NIP : 199105092018022001
LK
2018
LEMBAR PENGESAHAN
NIP : 199105090218022001
Pembimbing Penyusun
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
perlindungannya kepada kita semua, sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Penatausahaan Barang Milik Negara di Bidang Anggaran dan Umum Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR” dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Hasna Widiastuti, ST, M.Eng.Sc.
selaku mentor yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dari awal hingga
akhir penulisan ini.
Karya tulis ini disusun sebagai bagian dari penugasan on the job training CPNS
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat formasi tahun 2017 selama masa
penugasan di Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis akan menerima semua saran dan kritik
membangun di masa depan untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga karya tulis
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Menuju birokrasi kelas dunia 2024 dibutuhkan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang
handal dan berdaya saing tinggi, selain itu tata kelola pemerintahan yang baik juga merupakan
pendukung yang penting untuk mewujudkan hal tersebut. Barang Milik Negara (BMN)
merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah pusat harus melakukan pengelolaan atas BMN agar
dapat berguna bagi pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan BMN adalah suatu proses dalam
mengelola kekayaan yang telah ada sebelumnya atau yang diperoleh dari beban APBN atau
perolehan lainnya yang sah yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pemerintah maupun
masyarakat.
Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Perolehan lainnya yang sah meliputi hibah/sumbangan atau yang sejenis, pelaksanaan
perjanjian/kontrak, ketentuan undang-undang, dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
ketentuan hukum yang tetap. Barang Milik Negara meliputi unsur-unsur aset lancar, aset tetap,
aset lainnya, dan aset bersejarah (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016
tentang Penatausahaan Barang Milik Negara).
1
dengan mengedepankan good governance diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan
pengelolaan keuangan negara dari masyarakat/stakeholder.
BMN memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan
pemerintah. BMN tersebut sebagian besar diperoleh dari anggaran APBN yang notabene
adalah uang rakyat sehingga pertanggungjawaban penatausahaan BMN yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan negara.
Sesuai dengan tujuan penatausahaan BMN yaitu mewujudkan tertib administrasi dan
mendukung tertib pengelolaan BMN, maka ketaatan pada peraturan perundang-undangan
mutlak diperlukan. Hal ini mendorong para pejabat yang berwenang dalam penatausahaan
BMN untuk selalu melaksanakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Tujuannya agar terwujud penatausahaan BMN yang transparan dan akuntabel.
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah apakah penatausahaan BMN di Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat BPIW telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016?
1.3. Tujuan
2
Bab II Kondisi Saat Ini
Pendaftaran
Pembukuan
kodefikasi
Pencatatan
Opname fisik
Inventarisasi Penilaian
Penyesuaian
Berjenjang
Pelaporan
Berkala
3
Untuk lebih memudahkan berikut flowchart mengenai penatausahaan BMN :
Proses Pertama Proses Rutin
Pembukuan BMN
ke Buku Barang Melaksanakan pembukuan pada
setiap transaksi
Mendaftarkan
BMN ke DBKP Membukukan BMN ke Buku
Barang
Pengesahan
DBKP oleh
UAKPB Membuat dan memutakhirkan
KIB, DBR, & DBL
Mengarsipkan/Menyimpan asli,
duplikat/fotocopy dokumen
kepemilikan BMN
4
Proses Bulanan Proses Akhir Periode Pembukuan
Menginstruksikan
Rekonsiliasi bersama UAKPA penanggungjawab untuk
mengecek BMN pada ruangan
masing-masing
Pengesahan DBKP ke
penganggungjawab UAKPB
Keterangan :
• DBKP : Daftar Barang Kuasa Pengguna
• UAKPB : Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
• KIB : Kartu Identitas Barang
• DBR : Daftar Barang Ruangan
• DBL : Daftar Barang Lainnya
• PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
• UAKPA : Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
• DBMN-KD : Daftar Barang Milik Negara-Kantor Daerah
• KPKNL : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
5
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) adalah salah satu unit organisasi
eselon I di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang baru dibentuk
pada tahun 2015. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas dan fungsi BPIW adalah menyusun kebijakan
teknis dan strategi keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur pekerjaan
umum dan perumahan rakyat.
Berdasarkan tugas dan fungsinya, BPIW terdiri dari 5 unit kerja yaitu Sekretariat
Badan, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan
Infrastruktur PUPR, Pusat Pengembangan Kawasan Strategis, dan Pusat Pengembangan
Kawasan Perkotaan. Dalam laporan ini penulis mengangkat tema pada pusat Pemrogaman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR (Pusat 2).
