Anda di halaman 1dari 112

PANDUAN

Praktikum ANSYS FLUENT

Disusun
Tim Pengajar Praktikum ANSYS FLUENT

Dr. Ismail., ST., MT


Dr. Damora Rhakasywi., ST., MT
Erlanda Augupta Pane S.TP., M.Si

Magister Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Pancasila
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap modul praktikum Ansys Fluent di bawah ini,
dapat disimpulkan bahwa modul ini dapat digunakan sebagai bahan praktikum untuk
Program Studi Magister Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasila yang
diadakan pada tanggal 5, 12, dan 19 Agustus 2017. Modul praktikum Ansys Fluent ini
memiliki deskripsi mengenai Ansys FLUENT dan contoh-contoh soal yang membantu
para praktikan. Pengembangan materi pada modul ini dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas modul yang lebih baik untuk ke depannya.

NAMA MODUL : Modul Praktikum Ansys Fluent

VERSI : I (satu)

DIBUAT TAHUN : 2017

Demikian modul praktikum tersebut untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Agustus 2017


a.n. Ketua Program Magister Teknik Mesin
Sekretaris Program Magister,

(Dr.Ir. Dwi Rahmalina, MT)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan limpahan karuniaNya
yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Praktikum ANSYS
FLUENT dengan baik.
Adapun tujuan penyusunan dari modul ini adalah untuk sarana penunjang praktikum
simulasi ANSYS FLUENT pada Program Studi Magister Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Pancasila Jakarta.
Semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis meminta maaf jika
ada kesalahan dalam pembuatan Modul Praktikum ini. Oleh karena itu, penulis menerima dengan
tangan terbuka segala saran, kritik, dan masukan yang bermanfaat dalam menyempurnakan
modul praktikum ini. Akhir kata, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberi masukan dan bantuan serta bagi para
pembacanya.

Jakarta, Agustus 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii


KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
2. MENDESAIN DAN MENGANALISIS GAMBAR..................................... 4
3. TUTORIAL ALIRAN UDARA PADA PIPA 2D ....................................... 46
4. TUTORIAL REAKSI PEMBAKARAN GAS ETANA DAN .................... 57
5. TUTORIAL SIMULASI ALIRAN AIR PADA SOLAR............................ 72
6. TUTORIAL ALIRAN GAS ETHANA (C2H6) PADA NOZZLE- ............. 88
7. TUTORIAL PEMBAKARAN GAS ETHANA (C2H6) PADA TABUNG
PEMBAKARAN-3D ................................................................................... 92
8. TUTORIAL ANALISIS KOEFISIEN DRAG DAN LIFT ....................... 100

iv
1. PENDAHULUAN

Aliran fluida, baik cair maupun gas, adalah suatu zat yang sangat kentara
dengan kehidupan kita sehari-hari. Misalnya saja pengondisian udara bagi bangunan
dan mobil, pembakaran di motor bakar, interaksi berbagai objek dengan udara atau air,
aliran kompleks pada penukar panas dan reaktor kimia, dan lain sebagainya ternyata
cukup menarik untuk diteliti, diselidiki, dan dianalisis. Untuk kebutuhan penelitian
tersebut bahkan sampai dengan tingkat desain, perlu dibutuhkan suatu alat yang
mampu menganalisis atau memprediksi dengan cepat dan akurat. Maka,
berkembanglah suatu ilmu yang dinamakan Computational Fluid Dynamics (CFD).
Secara definisi CFD adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi aliran fluida,
perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena lainnya dengan menyelesaikan
persamaan-persamaan matematika (model matematika).
Sebuah perangkat lunak (software) CFD memberikan kekuatan untuk
mengsimulasikan aliran fluida, perpindahan panas, perpindahan massa, benda-benda
bergerak, aliran multifasa, reaksi kimia, interaksi fluida dengan struktur, dan sistem
akustik hanya dengan pemodelan di komputer. Salah satu jenis program CFD tersebut
adalah FLUENT. FLUENT menggunakan metode volume hingga (finite volume
method), dengan menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap, sehingga dapat
menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh yang tidak terstruktur sekalipun
dengan cara yang relatif mudah. FLUENT memiliki struktur data yang efisien dan
lebih fleksibel, sehingga dapat dijalankan sebagai proses secara terpisah ataupun
bersamaan secara simultan pada klien dekstop workstation dan komputer server.
Semua fungsi yang dibutuhkan untuk menghitung suatu solusi dan menampilkan
hasilnya dapat diakses pada FLUENT melalui menu yang interaktif.

1.1. TAHAPAN UNTUK MENJALANKAN PROGRAM ANSYS FLUENT

Program ANSYS FLUENT WORKBENCH bisa dijalankan setelah masuk ke dalam


sistem operasi Windows terlebih dahulu. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut :
• Komputer dihidupkan
• Kemudian masuk ke dalam sistem operasi Windows
• Klik tombol Start yang terletak pada taskbar
• Klik program Workbench
• Atau klik dua kali (double) pada icon ANSYS WORKBENCH

Gambar 1. Dekstop Windows

1
Pada saat pertama kali aplikasi ANSYS FLUENT WORKBENCH dijalankan, jendela
depan ANSYS FLUENT WORKBENCH terbuka sesuai dengan Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Jendela Depan ANSYS FLUENT WORKBENCH

1.2. Ruang Lingkup ANSYS FLUENT WORKBENCH

Sekarang Gambar 3 menunjukkan tampilan halaman ruang kerja ANSYS FLUENT


WORKBENCH dengan setting default.

Nama File Gambar

Standard Menu
Project Schematic

Toolbox

Scroll Bars

Show Messages

Gambar 3. Tools Pada ANSYS FLUENT WORKBENCH

 Nama File Gambar Menampilkan nama file dengan ekstension .wbpj


 Standard Menu Berisi icon standar perintah-perintah umum dalam
ANSYS FLUENT WORKBENCH. [File, View,
Tools, Units, Extensions, Help]
 Toolbox Terdiri dari icon-icon sistem yang digunakan pada
mendesain gambar hingga menganalisis gambar,

2
antara lain analysis systems, component systems,
custom systems, design exploration, external
connection systems.
 Scroll Bars Berfungsi untuk menggulung atau menggeser layar
 Project Schematic Tempat dimana Anda akan memulai suatu desain
sampai dengan analisis gambar yang berasal dari
toolbox.
 Show Messages Menampilkan progress pengerjaan desain dan
analisis gambar yang Anda buat.

3
2. MENDESAIN DAN MENGANALISIS GAMBAR
Proses desain dan analisis gambar yang dilakukan pada ANSYS FLUENT
WORKBENCH ini dapat dilakukan dalam bentuk gambar 2D maupun gambar 3D.
Proses analisis yang dilakukan dapat dibagi bermacam-macam, antara lain analisis
aliran fluida pada benda ataupun sistem, analisis manufaktur benda ataupun sistem,
dan lain-lain. Pada saat ini lebih diarahkan dan terfokus pada analisis aliran fluida pada
benda ataupun sistem. Proses analisis aliran fluida tersebut menggunakan menu
toolbox pada sub menu analysis systems dengan menggunakan Fluid Flow (Fluent).
Adapun tahap-tahapan yang dilakukan yaitu
 Buka lembar kerja ANSYS FLUENT WORKBENCH
 Pada menu toolbox pilih Analysis Systems > Fluid Flow (Fluent)

Fluid Flow (Fluent)

Gambar 4. Tools Fluid Flow (Fluent) Pada ANSYS FLUENT WORKBENCH


 Drag Fluid Flow (Fluent) menuju Project Schematic kemudian di Drop
 Pada Fluid Flow (Fluent) terdapat sub menu bagian antara lain Geometry,
Mesh, Setup, Solution, Results.

Gambar 5. Sub-bagian Tools Fluid Flow (Fluent)

 Geometry Bagian ini memiliki fungsi untuk melakukan desain


bentuk geometri gambar sistem ataupun objek yang
dibuat
 Mesh Bagian ini memiliki fungsi untuk melakukan
meshing (grid) gambar yang telah dibentuk. Tujuan
dari proses meshing ini yaitu membagi

4
sistem ke dalam bentuk bagian yang lebih kecil dari
keseluruhan sistem untuk melihat secara detail
hasil analisis aliran fluida yang terdapat pada
sistem tersebut ke depannya. Apabila proses
meshing yang dilakukan menghasilkan grid cukup
besar maka mengakibatkan analisis aliran fluida
yang terjadi tidak terlalu baik, dengan
penyimpangan cukup besar begitu juga dengan
sebaliknya
 Setup Bagian ini memiliki fungsi untuk melakukan
analisis gambar yang telah dilakukan proses
meshing sebelumnya. Analisis yang dilakukan
pada bagian ini antara lain analisis reaksi kimia
antara sistem dengan lingkungan, perpindahan
massa, perpindahan energi, dan lain-lain.
Penentuan dan pemberian data parameter yang
berpengaruh pada sistem tersebut dilakukan pada
bagian ini. Analisis yang digunakan pada bagian
Setup menggunakan persamaan-persamaan model
matematika.
 Solution Merupakan sub-bagian dari Setup, berfungsi
menjalankan (running) perhitungan analisis aliran
fluida hasil penentuan data parameter pada bagian
Setup
 Result Merupakan sub-bagian dari Setup, berfungsi untuk
menampilkan hasil dari proses perhitungan analisis
aliran fluida pada Solution sebelumnya. Hasil yang
didapatkan berupa data grafik, animasi, dan laporan
perhitungannya.

2.1 GEOMETRY

Geometry merupakan bagian dari Fluid Flow (Fluent) untuk mendesain


bentuk geometri suatu sistem ataupun objek. Geometry ini menggunakan
Design Modeler (DM) sebagai aplikasi menggambar desain model yang
memiliki mekanisme kerja serupa dengan SolidWork, maupun AutoCAD.
Gambar yang mampu dibuat pada DM berupa gambar 2D maupun gambar 3D.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuka DM tersebut yaitu
 Pilih Geometry pada sub-bagian Fluid Flow e(F ntlu )
 Klik kiri kursor pada bagian Geometry > New Geometry
 Kemudian muncul lembar kerja Design Modeler yang digunakan.
 Pada bagian awal lembar kerja Design Modeler muncul kotak dialog
satuan unit panjang. Satuan unit panjang ini menunjukkan ukuran yang
digunakan dalam menggambar sistem ataupun objek.

5
Gambar 6. Tools Ukuran Dimensi
Pada Design Modeler terdapat bagian tools yang mampu difungsikan sebagai
alat untuk menggambar suatu sistem ataupun objek. Bagian-bagian tersebut
antara lain

Nama File
Menu

Display Toolbar
Selection

3D Features
Rotation

Sketch
Graphics Windows

Tree Outline

Triad
Ruler

Display

Gambar 7 Tools Design Modeler

6
No Bagian Fungsi
1. Menu Seluruh features dan tools yang ada di
aplikasi Design Modeler terdapat di dalam
menu yang terdiri dari file, create, concept,
tools, view, dan help.
2. Selection Toolbar Bagian tools yang pada tahapan awal
digunakan untuk menentukan gambar dan
fungsi batasan model apakah berupa kurva,
titik, atau dimensi. Selain itu menentukan
batasan model berupa verticles, edges, faces
atau bodies.
3. 3D Features Bagian tools yang digunakan untuk membuat
sebuah model dan merubahnya. Bagian-
bagian pada 3D Features terdiri dari
Generate, Share Topology, Extrude,
Revolve, Sweep, Skin/Loft, Thin/Surface,
Blend, Chamfer, Point, Parameters
4. Display Toolbar Bagian tools yang digunakan untuk
menentukan pandangan sketsa gambar yang
dibentuk pada Graphics Window.
5. Graphics Window Bagian lembar kerja dimana sketsa gambar
dibuat.

6. Rotation Model Bagian tools yang digunakan untuk merotasi


posisi pandangan sketsa gambar, ataupun
untuk membesar dan memperkecil
pandangan sketsa gambar.
7. Ruler Bagian tools ini digunakan untuk mengetahui
ukuran satuan yang digunakan pada
pembuatan sketsa gambar.
8. Triad Bagian tools ini digunakan untuk
menentukan bidang untuk menggambar
sketsa gambar. Baik berupa YX Plane, XZ
Plane, YZ Plane ataupun Isometric Plane.

9. Sketch Toolbar Bagian tools ini digunakan untuk membuat


bidang baru atau sketsa gambar baru.
10. Tree Outline Bagian tools ini memiliki bagian sketching
dan modeling. Bagian sketching terdapat
tools-tools untuk menggambar,
memodifikasi, memberikan dimensi, dan
memberikan setting grid pada gambar. Pada
modeling digunakan untuk melihar status
proses sketsa gambar yang dibuat.
11. Display View Bagian tools ini digunakan untuk
menampilkan lembar kerja berupa Sketch
Details, Edge Details, dan Dimension
Details. Ketiga lembar kerja ini dapat
digunakan untuk mengatur proses
penggambaran sketsa di Design Modeler
(DM)
12. Nama File Gambar Bagian tools ini digunakan untuk
menampilkan judul project yang dilakukan
pembuatan desain geometri pada Design
Modeler (DM)

7
Beberapa bagian-bagian dari Design Modeler (DM) yang telah dijelaskan
sebelumnya dapat secara terperinci dijelaskan pada bagian berikut

2.1.1. Menu
Menu memiliki tools yang mampu membantu dalam Design Modeler antara
lain file, create, concept, tools, view, dan help. Pada setiap tools akan dijelaskan
secara terperinci sub-menu yang terdapat di dalamnya
2.1.1.1. File Menu

No. Bagian Fungsi


1. Refresh Input berfungsi untuk memberikan perintah
kepada Design Modeler (DM) untuk me-
refresh kembali inputan data awal.
2. Start Over berfungsi untuk memulai kembali model
baru pada Design Modeler (DM)
3. Load Design Modeler berfungsi sebagai jalan pintas secara cepat
Database untuk memasukkan file yang berbeda ke
dalam Design Modeler (DM)
4. Save Project berfungsi untuk menyimpan project dengan
extension .wbpj pada lokasi yang spesifikasi
5. Export berfungsi untuk mengekspor model ke dalam
aplikasi Design Modeler (.agdb), Parasolid
(.x_t, .xmt_txt atau .x_b,
.xmt_bin), ANSYS Neutral File (.anf), dan
lain-lain.
6. Attach to Active CAD berfungsi untuk mengimport model ke
Geometry dalam Design Modeler dari aplikasi CAD
yang sedang digunakan.
7. Import External Geometry berfungsi secara eksklusif untuk mengimport
File model dari luar seperti ACIS (extension .sab
dan .sat), GAMBIT (extension .dbs), CATIA
V5 (extension
.CATPart dan .CATProduct), dan lain-lain.
8. Write Script : Sketch (es) of berfungsi untuk menulis keseluruhan sketch
Active Plane yang aktif ke dalam bentuk script file.
9. Run Script berfungsi untuk memulai membentuk script
dengan instruksi dalam bentuk Scripting
API.
10. Print berfungsi untuk print model yang telah
dibuat.
11. Auto-Save Now berfungsi untuk menyimpan file project yang
sedang didesain secara otomatis sehingga
project yang sedang dilakukan
tidak hilang secara cepat.
12. Restore Auto-Save File berfungsi untuk mengembalikan file Auto-
save project
13. Close Design Modeler berfungsi untuk menutup aplikasi Design
Modeler (DM)

8
2.1.1.2. Create Menu

No. Bagian Fungsi


1. New Plane berfungsi untuk membuat plane yang baru
2. Extrude berfungsi untuk membuat ketebalan suatu sketch
yang aktif.
3. Revolve berfungsi untuk membuat ketebalan secara memutar
suatu sketch yang aktif dengan memanfaatkan
besaran sudut
4. Sweep berfungsi untuk menghubungkan dua buah rangkaian
sketch yang berpisah, namun pada satu jalur dan
dalam keadaan tertutup satu sama lain.
5. Skin/Loft berfungsi untuk menentukan dua buah ataupun lebih
sketch untuk saling dihubungkan jika memiliki
jumlah edges yang sama.
6. Thin/Surface berfungsi untuk membuat solids ke dalam bentuk
thin solids ataupun sebuah permukaan / surface
7. Fixed Radius berfungsi untuk membuat blends pada model edges
8. Variable Radius berfungsi untuk membuat blends pada model edges
9. Vertex Blend berfungsi untuk membuat blends pada bagian ujung
solid, surface, ataupun line bodies.
10. Chamfer berfungsi untuk membuat lekukan pada sketch baik
berupa lekukan menyudut maupun lekukan smooth
11. Pattern berfungsi unutk menggandakan faces dan bodies
dalam bentuk tiga jenis yaitu linear, circular,
rectangular
12. Body Operation berfungsi untuk memanipulasi bodies dengan
menggunakan enam pilihan yaitu simplify, sew, cut
material, imprint faces, slice material, dan clean
bodies.
13. Body Transformation berfungsi untuk mengubah posisi bodies dengan
menggunakan beberapa pilihan yaitu move, translate,
rotate, mirror, scale.
14. Boolean berfungsi untuk membuat unite (menggabungkan),
substract (potongan), intersect (slice), atau imprint
faces pada bodies.
15. Slice berfungsi untuk meningkatkan fungsi pada ANSYS
Design Modeler sebagai alat untuk menghasilkan
sweepable bodies untuk hex meshing.
16. Delete berfungsi untuk menghapus sketch yang dibuat
17. Point berfungsi untuk mengendalikan penempatan dimensi
titik yang disesuaikan dengan model faces dan edges
18. Primitives berfungsi untuk membuat model secara cepat dengan
menjelaskan bentuk sederhanayang tidak dipesan
oleh sketches.

