Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI

PADA NY. E DENGAN DEKOMPRESI LAMINEKTOMI


ATAS INDIKASI CANAL STENOSIS VERTEBRA LUMBAL 4-5
DI OK 8 (ORTOPEDI)
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH:
ANNISA WALIDATUS SHOLIHAH

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI


2017
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Lumbal spinal stenosis adalah penyempitan osteoligamentous vertebral canal dan
atau intervertebral foramina yang menghasilkan penekanan pada akar syaraf. Lumbal
spinal stenosis merupakan penyakit degeneratif yang sering ditemukan pada orang lanjut
usia. Gejala yang sering timbul adalah nyeri pinggang bawah, nyeri kaki dan kelemahan.
(Fahy, 2001)
Dekompresi laminektomi adalah tindakan pembedahan dengan cara mengurangi
penekanan pada lamina agar gejala yang ditimbulkan karena stenosis spinal berkurang
dan tidak terjadi lagi. Ada lima tindakan dekompresi, yaitu: diskektomi (membuang
diskus), flavektpmi (membuang ligamentum flavum), laminektomi (membuang sebagian
atau seluruh lamina), foraminatomi (membebaskan foramen syaraf), dan facetektomi
(membuang sendi facet)

B. ETIOLOGI (Fraser, 2003)


1. Struktur anatomi
a. Osteofit sendi facet (penyebab tersering)
b. Penebalan lamina
c. Osteofit pada corpus vertebra
d. Subluksasi, spondilolitesis
e. Hipertrofi/defek spondilolisis
f. anomali sendi facet kongenital
2. Struktur jaringan lunak
a. Hipertrofi ligamentum flanum (penyebab tersering)
b. Penonjolan annulus
c. Penebalan kapsul sendi facet dan sinovitis
d. Ganglion yang berasal dari sendi facet
Akibat kelainan dari struktur jaringan lunak menyebabkan beberapa kondisi yang
mendasari terjadinya lumbal spinal canal stenosis, yaitu:
1. Degenerasi diskus (paling sering terjadi pada usia 50 tahun dan mengenai lumbal
4-5 dan lumbal 5 sampai sakrum 1)
2. Instabilitas segmental
3. Hiperekstensi segmental

C. ANATOMI
D. PATOFISIOLOGI (Fraser, 2003)
E. PENATALAKSANAAN MEDIS (Siebert, 2009)
1. Terapi Konservatif
Dilakukan apabila gejalanya ringan dan durasinya pendek, selain itu kondisi pasien
tidak mendukung dilakukan terapi operatif (misalnya pasien dengan hipertensi atau
diabetes melitus). Modalitas utama meliputi edukasi, penentraman hati, modifikasi
aktivitas termasuk mengurangi mengangkat beban, membengkokkan badan,
memelintir badan.
2. Terapi Operatif
Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah berat, defisit neurologis
yang progresif, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan menyebabkan
penurunan kualitas hidup serta terapi konservatif yang gagal. Tujuan tindakan operasi
untuk dekompresi akar syaraf dengan berbagai teknik sehingga diharapkan bisa
mengurangi gejala.

II. LAPORAN KASUS


A. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Menyiapkan alat-alat dan bahan habis pakai.
2. Memeriksa fungsi mesin suction, lampu operasi, mesin monopolar dan bipolar, mesin
high speed boor.
3. Viewer.
4. Menata meja instrumen, meja mayo, meja operasi.
5. Mengatur suhu ruangan (18-22o C)
6. Persiapan penggunaan C-arm.

B. PERSIAPAN ALAT
1. Basic Set
1) Dressing forceps : 1 buah
2) Towel klem : 4 buah
3) Mayo scissors : 1 buah
4) Metzenboum scissors : 1 buah
5) Desecting forceps : 2 buah
6) Tissue forceps : 2 buah
7) Handle mess no. 4/7 : 1/1 buah
8) Mosquito haemostatic forceps : 1 buah
9) Pean klem bengkok sedang : 1 buah
10) Kockher klem lurus : 2 buah
11) Needle holder :1/1 buah
12) Langenbeck : 2 buah
13) Canule suction kecil : 1 buah

2. Extra Set
1) Raspatorium : 1 buah
2) Desector mikro : 1 buah
3) Bone currets : 2 buah
4) Bone roguer/knable tang : 1 buah
5) Gelpy : 2 buah
6) Bor preforator : 1 buah
7) Laminectomy rongeurs : 3 buah
ukuran 2,3
8) Meatotome : 1 buah
9) High speed boor : 1 buah

3. Instrumen Penunjang Steril


1) Kabel couter : 1 buah
2) Bengkok : 2 buah
3) Cucing kecil/besar : 1/1 buah
4) Baskom : 2 buah
5) Baterai untuk boor : 1 buah

4. Instrumen Penunjang Non Steril


1) Meja operasi : 1 buah
2) Lampu operasi : 2 buah
3) Standar infus : 2 buah
4) Troli waskom : 2 buah
5) Mesin suction : 1 buah
6) Mesin couter : 1 buah
7) Meja instrumen : 1 buah
8) Meja mayo : 1 buah
9) Tempat sampah medis : 1 buah

5. Set Linen
1) Doek besar : 4 buah
2) Doek panjang : 4 buah
3) Doek kecil : 4 buah
4) Sarung meja mayo : 1 buah
5) Handuk steril : 6 buah
6) Gaun operasi : 6 buah

C. PERSIAPAN BAHAN HABIS PAKAI


1. Handscoen : sesuai kebutuhan
2. U-pad on/steril : 1/3 buah
3. Mess no. 22/15 : 1/1 buah
4. Spongostan/surgicel : 1/2 buah
5. Bone wax : 1 buah
6. Povidone iodine 10% : secukupnya
7. Kassa/deppers : 30/10 buah
8. Opsite 45 x 28 cm : 1 buah
9. NS 0,9 % @500 cc : 3 botol
10. Catheter no. 16 cab.2/ urobag : 1/1 buah
11. Spuit 10/50 cc : 3/1 buah
12. Wfi 25 ml : 1 buah
13. Plat diatermi : 1 buah
14. Sufratule/ drain no. 14 : 1/1 buah
15. Safil 2-0/3-0 : 2/2 buah
16. Premilene 3-0 : 1 buah

D. PERSIAPAN PASIEN
1. Informed consent (surat persetujuan operasi)
2. Pasien puasa 6-8 jam
3. Menanggalkan perhiasan dari pasien
4. Pasien kondisi bersih
5. Site marking
6. Antibiotik profilaksis
7. Foto rontgen

E. PENATALAKSANAAN (TEKNIK INSTRUMENTASI)


1. Di ruang premedikasi, lakukan Sign In (konfirmasi identitas pasien, onformed
consent, site marking area operasi, kesiapan mesin anestesi dan pulse oksimetri, faktor
penyulit, antisipasi kehilangan darah > 500 cc)
2. Setelah pasien dilakuakn anestesi (GA) oleh petugas anestesi, posisikan pasien prone
dengan tangan ke atas, diberi bantalan pada bagian persendian, beri U-pad non steril
pada bagian punggung. Posisi yang perlu diperhatikan adalah diafragma dan perut
harus rileks, tidak ada penekanan pada anggota tubuh, penempatan bantal pada sias,
bantal di bawah kaki.
3. Perawat sirkuler membantu memasang kateter, plat diatermi, mencuci area operasi
dengan sabun cholrehexidine. Keringkan dengan doek steril.
4. Perawat instrumen melakukan scrubbing, gowning dan gloving. Kemudian, bantu tim
bedah lainnya melakukan gowning dan gloving.
5. Berikan desinfeksi klem+cucing yang berisi povidone iodine dan deppers kepada
asisten untuk melakukan desinfeksi area operasi.
6. Lakukan drapping:
a. Berikan duk besar untuk bagian bawah
b. Berikan duk panjang untuk bagian atas.
c. Berikan duk panjang untuk bagian samping kanan dan kiri
d. Berikan opsite untuk menutup area operasi.
7. Pasang selang suction, kabel couter dan high speed boor. Ikat dengan kassa dan fiksasi
pada duk dengan duk klem.
8. Dekatkan meja mayo dan meja instrumen serta baskom.
9. Time Out (konfirmasi nama tim operasi, pemberian antibiotik profilaksis 60 menit
sebelum operasi, tindakan darurat di luar standar operasi, estimasi lama operasi,
antisipasi kehilangan darah, perhatian khusus selama pembiusan, sterilitas instrumen
bedah). Operator memimpin do’a.
10. Berikan handvat mess no. 4 dengan mess no. 22 untuk insisi kulit kepada operator
dan pinset chirurgis+kassa kering kepada asisten untuk membantu operator dan
merawat perdarahan.
11. Kemudian operator melakukan insisi lapis demi lapis dengan couter, asisten merawat
perdarahan dengan suction.
12. Perawat instrumen menyiapkan gelpy untuk membuka lapang operasi.
13. Setelah insisi sampai fat, perawat instrumen memberikan raspatorium kepada
operator dan asisten diberikan pean manis+kassa kering.
14. Perawat instrumen menyiapkan kassa kering dibentuk silinder untuk menghentikan
perdarahan.
LAMINEKTOMY
15. Setelah sampai pada tulang vertebrae, perawat menyiapkan gelpy lalu menyiapkan
high speed boor dengan mata boor rooser.
16. Perawat instrumen memberikan high speed boor+mata boor rooser kepada operator,
berikan spuit 10 cc berisi NS untuk spooling dan canule suction kecil pada saat
operator melakukan laminektomy. Perawat instrumen menyiapkan bone wax dan
surgicel.
17. Berikan lamina rougers kepada operator, suction kecil pada asisten. Perawat
instrumen memberikan kassa basah untuk mengambil sisa-sisa tulang dan discuss
dari lamina rougers. Berikan bone wax untuk menghentikan perdarahan, asisten
diberikan pean manis untuk merawat perdarahan.
18. Lakukan Sign Out (hitung jumlah kassa, jumlah alat, kesesuaian jenis tindakan, hal-
hal yang perlu diperhatikan pasca operasi).
19. Perawat instrumen memberikan NS 0,9% untuk cuci area operasi, lalu berikan drain.
20. Drain dipasang, jahit dengan safil 2-0.
21. Berikan safil 2-0+nald voeder kepada operator dan asisten diberikan pean manis dan
gunting benang untuk menjahit fascia.
22. Berikan safil 3-0+nald voeder untuk menjahit fat dan menyiapkan benang premiline
3-0 untuk menjahit bagian kulit.
23. Perawat instrumen membersihkan area operasi dengan kassa basah, keringkan
dengan kassa kering. Tutup luka dengan sufratule dan fiksasi dengan hipafix.
24. Operasi selesai, bersihkan pasien dengan towel dan rapikan peralatan.

F. PENYELESAIAN (PROSES DEKONTAMINASI SAMPAI PACKING)


1. Bawa semua peralatan ke spoelhoek untuk dicuci, terutama alat dasar dan tambahan
yang digunakan saat operasi.
2. Siapkan 2 baskom.
3. Isi baskom pertama dengan larutan dekontaminasi dan baskom kedua dengan air
bersih.
4. Buat larutan dekontaminasi sesuai kebutuhan (sampai semua instrumen terendam)
a. Cidezime: larutan 8 cc (1 tutup botol) ke dalam 1 liter air bersih atau
b. Alkazime: masukkan 1 sachet ke dalam 5 liter air
5. Rendam instrumen ke dalam larutan dekontaminasi selama kurang lebih 15 menit.
6. Cuci instrumen di dalam larutan dekontaminasi.
7. Masukkan instrumen yang sudah dicuci ke dalam baskom berisi air bersih.
8. Bilas semua instrumen yang sudah dicuci.
9. Keringkan instrumen dengan handuk bersih.
10. Inventaris jumlah set instrumen dan isi check list inventarisasi instrumen.
11. Packing instrumen menggunakan 2 lapis kain pembungkus instrumen.
12. Beri label nama set instrumen dan indikator steril pada bungkus set instrumen.
13. Letakkan set instrumen di tempat yang disediakan untuk dikirim ke CSSD.
14. Buang air dalam baskom pertama dan kedua (baik dalam kondisi bersih maupun
kotor)
15. Rapikan tempat mencuci instrumen.
Daftar Pustaka

Fahy, D. & Nixon, J. E. 2001. Lumbar Spinal Stenosis Current Ortopaedics. 15, 91-100.
Harcourt Publishers Ltd.

Fraser, J. F., Huang, R. C. 2003. Pathogenesis, Presentation and Treatment of Lumbar Spinal
Stenosis Associated with coronal or Sagital Spinal Deformities. Neurosurg Focus. Vol.
14: article 6.

Siebert, E., Rruss, H., & Klingebiel, R. 2009. Lumbar Spinal Stenosis: Syndrome,
Diagnostics and Treatment Nat, Rev. Neurol. 5

Anda mungkin juga menyukai