Anda di halaman 1dari 16

DATA TAPAK

DESAIN ARSITEKTUR ISLAMI 4


KELAS A - STUDIO 1
—-------------------------------------------------
1. Bentuk, Ukuran, dan Batas Tapak
● Alamat
Bulurejo, Petungsewu, Kec. Dau,Kabupaten Malang, Jawa Timur.

● Ukuran lahan (autocad)

Dimensi Site
Luas : 16.189,66 m2 / 1,6 ha
Panjang : 315,8 m

● Foto tiap batas tapak

● Leveling Ketinggian

2. Topografi
● Potongan (Cari sisi terpanjang)

3. Hidrologi dan Jenis Tanah


● Tanah lokasi
Tanah Andosol
Menurut balai besar penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan pertanian,
sebuah tanah yang memiliki Horizon A molik/umbrik yang biasanya berada di atas
Horizon B kombik yang terdiri atas fraksi tanah halus dan Sebagian besar tersusun
atas vulkanik dan bahan proklastik lainnya.
● Karakteristik tanah
❖ Memiliki 6% kandungan organic pada lapisan paling atas dengan ketebalan
30 cm.
❖ Berwarna coklat gelap dengan struktur remah, dan terlihat gembur terasa licin
saat di tangan.
❖ Tekstur mulai dari lempung berpasir hingga liat berpasir.
❖ Berasal dari gunung berapi yang mengalami pelapukan mengandung unsur
Al, Fe, dan Silica aktif (Al sgt dominan).
❖ Masa jenis lebih rendah daripada tanah lain.
❖ Kadar air tinggi, batas mencair tinggi, indeks plastisitas rendah.
❖ Jika dikeringkan sifatnya tidak akan kembali sepeeti semula.

● Jalur air hujan

4. Sunpath
● Garis edar matahari
Maret Pagi Maret Siang Maret Sore

Juni Pagi Juni Siang Juni Sore

Agustus Pagi Agustus Siang Agustus Sore

November Pagi November Siang November Sore

Bayangan dari bangunan pada tapak saat matahari terbit.


Bayangan dari bangunan pada tapak saat siang hari.

Bayangan dari bangunan pada tapak saat matahari terbenam.

Respon matahari terhadap tapak:

5. Arah Angin dan Curah Hujan


● Suhu

Musim panas berlangsung selama 1,5 bulan, dari 10 Oktober sampai 25 November,
dengan suhu tertinggi harian rata-rata di atas 30°C. Bulan terpanas dalam setahun di
Malang adalah November, dengan rata-rata suhu 21°-30°C
Sedangkan musim dingin berlangsung selama 2,6 bulan, dari 11 Juni sampai 31
Agustus, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di bawah 28°C. Bulan terdingin dalam
setahun di Malang adalah Agustus, dengan rata-rata suhu 19°- 28°C.
(sumber:https://id.weatherspark.com/y/124638/Cuaca-Rata-rata-pada-bulan-in-
Malang-Indonesia-Sepanjang-Tahun#Figures-Temperature)

● Arah Angin

Arah angin pada tapak dominan bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan 4-33
mph. Kecepatan tertinggi yaitu pada 33 mph.
(sumber:https://app.formit.autodesk.com/ )

● Curah hujan
Curah hujan terbanyak di Malang adalah pada bulan Januari, dengan rata-rata curah
hujan 274 milimeter. Sedangkan, curah hujan paling sedikit di Malang adalah
Agustus, dengan curah hujan rata-rata 11 milimeter.
(sumber:https://id.weatherspark.com/y/124638/Cuaca-Rata-rata-pada-bulan-in-
Malang-Indonesia-Sepanjang-Tahun#Figures-Temperature)

6. Vegetasi

7. Peraturan Tata Guna Lahan dan Sirkulasi


● Regulasi
KDB= 60-80%,KDH= minimal 10% maksimal 40%,TLB= 4-20lantai , KLB= 0,4-0,6,
GSB= 2 meter
Tinggi bangunan maksimum dibatasi garis bukaan langit 48 derajat dari jalan
(https://www.yumpu.com/id/document/read/46753721/lampiran-5-peraturan-daerah-
kota-malang-pemerintah-kota-malang)
● Sirkulasi (Arah)
● Aksesibilitas (Transportasi, Pintu masuk, Ukuran jalan)

8. Utilitas
● Listrik dan Pencahayaan (Tiang listrik, Pencahayaan jalan)
- Sumber aliran listrik berada di bagian utara & Timur site
- Gardu listrik sumber listrik konvensional/daya besar berada sekitar 1
km ke arah timur dari site.
- Site berada di kawasan cukup terpencil
- sulit mendapatkan aliran listrik secara konvensional
Lampu jalan

