Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI BIDANG ANGGARAN DAN


UMUM PUSAT PEMROGRAMAN DAN EVALUASI KETERPADUAN
INFRASTRUKTUR PUPR

NAMA : FITRIYAH INSANI, S.ST

NIP : 199105092018022001

JABATAN : PEMBINA JASA KONSTRUKSI AHLI PERTAMA

LK

BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2018
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA DI BIDANG ANGGARAN DAN


UMUM PUSAT PEMROGRAMAN DAN EVALUASI KETERPADUAN
INFRASTRUKTUR PUPR

NAMA : FITRIYAH INSANI, S.ST

NIP : 199105090218022001

Diperiksa oleh, Bandung, Oktober 2018

Pembimbing Penyusun

Hasna Widiastuti, ST, M.Eng.Sc Fitriyah Insani,S.ST


NIP. 197208271997032003 NIP. 199105092018022001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
perlindungannya kepada kita semua, sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Penatausahaan Barang Milik Negara di Bidang Anggaran dan Umum Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR” dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Hasna Widiastuti, ST, M.Eng.Sc.
selaku mentor yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dari awal hingga
akhir penulisan ini.
Karya tulis ini disusun sebagai bagian dari penugasan on the job training CPNS
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat formasi tahun 2017 selama masa
penugasan di Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis akan menerima semua saran dan kritik
membangun di masa depan untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga karya tulis
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan .................................................................................................................................. 1
Bab II Kondisi Saat Ini ........................................................................................................................... 3
Bab III Kondisi yang Diharapkan ........................................................................................................... 9
Bab IV Kajian dan Solusi ..................................................................................................................... 10
Bab V Penutup ...................................................................................................................................... 13

iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Menuju birokrasi kelas dunia 2024 dibutuhkan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang
handal dan berdaya saing tinggi, selain itu tata kelola pemerintahan yang baik juga merupakan
pendukung yang penting untuk mewujudkan hal tersebut. Barang Milik Negara (BMN)
merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah pusat harus melakukan pengelolaan atas BMN agar
dapat berguna bagi pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan BMN adalah suatu proses dalam
mengelola kekayaan yang telah ada sebelumnya atau yang diperoleh dari beban APBN atau
perolehan lainnya yang sah yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pemerintah maupun
masyarakat.

Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Perolehan lainnya yang sah meliputi hibah/sumbangan atau yang sejenis, pelaksanaan
perjanjian/kontrak, ketentuan undang-undang, dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
ketentuan hukum yang tetap. Barang Milik Negara meliputi unsur-unsur aset lancar, aset tetap,
aset lainnya, dan aset bersejarah (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016
tentang Penatausahaan Barang Milik Negara).

Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kondisi umum


belum terinventarisasinya Barang Milik Negara dengan baik berdasarkan peraturan yang
berlaku pada kementerian/lembaga negara menjadi sasaran dalam penataan dan penertiban
Barang Milik Negara. Tujuannya adalah bagaimana pengelolaan aset negara di setiap
penggunaan barang menjadi lebih akuntabel dan transparan, sehingga BMN mampu
dioptimalkan penggunaan dan pemanfatannya.

Pentingnya penatausahaan BMN itu sendiri sangat menunjang keberhasilan


pelaksanaan tugas ketatausahaan sebuah instansi/lembaga dan nantinya diharapkan akan
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Opini WTP diberikan jika dalam segala hal
yang material, laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan. selain itu
opini WTP ini juga menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan tata kelola yang baik (good
governance) instansi pemerintah. Oleh karena itu penatausahaan BMN yang profesional

1
dengan mengedepankan good governance diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan
pengelolaan keuangan negara dari masyarakat/stakeholder.

BMN memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan
pemerintah. BMN tersebut sebagian besar diperoleh dari anggaran APBN yang notabene
adalah uang rakyat sehingga pertanggungjawaban penatausahaan BMN yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan negara.

Sesuai dengan tujuan penatausahaan BMN yaitu mewujudkan tertib administrasi dan
mendukung tertib pengelolaan BMN, maka ketaatan pada peraturan perundang-undangan
mutlak diperlukan. Hal ini mendorong para pejabat yang berwenang dalam penatausahaan
BMN untuk selalu melaksanakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Tujuannya agar terwujud penatausahaan BMN yang transparan dan akuntabel.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah apakah penatausahaan BMN di Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat BPIW telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui penatausahaan BMN di Pusat Pemrograman dan Evaluasi


Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat BPIW telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016.

2
Bab II Kondisi Saat Ini

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan


Barang Milik Negara dijelaskan bahwa yang dimaksud Barang Milik Negara (BMN) adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Berdasarkan PP No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara,


Pengelolaan BMN itu meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusanahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Dalam pengelolaan BMN di atas ada salah satu langkah yakni penatausahaan yang
menjadi ruang lingkup pembahasan dalam laporan ini. adapun langkah-langkah penatausahaan
BMN sebagai berikut :

Pendaftaran
Pembukuan
kodefikasi
Pencatatan

Opname fisik

Inventarisasi Penilaian

Penyesuaian

Berjenjang
Pelaporan
Berkala

3
Untuk lebih memudahkan berikut flowchart mengenai penatausahaan BMN :
Proses Pertama Proses Rutin

Pembukuan BMN
ke Buku Barang Melaksanakan pembukuan pada
setiap transaksi

Mendaftarkan
BMN ke DBKP Membukukan BMN ke Buku
Barang

Pengesahan
DBKP oleh
UAKPB Membuat dan memutakhirkan
KIB, DBR, & DBL

Membukukan & mencatat


perubahan kondisi barang ke Buku
Barang

Membukukan dan mencatat PNBP


ke Buku PNBP

Mengarsipkan/Menyimpan asli,
duplikat/fotocopy dokumen
kepemilikan BMN

4
Proses Bulanan Proses Akhir Periode Pembukuan

Menginstruksikan
Rekonsiliasi bersama UAKPA penanggungjawab untuk
mengecek BMN pada ruangan
masing-masing

Meminta dokumen pengadaan


kepada UAKPA
Mencatat perubahan kondisi BMN
yang telah disahkan oleh
Proses Semesteran penanggungjawab ruangan ke
DBKP serta Buku Barang dan KIB
Mencatat perubahan data BMN ke
DBKP berdasarkan data dari Buku
Barang dan KIB
Melakukan proses pencadangan
(backup) data dan tutup tahun

Pengesahan DBKP ke
penganggungjawab UAKPB

Rekonsiliasi DBKP dengan DBMN-


KD per Kementerian pada KPKNL
jika diperlukan

Keterangan :
• DBKP : Daftar Barang Kuasa Pengguna
• UAKPB : Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
• KIB : Kartu Identitas Barang
• DBR : Daftar Barang Ruangan
• DBL : Daftar Barang Lainnya
• PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
• UAKPA : Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
• DBMN-KD : Daftar Barang Milik Negara-Kantor Daerah
• KPKNL : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

5
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) adalah salah satu unit organisasi
eselon I di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang baru dibentuk
pada tahun 2015. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas dan fungsi BPIW adalah menyusun kebijakan
teknis dan strategi keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur pekerjaan
umum dan perumahan rakyat.

Berdasarkan tugas dan fungsinya, BPIW terdiri dari 5 unit kerja yaitu Sekretariat
Badan, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan
Infrastruktur PUPR, Pusat Pengembangan Kawasan Strategis, dan Pusat Pengembangan
Kawasan Perkotaan. Dalam laporan ini penulis mengangkat tema pada pusat Pemrogaman dan
Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR (Pusat 2).

Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR mempunyai tugas


melaksanakan sinkronisasi program, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

Dalam menyelenggaran tugas dan fungsinya Pusat Pemrograman dan Evaluasi


Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dibagi kedalam beberapa
unit kerja eselon 3 yang terdiri dari:
1. Bagian Anggaran dan Umum;
2. Bidang Penyusunan Program;
3. Bidang Sinkronisasi Program dan Pembiayaan; dan
4. Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program.
Bagian Anggaran dan Umum mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi
dan penyusunan program dan anggaran, pelaksanaan evaluasi kinerja, serta urusan tata
usaha dan rumah tangga di Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur
PUPR.

Dalam melaksanakan tugas, Bagian Anggaran dan Umum menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan program dan anggaran;


b. Pelaksanaan evaluasi kinerja dan pelaporan;
c. Pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, keuangan, dan barang milik negara; dan
d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.

6
Bidang Penyusunan Program mempunyai tugas melaksanakan penyiapan dan
penyusunan program sinkronisasi pembangunan jangka pendek keterpaduan pengembangan
kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

Dalam melaksanakan tugas Bidang Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan analisis kelayakan dan kriteria program keterpaduan pengembangan


kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
b. Penyusunan program jangka pendek keterpaduan pengembangan kawasan dengan
infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; dan
c. Pelaksanaan fasilitasi, koordinasi, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan jangka
pendek infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
Bidang Sinkronisasi Program dan Pembiayaan mempunyai tugas melaksanakan
sinkronisasi fungsi, jadwal, lokasi, dan besaran dana pembangunan, serta penyusunan
program tahunan keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

Bidang Sinkronisasi Program dan Pembiayaan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan sinkronisasi program dan besaran dana pembangunan jangka tahunan dalam
rangka keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat;
b. Penyiapan sinkronisasi dan fasilitasi pengalokasian dana alokasi khusus dan dana
penyesuaian, dana kejadian khusus pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat, serta skema pendanaan lainnya untuk keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat.
Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program mempunyai tugas melaksanakan
pemantauan dan evaluasi kinerja keterpaduan program, pembiayaan, serta fungsi dan
manfaat program, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja pelaksanaan kebijakan
dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat untuk jangka pendek dan tahunan.
Bidang Pemantauan dan Evaluasi Program menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja program, pembiayaan, serta fungsi dan
manfaat keterpaduan program pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat; dan

7
b. Pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan keterpaduan
program pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat.
Dalam penerapan penatausahaan BMN masih ditemukan kekurangan pada banyak hal,
yang paling utama adalah belum dilaksanakannya ketentuan yang diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan. Banyaknya jumlah BMN juga menyebabkan banyaknya
penyimpangan yang terjadi karena sulitnya dalam penatausahaan BMN. Berbagai
penyimpangan-penyimpangan dalam penatausahaan BMN yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengakibatkan banyaknya temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) mengenai pengelolaan akan BMN tersebut, sehingga pertanggungjawaban
penatausahaan BMN yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan sangat penting untuk
menghindari penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara.

Berikut adalah kondisi eksisting penatausahaan BMN yang ada di Pusat 2 dilihat dari
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 :
1. Pembukuan BMN pada Pusat 2 telah dilakukan, BMN yang ada didaftarkan dan dicatat ke
dalam daftar barang menurut penggolongan dan kodefikasi yang ada dalam Peraturan
Menteri Keuangan. Namun ternyata tidak semua BMN yang ada telah didaftarkan, ada
beberapa BMN yang belum memiliki Nomor Urut Pendaftaran (NUP) dan belum memiliki
label penggolongan dan kodefikasi barang.
2. Pembuatan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) telah disusun namun tidak diprint sebagai arsip fisik.
3. Pusat 2 belum memiliki Buku Barang karena BMN yang dimiliki langsung dicatat ke dalam
sistem (Daftar Barang).
4. Daftar Barang Ruangan (DBR) belum ada di Pusat 2, sehingga pengontrolan perpindahan
BMN di setiap ruangan menjadi sangat sulit.
5. Belum pernah dilakukan inventarisasi di Pusat 2, sehingga jumlah dan posisi BMN yang
ada sulit terdeteksi yang mengakibatkan tidak terdeteksinya barang yang rusak dan hilang.

8
Bab III Kondisi yang Diharapkan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016, seluruh BMN


merupakan objek penatausahaan, yakni semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan berada
dalam pengelolaan Pengelola Barang.

