Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman maka kebutuhan akan minyak bumi


semakin meningkat, hal ini menuntut kita untuk lebih mengetahui lebih dalam tentang
dunia perminyakan. Mulai dari pengertian tentang minyak bumi sampai cara-cara
pengolahan minyak bumi menjadi produk-produk yang sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dunia.

Sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor


dan industri berasal dari minyak bumi, gas alam, dan batubara. Ketiga jenis bahan
bakar tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan
bakar fosil. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik, tumbuhan dan hewan
yang mati.

Pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita
ketahui, mengingat minyak bumi dan gas alam adalah suatu sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui lagi, sedangkan penggunaan sumber energi ini didalam kehidupan
kita sehari-hari mencakup sangat luas dan cukup memegang peranan penting serta
menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh, minyak bumi dan gas alam
digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar untuk memasak, kendaraan
bermotor, dan industri, kedua bahan bakar tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa
organisme didalam bumi sehingga disebut bahan bakar fosil. Sisa-sisa organisme itu
mengendap di dasar bumi kemudian ditutupi lumpur. Lumpur tersebut lambat laun
berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu
dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad
renik itu menjadi minyak dan gas. Selain bahan bakar, minyak dan gas bumi
merupakan bahan industri yang penting. Bahan-bahan atau produk yang dibuat dari
minyak dan gas bumi ini disebut petrokimia. Puluhan ribu jenis bahan petrokimia
tersebut dapat digolongkan ke dalam plastik, serat sintetik, karet sintetik, pestisida,
detergen, pelarut, pupuk, dan berbagai jenis obat.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Pengertian minyak bumi
2. Pembentukan minyak bumi
3. Komposisi minyak bumi
4. Sifat kimia dan fisika minyak bumi
5. Karakteristik Minyak bumi
6. Komponen minyak bumi
7. Proses pengolahan minyak bumi
8. Produk minyak bumi

1.3. Tujuan & Manfaat

1.3.1. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas kelompok kimia migas


2. Untuk Memahami minyak bumi serta mengetahui konsep dasar dari
proses pengolahan minyak bumi dan gas ( Migas )
3. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dari proses pengolahan migas
1.3.2. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini , dapat menambah pengetahuan


tentang proses pengolahan migas yang dimana dari crude oil sampai produk
jadi yang digunakan. Dan akan memberikan manfaat kepada pembacanya,
terutama mahasiswa/I Teknik Pengolahan Migas
BAB II

MINYAK BUMI

2.1. Definisi Minyak Bumi

Minyak bumi yang biasanya disebut crude oil adalah merupakan campuran
yang komlek dari senyawa hidrokarbon, karena senyawa ini dominan oleh unsur
carbon ( C ) dan hydrogen ( H ) dan sebagai kecil unsur lain seperti : Oksigen ( O ),
Nitrogen ( N ), sulfur ( S ) dan beberapa metal antara lain : Fe, Na, Va yang
susunannya sebagai senyawa ikatan / impurities. Minyak mentah sebagaian besar
terdiri dari hidrokarbon yang dapat dibedakan sebagai berikut : Parafinik, Naphtenik,
Olefin dan Aromatik.

Susunan rantai carbon dan rumus bangun senyawa hidrokarbon akan


menentukan sifat fisika maupun sifat kimia dari gas bumi serta akan mempengaruhi
produk secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan makin berkembangnya teknologi
pembakaran serta industri – industri lain dan perkembangan dilakukan atas dasar
penelitian – penelitian di industri migas dari hulu sampai dengan hilir. Dengan
perkembangan – perkembangan mesin automotif dan mesin industry lain yang makin
cepat yang memerlukan tuntutan kualitas maupun kuantitas dari bahan bakar maupun
pelumas yang dipergunakan , sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam
proses pengolahannya juga akan berkembang. Dengan makin besarnya kebutuhan
tersebut sehingga dikembangkan bermacam – macam proses pengolahan untuk
meningkatkan bahan bakar dari nilai rendah ke produk yang lebih tinggi.
Menurut Abraham, minyak bumi disebut juga bitumina atau petroleum adalah
merupakansuatu senyawa hidrokarbon yang larut dalam carbon disulfida ( CS2),
sedangkan senyawa hidrokarbon yang tidak larut dalam carbon disulfide ( CS2 )
disebut non bitumina misalnya batubara.

2.2. Pembentukan Minyak Bumi

Ada dua teori yang mengutarakan terjadinya minyak bumi yaitu teori anorganik
dan teori organic.

1. Teori Anorganik
Teori ini menjelaskan bahwa minyak mentah berasal dari bahan – bahan
mineral atau anorganik.
Karena tidak mengandung kebenaran, maka teori ini telah ditinggalkan.

2. Teori Organik
Teori ini menjelaskan bahwa minyak mentah berasal dari bahan – bahan
organik seperti tumbuh – tumbuhan dan binatang kecil yang disebut
plankton. Karena perubahan suhu , tekanan dan proses kimiawi maka
tumbuh – tumbuhan dan plankton tersebut berubah bentuk menjadi bahan
minyak. Bahan minyak tersebut pada mulanya berupa titik – titik yang
terdapat diantara celah – celah dan saluran – saluran batuan selanjutnya
terkumpul dalam daerah yang luas ( Reservoir )

2.3. Komposisi Minyak Bumi

Minyak bumi pada umumnya bercampur dengan air, garam, dan gas alam yang
membentuk tiga lapisan, yaitu:
1. Gas

2. Minyak

3. Air garam

Komposisi minyak bumi berdasarkan banyaknya unsure-unsur yang


terkandung, sebagai berikut:

- Karbon : 83 – 87 %

- Hydrogen : 10 – 14 %

- Nitrogen : 0,1 – 2 %

- Oksigen : 0,05 – 1,5 %

- Sulfur : 0,05 – 6 %

2.4. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Minyak Bumi

1. Sifat Fisika Minyak Bumi


a. Berat Jenis
Berat Jenis atau Specific Gravity (SG) atau API Gravity
sering menunjukkan secara kasar kualitas minyak bumi tersebut.
Makin kecil SG minyak bumi tersebut, makin besar API nya, makin
bagus kualitasnya, makin tinggi harganya atau makin ringan minyak
tersebut. Minyak bumi yang mengandung fraksi ringan harganya
makin mahal karena semakin mudah mengolahnya menghasilkan
fraksi gasoline yang mahal harganya. Sebaliknya makin tinggi SG
minyak tersebut akan makin rendah °API nya makin berat minyak
tersebut, makin rendah kualitasnya, karena makin banyak mengandung
fraksi wax atau aspal yang murah harganya atau perlu biaya ekstra lagi
untuk diolah menjadi gasoline dengan proses dan teknologi tinggi
yang mahal seperti proses perengkahan (cracking).

Berat Jenis SG atau °API Gravity minyak, harganya


dipengaruhi oleh besarnya suhu, lebih tinggi suhu akan makin lebih
rendah Specific Gravitynya dan sebaliknya akan makin tinggi °API
Gravitynya.

Rumus SG :

141,5
SG =
°API + 131,5

Berdasarkan Specific Gravity, minyak bumi dibagi 5 macam :

No. Minyak Bumi Specific Gravity


1 Ringan < 0,830
2 Medium Ringan 0,830 – 0,850
3 Medium Berat 0,850 – 0,865
4 Berat 0,865 – 0,905
5 Sangat Berat > 0,905

Rumus °API :

141,5
°API = - 131,5
°SG 60/60 °F
b. Titik Tuang
Titik Tuang (Pour Point) adalah suhu terendah dimana minyak
masih bisa dituangkan atau suhu terendah dimana minyak bumi masih
bisa mengalir oleh beratnya sendiri.

Sifat ini penting untuk transportasi minyak bumi karena


berkaitan dengan sifat bisa tidaknya untuk dipompa/dialirkan
(pumpability). Dengan mengetahui titik tuang dapat diketahui pada
suhu berapa minyak bumi tersebut masih dapat dipompa, kalau tidak,
bisa dihitung berapa jumlah uap air (steam) yang dibutuhkan sebagai
pemanas untuk menjaga agar minyak tersebut dapat dipompa.

c. Viskositas
Viskositas adalah daya hambatan yang dilakukan oleh cairan
untuk mengalir pada suhu tertentu. Yaitu berupa bilangan yang
menunjukkan mudah tidaknya suatu fluida mengalir pada suhu
tertentu.

Viskositas merupakan sifat yang penting sekali dalam


perhitungan aliran untuk transportasi minyak, karena viskositas
merupakan ukuran sifat kemudahan atau kecepatan mengalirnya suatu
bahan pada suhu tertentu.

Minyak encer (non viscous oil) mempunyai viskositas rendah


adalah minyak yang mudah mengalir, begitu pula sebaliknya untuk
minyak yang pekat (viscous oil) yang viskositasnya tinggi akan lebih
sukar mengalir atau daya hambatan mengalirnya tinggi.

Besar kecilnya harga viskositas suatu minyak dipengaruhi oleh


besarnya suhu, makin tinggi suhu biasanya minyak akan semakin
encer, begitu pula sebaliknya.
Selain penting untuk perhitungan aliran selama transportasi
minyak tersebut dengan pompa dan pipa saluran, viskositas penting
pula untuk perhitungan perancangan penyemprotan atau atomisasi
bahan bakar kedalam ruang bakar, kaitannya dengan mutu
pembakaran. Viskositas juga merupakan sifat yang sangat penting
dalam prinsip pelumasan untuk mencegah gesekan dan keausan.