9
2.1.1.3. Concept Menu

No. Bagian Fungsi


1. Lines From Points berfungsi untuk membuat line bodies berdasarkan
titik point yang telah dibuat.
2. Lines From Sketches berfungsi untuk membuat line bodies berdasarkan
sketches dan planes dalam bentuk faces.
3. Line From Edges berfungsi untuk membuat line bodies berdasarkan
model edges yang telah ada.
4. 3D Curve berfungsi untuk membuat line bodies yang
didasarkan pada titik atau koordinat dalam bentuk
2D sketch points, 3D model vertices, dan titik Point
Feature (PF points).
5. Split Edges berfungsi untuk memotong model edges ke dalam
bentuk dua atau lebih potongan.
6. Surfaces From Edges berfungsi untuk membuat suatu permukaan (surface)
dari body edges yang telah ada.
7. Surfaces From berfungsi untuk membuat suatu permukaan (surface)
Sketches dari sketches yang dijadikan sebagai batasan mereka.
8. Surfaces From Faces berfungsi untuk membuat suatu permukaan (surface)
dari faces padatan dan surface bodies yang ada.
9. Detach berfungsi untuk membuat model ke dalam bentuk
bagian kecil yang banyak, dimana tiap bagian
tersebut memiliki single face masing-masing.
10. Cross Section berfungsi untuk memberikan definisi pada line
bodies berupa properti struktural (beam properties).

10
2.1.1.4. Tools Menu

No. Bagian Fungsi


1. Frezze berfungsi untuk me-assembly model ke dalam bagian-
bagian cukup banyak, dan menampilkan “bagian
potongan” ke dalam beberapa sub-volume.
2. Unfrezze berfungsi untuk mengaktivasi body yang terseleksi, grup
frozen bodies dan menggabungkan mereka ke dalam
bentuk satu model jika memungkinkan.
3. Named Selection berfungsi untuk membuat nama bagian yang dapat
ditransfer ke dalam ANSYS Mechanical, atau digunakan
dalam membuat beberapa features.
4. Attribute berfungsi untuk menggabungkan nama/nilai yang dapat
mengikat di dalam suatu grup.
5. Mid-Surface berfungsi untuk membuat bagian permukaan yang berada
di tengah antara bagian model padatan yang telah ada.
6. Joint berfungsi untuk membuat hubungan diantara dua model
yang memiliki geometri berbeda satu sama lain sehingga
dapat dilakukan proses meshing secara bersamaan pada
nantinya.
7. Enclosure berfungsi untuk menutupi bagian dari suatu model yang
akan dianalisis fluidanya seperti gas atau cairan yang
melewati bagian tersebut.
8. Face Split berfungsi untuk membagi face ke dalam beberapa bagian
face.
9. Symmetry berfungsi untuk mendefinisikan suatu model geometri
body sejajar/simetris dengan model yang geometri body
yang lainnya.
10. Fill berfungsi untuk mengisi volume body atau volume body
yang ter-enclosured dengan sebuah body.
11. Surface berfungsi untuk mengisi bagian yang kosong (gaps) di
Extension antara dua buah padatan dengan tujuan untuk
menggabungkan dua buah padatan tersebut.
12. Surface Patch berfungsi untuk mengisi bagian yang kosong (gaps) yang
terdapat pada permukaan bodies yang berlubang.
13. Surface Flip berfungsi untuk merubah arah orientasi permukaan bodies
suatu model.
14. Merge berfungsi untuk menggabungkan beberapa edges atau
faces.

11
No. Bagian Fungsi
15. Connect berfungsi untuk mensejajarkan dan memunkinkan untuk
menggabungkan sebuah kelompok vertices, edges atau
faces.
16. Projection berfungsi untuk memproyeksikan suatu titik pada
edges/faces dan edges pada faces/bodies.
17. Repair Features berfungsi untuk memudahkan pencarian dan pembetulan
geometri yang tidak terdeteksi atau geometri error dari
sebuah model.
18. Analysis Tools berfungsi untuk mengukur jarak diantara dua buah model
dan mendeteksi kesalahan pada model.
19. Form New Part berfungsi untuk membuat grup bodies ke dalam bagian-
Tool bagian part untuk ditransferkan ke dalam Mechanical
application sebagai bagian dari multiple bodies.
20. Parameters berhubungan dengan Tools menu dan 3D Features,
berfungsi untuk mengatur parameter yang terdapat pada
Project Schematic.
21. Electronics berfungsi untuk membuat suatu model yang berhubungan
dengan analisis thermal menggunakan ANSYS Icepak.
22. Addins berfungsi membuka kotak dialog untuk mengisi dan
mengeluarkan third-party addins.
23. Options berfungsi untuk membuka opsi geometri model pada
kotak dialog secara default.

2.1.1.5. View Menu

Menu View berfungsi untuk mengontrol efek yang akan didekatkan kepada
model yang dibuat di Design Modeler dan disimpan dalam bentuk file
exstension .agdb. Opsi yang digunakan antara lain shaded exterior and edges,
shaded exterior, wireframe, frozen body transparency, edge joints.

2.1.1.6. Help Menu

Help berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengguna aplikasi


mengenai tools serta bantuan informasi proses pembuatan model secara
keseluruhan yang terdapat pada Design Modeler.

12
2.1.2. Selection Toolbar

Selection Toolbar memiliki beberapa sub menu antara lain new selection, select
mode, selection filter : points, selection filter : edges, selection filter : faces,
selection filter : bodies, dan extend selection.

No. Bagian Fungsi


1. New Selection berfungsi untuk membersihkan bagian terseleksi yang
sudah ada dan memulai seleksi baru kembali.

2. Select Mode berfungsi untuk memilih item desain dengan opsi menu
Selection Filters melalui Single Select atau Box Select Drop
Down.
3. Selection Filter : berfungsi mengaktifkan dan menonaktifkan titik pada bagian
Points model untuk menentukan kondisi batas pada model tersebut.

4. Selection Filter : berfungsi mengaktifkan dan menonaktifkan edges pada


Edges bagian model untuk menentukan kondisi batas pada model
tersebut.

5. Selection Filter : berfungsi mengaktifkan dan menonaktifkan permukaan


Faces faces pada bagian model untuk menentukan kondisi batas
pada model tersebut.

6. Selection Filter : berfungsi mengaktifkan dan menonaktifkan bodies pada


Bodies bagian model untuk menentukan kondisi batas pada model
tersebut. Proses ini dilakukan dalam bentuk bodies berupa
solid, surface, dan line.
7. Extend Selection berfungsi untuk membuat permukaaan model yang dibuat
lebih halus (smooth) dengan menggunakan beberapa pilihan
yaitu extend to adjacent, extend to limits, flood blends,
flood area, dan extend to instances.

2.1.3. 3D Features

Tools 3D Features digunakan untuk membuat sebuah model desain dan


merubahnya. Sub-sub menu pada 3D Features terdiri antara lain Generate,
Shared Topology, Extrude, Revolve, Sweep, Skin/Loft, Thin/Surface, Blend,
Chamfer, Point, Parameters.

No. Bagian Fungsi


1. Generate berfungsi untuk mengupdate model setelah melakukan
berbagai macam perubahan pada model yang dibentuk.
2. Shared Topology berfungsi untuk merubah suatu grup bodies ke dalam bentuk
multibody parts, dimana pada saat meshing kontak antar body
tetap bersifat continuous.

13
No. Bagian Fungsi
3. Blend berfungsi untuk membuat permukaan pada model lebih halus.
4. Parameters berfungsi sebagai data kontrol dalam pembuatan model di
Design Modeler (DM)

Pada bagian sub menu Extrude, Revolve, Sweep, Skin/loft, Thin/Surface,


Chamfer, Point sesuai dengan Create Menu.

2.1.4. Rotation Model

Rotation Model terdiri dari beberapa sub menu antara lain Rotate, Pan, Zoom,
Box Zoom, Zoom to Fit, Magnifer Window, Previous View, Next View,
Isometric View.

No. Bagian Fungsi


1. Rotate berfungsi untuk merotasi arah direksi sebuah sketsa, model atau
part.

2. Pan berfungsi untuk memindahkan sebuah part supaya dapat terlihat


di layar.

3. Zoom berfungsi untuk memmberikan skala untuk diperbesar ataupun


diperkecil pada bagian part supaya terlihat di layar dengan jelas.

4. Box Zoom berfungsi sebagai penanda untuk menindikasikan sebuah objek


untuk diperbesar pada layar.

5. Zoom to Fit berfungsi untuk menunjukan bagian part secara utuh pada layar.

6. Magnifier berfungsi untuk memperbesar pada bagian-bagian tertentu model


Window yang telah dibuat.

7. Previous View berfungsi untuk melihat bagian model yang telah dibuat terakhir
sebelumnya.

8. Next View berfungsi untuk melihat bagian model yang telah dibuat saat ini.

9. Isometric View berfungsi untuk menentukan arah orientasi geometri dari suatu
model yang akan dibuat selanjutnya.

2.1.5. Display Toolbar

Display Toolbar berfungsi untuk menentukan tampilan suatu model pada layar.
DisplayToolbar terdiri dari sub-menu antara lain Display Plane, Display
Model, Look at Face / Plane / Sketch, dan Display Points.

14
No. Bagian Fungsi
1. Display Plane berfungsi untuk menentukan tampilan antara garis vektor
sumbu axis terhadap titik asal.

2. Display Model berfungsi untuk menentukan suatu model ditampilkan dalam


bentuk 3D atau tidak.

3. Look at Face / Plane berfungsi untuk mengarahkan pandangan pembuat kepada


Sketch model sketch yang dibuatnya.

4. Display Points berfungsi untuk menampilkan titik-titik yang dibuat pada


model sketch atau tidak.

2.1.6. Tree Outline

Pada bagian Tree Outline terdiri dari dua bagian yaitu Sketching dan
Modelling. Pada bagian Sketching terdapat sub menu antara lain Draw, Modify,
Dimensions, Constraints, dan Settings. Pada bagian Modelling berisikan
tentang perintah-perintah yang telah digunakan untuk membuat sebuah sketch
pada bagian sketching sebelumnya.

2.1.6.1. Draw Toolbox

No. Bagian Fungsi


1. Line berfungsi untuk membuat garis
2. Tangent Line berfungsi untuk membuat garis dengan menggunakan
tangency antara sebuah garis dan sebuah edge
3. Line by 2 Tangents berfungsi untuk membuat sebuah garis dengan tangen yang
terdapat pada dua edge (ataupun dua points)
4. Polyline berfungsi untuk membuat garis berkelanjutan baik tertutup
maupun terbuka
5. Polygon berfungsi untuk membuat garis berkelanjutan yang
melingkar secara tertutup ataupun terbuka dengan jumlah
antara 3 sampai dengan 36 sisi
6. Rectangle berfungsi untuk membuat benda dengan geometri persegi
7. Rectangle by 3 berfungsi untuk membuat persegi dengan menggunakan tiga
Points sampai empat titik ujung dari persegi tersebut.
8. Oval berfungsi untuk membuat benda dengan geometri oval

15
No. Bagian Fungsi
9. Circle berfungsi untuk membuat benda dengan geometri lingkaran
10. Circle by 3 berfungsi untuk membuat lingkaran dengan 3 garis tangen
Tangents
11. Arc by Tangent berfungsi untuk membuat busur dengan menggunakan garis
tangen
12. Arc by 3 Points berfungsi untuk membuat busur dengan menggunakan tiga
titik yang dihunbungkan satu sama lain.
13. Arc by Center berfungsi untuk membuat busur dengan menggunakan titik
pusat dari busur tersebut.
14. Ellipse berfungsi untuk membuat benda dengan geometri elips
15. Spline berfungsi untuk membuat garis melengkung yang fleksibel
16. Construction Point berfungsi sebagai titik yang secara otomatis terkonstruksi
selama proses pembuatan edge.
17. Construction Point berfungsi untuk menempatkan titik pada posisi intersection
at Intersection di antara dua edge.

2.1.6.2. Modify Toolbox

No. Bagian Fungsi


1. Fillet berfungsi untuk membuat lekukan halus dengan
menggunakan radius.
2. Chamfer berfungsi untuk membuat lekukan tajam dengan
menggunakan panjang garis tersebut
3. Corner berfungsi untuk memangkas pada dua buah edge pada posisi
intersection
4. Trim berfungsi untuk memangkas sebuah model baik berupa edge,
axis line maupun point
5. Extend berfungsi untuk memperpanjang edge dengan
menghubungkan ujung edge dengan edge, axis line ataupun
point lainnya
6. Split berfungsi untuk mengubah edge menjadi bagian-bagian
segmen ataupun point
7. Drag berfungsi untuk memilih model yang ingin dipindahkan dari
satu tempat ke tempat lain
8. Cut berfungsi untuk memindahkan model ke dalam internal
clipboard, dan menghapus yang sebelumnya dari sketch
9. Copy berfungsi untuk menggandakan model yang dibuat
10. Paste berfungsi untuk menempatkan model hasil dari cut maupun
copy
11. Move berfungsi untuk memindahkan model dari satu tempat ke
tempat lain dengan model pada tempat sebelumnya tetap ada

16
No. Bagian Fungsi
12. Replicate berfungsi untuk memindahkan model dari satu tempat ke
tempat lain.
13. Duplicate berfungsi untuk menggandakan model yang dibuat
14. Offset Berfungsi untuk membuat model yang lebih besar ataupun
lebih kecil dari model sebelumnya pada posisi yang sama
15. Spline Edit berfungsi untuk memodifikasi splines yang fleksibel

2.1.6.3. Dimensions Toolbox

No. Bagian Fungsi


1. General berfungsi untuk memberikan ukuran dimensi secara umum
2. Horizontal berfungsi untuk memberikan ukuran dimensi pada garis
horizontal
3. Vertical berfungsi untuk memberikan ukuran dimensi pada garis
vertikal
4. Length / Distance berfungsi untuk memberikan ukuran dimensi pada dua titik
maupun edge yang dipilih
5. Radius berfungsi untuk memberikan ukuran dimensi jari-jari pada
model
6. Diameter berfungsi untuk memberikan ukuran dimensi diameter pada
model
7. Angle berfungsi untuk memberikan ukuran sudut diantara dua buah
garis yang dibuat
8. Semi-Automatic berfungsi untuk membantu memberikan ukuran dimensi dari
jumlah angka dimensi dan posisi dimensi yang ingin
ditempatkan pada model
9. Edit berfungsi untuk mengubah nama dan nilai dimensi yang
dibuat.
10. Move berfungsi untuk mengubah posisi dimensi dari satu tempat ke
tempat lain
11. Animate berfungsi untuk memberikan efek yang terjadi pada saat nilai
ukuran dimensi dari model yang bersangkutan diubah.
12. Display Name / berfungsi untuk menampilkan ukuran dimensi yang dibuat
Value

17
2.1.6.4. Constraints Toolbox

No. Bagian Fungsi


1. Fixed berfungsi untuk menetapkan edge yang dibuat sehingga tidak
dapat dipindahkan kembali
2. Horizontal berfungsi untuk memberikan gaya beban pada garis yang
terdapat di sumbu-x
3. Vertikal berfungsi untuk memberikan gaya beban pada garis yang
terdapat di sumbu-Y
4. Perpendicular berfungsi untuk memberikan gaya beban pada dua buah edge
yang saling bersilangan satu sama lain
5. Tangent berfungsi untuk memberikan beban kepada bagian tangensial
dari garis yang dibuat
6. Coincident berfungsi untuk memberikan beban pada sebuah point ataupun
edge yang terdekat terhadap model yang dibuat
7. Midpoint berfungsi untuk memeberikan beban pada titik tengah dari suatu
garis terhadap titik ujung dari garis tersebut
8. Symmetry berfungsi untuk memberikan beban secara simetris antara titik
ujung suatu garis terhadap pasangan edge
9. Parallel berfungsi untuk memberikan beban kepada setiap pasangan
garis
10. Concentric berfungsi untuk memberikan beban kepada titik ataupun lokasi
sama pada pasangan lingkaran
11. Equal Radius berfungsi untuk memberikan beban kepada setiap pasangan
lingkaran yang memiliki radius sama
12. Equal Length berfungsi untuk memberikan beban kepada setiap pasangan line
yang memiliki panjang sama
13. Equal Distance berfungsi sebagai pemberi beban kepada setiap pasangan edge,
ataupun point dimana salah satu edge / point akan berbagi beban
dengan edge / point lainnya
14. Auto Constraints berfungsi untuk mendeteksi beban pada model secara otomatis

18
2.1.6.5. Settings Toolbox

No. Bagian Fungsi


1. Grid berfungsi sebagai pemandu dalam tahap pembuatan
sketch
2. Major Grid Spacing berfungsi untuk mengatur jarak di antara dua buah garis
grid secara umum
3. Minor-Steps per berfungsi untuk mengatur jarak di antara dua buah garis
Major grid secara spesifikasi
4. Snaps per Minor berfungsi untuk menunjukan lokasi minor-steps per major
pada saat tahapan pembuatan sketch

2.1.7. Display View

Pada bagian Display View terdapat beberapa bagian sub menu yaitu sketch
details, edge details, dan dimension details.

