Anda di halaman 1dari 10

BSNP

NASKAH AKADEMIK
STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI
TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN


2007
KATA PENGANTAR

Peningkatan mutu pendidikan telah menjadi komitmen Departemen Pendidikan


Nasional yang ditunjukkan dengan dibentuknya Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Badan ini bertugas membantu menteri dalam mengembangkan, memantau
dan mengendalikan standar nasional pendidikan antara lain standar tenaga
kependidikan.

Salah satu tenaga kependidikan yang dinilai strategis dan penting untuk meningkatkan
kinerja sekolah adalah tenaga administrasi sekolah (TAS). Tenaga administrasi sekolah
merupakan sumberdaya manusia di sekolah yang tidak terlibat langsung dalam
kegiatan pembelajaran tetapi sangat mendukung keberhasilan dalam pencapaian
tujuan sekolah.

Sejalan dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi tenaga
administrasi sekolah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Oleh karena
itu, BSNP melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu tenaga administrasi
sekolah melalui pengembangan, pemantauan, dan pengendalian standar tenaga
administrasi sekolah. Naskah akademik ini disusun oleh BSNP sebagai acuan
penyusunan standar kualifikasi dan kompetensi tenaga administrasi sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para pakar yang
berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Instansi lain yang dikoordinasikan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Berkat bantuan dan kerjasama yang baik, naskah akademik ini
dapat diselesaikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………. ii
A. Latar Belakang………………………………..
B. Landasan
1. Landasan Filosofis .................…
2. Landasan Yuridis
3. Landasan Teoretis
4. Landasan Empiris
C. Definisi Konseptual………………………..…
D. Tujuan………………………………………..…
E. Manfaat ……………………………………...…
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mencakup
standar: (1) isi, (2) proses, (3) kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) sarana dan prasarana, (6) pengelolaan, (7) pembiayaan, dan
(8) penilaian pendidikan. Salah satu standar yang merupakan bagian dari standar
pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar tenaga administrasi sekolah.
Standar ini meliputi kualifikasi dan kompetensi yang merupakan acuan dalam
penyiapan, pengangkatan, dan pembinaan tenaga administrasi sekolah yang
profesional. Untuk menetapkan kualifikasi dan kompetensi perlu disusun naskah
akademik oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
Ruang lingkup Tenaga Administrasi Sekolah pada naskah akademik ini adalah
sebagai berikut.
1. Kepala Tenaga Administrasi Sekolah
2. Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian
3. Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan
4. Pelaksana Urusan Administrasi Sarana Prasarana
5. Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Masyarakat
6. Pelaksana Urusan Persuratan dan Kearsipan
7. Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan
8. Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum
9. Petugas Layanan Khusus :
a. Penjaga Sekolah/satpam
b. Tukang Kebun
c. Tenaga Kebersihan
d. Pengemudi
e. Pesuruh/caraka
Penyusunan naskah akademik ini didasarkan atas kajian terhadap berbagai
landasan berpikir, yang meliputi landasan filosofis, yuridis, teoretis, dan empiris.
Deskripsi landasan berpikir tersebut dikemukakan seperti uraian berikut ini.