6
Bidang Penyusunan Program mempunyai tugas melaksanakan penyiapan dan
penyusunan program sinkronisasi pembangunan jangka pendek keterpaduan pengembangan
kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
a. Penyiapan sinkronisasi program dan besaran dana pembangunan jangka tahunan dalam
rangka keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat;
b. Penyiapan sinkronisasi dan fasilitasi pengalokasian dana alokasi khusus dan dana
penyesuaian, dana kejadian khusus pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat, serta skema pendanaan lainnya untuk keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat.
Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program mempunyai tugas melaksanakan
pemantauan dan evaluasi kinerja keterpaduan program, pembiayaan, serta fungsi dan
manfaat program, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja pelaksanaan kebijakan
dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat untuk jangka pendek dan tahunan.
Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja program, pembiayaan, serta fungsi dan
manfaat keterpaduan program pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat; dan
7
b. Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan keterpaduan
program pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat.
Dalam penerapan penatausahaan BMN masih ditemukan kekurangan pada banyak hal,
yang paling utama adalah belum dilaksanakannya ketentuan yang diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan. Banyaknya jumlah BMN juga menyebabkan banyaknya
penyimpangan yang terjadi karena sulitnya dalam penatausahaan BMN. Berbagai
penyimpangan-penyimpangan dalam penatausahaan BMN yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengakibatkan banyaknya temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) mengenai pengelolaan akan BMN tersebut, sehingga pertanggungjawaban
penatausahaan BMN yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan sangat penting untuk
menghindari penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara.
Berikut adalah kondisi eksisting penatausahaan BMN yang ada di Pusat 2 dilihat dari
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 :
1. Pembukuan BMN pada Pusat 2 telah dilakukan, BMN yang ada didaftarkan dan dicatat ke
dalam daftar barang menurut penggolongan dan kodefikasi yang ada dalam Peraturan
Menteri Keuangan. Namun ternyata tidak semua BMN yang ada telah didaftarkan, ada
beberapa BMN yang belum memiliki Nomor Urut Pendaftaran (NUP) dan belum memiliki
label penggolongan dan kodefikasi barang.
2. Pembuatan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) telah disusun namun tidak diprint sebagai arsip fisik.
3. Pusat 2 belum memiliki Buku Barang karena BMN yang dimiliki langsung dicatat ke dalam
sistem (Daftar Barang).
4. Daftar Barang Ruangan (DBR) belum ada di Pusat 2, sehingga pengontrolan perpindahan
BMN di setiap ruangan menjadi sangat sulit.
5. Belum pernah dilakukan inventarisasi di Pusat 2, sehingga jumlah dan posisi BMN yang
ada sulit terdeteksi yang mengakibatkan tidak terdeteksinya barang yang rusak dan hilang.
8
Bab III Kondisi yang Diharapkan
9
Bab IV Kajian dan Solusi
Penatausahaan BMN sangat penting untuk tertib administrasi dan laporan keuangan
setiap instansi. Oleh karena itu kegiatan penatausahaan BMN harus berjalan sesuai dengan
peraturang perundang-undangan yang ada dalam hal ini Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.06/2016. Berikut adalah hasil perbandingan kondisi eksisting dan kondisi yang
diharapkan dari kegiatan penatausahaan BMN pada Pusat 2 :
1. Menurut Bab III Pembukuan pasal 9 ayat (1), Pelaksana Penatausahaan BMN melaksanakan
Pembukuan BMN dan ayat (2), Pembukuan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mendaftarkan dan mencatat BMN ke dalam Daftar Barang menurut
penggolongan dan kodefikasi barang.
Kondisi eksisting :
Pembukuan BMN pada Pusat 2 telah dilakukan, BMN yang ada didaftarkan dan dicatat ke
dalam daftar barang menurut penggolongan dan kodefikasi yang ada dalam Peraturan
Menteri Keuangan. Namun ternyata tidak semua BMN yang ada telah didaftarkan, ada
beberapa BMN yang belum memiliki Nomor Urut Pendaftaran (NUP) dan belum memiliki
label penggolongan dan kodefikasi barang.
Kondisi yang diharapkan :
BMN yang ada di pusat 2 dicatat berdasarkan penggolongan dan kodefikasi yang telah diatur
di dalam PMK dan pembuatan NUP serta label barang untuk setiap BMN yang ada.
Hasil analisa :
Penatausahaan BMN pusat 2 dalam hal pencatatan dan pendaftaran BMN ke dalam daftar
barang sesuai kodefikasi dan penggolongan belum sepenuhnya terlaksana sesuai Peraturan
Menteri Keuangan karena masih ada beberapa Aset yang belum memiliki NUP dan label.