Penatausahaan BMN meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN. Dalam


penatausahaan BMN ini termasuk di dalamnya melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi
BMN. Penatausahaan BMN dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk menyusun
laporan BMN yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca Pemerintah Pusat.
Sedangkan penatausahaan BMN dalam rangka mendukung terwujudnya tertib pengelolaan
BMN adalah menyediakan data agar pelaksanaan pengelolaan BMN dapat dilaksanakan sesuai
dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai.
Berikut adalah kondisi yang diharapkan dalam implementasi penatausahaan BMN yang
ada di Pusat 2 :
1. BMN yang ada di pusat 2 dicatat berdasarkan penggolongan dan kodefikasi yang telah diatur
di dalam PMK dan pembuatan NUP serta label barang untuk setiap BMN yang ada.
2. Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Barang (UAKPB) di print untuk dijadikan arsip fisik.
3. Segera membuat Buku Barang sehinggan BMN yang ada dicatat terlebih dahulu ke dalam
Buku Barang sebelum dicatat ke dalam sistem (Daftar Barang).
4. Membuat Daftar Barang Ruangan (DBR) sesuai dengan jumlah BMN yang ada di setiap
ruangan.
5. Melakukan inventarisasi BMN secara berkala untuk mengetahui jumlah dan posisi BMN
serta untuk mendeteksi BMN yang rusak dan hilang.

9
Bab IV Kajian dan Solusi

Penatausahaan BMN sangat penting untuk tertib administrasi dan laporan keuangan
setiap instansi. Oleh karena itu kegiatan penatausahaan BMN harus berjalan sesuai dengan
peraturang perundang-undangan yang ada dalam hal ini Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.06/2016. Berikut adalah hasil perbandingan kondisi eksisting dan kondisi yang
diharapkan dari kegiatan penatausahaan BMN pada Pusat 2 :
1. Menurut Bab III Pembukuan pasal 9 ayat (1), Pelaksana Penatausahaan BMN melaksanakan
Pembukuan BMN dan ayat (2), Pembukuan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mendaftarkan dan mencatat BMN ke dalam Daftar Barang menurut
penggolongan dan kodefikasi barang.
Kondisi eksisting :
Pembukuan BMN pada Pusat 2 telah dilakukan, BMN yang ada didaftarkan dan dicatat ke
dalam daftar barang menurut penggolongan dan kodefikasi yang ada dalam Peraturan
Menteri Keuangan. Namun ternyata tidak semua BMN yang ada telah didaftarkan, ada
beberapa BMN yang belum memiliki Nomor Urut Pendaftaran (NUP) dan belum memiliki
label penggolongan dan kodefikasi barang.
Kondisi yang diharapkan :
BMN yang ada di pusat 2 dicatat berdasarkan penggolongan dan kodefikasi yang telah diatur
di dalam PMK dan pembuatan NUP serta label barang untuk setiap BMN yang ada.
Hasil analisa :
Penatausahaan BMN pusat 2 dalam hal pencatatan dan pendaftaran BMN ke dalam daftar
barang sesuai kodefikasi dan penggolongan belum sepenuhnya terlaksana sesuai Peraturan
Menteri Keuangan karena masih ada beberapa Aset yang belum memiliki NUP dan label.
2. Pasal 11 ayat (1) huruf (a), Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), untuk tingkat Kuasa
Pengguna Barang, yang disusun oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB),
yang memuat data BMN yang berada pada Kuasa Pengguna Barang.
Kondisi eksisting :
Pembuatan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) telah disusun namun tidak diprint sebagai arsip fisik.
Kondisi yang diharapkan :
Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang disusun oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Barang (UAKPB) di print untuk dijadikan arsip fisik.
Hasil analisa :

