Anda di halaman 1dari 33

Kajian Kesesuaian Lahan

Badan Otorita Pariwisata

Bromo-Tengger-Semeru
Malang , 22 Septem ber 2017

DIREKTORAT PENATAAN KAWASAN


DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN
Outline

1. Pendahuluan
2. Cakupan Wilayah
3. Kajian Kesesuaian Lahan
4. Kesimpulan dan
Rekomendasi
Kawasan Bromo-Tengger-Semeru yang berada di 4 (empat) Kabupaten di Prov. Jawa
Timur (Kab. Lumajang, Kab. Malang, Kab. Pasuruan, dan Kab. Probolinggo), merupakan
salah satu dari 10 (sepuluh) Destinasi Wisata Prioritas sesuai Perpres 3/2016 tentang
Proyek Strategis Nasional, dengan daya tarik ekowisata pegunungan dan wisata budaya.
Kawasan Bromo-Tengger-Semeru ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK
Menhut 278/Kpts-VI/1997 dan SK Menhut 178/Menhut-II/2005.
Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional
dalam PP 26/2008 tentang RTRWN.
Bromo Tengger Semeru-Arjuno ditetapkan sebagai Cagar Bisofer oleh UNESCO pada
tahun 2015. Selain itu, kawasan ini juga tengah dipersiapkan sebagai Geopark.
750 Km Jakarta
Bandung
Banjarmasin
Bima

Surabaya
Malang
Bali
Solo
Madiun
Yogyakarta Banyuwangi
Lombok
Flores
Semarang
Wilayah koordinatif BOP
Bromo-Tengger-Semeru
mencakup Kawasan
Destinasi Pariwisata
Nasional Bromo-Malang
dan sekitarnya
sebagaimana tercantum
pada PP 50/2011 tentang
Rencana Induk
Pengembangan
Kepariwisataan Nasional
2010-2025.
Lokasi yang
diusulkan
A. Lokasi seluas 151 ha di Desa
Wonosari, Kec. Wonosari,
120 Km Kab. Malang;
100 Km B. Lokasi seluas 174 ha di Desa
Duwetkrajan, Kec.
Tumpang, Kab. Malang.

40 Km 20 Km

A B
5 Km

70 Km
Pertimbangan kajian dan survei usulan lahan
1. Kawasan hutan
2. Peruntukan tata ruang
3. Status tanah
4. Kesesuaian lahan:
§ Aksesibilitas
§ Kondisi fisik kawasan
§ Kebencanaan
§ Bentang pandang
Desa Wonosari
Kec. Wonosari, Kab. Malang
Pola ruang dan status kawasan
Ø Berdasarkan lampiran peta pola ruang RTRW Kab. Malang
dalam Perda 3/2010, lokasi usulan pengembangan masuk
dalam peruntukan ruang hutan lindung (56,68 ha atau 37,88%)
dan kebun (94,32 ha atau 62,12%).
Ø Berdasarkan SK Menhut 395/2011 tentang penunjukan
Luas lahan: 151 ha kawasan hutan dan konservasi perairan, lokasi usulan
pengembangan masuk kawasan hutan dengan 83,13 ha atau
55,02% merupakan Hutan Produksi Tetap dan 56,68 ha 44,98%
merupakan Hutan Lindung.
Ø Berdasarkan status pertanahan, dalam gambaran umum
penguasaan tanah lokasi usulan merupakan kawasan
kehutanan. Adapun terkait data riwayat tanah, lokasi
merupakan tanah ex-HGU perkebunan teh belanda dimana
saat ini kondisinya dimanfaatkan oleh masyarakat.
Aksesibilitas

1,16 km

0,95 km

Pantai selatan

/Lokal
/Tanah
Jalan tanah

Jalan batu/kerikil yang


telah dipadatkan

Jalan aspal Jalan batu/kerikil


Kondisi fisik kawasan
Lokasi usulan berada pada
ketinggian 1100-1300 mdpl dan
kemiringan rata-rata 15-25%.

Wonosari

Bandara Kota Malang


Kepanjen
Sebagian besar tutupan lahan berupa semak
belukar dan pohon teh yang sudah ditinggal
(peninggalan Belanda), serta pohon dengan
kerapatan jarang sampai sedang.
Lokasi di dalam delineasi didominasi oleh Tanaman Kalanjono (atas) dan
Kaliandra (kanan) yang dimanfaatkan masyarakat untuk pakan ternak.
Vegetasi di sekitar lokasi didominasi pohon pinus dan bambu.
Kebencanaan

12% 6%

82%
Bentang pandang
Utara Barat

G. Pitrang

G. Kawi
Desa Duwetkrajan
Kec. Tumpang, Kab. Malang
Pola ruang dan status kawasan

Luas lahan: 174 ha

Ø Berdasarkan lampiran peta pola ruang RTRW Kab. Malang dalam Perda 3/2010, lokasi usulan pengembangan masuk dalam peruntukan
ruang kebun (77,62 ha atau 44,61%) dan ladang (96,38 ha; 55,39%).
Ø Berdasarkan SK Menhut 395/2011 tentang penunjukan kawasan hutan dan konservasi perairan, lokasi usulan pengembangan masuk
kawasan hutan berupa hutan produksi tetap seluas 88,91 ha (51,1%) dan sisanya merupakan Area Penggunaan Lain.
Ø Berdasarkan status pertanahan, dalam gambaran umum penguasaan tanah lokasi usulan merupakan kawasan kehutanan yang dikelola PT.
Perhutani dimana saat ini kondisinya dimanfaatkan oleh masyarakat melalui kerjasama.
Aksesibilitas

Duwet Krajan
Jalan desa
Kondisi fisik kawasan
Lokasi usulan berada pada ketinggian 780-
1180 mdpl dan kemiringan sangat curam
hingga >40%.

Duwet Krajan

Tumpang
Bandara
Kota Malang
Sebagian besar lahan dimanfaatkan masyarakat setempat
untuk berkebun khususnya menanam Labu Jipang dan
Kacang Koro.
Kebencanaan

13%

34% 53%
Bentang pandang
Panorama lereng perbukitan
Tinjauan
Lokasi Luas
Usulan (ha) Kawasan
Pola Ruang Status Tanah Kesesuaian Lahan
Hutan
Di Desa 151 HL dan HL dan Perhutani; - Jalan menuju lokasi belum diperkeras (masih jalan tanah).
Wonosari HPT kebun Dimanfaatkan - Jarak dari Kota Malang: 35,6 km; waktu tempuh; 58 menit.
masyarakat - Lereng agak curam (15-25%).
- Tanaman dimanfaatkan masyarakat untuk pakan ternak
- Tingkat rawan bencana longsor: sedang
- Menghadap G. Pitrang dan G. Kawi di sebelah utara, hutan
pinus dan pohon bambu di sekitar lokasi, panorama sunrise
dan sunset.
Di Desa 174 HPT dan Kebun Perhutani; - Berbatasan langsung dengan jalan desa yang telah diperkeras
Duwetkrajan APL dan Disewakan dengan aspal.
tegalan kepada - Jarak dari Kota Malang: 26,2 km; waktu tempuh; 40 menit.
masyarakat - Lereng sangat curam (>40%).
- Masyarakat menyewa lahan pada Perhutani untuk berkebun.
- Tingkat rawan bencana longsor: rendah-sedang
- Menghadap G. Bromo dan G. Semeru di sebelah Timur,
perkebunan masyarakat, panorama sunset.
Favorable Slightly Favorable Unfavorable
Kesimpulan
Malang dan sekitarnya memiliki beragam daya tarik wisata mulai dari wisata alam seperti pantai,
air terjun, pegunungan, hingga wisata buatan serta kekhasan wisata religi dan budaya.
Status tanah di kedua lokasi usulan merupakan kawasan kehutanan (PT. Perhutani) yang
dimanfaatkan masyarakat untuk berkebun dan mengambil pakan ternak.
Jalan akses menuju lokasi usulan di Desa Wonosari masih berupa jalan setapak (kerikil dan
tanah) sepanjang 1 km dari jalan yang telah diperkeras (aspal). Sedangkan lokasi usulan di Desa
Duwet Krajan berbatasan langsung dengan jalan desa.
Sebagian besar lahan di Desa Duwet Krajan memiliki kemiringan sangat curam (>40%) namun
tingkat kerawanan longsor lebih rendah daripada di Desa Wonosari.
Delineasi lokasi usulan di Desa Wonosari berada di dalam kawasan hutan lindung dan hutan
produksi.
Rekomendasi
Delineasi lokasi usulan di Desa Wonosari berada di dalam kawasan hutan lindung dan hutan
produksi. Lahan yang beririsan dengan hutan lindung sebaiknya dikeluarkan dari delineasi.
Lokasi kawasan dapat dikembangkan setelah statusnya dilepaskan dari kawasan hutan produksi
oleh Kementerian LHK.
Lahan-lahan usulan direkomendasikan dengan syarat:
1. Pengembangan diarahkan untuk eco-tourism yang tetap mempertahankan fungsi hutan
dengan pembangunan fisik maksimal 15-20%;
2. Revisi RTRW agar mengakomodasi peruntukan pariwisata di lokasi yang diusulkan;
3. Pengembangan kawasan harus mengantisipasi gerakan tanah dan gempa bumi;
4. Pengembangan kawasan agar dapat melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat

Anda mungkin juga menyukai