No. Bagian Fungsi


1. Sketch Details berfungsi untuk memberikan informasi tentang bgian
model yang sedang dibuat, baik dalam jumlah edges,
points, dan kondisi status dari sketch tersebut.
2. Edge Details berfungsi untuk memberikan informasi tentang status dari
setiap edges yang dibuat (contoh : line) dalam pembuatan
sketch.
3. Dimension Details berfungsi untuk memberikan informasi secara detail ukuran
dimensi setiap edges yang dibuat (contoh : line).

2.2 Meshing

Proses meshing merupakan langkah selanjutnya setelah proses pembuatan


geometri suatu model. Proses meshing pada sebuah model memiliki tujuan
untuk mengembangkan secara mendetail untuk menganalisis pada setiap

19
bagian dari model yang bersangkutan. Proses meshing dilakukan dengan cara
membuat bagian pada sebuah model menjadi bagian yang lebih kecil. Semakin
kecil bagian pada sebuah model hasil proses meshing akan meningkatkan
ketelitian dan keakuratan pada analisis suatu model ke depannya. Langkah-
langkah yang dilakukan untuk membuka meshing tersebut yaitu
 Pastikan terlebih dahulu apabila proses pembuatan geometri pada
Design Modeler (DM) telah selesai. Ini dapat dibuktikan dengan
tanda centang pada bagian Geometry.
 Pilih Mesh pada sub-bagian Fluid Flow (Fluent)
 Klik kanan kursor pada bagian Mesh > Edit
 Kemudian muncul lembar kerja meshing yang digunakan

Pada meshing memiliki tools yang mampu difungsikan sebagai alat untuk
membantu proses mesh pada model yang dibuat. Bagian-bagian tersebut antara
lain

Unit Conversion Toolbar

Named SelectionsToolbar

Edge Graphics Options Toolbar


Joint Configure Toolbar
Graphics Options Toolbar
Legend

Main Menu
Standard Toolbar Context Toolbar

Tabs Status Bar


Reference Help

Object Details View

Tree Outline
Geometry Window
Tree Filter

Gambar 8 Jendela Meshing

20
No. Bagian Fungsi
1. Main Menu Menu ini terdiri dari menu dasar seperti file, edit, view,
units, tools,dan help
2. Standard Toolbar Toolbar ini terdiri dari komponen perintah yang selalu
digunakan untuk proses meshing
3. Graphics Toolbar Toolbar ini terdiri dari perintah yang mengatur mode
pointer atau penyebab sebuah aksi yang terdapat di graphics
browser
4. Context Options Toolbar Toolbar ini terdiri dari perintah task-specific yang berubah
tergantung pada perintah yang terdapat di Tree Outline
5. Unit Conversion Toolbar Toolbar ini berfungsi untuk mengubah satuan untuk variasi
material yang digunakan
6. Named Selections Tolbar Toolbar ini mengandung opsi untuk mengatur Named
Selection yang sama dengan bagaimana ”mereka” mengatur
pada Mechanical Application
7. Edge Graphics Opyions Toolbar ini menyediakan akses cepat ke tools yang akan
Toolbar meningkatkan abilitas anda untuk membedakan hubungan
edge dan mesh pada sebuah permukaan model
8. Tree Outline Sisi keluaran yang terlihat pada saat proses pengerjaan
meshing suatu model. Lokasinya berada di outline yang di
set berhubungan dengan kontrol yang lain.
9. Details View Details View berhubungan dengan Outline selection. Details
View merupakan sebuah tampilan secara detail window
yang terdapat pada bagian panel di bawah dimana
mengandung secara detail model pada Outline
10. Geometry Window Menampilkan dan memanipulasi tampilan yang menjelaskan
sebuah model yang terpilih pada Outline. Tampilan window
yang dimungkinkan untuk ditampilkan yaitu
 3D Geometry
 2D / 3D Graph
 Spreadsheet
 HTML Pages
 Scale ruler
 Triad Control
 Legend
Catatan :
 Geometry window yang kemudian termasuk
splitter bars untuk saling berbagi tampilan

11. Reference Help Membuka object reference help untuk merangkum hasil
pekerjaan pada sebuah model. Bagian ini akan
menginformasikan bagian tools yang membantu project
yang sedang dikerjakan
12. Tabs Dokumen tabs yang terlihat pada sisi sebelah kanan bawah
window
13. Status Bar Memberikan penjelasan secara detail terhadap status project
model yang sedang dikerjakan.
14. Splitter Bar Window mengaplikasikan splitter bars mencapai lebih dari
3 buah

21
Bagian-bagian dari tools meshing tersebut akan dijelaskan secara terperinci pada
bagian berikut ini

2.2.1. Main Menu

Bagian main menu terdapat tools yang terdiri dari file, edit, view, units, tools,
dan help.

2.2.1.1. File Menu

No. Bagian Fungsi


1. Save Project Berfungsi untuk menyimpan data hasil proses meshing
dengan data extesion *.wbpj
2. Export Berfungsi untuk mengirimkan data hasil proses meshing
ke software lain dengan penyimpanan data extension
*.meshdat
3. Clear Generate Meshing Berfungsi untuk menghapuskan seluruh proses meshing
yang telah dilakukan sebelumnya
4. Close Meshing Berfungsi untuk menutup jendela meshing

2.2.1.2. Edit Menu

No. Bagian Fungsi


1. Duplicate Berfungsi untuk menduplikasikan model yang dibuat.
Model dan lingkungan kerja nya yang diduplikasikan
pada Project Schematic Level yang terdiri dari Moving
(memindahkan posisi model), Deleting a System
(menghapus sistem), dan Replacing a System
(menggantikan dengan sistem yang lain)
2. Duplicate Without Results Berfungsi untuk menduplikasikan model termasuk
bagian sub-ordinat dari objek tersebut. Tools ini lebih
cepat bekerja dibandingkan dengan duplicate
3. Copy Berfungsi untuk meng-copy sebuah model
4. Cut Berfungsi untuk mengambil suatu objek dan
menyimpannya untuk diletakkan di tempat lain
5. Paste Berfungsi untuk meletakkan model hasil dari proses
copy dan cut
6. Delete Berfungsi untuk menghapus model yang dipilih
7. Select All Berfungsi untuk memilih keseluruhan items model pada
current selection filter type. Select All tersedia pada
Context Menu jika mengklik kursor sebelah kanan pada
Geometry Window

2.2.1.3. View Menu

No. Bagian Fungsi


1. Shaded Exterior and Edges Menampilkan model pada Graphics Window dengan
shaded exteriors dan distinct edges. Opsi ini sama
seperti dengan Shaded Exterior dan Wireframe
2. Shaded Exterior Menampilkan model pada Graphics Window dengan
hanya menggunakan shaded exterior. Opsi ini sama

22
seperti dengan Shaded Exterior dan Wireframe.
3. Wireframe Menampilkan model pada Geometry Window dengan
sebuah wireframe display. Opsi ini sama seperti dengan
Shaded Exterior and Edges dan Shaded exterior
Opsi wireframe tidak hanya diaplikasikan ke geometry,
mesh atau named selection displayed sebagai sebuah
mesh. Tetapi berlaku juga pada probes, results, dan
variabel masukan yang lebih mudah dipahami.
Ketika View > Wireframe diatur, hanya bagian
exterior faces sebuah model meshing yang ditampilkan,
sedangkan interior faces tidak

4. Graphics Options Membantu Anda untuk merubah opsi menggambar


untuk hubungan edge. Menu ini juga menyediakan
Draw Face Mode yang membantu Anda untuk merubah
bagaimana faces ditampilkan sebagai fungsi back-face
culling. Opsi yang termasuk antara lain :
 Auto Face Draw (default) : menyalakan back-
face culling atau mematikan program yang
dikontrol. Menggunakan Section Planes
sebagai sebuah contoh ketika aplikasi akan
dimatikan
 Draft Front Faces : face-culling dipaksa tetap
menyala. Back-facing faces tidak akan
digunakan pada kasus lainnya selalu jika
menggunakan Section Planes
 Draw Both Faces : back-face culling
dimatikan. Front-facing dan back facing dapat
kembali digunakan
5. Cross Section Solids Menampilkan line body cross sections pada geometri
(Geometry) 3D.
6. Thick Shells and Beams Tools yang menyediakan opsi ketebalan untuk sebuah
shell atau beam pada Graphics Window ketika mesh
telah dipilih.
7. Visual Expansion Tools yang dapat membantu menampilkan hasil
preview sebelum penyelesaian densitas nodes pada
bagian batasan, atau dapat membantu men-confirm
mesh yang diperluas di setiap kasus.
8. Annotation Preferences Menampilkan kotak dialog Annotation Preferences
9 Annotations Menampilkan keterangan pada Graphics Window
10. Ruler Menampilkan ukuran skala pada Graphics Window
11. Legend Menampilkan hasil legend pada Graphics Window
12. Triad Menampilkan titik koordinat sumbu-x, sumbu-y, dan
sumbu-z pada Graphics Window
13. Eroded Nodes Menampilkan bagian yang akan dikikis pada saat
proses analisis explicit dynamics
14. Large Vertex Contours Digunakan pada hasil mesh node untuk mengatur
ukuran tampilan dots yang menjelaskan hasil dari
proses pembuatan mesh nodes
15. Display Edge Direction Menampilkan arah model edge. Penunjuk arah
mendekati titik tengaj sebuah edge. Ukuran panah arah
disesuaikan dengan pnjang edge.
16. Outline  Expands All : Mengembalikan tree objects
ke dalam bentuk kondisi semula
 Collapse Enviroments : merusak keseluruan
tree objects di bawah environment object(s)
 Collapse Models : merusak keseluruan tree
objects di bawah model object(s)
17. Toolbars Bagian yang menyediakan jenis-jenis toolbar antara

23
lain named selection toolbar, unit conversion toolbar,
graphics option toolbar, edge graphics options
toolbar, tree filter toolbar, joint configure toolbar
18. Windows  Messages :Menampilkan Message Window
 Mechanical Wizard : Menampilkan wizard
pada sebelah kanan jendela yang mempercepat
Anda menyelesaikan tugas yang dipesan
untuk di analisis
 Graphics Annotations : Menampilkan
Annotations Window
 Section Planes : Menampilkan Section
Planes Window
 Selection Information : Menampilkan
Selection Information Window
 Manage Views : Menampilkan Manage
Views Window
 Tags : Menampilkan Tags Window
 Reset Layout : Mengembalikan layout
window kembali dalam kondisi semula

2.2.1.4. Units Menu

No. Bagian Fungsi


1. Metric (m,kg,N,s,V,A)
2. Metric (cm,g,dyne,s,V,A)
3. Metric (mm,kg,N,s,mV,mA)
4. Metric (mm,t,N,s,mV,mA)
Satuan Unit Sistem
5. Metric (mm,dat,N,s,mV,mA)
6. Metric (µm,kg,µN,s,V,mA)
7. U.S.Customary (ft,lbm,lbf,oF,s,V,A)
8. U.S.Customary (in,lbm,lbf,oF,s,V,A)
9. Degress Satuan unit sudut berupa derajat
10. Radians Satuan unit sudut berupa radians
11. Rad/s Satuan unit kecepatan angular berupa radians
per detik
12. RPM Satuan unit kecepatan angular berupa
revolutions per menit
13. Celcius
Satuan suhu berupa derajat (tidak tersedia jika
Anda memilih setting U.S.Customary)
14. Kelvin Satuan suhu berupa Kelvin (tidak tersedia jika
Anda memilih setting U.S.Customary)

2.2.1.5. Tools Menu

No. Bagian Fungsi


1. Write Input File........ Menulis data masukkan aplikasi Mechanical APDL dari
Solution branch aktif. Opsi ini tidak digunakan untuk
memulai sebuah penyelesaian
2. Read Result File....... Membaca data hasil aplikasi Mechanical APDL (.rst,
solve.out, dan so on) pada arah dan menduplikasi data ke
dalam Solution branch aktif
3. Solve Process Settings Memungkinkan Anda untuk mengatur setting solve
process
4. Addins........ Menampilkan kotak dialog Addins yang memungkinkan

24
Anda untuk memasukkan / mengeluarkan bagian ketiga
add-ins yang secara spesifik di desain untuk integrasi
dengan lingkungan kerja Workbench
5. Options........ Memungkinkan Anda untuk merubah aplikasi dan
mengatur kondisi dari dungsi aplikasi mechanical
6. Variable Manager Memungkinkan Anda memasukkan variabel aplikasi
7. Run Macro...... Membuka sebuah kotak dialog untuk lokasi sebuah script
(.vbs , .js) file.

2.2.1.6. Help Menu

No. Bagian Fungsi


1. Mechanical Help Menampilkan sistem bantuan pada jendela browser
lainnya
2. About Mechanical Menyediakan informasi copyright dan application version

2.2.2. Standart Toolbar

Standart Toolbar memiliki sub-menu antara lain

No. Bagian Fungsi


1. View Mechanical Wizard Mengaktifasi Mechanical Wizard dengan
user interface
2. View Object Generator Mengaktifasi jendela Object Generator
dengan user interface
3. Solve Analysis with a Given Solve Process Mengaktifasi pilihan yang digunakan
Setting untuk penyelesaian proses

4. Show Errors Menampilkan pesan errors yang


berasosiasi dengan tree objects yang
sebelumnya didefinisikan
5. New Section Plane Menampilkan bagian potongan sebuah
model (geometry, mesh dan hasil
tampilan) yang didapatkan dari gambaran
model seutuhnya.
6. User Defined Graphics Animation Menambahkan sebuah teks komentar yang
akan ditampilkan pada bagian Geometry
Window. Menggunakan :
 Pilihlah tombol pada toolbar
 Klik tempat lokasi pada Geometry
Window. Sebuah bentuk chisel-shaped
akan dijadikan sebagai kotak catatan
untuk memasukkan tulisan komentar
pada gamvar yang terdapat pada
Geometry Windows.
 Sebuah kotak baru terbentuk untuk
dimasukkan catatan
 Ketikan dimasukkan
7. Merujuk kepada bagian Chart and Table
New Chart and Table untuk detail lebih lanjut

25
8. New Simplorer Pin Berfungsi untuk analisis Rigid Dynamics,
Simplorer Pins adalah digunakan untuk
mendefinisikan titik interface antara model
Simplorer dan menggabungkannya dengan
model Rigid Dynamics
9. New Comment Menambahkan sebuah komentar dengan
adanya penambahan bagian pada tree
outline

10. New Figure Menangkap berbagai grafik yang


ditampilkan untuk bagian dari objek pada
Geometry Window
New Image Menambahkan gambar dengan adanya
penambahan bagian pada tree outline
Image From File Mengimport sebuah gambar yang telah ada
ke dalam Geometry Window
Image To File Menyimpan konten yang terdapat pada
Graphics Window ke dalam sebuah file.
Format file berupa : PNG(.png), JPEG
(.jpg), TIFF(.tif), BMP(.bmp), dan EPS
(.eps)
Image To Clipboard Meng-copy konten pada Graphics Window
menuju clipboard. Gambar kemungkinan
akan ditampilkan ke dalam aplikasi yang
berbeda
11. Show/Hide Worksheet Window Menyediakan jendela worksheet yang
tersedia untuk ditampilkan pada objek
spesifik
12. Berfungsi untuk mengaktifasi Selection
Selection Information Information WIndow

2.2.3. Graphics Toolbar

Graphics Toolbar memiliki sub-menu antara lain

No. Bagian Fungsi


1. Membantu untuk memindahkan dan menempatkan label sebuah
Label muatan feature yang sedang aktif.
2. Direction Pemilihan arah yang dilakukan dengan memilih sebuah single
face, two vertices atau sebuah single edge.
3. Hit Point Coordinate Menyediakan koordinat eksterior sebuah model untuk
ditampilkan dalam bentuk kursor, dan akan ter-update tampilan
koordinatnya jiak kursor tersebut berpindah melewati model.
4. Select Type  Select Geometry :Opsi yang digunakan untuk memilih bentuk
geometry (bodies, faces, edges, dan vertices)
 Select Mesh : Opsi yang digunakan untuk memilih nodes atau
sebuah kelompok nodes dengan mengambil nodes atau
mendefinisikan nodes pada Named Selection.

5. Select Mode Mendefinisikan bagaimana geometry atau nodes yang terpilih


dibuat :
 Single Select
 Box Select
 Box Volume Select

26
 Lasso Select
 Lasso Volume Select
Opsi ini juga digunakan untuk penghubung dengan selection
filters.

6. Vertex Mendesain vertex atau node hanya dengan mengambil atau


memvisualisasi selection
7. Mendesain edge hanya dengan mengambil atau memvisualisasi
Edge selection
8. Mendesain face hanya dengan mengambil atau memvisualisasi
Face selection
9. Mendesain body hanya dengan mengambil atau memvisualisasi
Body selection
10. Extend Selection Menambahkan batasan model dengan toleransi sudut, untuk men-
setting face yang terpilih, atau menambahkan batasan model
dengan toleransi tangensial untuk men-setting face yang
terpilih
11. Rotate Mengaktivasi rotation control berdasarkan posisi kursor mouse

12. Pan Memindahkan tampilan model sesuai dengan arah kursor mouse
13. Zoom Menampilkan tampilan sebuah model lebih dekat secara penuh

14. Box Zoom Menampilkan tampilan sebuah bagian dari model yang telah
ditentukan lebih dekat.

15. Menyesuaikan tampilan model sesuai dengan tampilan graphics


Fit window
16. Toggle Magnifier Berfungsi untuk memperbesar tampilan model dengan adanya
Window On/Off tambahan fungsi dari magnifying glass.