2. Pasal 11 ayat (1) huruf (a), Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), untuk tingkat Kuasa
Pengguna Barang, yang disusun oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB),
yang memuat data BMN yang berada pada Kuasa Pengguna Barang.
Kondisi eksisting :
Pembuatan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) telah disusun namun tidak diprint sebagai arsip fisik.
Kondisi yang diharapkan :
Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Barang (UAKPB) di print untuk dijadikan arsip fisik.
Hasil analisa :
10
Arsip fisik khususnya DBKP belum ada sehingga administrasi BMN masih belum lengkap.
3. Pasal 12 ayat (1) , Buku Barang pada Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 huruf c, meliputi :
a. Buku Barang Kuasa Pengguna-Intrakomptabel
b. Buku Barang Kuasa Pengguna-Ekstrakomptabel
c. Buku Barang Kuasa Pengguna-Barang Bersejarah
d. Buku Barang Kuasa Pengguna-Persediaan
e. Buku Barang Kuasa Pengguna-Konstruksi Dalam Pengerjaan
Kondisi eksisting :
Pusat 2 belum memiliki Buku Barang karena BMN yang dimiliki langsung dicatat ke dalam
sistem (Daftar Barang).
Kondisi yang diharapkan :
Segera membuat Buku Barang sehinggan BMN yang ada dicatat terlebih dahulu ke dalam
Buku Barang sebelum dicatat ke dalam sistem (Daftar Barang).
Hasil analisa :
4. Lampiran I bagian III mengenai Tugas Pelaksana Penatausahaan poin (b) Melakukan
Pembukuan BMN dengan mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan
barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan (DBR) dan/atau Daftar
Barang Lainnya (DBL).
Kondisi eksisting :
Daftar Barang Ruangan (DBR) belum ada di Pusat 2, sehingga pengontrolan perpindahan
BMN di setiap ruangan menjadi sangat sulit.
Kondisi yang diharapkan :
Membuat Daftar Barang Ruangan (DBR) sesuai dengan jumlah BMN yang ada di setiap
ruangan.
Hasil analisa :
Dengan belum adanya DBR membuat pengontrolan terhadap BMN menjadi sangat sulit.
BMN yang berpindah/perputaran BMN menjadi sulit terdeteksi.
5. Pasal 18 ayat (1), Pengguna Barang melakukan inventarisasi yang berada dalam
penguasaannya:
a. Melalui pelaksanaan opname fisik sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun,
untuk BMN berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan
b. melalui pelaksanaan sensus barang sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun,
untuk BMN selain persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan.
11
Kondisi eksisting :
Belum pernah dilakukan inventarisasi di Pusat 2, sehingga jumlah dan posisi BMN yang
ada sulit terdeteksi yang mengakibatkan tidak terdeteksinya barang yang rusak dan hilang.
Kondisi yang diharapkan :
Melakukan inventarisasi BMN secara berkala untuk mengetahui jumlah dan posisi BMN
serta untuk mendeteksi BMN yang rusak dan hilang.
Hasil analisa :
Daftar BMN jadi tidak sesuai dengan yang ada di lapangan, BMN rusak dan hilang juga jadi
tidak terdeteksi karena belum pernah ada kegiatan inventarisasi.
Berdasarkan hasil kajian dari kondisi-kondisi yang terjadi di atas maka perlu ada
langkah penyelesaian yang diambil sehingga gap antara kondisi eksisting di lapangan dan
kondisi yang diharapkan dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Penatausahaan BMN yang
ada di Pusat 2 masih kurang sesuai dengan apa yang ada di Peraturan Menteri Keuangan. Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah konkrit dalam menyelesaikan masalah ini agar kedepannya
penatausahaan BMN yang ada di Pusat 2 dapat sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh
peraturan dan membantu dalam penyusunan laporan keuangan organisasi.
Salah satu langkah yang bisa menjadi solusi adalah mengadakan sosialisasi peraturan
kepada seluruh penanggungjawab BMN agar pengetahuan mengenai penatausahaan dapat
diketahui oleh semua pihak yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan BMN. Dengan
demikina, kekeliruan dalam pengelolaan dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
12
Bab V Penutup
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah penatausahaan BMN di Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah masih ada beberapa permasalahan yang
terjadi dan tidak sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN.
1. Melakukan proses rutin penatausahaan BMN sesuai dengan ketentuan yang ada di Peraturan
Menteri Keuangan seperti membukukan setiap transaksi, memutakhirkan KIB, DBR, dan
DBL, mencatat PNBP, dan mengarsipkan semua dokumen;
2. Melakukan proses bulanan, semsteran, dan setiap akhir periode pembukuan seperti
rekonsiliasi, mencatat perubahan data BMN, tutup buku, dan inventarisasi.
Saran
13