B. Landasan
Ada empat landasan dalam penyusunan naskah akademik ini, yaitu landasan
filosofis, yuridis, teoretis, dan empiris.
1. Landasan Filosofis
Berbagai pandangan filosofis berikut memperkuat pentingnya kebutuhan
tenaga kependidikan yang profesional. Dari sudut pandang ontologi,
pengetahuan administrasi sekolah menjelaskan bahwa perilaku tenaga
administrasi sekolah merupakan fungsi dari sistem keyakinan diri seseorang,
sedangkan keyakinan diri merupakan perwujudan dari asumsi metafisik yang
dimilikinya (Hodgkinson, 1996). Asumsi metafisik ini pada gilirannya
mempengaruhi idealisme, komitmen, motivasi, dan kinerja aktual seorang
tenaga administrasi sekolah. Dengan demikian, dalam menyiapkan tenaga
administrasi sekolah yang profesional perlu mempertimbangkan aspek-aspek
di luar kemampuan pengetahuan seperti idealisme, komitmen, motivasi, dan
kinerja sebelum menjadi tenaga administrasi sekolah.
Epistemologi pengetahuan administrasi sekolah menekankan bagaimana
pekerjaan administrasi sekolah dikelola secara konsisten, efektif dan efisien.
Menurut Hodgkinson (1996), perbedaan antara tenaga administrasi sekolah
yang kompeten dan kurang kompeten terletak pada kapasitas dan ketajaman
logika mereka. Hal ini berarti diperlukan seperangkat pengetahuan, sikap,
dan keterampilan bagi tenaga administrasi sekolah dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya.
Aksiologi pengetahuan administrasi sekolah menekankan pentingnya manfaat
logika, etika, estetika, dan pelayanan prima dalam praktik administrasi
sekolah. Dalam konteks ini, pelayanan prima yang diberikan oleh tenaga
administrasi sekolah hendaknya mengacu pada standar mutu administrasi
sekolah yang telah ditetapkan.
Tugas utama tenaga administrasi sekolah adalah memberikan pelayanan
prima kepada pelanggan internal dan eksternal sekolah (Sallis, 2003).
Pelanggan internal sekolah antara lain: kepala sekolah, guru, peserta didik,
tenaga laboratorium sekolah, tenaga perpustakaan, dan tenaga administrasi
sekolah. Pelanggan eksternal sekolah antara lain: orang tua/wali peserta
didik, pemerintah, pengusaha, tokoh masyarakat, alumni, dan anggota
lembaga profesi (Sallis, 2003).
Berkenaan dengan tugas tenaga administrasi sebagai pemberi pelayanan
prima, maka pekerjaan luhur yang harus dilakukannya adalah melayani orang
lain dengan ikhlas. Dalam melayani orang lain, manusia dituntut untuk
melakukan sesuai dengan kemauan dan kompetensinya karena jika pekerjaan
ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan mengalami kegagalan.
Kompetensi dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualifikasi. Sebaliknya,
kualifikasi dapat ditingkatkan melalui peningkatan kompetensi.

2. Landasan Yuridis
a. Undang-Undang Repubik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal-pasal yang mengatur
tenaga kependidikan, sebagai berikut.
1) Pasal 39 ayat (1): Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan admi-
nistrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan
2) Pasal 40 ayat (2): Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a)
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis; b) mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c) memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya
3) Pasal 41 ayat (2): Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik
dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya
berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.
4) Pasal 41 ayat (3): Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu.
5) Pasal 43 ayat (1): Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan yang dilakukan berdasar latar belakang pendidikan,
pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja.
6) Pasal 44 ayat (1),(2), dan (3): Perlunya pembinaan dan pengembangan
tenaga kependidikan diatur sebagai berikut: a) Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. b) Penyelenggara pendidikan oleh
masyarakat berkewajiban membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya. c)
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan memberikan dasar yang jelas terhadap
penetapan standar kualifikasi dan kompetensi tenaga administrasi sekolah.
Pasal yang terkait dengan standar tenaga administrasi sekolah pada
pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Pasal 35 ayat (1) butir b
sampai dengan e sebagai berikut.
b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas
kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain
yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri
atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpusta-
kaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
e. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi
sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
c. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2000
tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
menjelaskan pengertian kompetensi sebagai berikut:
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh Pegawai
Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya sehingga Pegawai Negeri
tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif, dan
efisien.
d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Stan-
dar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan
Dasar dan Menengah menjelaskan pengertian Tenaga Administrasi Sekolah
sebagai berikut.
1) Tenaga Administrasi Sekolah ialah sumberdaya manusia di sekolah yang
tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar tetapi sangat
mendukung keberhasilannya dalam kegiatan sekolah.
2) SD, SMP, SMU, dan SMK memiliki Kepala Tata Usaha.