Bila viskositas rendah → Mudah mengalir

Bila viskositas tinggi → Sukar mengalir


Prinsip pengukuran viskositas adalah dengan mengukur besar
atau lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah
tertentu bahan pada jarak atau suatu peralatan tertentu yang suhunya
diatur konstan pada suhu tertentu. Yang banyak dipakai dan paling
teliti adalah alat pengukur viskositas kinematik (kinematic
viscometer). Dalam Pengukuran dengan alat ukur yang berbeda jenis
dapat menghasilkan satuan yang berbeda pula, diantaranya :

No. Nama Alat Satuan


1 Kinematic Viscometer  Detik
 centistokes (0,01 stokes)
 centipoise (0,01 poise)
 g/cm det
 lb/jam ft
2 Saybolt  SSU (Saybolt Universal)
 SSF (Second Saybolt Furol)
3 Redwood  R I (Redwood I)
 R II (Redwood II)
4 Engler  °E (detik atau derajat Engler)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa makin tinggi °API atau
makin ringan minyak tersebut makin kecil viskositasnya atau makin
encer minyak tersebut, demikian sebaliknya.

d. Titik Nyala (Flash Point)


Titik Nyala adalah suhu terendah dimana minyak bumi apabila
dipanaskan, sudah memberikan uapnya yang cukup campurannya
dengan udara sehingga akan menyala sekejap apabila diberi sumber
nyala api.

Makin tinggi °API nya makin ringan minyak tersebut makin


rendah Flash Point atau titik nyalanya, makin mudah terbakar atau
menyala minyak tersebut.

Flash Point atau titik nyala merupakan sifat yang sangat


penting dalam keselamatan kerja transportasi dan penimbunan minyak
dan gas bumi, sebagai tolak ukur pencegahan terjadinya kebakaran
dari minyak yang ditransport atau ditimbun.

Fire Point → Suhu terendah dimana minyak bumi apabila


dipanaskan sudah memberikan uapnya yang cukup
campurannya dengan udara sehingga akan terbakar
terus apabila diberi sumber api kecil.

Autoignition → Suhu terendah dimana minyak bumi apabila


Point dipanaskan akan menyala atau terbakar atau
meledak tanpa adanya sumber api.
e. Warna
Minyak Bumi juga memperlihatkan berbagai macam warna
yang sangat berbeda-beda. Minyak Bumi tidak selalu berwarna hitam,
adakalanya malah tidak berwarna sama sekali.

Pada umumnya warna itu berhubungan dengan berat jenisnya.


Kalau berat jenisnya tinggi, warna menjadi hijau kehitam-hitaman atau
hitam pekat, sedangkan kalau berat jenis rendah warna cokelat
kehitam-hitaman. Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran,
misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon, karena senyawa hidrokarbon
sendiri tidak memperlihatkan warna tertentu.

f. Fluoresensi
Minyak Bumi mempunyai suatu sifat Fluoresensi, yaitu jika
terkena sinar ultra-violet akan memperlihatkan warna yang lain dari
warna biasa. Warna Fluoresensi minyak bumi ialah kuning sampai
kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup.

Sifat Fluoresensi minyak bumi ini sangat penting karena


sedikit saja minyak bumi terdapat pada kepingan batuan atau lumpur
pemboran memperlihatkan fluoresensi secara kuat, sehingga mudah
dideteksi dengan mempergunakan lampu ultra-violet.

Pada waktu pemboran seringkali lapisan minyak dibor


kemudian tertutup lumpur, sehingga minyak yang terdapat dalam
lapisan tersebut tidak dapat menyembur keluar dengan sendirinya.
Minyaknya sendiri karena berwarna hitam dan juga bercampur dengan
lumpur pemboran, seringkali sukar dibedakan.

Minyak pelumas atau lumpur pemboran biasanya tidak


menunjukkan fluoresensi sedangkan minyak mentah menunjukkan
fluoresensi, maka dalam meneliti serbuk pemboran digunakan sinar
ultra violet. Jika suatu lapisan minyak ditembus, warna fluoresensi
pada lumpur akan kelihatan sebagai tanda-tanda adanya minyak.

Lampu Ultra-Violet → Memudahkan kita untuk mengetahui adanya


minyak bumi yang terdapat pada keping
batuan dan lumpur pemboran.

g. Indeks Refraksi
Minyak Bumi memperlihatkan berbagai macam indeks fraksi
dari 1,3 sampai 1,4. Perbedaan indeks refraksi tergantung dari °API
nya atau berat jenis. Makin tinggi berat jenis atau makin rendah °API
nya akan semakin tinggi pula indeks refraksinya, sedangkan makin
rendah berat jenis atau makin tinggi °API nya akan semakin rendah
indeks refraksinya. Hal ini terutama diperlihatkan oleh seri parafin.
Misalnya, dekan mempunyai indeks refraksi 1,41 sedangkan pentan
1,35. Jadi, makin kecil atau makin sedikit jumlah atomnya makin
rendah indeks refraksinya, makin tinggi nomor atomnya, makin
kompleks susunan kimianya makin tinggi indeks refraksinya.

Indeks Refraksi → Indeks pembiasan sinar tertentu.

h. Bau
Minyak Bumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak,
yang biasanya disebabkan karena pengaruh molekul aromat. Minyak
Bumi yang berbau tidak sedap biasanya terutama disebabkan karena
mengandung senyawa nitrogen (N) ataupun belerang (S). Adanya H2S
juga memberikan bau yang tidak sedap. Golongan parafin dan naften
biasanya memberikan bau yang sedap.

Senyawa Aromat → Bau harum.


Senyawa Belerang → Bau asam.

i. Nilai Kalori
Nilai Kalori Minyak Bumi adalah jumlah panas yang
ditimbulkan oleh 1 gr minyak bumi, yaitu dengan meningkatkan
temperatur 1 gr air dari 3,5°C sampai 4,5°C, dan satuannya adalah
kalori atau Btu atau MJ (Mega Joule). Ternyata ada juga hubungan
antara berat jenis dengan nilai kalori. Misalnya berat jenis minyak
bumi antara 0,75 atau gravitas API 70,6 sampai 57,2 memberikan nilai
kalori antara 11700 sampai 11750 kal/gr. Pada umumnya minyak bumi
mempunyai nilai kalori 10000 sampai 10800 dan hal ini boleh kita
bandingkan dengan kalori batubara yang berada diantara 5650 sampai
8200 kal/gr.

j. Kadar Sulfur
Kadar sulfur minyak bumi biasanya dinyatakan dengan %
berat. Berdasarkan kadar sulfur, minyak bumi dibagi 3 macam, yaitu :

No. Minyak Bumi Kadar Sulfur


1 Kadar Sulfur Tinggi > 2,0
2 Kadar Sulfur Sedang 0,1 – 2,0
3 Kadar Sulfur Rendah < 0,1

Minyak bumi dengan kadar sulfur tinggi disebut Sour Crude,


sedangkan minyak bumi dengan kadar sulfur rendah disebut Sweet
Crude. Sulfur dapat menimbulkan problem korosi dan pencemaran
lingkungan.
k. Kadar Garam
Kadar garam minyak mentah dinyatakan dengan banyaknya
garam dapur NaCl) yang terkandung didalamnya. Garam ini bisa
menimbulkan persoalan korosi berat pada proses dikilang. Bila
kandungan garam suatu minyak melebihi dari 10 lb NaCl/1000 bbl
maka diperlukan proses penghilangan garam (Desalting Process)
sebelum minyak tersebut diproses lebih lanjut dikilang. Proses
penghilangan garam biasanya dilaksanakan pada peralatan Desalter
yang prinsip kerjanya berdasarkan atas Elektrolisis dengan
memanfaatkan tenaga listrik.

l. Kadar Karbon
Karbon sisa setelah minyak mentah, biasanya ditentukan
dengan metode Ramsbottom (RCR) ataupun Conradson (CCR).
RCR/CCR ini hubungannya dengan kandungan bahan Asphaltis
(Asphaltene Content) dan Lube Oil Recovery. Semakin rendah
harganya, biasanya semakin bagus lube oil recoverynya.

m. Kadar Nitrogen
Nitrogen biasanya tidak dikehendaki didalam minyak mentah,
karena senyawa nitrogen bisa meracuni beberapa jenis catalyst.
Biasanya kalau kadar nitrogen lebih dari 0,25% akan diperlukan
proses untuk penghilangannya.

n. Sifat Distilasi
Distilasi adalah pemisahan secara fisika berdasarkan perbedaan
titik didih masing-masing fraksi yang terkandung didalam Crude Oil
tersebut. Sifat distilasi dari minyak mentah sangat penting bagi
perencanaan proses dikilang distilasi. Berdasarkan tekanannya,
distilasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Distilasi Atmospherik merupakan distilasi pada tekanan 1 atm.


2. Distilasi Vacuum merupakan distilasi pada tekanan dibawah 1
atm.
3. Distilasi Bertekanan merupakan distilasi pada tekanan 2 atm.

2. Sifat Kimia Minyak Bumi


Susunan komposisi Kimia Minyak Bumi berdasarkan Hasil
Analisa Elementer pada umumnya adalah sebagai berikut :

Jenis Atom % Berat


Karbon (C) 83 – 87 %
Hidogen (H) 11 – 14 %
Sulfur (S) 0,1 – 2 % atau lebih
Nitrogen (N) 0,01 – 0,3 %
Oksigen (O) 0,1 – 1 %
Metal (Fe, V, Ni dll) 0,03 %

Minyak bumi sebagian besar terdiri dari dua unsure yaitu


carbon dan hydrogen namun kedua unsure ini telah dapat membentuk
berbagai macam senyawa molekuler dengan rantai yang terdiri dari
atom C dan H tersebut dapat bercabang – cabang ke berbagai arah dan
dapat membentuk berbagai macam struktur 3 dimensi dengan kata lain
C dan H ini dapat membentuk molekul yang sangat besar dan jumlah
karbon dalam setiap molekul dapat berjumlah sampai puluhan bahkan
secara teoritis dapat ratusan atau ribuan.

2.5. Komponen Minyak Bumi

Komponen pada minyak bumi terdapat dua komponen yaitu Komponen


hidrokarbon dan komponen Non – hidrokarbon (Impurities)
1. Komponen Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan menjadi 3
golongan, yaitu :

1. Golongan Parafinik
Parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rantai lurus atau
rantai cabang, tanpa struktur cincin. Mempunyai rumus umum
molekul :

CnH2n+2
Contoh :

CH3(CH2)nCH3 : parafin rantai lurus

CH3CH2CH2(CH2)nCH2CH2CHCH3 : parafin rantai cabang

CH3

Senyawa parafin memiliki 4 atom karbon (C) atau kurang


berupa gas pada suhu kamar dan tekanan atm. Metana dan etana
meruapakan gas alam, sedangkan propana, butana dan isobutan
merupakan komponen utama LPG. Senyawa parafin dengan atom
karbon (C) 5 sampai 15 pada suhu kamar dan tekanan atm terdapat
pada fraksi naptha, premium, kerosine dan solar. Sedangkan atom
karbon (C) diatas 15 pada suhu kamar dan tekanan atm berbentuk
kristal terdapat pada residu.

2. Golongan Napthenik
Napthen adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang mempunyai satu
cincin atau lebih. Senyawa napthen juga disebut hidrokarbon alisiklik.
Mempunyai rumus molekul :

CnH2n
Contoh :

R R

Alkil siklopentana Alkil sikloheksana

3. Golongan Aromatik
Aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai satu inti
benzena atau lebih. Mempunyai rumus molekul :

CnHn
Contoh :

Benzena Napthalena Phenanthrena

Sedangkan Golongan Olefinik umunya tidak diketemukan dalam


Crude Oil, demikian juga hidrokarbon Asetilenik sangat jarang.

2. Komponen Non Hidrokarbon/Impurities

Crude Oil mengandung sejumlah senyawa non-hidrokarbon, terutama


adalah senyawa Sulfur, Nitrogen, Oksigen dan Konstituen Metalik. Berikut
penjelasannya :
1. Senyawa Sulfur
Crude Oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan
sulfur yang lebih tinggi pula. Keberadaan sulfur dalam Minyak Bumi
sering menimbulkan akibat, misalnya dalam Gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair),
karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai
hasil pembakaran gasoline) dan air. Terdapatnya Merkaptan
menyebabkan terjadinya korosi terhadap logam-logam Tembaga dan
Brass, juga berpengaruh terhadap pemakaian TEL dan stabilitas
warna. Sulfur bebas juga korosif.

Sulfida, Disulfida dan Thiophene menyebabkan penurunan


angka oktan. Dalam Gasoline yang mengandung total Sulfur 0,2 – 0,5
% sangat banyak menimbulkan akibat. Dalam diesel fuel (bahan bakar
diesel), adanya senyawa sulfur akan menaikkan sifat keausan logam
dan dapat membentuk engine deposit. Dalam Pelumas yang
mengandung sulfur tinggi akan menurunkan sifat oksidasinya dan
menaikkan pembentukan kerak padatan.

Senyawa Sulfur yang terdapat dalam minyak bumi dan produk-


produknya menimbulkan beberapa kerugian lain, yaitu :

a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa senyawa belerang
yang berbau tidak enak. Senyawa tersebut mempunyai titik didih
rendah yaitu H2S, SO2 dalam gas hasil pembakaran, RSH sampai
dengan 6 atom karbon (C) dalam metal disulfide.

Pencemaran udara juga terjadi karena gas SO2 yang terlarut


dalam kabut yang dikenal dengan nama smoke dan terdapat dikota-
kota industri berkabut. Gas hidrogen sulfida disamping mempunyai
bau tidak enak juga beracun.
b. Korosi
Korosi yang disebabkan oleh senyawa-senyawa belerang
terjadi pada suhu diatas 300 °F. Korosi ini akan merusak alat-alat
pengolahan, khususnya alat-alat yang bekerja pada suhu tinggi.

Senyawa belerang yang bersifat korosi pada suhu rendah


adalah Hidrogen Sulfida, beberapa senyawa Alkil Sulfida dan Dialkil
Sulfida serta Merkaptan yang mempunyai titik didih rendah. Beberapa
contoh peristiwa-peristiwa korosi yang disebabkan oleh senyawa
belerang diantaranya :

- Hidrogen Sulfida dalam udara lembab akan mengubah besi


menjadi besi sulfida yang rapuh.
- Dalam udara lembab gas belerang oksida dalam gas hasil
pembakaran akan merusak cerobong baja dan saluran
pembuangan gas hasil pembakaran.

c. Menurunkan Susceptibility Bensin


Susceptibility bensin terhadap TEL (Tetra Ethyl Lead) yaitu
pengaruh terhadap kemampuan TEL dalam menaikkan angka oktan
yang diukur dalam milimeter TEL untuk setiap US Gallon bensin. Jika
bensin mempunyai kandungan belerang yang cukup tinggi maka akan
memerlukan lebih banyak TEL untuk menaikkan angka oktannya,
berarti memerlukan biaya yang lebih tinggi daripada bensin yang
kandungan belerangnya rendah.

2. Senyawa Nitrogen
Kandungan Nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih
tinggi. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat
membentuk gum pada produk fuel oil. Nitrogen dalam LNG berbentuk
gas yang melarut, meskipun nitrogen bersifat inert tetapi akan
menurunkan mutu LNG baik kualitas maupun kuantitas (NK ↓).

Kerugian lain yang diakibatkan oleh adanya senyawa nitrogen


dalam minyak bumi, yaitu :

- Menurunkan aktifitas katalis yang digunakan dalam proses


perengkahan, reforming, polimerisasi dan isomerisasi.
- Jika dalam kerosine terdapat senyawa nitrogen maka warnanya
yang jernih akan berubah kemerahan dengan bantuan sinar
matahari.
- Senyawa nitrogen dalam bensin akan mempercepat
pembentukan damar dalam karburator.
- Menyebabkan terjadinya endapan dalam minyak bakar selama
penyimpanannya.

3. Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen adalah kurang dari 0,2 % dan menaik
dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik
apabila produk itu lama berhubungan dengan udara.

Oksigen terutama terdapat sebagai asam organik yang


terdistribusi dalam semua fraksi, dengan konsentrasi tertinggi pada
fraksi minyak fase gas. Asam organik terutama terdapat sebagai asam
naftenat dan sebagian kecil sebagai asam alifatik. Asam Naftenat
mempunyai sifat sedikit korosif dan berbau tidak enak. Pada umunya
senyawa oksigen yang ada didalam minyak bumi tidak meimbulkan
masalah yang serius.
4. Konstituen Metalik
Adanya konstituen metalik dalam Crude Oil memerlukan
perhatian khusus dalam industri Minyak Bumi, walaupun berada
dalam jumlah yang sangat kecil.

Logam-logam seperti Besi, Tembaga dan Nikel pada proses


katalitik craking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab menurunkan
produk gasoline menghasilkan banyak gas dan pembentukan coke.

Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas


turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat
membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari
pembakaran fuel yang mengandung natrium dan vanadium dapat
bereaksi dengan refractory furnace (bata tahan api), menyebabkan
turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.

Umumnya, air yang terkandung dalam Crude Oil (sebagai


emulsi) mengandung konstituen metalik berupa garam-garam
anorganik yang terlarut, yaitu dari garam-garam klorida dan sulfat dari
K, Na, Mg dan Ca. Logam-logam ini dipisahkan dalam unit Desalter.
Logam-logam yang lain berada dalam bentuk senyawa Organo
Metalik yang terlarut dalam Minyak Bumi sebagai senyawa komplek
dari metalik soap atau berbentuk koloidal tersuspensi. Didalam
distilasi crude oil, logam-logam cenderung berkumpul dalam fraksi
residu.

2.6. Karekteristik Minyak Bumi

Telah dikatakan bahwa, minyak bumi terdiri dari campuran berbagai


persenyawaan kimia dari suatu golongan yang disebut hidrokarbon. Disamping itu
dalam minyak bumi terdapat persenyawaan – persenyawaan kimia lain yang
mengandung unsure – unsure oksigen, sulfur, nitrogen, dan Logam – logam dalam
jumlah kecil.
Persenyawaan hidrokarbon yang satu berbeda sifatnya dengan persenyawaan
hidrokarbon yang lain. Hal ini berhubungan dengan :
a. Perbedaan dari perbandingan banyaknya unsure karbon dan unsure
hydrogen yang terdapat didalamnya
b. Perbedaan dari susunan unsure – unsure karbon dan hydrogen dalam
molekul persenyawaan tersebut.

Berdasarkan atas susunan ( struktur ) molekul persenyawaan hidrokarbon dapat


digolongkan atas 4 jenis utama, yaitu Parafin, Olefin (dan golongan tak jenuh
lainnya), Naften dan Aromat. Dari jenis – jenis hidrokarbon itulah yang member
pengaruh terhadap sifat dan kegunaannya. Hal ini disebabkan karena masing –
masing jenis hidrokarbon mempunyai sifat – sifat tersendiri, misalnya hidrokarbon
jenis aromatik mempunyai angka oktan tinggi dalam bensin, mempunyai daya larut
yang besar. Sedangkan sifat dari hidrokarbon jenis paraffin sudah membeku dengan
titik tuang tinggi dan sebagainya.

Sifat – sifat hidrokarbon inilah yang berpengaruh terhadap mutu dari produk –
produk minyak bumi yang berhubungan dengan pemakaiannya yang berbeda – beda
suatu jenis produk minyak bumi yang mempunyai sifat – sifat tertentu ( disebut
spesifikasi) dalam memenuhi mutunya dan ini sebagai besar terdapat ditentukan oleh
campuran hidrokarbon yang terdapat didalamnya.
Sebagai contoh dari pengaruh dari jenis hidrokarbon itu dapat dilihat dalam tabel .

Tabel .
Karakteristik Umum Minyak Bumi
Karakteristik Minyak bumi Minyak bumi Aromatik
parafinik
Specifik Gravity 60/600 F Rendah Tinggi

Specifik Gravity API Tinggi Rendah

Angka Oktan dari Bensin Rendah Tinggi

Titik asap dari Kerosin Tinggi Rendah

Angka Cetana dari Minyak Tinggi Rendah


diesel
Tinggi Rendah
Titik tuang dari minyak diesel
tinggi Rendah
Indeks Viskositas dari pelumas

Untuk jenis minyak bumi Naphtanik pada umumnya mempunyai sifat di antara jenis
Parafanik dan Aromatik.
BAB III
PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

3.1. Pengenalan Proses Pengolahan Minyak Bumi

Minyak mentah yang baru dipompakan ke luar dari tanah dan belum diproses
umumnya tidak begitu bermanfaat. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak
mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu di dalam kilang minyak. Kilang
minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah minyak mentah
menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain
yang menjadi bahan baku bagi industry petrokimia. Produk-produk utama yang
dihasilkan dari kilang minyak antara lain: minyak bensin (gasoline), minyak disel,
minyak tanah (kerosene)

Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang sangat kompleks dengan


berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu,
pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Minyak mentah
merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai senyawa
hidrokarbon. Didalam kilang minyak tersebut, minyak mentah akan mengalami
sejumlah proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya
sehingga diperoleh produk yang bermanfaat.

Prosesnya minyak bumi dapat dibagi menjadi 4 (Empat) kelompok, yaitu :

1. Primary Prosessing (Proses Pemisahan Secara Fisika)


2. Secondary Prosessing (Proses Konversi)
3. Treating Proses
4. Blending Proses
3.2. Primary Prosessing ( Proses Pemisahan secara Fisika)

Primary Proses yaitu proses pemisahan minyak bumi atau fraksinya dimana
struktur kimia senyawa hidrokarbon tidak mengalami perubahan. Antara lain :
a. Proses Separasi ( Proses fisik)
Proses ini merupakan pemisahan secara fisis (fisika) dimana hidrokarbon
atau minyak mentah dipisahkan berdasarkan sifat – sifat fisika
komponennya.
Contoh :
- Perbedaan titik didih
- Perbedaan titik beku
- Perbedaan sifat kelarutan
Pada Dasarnya dasarnya proses pemisahan ini tidak ada perubahan atau
pengubahan atau pengubahan struktur molekulnya.
Contoh :
- Untuk perbedaan titik didih
1. Destilasi
1.1.Destilasi Atmosferik
1.2.Destilasi Vacum
1.3.Destilasi Bertekanan
- Perbedaan titik beku : Wax Plant
- Perbedaan kelarutan : Extraksi dan Absorbstion

3.3. Secondary Prosessing ( Konversi )

Dalam proses ini terjadi proses perubahan struktur molekul hidrokarbon dengan
suatu reaksi kimia dengan bantuan panas dan katalis.
Pada proses ini terbagi beberapa macam antara lain :
- Decomposisi Molekul :
1. Thermal Cracking
Minyak Bumi bila dipanaskan pada suhu dan tekanan yang cukup tinggi
akan mengalimi perubahan struktur kimianya. Pada umumnya senyawa
hidrokarbon jika dipanaskan akan mengalami perengkahan (Cracking ).
Didalam peristiwa perengkahan rantai molekul hidrokarbon yang
panjang akan pecah menjadi dua atau lebih rantai – rantai molekul
hidrokarbon yang lebih pendek. Maka dari itu proses cracking yang
hanya dilakukan dengan panas disebut thermal cracking

2. Hidro Craking
Hidrocracking merupakan unit perengkahan hidrokarbon berantai
panjang (HVGO) menjadi hidrokarbon berantai pendek dengan
menggunakan gas hidrogen dan katalis. Hidrocracking adalah suatu
proses thermal (350 °C, 660 °F) hidrogenasi disertai dengan kraking.
Proses ini dilakukan pada tekanan tinggi (100 – 2000 Psi) dan dihasilkan
produk yang berubah sifat dan mutu dari sebelumnya. Hidrocracking
merupakan suatu proses gabungan antara katalitik kraking dan
hidrogenasi. Reaksi katalis dengan menggunakan katalis Silika-alumina
(zeolit) dan reaksi hidrogenasi dengan Platina, Tungsten Oksida atau
Nikel. Jadi, proses hidrokraking menggunakan dua katalis yang masing-
masing katalis berbeda fungsinya disebut Katalis Fungsi Ganda (Dual-
Function Catalyst).

3. Catalytic Cracking
Katalytic Cracking adalah peruraian senyawa hidrokarbon oleh panas
dengan bantuan katalis. Proses katalytic cracking merupakan proses
untuk membuat gasoline yang kaya akan parafin cabang, siklo parafin
dan aromatik yang bertujuan untuk meningkatkan mutu gasoline.
4. Visbreaking
Visbreaking adalah operasi perengkahan ringan dimana recude crude (
Apakah dari destilasi atmosferik atau vacuum ) dikonversimelalui
thermal crecking menjadi middle distillate dan heavy fuel oil yang
stabil.

5. Coaking
Operasi coking menggunakan prinsip – prinsip dasar yang sama seperti
visbreaking yaitu reduce crude dikonversikan secara sempurna menjadi
komponen – komponen ringna dan berat

- Sintesa Molekul
1. Polymerasi
Polimerisasi adalah proses dimana suatu substansi dengan berat molekul
rendah diubah menjadi satu molekul dengan berat molekul yang lebih
besar. Dengan kata lain, polimerisasi itu merupakan penggabungan dari
satu molekul dengan molekul yang sama, membentuk satu molekul
besar. Polimerisasi umunya terjadi dari penggabungan Olefin Alifatik.
Dari monomer menjadi polimer.

2. Alkylasi
Alkilasi pada industri minyak bumi menunjukkan suatu proses untuk
mendapatkan angka oktan komponen bahan bakar dengan
menggabungkan senyawa-senyawa Olefin dan Parafin

- Perubahan Struktur Molekul


1. Reforming
Proses Reforming adalah proses upgrading naptha yang bertujuan untuk
menaikkan angka oktan dari naptha pada boiling range 80 – 200 °C.
2. Isomerisasi
Isomerisasi adalah proses perubahan rumus bangun tanpa merubah
rumus kimianya. Tujuan isomerisasi pada proses Pengolahan Minyak Bumi,
yaitu :
1. Mengubah n-butana menjadi isobutana, dimana dapat dilakukan
alkilasi menjadi hidrokarbon cair dalam trayek didih gasoline.
2. Menaikkan angka oktan, yaitu dengan mengubah n-parafin menjadi
isoparafin. Yaitu dengan cara, menjadikan titik didih n-parafin
dalam trayek didih gasoline

3.4. Proses Treating

Proses Treating bertujuan untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan.


Proses Treating dapat diartikan :

a. Penghilangan sebagian atau seluruhnya, pemisahan atau pengubahan


senyawa-senyawa yang tidak diinginkan yang terdapat dalam minyak
mentah, gas, produk tengah dan produk akhir. Senyawa-senyawa tersebut
dapat berupa logam (besi, logam berat) ataupun non-logam (phospor,
natrium), senyawa organik asam naftenik maupun H2S dan NaCl.
b. Pemisahan atau peniadaan sebagian hidrokarbon yang tidak diinginkan,
dengan maksud menaikkan kadar hirokarbon yang diinginkan untuk
meningkatkan kualitas produk, misalnya solvent extraction dari minyak
pelumas untuk memperbaiki viscositas index.
Proses Treating menurut jenisnya dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Proses Treating Kimia


Proses ini banyak dipakai saat ini terutama untuk middle distilate yang
paling banyak dipakai masyarakat. Proses ini dibagi menjadi 8, yaitu :
a. Alkali Treating (Treating produk gasoline, LPG)
Pencucian produk gasoline dengan caustic soda dengan
konsentrasi ± 350 gram/liter pada Proses alkali treating
bertujuan untuk menghilangkan H2S dan Merakaptan yang
diubah menjadi senyawa netral.

b. Doctor Treating (Treating produk gasoline, kerosine)


Doctor treating bertujuan menghilangkan senyawa sulfur yang
terikut dalam fraksi minyak bumi (gasoline, kesrosine)
terutama merkaptan berat (merkaptan ringan sudah dihilangkan
dengan caustic wash), bahan kimia yang dipakai disebut
Doctor Solution (Natrium Plumbite Na2PbO2) dan sulfur bebas.

c. Acid Treating (Treating terhadap warna, smoke point kerosine)


H2SO4 dipakai sebagai reagent dengan konsentrasi 93%.
Treating distilate ringan dipakai lebih encer, untuk
memperbaiki smoke point kerosine atau menghilangkan tar
dari tube oil dipakai konsentrasi yang lebih pekat.

d. Clay Treating (Treating terhadap warna, olefin)


Clay dipakai sebagai adsorbent, ada 2 macam clay yaitu natural
clay dan synthetic clay. Dimana clay berfungsi untuk
memperbaiki warna dan bau, menghilangkan air atau larutan
impurities seperti senyawa resin atau asphalt, senyawa
nitrogen, senyawa oksigen dan beberapa senyawa sulfur.

e. Hidrotreating (Treating terhadap sulfur dari feed stock)


Merupakan proses penghilangan sulfur dengan menggunakan
katalis dan hidrogen. Biasanya sering disebut juga Hidrotreater
atau Hidrodesulfurizer.
f. Merox Treating (Treating terhadap bau)
Merox merupakan singkatan Mercaptan Oxidation. Proses
awal merupakan caustic treating, kemudian oksidasi merkaptan
menjadi disulfida. Tahap kedua adalah sweetening. Tahap
ketiga adalah post treatment dimana produk dibebaskan dari
senyawa logam.

g. Refinery Gas Treating (Treating terhadap sulfur gas)


Mengubah senyawa sulfur menjadi H2S, sehingga refinery gas
tidak mengandung H2S. Biasanya dengan memisahkan H2S
dari fuel gas kemudian membakarnya di flare system atau lebih
baik dikumpulkan lalu dijual.

h. Sulfur Recovery (Menanggulangi pencemaran udara)


H2S diubah menjadi sulfur bebas dengan suatu proses
pembakaran dengan menggunakan udara.
Reaksi : 2 H2S + 3 O2 → 2 H2O + SO2

2. Proses Treating Fisika


Treating secara fisika adalah treating dimana diharapkan tidak terjadi
perubahan struktur kimia dari komponen-komponen didalam produk minyak
bumi. Sistem ini dipakai apabila titik didih antara produk dan impuritiesnya,
bila dipisahkan dengan distilasi biasa tidak akan sempurna, sehingga
diperlukan suatu pelarut yang memiliki daya larut terhadap produk atau
impuritiesnya. Pelarutnya sering disebut dengan solvent, sedang solvent
treating disebut juga Proses Ekstraksi.