10
Arsip fisik khususnya DBKP belum ada sehingga administrasi BMN masih belum lengkap.
3. Pasal 12 ayat (1) , Buku Barang pada Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 huruf c, meliputi :
a. Buku Barang Kuasa Pengguna-Intrakomptabel
b. Buku Barang Kuasa Pengguna-Ekstrakomptabel
c. Buku Barang Kuasa Pengguna-Barang Bersejarah
d. Buku Barang Kuasa Pengguna-Persediaan
e. Buku Barang Kuasa Pengguna-Konstruksi Dalam Pengerjaan
Kondisi eksisting :
Pusat 2 belum memiliki Buku Barang karena BMN yang dimiliki langsung dicatat ke dalam
sistem (Daftar Barang).
Kondisi yang diharapkan :
Segera membuat Buku Barang sehinggan BMN yang ada dicatat terlebih dahulu ke dalam
Buku Barang sebelum dicatat ke dalam sistem (Daftar Barang).
Hasil analisa :
4. Lampiran I bagian III mengenai Tugas Pelaksana Penatausahaan poin (b) Melakukan
Pembukuan BMN dengan mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan
barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan (DBR) dan/atau Daftar
Barang Lainnya (DBL).
Kondisi eksisting :
Daftar Barang Ruangan (DBR) belum ada di Pusat 2, sehingga pengontrolan perpindahan
BMN di setiap ruangan menjadi sangat sulit.
Kondisi yang diharapkan :
Membuat Daftar Barang Ruangan (DBR) sesuai dengan jumlah BMN yang ada di setiap
ruangan.
Hasil analisa :
Dengan belum adanya DBR membuat pengontrolan terhadap BMN menjadi sangat sulit.
BMN yang berpindah/perputaran BMN menjadi sulit terdeteksi.
5. Pasal 18 ayat (1), Pengguna Barang melakukan inventarisasi yang berada dalam
penguasaannya:
a. Melalui pelaksanaan opname fisik sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun,
untuk BMN berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan
b. melalui pelaksanaan sensus barang sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun,
untuk BMN selain persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan.

11
Kondisi eksisting :
Belum pernah dilakukan inventarisasi di Pusat 2, sehingga jumlah dan posisi BMN yang
ada sulit terdeteksi yang mengakibatkan tidak terdeteksinya barang yang rusak dan hilang.
Kondisi yang diharapkan :
Melakukan inventarisasi BMN secara berkala untuk mengetahui jumlah dan posisi BMN
serta untuk mendeteksi BMN yang rusak dan hilang.
Hasil analisa :
Daftar BMN jadi tidak sesuai dengan yang ada di lapangan, BMN rusak dan hilang juga jadi
tidak terdeteksi karena belum pernah ada kegiatan inventarisasi.
Berdasarkan hasil kajian dari kondisi-kondisi yang terjadi di atas maka perlu ada
langkah penyelesaian yang diambil sehingga gap antara kondisi eksisting di lapangan dan
kondisi yang diharapkan dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Penatausahaan BMN yang
ada di Pusat 2 masih kurang sesuai dengan apa yang ada di Peraturan Menteri Keuangan. Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah konkrit dalam menyelesaikan masalah ini agar kedepannya
penatausahaan BMN yang ada di Pusat 2 dapat sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh
peraturan dan membantu dalam penyusunan laporan keuangan organisasi.

Salah satu langkah yang bisa menjadi solusi adalah mengadakan sosialisasi peraturan
kepada seluruh penanggungjawab BMN agar pengetahuan mengenai penatausahaan dapat
diketahui oleh semua pihak yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan BMN. Dengan
demikina, kekeliruan dalam pengelolaan dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.

12
Bab V Penutup

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah penatausahaan BMN di Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah masih ada beberapa permasalahan yang
terjadi dan tidak sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN.

Adapun langkah-langkah yang bisa diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang


ada adalah :

1. Melakukan proses rutin penatausahaan BMN sesuai dengan ketentuan yang ada di Peraturan
Menteri Keuangan seperti membukukan setiap transaksi, memutakhirkan KIB, DBR, dan
DBL, mencatat PNBP, dan mengarsipkan semua dokumen;
2. Melakukan proses bulanan, semsteran, dan setiap akhir periode pembukuan seperti
rekonsiliasi, mencatat perubahan data BMN, tutup buku, dan inventarisasi.

Saran

Diharapkan kedepannya ada evaluasi terkait pelaksanaan penatausahaan BMN yang


sejalan dengan peraturan yang berlaku. Sehingga, tertib administrasi BMN dapat berjalan
dengan baik dan diharapkan bisa membantu dalam penyusunan laporan keuangan unit
organisasi yang nantinya bisa berdampak terhadap opini laporan keuangan yang akan
didapatkan dari pemeriksaan BPK.

13

Anda mungkin juga menyukai