3. Landasan Teoretis
Teori birokrasi Weber (Lunenburg & Orstein, 2004) menyatakan bahwa
kompetensi berkaitan dengan kualifikasi. Menurut Moekijat (1992) dan Cascio
(2004), metode yang biasa digunakan untuk menentukan kualifikasi pegawai
adalah analisis jabatan, sedangkan metode yang digunakan untuk menentukan
kuantitas pegawai adalah analisis beban kerja.
Kompetensi ialah sifat, pengetahuan dan kemampuan pribadi seseorang yang
relevan dalam menjalankan tugasnya secara efektif (Chung & Megginson, 1993).
Sedangkan menurut Harris, et al. (1997), kompetensi meliputi seluruh aspek
penampilan kerja, dan tidak hanya terbatas pada keterampilan-keterampilan
kerja melainkan juga persyaratan melatih keterampilan-keterampilan tugas
individual, mengelola sejumlah tugas yang berbeda di dalam pekerjaan,
merespons ketidakteraturan dan mengatasinya dalam tugas-tugas rutin, dan
mempertemukan tanggung jawab dengan harapan-harapan di lingkungan kerja,
termasuk bekerja sama dengan yang lain. Kompetensi terdiri atas kompetensi
generik dan spesifik. Kompetensi generik ialah kompetensi yang bersifat umum
yang harus dimiliki setiap pekerja. Sedangkan kompetensi spesifik ialah
kompetensi khusus untuk mengerjakan pekerjaan khusus.
Secara umum, kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki penge-
tahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur,
2002). Sedangkan Conny R. Semiawan (2006) mendefinisikan kompetensi
sebagai kemampuan (ability), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) yang
correct dan tuntas untuk menjalankan perannya secara lebih efisien.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi ialah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh seseorang berupa kompetensi generik (kepribadian dan sosial), dan
kompetensi spesifik (manajerial dan substansial) yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

4. Landasan Empiris
Data Direktorat Tenaga Kependidikan (2006) menunjukkan bahwa jumlah sekolah
dan jumlah tenaga administrasi sekolah seperti Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Jumlah Sekolah dan Tenaga Tata Usaha
Jenjang Jumlah
No. Sekolah Negeri Swasta Tenaga Tata Usaha
1. TK 305 47.632 -
2. SD 135.644 10.223 -
3. SMP 11.234 10.022 12.404
4. SMA 3.203 4.925 5.704
5. SMK 899 4.216 4.454
6. PLB 224 905 -
Sumber : Direktorat Tenaga Kependidikan 2006
Dari Tabel 1 di atas secara faktual tampak bahwa TK, SD, dan PLB belum
memiliki tenaga tata usaha (tenaga administrasi) sekolah.
Dari studi lapangan yang dilakukan terhadap sejumlah tenaga administrasi
sekolah yang mewakili hampir semua propinsi dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut.
a. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara belum dilaksanakan
secara konsisten dalam arti Kepala Tata Usaha Sekolah Menengah Tingkat
Pertama dan Sekolah Menengah Umum adalah eselon V.a. dan Kepala Tata
Usaha Sekolah Menengah Kejuruan adalah eselon IV.b. Tunjangan
strukturalnya ada yang dibayar ada yang tidak dibayar.
b. Sebutan kepala tata usaha bervariasi yaitu kepala urusan tata usaha,
koordinator tata usaha, sekretaris sekolah, dan kepala kesekretariatan.
c. Kepala Tata Usaha Sekolah Menengah Pertama eselon V.a. dan Kepala
Tata Usaha Sekolah Menengah Atas eselon V.a. Kasubag Tata Usaha Sekolah
Menengah Kejuruan eselon IV.b.
d. Kepala tata usaha yang sudah mengikuti Diklatpim IV atau V tidak
dibekali dengan administrasi sekolah tetapi pengetahuan administrasi
perkantoran untuk dinas/badan di Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga
setelah ditempat-kan di sekolah, mereka tidak mampu melaksanakan
administrasi sekolah.
e. Kebijakan kepala daerah dalam memberikan tunjangan kepala tata
usaha bervariasi.
f. Selama otonomi daerah belum ada pelatihan khusus untuk kepala
tata usaha dan staf nya.
g. Kelompok Kerja Kepala Tata Usaha belum mendapatkan dukungan
pembinaan dan anggaran.
Berdasarkan landasan filosofis, yuridis, teoretis dan empiris, maka disusun standar
kualifikasi dan kompetensi tenaga administrasi sekolah.