-
- lampu jalan berjumlah 13 dari titik awal sampai kuburan

tiang listrik
-

-
panel surya

-
- Lampu jalan memanfaatkan panel surya
-
-
● Air bersih dan air kotor
- Air bersih (sumber air bersih terdapat pada area tapak adalah sumur)
sumur air

tandon air

- Air kotor (saluran air kotor berupa selokan tetapi keadaannya jelek
karena terdapat banyak tumbuhan liar)

● Layanan Telekomunikasi (tower, sinyal)

- sinyal lancar : telkomsel, 3, XL, indosat


- sinyal tidak lancar : IM3
9. Sensory
● Kebisingan

SUMBER KEBISINGAN
Karena area tapak yang terletak cukup jauh dari lingkungan warga maka kebisingan
hanya berasal dari permukiman dan kendaraan yaitu motor dan mobil kecil karena
jalan menuju tapak yang susah untuk dilewati kendaraan.

TINGKAT KEBISINGAN
Tingkat kebisingan di area tapak rendah bahakan tergolong sangat rendah, karena
bersebelahan dengan kuburan dan hutan.

● View

● Penciuman
Lokasi tapak agak jauh dengan permukiman warga. Tapak juga tidak dekat dengan
pabrik dan peternakan. Sehingga tidak ada polusi penciuman yang mengganggu.

10. land use type


● bencana alam(yg mungkin terjadi)

Sumber: Buku Profil BPBD Kabupaten Malang


Gambar: Peta Rawan Bencana di Kabupaten Malang

Tabel: Keterangan Lokasi Peta rawan bencana

Sumber: Buku Profil BPBD Kabupaten Malang


Dari peta rawan bencana diatas wilayah Kecamatan Dau tergolong daerah yang
rawan dari bencana, dikarenakan wilayah Dau merupakan daerah berkontur dataran
tinggi. Bencana alam dengan tingkat ancaman tertinggi di kecamatan dau adalah
tanah longsor, banjir bandang, puting beliung.
sumber: https://eprints.umm.ac.id/35928/4/jiptummpp-gdl-ardhianneh-48874-4-babiii.pdf

● jenis penggunaan lahan(perkebunan/industrial/dll)

Kabupaten Malang memiliki luas wilayah sekitar 3.347,8 Km². Dari keseluruhan total
luas tersebut, lebih dari 50 persen merupakan lahan pertanian yang berupa sawah,
tegalan, dan perkebunan. Sedangkan pemanfataan untuk pemukiman penduduk
sekitar 13,68 persen. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di wilayah
kec.Dau adalah disektor pertanian. Pilihan di sektor ini sangat logis, karena dengan
hamparan tanah yang luas, subur dan sebagian terletak pada lereng pegunungan
sangatlah cocok untuk pengembangan pertanian baik pertanianan pangan,
perkebunan maupun holtikultura (buah-buahan dan sayur-sayuran). Disamping itu,
wilayah Dau memiliki potensi wisata yang siap dikembangkan.
sumber: http://dau.malangkab.go.id/uploads/dokumen/dau-Profil%20Kec%20Dau
%20(1).pdf

● Karakter lingkungan/kebiasaan masyarakat

Tatanan Permukiman sangat dipengaruhi aspek non fisik penghuninya,


yang salah satunya adalah budaya dan kepercayaan. Kondisi ini terjadi juga
pada komunitas masyarakat jawa, yang memiliki karakteristik unik, yang disebut
sebagai komunitas aboge ( alief-rebo-wage ) . Komunitas ini merupakan salah
satu kelompok masyarakat yang mendiami Desa Petungsewu, di Kecamatan
Dau-Kabupaten Malang. Selain komunitas ini, juga terdapat komunitas kejawen
biasa, dan juga komunitas santri yang dengan berbagai persepsi mental dan
interaksi pelakunya mempengaruhi dan membentuk pola permukiman, yang
cenderung dipengaruhi oleh aspek kepercayaan. Perwujudan lingkungan
permukiman dalam budaya jawa terbagi atas komponen longkangan,
palungguhan, panepen dan panggonan , sementara karakteristik masyarakat
yang mempengaruhi ruang antara lain dari sisi kepercayaan, ikatan sosial,
ekspresi pribadi dan pemaknaan. Menggunakan alat analisis deskriptif-kualitatif
dan pemetaan perilaku juga peta mental dari narasumber terpilih sejumlah
duapuluh satu orang , maka pada akhirnya bisa diketahui keunikan karakteristik
masyarakatnya, dan tentunya pola permukiman yang terbentuk. Berdasarkan
studi yang ada didapatkan bahwa paling tidak karakter masyarakat yang ada
terbagi atas 3 komunitas, yaitu kejawen aboge, komunitas santri, dan kejawen
biasa, yang sebarannya ada pada sisi Barat, Tengah, dan Timur desa.
Karakteristik khusus dari komunitas kejawen aboge yang menjadi fa k tor
penarik utama dari kajian ini adalah sisi penggunaan kalender yang
mempengaruhi penggunaan waktu, dan pada akhirnya juga mempengaruhi
tatanan ruang. Setiap komunitas memiliki spesifikasi karakteristik, yang salah
satunya yang dipunyai masyarakat kejawen (biasa maupun aboge ) adalah dari
kepercayaan terhadap ruang pedhanyangan , dan juga konsepsi sedulur/keblat
papat lima pancer, serta prinsip harmonisasi ketetanggan, yaitu moncopat . Pola
permukiman yang terbentuk merupakan penggabungan dari pola klaster dan
linear, yang terbentuk akibat pertautan antara berbagai komponen jenis ruang
longkangan, palungguhan, panepen dan panggonan dalam berbagai skala,
orientasi linear terhadap arah Barat-untuk Gunung Panderman-Srandil dan arah
Kiblat, dan juga hirarki ruang yang ada yang menempatkan ruang rumah tokoh
aboge , ruang pedhanyangan , dangau dan ladang sebagai ruang terpenting
pembentuk pola ruang desa. Arah hadap rumah berdasar neptu penghuni awal,
adanya ruang padepokan, orientasi terhadap punden dan juga gunung sebagai
orientasi skala desa merupakan beberapa kesimpulan yang bisa didapat.
Adapun beberapa hal yang bisa direkomnedasikan dari hasil penelitian ini antara
lain mengenai kajian penerapan lebih lanjut dari konsepsi moncopat,
perbandingan penelitian komunitas aboge di tempat lainnya, serta desain
pengganti ruang penjaga dalam berbagai skala.

sumber : http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155566/

● demografi desa

Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar biasa menjadi modal dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah penduduk desa
Petungsewu adalah 3.336 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 1200 Kepala
keluarga. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk
yang besar harus disertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan
kependudukan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi
pendorong dalam pembangunan, khususnya pembanguna Desa Petungsewu.
Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain
perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebaran serta strukturnya

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH TOTAL


1.667 1.666 3.336

Pertumbuhan Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk Desa Petungsewu cenderung meningkat karena tingkat
kelahiran lebih besar dari pada kematian serta penduduk yang masuk lebih
besar dari penduduk yang keluar.

No Usia Jumlah Prosentase


1. 0-4 229 orang
2. 5-9 193 orang
3. 10-14 236 orang
4. 15-19 266 orang
5. 20-24 292 orang
6. 25-29 279 orang
7. 30-34 229 orang
8. 35-39 262 orang
9. 40-44 269 orang
10. 45-49 215 orang
11. 50-54 194 orang
12. 55-58 165 orang
13. >59 506 orang Jumlah

Total 3.336 orang

Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20- 49
tahun Desa Petungsewu sekitar 1.546 orang atau hampir 2.16 %. Hal ini
merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM.
Tingkat kemiskinan di Desa Petungsewu termasuk tinggi. Dari jumlah 1200 KK
terdapat 213 RTM. Rentetan data kualitatif di atas menunjukan bahwa
mayoritas penduduk i Desa Petungsewu hanya mampu menyelesaikan sekolah
di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SMP). Dalam hal
kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni,
keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu pengetahuan setara
dengan kekuasaan yang akan berimplikasi pada penciptaan kebaikan
kehidupan. Rendahnya kualitas pendidikan di Desa Petungsewu tidak terlepas
dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu
masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di
Desa Petungsewu baru tersedia di level pendidikan dasar 9 tahun (SD dan
SMP), sementara akses ke pendidikan menengah ke atas berada di tempat lain
yang relatif jauh. Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi
persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Petungsewu yaitu
melalui pelatihan dan kursus. Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga
belum tersedia dengan baik di Desa Petungsewu Bahkan beberapa lembaga
bimbingan belajar dan pelatihan yang pernah ada malah gulung tikar. Mungkin
dorongnan dari pemerintah dan masyarakat lemah. Inilah yang menjadi
pekerjaan dasar pemerintahan Desa Petungsewu sekarang ini.

Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Petungsewu dapat
teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan,
industri dan lain-lain.

No Macam Pekerjaan Jumlah Prosentase


1 Pertanian 225 orang
2 Jasa/ Perdagangan
1. Jasa Pemerintahan 22 orang
2. Jasa Perdagangan 35 orang
3. Jasa Angkutan 24 orang
4. Jasa Ketrampilan 19 orang
5. Jasa lainnya 12 orang
3 Sektor Industri 205 orang
4 Sektor lain 658 orang

Jumlah 3.336 orang

sumber : http://semar.machung.ac.id/berkas/RPJM%20Desa%20Petungsewu.pdf

Anda mungkin juga menyukai