JUKLAK-JUKNIS KRABAT-edit1
JUKLAK-JUKNIS KRABAT-edit1
A. DASAR PEMIKIRIAN
Salah satu permasalahan yang cukup berpengaruh dalam
rangka percepatan perekonomian daerah di Kabupaten Sumbawa
khususnya ekonomi mikro adalah ketersediaan modal usaha untuk
sektor pertanian. Hal ini menyebabkan pembangunan ekonomi
perdesaan yang ditopang oleh sektor pertanian menjadi terhambat
sehingga berdampak negatif terhadap perekonomian daerah. Padahal
pengembangan basis ekonomi di perdesaan sudah sejak lama
dijalankan oleh Pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya
itu belum membuahkan hasil signifikan terhadap pengembangan
ekonomi masyarakat terutama masyarakat miskin. Misalnya
program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diharapkan menjadi salah
satu sumber modal bagi masyarakat perdesaan dalam menjalankan
usahanya, pada kenyataannya belum bisa diakses oleh masyarakat
kelas bawah atau masyarakat miskin sehingga mereka lebih memilih
untuk meminjam modal di rentenir. Hal ini terlihat dari kondisi di
lapangan dimana sepak terjang rentenir masih cukup luas di tengah
masyarakat.
Salah satu faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya
program-program tersebut adalah fokus perhatian terhadap
penyelesaian permasalahan desa belum secara sungguh-sungguh
dilakukan melalui program antar sektor yang saling terintregrasi
satu sama lain. Selain itu program pengembangan ekonomi di
perdesaan menunjukan kecenderungan hanya bersifat temporer,
belum berkelanjutan, kurang efektif dan disisi lain berimplikasi pada
ketergantungan terhadap bantuan pihak-pihak lain termasuk
B. DASAR PELAKSANAAN
1) Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1665);
2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) Sebagaimana Telah
Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pedoman 3
Pengelolaan “Kredit Sahabat”
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5558) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Dana
Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5694);
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tetang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tetang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tetang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pedoman
C. KETENTUAN UMUM
1) Daerah adalah Kabupaten Sumbawa.
2) Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
3) Bupati adalah Bupati Sumbawa.
4) Dinas adalah Dinas Pemberdayaan Masayarakat dan Desa
Kabupaten Sumbawa (DPMD).
5) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah
Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
6) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh perangkat
Deas sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
8) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya
disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah Desa yang disetujui oleh Badan Permusyawaratan
Desa.
9) Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
F. PENGELOLAAN KRABAT
1) Tata Cara Penyaluran KRABAT
(a) Alokasi KRABAT disalurkan dari APBD dalam bentuk
bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada
Pemerintah Desa dan besarannya ditetapkan dengan
keputusan Bupati.
(b) Desa yang berhak mengajukan diri untuk menerima dana
KRABAT merupakan desa yang telah memiliki BUM Desa.
Bagi Desa yang belum membentuk BUM Desa dapat
melakukan pembentukan dan berhak mengajukan diri
sebagai penerima dana KRABAT pada 2 bulan kemudian
(tergolong BUM Desa baru).
(c) Alokasi KRABAT sebagaimana dimaksud pada poin (a),
berdasarkan kelayakan proposal yang diajukan oleh BUM
Desa melalui Kepala Desa dengan mempertimbangkan
rekomendasi dari Camat.
(d) Sebelum proposal diajukan, Pemerintah Desa bersama
dengan Pengelola BUM Desa dan BPD melakukan
musyawarah untuk mengidentifikasi petani miskin yang
akan dijadikan sebagai sasaran KRABAT dan pembahasan
anggaran yang akan diajukan.
(e) BUM Desa menyusun proposal yang menggambarkan
tentang seluruh aspek yang dapat menggambarkan
kelayakan BUM Desa (dokumen pendukung dilampirkan)
dalam 5 tahun terakhir bagi BUM Desa yang telah
berkembang dan 2 tahun terakhir bagi BUM Desa yang
sedang berkembang dan 2 bulan terkahir bagi BUM Desa
yang baru terbentuk.
(b) Pencairan
1. Pencairan KRABAT kepada petani miskin diberikan
secara tunai.
2. Pencairan KRABAT kepada petani miskin disesuaikan
dengan dana KRABAT yang tersedia di kas BUM Desa.
3. Plafound KRABAT disesuaikan dengan kebutuhan
petani miskin yang terlebih dahulu dilakukan verifikasi
terhadap kelayakan permohonan pinjaman oleh
pengurus BUM Desa.
4. Pengurus BUM Desa melakukan analisa kredit dan
rekam jejak peminjam.
5. Plafon KRABAT diberikan paling banyak Rp. 5.000.000,-
(Lima Juta Rupiah).
6. Nilai realisasi pinjaman mutlak wewenang Pengurus
BUM Desa dan tidak bisa diganggu gugat.
7. Bagi peminjam lanjutan ketentuannya ditambah
sebagai berikut :
(a) Jika mempunyai catatan tanpa tunggakan
pinjaman, dapat mengajukan jumlah yang lebih
besar dari pinjaman sebelumnya;
(b) Jika mempunyai catatan tunggakan 1 (satu) sampai
dengan 2 (dua) kali pinjaman, maka dapat
mengajukan jumlah yang sama dengan pinjaman
sebelumnya;
(c) Jika mempunyai catatan tunggakan 3 (Tiga) sampai
dengan 4 (empat) kali pinjaman, maka dapat
mengajukan maksimal 75% dari pinjaman
sebelumnya;
2) Pengawasan
(a) Pengawasan pengelolan KRABAT dilakukan oleh :
1. Pengawas internal BUM Desa; dan
2. Pengawas eksternal BUM Desa.
(b) Pengawas internal sebagaimana dimaksud pada huruf (a)
poin 1, mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BUM Desa.
(c) Pengawas eksternal sebagaimana dimaksud pada (b) huruf
poin 2, merupakan tim pengawas eksternal yang ditetapkan
dengan keputusan bupati.
(d) Pengawas eksternal bertugas membantu DPMD dalam hal :
1. Menyusun rencana kerja pengawasan pengelolaan dana
KRABAT.
(b) Evaluasi
1. DPMD melakukan evaluasi pengelolaan KRABAT kepada
Pemerintah Desa dan BUM Desa penerima KRABAT
paling sedikit 1 (Satu) kali dalam satu tahun.
2. Evaluasi sebagaimana dalam pada poin (1), dimaksudkan
untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan
penyaluran KRABAT oleh BUM Desa yang dinilai dari
indikator jumlah kredit yang disalurkan, tingkat
pengembalian, jumlah petani miskin yang menerima
kredit, dan jumlah petani miskin yang berhasil
mengalami graduasi.
F. PELAPORAN
1) Setiap BUM Desa penerima KRABAT wajib melaporkan secara
tertulis penggunaan KRABAT kepada Bupati melalui Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Sumbawa
setiap 3 (tiga) bulan sekali, paling lambat tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya dan satu tahun sekali pada akhir tahun
anggaran yang diketahui oleh Kepala Desa dengan tembusan
Camat setempat. Uraian laporan pelaksanaan kegiatan
sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai :
(a) Pendahuluan.
(b) Nama/Judul Kegiatan.
(c) Maksud dan Tujuan.
(d) Nama-Nama Penerima KRABAT.
(e) Realisasi pelaksanaan kegiatan/Realisasi Anggaran Biaya
(RAB).
(f) Waktu dan Tempat Kegiatan (Jadwal).
(g) Dokumentasi Kegiatan
(h) Penutup
2) Laporan tersebut dilampiri dengan :
(a) Foto copy bukti-bukti pengeluaran yang lengkap.
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pedoman 21
Pengelolaan “Kredit Sahabat”
(b) Realisasi Biaya beserta lampiran bukti pembayaran.
(c) Dokumentasi.
(d) Berita Acara Pengambilan Uang (Kepala Desa dan
Bendahara).
(e) Berita Acara serah terima dari Kepala Desa kepada Direktur
BUM Desa.
(f) Berita Acara Serah Terima dari Direktur BUM Desa kepada
Kepala Unit Usaha.
(g) Surat pernyataan Kesanggupan Kepala Desa mengerjakan
sesuai proposal, bermeteri dan berstempel basah.
(h) Surat pernyataan Kesanggupan Direktur BUM Desa dan
disetujui Kepala Desa bermeterai dan berstempel basah.
(i) Surat Pernyataan Penyelesaian kegiatan oleh Kepala Desa.
3) Bukti transaksi (nota pembayaran, kwitansi dll), sedangkan
bukti transaksi asli tidak diserahkan dalam laporan melainkan
disimpan oleh penerima bantuan sebagai obyek pemeriksaan.
G. FORCE MAJEURE
1) Dalam hal petani miskin tidak dapat memenuhi kewajiban
melunasi KRABAT yang disebabkan oleh force majeure antara
lain terjadinya bencana alam dan bencana sosial, yang
mengakibatkan kegagalan usahanya, maka kewajiban
pengembalian pinjaman dapat ditunda.
2) Petani miskin yang mengalami force majeure harus
menyampaikan laporan kepada pengelola BUM Desa dengan
tembusan disampaikan kepada kepala desa dan dinas paling
lambat 7 (tujuh) hari kalender, dengan melampirkan bukti-
bukti yang layak atas terjadinya force majeure tersebut.
3) Dalam hal penundaan pengembalian pinjaman akibat force
majeure maka kewajiban Petani Miskin adalah membayar
tunggakan dengan cara mengangsur paling lama 12 (dua belas)
bulan setelah musim panen berikutnya.
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pedoman 22
Pengelolaan “Kredit Sahabat”
4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembayaran
tunggakan sebagaimana dimaksud pada butir (3), diatur oleh
pengelola BUM Desa.
5) Petani Miskin yang mengalami force majeure dapat diberikan
KRABAT kembali dengan catatan memiliki komitmen untuk
menyelesaikan kewajiban.
6) Dalam hal petani miskin penerima KRABAT meninggal dunia,
maka dinyatakan bebas dari kewajiban pengembalian KRABAT.
H. PENUTUP
Demikian Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pedoman
Pengelolaan “Kredit Sahabat” Bagi Petani Miskin Melalui Badan
Usaha Milik Desa Dalam Rangka Implementasi Program Desa Bebas
Rentenir untuk dapat dipedomani sehingga dapat tepat waktu, tepat
mutu, tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat administrasi.