C. Definisi Konseptual
1. Tenaga Administrasi Sekolah ialah sumberdaya manusia di sekolah yang
tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar tetapi sangat
mendukung keberhasilannya dalam kegiatan sekolah.
2. Standar adalah kriteria minimal yang harus dipenuhi dan berlaku di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk dijadikan
dasar dalam pengambilan suatu kebijakan.
3. Kualifikasi adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
seseorang untuk memangku jabatan tertentu.
4. Kompetensi ialah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang berupa soft skills terdiri atas nilai dan sikap, dan hard skills terdiri
atas pengetahuan dan psikomotor yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya.
5. Kompetensi generik ialah karakteristik dasar yang diperlukan dalam
penyelenggaraan administrasi sekolah yang mencakup: integritas dan
berakhlak mulia, kerja sama, etos kerja tinggi, pengendalian diri, percaya
diri, disiplin, fleksibel, tanggung jawab, empati, dan komunikatif.
6. Kompetensi spesifik ialah kemampuan khusus dalam administrasi sekolah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

D. Tujuan
Tujuan umum disusunnya standar tenaga administasi sekolah ini adalah untuk
menghasilkan acuan di tingkat nasional dalam pembinaan dan pengembangan
jabatan tenaga administrasi sekolah untuk seluruh satuan pendidikan.
Tujuan khusus penyusunan standar kualifikasi dan kompetensi tenaga
administrasi ini adalah untuk :
1. menghasilkan standar kualifikasi dan kompetensi,
2. menetapkan kuantitas tenaga administrasi sekolah, dan
3. menjadi dasar penyusunan alat uji kompetensi tenaga administrasi sekolah.

E. Manfaat
Penyusunan standar kualifikasi dan kompetensi tenaga administrasi sekolah
bermanfaat bagi:
1. Pemerintah, Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota sebagai acuan dalam:
a. rekrutmen dan penempatan tenaga administrasi sekolah pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah,
b. pembinaan dan pengembangan karir tenaga administrasi sekolah.
2. Lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan,
sebagai acuan dalam:
a. menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan, serta kegiatan peningkatan
kompetensi;
b. mengembangkan alat uji kompetensi.
3. Lembaga Pendidikan Tinggi sebagai dasar dalam mengembangkan:
a. sistem pendidikan calon tenaga administrasi sekolah, terutama dalam
penyusunan kurikulum pendidikan tenaga administasi sekolah;
b. alat uji kompetensi calon tenaga administrasi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Cascio, W.F. (2004). Managing Human Resources Productivity, Quality of Work Life,
Profits. 6 th Edition. New York: McGraw-Hill Irwin.
Chung, K.H., & Megginson, L.C. (2004). Organizational Behavior Developing
Managerial Skills. New York: Harper & Row, Publishers.
Conny R. Semiawan. (2006). Memantapkan Peran LPTK dalam Peningkatan Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Pidato Dies Natalis ke-42 Universitas Negeri
Yogyakarta.
Harris, R., Guthrie, H., Hobart, B., & Lundberg, D. (1997). Competency-based
Education and Training. South Yarra, Australia: MacMillan Education Australia,
Pty, Ltd.
Hodgkinson C., (1996) Educational Leadership: The Moral Art. Albany: State
University of New York Press.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Standar
Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 193/XIII/10/2001 tentang
Pedoman Umum Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural.
Lunenburg, F.C., & Ornstein, A.C. (2005). Educational Administration Concept and
Practices. 4th Edition. Stamford: Wadsworth/Thomson Learning.
Moekijat. (1992). Analisis Jabatan. Bandung: Mandar Maju.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sallis, E. (2003). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page
Educational Management Series.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai