Anda di halaman 1dari 17

PEMETAAN ZONA ALTERASI

PADA DAERAH BEKAS GUNUNG API PURBA


GORONTALO

PROPOSAL

Oleh

AYI MARSENDI

NIM : 471 416 013

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

2016
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang
benderang ini.

Saya menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari teman
teman. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua teman yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini terutama kepada:

Tia Ningrum

Adrianto

Afdal

Azizah

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang Alterasi.

Gorontalo, 21 september 2018

Ayi Marsendi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 1
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar belakang

Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumberdaya tambangnya dan saat ini
Indonesia memproduksi berbagai macam bahan tambang yang berguna bagi kebutuhan dalam negeri dan
luar negeri. Khususnya sumberdaya yang menyangkut ke dunia tambang yang meliputi logam mulia,
logam beharga, energi, dan energy alternatif.

Daerah Gorontalo termasuk dalam bagian tengah lengan utara Sulawesi yang umumnya disusun
oleh busur magmatik berumur Neogen yang sangat berpotensi mengandung mineral-mineral ekonomis
sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap potensi sumber daya mineral tersebut. Penelitian terdahulu
menyimpulkan daerah penelitian terdapat tipe mineralisasi Au-Ag epitermal sulfidasi menengah sampai
tinggi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian meliputi morfologi,
litologi dan struktur geologi, menentukan zona alterasi serta mineralisasi sehingga penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan serta diskusi untuk penelitian lebih lanjut pada daerah penelitian.

1.2. Maksud dan Tujuan

Untuk dapat mengetahui kondisi geologi dan dapat mengetahui tipe-tipe zona alterasi pada daerah
bekas gunung api purba di Gorontalo

1.3. Batasan Masalah


Dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah yaitu :
 Penelitian menggunakan pendekatan analisis litologi, geomorfologi, struktur geologi serta
identifikasi tipe alterasi
 Metode yang di gunakan yaitu survey lapangan serta mencari data yang diperlukan dari studi
pustaka

1.4. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1.4.1. Lokasi dan Pencapaian

Lokasi penelitan dilakukan di Desa Kotabaru Kecamatan Dengilo, Kabupaten Pohuwato, Provinsi
Gorontalo. Cara keterjangkauan daerah penelitian ini dicapai dengan menggunakan alat transportasi darat
dengan waktu sekitar 1-4 jam dari kota Gorontalo menuju ke arah Pelabuhan,

1.4.2. Kondisi Geografi

Provinsi Gorontalo dengan target Daerah penelitian ini secara geografis terletak pada
koordinat N 00 31’ 16,2”- N 00 34’ 31,4” LU dan E 1220 2’ 15,9” - E 1220 2’ 55,8” BT
Kabupaten. Gorontalo terletak antara 0,270 - 0,010 lintang utara dan 121,230- 122, 440 bujur
timur.
Di indonesia hanya dikenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan
juni sampai dengan september arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung
uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan desember pasifik
terjadi musim hujan. Keadaan sepetri ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2004 suhu udara rata-rata pada
siang hari berkisar antara 30,90 C sampai 34,20 C, sedangkan suhu udara pada malam hari
berkisar 21,40C sampai 23,80C. Kelembaban suhu udara di Gorontalo relatof tinggi. Pada tahun
2004 kelembaban relatif berkisar antara 68 persen (bulan september) sampai dengan 83 persen
(bulan februari dan desember).
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh iklim, keadaan orografi dan
perputaran atau pertemuan arus udar. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan
dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2004 curah hujan di daerah ini bervariasi dari 11 sampai
266 mm.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Geologi Regional

2.1.1 Geomorfologi

Geomorfologi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari geologi adalah ilmu yang

mempelajari bentang alam (landscape); bagaimana bentang alam itu terbentuk secara

konstruksional (yang diakibatkan oleh gaya endogen : aktivitas tektonik/struktur geologi), dan

bagaimana bentang alam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti

iklim, sungai dan lainnya yang bersifat destruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk alam

darat tertentu (landform). Pengaruh struktur(perlipatan, pensesaran, pengangkatan, intrusi,

ketidakselarasan, termasuk di dalamny) yang bersifat konstruksional, dan proses yang bersifat

destruksional (pelapukan, longsoran kerja air, angin, gelombang, pelarutan), geomorfologi

sebagai dua buah parameter yang sangat penting dalam pembentukan rupa bumi. Selain itu

batuan sebagai bagian bagian dari struktur dan tahapan proses geologi merupakan faktor cukup

penting.

