RADIOLOGY Referat Apendisitis
RADIOLOGY Referat Apendisitis
APPENDISITIS
RISKI SEPTILIANI 0518011025
PUTRI APTALIA AYU 07180110
PRESEPTOR :
dr. Karyanto. Sp. Rad
SMF RADIOLOGI
BANDAR LAMPUNG
FEBRUARI 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan peradangan pada umbai cacing atau apendisitis
Usus buntu ini merupakan penonjolan kecil berbentuk halus sebesar jari
kelingking yang berada di usus besar tepatnya di daerah perbatasan dengan usus.
Sesuai namanya, usus buntu merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya
buntu. Usus buntu ini memiliki beberapa fungsi pertahanan tubuh, namun bukan
kegawatan abdomen. Apendisitis umumnya penyakit pada usia belasan dan awal
penanganan yang diberikan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat
2
B. Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk lebih mengetahui lebih lanjut tentang
gambaran radiologis pada apendisitis. Selain itu, penulisan referat ini sebagai
Kabupaten Temanggung.
C. Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apendisitis
3
1. Anatomi dan Fisiologi
Apendiks adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang terletak pada
proximal kolon, yang hingga sekarang belum diketahui fungsinya. Pada neonatus,
apendiks vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex sekum,
kiri dan belakang kira-kira 2,5 cm di bawah valva ileocaecal. Selama anak-anak,
intraperitoneal. Istilah usus buntu yang sering dipakai di masyarakat awan adalah
Namun, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar di pangkal, dan sempit di
terletak intraperitoneal dan dapat digerakkan. Pada apendiks terdapat 3 tanea coli
uang menyatu dipersambungkan sekum dan bisa berguna sebagai penanda tenpat
pelvic (21%), patileal (5%), paracaecal (2%), subcaecal (1,5%), dan preleal (1%).
4
Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum) yang
serosa. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat kendor dan jaringan elastic
membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe. Antara Mukosa dan
Pichter. Garis diukur dari SIAS dextra ke umbilicus, lalu garis dibagi 3. Pangkal
apendiks terletak 1/3 lateral dari garis tersebut dan dinamakan titik Mc Burney.
Ujung apendiks juga dapat ditentukan dengan pengukuran garis Lanz. Garis
diukur dari SIAS dextra ke SIAS sinistra, lalu garis dibagi 6. Ujung apendiks
5
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular yang merupakan cabang dari
bagian bawah arteri ileocolica. Arteri pada apendiks termasuk end arteri yang
merupakan arteri tanpa kolateral. Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe
elintangi mesoapendiks menuju nodus limfe ileocaecal. Bila arteri ini tersumbat,
misal karena adanya trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.
Gejala klinis apendisitis ditentukan berdasar letak apendiks. Persarafan
sedangkan persarafan simpatis berasal dari n. torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
adalah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
karena jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali bila dibandingkan dengan jumlah
6
2. Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks versiformis dan merupakan
disebut juga umbai cacing. Apendisitis akut merupakan peradangan pada apendiks
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris yang dapat
dilaporkan terjadi pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Apendisitis akut
umum berbahaya. Jika diagnosis terlambat ditegakkan, dapat terjadi ruptur pada
di sekitar apendiks.
3. Epidemiologi
Pria lebih banyak daripada wanita, sedang bayi dan anak sampai berumur 2
tahun terdapat 1% atau kurang. Anak berumur 2 sampai 3 tahun terdapat 15%.
Frekuensi mulai menanjak setelah usia 5 tahun dan mencapai puncaknya berkisar
7
Di AS, insiden appendisitis berkisar ± 4 tiap 1000 anak dibawah 14 tahun.
Walaupun appendisitis dapat terjadi pada setiap umur, namun puncak insiden
4. Etiologi
Appendisitis umumnya terjadi karena adanya proses radang bakteri.
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat.
Ulserasi merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada
hyperplasia jaringan limfoid (60%), 35% karena statis fekal, tumor apendiks,
benda asing dalam tubuh (4%) dan cacing askaris serta parasit dapat pula
yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hyperplasia jaringan limfoid merupakan
penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Fekalit ditemukan 40% pada kasus
apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut gangrenosa tanpa
cairan mucosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini akan
mucosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi
8
kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang
merupakan faktor primer pada apendisitis akut. Adanya fekolith dalam lumen
apendiks yang telah terinfeksi dapat memperburuk dan meperberat infeksi karena
terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks. Pada kultur dapat
kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan
aerob <10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terjadinya malformasi yang herediter dari organ
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik, dan letaknya yang
makan dalam keluarga terutama diet rendah serat yang dapat mempermudah
Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih
tinggi dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun, sekarang terjadinya
sebaliknya. Bangsa kulit putih justru merubah kebiasaan makannya ke pola makan
tinggi serat. Negara berkembang yang dulu mempunyai kebiasaan makan tinggi
serat, kini beralih ke pola makan rendah serat, sehingga memiliki resiko
5. Patofisiologi
9
Patofisiologi appendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian
pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama
saat inilah terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah
menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
Jika kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding
apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan
10
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali
menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat
dan drainase vena, diikuti invasi cairan inflamasi dan bakterial pada dinding
secara klinis nyeri pasien berpindah dari periumbilikus ke kuadran perut kanan
appendisitis gangrenosa.
generalisata.
dilingkupi dengan omentum majus yang berdekatan atau loop usus halus
11
7. Diagnosis
Anamnesis
Nyeri / Sakit perut
peristaltik untuk mengatasi obstruksi yang terjadi pada seluruh saluran cerna,
merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat permulaan. Keadaan
anoreksia hampir selalu ada pada setiap penderita appendisitis akut, bila hal ini
tidak ada maka diagnosis appendisitis akut perlu dipertanyakan. Gejala disuria
nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 –
38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
12
Pemeriksaan Fisik
perut.
Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda
dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan
dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau
fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
13
Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada appendisitis,
Pemeriksaan Penunjang
sekum.
Rontgen foto polos, tidak spesifik, secara umum tidak cost effective.
Kurang dari 5% pasien akan terlihat adanya gambaran opak fekalith yang
USG : pada kasus appendisitis akut akan nampak adanya : adanya struktur
nampak jelas, dapat dibedakan, diameter luar lebih dari 6mm, adanya
14
gambaran “target”, adanya appendicolith, adanya timbunan cairan
CT scan : diameter appendix akan nampak lebih dari 6mm, ada penebalan
fat stranding, phlegmon, free fluid, free air bubbles, abscess, dan
adenopathy.
8. Manifestasi Klinis
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam, nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk. Terdapat pula keluhan lain seperti anoreksia, malaise, dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya pula terdapat keluhan konstipasi, tak jarang
menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif dan dengan pemeriksaan yang seksama akan dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri yang maksimal. Perkusi ringan di kuadran kanan bawah dapat
membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya akan
muncul. Bila ada tanda Rovsing, psoas, dan obturator positif, akan semakin
9. Diagnosis Banding
15
Gastroenteritis akut merupakan kelainan yang sering dikacaukan dengan
apendisitis. Pada kelainan ini terdapat keluhan muntah dan diare yang lebih
sering. Demam dan leukosit meningkat dengan jelas dan tidak sesuai dengan nyeri
perut yang timbul. Lokasi nyeri yang dirasakan tidak jelas dan dapat berpindah-
biasanya berlangsung akut dan perlu adanya observasi berkala untuk menegakkan
diagnosis gastroenteritis.
Adenitis mesenterikum juga menunjukkan gejala dan tanda yang identik
biasanya diawali infeksi saluran napas. Lokasi nyeri perut di bawah kanan tidak
nyeri mungkin lebih ke arah medial, namun kriteria ini bukan kriteria diagnosis
yang dapat digunakan sebagai penegakan diagnosis penyakit ini. Kelainan baik
ureter, salpingitis akut, kehamilan ektopik terganggu, dan kista ovarium terpuntir
bawah.
10. Penatalaksanaan
Jika diketahui hasil diagnosis positif appendisitis akut, maka tindakan yang
dalam dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila appendisitis baru
16
kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap
penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob
dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah
terbentuknya abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu
atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak
menunjukkan tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka
11. Komplikasi
Apendisitis merupakan penyakit yang jarang mereda dengan spontan,
menjadi progresif dan terjadi perforasi. Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam
pertama, oleh karen itu observasi untuk penegakan diagnosis ini aman dilakukan
dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses
yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise, dan makin jelasnya leukositosis. Bila
perforasi disertai peritonitis umum atau pembentukan abses terjadi sejak pasien
operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang
adalah pasien diharapkan untuk tirah baring dalam posisi Fowler medium
17
pemberian antibiotik sesuai hasil kultur, transfusi untuk menangani anemia, dan
bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum dan vagina. Terapi awal
klindamisin. Adanya sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi
dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus
segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum
komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis,
12. Prognosis
Bila diagnosis yang akurat disertai dengan penanganan pembedahan yang
tepat, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan
Banyak pasien dengan gejala klinis yang khas dilakukan operasi segera
18
Saat ini foto polos abdomen dianggap tidak spesifik dan tidak
polos abdomen (seperti perforasi, obstruksi usus atau batu utereter). Kurang dari
pada foto polos abdomen. Temuan spesifik pada foto polos abdomen adalah
berbentuk shell like atau laminated. Temuan lain adalah ketidakjelasan otot psoas
kanan, colon cut off sign, distensi/dilatasi terisolasi pada loop terminal ileum
sekum, dan kolon asenden (kurang sering) dengan air fluid level. Atoni
dinamakan Ileus sekal, hasil dari iritasi peritoneurn dengan edema lokal dan
retensi cairan. Terutama dengan apendiks retrosekal, edema dinding sekum dapat
perforasi. Udara yang mengisi apendiks dapat terlihat pada appendisitis, temuan
apendiks biasanya obliterasi dan sisi yang terinflamasi terlokalisir dengan reaksi
peritoneum. Apabila terjadi perforasi apendiks atau perisekal abses dapat terlihat
gambaran gelembung udara atau kumpulan gelembung udara kecil. Pada perforasi
terpisahnya kolon asenden dari dinding lateral abdomen atau dengan deformitas
19
Tanda dari appendisitis akut:
- Dilatasi sekum
2. PEMERIKSAAN APENDIKOGRAFI
appendisitis. Kontra indikasi dari pemeriksaan ini pada pasien dengan peritonitis
appendiks yang tidak terisi kontras dapat terjadi pada ±10-20% pada orang
20
tingginya hasil nondiagnostik, eksposi radiasi, sensitivitas yang tidak tinggi,
(1) non filling apendiks dengan desakan local sekum; (2) pengisian dari apendiks
dengan penekanan local pada sekum ; (3) nonfilling apendiks dengan adanya
massa pelvis (kabur pada kuadran bawah kanan dengan perubahan letak usus
halus akibat desakan); (4) pola mukosa apendiks irregular dengan terhentinya
pengisian.