Proses Treating Fisika dibagi menjadi 4, yaitu :

a. Edeleanu Proses
Menghilangkan senyawa aromatik, hidrokarbon tidak jenuh
pada naptha, kerosine dengan solvent SO2.

b. Propane De Aspalthing Unit


Menghilangkan aspalt dalam short residu dengan solvent
propana.

c. Furfural Extraction Unit


Memisahkan komponen aromat yang mempunyai viscositas
index rendah dari waxy destilate.

d. MEK Dewaxing Unit


Mengurangi kadar wax (parafin) dengan kristalasi dan filtrasi,
solvent MEK dan Toluene.

3. Proses Electrial Treating


Merupakan alat pemisah garam dalam minyak mentah dengan
mengikat garam tersebut dan mempercepat pengendapannya dengan jalan
menambah bahan kimia atau dengan bantuan tegangan listrik. Salah satu
contoh adalah Desalter (mengikat garam dalam crude oil dengan injeksi
demulsifier).

3.5. Proses Blending

Blending adalah suatu proses pencampuran untuk mendapatkan produk atau


umpan yang memenuhi persyaratan/spesifikasi yang diperlukan.
Contoh :
- Blending ON
- Blending SG
- Blending Viscositas
3.6. Proses Destilasi

Proses Distilasi disebut juga penyulingan adalah proses pemisahan berdasarkan


tingkat penguapan atau titik didih suatu campuran. Pada penyulingan minyak bumi
yang berupa multi komponen pemisahnya didasarkan pada trayek didih atau fraksi-
fraksinya sehingga prosesnya sering disebut juaga proses fraksinasi. Proses Distilasi
menurut tekanan kerjanya dibedakan menjadi 3, yaitu

3.6.1. Destilasi Atmosferik

Destilasi atmosferik adalah proses pemisahan minyak bumi secara fisik


dengan menggunakan perbedaan titik didih. Karena crude oil adalah campuran
dari komponen – komponen yang sangat komlek dan pemisahan berdasarkan
fraksi – fraksinya sehingga destilasi ini pemisahan dengan berdasarkan treyek
didihnya. Tekanan kerja dari destilasi atmosferik pasa tekanan atmosfir yaitu
tekanan operasi antara 1 atmosfir sampai dengan 1.5 atmosferik.
Dalam proses distilasi atmosferik akan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Gas
2. Light Naphta
3. Heavy Naphta
4. Kerosine
5. Solar
6. Long Residu

Prinsip pada Proses distilasi atmosferik dapat dilihat pada diagram alir
sebagai berikut :

Dilihat Pada diagram alir diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Dari tanki penampungan (Tankage), Crude Oil dipanaskan menggunakan
alat penukar panas (Heat Exchanger) kemudian masuk ke alat penghilang
garam (Desalter) guna menghilangkan garam-garam yang terikut oleh
Crude Oil hasilnya (Saltwater) merupakan air garam yang sudah terpisah
dengan crude oil tersebut.
2. Selanjutnya dari Desalter, Crude Oil dipanaskan kembali menggunakan
Heat Exchanger kemudian masuk kedalam Furnace. Panas yang berasal dari
Heat Exchanger tetap dipertahankan hingga masuk kedalam Kolom
Fraksinasi dengan suhu 370 °C.
3. Didalam kolom inilah, Crude Oil mengalami pemisahan berdasarkan titik
didih fraksi-fraksinya.
4. Crude Oil masuk kedalam Kolom Fraksinasi, minyak yang mudah menguap
(berubah bentuk gas) akan menguap dan naik ke kolom bagian atas.
Semakin mudah menguap semakin naik. Uap minyak yang naik keatas akan
dipertemukan dengan cairan yang sudah terbentuk menggunakan suatu alat
yang disebut alat kontak. Suhu dalam kolom fraksinasi semakin keatas
semakin rendah yakni berkisar 105 – 200 °C. Didaerah tengah, suhu
berkisar sekitar 280 °C sedangkan didaerah bawah, suhu berkisar sekitar
340 °C.

5. Hasil dari Top Colom masuk kedalam alat pengembun (Condensor). Akan
tetapi, ada sebagian hasil dari Top Colom yang dikembalikan kedalam
Kolom Fraksinasi guna mempertajam pemisahan dibagian Top Colom.
Tempat pengembali tersebut disebut Reflux Drum.
6. Untuk hasil dibagian Top Colom menggunakan alat pengembun
(Condensor) sedangkan didaerah Middle dan Buttom Colom mengunakan
alat penukar panas (Heat Exchanger).
7. Berikut hasil dari Proses destilasi atmosferik.
Fraksi Boilling Range oc % Volume
1. Gas - 0,02
2. LPG - 2,50
3. Light Naphta 45 – 80 7
4. Heavy Naphta 90 – 150 16
5. Kerosine 160 – 240 21
6. Light Gas oil 250 – 270 11
7. Heavy Gas oil 280 – 350 12
8. Residu > 350 Sisanya

3.6.1.1.Pealatan Utama Destilasi Atmosferik

Didalam proses destilasi atmosferik peralatan – peralatan yang digunakan


cukup banyak, sehingga perlu dikenal peralatan utamanya antara lain :
1. Pompa
Pompa adalah alat pemindahan fluida cair dari suatu tempat ke
tempat lain melalui suatu media pipa dengan memberikan energi dan
dilakukan secara terus menerus/kontinyu
Pompa mempunyai bermacam – macam jenisnya misalnya pompa
centrifugal, pompa piston dan lain – lain

2. Kolom Distilasi
Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris yang tinggi (sekitar
40m) dan didalamnya terdapat tray-tray yang berfungsi memisahkan
dan mengumpulkan fluida panas yang menguap ke atas. Fraksi
hidrokarbon berat mengumpul di bagian bawah kolom, sementara
fraksi-fraksi yang lebih ringan akan mengumpul di bagian-bagian
kolom yang lebih atas.

3. Kolom Stripper
Kolom stripper berfungsi untuk menajamkan pemisahan komponen-
komponen dengan cara mengusir atau melucuti fraksi-fraksi yang
lebih ringan didalam produk yang dikehendaki.
4. Heat Exchanger
Berfungsi untuk berlangsungnya proses pemindahan panas antara
fluida satu ke fluida lain yang saling mempunyai kepentingan.

5. Condensor
Condensor berfungsi untuk mengembunkan uap yaitu mengubah fase
uap menjadi fase cair, dan umumnya yang dipakai sebagai pendingin
adalah air.

6. Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan dua zat yang saling
melarutkan, misalnya gas dan cairan, minyak dan air dan sebagainya.

7. Furnace
Furnace berfungsi sebagai tempat mentransfer panas yang diperoleh
dari hasil pemabakaran bahan bakar. Didalam dapur terdapat pipa
pemanasan yang disusun sedemikian rupa sehingga proses
pemindahan panas dapat berjalan sebaik mungkin.

8. Cooler
Cooler berfungsi sebagai peralatan untuk mendinginkan produk yang
masih mempunyai suhu tinggi yang tidak diijinkan untuk di simpan
dalam tangki.
3.6.1.2.Variabel Operasi

Pengaturan variabel proses sangat penting sekali untuk mendapatkan


kualitas maupun kuantitas produk yang dikehendaki. Perubahan variabel
proses akan mengakibatkan penyimpangan menyeluruh terhadap mutu
ataupun jumlah produk. Oleh karena itu kontrol terhadap kualitas produk
dilaboratorium sangat penting artinya untuk mengatur atau mengontrol
variabel proses. Variabel operasi diantaranya yaitu :

1. Suhu
Pengaruh suhu didalam suatu proses distilasi merupakan faktor yang
sangat menentukan, karena pada proses ini terjadi pemisahan atas komponen-
komponen campuran berdasarkan titik didihnya. Pengaruh suhu operasi yang
terlalu tinggi pada crude oil akan menimbulkan perengkahan (cracking)
didalam tube yang efeknya dapat berkelanjutan pembentukan pembentukan
coke didalam tube yang efeknya dapat menghambat transfer panas dan bahkan
dapat merusak tube karena panas yang berlebihan pada dinding tube.

2. Tekanan
Pengaruh tekanan sangat berdampak pada distilasi hampa dan
bertekanan. Pengaruh tekanan operasi yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan naiknya titik didih dengan kata lain penguapan akan menjadi
lebih sulit.

3. Laju Air (Flow Rate)


Laju air berpengaruh terhadap tingginya permukaan cairan (level)
didalam kolom fraksinasi. Jika aliran masuk keadaaan kolom terlalu besar
akan mengakibatkan naiknya permukaan cairan didalam kolom dan akibatnya
terhadap hasil bawah akan menurunkan titik didih awal dan flash point.
4. Tinggi Permukaan (Level)
Tinggi rendahnya permukaan cairan didalam kolom fraksinasi dapat
mempengaruhi keadaan cairan pada tiap-tiap tray.

3.6.2. Destilasi Vaccum

Destilasi vaccum adalah merupakan destilasi tekanan dibawah 1 atmosfer,


untuk memisahkan fraksi – fraksi yang tidak dapat dipisahkan dengan
destilasi atmosferik seperti gasoil berat, parafine destilate atau vakum distilate
yang masih terkandung didalam long residu dari hasil destilasi atmosferik.
Residu yang terdapat dari destilasi atmosferik ini tidak dapat dipisahkan
dengan destilasi atmosferik, apabila dipanaskan pada tekanan atmosferik akan
terjadi cracking sehingga akan merusak mutu produk dan menimbulkan tar
(coke) yang kemudian dapat diberikan kenutuhan pada tube dapur. Dengan
cara penyulingan dibawah tekanan atmosferik atau tekanan vakum fraksi –
fraksi yang terkandung didalam long residu dapat dicovery(?).
Prinsip ini didasarkan pada hukum fisika dimana zat cair akan mendidih
dibawah titik didih normalnya apabila tekanan pada permukaan zat cair itu
diperkecil atau vakum. Untuk memperkecil tekanan permukaan zat cair
dipergunakan dengan alat jet ejector dan barometric condensor. Pada
prinsipnya proses vakum ini tidak jauh dari proses destilasi atmosferik.
Proses destilasi vakum pada sistem vakum proses berlangsung dibawah
kondisi normal ± 30 – 35 mmHg dengan tujuan menurunkan titik didihnya.
Sepertinya halnya pada destilasi atmosferik, maka pemisahan
menyangkut dua kegiatan yaitu :
a. Evaporation
Yaitu memanaskan cairan hingga menjadi uap
b. Condensor
Proses pengembunan uap menjadi cair kembali
Pada proses alir destilasi vaccum dapat dijelaskan sebagai berikut :

Distilasi vakum atau HVU secara pemisahan fisik berdasarkan titik


didih masing-masing fraksinya pada satu campuran dengan menggunakan
tekanan dibawah tekanan atmosfer. Distilasi vakum adalah distilasi yang
tekanan operasinya 0,4 atm (300 mmHg absolut). Distilasi yang dilakukan
dalam tekanan operasi ini biasanya karena beberapa alasan yaitu :

a. Sifat penguapan relative antar komponen biasanya meningkat seiring


dengan menurunnya boiling temperature. Sifat penguapan relatif yang
meningkat memudahkan terjadinya proses seperasi sehingga jumlah stage
teoritis yang dibutuhkan berkurang. Jika jumlah stage teoritis yang di
butuhkan berkurang. Jika jumlah stage teoritis konstan, rasio refluks yang
diperlukan untuk proses separasi yang sama dapat dikurangi. Jika kedua
variabel di atas konstan maka kemurnian produk yang dihasilkan akan
meningkat.
b. Distilasi pada temperatur rendah dilakukan ketika mengolah produk yang
sensitive terhadap variabel temperature. Temperatur bagian bawah yang
rendah menghasilkan beberapa reaksi yang tidak diinginkan seperti
dekomposisi produk, polimerisasi, dan penghilangan warna.

c. Pemisahan dapat dilakukan terhadap kompnen dengan tekanan uap yang


sangat rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada
titik didihnya.

d. Reboiler dengan temperature yang rendah yang menggunakan sumber


energy dengan harga yang lebih murah seperti steam dengan tekanan
rendah atau air panas.

Dilihat pada Gambar dibawah dapat dijelas secara singkat sebagai berikut :
Long Residue hasil dari proses distilasi atmosfer dipanaskan pada
preheater dan dapur sampai temperatur ± 345°C, kamudian dimasukkan dalam
kolom distilasi vacum yang tekanannya ± 13 mmH2O. Dalam kolom ini
terdapat tray-tray seperti halnya di kolom distilasi atmosferik. Untuk
memperluas kontak uap dan cairan biasanya kolomnya dibuat lebih lebar.
Untuk mendapatkan tekanan dibawah atmosfer digunakan peralatan yang
disebut ejector dan kondensor.

Dari kolom ini akan keluar produk masing-masing :

1. Top kolom berupa produk Light Vacum Sloop ( LVS ), produk ini
merupakan produk yang jelek, yang biasanya di tampung sebagai
minyak sloop.
2. Dibawah Light Vacum Sloop ( LVS ) adalah produk Light Vacum Gas
Oil ( LVGO ), digunakan untuk komponen blending solar.
3. Selanjutnya produk Parafine Oil Distillate ( POD ), produk ini adalah
bahan baku bagi proses pembuatan lilin atau Wax di unit proses Wax
Plant. Produk ini merupakan produk yang khusus, jadi tidak semua
HVU mempunyai produk ini.
4. Produk selanjutnya adalah produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ).
Produk ini digunakan untuk bahan baku proses cracking ( Hydro
Cracking Unit / HCU ). Produk POD bila tidak di olah di wax plant di
gabungkan dengan produk HVGO untuk umpan di HCU.
5. Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue yang digunakan
untuk Fuel Oil di dapur atau digunakan untuk asphal jalan.

Produk-produk tersebut keluar dari kolom kemudian diambil panasnya


di preheater atau heat exchanger dan didinginkan dengan fin fan dan
selanjutnya di kirim ke tanki produksi atau ke proses selanjutnya.
3.6.2.1.Peralatan Utama Destilasi Vaccum

Didalam proses destilasi Vaccum peralatan – peralatan yang digunakan


cukup banyak, sehingga perlu dikenal peralatan utamanya antara lain :
1. Pompa
Pompa adalah alat pemindahan fluida cair dari suatu tempat ke
tempat lain melalui suatu media pipa dengan memberikan energi dan
dilakukan secara terus menerus/kontinyu
Pompa mempunyai bermacam – macam jenisnya misalnya pompa
centrifugal, pompa piston dan lain – lain

2. Kolom Distilasi
Kolom distilasi adalah berbentuk silinder yang terbuat dari bahan
baja dimana didalamnya dilengkapai alat kontak (tray) yang
berfungsi untuk memisahkan komponen campuran larutan. Didalam
kolom tersebut dilengkapi dengan sampbungan untuk saluran umpan,
hasil samping reflux, reboiler, produk dan produk bottom dan steam
stripping

3. Kolom Stripper
Kolom stripper berfungsi untuk menajamkan pemisahan komponen-
komponen dengan cara mengusir atau melucuti fraksi-fraksi yang
lebih ringan didalam produk yang dikehendaki.

4. Heat Exchanger
Berfungsi untuk berlangsungnya proses pemindahan panas antara
fluida satu ke fluida lain yang saling mempunyai kepentingan.
5. Condensor
Condensor berfungsi untuk mengembunkan uap yaitu mengubah fase
uap menjadi fase cair, dan umumnya yang dipakai sebagai pendingin
adalah air.

6. Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan dua zat yang saling
melarutkan, misalnya gas dan cairan, minyak dan air dan sebagainya.

7. Furnace
Furnace berfungsi sebagai tempat mentransfer panas yang diperoleh
dari hasil pemabakaran bahan bakar. Didalam dapur terdapat pipa
pemanasan yang disusun sedemikian rupa sehingga proses
pemindahan panas dapat berjalan sebaik mungkin.

8. Cooler
Cooler berfungsi sebagai peralatan untuk mendinginkan produk yang
masih mempunyai suhu tinggi yang tidak diijinkan untuk di simpan
dalam tangki.

9. Perpipaan
Perpipaan adalah suatu sistem jaringan pipa yang menghubungkan
dari peralatan satu dengan peralatan lainnya. Pipa berfungsi sebagai
alat penyaluran/mengalirkan cairan atau gas. Pipa dibuat dari
bermacam – macam jenis bahan misalkan dari baja, karet, PVC dan
lain – lain tergantung biasanya jenis baja dengan panduan carbon
10. Instumentasi
Instrumentasi adalah suatu alat kontrol yang digunakan didalam
proses pengolahan minyak agar proses dapat terkendali dan aman
sehingga apa yang diharapkan dalam proses pengolahan dapat
tercapai.

11. Jet Ejektor


Jet Ejektor adalah suatu alat untuk membuat kevakuman yang tinggi
didalam HVU (High Vaccum Unit)
Ada 2 macam ejector yang umum dioperasikan
1. Dengan Steam
2. Dengan Air yang disebut proses cair
Ejector cair yang dipakai untuk membuat kevakuman yang sedang
atau proses pencampuran cairan, sedangkan ejector dengan steam
yang penting untuk membuat dan mempertahankan kevakuman
suatu system dan dapat dilaksanakan dengan single atau multi
ejector. Kadang – kadang dikombinasikan dengan suatu condensor
misal barometric condensor..

3.6.2.2.Variabel Operasi

Variabel Operasi yang pokok yang perlu untuk dikendalikan secara


cermat didalam proses destilasi vakum adalah :
1. Temperatur
2. Kevakuman
3. Kualitas Umpan
4. Aliran Reflux
BAB IV
PRODUK HASIL PENGOLAHAN MINYAK BUMI

4.1. Produk Hasil Crude Distillation Unit

Produk hasil dari unit pengolahan Crude Distillation Unit diantaranya :

1. LPG

Elpiji, dari pelafalan singkatan bahasa Inggris; LPG (liquified petroleum


gas, harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari
berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah
tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya
didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana
(C5H12).

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam
bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama.
Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam
bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal
expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara
penuh, hanya sekitar 80 - 85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila
menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi,
tekanan dan temperatur, tetapi biasanya sekitar 250 : 1.
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga
bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan
tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar
mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F).

Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji


campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji
tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor:
25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran.

Komponen pembuatannya adalah :

- Natural Gas ( Gas Alam ).


- Refinery Gas ( Gas hasil pengolahan kilang ).
- Gas ikutan dari Crude Oil.

Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

- Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.


- Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau
menyengat.
- Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki
atau silinder.
- Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
- Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak
menempati daerah yang rendah.

Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur
(terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup
banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor (walaupun mesin
kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).
Salah satu risiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada
tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan
kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit
dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu Pertamina
menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah
itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung gas.
Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran
elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi lebih
besar.

2. Motor Gasoline (Mogas)

Motor Gasoline atau lebih dikenal dengan sebutan bensin atu premium
adalah produksi minyak bumi yang terdiri dari campuran kompleks senyawa
hidrokarbon yang mempunyai trayek titik didih antara 40-200°C dan
dipergunakan sebagai bahan bakar motor-motor yang menggunakan busi.
Mogas adalah pencampuran (blending) dari fraksi-fraksi naftha dan reformate.

Dalam pemakaian komersial mogas, terdapat beberapa jenis sesuai


kebutuhan pasar yang tergantung dari jenis engine baik untuk kendaraan
bermotor maupun untuk pesawat terbang jenis turbo prop dan iklim daerah
pemasaran.
Komponen pembuatan Mogas adalah :

1. Light Naptha 6. Alkilate


2. Heavy Naptha
3. Platformat
4. HOMC (High Octan Mogas Component)
5. Tetra Etiled (TEL)
Mogas yang di kenal di indonesia antara lain : premium 88, bensin super
96, premix, bensin super TT dan avigas, pertamax.

Sifat sifat Motor Gasoline :

1. Sifat anti ketukan (Anti Knocking)


Kualitas bensin ditunjukan oleh sifat anti ketuk dari bahan bakar
bensin yang di tunjukkan oleh Oktan Number dari bahan bakar bensin
tersebut. Bila bahan bakar memenuhi kebutuhan angka oktan dari
motor bensin tersebut , maka tidak ada lagi ketukan pada mesin
(ngelitik). Biasa angka oktan tergantung pada komposisi
hidrokarbonnya dan angka oktan bisa ditambah dengan menambahkan
adiktif anti ketuk.

2. Sifat Penguapan (Volatility)


Sifat penguapan biasa diukur dari pemeriksaan destilasi dan
pemeriksaan tekanan uap (Reid Vapor Test), sifat penguapan ini
mengontrol sifat bensin dalam pemakaian seperti :
- Mudah menyalakan pada waktu dingin (Cold Starting).
- Mudah mencapi panas operasi (Warm Up).
- Penghalang uap (Vapor Lock).
- Pembentukan es dalam carburator (Carburator Icing).
- Distributor campuran dalam silinder.
Jika penguapan bensin terlalu rendah, maka bensin sulit menguap
sehingga sulit sekali dinyalakan disaat waktu dingin dan sukar
mencapai panas. Jika penguapan terlalu tinggi juag tidak baik, maka
terlalu banyak bensin yang teruapkan sehingga boros dalam
pemakaian.
3. Engine Deposit
Deposit yang terbentuk dalam ruang pembakaran dipengaruhi oleh
angka oktan gasoline, sehingga tendensi pembentukan deposit
merupakan faktor yang paling penting. Penambahan aditif deposit
modify agent diperlukan untuk mengubah deposit menjadi kurang
merusak.

4. Sifat Anti Karat


Bensin bersifat tidak korosis terhadap bahan konstruksi mesin dan
peralatannya diuji dengan Corrosion Copper Strip Test pada 122° F
selama 3 jam dengan hasil maksimum 1, tidak mengandung air dan
kadar belerangnya harus sekecil mungkin maksimum 0,20% berat,
doctor test negative serta apabilapun positif sebagai alternative
diperiksa kandungan mercaptan sulfurnya maksimum 0,002% berat.

5. Sifat Kestabilan
Bensin harus memiliki sifat kestabilan yang tinggi, tidak mengandung
olefin yang potensial dapat mengandung gum selama panyimpanan,
yang dapat menimbulkan deposit pada ruang bakar dan menyumbat
carburator serta saluran bahan bakar. Untuk itu maka persyaratan
Existen Gum max 4 mg/100 ml serta induction period minimum 240
menit.

6. Bau (odor)
Bau dapat dijadikan petunjuk kualitatif adanya senyawa H2S dan
merkaptan sulfur.

7. Warna
Pemberian warna terutama bertujuan untuk menandakan suatu
gasoline, sehingga konsumen akan dengan mudah mengenalinya dan
pula menunjukkan bahwa bahan bakar minyak tersebut mengandung
TEL, tetapi pemberian bahan pewarna tersebut di batasi untuk
menghindari terjadinya deposit didalam tanki dan pipa saluran.

3. Avtur Turbin Fuel

Avtur adalah fraksi distilat mnyak bumi yang memiliki rentang didih
antara 150-270°C. Digunakan untuk bahan bakar pesawat bermesin turbin jet.

Disini bahan bakar dibakar dalam ruang bakar mesin yang terbentuk
seperti External Combustion engine, dimana bahan bakar dinyalakan dengan
ignition yang dihidupkan pada saat start saja, kemudian akan terbakar terus
menerus dalam ruang bakar turbin dimana bahan bakar di semprotkan kedalam
ruang bakar melewati burner yang di suplai dengan campuran udara dan bahan
bakar, udara juga di suplai lagi dari tempat lain sebagai udara sekunder dan
tersier.
Karena mesin jet ini bekerja pada temperatur kamar sampai sekiar 95°F,
maka fraksi kerosine mrupakan bahan bakar yang paling sesuai untuk mesin jet
dengan spesifikasi yang lebih ketat.
Komponen pembuat avtur adalah :
1. Fraksi kerosine dari unit hidrocracker.
2. Fraksi kerosine dari Crude Distillation Unit yang bersifat
senyawa parafinnya tinggi.

Sifat-sifat Avtur :

1. Sifat kemudahan menguap (volatility)

Sifat volatility adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk


berubah dari fase cair ke uap. Adapun beberapa cara untuk memeriksa
sifat kemudahan menguap hidrokarbon ini, yaitu :
 Distilasi.
 Tekanan uap reid (Reid Vapor Pressure).
 Titik nyala (Flash Point).

Bahan bakar avtur memiliki sifat kemudahan menguap yang


jauh lebih rendah dari pada aviation gasoline (avgas) yang digunakan
untuk pesawat terbang bermotor torak.

2. Sifat operasi pada suhu rendah

Sifat operasi pada suhu rendah dari avtur dinyatakn dengan


titik beku (frezzing point) dan kekentalan (viscosity).

 Sifat freezing point diukur dengan peralatn dan metode


standard menurut ASTM 2386 atau IP 16 dengan syarat:

Untuk avtur atau jet A-1 dan JP-S maksimum besar -47ºC

Untuk jet A adalah maksimum sebesar -40ºC

Unruk jet B adalah maksimum sebesar -50ºC

Untuk JP-4 adalah maksimum sebesar -58ºC

Untuk JP-5 adalah maksimum sebesar -46ºC

 Viscosity di ukur dengan peralatan metode tandard ASTM D


445 atau IP 71 (kinematik Vicosity untuk cairan yang transparan
mapun cairan yang gelap) diukur pada -20ºC.

Untuk avtur, jet A-1, jet A dan JP -8 mm²/detik atau centistokes.

Untuk JP-5 maksimum 8,5 mm²/detik atau centistokes.


3. Sifat pembakaran

Sifat pembakaran avtur dalam spesifikasi dinyatakan dengan :

 Hydrogen Content, Specific Energy atau AGP.


 Smoke Point atau Luminosity.
 Napthalenes serta Aromatic Contents.

4. Density

Untuk avtur, spesifikasi untuk density adalah pada 15ºC


minimum 0,75 dan maksimum 0,830 kg/L atau 775-830 kg/m³. untuk
jet A,A -1 dan JP-8 batasan density adalah 15ºC minimum 0,775 dan
maksimum 0,840 kg/L atau 775-840 kg/m³.untuk jet B dan JP-
4sebesar 751-802 kg/m³. dan untuk JP-5 batsanya sebesar 788-845
kg/m³.

5. Nilai Kalori

Nilai kalori atau specific energy dapat diukur dengan cara


pengukuran memakai Bomb Calorimeter (ASTM D 4809) dapat juga
dihitung dengan cara penghitungan memakai korelasi atau density
dengan aniline point (ASTM D 1405 untuk satuan US) dan (ASTM D
4529 untuk satuan metris/SI) dapat pula dihitung dari korelasi antara
density, boiling point dan kadar aromat (ASTM D 3338) untuk avtur,
jet A-1 ,jetA dan JP-4 serta JP-8 batasan spesifikasi minimum 42,8
MJ/Kg (18600 Btu/lb) untuk JP-5 minimum 42,6 MJ/kg (18500
Btu/lb).
4. Kerosine

Kerosine yang biasa kita sebut dengan minyak tanah adalah fraksi minyak
bumi yang lebih berat dari bensin serta merupakan campuran senyawa
kompleks hidrokarbon yang mempunyai trayek titik didih antara 120 - 380 ºC,
komponen-komponennya yaitu C11 – C13.

Kerosine banyak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sebagai bahan


bakar bensin pertanian, sebagai solvent dan detergen, serta sebagai bahan
pemanas industri kecil, metal, glass makinh.

1. Karakteristik kerosine untuk minyak tanah atau bahan bakar rumah


tangga:

 Harus aman dipakai, tidak memberikn bau merangsang dan


tidak bersifat racun, serta memiliki titik nyala yang cukup
tinggi. Untuk ini sifat yang diprlukan adalah Flash point Abel
(IP.170) minimum 100ºF dan atau minimum 105ºF.
 Harus dapat dibakar sempurna dan nyala apinya baik serta
sedikit mungkin mengandung fraksi berat. Untuk itu sifat
destilasi ASTM pasa 200ºC recofery yang diperlukan adalah
minimum 18% Vol dan end pointnya maximum 310ºC.
 Memiliki nilai pembakaran atau kalori yang tinggi sehingga
SG60/60 nya memiliki 0,835.
 Memiiki sifat kebersihan nyala dan kelangsungan nyala, serta
tendensi bahan kerosine untuk sedikit mungkin membentuk
jelaga, deposit karbon, sekaligus mengotrol kebersihan dari
adanya fraksi berat sebagai kontaminan.
 Tidak menimbulkan asap pada saat pembakaran, titik asap
dibatasi sebagai tinggi nyala api maksimum dimana bahan
bakar kerosine menyala tanpa menimbulkan asap, di batasi
16mm.
 Tidak korosif karena adanya air dan kandungan sulfur
didalamnya dibatasi maksimum 0,20% wt dan Copper Strip
Corrosion (3hr/50ºC) max. No1.

2. Kerosine sebagai Bahan Bakar Mesin Pertanian

Bila kerosine digunakan sebagai bahan bakar mesin pertanian maka


persyaratannya adalah mempunyai sifat kemudahan menguap yang
cukup tidak banyak fraksi berat, tidak mengakibatkan pengenceran
pada pelumas mesin dan tidak menimbulkan korosif dan kotoran-
kotoran merugikan.

3. Kerosine sebagai Bahan Pemanas Industri kecil, Metal, Glass Making

Harus memiliki sifat menguap dan mudah membentuk abu, sifat


penyalaan yang jernih dan nilai kalor yang tinggi, titik nyala tinggi
sehingga tidak menimbulkan kebakaran.

4.2. Produk Hasil Vacuum Unit

Produk hasil dari unit pengolahan Vacuum Unit diantaranya :

1. Solar
Solar merupakan campuran kompleks senyawa hidrokarbon yang
mempunyai trayek didih antara 300 – 370 ºC. komponen- komponenya
yaitu C14- C17. Solar merupakan bahan bakar minyak untuk mesin
pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) jenis piston yang
dinyalakan dengan system kompresi.
Komponen pembuat solar ialah :

 LVGO
 LGO
 HGO
 LCGO

Sifat-sifat solar :

1. Cetan Number

Tolak ukur terhadap sifat ini adalah bilangan cetan, suatu solar
dinyatakan memiliki bilangan cetan S(0<S<100) jika unjuk kerja
minyak tersebut setara dengan unjuk kerja campuran S%-v n-Cetan (n-
heksadeksana/ nC16H34) dengan (100-S)%-v metal naftalena. N-
Cetan berunjuk kerja sangat baik dalam mesin disel, karena langsung
terbakar segera setelah disemprotkan ke silinder dengan nosel.
Sedangkan metal naftalena berunjuk kerja sangat buruk dalam mesin
diesel. Solar memiliki bilangan cetan minimum 50.

2. Aniline Point dan Mid- Boiling Point.

Aniline Point adalah Temperature terendah dimana bahan


bakar dan aniline dengan volume sama dapat bercampur sempurna.
Sedangkan Mid Boiling Point adalah temperature pada 50 5-v bahan
bakar terdistilasi pada distilasi ASTM. Kedua sifat ini dapat ditest
secara tepat dan biaya yang relative murah dibanding menentukan
angka cetan, dimana kualitas penyalaan pada solar dapat didekati
dengan rumus-rumus yang melibatkan dua sifat tersebut. Pendekatan
tersebut adalah diesel index dan cetane index yang diperoleh dari
persamaan berikut :
Diesel Index = Aniline Point (ºF) xºAPI x 0,01

Cetan Index = 175,5 log (mid-boiling pointºF) +1,98 (ºAPI)-496

Table hubungan antara diesel index dan cetane index :

Diesel Index Angka Cetan


26 30
34 35
42 40
49 45
56 50
64 55
72 60

3. Berat Jenis

Berat jenis, Density 15ºC atau Specific Grafity 60/60 º F


(ASTM D 1298). Bahan bakar solar pada umumnya mempunyai berat
jenis 0,840-0,920.

4. Kadar Air dan Sedimen

Kadar air dalam solar dapat diperiksa dengan metode ASTM


D473 dengan metode Ekstraksi.

5. Kadar Abu = Ash Content ASTM D 48-63

Kadar abu dalam solar kemungkinan berasal dari :


- Produk-produk mineral yang secara tak sengaja tercampur
dalam bahan bakar.
- Dapat juga berasal dari minyak bumi serta cara pengolahannya.

Spesifikasi untuk Ash Content di Indonesia di batasi sebear


0,01% berat dalam minyak solar.

6. Stabilitas

Stabilitas solar harus selalu di awasi, antara lain dapat


ditentukan dengan cara pengukuran sifat keasaman. Keasaman dapat
menimbulkan korosi pada mesin. Acid Number seharusnya serendah
mungkin spesifikasi berlaku di Indonesia Total Acid Number Max.
(0,6 mg KOH/g).

7. Sifat Distilasi

Sifat distilasi memberikan gambaran kecepatan penguapan


(volatility) suatu bahan bakar minyak. Dalam spesifikasi bahan bakar
solar karakteristik ini didefinisikan sebagai destilasi Recovery at
300ºC yang penentuannya menurut Metode ASTM D 86.
Spesifikasi Solar :
2. Fuel Oil

Fuel oil adalah bahan bakar minyak bumi untuk memanaskan feed di furnace
guna keperluan proses di unit refinery.

Komponen pembuat Fuel Oil adalah :

 Fraksi residu hasil dari bottom destilasi Atmospheric


 Fraksi residu hasil dari bottom distilasi Vacum
 Fraksi industrial Diesel oil

System pembakarannya adalah dengan bantuan steam atomizing yang


berfungsi agar fuel oil tersebut dapat terkabutkan dan dapat terbakar dengan
sempurna, karena dari sifat fuel oil adalah mempunyai viscositas yang tinggi
(kental). Kekentalanya bekisar 450-500 cst pada 50ºC (225-250 ssf pada
122ºF).

Sifat-sifat Fuel Oil:

1. Berat Jenis

Berat jenis, Density 15ºC atau Specific Grafity 60/60 º F


maksimum 0,990 (ASTM D 1298).

2. Kekentalan atau Viskositas

Kekentalan Fuel oil dapat ditetapkan dengan viskositas


Redwood, Say Bolt atau viskositas kinematis dalam cst pada 40,50
atau 100ºC menurut metode ASTM D 445. Karena harga kekentalan
dipengaruhi oleh perubahan suhu maka dianjurkan sebelum atomisasi,
fuel oil dapat dipanaskan sampai 60-100ºC sesuai kebutuhan (spraying
in burner or injection From Nozzle).
3. Angka netralisasi

Karena Fuel Oil yang dipanaskan atau digunakan tidak boleh


bersifat korosif terhadap logam dalam system transportasi atau pipa
saluran dan tanki = timbunan maka angka netralisai ditetapkan dengan
memeriksa Strong Acid Number dalam mg KOH/gr maksimum NIL.

4. Flash Point

Karena pemakaian Fuel Oil kadang-kadang harus dipanaskan


baik dalam penimbunan dan pemakian maka suhu pemanasan harus
dibatasi dan ditetapkan 5-10 C dibawah flash pointnya untuk
keperluan pengamanan terhadap bahaya api. Flash Point ditentukan
dengan ASTM D 93 cara Pensky Martens Closed Up, Indonesia
Minimumnya 150ºF.

5. Titik Tuang (Pour Point)

Agar tidak mengalami kesulitan dalam pengaliran selama


transportasi dan pemakain karena penurunan suhu dan udara luar,
maka penurunan suhu fuel oil harus dijaga sampai 5-10ºC diatas pour
pointnya. Untuk mengetahui sampai suhu berapa fuel oil masih bisa
mengalir ditentukan dengan ASTM D 97 dengan persyaratan
maksimum 80ºC

6. Kadar belerang

Sulfur content dapat ditentukan dengan ASTM D 1551/1552


persyaratan max 3,5% wt.
7. Kadar air (Water Content)

Dapat ditetapkan dengan pemerikaan water content ATSTM D


95 maksimum 0,75% vol. air juga dapat diperiksa dengan metode
ASTM D 1796.

8. Residu Karbon

Residu karbon dari Fuel Oil dapat ditentukan dengan cara


menetapkan jumlah karbon yang tersisa setelah pembakaran fuel oil
serta pirolisa menurut metode :

 ASTM D 524 Rasnbottom carbon Residu of Petroleum


Product (RCR).
 ASTM D 189 conradson Carbon Residu of Petroleum Product
(CCR).
 ASTM D 4530 Micro Carbon Residu Of Petroleum Product
(MCR).

Spesifikasi RCR, CCR dan MCR untuk Fuel Oil diharapkan sekecil
mungkin. Spesifikasi di Indonesia menetapkan CCR maksimum 14%
berat.

9. Kandungan Asphalt

Menetapkan kandungan asphalt secara total yang ada dalam


Fuel Oil dapat dilakukan dengan metode ASTM D 3279 atau IP 173.
Spesifikasi Fuel Oil (Minyak Bakar):

Spesifikasi 1

Batasan Metode Test

Sifat Min Max ASTM Lain

Specific Gravity at 60/60ºF 0,990 D.298

Vicosty Rewood 1/100°F 400 1250 D.445(1) IP.70

ses
80 D.97

Pour Point °F
18000 D.240

Caloric value Gross


3.5 D.1551/1552
Btu/lb
0.75 D.95
Sulphur Content wt
0.15 D.473
Watre Content vol

Sediment wt
Nil D.93
Neutralizatin Value :
150 D.189
Strong Acid Mmber
14
mg/KOH/gr

Flash Pont PM CC °F

Conradson Carbon Residu


Spesifikasi 2

Batasan Metode Test

Sifat Min Max ASTM Lain

Specific Gravity at 60/60ºF 0,990 D.298

Vicosty Rewood 1/100°F 400 1500 D.445(1) IP.70

ses
90 D.97

Pour Point °F
18000 D.240

Caloric value Gross


3.5 D.1551/1552
Btu/lb
0.75 D.95
Sulphur Content wt
0.15 D.473
Watre Content vol

Sediment wt
nil
Neutralizatin Value :
150 D.93
Strong Acid Mmber
14 D.189
mg/KOH/gr

Flash Pont PM CC °F

Conradson Carbon Residu


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Crude Oil (Minyak Mentah) adalah campuran senyawa kompleks

Hidrokarbon (HC) plus senyawaan organik:sulfur,oksigen,nitrogen,dan

senyawa yang mengandung kontituen logam terutama nikel,besi,dan tembaga.

Crude oil harus melewati beberapa unit pengolahan yang sering disebut Crude

Distillation Unit dengan tahap-tahap proses seperti :Primary Prosessing

(proses pemisahan secara fisika),Secondary Prosessing (proses konversi),dan

treating(pemurnian).

Sehingga diperoleh beberapa produk petrolium yang dapat digunakan sebagai

bahan baku industri-industri kimia petrokimia.Hasil produk tersebut seperti

LPG,Mogas,Avtur,kerosin,solar,fuel oil.

5.2. Saran

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna melengkapi

dan memperbaiki makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai