Anda di halaman 1dari 15

Implikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan

Lokasi Industri PT Petrojaya Boral Plasterboard,


Gresik

RYSKA ZARETTA NENDIARDHINA


3608100004

Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
BAB I
PENDAHULUAN

Sektor industri adalah salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam
pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri berpotensi memberikan kontribusi ekonomi
yang besar melalui nilai tambah lapangan kerja dan juga devisa negara. Dalam
pembangunan industri perlu dilakukan suatu pertimbangan terhadap berbagai faktor
berkenaan dengan keuntungan dan kerugian berdirinya industri tersebut, terutama faktor
lokasi. Penentuan lokasi berdirinya suatu industri sangat penting bagi kelangsungan
kegiatan industri tersebut karena berkenaan dengan biaya produksi dan biaya distribusi
yang harus diatur seminimal mungkin untuk mendapat keuntungan yang optimal. Menyadari
pentingnya faktor lokasi bagi sebuah industri, beberapa pakar telah mengembangkan teori-
teori lokasi industri sebagai acuan dan pertimbangan untuk mendirikan suatu industri.

Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat di bidang
Industri, baik industri besar maupun industri kecil yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Bahkan beberapa industri di Indonesia telah mampu melebarkan sayap di kancah
internasional, salah satunya adalah PT Petrojaya Boral Plasterboard, Gresik. PT Petrojaya
Boral Plasterboard adalah perusahan pertama di Indonesia yang memproduksi eternity dan
gips. Perusahan ini mendirikan pabrik pertama pada tahun 1993 di Kawasan Industri Gresik.
PT Petrojaya Plasterboard telah memasuki pasar ekspor, terutama untuk kawasan Timur
Tengah dan Asia Pasifik, bahkan saat ini menjadi pemimpin pasar di Asia Tenggara.

Pencapaian hasil yang optimal oleh PT Petrojaya Plasterboard tentu tidak lepas dari faktor
lokasi berdirinya industri ini. Karena itulah perlu dilakukan sebuah kajian terhadap pemilihan
lokasi industri PT Petrojaya Plasterboard dikaitkan dengan teori-teori lokasi industri yang
telah dikembangkan oleh beberapa ahli sebagai salah satu bentuk aplikasi dari teori-teori
lokasi tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI LOKASI


Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial
order)kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara
geografis darisumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap
lokasi berbagaimacam usaha atau kegiatan lain (activity). Jadi secara umum teori lokasi
inidikembangkanuntuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi dengan
cara yang konsistendan logis, selain itudapat digunakan untuk memudahkan dalam
pemilihan lokasi suatu kegiatanekonomi dan sosial beserta interaksinya dengan wilayah
sekitar.

Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi
kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang
konsisten dan logis. Pada prinsipnya teori-teori lokasi industri bertujuan untuk memberikan
masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan
secara ekonomi (dapat memberikan keuntungan maksimal, biaya terendah dan pendapatan
tertinggi). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori lokasi.

1.Teori Lokasi Industri Weber


Alfred Weber, seorang ahli ekonomi Jerman, menulis buku berjudul Uber den Standort der
Industrien pada tahun 1909. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1929
oleh C.J. Friedrich dengan judul Alfred Weber’s Theory of Location of Industries. Prinsip
teori Weber adalah :
“ bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau
ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location) “.
-Weber (1909)

Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip
minimisasi biaya. Weber menyatakan lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat
dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan
tingkat keuntungan yang maksimum.

2
Dalam perumusan modelnya, Weber berasumsi bahwa:
1. Bidang bahasan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen,
konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah
persaingan sempurna.
2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu-bata tersedia dimana-mana
(ubiquitous) dalam jumlah yang memadai.
3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadis
dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
4. Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi berkelompok
pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas.

Berdasarkan asumsi itu, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya
transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang secara fundamental
menentukan pola lokasi dalam kerangka geografis. Dampak aglomerasi atau deaglomerasi
merupakan kekuatan lokal yang berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran
berbagai kegiatan dalam ruang.
a. Biaya Transportasi
Biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi sedangkan
kedua faktor lainnya merupakan faktor yang memodifikasi lokasi. Biaya transportasi
berbanding lurus dengan jarak. Semakin besar jarak, semakin besar pula biaya
transportasi yang harus dikeluarkan, begitu pula sebaliknya . Jadi titik terendah biaya
transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku
dan distribusi hasil produksi.

Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional.Berat Lokasional adalah berat total
semua barang berupa input yang harus diangkut ketempat produksi untuk menghasilkan
satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa ke pasar.Berat total itu terdiri
dari satu satuan produk akhir ditambah semua berat input yang harus diangkut ke lokasi
pabrik seperti bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan penolong, dan lain-lain yang
diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output .

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa biaya transportasi menurut Weber tergantung
dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan jarak yang harus ditempuh untuk
mengangkutnya. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku

3
Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh
lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke
lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut:

Bobot Bahan Baku Lokal


IM =
Bobot Produk Akhir

Apabila IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat ke bahan baku dan apabila IM < 1,
perusahaan akan berlokasi dekat pasar.

b. Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industri. Hal ini
dapat terjadi apabila penghematan biaya tenaga kerja per unit produksi lebih besar
daripada tambahan biaya transportasi per unit produksi karena berpindahnya lokasi ke
tempat sumber tenaga kerja. Penggabungan kedua jenis biaya tersebut melahirkan
pendekatan biaya terendah. Weber menjelaskan biaya tenaga kerja dengan sebuah
kurva isodapan sebagai berikut:

4
Jika titik T adalah tempat dengan biaya transportasi minimum, maka di luar T tersebut
dapat dibuat titik-titik dengan tingkat biaya transportasi yang sama penyimpangannya dari
titik T. Apabila titik-titik tersebut dihubungkan satu dengan yang lain, akan diperoleh
sebuah kurva tertutup yang dinamakan isodapan (isodapane). Akan diperoleh berbagai
tingkatan kurva sesuai dengan tingginya ongkos di atas T. Makin tinggi ongkos makin
dekat kurva itu kedalam bentuk yang lebih besar.Isodapan adalah kurva yang
menggambarkan berbagai lokasi industri yang memberikan tingkat biaya transportasi
yang sama. Perbedaan isodapan yang satu dengan yang lainnya menunjukkan
pertambahan biaya akibat pertambahan jarak dari titik T dengan tingkat pertambahan
yang sama pada masing-masing isodapan. Dalam gambar di atas, di luar titik T terdapat
isodapan 1, 2, dan 3. Titik L adalah lokasi pasar tenaga kerja di dalam isodapan 2 dan
perusahaan akan melihat apakah tetap berada pada titik T, atau pindah ke lokasi di mana
ada terdapat pasar buruh dengan upah yang lebih rendah.

c. Aglomerasi atau Deaglomerasi


- Aglomerasi
Aglomerasi adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau
wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. Aglomerasi juga bisa dibagi
mencadi dua macam, yaitu aglomerasi primer di mana perusahaan yang baru muncul
tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama, dan aglomerasi sekunder jika

5
perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk
memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.

Beberapa sebab yang memicu terjadinya aglomerasi :


1. Tenaga kerja tersedia banyak dan banyak yang memiliki kemampuan dan
keahlian yang lebih baik dibanding di luar daerah tersebut.
2. Suatu perusahaan menjadi daya tarik bagi perusahaan lain.
3. Berkembangnya suatu perusahaan dari kecil menjadi besar, sehingga
menimbulkan perusahaan lain untuk menunjang perusahaan yang membesar
tersebut.
4. Perpindahan suatu kegiatan produksi dari satu tempat ke beberapa tempat lain.
5. Perusahaan lain mendekati sumber bahan untuk aktifitas produksi yang
dihasilkan oleh perusahaan yang sudah ada untuk saling menunjang satu sama
lain.

Aglomerasi memberikan keuntungan, antara lain berupa saling membutuhkan produk


diantara berbagai industri yang mungkin sudah tersedia fasilitas infrastrukturnya.
Seringkali dalam lokasi tersebut sudah tersedia tenaga kerja yang sudah terlatih.
Fasititas ini akan menurunkan biaya produksi atau kebutuhan modal, karena kalau
terpisah jauh semua fasilitas harus dibangun sendiri.

- Deaglomerasi
Deglomerasi adalah suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang
terpisah dari kelompok lokasi perusahaan lain. Beberapa sebab yang memicu terjadinya
deglomerasi :
1. Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industri
2. Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai
untuk perumahan dan kantor pemerintah.
3. Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.
4. Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan upah
buruh masih rendah.

Sumber:
- http://massofa.wordpress.com/2008/03/08/teori-lokasi/
- http://singgiheducation.blogspot.com/2009/03/mengenal-beberapa-teori-lokasi.html

6
- http://indrajayaadriand.wordpress.com/2008/04/04/tugas-3-bu-bitta-teori-lokasi-dan-
pola-ruang/

2. Teori Lokasi August Losch


Apabila Weber melihat persoalan dari sisi produksi maka Losch melihat persoalan dari
sisi permintaan pasar. Weber walaupun tidak menyatakan secara tegas, membuat
asumsi bahwa semua barang yang diproduksi akan laku terjual. Losch mengatakan
bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
dijaringnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena
biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung
menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.

Kontribusi utama Losch adalah memperkenalkan potensi permintaan (demand) sebagai


faktor penting dalam lokasi industri, Kedua, kritik terhadap pendahulunya yang selalu
berorientasi pada biaya terkecil; padahal yang biasanya dilakukan oleh industri adalah
memaksimalkan keuntungan (profit– revenue maximation) dengan berbagai asumsi,
Losch mengemukakan bagaimana economic landscape terjadi, yang merupakan
keseimbangan (equillibrium) antara supply dan demand.

Proses terjadinya wilayah pasar Efek Perubahan Harga Teori August Losch
August Losch merupakan orang pertama yang mengembangkan teori lokasi dengan segi
permintaan sebagai variabel utama. Teori ini bertujuan untuk menemukan pola lokasi
industri sehingga ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Losch berpendapat
bahwa dalam lokasi industri yang tampak tak teratur dapat diketemukan pola
keberaturan.Teori Losch beasumsi suatu daerah yang homogen dengan distribusi
sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang
sama. Kegiatan ekonomi yang terdapat di daerah tersebut merupakan pertanian berskala
kecil yang pada dasarnya ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan petani masing-masing.
Perdagangan baru terjadi bila terdapat kelebihan produksi.

Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi ruang Losch harus memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut :
1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun
pembeli.

7
2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata
sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.
3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal propfit
sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual
barang yang sama di daerah tersebut.
4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada
untuk mencapai besar optimum
5. Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya
pertimbangan untuk membeli adalah harga yang rendah.

Pada teori Losch, wilayah pasar bisa berubah ketika terjadi inflasi (perubahan) harga. Hal
ini disebabkan karena produsen tidak mampu memenuhi permintaan karena jaraknya
jauh akan mengakibatkan biaya transportasi naik sehingga harga jualnya juga naik,
karena tingginya harga jual maka pembelian makin berkurang. Hal ini mendorong petani
lain melakukan proses produksi yang sama untuk melayani permintaan yang belum
terpenuhi. Dengan makin banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka
akan terjadi dua keadaan, yaitu seluruh daerah akan terlayani, atau persaingan antar
petani penjual akan semakin tajam dan saling berebut pembeli.

Losch berpendapat bahwa akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani penjual
akan mengecil dan dalam keseimbangannya akan terbentuk segienam beraturan. Bentuk
ini dipilih karena menggambarkan daerah penjualan terbesar yang masih dapat dikuasai
setiap penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan produksi yang
bersangkutan. Keseimbangan yang dicapai dalam teori Losch berasumsi bahwa harga
hanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, oleh karenanya keseimbangan akan
terganggu bila salah seorang penjual menaikkan harga jualnya. Keputusan ini
mengakibatkan tidak hanya pasar menyempit karena konsumen tak mampu membeli tapi
sebagian pasar akan hilang dan direbut oleh penjual yang berdekatan. Untuk
memperluas jangkauan pasar dapat dilakukan dengan menjual barang yang berbeda
jenis dari yang sudah ditawarkan.

Sumber:
- http://massofa.wordpress.com/2008/03/08/teori-lokasi/
- http://indrajayaadriand.wordpress.com/2008/04/04/tugas-3-bu-bitta-teori-lokasi-dan-
pola-ruang/

8
- http://massofa.wordpress.com/2008/03/08/teori-lokasi/

B. ALASAN MEMILIH LOKASI


Kota Gresik dipilih sebagai lokasi industri PT Petrojaya Boral Plasterboard karena di kota ini
terdapat dua industri besar, PT Petrokimia Gresik dan PT Semen Gresik, yang keduanya
merupakan sumber bahan baku (PT Petrokimia Gresik) dan pemanfaat hasil produksi
gypsum (PT Semen Gresik). Dengan adanya bahan baku dan pasar di satu kawasan maka
bisa dilakukan penekanan terhadap biaya produksi dan biaya transportasi sehingga dapat
dicapai keuntungan yang optimal dari kegiatan industri terebut.

PT Petrojaya Boral Plasterboard terletak di Kawasan Industri Gresik (KIG) dimana kawasan
ini telah ditetapkan Pemerintah Gresik sebagai pusat Industri. Manfaat yang diperoleh dari
peletakan industri di KIG adalah tersedianya fasilitas industri sehingga industri-industri
tersebut tidak perlu membangun sendiri fasilitas yang dibutuhkan. Selain itu, manfaat
sebuah kawasan industri adalah berkumpulnya industri di berbagai bidang baik baik dalam
pengadaan barang maupun penyediaan jasa sehingga antara satu industri dengan industri
lain dapat saling bekerja sama dan terintegrasi dalam satu kawasan.

C. FAKTOR – FAKTOR LOKASI


Dalam pemilihan lokai industri, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk
menghasilkan keuntungan yang maksimal. Begitu halnya dengan PT Petrojaya Boral
Plasterboard. Sebagai sebagai salah satu industri di Indonesia dengan keuntungan yang
relatif mendekati titik optimum, PT Petrojaya Boral Plasterboard telah memenuhi beberapa
faktor lokasi industri dalam pengadaan industrinya. Faktor- faktor lokasi industri tersebut
diantaranya adalah:
1. Faktor Produksi
Faktor produksi adalah faktor yang berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa suatu
industri. Terdapat empat poin yang menjadi pertimbangan PT Petrojaya Boral
Plasterboard dalam kaitannya dengan faktor produksi. Keempat poin tersebut antara lain:
a. Penyediaan Bahan Baku
Lokasi industri PT Petrojaya Boral Plasterboard relatif dekat dengan penyedia bahan
baku untuk industri tersebut. Bahan baku asam sulfat diperoleh dari PT Petrokimia
Gresik yang terletak di satu kota dengan jarak yang relatif dekat dengan lokasi industri

9
PT Petrojaya Boral Plasterboard. Sedangkan bahan baku Ca(OH)2 diperoleh dari PT
Pentawira Agraha Sakti di Tuban. Walaupun salah satu penyedia bahan baku tidak
terletak di satu kota dengan Petrojaya Boral Plasterboard, penyedia bahan baku
tersebut masih termasuk dalam suatu regional. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa lokasi Industri PT Petrojaya Boral Plasterboard berdekatan dengan penyedia
bahan baku.
b. Sarana transportasi
Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyadiaan bahan
baku dan pemasaran produk. Selain memiliki infrastruktur sarana transportasi darat
yang baik, Gresik juga memiliki pelabuhan laut yang dpat digunakan untuk distribusi
hasil produksi ke luar wilayah dengan jalur laut. Adanya pelabuhan ini memberi
keuntungan pada PT Petrojaya Boral Plasterboard dalam bidang transportasi.
c. Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan untuk menjalankan mesin-
mesin produksi. Sebagai salah satu wilayah pengembangan Gerbangkertasusila,
Gresik menyediakan SDM dengan kualitas yang relatif tinggi. Selain itu, adanya
Kawasan Industri Gresik menyebabkan terkumpulnya tenaga ahli di kawasan tersebut.
d. Penyediaan utilitas
Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik, dan
sarana lainnya sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Sebagai suatu
kawasan industri yang berskala besar dan telah direncanakan dengan baik, Gresik
telah mempunyai sarana-sarana pendukung yang memadai.

2. Faktor Pasar
a. Pemasaran produk
Salah satu pasar PT Petrojaya Boral Plasterboard adalah PT Semen Gresik. PT
Petrojaya Boral Plasterboard adalah pemasok gypsum utama bagi PT Semen Gresik
dimana PT Semen Gresik sendiri adalah industri penghasil semen tingkat dunia yang
menghasilkan produksi semen dalam jumlah besar. Sehingga bisa dikatakan bahwa
lokasi industri PT Petrojaya Boral Plasterboard dekat dengan lokasi pasar.

3. Kebijaksanaan Pemerintah Pusat dan Daerah


Pendirian pabrik perlu memperhatikan beberapa faktor kepentingan yang terkait di
dalamnya, kebijaksanaan pengembangan industri, dan hubungannya dengan
pemerataan kesempatan kerja, kesejahteraan, dan hasil-hasil pembangunan. Disamping

10
itu, pabrik yang didirikan juga harus berwawasan lingkungan, artinya keberadaan pabrik
tersebut tidak boleh mengganggu atau merusak lingkungan sekitarnya.

Gresik sebagai kawasan industri adalah daerah yang telah ditetapkan menjadi daerah
industri sehingga pemerintah memberikan kelonggaran hukum untuk mendirikan suatu
pabrik di daerah tersebut. Selain itu, PT Petrojaya Boral Plasterboard juga terletak di
Kawasan Industri Gresik (KIG) yang peruntukan lahannya telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan industri.

D. IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH


1. Implikasi Teori Weber terhadap Penentuan Lokasi PT Petrojaya Boral Plasterboard
Prinsip dasar teori Weber adalah minimalisasi biaya dimana minimalisasi biaya tersebut
sangat erat kaitannya dengan transportasi dan tenaga kerja. Lokasi industri yang paling
tepat adalah lokasi dengan jumlah biaya transportasi dan upah tenaga kerja yang paling
minimalis. Menurut Weber, besarnya biaya transportasi tergantung pada dua hal, yaitu
bobot barang dan jarak yang harus ditempuh. Pada hakikatnya, teori Weber
menyarankan bahwa lokasi suatu industri hendaknya berada dekat dengan bahan baku
atau dekat dengan pasar.

Pada industri PT Petrojaya Boral Plasterboard, terdapat keterkaitan antara teori Weber
dan penentuan lokasi industri tersebut. Lokasi industri perusahan tersebut terletak tidak
jauh dari PT Petrokimia Gresik yang merupakan penyedia asam sulfat sebagai bahan
baku. Walaupun bahan baku lain yang dibutuhkan terletak di Tuban, lokasi pabrik PT
Petrojaya Boral Plasterboard diletakkan di Gresik atas dasar pertimbangan bahwa pasar
industri ini, PT Semen Gresik, terletak di Gresik. Dengan demikian, penentuan lokasi PT
Petrojaya Boral Plasterboard sejalan dengan teori Weber yang mengungkapkan bahwa
suatu industri hendaknya berada deka dengan bahan baku atau dekat dengan pasar.

Selain itu, dalam teorinya, Weber juga menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi lokasi industri adalah aglomerasi. Aglomerasi adalah pengelompokkan
beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah
khusus industri. PT Petrojaya Boral Plasterboard terletak di Kawasan Industri Gresik
dimana kawasan industri ini merupakan salah satu bentuk dari aglomerasi.

11
2. Implikasi Teori Losch terhadap Penentuan Lokasi PT Petrojaya Boral Plasterboard
Teori Losch biasa dikenal dengan teori anti aglomerasi, dimana Losch menentang lokasi
industri yang berdekatan karena dapat mengurangi pangsa pasar. Berbeda dengan
Weber yang cenderung berfokus pada produksi dan mengasumsikan semua barang laku
terjual, Losch berpendapat bahwa jumlah konsumen berkaitan erat dengan keuntungan.
Sehingga Losch berpendapat bahwa aglomerasi akan mengurangi jumlah konsumen
(dalam hal ini aglomerasi industri dengan jenis yang sama).

Sebagai industri penghasil gypsum pertama di Indonesia, PT Petrojaya Boral


Plasterboard telah memiliki pangsa pasar yang sangat luas sehingga dengan sendirinya,
industri-industri serupa menghindari terjadinya aglomerasi dengan perusahan ini. Untuk
itulah PT Petrojaya Boral Plasterboard terhindar dari adanya aglomerasi industri sejenis
sehingga pasar perusahaan ini relatif konstan.

Setiap teori lokasi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam
menentuka suatu industri tidak hanya mengacu pada satu teori. Tidak ada sebuah teori
tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan industri itu sebaiknya dipilih.
Untuk menetapkan lokasi suatu industri secara komprehensif diperlukan gabungan dari
berbagai pengetahuan dan disiplin. Berbagai faktor yang ikut dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi, antara lain ketersediaan bahan baku, upah buruh, jaminan keamanan,
fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan aksesibilitas dari tempat produksi ke
wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas pemasaran ke luar negeri), stabilitas
politik suatu negara dan, kebijakan daerah (peraturan daerah).

12
LESSON LEARNED

Sektor industri berpotensi memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah
lapangan kerja dan juga devisa negara. Dalam pembangunan industri perlu dilakukan suatu
pertimbangan terhadap berbagai faktor berkenaan dengan keuntungan dan kerugian
berdirinya industri tersebut, terutama faktor lokasi. Penentuan lokasi berdirinya suatu industri
sangat penting bagi kelangsungan kegiatan industri tersebut karena berkenaan dengan
biaya produksi dan biaya distribusi yang harus diatur seminimal mungkin untuk mendapat
keuntungan yang optimal.

Dalam pemilihan lokai industri, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk
menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam menentukan lokasi industrinya, PT
Petrojaya Boral Plasterboard mempertimbangkan beberapa faktor lokasi seperti faktor
produksi, faktor pasar, serta kebijaksanaan pusat dan daerah. Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan pemasaran dapat
diminimalisir sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan.

Menyadari pentingnya faktor lokasi bagi sebuah industri, beberapa pakar telah
mengembangkan teori-teori lokasi industri sebagai acuan dan pertimbangan untuk
mendirikan suatu industri. Namun, setiap teori lokasi memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing sehingga dalam menentuka suatu industri tidak hanya mengacu pada satu
teori. Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan
industri itu sebaiknya dipilih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Islamica, Dian (2010). Perancangan Pabrik Gipsum dari Kalsium Hidroksida dan Asam
Sulfat Kapasitas 415.000 Ton Per Tahun. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Nurdin, Muhammad (2010). Model Nilai Lahan Kawasan Industri di Kota Semarang.
Semarang: Universitas Diponegoro

Website:
Bibybiby. Teori Lokasi. http://www.scribd.com/doc/44267888/TEORI-LOKASI. 13 April 2011
Jaya Adriand (2008). Teori Lokasi dan Pola Ruang.
http://indrajayaadriand.wordpress.com/2008/04/04/tugas-3-bu-bitta-teori-lokasi-
dan-pola-ruang/. 13 April 2011
Pakde Sofa (2008). Teori Lokasi. http://massofa.wordpress.com/2008/03/08/teori-lokasi. 13
April 2011
Singgih Prihadi (2009). Mengenal Beberapa Teori Lokasi.
http://singgiheducation.blogspot.com/2009/03/mengenal-beberapa-teori-
lokasi.html. 13 April 2011

14

Anda mungkin juga menyukai