17. Menampilkan tampilan model sebelumnya pada graphics


Previous View window.
18. Next View Setelah menampilkan tampilan model sebelumnya pada
graphics window, tombol ini dipilih utnuk tampilan model
selanjutnya
19. Set (ISO) Berfungsi untuk melakukan setting tampilan isometric.

20. Look At Memusatkan tampilan pada face atau plane yang dipilih

21. Menampilkan jendela manage views yang dapat digunakan


Manage Views untuk menyimpan tampilan grafik
22. Rescale Annotation Menyesuaikan ukuran simbol catatan, seperti arah panah
muatan

23. Tags Menampilkan jendela tags dimana dapat menandai sebuah objek
pada tree outline dengan label pengertian, yang kemudian dapat
digunakan untuk memfilterisasi tree outline.
24. Menggabungkan tampilan graphics ke dalam 4 tampilan
Viewports
simulasi

27
25. Toggle Show Vertices Menyediakan tombol show vertices yang berfungsi untuk
On or Off menampilkan model keseluruhan secara vertikal

26. Wireframe Mode On or Menampilkan exterior faces sebuah model meshing yang bukan
Off berupa interior elements dari model meshing tersebut

27. Show Mesh Menyediakan tombol show mesh yang digunakan pada sebuah
model meshing tanpa memperhatikan objek yang terpilih pada
tree outline.
28. Show All Coordinate Menyediakan tombol show all coordinate systems yang akan
Systems menampilkan sistem koordinat berhubungan dengan model
yang dibuat
29. Random Colors Berfungsi untuk menampilan warna yang menandakan sebagai
bentuk dari muatan, support, named selection atau contact
terhadap model yang dibuat.
30. Annotation Preferences Menampilkan kotak dialog annotation preferences, yang mana
bisa digunakan untuk menentukan tampilan catatan yang akan
digunakan
31. Ply Fiber Direction Berfungsi untuk menampilkan sebuah arah vektor layer untuk
sebuah model ply’s dengan arah sumbu-x (dengan tanda
berwarna merah)
32. Ply Transverse Direction Berfungsi untuk menampilkan sebuah arah vektor layer untuk
sebuah model ply’s dengan arah sumbu-y (dengan tanda
berwarna hijau)
33. Element Normal Berfungsi untuk menampilkan sebuah arah vektor layer untuk
Direction sebuah model ply’s dengan arah sumbu-z (dengan tanda
berwarna biru)

2.2.4. Context Options Toolbar

Toolbar ini berisikan sub menu – sub menu antara lain

No. Bagian No. Bagian


1. Model Context 10. Mesh Context
2. Construction Geometry Context 11. Gap Tool Context
3. Virtual Topology Context 12. Environment Context
4. Symmetry Context 13. Variable Data
5. Connections Context 14. Solution Context
6. Fracture Context 15. Solution Information
7. Mesh Edit Context 16. Result Context
8. Geometry Context 17. Print Preview Context
9. Coordinate System Context 18. Report Preview Context

2.2.5. Edge Graphics Options Toolbar

28
Toolbar ini berisikan sub menu- sub menu antara lain

No. Bagian Fungsi


1. Edge Coloring  By Body Color : Menampilkan warna body sebagai
tampilan bagian dari kondisi batas yang ditentukan
 By Connection :Menampilkan lima buah warna yang
merepresentasikan lima kategori konektivitas antar model
yang berbeda
 Black : Mematikan tampilan konektivitas edge/face
2. Free  Hide Free : Menyembunyikan sebuah edges bukan
bersamaan dengan keseluruhan faces
 Show Free : Menampilkan sebuah edges bukan bersamaan
dengan keseluruhan faces
 Thick Free : Hanya menampilkan sebuah edges bukan
bersamaan dengan keseluruhan faces, dimana setiap
ketebalan edges dibandingkan dengan model yang akan
dibuat.
3. Single  Hide Single : Menyembunyikan hanya sebuah edges yang
bersamaan dengan sebuah faces
 Show Single : Menampilkan sebuah edges bersamaan
dengan sebuah faces
 Thick Single : Hanya menampilkan sebuah edges
bersamaan dengan sebuah faces, dimana setiap ketebalan
edges dibandingkan dengan model yang akan dibuat.
4. Double  Hide Double : Menyembunyikan hanya sebuah edges
yang bersamaan dengan dua buah faces
 Show Double : Menampilkan sebuah edges bersamaan
dengan dua buah faces
 Thick Double : Hanya menampilkan sebuah edges
bersamaan dengan dua buah faces, dimana setiap
ketebalan edges dibandingkan dengan model yang akan
dibuat
5. Triple  Hide Triple : Menyembunyikan hanya sebuah edges yang
bersamaan dengan tiga buah faces
 Show Triple : Menampilkan sebuah edges bersamaan
dengan tiga buah faces
 Thick Triple : Hanya menampilkan sebuah edges
bersamaan dengan tiga buah faces, dimana setiap
ketebalan edges dibandingkan dengan model yang akan
dibuat
6. Multiple  Hide Mutiple : Menyembunyikan hanya sebuah edges
yang bersamaan dengan lebih dari tiga buah faces
 Show Multiple : Menampilkan sebuah edges bersamaan
dengan lebih dari tiga buah faces
 Thick Multiple : Hanya menampilkan sebuah edges
bersamaan dengan lebih dari tiga buah faces, dimana setiap
ketebalan edges dibandingkan dengan model yang
akan dibuat
7. Edge Direction Menampilkan arah model edge. Panah petunjuk didekatkan
pada titik tengah edges. Besaran panah disesuaikan dengan
panjang edges.
8. Edges Joined by Mesh Menampilkan sebuah edges dengan skema warna yang
Connection diambil dari informasi hubungan mesh

9. Thicken annotations Memberikan ruang lingkup catatan pada sebuah model


scoped to lines dengan bentuk kotak catatan yang telah tersedia

29
2.2.6. Explode View Options Toolbar

Toolbar Explode View Options adalah sebuah jendela toolbar perintah grafik
yang digunakan untuk membuat jarak bayangan diantara bagian geometry model
dengan tujuan untuk divisualisasi.

No. Bagian Fungsi


1. Move Springs / Beams Berfungsi untuk melihat tingkat keakuratan hubungan
with Parts model yang dibuat seperti spring and beams.

2. Berfungsi untuk meng-assembly kembali bagian model


Reset Button yang dibuat pada posisi aslinya
3. Explode View Factor Tool slider disediakan untuk mengubah jarak yang terlalu
Slider jauh diantara bagian yang dibuat dari posisi aslinya

4. Assembly Center Drop- Berisikan perintah-perintah sistem koordinat yang


Down List digunakan untuk proses assembly sebuah model.

2.2.7. Joint Configure Toolbar

Konteks toolbar Joint Configure Toolbar memiliki beberapa settings dan fungsi
seperti :
 Tombol Configure, Set dan Revert dan ∆ = Field : Konfigurasi grafik dengan
posisi awal yang digabungkan
 Tombol Assemble : untuk penggabungan, dan menampilkan assembly model,
menemukan bagian konfigurasi tertutup yang bergabung secara penuh.
Toolbar ini hanya akan ditampilkan ketika pemakai memilih joint selected.

2.2.8. Tree Filter Toolbar

Tree Filter memiliki beberapa sub menu – sub menu yaitu

No. Bagian Fungsi


1. Name Memfilter tree untuk atau menghilangkan salah satu
bagiannya secara spesifik
2. Tag Memfilter objek pada tree dengan menandai satu atau lebih
objek tersebut
3. Type Berisi seluruh perintah-perintah yang dapat digunakan untuk
memfilter suatu objek yaitu
 All
 Results

30
 Boundary Conditions
 Connections
 Commands
4. State Berisi seluruh perintah-perintah yang dapat digunakan untuk
, memfilterisasi suatu kondisi yang terpilih, yaitu
 All states
 Suppressed
 Not Licensed
5. Coordinate System Berisikan keseluruhan perintah-perintah mengenai sistem
koordinat pada tree outline
6. Model Berisikan keseluruhan model (external model, mechanical
model, dan lain-lain) yang dibuat dalam bentuk sebuah
assembly
7. Graphics Sebuah opsi dasar, yang keseluruhannya ditampilkan pada
tree objects.

2.2.9. Tree Outline

Tree Outline merupakan sebuah Kelompok Tree Objects (Grouping Tree


Objects). Tree Outline ini berisikan berbagai macam perintah-perintah yang telah
digunakan untuk membangun sebuah model pada bagian meshing. Tree-outline ini
menggabungkan keseluruhan perintah seperti perintah geometry, sistem koordinat,
sistem penghubung (connection features) : spring, beam connection, end release¸dan
bearings, kondisi batas, hasil penyelesaian, dan named selection.

2.3 Fluent

FLUENT adalah salah satu jenis program CFD yang menggunakan metode
volume hingga. FLUENT menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap, sehingga
dapat menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh (grid) yang tidak terstruktur
sekalipun dengan cara yang relatif mudah.

Gambar 9 ANSYS FLUENT

FLUENT ditulis dalam bahasa C, sehingga memiliki struktur data yang efisien
dan lebih fleksibel. Semua fungsi yang dibutuhkan untuk menghitung suatu solusi

31
dan menampilkan hasilnya dapat diakses pada FLUENT melalui menu yang interaktif.
Setelah merencanakan analisis CFD pada model, langkah-langkah umum penyelesaian
analisis CFD pada FLUENT sebagai berikut :

 Membuat geometri dan mesh pada model


 Memilih solver yang tepat untuk model tersebut (2D atau 3D)
 Mengimpor mesh model (grid)
 Melakukan pemeriksaan pada mesh model
 Memilih formulasi solver
 Memilih persamaan dasar yang akan dipakai dalam analisis, misalnya :
laminer, turbulen, reaksi kimia, perpindahan kalor, dan lain-lain
 Menentukan sifat material yang dipakai
 Menentukan kondisi batas
 Mengatur parameter kontrol solusi
 Initialize the flow field
 Melakukan perhitungan / iterasi
 Memeriksa hasil iterasi
 Menyimpan hasil iterasi
 Jika perlu, memperhalus grid kemudian dilakukan iterasi ulang untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik
Menu utama pada FLUENT diletakkan sedemikian rupa sehingga pengoperasiannya
secara umum dilakukan dari menu paling kiri kemudian dilanjutkan ke menu
berikutnya di sebelah kanan.

Gambar 10 Jendela Depan ANSYS FLUENT

2.3.1. Penyekalaan dan Konversi Satuan

Pada FLUENT, semua dimensi geometri pada awalnya dianggap


dibangun dalam satuan meter. Apabila dimensi geometri yang hendak
disimulasikan pada FLUENT ternyata dibuat dengan satuan selain meter maka
satuan geometri tersebut harus dirubah terlebih dahulu melalui perintah Mesh
 Scale.

32
Mesh yang terdapat pada geometri juga ikut berubah ukuran apabila
digunakan perintah scale. Besaran yang lain seperti kecepatan, tekanan, luas
area, dan lain-lain juga dapat diubah satuannya, dengan menggunakan perintah
: Define  Unit. Default satuan pada FLUENT menggunakan satuan Standard
Internasional (SI).
2.3.2. Memilih Solver
Pada saat membuka FLUENT terdapat pilihan untuk menggunakan
solver 2D atau 3D dengan keakuratan tunggal atau keakuratan ganda (single
precision / double percision). Secara umum, solver single precision cukup
akurat untuk digunakan pada berbagai kasus, tetapi untuk beberapa kasus
tertentu akan lebih baik menggunakan solver double precision.

2.3.3. Mengimpor dan Memeriksa Mesh

Mesh model yang telah dibuat sebelumnya harus dibuka dahulu di


FLUENT agar dapat melakukan analisis sesuai yang diinginkan. Untuk
membuka mesh model dapat dilakukan melalui perintah File  Read  Case.
File yang dapat dibuka adalah file dengan ekstensi *.msh dan *.cas. File dengan
*.msh merupakan file mesh model, sedangkan file dengan ekstensi *.cas
merupakan file kasus (case) yang berisi mesh model dan semua parameter yang
telah ditentukan sebelumnya pada FLUENT.

2.3.4. Memilih Formulasi Solver

FLUENT menyediakan tiga formulasi solver, yaitu segregated ,


coupled implisit , coupled eksplisit. Ketiga formulasi solver tersebut akan
menghasilkan solusi yang akurat untuk berbagai jenis kasus, tetapi pada
beberapa kasus tertentu salah satu formulasi mungkin dapat menghasilkan
solusi yang lebih cepat daripada yang lain. Untuk memilih salah satu dari ketiga
solver tersebut, dapat menggunakan panel solver melalui perintah Define 
Models  Solver.
Perbedaan antrara solver segregated dengan coupled terletak pada cara
penyelesaian persamaan kontinuitas, momentum, dan energi serta persamaan
species transport (jika diperlukan). Solver segregated menyelesaikan
persamaan secara bertahap, sedangkan solver coupled menyelesaikan
persamaan secara bersamaan. Kedua formulasi solver tersebut menyelesaikan
persamaan-persamaan tambahan (misalnya radiasi, turbulensi) secara bertahap.
Solver coupled implisit dan eksplisit mempunyai perbedaan pada cara
melinierkan persamaan-persamaan yang akan diselesaikan.
Secara umum, solver segregated banyak digunakan untuk kasus dengan
aliran fluida inkompresibel dan kompresibel dengan kecepatan aliran rendah
sampai menengah (bilangan Mach < 1) seperti kavitasi, media berpori,
pelelehan atau pembekuan, aliran periodik, dan lain-lain. Adapun solver
coupled didesain untuk kasus fluida kompresibel dengan kecepatan tinggi
(bilangan Mach 1) seperti kasus konduksi pada tabung, model gas nyata, dan
lain-lain.

33
2.3.5. Menentukan Model dan Persamaan Dasar

Pada FLUENT terdapat beberapa model dan persamaan dasar yang


dapat dipilih sesuai dengan kasus yang akan dianalisis, persamaan-persamaan
tersebut meliputi model multifasa, persamaan energi, model viskos, model
species transport dan reaksi, model fasa diskrit, model pembekuan dan
peleburan, dan model akustik.

2.3.5.1. Model Multifasa


Suatu fase multifasa didefinisikan sebagai suatu tingkat material yang
mempunyai respon inersia terhadap aliran dan berinteraksi dengan aliran
dan medan potensial yang ada. Beberapa model aliran multifasa antara lain
:
 Volume of Fluid (VoF) [Contoh : Aliran logam cair, aliran kanal
terbuka]
 Mixture [Contoh : Aliran gelembung, transport pneumatik
homogen, aliran lumpur dan hydrotransport]
 Eulerian [Contoh : Aliran gelembung, transport pneumatik granular,
fluidized bed aliran granular, aliran lumpur dan hydrotransport, dan
sedimentasi]
Untuk mendefinisikan model multifasa gunakan perintah Define 
Models  Multiphase......

2.3.5.2. Persamaan Energi


Model yang dianalisis jika ingin menganalisis tentang suhu, perpindahan
panas, radiasi, maka persamaan energi yang ada di FLUENT harus
diaktifkan terlebih dahulu. Persamaan energi tersebut, dapat diaktifkan
dengan perintah Define  Models  Energy......

2.3.5.3. Model Viskos


Pilihan model viskos yang ada di FLUENT dapat dipilih dari perintah
Define  Models  Viscous. Pada menu model viskos terdapat beberapa
pilihan, yaitu inviscid, laminar, spalart allmaras, k-epsilon, k-omega,
reynold stress, large eddy simulation (muncul khusus 3D). Namun, apabila
aliran fluida yang dianalisis merupakan aliran turbulen, FLUENT
menyediakan beberapa model turbulensi antara lain
Model Spalart-Allmaras
Model k-epsilon )
 Standard
 Renormalization-group (RNG)
 Realizable
Model k-
 Standard
 Shear –stress transport (SST)
Model Reynolds Stress (RSM)
Model Large Eddy Simulation (LES) – khusus 3D

34
C.1. Model Spalart-Allmaras

Model Spalart-Allmaras merupakan model turbulensi dengan satu


persamaan yang menyelesaikan model persamaan transport untuk
viskositas kinematik turbulen. Bentuk dasar model Spalart-Allmaras
hanya efektif pada model dengan bilangan Reynolds yang kecil, dan
digunakan untuk simulasi pada suatu objek dengan ukuran mesh yang
kasar, dimana perhitungan aliran turbulen yang akurat bukan
merupakan hal yang bersifat kritis. Model Detached Eddy Simulation
(DES) merupakan modifikasi dari model Spalart-Allmaras
dipertimbangkan sebagai alternatif yang lebih praktis pengganti LES
untuk memprediksi aliran dengan bilangan Reynolds yang besar.

C.2. Model k-epsilon

Model k-epsilon merupakan model turbulensi yang cukup lengkap


dengan dua persamaan yang memungkinkan kecepatan turbulen
(turbulent velocity) dan skala panjang (length scales) ditentukan secara
independen. Model k-epsilon sering digunakan pada simulasi aliran
fluida dan perpindahan panas. Model k-epsilon digunakan untuk objek
dengan nilai bilangan Prandtl yang konstan dengan bilangan Reynolds
yang tinggi. Model k-epsilon memiliki dua varian yaitu model RNG k-
epsilon dan realizable k-epsilon.

