleh insulin,
penderita diabetes melitus maka diabetes yaitu hormon yang di produksi oleh
melitus yang di derita akan semakin pankreas, berfungsi mengontrol kadar
tambah buruk. glukosa dalam darah dengan cara mengatur
pembentukan dan penyimpanan glukosa.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit
e-Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Pancaran Kasih GMIM Manado, sebagian Keperawatan FIK UMS Jln. Ahmad
besar responden mengalami tingkat stres Yani Tromol Pos I Pabelan
berat dan kadar gula darah buruk. Ada Kartasura.
hubungan antara tingkat stres dengan kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus tipe Rendy, C.M. & Margareth. (2012). Asuhan
II di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Keperawatan Medikal Bedah dan
Manado. Penyakit Dalam.Yogyakarta : Nuha
Medika
DAFTAR PUSTAKA Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Corwin, E. (2009). Buku Saku Penulisan Riset Keperawatan (ed. 2).
Patofisiologi. Edisi 3 Revisi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kedokteran EGC. Jakarta
Yosep, I.H & Sutini T. (2014). Buku
Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung :
Penatalaksanaan Keperawatan. Refika Aditama
Yogyakarta : Nuha Medika
Izzati, W. & Nirmala. (2015). Hubungan
Tingkat Stres Dengan Peningkatan
Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Perkotaan Rasimah
Ahmad, Bukit Tinggi. Jurnal Program
Studi D III Keperawatan STIKes
Yarsi Sumbar Bukittinggi.
Labindjang, F.I , Kadir, S. & Salamanja V.
(2015). Hubungan Stres Dengan
Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus Di
Puskesmas Bolangitang Barat
Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara.
Muflihatin, K.S. (2015). Hubungan Tingkat
Stres Dengan Kadar Glukosa Darah
Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Di
RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda. Jurnal STIKES
Muhammadiyah Samarinda.
Nasriati, R. (2013). Stres dan Perilaku
Pasien DM dalam Mengontrol Kadar
Gula Darah. Jurnal Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Nugroho, A.S. & Purwanti, S.O. (2010).
Hubungan Antara Tingkat Stres
Dengan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukoharjo I
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal S1

Anda mungkin juga menyukai