Daerah penelitian merupakan bagian dari Lengan Utara Sulawesi. Sebagian besar Daerah

ini ditempati oleh batuan gunungapai Tersier. Di wilaya tengah bagian timur daerah penelitian

yang dijumpai daratan rendah yang berbentuk memanjang, yang terbentuk dari danau limboto ke

lembah paguyaman yang diduga semula merupakan danau.

Daerah yang dipetakan dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi ; satuan

pegunungan berlereng terjal, perbukitan menggelombang dabn sataun dartan rendah. Satuan

pegunungan berlereng terjal terutama menempati bagian tengah. Satuan perbukitan

menggelombang terutama dijumpai di daerah selatan dan di sekitar Tolotio. Satuan ini umumnya
menunjukkan bentuk puncak membulat dengan lereng relatif landai dan berjulang kurang lebih

dari 200 m. Satuan morfologi perbukitan menggelombang terutama ditempati oleh batuan

gunungapi dan batuan sedimen berumur tersier hingga kuarter. (S. Bachri dkk, 1989).

Satuan daratan rendah dijumpai di daerah selatan Lembar, di sepanjang pesisir selatan. Di

lembah paguyaman dan di sekitar Danau Limboto umumnya dimenempati oleh aluvial dan

endapan danau. Polar aliran sungai secara umum di daerah ini adalah subdendritik dan

subparalel.

2.1.2. Stratigrafi Regional

Gambar Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (PETA GEOLOGI REGIONAL

Lembaran TILAMUTA. 1993 Pusat Penelitian dan Pengembangan GEOLOGI)

Daerah Penelitian stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif

serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan

sejarah bumi. Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke- 19. Perintisnya adalah

William Smit. Diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada urutan yang sama. Kemudian
ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan

pengecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat

yang berbeda-beda maka, bisa dibuat perbandingan pada sebuah daerah yang luas.

Susunan yang terdapat pada Lembar Tilamuta khususnya di Daerah Kotabaru ini adalah

susunan utama Formasi Aluvial, Formasi Endapan Sungai Tua, Formasi batuan gunungapi pani,

Formasi granodiorit Bumbulan dan susunan terahir yaitu Formasi Tinombo.

ALUVIUM (Qal) : pasir, lempung, lanau, krikil, dan kerakal, berupa endapan pantai,

rawa dan sungai. Pelamparannya terutama di daerah pesisir selatan bagian barat.

ENDAPAN SUNGAI TUA (Qpr) : persilangan batupasir, batupasir konglomeratan dan

konglomerat. Batupasir dan batupasir konglomeratan berwarna abu-abu hingga kelabu

kecoklatan, mengandung butiran batuan adesit, basal, dasit, diorit, dan granodiorit, berukuran

kasar dan sangat kasar hingga konglomeratan. Pada batupasirnya setempat berlapis baik dengan

kemiringan bidang perlapisan mencapai 15̊. Konglomerat pada satuan ini berwarna abu-abu

kecoklatan, komponen terdiri dari andesit, basal, dasit, diorit, granodiorit, dan milonit, yang

berukuran dari 2 sampai 6 cm.

Endapan sungai ini masi kurang dan membentuk undak-undak pantai. Umurnya

diperkirakan Plistosen hingga Holosen. Ketebalan diperkirakan mencapai beberapa puluh meter.

Sebaran satuan ini terdapat di bagian selatan lembar, di sekitar daerah marisa.

BATUAN GUNUNGAPI PANI (Tppv) : dasit, lava andesit, tuf, aglomerat, dan breksi

gunnungapi.

Lava andesit merupakan penyusunan utama di dalam satuan batuan gunungapi ini,

berstruktur masif, berwarna abu-abu muda, umumnya bertekstur porfiritik, dengan hablur sulung
(fenokris) terdiri dari felspar dan kuarsa. Sedangkan lava andesit berwarna abu-abu dengan

tekstur porfiroafanitik, dan masif.

Tuf berwarna abu-abu muda, bersusunan dasit, dan kompak. Sedangkan aglomerat

berwarna abu-abu dengan komponen andesit dan basal yang berukuran butir sekitar 2 sampai 6

cm hingga mencapai 30 cm, kemas terbuka dan setempat tertutup, dengan massa dasar tuf.

Breksi gunungapi berwarna abu-abu kecoklatan, tersusun oleh kepingan batuan bersifat

andesitan dan dasitan yang berukuran sekitar 2 sampai 10 cm, menyudut sampai menyudut

tanggung, terpilah buruk dengan massa dasar berukuran pasir sampai krikil, kemas terbuka

hingga tertutup, serta kompak. Sebagian mineral mafiknya telah mengalami pengkloritan.

Batuan gunungapi ini menindih tak selaras Formasi Randangan, umur Batuan Gunungapi

Pani diperkirakan Pliosen Awal, sesuai juga dengan perkirakan oleh Trail (1974). Tebal formasi

diperkirakan mencapai ratusan meter. Trail (1974).

GRANODIORIT BUMBULAN (Tpb) : granodiorit, granit, dasit dan monzonit kuarsa.

Granodiorit berwarna abu-abu, masif , berbutir sedang, mengandung biotit dan piroksen,

pengkloritan dan pengepidotan sering dijumpai dalam batuan ini. Granodiorit, yang dijumpai di

seblah barat S. Tapadaa, yang dijumpai di tepi jalan terlihat menerobos gabro dan mikrogabro.

Granit berwarna abu-abu muda hingga abu-abu, berbutir sedang sedikit mengandung

mineral mafik jenis biotit, dan umumnya terkekarkan. Sedangkan dasit berwarna abu-abu muda,

berbutiran halus dengan mineral kuarsa dan felspar sebagai halbur sulung. Singkapan batuan ini

biasanya terkekarkan, dan banyak dijumpai di sebelah barat Marisa.

Monnzonit kuarsa berwarna abu-abu, masif, berbutiran menengah; dengan penyusun

utama berupa kuarsa, plagioklas, dan felspar alkali yang berumur Pliosen. Satuan Lembar,
terutama di daerah buumbulan (paguat), hingga di sebelah barat Marisa. Singkapan yang

dijumpai umumnya sudah lapuk. Sukamto (1973).

FORMASI TINOMBO (Teot) : lava basal, lava andesit, breksi Gunungapi, dengann

selingan batupasir wake, batupasir hijau, batulanau, batugamping merah, batugamping kelabu,

dan sedikitnya batuan yang termalihkan.

Lava basal dijumpai sebagai basal masif, basal terkekarkan dan basal berstruktur bantal.

Lava bantal masif berwarna abu-abu tua, bertekstur hipokristalin porfiro afanitis, dengan halbur

sullung terdiri dari plagioklas dan piroksin. Lavva basal terkekarkan berwarna abu-abu sampai

abu-abu kehijauan, banyak mengandung barik kuarsa, mengalami pengkloritan dan

pengepidotan, serta mengalami pengisian oleh zeolit.

Lava berstruktur bantal, yang sebagian bersusunan spulit berwarna abu-abu tua, dan

sering dijumpai zeolit sebagai mineral pengisi. Lava bantal bertekstur hipokristalin-

porfiroafaniti, dengan hablur sulung utamanya berupa piroksen dan plagioklas. Sebagian

plagioklas telah teralbitkan serta terubah menjadi karbonat. Di beberapa tempat dijumpai

karbonat atau kalsit sebagai pengisi pada rongga-rongga atau sebagai urat-urat. Sedangkan lava

yang bersusunan andesit berwarna abu-abu dan bertekstur hipokristalin-porfiritik, serta tidak

banyak dijumpai dalam formasi ini.

Breksi gunungapi berwarna abu-abu tua, berukuran butir sekitar 2-6 cm, sangat kompak,

berkemas tertutup, bekomponen batuan basalan, serta dijumpai dalam jumlah sedikit di antara

lava.

Batupasir wake berwrna kelabu, setempat bersifat gampingan, mempunyai ukuran butir

halus sampai sedang, dan sangat kompak. Struktur perairan sejajar dijumpai pada batuan ini.
Batupasir hijau berbutir sedang, sangat kompakndan keras, dan berlapis tipis dengan

ketebalan lapisan sekitar 1 cm. Sedangkan batulanaunya berwarna abu-abu dan abu-abu

kehitaman, sangat kompak, sebagian gampingan, serta mempunyai struktur perarian sejajar di

beberapa tempat.

Batugamping merah umumnya berwarna merah kecoklatan, berbutir sangat halus, sangat

kompak dan keras, serta memperlihatkan pecahan konkoidal. Batugamping ini dijumpai sebagai

lapisan berselang-seling dengan batugamping abu-abu, batulanau dan batupasir, dan juga

dijumpai sebagai pengisi di antara struktur bantal pada lava basal. Sedangkan batugamping abu-

abu umumnya sangat kompak dan pejal, dan dijumpai dalam jumlah sedikit.

Formasi Tinombo tersingkap luas daerah penelitian, melampar dari barat (daerah

Popayato) sampai timur (sebela selatan Tolotio). Lava bantal yang bersusunan sal dan basal

sepilitan tersingkap baik di sepanjang aliran S. Leminto dan S. Malango, sepanjang lebih kurang

20 km, yang diselingi oleh batuan sedimen. Formasi Tinombo ini diduga merupakan alas bagi

satuan batuan lain di daerah ini.

Kandungan fosil di dalam formasi ini sukar didapatkan, baik di lapangan maupun dari

analisis laboratorium. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi Tinombo tertindih takselaras oleh

Formasi Randangan yang diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga awal dari Miosen Akhir.

Pentarikhan pada batuan lava basal dari formasi ini dan menunjukan umur 15,9 juta tahun, atau

Eosen Awal. Oleh karena itu umur Formasi Tinombo dapat diperkirakan Eosen hingga Oligosen

Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ribuan meter.

Berdasarkan komposisi batuan basal sepilitan dan himpunan batuan sedimennya. Formasi

Tinombo diperikrakan terbentuk pada lingkungan laut dalam. Nama formasi ini diambil dari

daerah Tinombo di lengan utara Sulawesi. Ahlburg (1913).


Gambar Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian (PETA GEOLOGI REGIONAL Lembar

TILAMUTA 1993.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi)

2.1.3. Struktur Geologi

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk

(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah

perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi.

Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk

arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai

unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault),

Secara litotektonik Sulawesi bagian Utara termasuk dalam Mandala Barat yang

memanjang dari daerah Buol sampai Manado sebagai busur magmatik yang terdiri dari batuan
Vulkanik-Plutonik berumur Paleogen - Quarter (Van Leuwen, 1994). Gorontalo merupakan

jalur magmatik yang tersusun oleh batuan gunung api Eosen-Pliosen dan batuan terobosan.

Pembentukan gunungapi akibat dari kegiatan tektonik yang berlangsung sejak eosen sampai

oligosen yang menghasilkan Satuan Gabro. Selain itu juga mengalami pemekaran dasar sumudra

yang menghasilkan lava bantal. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya retas-retas yang

umumnya menghasilakn susunan basa yang menerobos Formasi Tinombo.

Kegiatan magmatik terjadi pada umur Miosen yang menghasilkan Diorit Bone dan

terjadinya pengendapan Formasi Randangan dan Formasi Dolokapa. Kegiatan tersebut diduga

sebab dari proses penunjaman yang dari Utara kearah Selatan yang dikenal sebagai Jalur

Tunjaman Sulawesi. (Simanjundtak, 1983). Pada Miosen Tengah kegiatan magmatik Diorit

Bone dilanjutkan kegiatan magmatik Boliohuto dan terjadi pengangkatan bersamaan dengan

magmatik tersebut pada Miosen Akhir.