 Model RNG k-epsilon


Model RNG k-epsilon diturunkan dengan menggunakan
metode statistik yang teliti dan hasil perbaikan dari model k-
epsilon standar dan digunakan untuk meningkatkan akurasi
untuk aliran yang terhalang secara tiba-tiba, aliran yang
berputar (swirl flow). Model RNG digunakan untuk objek
dengan bilangan Prandtl turbulen dan bilangan Reynolds yang
rendah.
 Model realizable k-epsilon
Model realizable k-epsilon merupakan pengembangan dari
model k-epsilon standar dengan adanya penambahan
formulasi baru untuk memodelkan viskositas turbulen yang
memenuhi beberapa batasan matematis pada bilangan
Reynolds. Model ini digunakan untuk memprediksi laju
penyebaran fluida dari pancaran jet/nozzle. Model ini juga
memberikan performa yang baik untuk aliran yang melibatkan
putaran, lapisan batas yang mempunyai gradien tekanan yang
besar, separasi, dan resirkulasi.

C.3. Model k-omega

Model k-omega memiliki dua varian yaitu model k-omega standar, dan
model k-omega SST. Model k-omega standar digunakan untuk
menghitung efek aliran pada bilangan Reynolds rendah,
kompresibilitas dan penyebaran aliran geser (shear flow). Model k-
omega SST merupakan model hasil pencampuran antara model k-
omega standar dengan model k-epsilon yang digunakan pada aliran

35
free stream flow, dan digunakan untuk menghitung transport dari
tegangan geser turbulen dengan memodifikasi viskositas turbulen.

C.4. Model Reynold Stress

Model Reynold Stress (RSM) merupakan model turbulensi yang paling


teliti pada FLUENT. Model RSM mendekati persamaan Navier-Stokes
(Reynolds-averaged) dengan menyelesaikan persamaan transport untuk
tegangan Reynolds bersama-sama dengan persamaan laju disipasi.
Model RSM digunakan untuk menghitung efek dari kurva streamline,
pusaran (swirl), putaran, dan perubahan tiba-tiba pada aliran secara
akurat.

C.5. Model Large Eddy Simulation (LES)

Model LES digunakan pada aliran turbulen yang dicirikan dengan


adanya vortex/eddies dengan berbagai skala panjang dan waktu yang
didekati dengan persamaan Direct Numerical Simulation (DNS)
dengan ukuran mesh yang kecil.

C.6. Model Turbulensi Di Dekat Dinding (Near Wall Treatment)

Pemodelan yang akurat di dekat dinding merupakan hal yang penting


untuk penurunan tekanan (pressure drop), separasi aliran, lapisan batas
yang bergantung pada prediksi gaya geser lokal pada dinding. Daerah
dekat dinding memiliki pengaruh viskositas molekular dan turbulensi
yang penting, sehingga dapat didekatkan dengan model near wall
treatment. Terdapat tiga varian pada model near wall treatment yaitu

 Standard Wall Functions


Pilihan ini digunakan untuk aliran dengan bilangan Reynolds
yang tinggi, dan mesh di dekat dinding relatif kasar.
 Non-Equilibrium Wall Functions
 Enhanced Wall Treatment
Pilihan ini digunakan untuk aliran dengan bilangan Reynolds
yang rendah, dan mesh di dekat dinding sangat halus.
3. Model Species Transport dan Reaksi Kimia
FLUENT dapat memodelkan species transport dengan dan atau tanpa reaksi
kimia. Reaksi kimia yang dapat dimodelkan pada FLUENT antara lain
 Reaksi gas yang melibatkan NOx dan pembentukan polutan yang
lain
 Reaksi permukaan (misalnya endapan uap bahan kimia) dimana
reaksi tersebut terjadi pada kondisi batas dinding
 Reaksi pada permukaan partikel (misalnya pembakaran partikel
batubara) dimana reaksi terjadi pada permukaan partikel fasa diskrit.

36
FLUENT untuk pemodelan fasa diskrit dengan memperhitungkan
perpindahan panas dari / ke fasa diskrit menyediakan beberapa pilihan yaitu

 Perhitungan lintasan fasa diskrit dengan menggunakan formulasi


Lagrangian yang melibatkan inersia fasa diskrit, tahanan
hidrodinamik, gaya gravitasi untuk aliran tunak dan transien
 Prediksi pengaruh turbulensi pada dispersi partikel
 Pemanasan / pendinginan fasa diskrit
 Penguapan dan pendidihan butiran cairan
 Pembakaran partikel
 Hubungan prediksi medan aliran fasa kontinu dengan perhitungan
fasa diskrit (opsional)
 Pemecahan dan penggabungan butiran (droplet breakup and
coalescence)
4. Model Pembekuan dan Peleburan
FLUENT menggunakan formulasi entalpi-porositas untuk menyelesaikan
model pembekuan dan peleburan. Daerah antara fasa cair dan padat
diperlakukan sebagai suatu daerah berpori (porous zone) dengan porositas
sama dengan fraksi fluida cair, dan pada persamaan momentum dan
turbulensi ditambahkan suatu besaran tambahan untuk menghitung
penurunan tekanan karena adanya fasa padat yang terbentuk. Contoh kasus
yang dapat menggunakan model ini antara lain proses pembekuan /
peleburan logam murni dan logam campuran biner, proses pengecoran
kontinu, dan tahanan termal kontak antara material yang telah menjadi padat
dengan dinding.
Beberapa batasan pada model pembekuan / peleburan di FLUENT yaitu
 Model pembekuan / peleburan menggunakan model solver
segregated.
 Model pembekuan / peleburan tidak dapat digunakan untuk aliran
kompresibel
 Model pembekuan / peleburan tidak dapat digunakan secara
bersamaan dengan model species transport dan reaksi kimia
 Model multifasa yang digunakan adalah model VoF
 Tidak dapat mendefinisikan sifat material yang berbeda antara
material cair dan padat
5. Menentukan Kondisi Operasi
Kondisi operasi (operating condition) pada model yang ditentukan antara lain
 Tekanan (tekanan operasi dan lokasi referensi tekanan)
 Percepatan gravitasi (besar dan arahnya)
 Massa jenis operasi
 Temperatur operasi

A. Tekanan (pressure)
Tekanan operasi merupakan parameter yang penting untuk aliran yang
menggunakan hukum gas ideal, karena tekanan operasi tersebut akan
menentukan massa jenis fluida, dan nilai tekanan rata-rata pada seluruh
aliran. Tekanan operasi juga penting untuk aliran kompresibel dengan
bilangan Mach yang rendah. Berikut rekomendasi untuk tekanan operasi
yang digunakan yaitu

37
Tabel 1 Rekomendasi untuk Tekanan Operasi
Perhitungan Massa Bilangan Mach (M) Tekanan Operasi
Jenis
Hukum Gas Ideal M > 0,1 0 atau tekanan rata-
rata
Hukum Gas Ideal M 0,1 Tekanan rata-rata
Fungsi Profil Inkompresibel Tidak digunakan
Temperatur
Konstan Inkompresibel Tidak digunakan
Hukum Gas Ideal Inkompresibel Tekanan rata-rata
untuk Inkompresibel

B. Gravitasi (gravity)
Gaya gravitasi apabila ingin dimasukkan ke dalam perhitungan, maka
harus dimasukkan nilai percepatan gravitasi dan arahnya. Pada pilihan
gravitasi juga berisi input model Boussinesq yang akan muncul jika
persamaan energi diaktifkan, dan massa jenis operasi jika fluida yang
digunakan kompresibel atau pada aliran multifasa.
6. Menentukan Sifat Material
Sifat material didefinisikan di panel material dengan perintah Define 
Material. Sifat material tersebut dapat ditentukan nilainya secara konstan,
tergantung temperatur (temperature-dependent) berdasarkan polynomial,
piecewise-linear, fungsi piecewise-polynomial, atau teori kinetik (kinetic
theory).
Prosedur untuk mengubah sifat material sebagai berikut :
 Pilih tipe material (fluid atau solid) pada daftar Material Type.
 Pilih material yang akan diubah sifatnya pada daftar Fluid
Materials atau Solid Materials
 Ubah nilai sifat material yang diinginkan
 Klik tombol Change/Create untuk mengubah sifat material yang
dipilih

Apabila material yang digunakan bukan aluminium/udara, dapat


didefinisikan material dari database ke daftar material atau dengan
mendefinisikannya sendiri. Prosedur menyalin material dari database
yaitu

 Pilih tipe material (fluid atau solid) pada daftar Material


Type.
 Pilih material yang akan disalin pada daftar Fluid Materials
atau Solid Materials
 Klik Copy
 Ulangi proses di atas apabila ingin menambahkan material
yang lain
 Jika sudah selesai, klik Close
7. Menentukan Kondisi Batas dan Parameter pada Kondisi Batas
Mendefinisikan suatu kasus diperlukan informasi pada variabel aliran
domain kasus tersebut, antara lain fluks massa, momentum, energi, dan
lain-lain. Informasi tersebut salah satunya harus dimasukkan dalam

38
kondisi batas (boundary condition). Penentuan kondisi batas melibatkan
beberapa hal, yaitu
 Mengidentifikasi lokasi kondisi batas, misalnya : sisi masuk, sisi
keluar, dinding, dan lain-lain
 Memasukkan informasi / data pada batas yang telah ditentukan
Kondisi batas yang tersedia pada FLUENT sebagai berikut
 Umum : pressure inlet, pressure outlet
 Aliran inkompresibel : velocity inlet, outflow
 Aliran kompresibel : mass flow inlet, pressure far-field
 Spesial : inlet vent, outlet vent, intake fan, exhaust fan
 Sisi ganda (double sided) : fan, interior, porous jump, radiator
 Lain-lain : wall, symmetry, periodic, axis

Lokasi kondisi batas tersebut sudah ditentukan di aplikasi meshing


sebelumnya, tetapi masih dapat diubah di FLUENT apabila menghendaki
tipe kondisi batas yang berbeda di lokasi tersebut. Prosedur untuk
mengubah kondisi batas sebagai berikut
 Masuk ke menu kondisi batas melalui perintah Define  Boundary
Conditions....
 Pilih Zone (lokasi) yang akan diubah kondisi batasnya
 Pilih tipe kondisi batas yang baru pada daftar tipe kondisi batas
(Type)
A. Velocity Inlet
Kondisi batas velocity inlet digunakan untuk mendefinisikan kecepatan
aliran dan besaran skalar lainnya pada sisi masuk aliran, dan digunakan
untuk aliran inkompresibel. Metode spesifikasi kecepatan pada kondisi
batas ini adalah
 Komponen (components) memasukkan nilai kecepatan fluida di
sisi masuk aliran
 Besar / nilai kecepatan, tegak lurus terhadap batas (Magnitude,
normal to boundary)
 Besar / nilai kecepatan dan arah (Magnitude & direction)
Apabila tidak memodelkan kasus berupa mesh yang bergerak seperti aliran
pada pompa, kompressor, turbin, ruang bakar, maka pilihan Reference
Frame (absolut / relatif) tidak saling berpengaruh terhadap input kecepatan.
Jika persamaan energi diaktifkan, maka data nilai temperatur harus
dimasukkan.
Ketika aliran memasuki domain pada sebuah inlet, outlet, atau far-field,
FLUENT membutuhkan data besaran turbulensi. Profil turbulensi
berdasarkan model turbulensi antara lain
 Model Spalart-Allmaras : pilih Modified Turbulent Viscosity atau
Turbulent Viscosity Ratio pada daftar Turbulence Specification
Method (gunakan nilai default-nya)
 Model k-epsilon : pilih k and epsilon pada daftar Turbulence
Specification Method, kemudian masukkan nilai turb.kinetic energy
dan spec.dissipation rate (atau gunakan nilai default-nya)
 Model k-omega : pilih k and omega pada daftar Turbulence
Specification Method, kemudian masukkan nilai turb.kinetic energy
dan spec.dissipation rate (atau gunakan nilai default-nya)

39
 Model RSM : k and epsilon pada daftar Turbulence Specification
Method, kemudian masukkan nilai turb.kinetic energy dan
spec.dissipation rate. Selanjutnya pilih metode pada Reynold-
Stress Specification Method
Apabila besaran turbulen nya seragam, maka kondisi yang ditentukan yaitu
 Intensitas turbulensi [I]
Instensi turbulensi sebesar 1 % dikaterogikan rendah, dan sebesar
10 % dikategorikan tinggi untuk aliran internal yang bergantung
pada keadaan aliran sebelum sisi masuk berupa aliran belum
berkembang penuh (under-developed), dan aliran berkembang
penuh (fully-developed). Menghitung intensitas turbulensi aliran
berkembang penuh mengikuti rumus :

 Skala panjang turbulensi dan diameter hidraulik [l]


Skala panjang turbulensi (l) merupakan besaran yang berhubungan
dengan ukuran dimensi saluran yang relevan. Hubungan
persamaannya
l = 0,07 L
dimana L merupakan dimensi saluran yang relevan. Aliran di dalam
pipa, maka L adalah diameter pipa, jika saluran berbentuk kotak
maka L adalah diameter hidrolik Dh
 Rasio viskositas turbulen
Rasio viskosistas turbulen berbanding lurus dengan bilangan
Reynolds. Umumnya rasio viskositas turbulen berkisar antara 1
sampai dengan 10.
 Hubungan antara besaran turbulen

Hubungan viskositas
turbulensi model Spalart-
Allmaras dengan
intensitas turbulensi I dan
skala panjang l
Hubungan Energi kinetik
turbulen k dan intensitas
turbulen I
Hubungan antara skala
panjang l dan epsilon
Hubungan skala panjang l
dan rasio viskositas
turbulen
Hubungan antara omega
dan skala panjang l
Hubungan antara omega
dan rasio viskositas
turbulen

40
Semua besaran turbulen yang dibahas hanya akan muncul jika
memilih model viskos turbulen. Apabila yang dipilih merupakan
model inviscid atau laminar, maka besaran tersebut tidak akan
muncul.
B. Mass Flow Inlet
Kondisi batas ini akan memasukkan data parameter laju aliran massa atau
fluks massa, temperatur fluida (apabila mengaktifkan persamaan energi),
tekanan gauge pada sisi masuk, arah aliran, dan besaran turbulensi. Metode
spesifikasi arah aliran dan turbulensi sama dengan kondisi batas velocity
inlet.
C. Pressure Inlet
Pada kondisi batas ini dimasukkan data tekanan total (absolut) yang
merupakan penjumlahan tekanan operasi dan tekanan gauge, temperatur
statik pada aliran inkompresibel, arah aliran dan besaran turbulensi yang
spesifikasinya sama dengan kondisi batas velocity inlet.
D. Pressure Outlet
Kondisi batas ini digunakan pada sisi keluar fluida dan data tekanan pada
sisi keluar diketahui atau minimal dapat diperkirakan mendekati
sebenarnya. Kondisi batas ini memasukkan nilai tekanan statik, temperatur
aliran balik (backflow), dan besaran turbulen aliran balik.
E. Outflow
Kondisi batas ini digunakan apabila data aliran pada sisi keluar tidak
diketahui sama sekali. Data pada sisi keluar diekstrapolasi dari data yang
ada pada aliran sebelum mencapai sisi keluar. Keterbatasan kondisi batas
outflow antara lain
 Hanya dipakai pada aliran berkembang penuh (fully-developed) di
sisi keluar
 Hanya dipakai pada aliran inkompresibel
 Tidak dapat digunakan bersamaan dengan pressure inlet, dan
harus ada data parameter velocity inlet pada sisi masuk
 Tidak digunakan untuk aliran transien dan massa jenis yang tidak
konstan sepanjang aliran
 Tidak dapat digunakan untuk kasus yang mengalami aliran balik
pada sisi keluarnya
Nilai Flow Rate Weighting (FRW) hanya digunakan apabila sisi keluar
aliran lebih dari satu saluran, dan jumlah nilai FRW maksimal bernilai 1.
F. Pressure Far-Field
Kondisi batas ini digunakan untuk memodelkan aliran kompresibel free-
stream yang mempunyai dimensi yang sangat panjang. Kondisi batas ini
ditempatkan di bagian sisi keluar. Besaran yang dimasukkan adalah tekanan
gauge, bilangan Mach, temperatur aliran (jika melibatkan
temperatur/energi), arah aliran dan besaran turbulensi pada sisi keluar.
G. Inlet Vent dan Outlet Vent
Kondisi batas ini digunakan untuk model saluran masuk / keluar aliran
dimana terdapat peralatan ventilasi di sisi luar saluran masuk / keluar yang
dapat menimbulkan kerugian tekanan pada aliran. Data yang dimasukkan
pada kondisi batas ini sama dengan kondisi batas pressure inlet / pressure
outlet dan ada tambahan data kerugian tekanan. Nilai kerugian tekanan
dapat dihitung dengan persamaan

41
Keterangan : kL : koefisien kerugian tekanan (loss coeficient)
V : besar kecepatan aliran
H. Intake Van dan Exhaust Van
Kondisi batas ini digunakan untuk model saluran masuk / keluar aliran
dimana terdapat fan / blower di sisi luar saluran masuk / keluar untuk
menghembus / menghisap fluida di dalam saluran. Data parameter yang
dimasukkan sama dengan data pada kondisi batas pressure inlet / pressure
outlet dan adanya tambahan data kenaikan tekanan setelah melewati fan /
blower (pressure-jump).
I. Dinding (Wall)
Kondisi batas ini digunakan sebagai dinding untuk aliran fluida dalam
saluran atau dapat disebut sebagai dinding saluran. Kondisi batas ini juga
digunakan sebagai pembatas antara daerah fluida (cair dan gas) dan padatan.
Apabila persamaan energi diaktifkan, maka pada dinding terdapat beberapa
tipe fungsi kondisi termal antara lain heat flux, temperatur, konveksi dan
radiasi dapat digunakan. Kekasaran permukaan dinding dapat ditentukan
apabila menggunakan model viskos turbulen. Dinding juga dapat dibuat
bergerak secara translasi atau berputar dengan menentukan kecepata putar
atau translasi dinding. Kondisi dinding berputar dapat digunakan pada kasus
pompa, turbin, atau kasus lain dengan metode moving reference frame.
J. Symmetry dan Axis
Kedua kondisi batas ini digunakan untuk mengurangi daya komputasi yang
dibutuhkan pada suatu kasus. Tidak ada inputan data yang dimasukkan pada
kondisi batas ini. Kondisi batas ini digunakan pada model geometri dan pola
aliran kasus yang bersangkutan simetris, dan digunakan juga pada model
dinding tanpa gesekan pada aliran viskos.
K. Periodic
Kondisi batas periodik juga digunakan untuk mengurangi daya komputasi
pada kasus tertentu. Kondisi batas ini hanya dapat digunakan pada kasus
yang mempunyai medan aliran dan geometri yang periodik, baik secara
translasi atau rotasi.
L. Cell Zone : Fluid
Kondisi ini digunakan pada kontinum model yang didefinisikan sebagai
fluida, dan data yang harus dimasukkan hanya berupa material fluida. Dapat
didefinisikan sebagai media berpori, penentuan sumbu putar untuk kasus
aliran periodik secara rotational, dan dapat didefinisikan sebagai zona yang
bergerak.
M.C ell Zone : Solid
Kondisi ini digunakan pada kontinum model yang didefinisikan sebagai
padatan, dan data yang harus dimasukkan hanya berupa material solid.
Dapat didefinisikan sebagai heat generation rate pada kontinum solid
(opsional), penentuan sumbu putar untuk kasus aliran periodik secara
rotational, dan dapat didefinisikan sebagai zona yang bergerak.

42
N. Porous Media
Porous zone merupakan pemodelan khusus dari zona fluida selain padatan
dan fluida. Digunakan untuk memodelkan aliran yang melewati media
berpori dan tahanan yang terdistribusi, misalnya packed beds, filter papers,
perforated plates, flow distributors, dan tube banks.
O. Kondisi Batas Internal
Kondisi batas internal yang termasuk antara lain fan, radiator, porous
jump¸dan interior. Kondisi batas ini digunakan untuk bidang yang berada di
tengah medan aliran dan tidak mempunyai ketebalan. Sedangkan khusus
untuk kondisi batas interior digunakan untuk bidang yang kedua sisinya
dilewati oleh fluida.
8. Menentukan Parameter Kontrol Solusi
Parameter kontrol solusi (solution control) dapat diakses melalui perintah
Solve  Controls  Solution. Pada menu Solution Control, terdapat 2
parameter yang harus ditentukan, yaitu faktor under-relaxationi, diskritisasi
(discretization).
A. Faktor Under-Relaxation
Faktor under-relaxation (α) merupakan faktor untuk menstabilkan proses
iterasi pada solver segreated, sedangkan pada solver coupled, faktor under-
relaxation hanya digunakan pada persamaan di luar set persamaan yang di-
coupled. Faktor ini akan mempengaruhi kekonvergensian iterasi suatu
model kasus. Faktor ini dapat diubah saat proses iterasi berlangsung dengan
cara sebagai berikut
 Hentikan iterasi dengan cara klik tombol Cancel pada panel
Iterate
 Ubah faktor under-relaxation
 Klik tombol Apply pada panel Iterate kemudian klik tombol
Iterate untuk melakukan iterasi kembali
B. Diskritisasi (Metode Interpolasi)
FLUENT hanya menghitung pada titik-titik simpul mesh geometri, sehingga
pada bagian di antara titik simpul tersebut harus dilakukan interpolasi untuk
mendapatkan nilai yang kontinyu pada seluruh domain. Terdapat beberapa
skema interpolasi yaitu
 First-Order Upwind Scheme
Skema interpolasi dengan ketelitian orde satu yang paling ringan
dan paling cepat konvergen
 Power Law Scheme
Lebih akurat daripada first-order upwind scheme ketika bilangan
Reynolds pada aliran < 5 (untuk aliran yang sangat lambat)
 Second-Order Upwind Scheme
Menggunakan persamaan yang lebih teliti pada orde 2, digunakan
pada mesh tri/tet dimana arah aliran tidak sejajar dengan mesh.
Lebih lamabt untuk mencapai konvergen
 Qudratic Upwind Interpolation (QUICK)
Diaplikasikan untuk mesh quad/hex dan hybrid. Ketelitiannya
mencapai orde 3 pada ukuran mesh yang seragam.
Untuk tekanan, terdapat skema interpolasi yang berbeda yaitu
 Standard
Merupakan skema standar, tidak terlalu akurat untuk aliran dengan
gradien tekanan yang besar di dekat batas

43
 Linear
Digunakan ketika skema yang lain menemui kesulitan untuk
mencapai konvergen
 Second-order
Digunakan untuk aliran kompresibel, tetapi tidak dapat digunakan
untuk media berpori, porous jump, fan, radiator, dan model
multifasa
 Body Force Weighted
Digunakan ketika gaya badan (body forces) tingi, misalnya pada
kasus konveksi bebas dengan bilangan Raleigh yang besar, aliran
dnegan pusaran yang tinggi, dan lain-lain
 PRESTO!
Digunakan untuk aliran dengan pusaran yang tinggi, aliran yang
melibatkan media berpori, aliran dalam saluran tertutup
Selain faktor under-relaxation dan diskritisasi, yang harus ditentukan pada
parameter kontrol solusi adalah Pressure-Velocity Coupling mengenai cara
kontinuitas massa dihitung apabila menggunakan solver segregated.
Terdapat 3 metode untuk Pressure-Velocity Coupling, yaitu
 SIMPLE : skema default, kasar (robust)
 SIMPLEC : dapat memepercepat konvergensi untuk kasus
sederhana seperti aliran laminar dengan bentuk geometri tidak
terlalu kompleks
 PISO : berguna untuk aliran transien atau kasus dengan mesh yang
mengandung skewness yang tinggi
9. Inisialisasi (Initialize) Medan Aliran
Proses iterasi memerlukan initialisasi (tebakan awal) sebelum memulai
perhitungan. Proses inisialisasi dapat diakses melalui perintah Solve 
Initialize  Initialize......
Pada panel inisialisasi, hanya menentukan tebakan awal perhitungan kondisi
batas dimana (compute from), apakah dari sisi masuk, keluar, semua zona, dan
lain-lain. Setelah itu klik tombol Init kemudian Close.
10. Melakukan Perhitungan / Iterasi
Sebelum melakukan perhitungan, harus ditentukan kriteria konvergensi kasus
yang dihitung melalui Solve  Monitors  Residual......
Pada kolom Convergence Criterion menentukan kesalahan / perbedaan antara
tebakan awal dan hasil akhir dari iterasi yang dilakukan oleh FLUENT pada
masing-masing persamaan yang digunakan di kasus tersebut. Pada panel
residual monitor ada pilihan Plot pada kolom Options untuk memonitor
kesalahan selama proses iterasi, dapat juga memonitor gaya pada setiap proses
iterasi dengan perintah Solve  Monitors  Force....
Setelah itu, dapat memulai proses iterasi dengan perintah Solve  Iterate....
Pada panel iterate harus menentukan jumlah iterasi yang diisi pada kolom
Number of Iterations. FLUENT akan berhenti melakukan iterasi jika
mencapai konvergen, tapi apabila belum mencapai konvergensi sampai batas
jumlah iterasi yang ditentukan, maka dapat ditambahkan lagi jumlah iterasi
tersebut pada kolom yang bersangkutan kemudian klik Apply  Iterate
11. Menyimpan Hasil Iterasi
Setelah melakukan iterasi dan diperoleh hasil yang konvergen, hasil iterasi
tersebut dapat disimpan melalui beberapa perintah yaitu
 File  Write  Case...

44
 File Write  Data...
 File  Write  Case & Data...
Pada perintah Case yang disimpan hanya semua setting yang telah digunakan
pada FLUENT untuk suatu kasus, sedangkan perintah Data yang disimpan
berupa hasil akhir iterasi saja, semua setting pada FLUENT tidak disimpan.
12. Post Processing
Untuk menampilkan hasil iterasi dapat menggunakan perintah
 Display  Contour (untuk melihat kontur tekanan, suhu, dan
sebagainya)
 Display  Vector (untuk melihat vektor kecepatan pada aliran)
 Display  Pathline (untuk melihat lintasan aliran fluida)
 Display  Particle track (untuk melihat lintasan partikel pada
model fasa diskrit)
Tampilan ini dapat disimpan dalam format gambar standar (misal *.bmp,
*.jpg) dengan menggunakan perintah File  Hardcopy...
Selain itu, dapat juga diketahui berbagai besaran hasil iterasi dengan
perintah
 Report  Fluxes
 Report  Forces
 Report Surface Integrals
 dan lain-lain

45
3. TUTORIAL ALIRAN UDARA PADA PIPA 2D
Suatu fluida akan masuk melalui pipa kecil dan akan keluar melalui pipa besar.
Gambar 4 memperlihatkan data ukuran dimensi pipa dan data parameter yang
mempengaruhinya. Pada kasus ini, dimisalkan Anda ingin melihat kondisi kecepatan
aliran dan temperatur fluida pada bagian sisi keluaran pipa.
V = 10 m/s
P = 1 atm
T = 300C
T = 850C

23cm

4cm

6 cm

15 cm
Gambar 11 Kondisi aliran fluida yang melewati pipa

Menggambar Desain Model

1. Anda pertama kali membuka software Ansys Workbench.

2. Setelah itu pilih menu (Analysis Systems)


kemudian di Drag & Drop ke bagian Project Schematic.

46
3. Fluid Flow (FLUENT) ini memiliki bagan antara lain Geometry, Mesh,
Setup, Solution, dan Result. Anda Klik sebelah kiri bagian Geometry > New
Geometry.

4. Anda akan masuk ke bagian software Design Modeler (DM). Pertama anda
akan melihat kotak satuan unit, pada kasus ini Anda akan menggunakan satuan
unit panjang Centimeter (Cm), kemudian Anda pilih satuan Centimeter >
OK.

5. Setelah itu Anda Klik > [Look At Face/Plane/Sketch]

6. Anda Klik bagian Sketching > Draw > Line.


7. Pengaturan dimensi gambar pilih bagian Sketching > Dimensions >
Length/Distance > Sorot Garis.

47
8. Kembali ke bagian Modeling. Di bagian XY Plane sudah muncul tulisan
Sketch 1. Pilih tool Concept > Surface from sketch. Muncul kotak dialog
Details View, Pilih Base Objects > Klik Sketch 1 (XY Plane) > Apply >
Generate.

9. Bagian Geometry akan terlihat tanda contreng. Ini berarti, proses Geometry
dinyatakan telah Selesai. Langkah selanjutnya Anda Klik Mesh. Pada bagian
Mesh, kemudian Klik kanan, dan pilih Edit.

48
Meshing Desain Model
10. Pada bagian awal Mesh akan tampak geometri bangunan yang Anda buat
sebelumnya.

11. Proses meshing gambar Anda Klik tombol Mesh > Detail of Mesh > Sizing
> Smoothing > Medium > Generate Mesh > Update.

12. Tampakkan kondisi gambar geometri dengan tampak bagian depan. Arahkan
kursor ke bidang kerja kemudian Klik kanan > View > Front

49
13. Kemudian Anda ubah tombol (Face) menjadi (Edge) pada menu
toolbar. Pilih garis depan gambar tersebut, Klik kanan > Create Named
Selection > Velocity_inlet1 > OK > Generate mesh > Update.

14. Kemudian untuk garis di belakang. Pilih garis belakang gambar tersebut, Klik
kanan > Create Named Selection > Pressure_outlet > OK > Generate
mesh > Update.

15. Bagian Mesh akan terlihat tanda contreng. Ini berarti, proses Meshing
dinyatakan telah Selesai.

50
Menganalisis Desain Model
16. Anda Klik Setup. Pada bagian Setup, kemudian Klik kanan, dan pilih Edit
untuk tahapan selanjutnya.

17. Anda akan masuk ke dalam kotak dialog Fluent Launcer kemudian Anda
Klik OK.

18. Lembar kerja Fluent akan terbuka dengan gambar geometri pipa yang telah
dibuat dan di meshing serta adanya kondisi batas pada pipa tersebut.

19. Pada kotak dialog General (Mesh) Klik Scale > View Length Unit in
(dalam satuan cm) > Close
20. Pada kotak dialog General (Mesh) Klik Check.
21. Mengubah satuan (unit) dari temperatur : Units … > akan muncul panel Set
Units :
 Pada kolom Quantities carilah temperatur (gunakan scrool kemudian
setelah terlihat, klik agar aktif)

51
 Pada kolom Units klik C (ini akan mengubah Kelvin menjadi Celcius)
 Lakukan hal yang serupa untuk Pressure, yaitu mengganti Pa menjadi
atm.
 Klik Close.

22. Mengatifkan persamaan energi untuk menghitung perpindahan panas :


Models > Energy….. > akan muncul panel Energy.

23. Mengaktifkan model standard k-ɛ : Models > Viscous (muncul kotak panel)
> klik pada k-epsilon (2 eqn) > OK untuk menggunakan nilai-nilai default-
nya.

24. Mendefinisikan material dengan memilih Materials > Create/Edit > akan
muncul panel Create/Edit Materials > Name Air > Change/Create > Close.

52
25. Pilih bagian Boundary Conditions > Pressure_outlet > Edit
• Pada kotak Gauge Pressure masukan angka 1 atm
• Pada kotak Temperature masukan angka 850C
• Pada kotak Specification Method pilih Intensity and Hydraulic Diameter
• Klik OK

26. Pilih bagian Boundary Conditions > Velocity_inlet > Edit


 Pada kotak Velocity Specification Method pilih Magnitude, Normal to
Boundary
 Pada kotak Velocity Magnitude masukan angka 10 m/s
 Pada kotak Temperature masukan angka 300C
 Pada kotak Specification Method pilih Intensity and Hydraulic Diameter
 Klik OK

27. Pilih bagian Solutions Methods > Default (untuk menggunakan nilai-nilai
default-nya)

53
28. Pilih bagian Solution Controls > Default (untuk menggunakan nilai-nilai
default-nya)

29. Pilih bagian Monitors > Residuals …. > akan muncul panel Residual
Monitors :
 Di bawah Options, aktifkan tombol radio Plot ( dengan cara
mengkliknya)
 Klik OK

30. Menginisiasi iterasi Klik Solution Initialization akan muncul panel Solution
Initialization :
 Pada Compute From, pilih velocity_inlet1
 Klik Initialize (untuk menggunakan nilai-nilai default-nya)

54
31. Pilih bagian Calculation Activities > Solution Animations > Create/Edit
akan muncul panel Solution Animation :
• Isikan Animation Sequences dengan nilai 2, sehingga kotak Active
Name byang aktif menjadi 2 buah kotak
• Isikan kotak Active Name pertama dengan velocity > define
• Ganti Window menjadi 2 > Set
• Pilih Display Type nya Contour, akan muncul kotak panel Contour
• Pada panel Contour, ganti isi kotak Contour of dengan velocity >
checklist Fillet > Display > Close
• Klik OK pada Animation Sequence
• Isikan kotak Active Name kedua dengan temperature > define,
langkah sama dengan langkah pengaktifan velocity (Langkah I s/d vi)
hanya berbeda pada Window, dimana Window menjadi 3 > Set
• Klik OK pada Solution Animations

32. Pilih bagian Run Calculation akan muncul panel Run Calculation :
• Pada kotak Number of Iterations isikan angka 100
• Klik Calculate

55
33. Perhitungan iterasi akan berhenti dengan sendirinya apabila grafik telah
mencapai kondisi Convergen. Hasil dari simulasi ini, dapat dilihat pada
bagian Results.

34. Proses simulasi kasus aliran fluida pipa ini Selesai dengan tanda checklist di
bagian Setup, Solution, dan Results.

56
4. TUTORIAL REAKSI PEMBAKARAN GAS ETANA DAN
PROPANA
Pada bagian pertama, kita mensimulasikan proses pembakaran campuran gas
etana (C2H6) dan propane (C3H8) dengan reaksi kimia sebagai berikut:

C2H6(g) + 3.5O2(g)  2CO2(g) + 3H2O(g)


C3H8(g) + 5O2(g)  3CO2(g) + 4H2O(g)
Kondisi batas yang digunakan disajikan pada Gambar 1.
Pressure outlet Pressure outlet
O2 21%, CO2 1%, O2 21%, CO2 1%,
N2 78% N2 78%

udara = 0.0012 kg/s udara = 0.0012 kg/s


O2 21%, CO2 1%, O2 21%, CO2 1%,
N2 78% N2 78%

bb = 0.0001 kg/s
C2H6 30%, C3H8 70%

Gambar 12 Kondisi batas simulasi


Menggambar Desain Model
1. Anda pertama kali membuka software Ansys Workbench

2. Setelah itu pilih menu (Analysis Systems)


kemudian di Drag & Drop ke bagian Project Schematic.

57
3. Fluid Flow (FLUENT) ini memiliki bagan antara lain Geometry, Mesh,
Setup, Solution, dan Result. Anda Klik sebelah kiri bagian Geometry > New
Geometry.