21
Gambaran foto oblique superior kanan abdomen dengan barium enema single
kontras. Tampak Sekum (C) dan appendix yang mengalami osifikasi dan kontur
yang ireguler (tanda panah).
3. SONOGRAFI
merupakan lumen terobstruksi mencapai lebih dari 30% kasus. Appendisitis dapat
terlihat bersamaan dengan ileus dan atau cairan bebas intraperitoneal. Sensitivitas
sonografi sekitar 90%. Jika terjadi perforasi, maka apendiks menjadi kompresibel,
Apendiks normal kompresibel dengan tebal dinding sama atau kurang dari
gambaran apendiks timbul dari dasar sekum mustahil untuk ditemukan dan
22
kompresi tak dapat dilakukan. Meskipun demikian identifikasi ujung buntu dari
nyata. Jika terjadi rupture dari apendiks dalam pelvis dapat teridenttifikasi terlebih
dahulu pada sonografi. Identifikasi abses pelvis tanpa identifikasi apendiks dapat
- Indentifikasi apendiks
- Non-kompresibel
23
Gambaran appendisitis tampak penebalan dari dinding apendiks.
CT scan rata-rata antara 93% dan 98 % dengan sensitifitas 90-98% dan spesifitas
83-98%; diagnosis alternative 48% - 80. Variasi dari tehnik CT pada pasien
termasuk scan CT perut dan pelvis dengan atau tanpa kontras, CT scan
konvensional dan helical, scan penuh dan terbatas pada abdominopelvik, dan
penggunaanya dapat mengurangi resiko reaksi kontras intravena dan biaya lebih
murah.
24
Bahan kontras dapat dimasukkan baik melalui kolon ataupun ditambahkan
CT scan dari apendiks termasuk ukuran diameter apendiks lebih dari 6mm,
kegagalan apendiks terisi dengan kontra oral atau udara untuk mencapai ujungnya,
intraluminal dan pembesaran limfe. Terkadang lumen dari sekum dapat dilihat
25
Gambaran CT scan aksial apendiks terinflamasi dengan apendikolith (panah) dan
cairan periappendisial dan perisekum.
Dengan teknik saturasi lemak, dapat dilihat perbedaan kontras antara apendiks
26
Appendisitis akut tampak sebagai hiperintensitas sentral dan jaringan periapendiks
bagaimanapun pemeriksaan ini tidak rutin dipergunakan. MRI tanpa kontras juga
BAB III
KESIMPULAN
densitas kalsifikasi pada kuadran bawah kanan, ukurannya dapat mencapai 2 cm.
Terkadang dapat berbentuk shell like atau laminated. Temuan lain adalah
27
ketidakjelasan otot psoas kanan, colon cut off sign, distensi/dilatasi terisolasi pada
loop terminal ileum sekum, dan kolon asenden (kurang sering) dengan air fluid
karena appendiks yang tidak terisi kontras dapat terjadi pada ±10-20% pada orang
Tanda CT scan dari apendiks termasuk ukuran diameter apendiks lebih dari 6mm,
kegagalan apendiks terisi dengan kontra oral atau udara untuk mencapai ujungnya,
apendikolith dan penyangatan dari dinding dengan kontras intravena. Pada MRI,
28
KEPUSTAKAAN
http://yayanakhyar.wordpress.com//.
Tulis-Ilmiah-KTI/Karakteristik-Apendisitis-Akut-di-RUSD-Sleman.html
Aksara. Jakarta.
Indonesia. Jakarta.
EGC. Jakarta.
29
30