Kegiatan magmatik Diorit Boliohuto, terjadilah kegiatan gunungapi yang menghasilkan

Batuan Gungungapi Pani dan Breksi Wobudu. Pada waktu itu, jalur tunjaman Sulawesi Utara

diduga masih aktif, dan menghasilkan sejumlah sesar jurus mendatar di bagian barat daerah

penelitian
Gambar Peta Geologi Sulawesi (Modifikasi dari Parikson 1998 ; Hall and Wilson, 2000)

Daerah penelitian termasuk dalam wilayah Gorontalo dan berdasarkan Geologi Lembar Tilamuta.
Struktur geologi yang utama di daerah tersebut yaitu sesar, berupa sesar normal dan sesar jurus normal.
Sesar Normal yang terdapat di Gunung Boliohuto menunjukan pola memancar, sedang sesar jurus
mendatar umumnya bersifat menganan, tetapi ada juga yang mengiri. Sesar tersebut memotong batuan
yang tua (Formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (satuan Batugamping Klastik).

2.2. Teori Masalah Yang Dikaji

Zonasi Alterasi dan mineralisasi Hidrotermal :

Zona Alterasi Hidrotermal dapat dibagi menjadi lima (5) zona berdasarkan kumpulan mineral ubahan
yaitu :

Zona Potasik

Merupakan alterasi yang ada pada bagian dalam dari suatu sistim hidrotermal dengan kedalam
bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Dicirikan oleh ubahan mineral Biotite
sekunder, K-Feldspar, Kuarsa, serisit dan magnetit. Mineral logam berupa sulfida berupa Kalkopirite dan
Pyrite dengan perbandingan 1 : 1 hingga 1 : 3, bentuk endapan dapat dijumpai dalam bentuk
mikroveiletmaupun veinlet serta dalam bentuk disseminated.
PPPembentukan Biotite sekunder inmi dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama
mineral hornblrnde dengan laruten hidrotermal yamng kemudian menghasilkan biotite, feldspar
maupun piroksin, reaksinya sebagai berikut :

Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2(Si,Al)4O11 + SiO2 + 13O2+6K+

Hornblende Kuarsa

K2(mg,Fe)2(OH)2AlSi3O10 + 4KalSi3O8 + Ca (Mg,Fe)(SiO3)2(Al,FeO3)2

Biotite Feldspar Augite

2Mg2+ + Ca2+

Selain biotisasi tersebut, mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini, Kloriot
merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama pyroksin, hornblende, maupun biotit, hal ini
dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin dengan jelas mineral tersebut telah mengalami ubahan
memnjadi klorite. Pembentukan mineral klorite ini pada reaksi antara mineral pyroksin dengan larutah
hydrothermal yang membentuk klorite, felspar serta mineral logam berupa magnetite dan hematit.

Serisit dijumpai dalam jumlah yang sedikit dimana mineral ini merupakan mineral ubahan dari mineral
feldspard yang merupakan mineral primer penyusun batuan.

Kumpulan mineral Biotite, Klorite, serisit, k-feldspard, kuarsa yang dijumpai pada zona potasik ini
terbentuk pada kondisi dimana kandungan Fe dan Mg terus bertambah pada tekanan gas tertentu,
sedangkan komposisi ubahan k – feldspar dan serisit yang stabil terbentuk pada kondisi magmatik akhir
dan hidrotermal awal.

Mineral yang dijumpai pada zona ubahan potasik ini umumnya berbentuk menyebar dimana mineral
tersebut merupakan mineral – mineral sulfida yang dalam pengamatan megaskopis terdiri atas pirit
maupun kalkopirite dengan perimbangan yang relatif sama. Mineral lainnya berupa Azzurite dan Barite.
Disamping berbentuk menyebar, mineralisasidijumpai juga dalam bentuk veinlet maupun mikroveinlet
mineral yang mengisi dalam bentuk ini umumnya berupa kuarsa serta mineral sulfida pirite dan
kalkopiriote.

Bentuk mineralisasi yang menyebar dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh
pengaruh metasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun adan intervensi dari
larutan magma sisa (larutan hidrotermal) melalui rekahan batuan ataupun melauli pori – pori batuan
dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan pada batuan ataupun pori batuan.

Zona serisitisasi (philik)

Merupakan zona alterasi yang terletak pada bagian luar bdari zona potasik, dicirikan oleh kumpulan
mineral ubahan serisit dan kuarsa sebagai mineral utama dengan pirit yang melimpahdan sejumlah
anhiodrite. Alterasi ini berhubungan dengan tingginya rekahan bentuk endapannya berupa vein maupun
veinlet yang diisi oleh serisit, kuarsa dan mineral sulfida.

Penciri utama zona ini adalah munculnya mineral serisit secara intensif serta mineral kuarsa ubahan
(sekunder). Zona ubahan ini ditandai oleh munculnya mineral berupa mineral lempung, sedangkan
biotite sekunder dan klorite dijumpai dalam jumlah yang sedikit.

Melimpahnya serisit pada zona ini merupakan hasil ubahan dari mineral palgioklas dan ortoklas yang
menyusun batuan, reaksi kimianya sebagai berikut :

3KalSi3O8 + 2H+ Kal3Si3O10(OH)2 + 6SiO2 + 2 K+

Feldspar Serisit Kuarsa

Kuarsa juga dapat terbentuk dari reaksi feldspar dengan piroksin :

KalSi3O8 + Ca (Mg,Fe)(siO3)2 + 2S4O2 FeS2+2SiO2+3K+Mg

Feldspar Piroksin Pirit Kuarsa

(Si3Al)O10 (OH)8 + Ca2+

Klorite

Mineral sulfide pada zona ini didominasi oleh Pyrite dimana kandungan pyrite tersebuit semakin
berkembang kearah luar zona ini.

Zona Propilitik

Zona ini berkembang pada bagian luar dari zona alterasi, yang dicirikan oleh kumpulan mineral epidot
maupun karbonat dan juga klorite. Alterasi ini dipengaruhi oleh penambahan unsure H dan CO2. Mineral
logam pirite mendominasi zona ini dimana keterdapatannya dijumpai mengganti fenokris piroksin
maupun hornblende, sedangkan kalkopirite jaranmg dijumpai.

Pada pengamatan lapangan, batuan yang termasuk pada zona ini umumnya menampakan warna abu –
abu hingga abu – abu kehijauan, hal ini disebabkan oleh ubahan dari mineral penyusun batuan menjadi
mineral yang umumnya berwarna hijau yaitu kloriote dan epidot.

Zona Argilik

Zona ini terbentuk akibat rusaknya unsure potassium, kalsium dan magnesium menjadi mikneral
lempung. Zona ini dicirikan oleh mineral lempung, kuarsa dan karbonat. Unsur potassium, kalsium dan
magnesium dalam batuan berubahh menjadi montmoriloni, illit, hidromika dan klorite. Pada bagian atas
dari zona ini terbentuk zona advance argilik pada kondisi fluida yang lebih asam dibandingkan zona
argilik. Zona ini tidak selalu hadir, dicirikan oleh mineral kuarsa, silica amor seperti andalusit, alunit, dan
korundum. Kehadiran mineral sulfide tidak intensif dijumpai, kandungan pirite sekitar 2%.

Alterasi Skarn

Alterasi ini terbentuknya akibat adanya kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat, zona ini
sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat. Pada kondisi
yang kurang akan air, zona ini dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan
wallasoniteserta mineral magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang kaya
akan air, zona ini dicirikan oleh kehadiran mineral klorite, tremolit, aktinolit, dan kalsit dari larutan
hidrotermal.

Proses pembentukan skarn akibat urutan kejadian – metasomatisme – retrogradasi:

- Isokimia : Meruipakan transfer panas antara larutan magma dengan batuan samping. Proses ini
H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh
temperature, komposisi dan tekstur hots rocksnya

- Metasomatisme : Pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma ke batuan samping yang karbonat
sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan – bukaan yang dilewati larutan – larutan magma.

- Retrogradasi : merupakan yahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada batuaa
samping dan mencapai zona kontak dengan water table sehingga air tahan turun bercampur dengan
larutan.

Anda mungkin juga menyukai