58
4. Anda akan masuk ke bagian software Design Modeler (DM). Pertama anda
akan melihat kotak satuan unit, pada kasus ini Anda akan menggunakan satuan
unit panjang Centimeter (Cm), kemudian Anda pilih satuan Centimeter >
OK.

5. Setelah itu Anda Klik > [Look At Face/Plane/Sketch]

6. Anda Klik bagian Sketching > Draw > Line.


7. Pengaturan dimensi gambar pilih bagian Sketching > Dimensions >
Length/Distance > Sorot Garis.

8. Kembali ke bagian Modeling. Di bagian XY Plane sudah muncul tulisan


Sketch 1. Pilih tool Concept > Surface from sketch. Muncul kotak dialog
Details View, Pilih Base Objects > Klik Sketch 1 (XY Plane) > Apply >
Generate.

59
9. Bagian Geometry terlihat tanda contreng. Ini berarti, proses Geometry
dinyatakan telah Selesai.

10. Anda Klik Mesh. Pada bagian Mesh, kemudian Klik kanan, dan pilih Edit
untuk tahapan selanjutnya.

Meshing Desain Model

11. Pada bagian awal Mesh tampak geometri bangunan yang Anda buat
sebelumnya.

60
12. Proses meshing gambar Anda Klik tombol Mesh > Detail of Mesh > Sizing
> Smoothing > Medium > Generate Mesh > Update.

13. Tampakkan kondisi gambar geometri dengan tampak bagian depan. Arahkan
kursor ke bidang kerja kemudian Klik kanan > View > Front

14. Kemudian Anda ubah tombol (Face) menjadi (Edge) pada menu
toolbar. Proses pembuatan Kondisi Batas pada gambar geometri pipa diawali
pilih garis depan dan belakang gambar bagian atas tersebut, Klik kanan >
Create Named Selection > Pressure_outlet > OK > Generate mesh >
Update.

61
15. Kemudian untuk garis di bagian depan dan belakang bawah gambar , Klik
kanan > Create Named Selection > Mass_flow_inlet_1 > OK > Generate
mesh > Update.

16. Pada garis di bagian bawah gambar, Klik kanan > Create Named Selection
> Mass_flow_inlet_2 > OK > Generate mesh > Update.

17. Bagian Mesh akan terlihat tanda contreng. Ini berarti, proses Meshing
dinyatakan telah Selesai.

62
Menganalisis Desain Model

18. Anda Klik Setup. Pada bagian Setup, kemudian Klik kanan, dan pilih Edit
untuk tahapan selanjutnya.

19. Anda akan masuk ke dalam kotak dialog Fluent Launcer kemudian Anda
Klik OK.

20. Lembar kerja Fluent akan terbuka dengan gambar geometri pipa yang telah
dibuat dan di meshing serta adanya kondisi batas pada pipa tersebut.

63
21. Pilih menu General. Pilih menu Scale untuk mendefinisikan dimensi yang
digunakan ketika pembuatan geometri. Pilih view length unit in cm dan mesh
was created in cm, lalu klik Scale.

22. Atur percepatan gravitasi dengan mencentang pilihan menu gravity. Masukkan
nilai -9.81 m/s2 pada arah sumbu Y. Atur satuan – satuan yang akan digunakan
dengan mengklik menu Units, lalu pilih temperature  C (suhu ditampilkan
dalam satuan derajat Celsius).

23. Pilih menu Models untuk mengatur model – model yang diperhitungkan dalam
simulasi.

24. Aktifkan model Energy dengan mengklik pilihan Energy, lalu centang pilihan
Energy Equation, lalu klik OK.

64
25. Aktifkan model Viscous (turbulensi) dengan mengklik pilihan Viscous, lalu
pilih model k-epsilon, lalu klik OK.

26. Aktifkan model radiasi dengan mengklik pilihan Radiation, lalu pilih model
P1, lalu klik OK.

27. Aktifkan model Species dengan mengklik pilihan Species, lalu pilih model
Species Transport, jenis reaksi Volumetric, jenis Turbulence-Chemistry
Interaction Eddy Dissipation, lalu klik OK.

28. Plih menu Materials, lalu pilih Create/Edit untuk mengatur material dan reaksi
yang digunakan. Setelah pilihan Create/Edit dipilih, akan muncul kotak dialog.

65
29. Pilih menu FLUENT Database, atur Material Type menjadi fluid, lalu pilih
carbon-dioxide (CO2), ethane (C2H6), propane (C3H8), dan water-vapor (H2O),
lalu klik copy, lalu klik close.

30. Atur material yang termasuk dalam campuran gas dengan memilih menu Edit
pada menu Mixture Species. Masukkan gas C2H4, C3H6, CO2, dan H2O dengan
mengklik jenis gas pada daftar Available Material, lalu klik Add, dan keluarkan
material air dari daftar Selected Species dengan mengklik jenis gas pada daftar
Selected Material, lalu klik Remove.

31. Atur reaksi kimia yang terjadi dengan memilih menu Edit pada menu
Reactions. Atur Total Number of Reactions menjadi 2. Atur reaksi 1 menjadi
reaksi pembakaran gas C2H6, lalu ubah ID menjadi 2 untuk mengatur reaksi
yang ke 2. Atur reaksi 2 menjadi reaksi pembakaran gas C3H8, lalu klik OK.

66
32. Tutup kotak dialog Create/Edit Material dengan mengklik close. Tampilan
daftar Materials yang telah diset tampak seperti pada Gambar berikut ini.

33. Plih menu Cell Zone Conditions, lalu pilih fluid, lalu klik Edit. Pastikan
pengaturan menu sudah seperti Gambar berikutnya, lalu klik OK.

34. Pilih menu Boundary Conditions untuk mengatur kondisi batas yang telah
dibuat sebelumnya. Tampilan menu Boundary Condition akan tampak seperti
Gambar. Pilih “inlet-bb” lalu klik Edit. Atur momentum, thermal, dan species
untuk inlet bahan bakar.

67
35. Pilih “inlet-udara” lalu klik Edit. Atur momentum, thermal, dan species untuk
inlet udara.

36. Pilih “outlet” lalu klik Edit. Atur momentum, thermal, dan species untuk
outlet.

37. Pilih menu Solution Initialization, lalu atur Initial Values, kemudian Klik
Initialize. Simpan file dengan memilih menu File  Write  Case.

38. Pilih menu Run Calcluation, lalu masukkan nilai 1000 pada Number of
Iterations, lalu klik Calculate.

68
69
39. Tampilan plot grafik Residual akan muncul seperti pada Gambar. Jika iterasi
sudah konvergen, maka akan muncul keterangan.

40. Untuk menampilkan kontur suhu yang terjadi, pilih menu Graphic and
Animations pilih Contours. Atur menu Contours lalu klik Display. Hasilnya
adalah seperti pada Gambar.

41. Untuk menampilkan vektor kecepatan yang terjadi, pilih menu Graphic and
Animations, lalu pilih Vectors. Atur menu Vektor, lalu klik Display. Hasilnya
adalah seperti pada Gambar.

70
42. Simulasikan juga kondisi di mana jumlah bahan bakar ditingkatkan menjadi
dua kali lipat. Pilih menu Boundary Conditions  inlet-bb  Edit. Atur mass
flowrate menjadi dua kali dari nilai awal, lalu klik OK. Ditampilkan juga kontur
suhu dan vector kecepatannya.

43. Simulasikan juga kondisi tipe time simulasi menjadi unsteady atau transient
dengan mengatur tipe time pada menu General menjadi Transient.

44. Pilih menu Calculation Activities, pilih Create/Edit pada menu Solution
Animations. Atur Animations sequence menjadi 1, lalu atur When menjadi
Time-Step, lalu klik Define. Atur Storage Type menjadi In Memory, ubah
nama file sesuai keinginan, lalu atur Window menjadi nomor 2 lalu klik set.
Pilih Contours sebagai Display Type lalu klik Edit. Ubah level menjadi 10 lalu
pilih Temperature pada daftar, lalu klik Display, lalu close, lalu OK.

45. Pilih menu Run Calculation lalu atur time step menjadi 0.1 dan Number of time
Steps menjadi 100, lalu klik Calculate.

46. Untuk menampilkan animasi, pilih menu Graphics and Animations, lalu pilih
Solution Animations Playback.

71
5. TUTORIAL SIMULASI ALIRAN AIR PADA SOLAR
ABSORBER PLATE 3D
Tutorial ini mensimulasikan aliran air yang melewati Solar Absorber
Plate 3D. Geometri Solar Absorber Plate 3D dirancang menggunakan software
Solid Works, yang kemudian disimulasikan dengan kondisi adanya aliran air
yang melewati Solar Absorber Plate menggunakan software ANSYS
WORKBENCH. Sebagai gambaran untuk membantu proses simulasi, berikut
merupakan bentuk geometri dari Solar Absorber Plate yang disajikan pada
Gambar berikut.

Gambar 13 Solar Absorber Plate

Geometri Solar Absorber Plate yang telah dibuat kemudian diimpor menuju
software ANSYS WORKBENCH. Data geometri pada software Solid Works
supaya dapat terbaca di software ANSYS WORKBENCH disimpan dalam bentuk
dua buah format yaitu data dengan nama fluid solid assembly disimpan dalam
format Assembly (*.asm, *.sldasm), dan data dengan nama fluid solid part
disimpan dalam format Part (*.prt, *.sldprt).
Pada tahap awal, berikut merupakan data parameter geometri Solar Absorber
Plate yang digunakan pada software Solid Works yaitu

Simulate a Solar Absorber Plate with the following dimension.


Steady State Temperature Contours

Cooper Plate
Length :2m
Height : 40 cm
Thickness : 8 mm

With a cooper tube going through the center with;


Outer Diameter : 22 mm
Inner Diameter : 21.4 mm

Berikut juga kondisi data yang dibutuhkan untuk proses simulasi pada ANSYS
WORKBENCH

72
Inner Fluid is liquid water

Boundary Conditions
Top Surface = Heat Flux 800 W/m2
All other surfaces = free convection (h) = 15
Temperature_inf = 293 K
Fluid inlet = velocity inlet of 0.1 m/s
Fluid outlet = pressure-outlet
Interface = coupled wall

Menggambar Desain Model

1. Membuka software Solid Works


2. Buatlah geometri bangun solar absorber plate sesuai dengan data parameter
yang telah dijelaskan sebelumnya
3. Bentuk geometri solar absorber plate yang telah dibuat didapatkan hasilnya
seperti Gambar berikut

4. Setelah dilakukan proses perancangan geometri solar absorber plate,


kemudian geometri tersebut disimpan dalam bentuk dua file yaitu file dengan
nama fluid solid assembly disimpan dalam format Assembly (*.asm,
*.sldasm), dan file dengan nama fluid solid part disimpan dalam format Part
(*.prt, *.sldprt).

73
5. Setelah proses penyimpanan, kemudian software Solid Works ditutup dan
dibuka software ANSYS WORKBENCH.

6. Setelah itu pilih menu (Analysis Systems)


kemudian di Drag & Drop ke bagian Project Schematic.
7. Fluid Flow (FLUENT) ini memiliki bagan antara lain Geometry, Mesh,
Setup, Solution, dan Result. Anda Klik bagian Geometry sebanyak dua kali.

8. Anda masuk ke bagian software Design Modeler (DM). Pertama anda


melihat kotak satuan unit. Pada kasus ini Anda menggunakan satuan unit
panjang Centimeter (Cm), kemudian Anda pilih satuan Centimeter > OK.

9. Setelah melakukan penentuan ukuran kemudian, buka file > import external
geometry file > cari file dengan nama fluid solid part dalam format Part (*.prt,
*.sdlprt) > open

74
10. Pada tree outline terdapat bagian Import1 (file Solid Works) yang
menandakan bahwa file geometri yang dibuat sebelumnya pada Solid Works
dapat terbaca. Kemudian klik Import1 tersebut > klik generate > tunggu
sampai data geometri solid works terbuka

11. Kemudian perbesar gambar tersebut dengan menggunakan tools box zoom
agar terlihat bagian tube dimana air akan mengalir di dalam tube
tersebut.

12. Apabila dilihat pada tree outline maka terdapat bagian geometri yang dibuat
yaitu 1 Part, 2 Bodies Fluid Solid Part  Fluid 1, Solid 1 dan Absorber
Plate 1- Solid 1

Perlu diketahui, bahwa pada bagian Fluid 1, Solid 1 merupakan bagian


dalam tube. Bagian Absorber Plate 1- Solid 1 merupakan bagian dari plate
dan bagian luar tube.

75
Fluid 1, Solid 1 Absorber Plate 1- Solid 1

13. Pada bagian Fluid Solid Part, ubah kondisi Fluid 1, Solid 1 dari yang berawal
berbentuk solid menjadi fluid. Sedangkan, pada bagian Absorber Plate 1-
Solid 1 tetap berbentuk solid

14. Setelah mengetahui bagian dari solar absorber plate tersebut kemudian klik
generate. Bagian Geometry terlihat tanda contreng. Ini berarti, proses
Geometry dinyatakan telah Selesai.

15. Anda Klik Mesh. Pada bagian Mesh, kemudian Klik kanan, dan pilih Edit
untuk tahapan selanjutnya.

Meshing Desain Model

16. Pada bagian awal Mesh tampak geometri bangunan yang Anda buat
sebelumnya.

76
17. Kemudian ditentukan kondisi batas yang digunakan untuk proses simulasi.

Pilih tools Kemudian Klik bagian depan solar absorber tools


klik kanan dan pilih create named selection ubah selection name
menjadi top surface  Ok

18. Setelah bagian depan dari solar absorber tools kemudian bagian belakang
solar absorber tools ditentukan juga kondisi batasnya. Pilih tools
Kemudian Klik bagian belakang solar absorber tools klik kanan dan
pilih create named selection ubah selection name menjadi bottom surface
 Ok

77
19. Kemudian akan ditentukan kondisi batas yang terdapat di bagian sisi dalam
tube. Klik bagian Fluid 1, Solid 1  Klik layer bagian kedua  sehingga
bagian sisi dalam tube terbuka  Klik kanan dan pilih create named
selection  ubah selection name menjadi interface  Ok

Terbuka

Klik

Untuk melihat bagian dalam tube tersebut pilih fluid 1- solid 1  klik kanan
dan pilih hide body  kemudian pilih named selection  pilih interface
sehingga akan muncul bagian dalam tube yang telah ter-meshing.

20. Kemudian ditentukan kondisi batas pada fluida yang mengalir pada tube
tersebut. Pilih fluid 1- solid 1  klik kanan dan pilih Show All Bodies  klik
Geometry  pilih bagian fluid 1- solid 1 pada bidang gambar  Klik kanan
dan pilih create named selection  ubah selection name menjadi inlet  Ok

21. Untuk sisi sebelah lain dari fluida akan ditentukan kondisi batasnya menjadi
outlet. Pilih bagian sisi lain dari fluida yang mengalir pada tube  Klik kanan
dan pilih create named selection  ubah selection name menjadi outlet 
Ok

78
22. Sisi lain dari solar absober plate yang belum ditentukan kondisi batas nya
akan dijadikan sebagai kondisi batas walls. Pilih bagian solar absober plate
yang belum ditentukan kondisi batasnya  Klik kanan dan pilih create
named selection  ubah selection name menjadi walls  Ok

23. Setelah kondisi batas ditentukan, kemudian ditentukan jenis meshing yang
dipakai pada solar absorber plate tersebut. Berikut tata cara penentuan
kondisi meshing tersebut

Hasil yang didapatkan yaitu

24. Setelah proses meshing selesai, maka kemudian klik update. Bagian Mesh
terlihat tanda contreng. Ini berarti, proses Meshing dinyatakan telah Selesai

79
Menganalisis Desain Model
25. Anda Klik Setup. Pada bagian Setup, kemudian Klik kanan, dan pilih Edit
untuk tahapan selanjutnya.

26. Anda masuk ke dalam kotak dialog Fluent Launcer kemudian Anda Klik
OK.

27. Lembar kerja Fluent terbuka dengan gambar geometri solar absorber plate
yang telah dibuat dan di-meshing serta adanya kondisi batas pada solar
absorber plate tersebut.

80
28. Setelah terbuka geometri solar absorber plate kemudian, ditentukan definisi
model simulasi yang digunakan. Pilih menu Models untuk mengatur model
– model yang diperhitungkan dalam simulasi.

29. Aktifkan model Energy dengan mengklik pilihan Energy, lalu centang
pilihan Energy Equation, lalu klik OK.

30. Aktifkan model Viscous (Laminar) dengan mengklik pilihan Viscous, lalu
pilih model laminar, lalu klik OK. Dalam hal penentuan model viscous
berdasarkan data boundary conditions yang telah dijelaskan sebelumnya.

31. Plih menu Materials, lalu pilih Create/Edit untuk mengatur material dan
reaksi yang digunakan. Setelah pilihan Create/Edit dipilih, muncul kotak
dialog.

81
32. Pilih menu FLUENT Database, atur Material Type menjadi fluid, lalu pilih
water-liquid (H2O <l>) klik copy  klik close.
33. Setelah memilih Material Type nya fluid, lalu pilih Material Type nya solid
lalu pilih cooper (cu)  klik copy  klik close

34. Tutup kotak dialog Create/Edit Material dengan mengklik change/create lalu
mengklik close. Tampilan daftar Materials yang telah diset tampak seperti
pada Gambar berikut ini.

35. Setelah menentukan material type, kemudian akan ditentukan cell zone
conditions nya. Dimana, pada cell zone conditions, terdapat dua tipe bagian
yaitu fluid-solid-part-absorber-plate 1-solid 1 yang ditentukan jenis
materialnya berupa solid dan menggunakan bahan cooper. Pada bagian fluid-
solid-part-fluid 1-solid 1 yang ditentukan jenis materialnya berupa fluid dan
menggunakan bahan water-liquid (H2O <l>).

a. fluid-solid-part-absorber-plate 1-solid 1

82
b. fluid-solid-part-fluid 1-solid 1

36. Pilih menu Boundary Conditions untuk mengatur kondisi batas yang telah
dibuat sebelumnya. Tampilan menu Boundary Condition tampak seperti
Gambar. Pilih bottom_surface lalu klik Edit. Atur thermal, sesuai dengan
Gambar berikut

37. Setelah bottom_surface kemudian akan ditentukan boundary condition pada


bagian inlet. Pilih inlet lalu klik Edit. Atur momentum dan thermal, sesuai
dengan Gambar berikut

38. Kemudian pada bagian interface. Pilih interface lalu klik Edit. Atur
momentum dan thermal, sesuai dengan Gambar berikut

83
39. Kemudian pada bagian outlet. Pilih outlet ubah type-nya menjadi pressure-
outlet lalu klik Edit. Atur momentum, sesuai dengan Gambar berikut

40. Kemudian pada bagian top_surface. Pilih top_surface lalu klik Edit. Atur
momentum sesuai dengan data parameter yang telah dijelaskan sebelumnya,
dan di Gambar berikut

41. Kemudian pada bagian walls. Pilih walls lalu klik Edit. Atur thermal sesuai
dengan data parameter yang telah dijelaskan sebelumnya, dan di Gambar
berikut

42. Pada bagian Solutions, yaitu Solutions Method, Solutions Controls, dan
Monitors bersifat default

84
43. Kemudian akan ditentukan Solution Initialization, dimana akan terjadi proses
perhitungan (compute from) top_surface dengan perubahan x- velocity, y-
velocity dan z-velocity sebesar 0.0005 m/s dan suhu sebesar 300
K. Setelah diatur kemudian Klik Initialize.

44. Pilih menu Run Calcluation, lalu masukkan nilai 300 pada Number of
Iterations, lalu klik Calculate.

45. Tampilan plot grafik Residual muncul seperti pada Gambar. Jika iterasi
sudah konvergen, maka akan muncul keterangan

46. Untuk menampilkan kontur suhu yang terjadi, pilih menu Graphic and
Animations pilih Contours. Atur menu Contours lalu klik Display. Hasilnya
adalah seperti pada Gambar.

85
47. Untuk menampilkan hasil reports berupa data suhu bagian inlet dan outlet.
Pilih menu reports  surface integrals  Atur menu report type area-
weighted average, field variable : temperature, surface : inlet dan outlet 
compute. Hasilnya adalah seperti pada Gambar.

48. Kemudian coba diubah kecepatan yang terjadi di bagian inlet. Pilih inlet
lalu klik Edit. Atur momentum dan thermal, sesuai dengan Gambar berikut

49. Kemudian dilakukan proses initialisasi sesuai dengan langkah ke-43. Klik
initialize klik Ok
50. Lakukan proses run calculation sesuai dengan langkah ke-44, lalu klik
calculate.
51. Tampilan plot grafik Residual muncul seperti pada Gambar. Jika iterasi
sudah konvergen, maka akan muncul keterangan

86
52. Ikuti langkah ke-46

53. Ikuti langkah ke-47

54. Proses simulasi kasus aliran fluida pipa ini Selesai dengan tanda checklist
di bagian Setup, Solution, dan Results.

87
6. TUTORIAL ALIRAN GAS ETHANA (C2H6) PADA NOZZLE-
3D
Pada tutorial ini akan dilakukan proses simulasi gas etana (C2H6) yang akan
ditingkatkan kecepatan alirannya dan suhu nya pada saat gas tersebut melewati nozzle.

Menggambar desain model

1. Buatlah gambar dan extrude nozzle di Pro Engineer seperti gambar di bawah

2. Simpanlah pada tombol Save pada folder masing-masing


3. Kemudian Save a Copy dengan type file ACIS File (*.sat).
4. Klik Ok pada pilihan default
5. Buka ANSYS WORKBENCH 16.0 dan pilih Fluid Flow (Fluent).
6. Klik kiri pada Geometry, lalu klik kanan kemudian pilih Import Geometry.

7. Klik Browse dan cari file nozzle dengan type ACIS File (*.sat).

88
8. Setelah mengimport lalu double klik kiri pada Geometry dan pada Tree Outline
klik Import 1 lalu Generate.

9. Buka kembali Workbench dan double klik kiri pada Mesh.


10. Pada Outline klik kiri Mesh, lalu lakukan beberapa setting.
11. Pada Details of Mesh Relevance Center ubah dari coarse menjadi fine. Ubah
smoothing dari medium ke high.

12. Lalu klik Generate Mesh dan Update. (Klik Update setiap melakukan
perubahan apapun).
13. Klik kiri kemudian klik kanan pada bagian atas nozzle dan pilih Create Named
Selection. (diberikan nama dengan velocity_inlet).

89
14. Setelah diberikan nama dan klik Ok maka anda harus melakukan Generate
Mesh dan Update.
15. Lakukan hal yang sama pada bagian bawah nozzle dan beri nama dengan
pressure_outlet.
16. Lakukan hal yang sama pada kulit nozzle dan beri nama dengan wall.
17. Jika sudah maka proses Mesh sudah selesai dan kembali kepada halaman awal
ANSYS Workbench.
18. Kemudian double klik kiri pada Setup dan klik Ok.
19. Lakukan Setup pada bagian General. Klik Scale kemudian ubah View Length
Unit in menjadi mm (sesuai satuan gambar yang dibuat). Kemudian diubah juga
pada Mesh Was Created In menjadi mm (sesuai proses Mesh).
20. Klik Units untuk merubah satuan beberapa parameter. Satuan temperatur
diubah menjadi celcius dan satuan pressure menjadi atm.
21. Lakukan setup pada bagian Models
 Ubah energy dari off menjadi on
 Ubah Viscous dari laminar menjadi k-epsilon (2eqn).
22. Lakukan setup pada bagian Materials. Double klik kiri pada Fluid. Klik Fluent
Database, pilih ethane (C2H6) lalu klik copy. Material type diubah menjadi solid
lalu pilih copper dan klik copy. Klik close.
23. Lakukan setup pada Boundary Conditions.
 Double klik pada pressure_outlet. Isi Gauge Pressure (atm) menjadi 1,
kemudian specification method diubah menjadi Intensity and Hydraulic
Diameter. Isi Bcakflow Turbulent Intensity (%) menjadi 10, dan Backflow
Hydraulic Diameter (mm) menjadi 100. Pada bagian thermal isi dengan suhu
400C. Lalu klik Ok.
 Double klik pada velocity_inlet. Isi Velocity Magnitude (m/s) menjadi 60,
kemudian specification method diubah menjadi Intensity and Hydraulic
Diameter. Isi Backflow Turbulent Intensity (%) menjadi 10 dan Backflow
Hydraulic Diameter (mm) menjadi 100. Pada bagian thermal isi dengan suhu
300C. Lalu klik Ok.

90
 Double klik pada wall. Klik bagian thermal isi heat flux berdasarkan jenis
material (copper) misal 15. Isi wall thickness sesuai ketebalan nozzle misal 3
mm. Ganti material name menjadi copper. Lalu klik Ok.
24. Lakukan setup pada Solution Initialization menjadi standard initialization.
Kemudian isi Compute from menjadi velocity_inlet. Kemudian klik initialize.
25. Lakukan setup pada Calculation Activities. Pada bagian Solution Animations
klik create/edit.
26. Ganti Animation Sequences menjadi 2. Ganti Sequences-1 menjadi velocity
dan Sequences-2 menjadi temperature.
27. Klik Define pada velocity. Set window menjadi 2, Pada Display type klik
contours. Ubah Contours of menjadi velocity pada surface klik semuanya kecuali
wall. Beri tanda checklist pada Filled. Kemudian klik Display dan Compute lalu
Ok.
28. Lakukan hal yang sama pada temperature, hanya pada saat Set Window ganti
menjadi 3 dan Contours of menjadi temperature.
29. Klik Ok.
30. Run Calculation. Number of Iterations diisi dengan angka 100. Lalu klik
Calculate.
31. Tunggu proses kalkulasi sampai perhitungan menandakan converged.
32. Latihan Selesai. Lakukanlah Save pada ANSYS Workbench.

91
7. TUTORIAL PEMBAKARAN GAS ETHANA (C2H6) PADA
TABUNG PEMBAKARAN-3D
Pada tutorial ini akan dilakukan proses simulasi pembakaran gas etana (C2H6),
dengan mengikuti reaksi kimia sebagai berikut:

C2H6 (g) + 3.5 (O2 (g) + 3.76 N2 (g))  2CO2 (g) + 3 H2O (g) + 5.64 N2 (g)

Keluar

Gas Masuk

Udara Masuk

Gambar 14 Kondisi batas simulasi

Menggambar Desain Model

1. Buat gambar tabung pembakaran di Pro Engineer seperti gambar di bawah

92
2. Simpan data pada pilihan Save di folder anda masing-masing.
3. Kemudian Save a Copy dengan type file ACIS File (*.sat).
4. Klik Ok pada pilihan default.
5. Buka ANSYS WORKBENCH 16.0 dan pilih Fluid Flow (Fluent).
6. Klik kiri pada Geometry, lalu klik kanan kemudian pilih Import Geometry.

93
7. Klik Browse dan cari file nozzle dengan type ACIS File (*.sat).
8. Setelah mengimport lalu double klik kiri pada Geometry dan pada Tree Outline
klik Import 1 lalu Generate.

9. Buka kembali Workbench dan double klik kiri pada Mesh.


10. Pada Outline klik kiri Mesh, lalu lakukan beberapa setting.
11. Pada Details of Mesh Relevance Center ubah dari coarse menjadi fine. Ubah
smoothing dari medium ke high.

12. Lalu klik Generate Mesh dan Update. (Klik Update setiap melakukan
perubahan apapun.
13. Lalu lakukan Mesh Control, pilih Method. Klik Geometry lalu pilih semua
bagian benda dan klik Apply

94
14. Melakukan proses perubahan method dari automatic menjadi tetrahedrons. Lalu
klik Generate Mesh dan Update.

15. Klik kiri kemudian klik kanan pada bagian bawah tabung pembakaran, pilih
Create Named Selection (dengan menggunakan nama batasan
bb_mass_flow_inlet) untuk data masukan udara.

95
16. Klik kiri kemudian klik kanan pada bagian kanan bawah tabung pembakaran, pilih
Create Named Selection (dengan menggunakan nama batasan
bb_mass_flow_inlet) untuk data masukan gas etana (C2H6).
17. Klik kiri kemudian klik kanan pada bagian kiri atas tabung pembakaran, pilih
Create Named Selection (dengan menggunakan nama batasan pressure_outlet)
untuk data keluaran hasil pembakaran gas etana (C2H6).
18. Lakukan hal yang sama pada kulit tabung dengan memberi nama batasan dengan
wall.
19. Setelah pemberian nama pada Create Named Selection kemudian dilakukan
proses Generate Mesh dan Update.
20. Jika sudah melakukan identifikasi batasan maka proses Mesh sudah selesai dan
kemudian kembali kepada halaman awal ANSYS WORKBENCH.
21. Kemudian double klik kiri pada Setup dan klik Ok.
22. Lakukan setup pada bagian General. Klik Scale kemudian diubah View Length
Unit In menjadi mm (sesuai satuan dengan gambar tabung bakar yang dibuat).
Kemudian dilakukan proses perubahan juga pada bagian Mesh Was Created In
menjadi mm (sesuai dengan hasil Mesh yang dilakukan).
23. Klik Units untuk merubah satuan beberapa parameter. Parameter yang dirubah
antara lain satuan temperatur menjadi celcius dan satuan pressure menjadi atm.
24. Lakukan setup pada bagian Models
Bagian Energy dirubah dari off menjadi on
Bagian Viscous dirubah dari laminar menjadi k-epsilon (2eqn) dengan
tambahan parameter RNG dan Near-Wall Treatment menjadi enhanced wall
treatment.
Bagian Species dirubah dari off menjadi species transport, reaction volumetric
dan checklist pada inlet diffusion. Mixture material diubah menjadi ethane-
air, yang kemudian Turbulence-Chemistry Interaction menjadi eddy-
dissipation. Lalu klik Ok.
25. Lakukan setup pada bagian Materials. Pilih menu FLUENT Database, atur
Material Type menjadi fluid, lalu pilih carbon-dioxide (CO2), ethane (C2H6),
nitrogen (N2), oksigen (O2) dan water-vapor (H2O), lalu klik copy, lalu klik close.
26. Atur material yang termasuk dalam campuran gas dengan memilih menu Edit pada
menu Mixture Species. Masukkan gas C2H6, N2, O2, CO2, dan H2O dengan
mengklik jenis gas pada daftar Available Material, lalu klik Add, dan keluarkan
material air dari daftar Selected Species dengan mengklik jenis gas pada daftar
Selected Material, lalu klik Remove.
27. Atur reaksi kimia yang terjadi dengan memilih menu Edit pada menu Reactions.
Atur Total Number of Reactions menjadi 1. Atur reaksi 1 menjadi reaksi
pembakaran gas C2H6. Lalu klik OK.

C2H6 (g) + 3.5 (O2 (g) + 3.76 N2 (g))  2CO2 (g) + 3 H2O (g) + 5.64 N2 (g)

28. Kemudian material type menjadi solid lalu pilih copper dan klik copy. Klik
change/create lalu klik close.
29. Lakukan setup pada Boundary Conditions sesuai dengan data batasan yang
dimiliki.

96
Gas ethana (C2H6)

Udara Masuk

97
 Udara keluar

30. Lakukan setup pada Solution Initialization menjadi Standard Initialization.


Kemudian klik initialize.
31. Kemudian pilih Run Calculation. Number of Iterations diisi dengan angka
100. Lalu klik Calculate.

98
32. Tunggu proses kalkulasi sampai mencapai status converged.

33. Setelah mendapatkan status converged, kemudian kembali ke halaman


jendela muka ANSYS Workbench.
34. Pada ANSYS Workbench kemudian double klik kiri pada Results dan klik
Ok lalu Edit.
35. Kemudian buat streamline 1-3. Lalu lakukan play animation untuk melihat
proses pembakarannya.

36. Latihan selesai. Lakukan save pada ANSYS Workbench.

99
8. TUTORIAL ANALISIS KOEFISIEN DRAG DAN LIFT

Pada tutorial ini akan dilakukan proses analisis koefisien drag dan lift pada
mobil:
Menggambar desain model:

1. Buat 3D part yang ingin dianalisis seperti gambar dibawah ini.

2. Simpan file dan save a copy menjadi type STP.


3. Buka workbench ANSYS 16.2.
4. Double klik pada Fluid Flow (Fluent).
5. Klik kanan pada Geometry, lalu klik kiri pada New Design Modeler Geometry.

100
6. Pilih File import external geometry file. Cari file 3D part tersebut lalu klik open.

7. Klik pada Import 1 kemudian tekan F5 / Generate.

8. Kemudian buat enclosure. Klik tools dan pilih enclosure. Edit ukuran enclosurenya
kemudia generate.

101
9. Kemudian buat Boolean subtract (potongan) dengan cara klik create lalu pilih Boolean.

10. Pada operation ganti menjadi subtract. Target bodies select kepada enclosure yang
dibuat. Tools bodies select kepada part 3D. Klik Generate.

11. Kemudian beri nama pada inlet, outlet, dan wall. Klik Generate pada akhir pemberian
nama.

12. Kembali pada workbench lalu klik kanan pada Geometry dan klik Update.
13. Double klik pada Mesh.

102
14. Klik Mesh lalu edit ukuran mesh pada Details of Mesh.

15. Kemudian klik generate mesh dan update.

16. Kembali pada workbench lalu klik kanan pada Mesh dan klik update.
17. Double klik pada Setup dan klik double precision. Klik OK.

103
18. Klik pada Boundary Condition lalu edit pada bagian inlet. Masukkan angka pada
velocity magnitude (misal 70m/s). Klik Ok.

19. Pilih solution initialization. Pilih hybrid initialization dan klik initialize.

104
20. Pilih run calculation dan masukkan iteration misalnya 300. Kemudian klik Calculate.
Jika iteration 300 belum converged maka bisa di calculate kembali.

21. Tunggu hingga converged.

22. Klik ok.


23. Untuk memunculkan grafik coefficient drag dan lift atur pada Monitors, Lalu pada
residuals, static dan force monitors klik create pilih drag/lift. Pilih zones pada wall
solid beri tanda centang pada plot dan klik ok.

24. Begitu juga untuk coefficient lift.


25. Klik solution initialize pilih hybrid initialization dan klik initialize.
26. Kemudian run kembali hingga converged.

105
27. Maka grafik coefficient drag/lift akan muncul.

28. Kembali ke workbench dan double klik pada Result.

29. Buat streamline dari bagian inlet.

106
30. Atur details of streamline. Kemudian klik apply.

31. Atur beberapa contour dan hasil akhirnya seperti dibawah ini.

107
DAFTAR PUSTAKA
Tuakia F. 2008. Dasar-Dasar CFD Menggunakan Fluent. Bandung(ID)
: Bandung Informatika
User Guide Manual ANSYS WORKBENCH

108

Anda mungkin juga menyukai